• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMIKIRAN AHMAD HASSAN TENTANG PENDIDIKAN ISLĀM DAN IMPLEMENTASINYA DI LEMBAGA PERSATUAN ISLĀM (PERSIS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PEMIKIRAN AHMAD HASSAN TENTANG PENDIDIKAN ISLĀM DAN IMPLEMENTASINYA DI LEMBAGA PERSATUAN ISLĀM (PERSIS)."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMIKIRAN AHMAD HASSAN TENTANG

PENDIDIKAN ISLĀM

DAN IMPLEMENTASINYA DI

LEMBAGA PERSATUAN ISLAM (PERSIS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

Sheiha Sajieda

0900792

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

ANALISIS PEMIKIRAN AHMAD

HASSAN TENTANG PENDIDIKAN ISLĀM

DAN IMPLEMENTASINYA DI LEMBAGA

PERSATUAN ISLĀM (PERSIS)

Oleh

Sheiha Sajieda

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Sheiha Sajieda 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI SHEHA SAJIEDA

0900792

ANALISIS PEMIKIRAN AHMAD HASSAN TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DAN IMPLEMENTASINYA DI LEMBAGA

PERSATUAN ISLĀM (PERSIS)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. (NIP. 1957 0303 1988 03 1 001)

Pembimbing II

Dr. H. Ahmad Syamsu Rizal, M.Pd. (NIP. 1955 1002 1986 01 1 001)

Mengetahui,

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Skripsi ini telah diuji pada :

Hari/Tanggal : Senin, 24 Juni 2013

Tempat : Ruang Sidang III Lt. 2 FPIPS UPI

Panitia Ujian Terdiri dari :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M. Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 1988 03 1001

3. Anggota :

Dr. Elly Malihah, M. Si. NIP. 19660425 199203 2 002

4. Penguji :

Dr. H. Abas Asyafah, M. Pd. NIP. 19581016 198601 1 003

Dr. H. Toto Suryana A, M. Pd. NIP. 19570417 198803 1 001

(5)

ABSTRAK

Sheiha Sajieda. Analisis Pemikiran Ahmad Hassan tentang

Pendidikan Islām dan Implementasinya di Lembaga Persatuan Islām (Persis). Skripsi, Jurusan Ilmu Pendidikan Agama Islām Fakultas

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Penulisan ini difokuskan untuk menjawab pengaruh-pengaruh yang

membentuk pemikiran A. Hassan tentang konsep pendidikan agama Islām

dan implementasinya di lembaga pendidikan Persis.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat historis dengan metode deskriptif-analisis. Jenis penelitian yang digunakan adalah library research (kajian kepustakaan). Dalam mengumpulkan data dan informasi, penulis menginventariskan tulisan-tulisan, buku-buku, serta mengobservasi lembaga pendidikan yang didirikan A. Hassan. Kemudian wawancara bersama tokoh-tokoh Persis dan pimpinan Pesantren Persis Pajagalan mengenai konsep Pendidikan

Islām menurut pemikiran A. Hassan dan implementasinya saat ini.

Hasil penelitiannya, yang mempengaruhi pola pemikiran A. Hassan adalah tokoh pembaharu Islam dari Timur tengah seperti Ibnu

Taimiyaħ, Muhammad Abduh, Jamaluddīn Al-Afghanī dan Rasyīd Ridla. Melalui dakwah dan pendidikan, A. Hassan menyebarkan pemikirannya. Beliau bersama Persis merancang konsep pendidikan Islam yang mencakup delapan unsur pendidikan. Seperti adanya tujuan pendidikan, muatan pendidikan, alat dan media pendidikan, tugas dan fungsi pendidik, peserta didik, metode pengajaran dan sistem evaluasi. Secara garis besar, konsep pendidikan A. Hassan selaras dengan pendapat para ahli pendidikan Islam. Meskipun demikian, dalam implementasinya saat ini, konsep pendidikan A. Hassan mengalami perkembangan dan perubahan. Seperti tugas dan fungsi peserta didik, metode pengajaran, alat dan media pembelajaran dan sistem evaluasi yang lebih kekinian sesuai tuntutan zaman. Tanpa mengubah tujuan utama pendidikan Persis dan metode debat yang menjadi kekhasan A. Hassan.

Kata Kunci: Pemikiran, A. Hassan, Persis, Pendidikan Agama

(6)

ABSTRACT

Sheiha Sajieda. Analysis Ahmad Hassan’s Thoughts of the Islamic Education and Its Implementation in the Organization of Islamic Unity (Persis). Thesis, Department of Islamic Education Social Science Education Faculty of Education University ofIndonesia Bandung.

The writing is focused on answering the influences that shaped the brain A. Hassan about the concept of Islamic education and its implementation in educational institutions Exactly. In this study, the authors used a qualitative approach with a historical-descriptive method of analysis. This type of research is library research (literature review). In collecting data and information, the author menginventariskan writings, books, and educational institutions established observing A. Hassan. Later interviews with leaders and leadership Pesantren Persis Pajagalan Just the concept of Islamic education in thinking A.Hassan and the current implementation.

Research results, which affect the mindset A. Hassan is a Muslim reformers of the Middle East such as Ibn Taymiyyah, Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani and Rashid Ridla. Through propaganda and education, A. Hassan spreading his thoughts. He shared Exactly designing concept of Islamic education which includes eight elements of education. Such as the purpose of education, education charges, equipment and educational media, duties and functions of educators, learners, teaching methods and evaluation systems. Broadly speaking, the concept of education A. Hassan harmony with the opinion of the experts of Islamic education. Nevertheless, in the current implementation, the concept of education A. Hassan experiencing growth and change.Such duties and functions of the learners, teaching methods, tools and instructional media and a more contemporary evaluation system as demanded by the times. Without changing the main purpose of education and methods of debate exactly characterize A. Hassan.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...

ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

KATA

PENGANTAR………...ERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

DAFTAR ISI………...…………...I

DAFTAR TABEL

………..………...ERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

DAFTARLAMPIRAN-LAMPIRAN……….………….ERROR! BOOKMARK

NOT DEFINED.

DAFTAR

RALAT...ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

PEDOMAN TRANSLITERASI

……….………...ERROR! BOOKMARK NOT

DEFINED.

WAKTU

PENELITIAN……….………...ERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

BAB I

PENDAHULUAN………ERRO

R! BOOKMARK NOT DEFINED.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Struktur Organisasi

skripsi………...Error! Bookmark

(8)

BAB II KONSEP PENDIDIKAN ISL M DAN KIPRAH PERSATUAN ISL M

(PERSIS) DALAM PENDIDIKAN………..

ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

A. Konsep Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined.

2. Dasar Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined.

3. Tujuan Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined.

4. Lembaga dalam Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined.

5. Muatan Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined.

6. Tugas dan Fungsi Pendidik Isl m ... Error! Bookmark not defined.

7. Peserta Didik dalam Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined.

8. Metode dalam Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined.

9. Alat atau Media Pendidikan Agama Isl m . Error! Bookmark not defined.

10. Evaluasi dalam Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined.

B. Perkembangan Pendidikan Isl m di IndonesiaError! Bookmark not defined.

1. Periode Perkembangan Pendidikan Isl m di Indonesia .. Error! Bookmark not defined.

2. Berbagai kebijakan pemerintah RI dalam Bidang Pendidikan Isl m.Error! Bookmark not defined.

3. Perkembangan Lembaga Pendidikan di Indonesia .. Error! Bookmark not defined.

4. Kiprah Persis dalam Pendidikan Isl m ... Error! Bookmark not defined.

C. Konsep Pendidikan Persis ... Error! Bookmark not defined.

a. Lembaga Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

b. Muatan atau Kurikulum ... Error! Bookmark not defined.

c. Pendidik ... Error! Bookmark not defined.

d. Peserta Didik ... Error! Bookmark not defined.

e. Alat dan Media Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

(9)

g. Sistem Evaluasi ... Error! Bookmark not defined.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE

PENELITIAN………ERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

A. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

G. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

H. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV PEMAPARAN DAN PEMBAHASAN

PENELITIAN………..ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

A. Pemaparan Data ... Error! Bookmark not defined.

1. Latar Belakang Pemikiran dan Kiprah A. Hassan dalam Pendidikan Isl m di

Lingkungan Persis ... Error! Bookmark not defined.

2. Konsep Pendidikan A. Hassan dalam Delapan Unsur Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

a. Tujuan Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

b. Kelembagaan Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

c. Muatan Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

d. Tugas dan Fungsi Pendidik ... Error! Bookmark not defined.

e. Peserta Didik ... Error! Bookmark not defined.

f. Metode Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

g. Alat atau Media Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

(10)

3. Implementasi Konsep Pendidikan di Pesantren Persis Pajagalan Bandung

Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Analisis Latar Belakang Pemikiran dan Kiprah A. Hassan dalam Pendidikan

Isl m di Lingkungan Persis ... Error! Bookmark not defined.

2. Analisis tentang Konsep Pendidikan A. Hassan ke dalam Delapan Unsur

Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

a. Tujuan Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

b. Kelembagaan Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

c. Muatan Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

d. Tugas dan Fungsi Pendidik ... Error! Bookmark not defined.

e. Peserta didik ... Error! Bookmark not defined.

f. Metode Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

g. Media Pembelajaran ... Error! Bookmark not defined.

h. Sistem Evaluasi ... Error! Bookmark not defined.

3. Analisis Implementasi Konsep Pendidikan A. Hassan di Pesantren Persis

Pajagalan Bandung Pada Masa Kini ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN

REKOMENDASI………...ERROR! BOOKMARK NOT

DEFINED.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR

PUSTAKA………..ERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Zuhairini et al. (1981: 27) menerangkan perbedaan mengenai pengertian

mengajar dan mendidik, menurutnya mengajar adalah memberikan

pengetahuan kepada anak agar mereka dapat mengetahui peristiwa, hukum

dan proses dari sesuatu ilmu pengetahuan. Sedangkan mendidik adalah

menanamkan tabi’at yang baik agar anak didik mempunya sifat utama. Jika

disambungkan dengan agama Islām, maka pengajaran agama Islām adalah

pemberian ilmu agama kepada anak-anak supaya anak didik mempunyai ilmu

pengetahuan agama. Pendidikan agama berarti usaha secara sistematis dan

pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup dengan ajaran

Islām. Sesuai dengan tujuan umum pendidikan Islām dalam (QS. A - ariyāt

[51]:56)

ِنوُدُبْعَ يِل ََِإ َسنِْْاَو َنِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو

“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Ayat di atas menjelaskan mengenai tujuan utama diciptakannya manusia,

yaitu untuk beribadah kepada Allāh SWT. Beribadah di sini lebih luas

maknanya yang meliputi seluruh gerak-gerik manusia, dan itulah alasan utama

yang menjadi tujuan pendidikan Islām. Dengan kata lain, pendidikan Islām bertujuan menciptakan manusia yang akan menyembah Allāh dalam segala

tingkah lakunya dalam kehidupan (Langgulung, 2004:4). Sedangkanmenurut

Nata( 2001: 40) tujuanpendidikanIslāmmemilikiciri-cirisebagaiberikut:

1. Mengarahkan manusiaagarmenjadikhalifah.

2. Manusia dalam pelaksanaan tugaskekhalifaħannya dilaksanakan

dalamrangkaberibadah kepada Allāh.

3. Berakhlakmulia dan tidakmenyalahgunakanfungsi kekhalifaħannya.

4. Membinadanmengarahkanpotensiakal,jiwadan jasmaninya.

5. Mengarahkanmanusiaagardapatmencapaikebahagiaanhidupdidunia

danakhirat.

Seluruh teks dan terjemah al-Qur´ān dalam skripsi ini diambil dari

(12)

Tujuan pendidikan Islām yaitu menjadikan manusia sebagai pemimpin yang merupakan amanah dari Allāh Swt saat penciptaannya, dan tujuan

utama diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada Allāh, yakni

memberikan nilai-nilai ibadah dalam segala aspek kehidupan manusia. Dan

Setelah mengetahui tujuan pendidikan Islām, Arifin(2003:7) menjelaskan

pengertian pendidikan Islām:

Pendidikan Islāmberarti sistem pendidikan yang dapat

memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin

kehidupannyasesuaidengancita-citadannilai-nilaiIslāmyangtelahmenjiwai corakkepribadiannya.

Pendidikan juga adalah salah satu cara meningkatkan kualitas manusia

dalam segala aspek kehidupannya. Tidak ada kelompok manusia yang tidak

menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan

kualitas. Bagaimanapun sederhananya peradaban masyarakat, di dalamnya

pasti berlangsung suatu proses pendidikan dengan pemberian pengajaran

dalam hal apapun. Baik pengajaran itu disengaja secara formal atau tidak

disengaja secara non-formal. Oleh karena itu, sering dinyatakan bahwa

pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Karena pendidikan

pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya (Hamdani,

2001: 28).

Sudah jelas pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting,oleh

karena itu, pendidikan harus dibingkai mengikuti perubahan, kalau tidak

pendidikan akan ketinggalan dan masyarakat kurang berkembang dan

tertinggal oleh negara lain. Perubahan dari pendidikan yang semulanya tidak

formal atau tanpa sistem menjadi pendidikan formal yang berkembang.

Menurut Rosyidin, sejarah membuktikan betapa besar peran, fungsi dan

kontribusi pendidikan dalam rentang waktu perjalanan bangsa Indonesia.

Sejarah juga menunjukkan banyaknya tokoh nasional dan internasional yang

sebagian dari mereka lahir melalui lingkungan pendidikan formal. Di

Indonesia, pendidikan formal banyak diselenggarakan oleh ormas-ormas

Islām seperti Muhammadiyah, Perti, Nahdlatul Ulama, dan Persatuan Islām.

Mereka membuktikan bahwa pendidikan formal mempunyai potensi untuk

menghasilkan manusia berkemampuan luas, berakhlak mulia, mempunyai

iman dan takwa dan menjadikan Allāh motivasi utama seperti tujuan

pendidikan di atas (Rosyidin, 2009:1).

Dalam hal pentingnya perkembangan pendidikan agama Islām untuk

(13)

pada waktu itu juga menyadari bahwa sistem pendidikan tradisional dan

langgar tidak sesuai dengan iklim pada masa itu. Maka dirasakanlah akan

pentingnya mengadakan pembaharuan yaitu memberikan pendidikan secara

teratur di madrasah atau sekolah. Salah satunya adalah pendidikan yang

dilakukan oleh lembaga pendidikan Persatuan Islām (PERSIS), PERSIS

didirikan pada tanggal 12 September 1923 di Bandung, bermula dari ide

seorang alumnus Dārul ulūm Mekah bernama H. Zamzam dan teman yang

diajaknya yaitu H. Muhammad Yunus yang cukup ilmu agama dan bahasa

Arabnya. Kemudian mereka mengadakan diskusi dengan pemuka agama

mengenai ajaran-ajaran Islām yang sesuai al-Qur`ān dan Sunaħ, menjadi

pencinta dan penelaah agama Islām hingga akhirnya terbesitlah untuk

mendirikan sebuah perkumpulan organisasi Islām yang disebut Persatuan

Islām (Wildan, 1995: 30-31). Jam‟iyyaħPersis bergerak dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial kemasyarakatan menurut tuntunan al-Qur´ān

dan Sunaħ. Seperti rencana jihad atau program kerja Persis adalah “mendidik

dan membina para anggota agar menjadi lembaga-lembaga pendidikan untuk

menanamkan, memperdalam dan mengokohkan pengertian akidah, ibadah,

muamalah dan akhlak Islām (Wahab, 2004:115). Rosyidin (2009:2)

menjelaskan.

Sejak awal berdiri, penekanan Persis adalah pendidikan, Persis berpendapat bahwa hanya umat terdidik sajalah yang benar-benar dapat memahami fundamentalisme dan praktek ittibā’ dan hanya ulama yang sangat terlatih saja yang mampu berkonsultasi dengan sumber-sumber keagamaan dan melakukan ijtihad secara benar.

Posisi Persis sebagai Organisasi masyarakat Islām selalu berusaha untuk

mewujudkan kecerdasan umat dalam beragama. Penekanan Persis bahwa

pendidikan dapat didasarkan pada agama adalah prinsip yang mendapat

dukungan besar baik dari Timur dan Barat, dan ada manfaat yang bermaksud

melahirkan sekumpulan muslim terdidik dengan pemahaman yang solid

tentang Islām (Federspiel:1996:255). Sementara penekanan diberikan pada

mata pelajaran keagamaan di sekolah-sekolah dasar dan menengah Persis,

mata pelajaran umum juga diberikan dan kualitas pendidikan yang konsisten

dengan sekolah-sekolah Islām lainnya dengan sistem pendidikan nasional

Indonesia (Rosyidin, 2009:2).

Lahirnya Persis pada abad ke-20 menampilkan pandangan berbeda dengan

pandangan-pandangan kelompok muslim pada saat itu di Indonesia.Kiprah

(14)

aspek pendidikan dan dakwah. Menurut Federspiel, pendidikan Persis

berfokus kepada pengajaran tentang agama Islām yang diadakan di Bandung.

Tetapi berbagai kursus dan kelas pendidikan Persis dikelola oleh perorangan

yang masih anggota Persis (Federspiel, 2004:84&149).

H.M. Zamzam bersama A. Hassan setelah tahun 1942, sebagai ulama

sekaligus pendidik, memberikan ceramah dan mengajar mengenai keimanan

dan ibadah pada kelas-kelas dewasa (Rosyidin 2009:4). Dalam perkembangan

pendidikan Persis, pada tahun 1930 didirikan sebuah perhimpunan lembaga

pendidikan yang bernama Pendidikan Islām (Pendis).Didirikan oleh salah satu anggota Persis, A.A. Banaama yang menggunakan fasilitas Persis untuk

menyelenggarakan kelas sekolah dasar pertamanya. Sebuah iklan pada tahun

1932 menyatakan lembaga baru ini mensponsori tiga periode belajar yang

saling terkait: (1) murid-murid berusia lima tahun dapat memasuki taman

kanak-kanak, persiapan memasuki sekolah dasar; (2) murid-murid usia enam

tahun memasuki Sekolah Belanda untuk pribumi (HIS) memiliki dua kelas,

didanai dari iuran wali murid; (3) Sekolah Menengah Belanda (MULO)

sekolah menengah pertama terdiri dari dua kelas dalam sistem pendidikan

Belanda (Federspiel, 2004:150). Sebagai bukti dari konsekuensi sebagai

gerakan pembaharu yang mengembalikan ajaran Islām menurut Al-Qur‟ān

dan Sunaħ, Persis hingga Januari tahun 2012 telah memiliki 225 pesantren tersebar diseluruh Indonesia (Bidang Garapan Disdakmen PP Persis, 2012).

Dibalik kesuksesan Persis dalam pendidikan, tentu ada pendidik atau ulama

yang telah berjuang merintis pendidikan tersebut yang sangat berperan

penting yaitu pendidik. Menurut Suryasubrata (1983:26) menjelaskan.

Pendidik merupakan sebuah proses pentransferan ilmu, maka dalam sistem pendidikan salah satu komponen pentingnya yaitu harus ada pendidik. Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dan

memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifaħ Allāh SWT, dan mampu

melakukan tugasnya sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang memiliki sifat mandiri.

Mengapa diantara ulama-ulama pendiri Persis, peneliti memilih tokoh

Ahmad Hassan?

Berawal dari sejarah dalam menjawab kerisauan menghadapi penjajahan

Belanda dengan segala kebijakannya, muncul kesadaran dari ulama-ulama

(15)

pendidikan tradisional sudah tidak sesuai lagi dengan iklim pada masa itu.

Maka, dirasakanlah akan pentingnya memberikan pendidikan secara

berkembang dan teratur di madrasaħ atau sekolah secara terstruktur. Muhammad Abdullah dan Rasyīd Ridha, dengan pembaharuan yang mereka lakukan di bidang sosial dan kebudayaan yang berdasarkan tradisi Islām

menurut al-Qur´ān dan Hadīst yang dibangkitkan kembali dengan sedikit

campuran dari ilmu-ilmu Barat (Chadijah, 1999:78).

A. Hassan adalah ilmuwan Persis, seorang mujtahid, dan sosok ulama

yang mandiri juga serba bisa. Dikatakan mandiri karena dia adalah ulama

yang tidak suka mengandalkan orang lain dalam keperluannya untuk

mengembangkan dan memublikasikan segala sesuatu mengenai pengajaran

dan pembaharuan agama Islām yang dapat dilihat dari hasil pemikiran -pemikirannya. Contoh pembaharuan yang dilakukan A. Hassan dapatmulai

dilihat dari penampilan A. Hassan. Pada zaman Belanda, A. Hassan tampil

dengan berpakaian modern sebagaimana yang dipakai kolonial Belanda,

sedangkan ulama lainnya mempertahankan pakaian tradisional dan

mengharamkan berpakaian seperti Barat. Demikian juga dalam masalah

ibadah dan akidah sebagai konsekuensi kembali kepada Al-Qur´ān dan Sunaħ

yang terlihat dari pandangan-pandangan A. Hassan. Pandangan A. Hassan

berbeda dengan pandangan ulama tradisional seperti sahnya khutbahJumat

menggunakan bahasa Indonesia, syi‟ar dalam melaksanakan shalat „Ied di

lapangan, bolehnya Al-Qur‟ān diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, dan

lain sebagainya (Steenbrink, 1994:186).

Sejarah pergerakan negeri ini juga telah mencatat kiprah A. Hassan.

Ulama besar Persis pada saat itu, terlibat dalam diskusi yang kritis bersama

Presiden Soekarno mengenai konsep pembentukan konsep “Negara Bangsa”

(Muchtar, 1998:171). Sejak tahun 1924, Persis sudah menyelenggarakan kelas

pendidikan akidah dan ibadah bagi orang dewasa yang kemudian berkembang

cepat setelah A. Hassan masuk ke organisasi Persis pada tahun 1926.

Demikian pula pada bidang penerbitan/publikasi, banyak dicetak buku-buku

dan majalah-majalah yang memuat tulisan-tulisan dari pemikiran-pemikiran

A. Hassan. Penerbitan buku dan majalah ini lebih banyak atas usaha A.

Hassan sendiri.Dari menulis, mencetak sampai memublikasikannya.

Penerbitan-penerbitan ini yang membuat luasnya daerah penyebaran

pemikiran A. Hassan yang identik dengan pemikiran Persis, karena

(16)

dan mubalig organisasi lainnya sebagai referensi mereka (Wildan,

1997:28-29). Diperkuat dengan pendapat Federspiel bahwa pendidikan yang

ditawarkan Persis tentu berbeda dari pendidikan yang ditawarkan sekolah

tradisional yang sebagiannya bertumpu pada metode-metode pengajaran

tradisional, buku-buku, tradisional, pengetahuan guru (Federspiel, 2004: 116).

Para murid Persis pada saat itu mengikuti trend-trend pendidikan yang

disponsori Belanda tanpa menyimpang dari tujuan utama yakni sesuai dengan

Al-Qur´ān dan Sunaħ. Dilihat dari penggunaan kelas-kelas reguler, rencana

pengajaran umum dan bahan-bahan kurikulum yang menekankan pada

prinsip-prinsip muslim modernis (Rosyidin, 2009: 5). A. Hassan sudah lama

berkiprah dalam pendidikan, pendidikan Islām yang dulu hanya berupa

pengajian biasa di surau-surau, kemudian A. Hassan mengadakan

pembaharuan dalam hal Pengajaran Agama Islām dengan memunculkan

metode debat atau tanya jawab, dan dakwahnya melalui tulisan-tulisan

sebagai seorang ulama yang sangat berpengaruh di dunia Islām. Selain itu A.

Hassan tak segan-segan mengkritik presiden Soekarno yang pada saat itu

sangat mengidolakan sekularisasi yang diusung oleh tokoh sekuler Turki

yakni Musthafa Kemal Attatruk. Bagi A. Hassan agama tidak bisa dipisahkan

dari urusan negara. Kritik A. Hassan terhadap paham sekuler Soekarno. A

Hassan pun melahirkan karya yang sangat mampu merubah paradigma

mengenai agama Islām seperti Tafsir Al-Furqān, Soal-Jawab (4 jilid) A.B.D. Politik, Adakah Tuhan, Al-Burhān, Al-Fara‟īd, Al-Hidayaħ, Al-Hikām, Al

-Imān, Al-Jawahir, Al-Manasik, Al-Mażhab, Al-Mukhtar An-Nubuwaħ, Apa

Dia Islām?, Aqa‟īd, At-Tauhīd, Bacaan Sembahyang, Belajar Membaca Huruf

Arab, Bibel lawan Bibel, Bulūġ Marām, Debat Kebangsaan, Debat Luar

Biasa, Debat Riba, dan lain sebagainya (Wildan, 1997:47-50).

A. Hassan dalam kiprahnya tentu tidak seorang diri, dengan memiliki kader

yang sangat cerdas yakni M. Natsir menjadikan dunia pendidikan di Persis

semakin berkembang. M. Nasir sendiri dipercaya menjadi ketua di lembaga

pendidikan Persis atau Pendis oleh A. Hassan dan ulama pendiri Persis lainnya

(Bachtiar, 1995:16).Namun, yang terjadi A. Hassan yang menjadi salah satu

orang yang mendirikan lembaga pendidikan di Indonesia kurang dikenal oleh

masyarakat Indonesia, kurang dimunculkannya dalam sejarah pendidikan

nasional. Maka atas dasar simpati penulis terhadap Ahmad Hasan dan rasa ingin

tahu yang mendalam tentang pemikirannya dalam bidang pendidikan Islām di

(17)

suatu permasalahan: Bagaimana Pengaruh Pemikiran A. Hassan tentang Pendidikan Islām dan Implementasinya di Lembaga Pendidikan Persatuan Islām (Persis)?.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, agar penelitian ini mencapai

sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, membuat peneliti merasa perlu

untuk merumuskan masalahnya. Maka yang menjadi persoalan utama kajian

ini akan penulis fokuskan pada perumusan tentang bagaimana konsep

pendidikan Islām di lembaga Persatuan Islām (PERSIS) berdasarkan

pemikiran Ahmad Hassan. Sebelum merumuskan masalah, peneliti

memaparkan sedikit mengenai definisi operasional yang akan peneliti bahas.

a) Pemikiran

Pemikiran dalam kamus Bahasa Indonesia (2008: 1072) adalah

proses, cara, perbuatan memikir: problem yang memerlukan

pemecahan.Pemikiran di sini adalah pemikiran dari Guru Besar Persis

Ahmad Hassan: yaitu pandangan, penilaian serta pemikiran beliau

tentang pendidikan Islām itu sendiri. Pemikiran pendidikan Islām

Ahmad Hassan yang dimaksud adalahpandangan dan pendapatnya

yang tertuang dalam karya-karya yang ditulisnya.

b) PendidikanIslām

Menurut Muhaimin (2004:29) Pendidikan menurut Islām atau Pendidikan Islāmi, yakni pendidikan yang dipahami dan

dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang

terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu al-Qur´ān dan Sunaħ.

Dalam pengertian yang pertama ini, pendidikan Islām dapat berwujud

pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun

dan dikembangkan dari sumber-sumber dasar tersebut. Jadi,

pendidikan Islām adalah pendidikan yang berdasarkan kepada al

-Qur´ān dan Sunaħ. Dalam penelitian ini penulis memaparkan konsep

pendidikan dalam delapan unsur pendidikan di antaranya; Tujuan,

Kelembagaan, Muatan pendidikan, Tugas dan Fungsi Pendidik,

Peserta didik, metode pembelajaran, alat atau media pendidikan dan

evaluasi.

(18)

Persatuan Islām atau sering disingkat Persis adalah Organisasi masyarakat Islām yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan

sosial. Berdiri pada tanggal 12 September 1923. Persis terbentuk dari

perkumpulan para ulama-ulamanya yang mempunya satu tujuan yang

sama yakni mengembalikan ajaran Islām pada Al-Qur´ān dan Sunaħ.

Karena Persis mempunyai usaha besar yakni ingin mencerdaskan

masyarakat dari kejumudan, maka organisasi ini memulai melalui

dakwah atau ceramah-ceramah ke berbagai tempat dan melalui

pendidikan.

Untuk mewujudkan pendidikan berdasarkan Al-Qur´ān dan Sunaħ

tersebut, peneliti memilih tokoh utama Persis yakni A. Hassan sebagai

pelopor ulama yang ingin mengembalikan ajaran Islām kembali kepada

al-Qur´ān dan Sunaħyang dianalisis dari konsep pemikirannya dalam pendidikan Islām. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,

maka dapat dirumuskan dalam satu pertanyaan pokok yang menjadi

permasalahan utama penelitian, yaitu Bagaimanakah Konsep Pendidikan Islām A. Hassan, di analisis melalui pemikiran-pemikiran A. Hassan dan Kiprahnya di Lembaga Persatuan Islām (Persis).

Permasalahan pokok penelitian ini dapat dijabarkan melalui daftar

pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang pemikiran dan kiprah A. Hassan dalam

pendidikan Islām dilihat di lingkungan Persis?

2. Bagaimana konsep pemikiran A. Hassan dengan delapan unsur

pendidikan?

3. Bagaimana implementasi konsep pendidikan A. Hassan di lembaga

PERSIS?

C. Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang sesuai dengan hasil penelitian yang

di harapkan peneliti, maka tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk

mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai konsep pendidikan Islām dalam

pemikiran A. Hassan dan untuk menambah khazanah keilmuan dalam pendidikan

Islām.Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui latar belakang pengaruh-pengaruh pemikiran A. Hassan dan

kiprah A. Hassan dalam pendidikan Islām di lingkungan lembaga

(19)

b. Menganalisis konsep pemikiran A. Hassan dalam kedelapan unsur

pendidikan.

c. Memperoleh gambaran tentang implementasi konsep pendidikan A.

Hassan di lembaga PERSIS.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat di dalam bidang akademis dan

non-akademis baik secara teoritis maupun praksisnya:

1. Manfaat Teoritis

a) Mendapatkan data dan fakta yang sahih mengenai konsep pendidikan

Islām menurut pemikiran A. Hassan salah satunya dalam karya-karya A. Hassan sehingga dapat menjawab permasalahan secara

komprehensif terutama yang terkait dengan pendidikanIslām.

b) Untuk memperkenalkan sosok A. Hassan sebagai salah satu tokoh

pemikir dalam pendidikan Islām di Indonesia.

c) Memberikan sumbangan bagi perkembangan khazanah ilmu

pengetahuan terutama bagi kemajuan ilmu pendidikan, khususnya

menyangkut pemikiran dan konsep pendidikan A. Hassan yang belum

begitu dikenal akrab oleh sebagian mahasiswa ataupun pemerhati

pendidikan Islām lainnya.

2. Manfaat Praktis

a) Menambah perbendaharaan referensi di perpustakaan Universitas

Pendidikan Indonesia terutama Program Studi Ilmu Pendidikan

Agama Islām.

b) Merupakan sumber referensi bagi Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial khususnya Program Studi Ilmu Pendidikan Agama

Islām, yang akan meneliti lebih lanjut mengenai pemikiran-pemikiran A. Hassan yang lainnya.

3. Manfaat Kebijakan

Memberikan masukan bagi para pakar di bidang pendidikan

mengenai keunggulan dan orisinalitas A. Hassan tentang kiprahnya

dalam pendidikan Islām. Kemudian, diharapkan dapat ditransfer ke

dalam dunia pendidikan Islām Indonesia pada umumnya dan Program

(20)

Dalam membahas penelitian ini, peneliti akan menyusun dalam enam Bab,

Bab I Pendahuluan, Bab II kajian Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV

Paparan Hasil Penelitian, Bab V Penutup.

Bab I, Pendahuluan. yang berfungsi untuk memaparkan alasan mengapa

masalah ini penting untuk diteliti. Pendahuluan berisi latar belakang masalah,

identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika pembahasan.

Bab II, Kajian Pustaka. Dalam kajian pustaka ini, peneliti akan menjelaskan

mengenai konsep pendidikan Islām, sejarah pendidikan Islām di Indonesia dan kiprah PERSIS dalam pendidikan Islām di Indonesia.

Bab III, metode penelitian. Berisi tentang metode dan pendekatan penelitian

yang digunakan oleh peneliti, sumber data, dan analisis data.

Bab IV, analisis hasil penelitian. Dalam bab ini, peneliti akan melakukan

analisis lebih mendalam mengenai konsep pendidikan menurut pemikiran A.

Hassan dengan cara menghadirkan beberapa teori dan pendapat pakar sesuai data

yang diperoleh dengan konteks sekarang.

(21)

BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Subyek penelitian yang dimaksud adalah subyek yang menjadi sasaran

penelitian. Sasaran penelitian ini adalah tokoh utama sebuah organisasi

Pembaharu Persatuan Isl m yaitu Ahmad Hassan atau lebih dikenal dengan A. Hassan setiap hasil pemikiran-pemikirannya dalam

karya-karyanya selama ini. Adapun lokasi penelitian adalah tempat yang menjadi

tempat dilaksanakannya pengamatan penelitian. Adapun penelitian ini

dilaksanakan di Pimpinan Pusat Persatuan Isl m yang berada di Jl. Perintis

Kemerdekaan No. 2 Kota. Bandung. Dengan pertimbangan, PP. Persis

merupakan sumber data primer dan sekunder, baik data berupa

dokumen-dokumen, buku-buku, majalah-majalah maupun data lapangan. Karena di

sanalah tempat para pimpinan Persis dan tokoh-tokoh Persis menjalankan

aktivitasnya, serta tempat dokumen-dokumen Persis mengenai A. Hassan

dan perjuangannya.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif-analisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pemikiran A. Hassan tentang pendidikan Isl m dan pengaruhnya terhadap

pendidikan di Lembaga Pendidikan Persatuan Isl m. Oleh karena itu,

pendekatan penelitian yang paling tepat dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Karena penelitian kualitatif berupaya mengkaji

secara kritis kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena (Alwasilah,

2009: 91). Penelitian kualitatif, seperti pendapat Basrowi dan Suwandi

(2008:21) “penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata -kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Berdasarkan hal tersebut, penulis fokus dan memusatkan perhatian pada

kejadian atau kenyataan dalam konteks yang diteliti. Setiap kejadian

merupakan sesuatu yang unik, berbeda dengan yang lain dikarenakan

(22)

berubah-ubah dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi

lapangan. Desain digunakan untuk asumsi untuk melakukan penelitian

dan sifatnya fleksibel dan terbuka.

Guba dan Lincoln (Alwasilah, 2008:104) mengemukakan

karakter-karakter pendekatan kualitatif sebagai berikut.

a. Latar alamiah, karena pengamatan akan mempengaruhi apa yang

diamati, dan untuk mendapatkan pemahaman yang maksimal

keseluruhan obyek harus diamati.

b. Manusia atau peneliti sebagai instrumen, karena hanya manusia

yang sanggup beradaptasi secara fleksibel dengan realitas yang

bermacam-macam sehingga dapat menuntaskan dengan fenomena

yang dipelajari.

c. Pemanfaatan pengetahuan yang tidak sesuai atau non-proposional.

d. Metode-metode kualitatif sebagai metode yang lebih mudah untuk

diadaptasikan dengan realitas yang beragam.

e. Pemilihan sampel secara teoritis, bukan sampel acak.

f. Analisis data secara induktif untuk memudahkan peneliti

mengidentifikasi realitas di lapangan dan segala aspek yang

mempengaruhi.

g. Teori dilandaskan pada data lapangan karena mereka percaya

kebenaran akan terlihat dan teralami sendiri di lapangan.

h. Desain penelitian muncul dengan sendirinya.

i. Hasil penelitian berdasarkan negosiasi guna untuk memahami

makna dari data yang didapat.

j. Gaya pelaporan peneliti seperti studi kasus untuk menjelaskan

hubungan antara peneliti dengan responden

k. Data yang terkumpul diberi penjelasan secara idiografik atau

kontekstual berdasarkan hukum generalisasi.

l. Penerapan tentatif

m. Batas penelitian ditentukan dalam fokus penelitian

(23)

Adapun karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and

Biklen (Sugiyono, 2009 :9) adalah sebagai berikut:

a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah

instrumen kunci.

b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang

terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak

menekankan pada angka.

c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada

produk atau outcome.

d. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

e. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna

Dan dari penjelasan kriteria-kriteria tadi, ada pula keistimewaan

kualitatif di jelaskan Maxwell (Alwasilah, 2008:107-108) mengajukkan

lima keistimewaan pendekatan kualitatif, di antaranya:

a. Pemahaman makna, yaitu cara pandangan peneliti dalam

memaknai segala sesuatu yang mempengaruhi penelitian.

b. Pemahaman konteks tertentu, di mana perilaku responden dilihat

dalam konteks tertentu, dan berkonsentrasi pada jumlah tertentu

dan bukan dari banyak jumlah responden.

c. Identifikasi fenomena dan pengaruh yang tidak terduga bagi

peneliti.

d. Kemunculan teori berbasis data.

e. Lebih memahami proses dari pada hasil.

Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:23) karakteristik khusus

penelitian kualitatif berupa pengungkapan keunikan individu, kelompok,

masyarakat atau organisasi tertentu dalam kehidupan sehari-hari secara

komprehensif dan rinci. Pendekatan ini merupakan suatu metode

penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan suatu deskripsi tentang

(24)

Semuanya itu dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan

holistik.

Dalam penelitian ini, peneliti mengungkap pemikiran Ahmad Hassan

sebagai ulama dan tokoh utama Persis tentang pendidikan di lingkungan

Persis. Peneliti yang bertindak sebagai instrumen penelitian, mulai

mengumpulkan, mendeskripsikan dan menganalisis data yang telah

diperoleh selama penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen (Rizal,

2012:166) “ciri lain dari penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif -analitik, karena itulah data yang peneliti peroleh tidak dijelaskan dan

diuraikan dalam bentuk angka-angka statistik, tetapi dalam bentuk narasi

deskriptif”.

Penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti sekelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, di mana tujuannya

adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

fenomena yang diselidiki. Metode ini bukan saja memberikan gambaran

terhadap fenomena tetapi juga menerangkan hubungan, menguji

hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dari

suatu masalah yang ingin dipecahkan (Nazir 2008 :54). Menurut

Sukmadinata (2010 :720), metode deskriptif yaitu suatu bentuk

penelitian yang paling dasar. Ditunjukkan untuk mendeskriptifkan atau

menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang

bersifat alamiah atau rekayasa manusia.

Dengan demikian, pemilihan metode ini didasarkan pada kenyataan

peneliti untuk memusatkan perhatian penuh terhadap objek yang diteliti

secara naturalistik termasuk menganalisis pemikiran A. Hassan dalam

(25)

C. Metode Penelitian

Moleong (2010:155) menyebutkan, “Ada berbagai metode dalam penelitian kualitatif, yaitu historis, etnografis, atau studi kasus” Adapun

penelitian ini termasuk penelitian kualitatif bersifat historis, karena

meneliti tentang tokoh dan pemikirannya, serta menggunakan metode

deskriptif- analisis yaitu dengan memberi gambaran utuh dan sistematis

dalam mengungkap pemikiran Ahmad Hassan tentang pendidikan.

sementara menurut Sugiyono (2009:3) dalam penelitian kualitatif,

pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh

fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Oleh karena itu

analisis data yang dilakukan bersifat indikatif berdasarkan fakta-fakta

yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis

atau teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak

peneliti menyusun proposal, melaksanakan pengumpulan data di

lapangan, sampai peneliti mendapatkan seluruh data.

Sesuai dengan permasalahan sebelumnya, penelitian ini secara fokus

mengkaji suatu hasil pemikiran tentang pendidikan yang dianalisis dari

ulama besar Persis yaitu Ahmad Hassan. Jenis penelitian yang digunakan

penulis adalah library research atau penelitian kepustakaan. Penelitian

kepustakaan adalah penelitian yang menggunakan data-data kepustakaan

sebagai bahan yang dapat dikaji dan ditelaah untuk memperoleh suatu

hasil dan konsepsi penelitian yang obyektif. Dengan jenis penelitian

kepustakaan, informasi dapat didapat dan diolah secara lengkap untuk

menentukan tindakan ilmiah sebagai instrumen penelitian yang memenuhi

standar yang mendukung proses penelitian (Subagyo, 1999: 109). Senada

dengan Zed bahwa penelitian kepustakaan adalah serangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,

membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 1999:3).

(26)

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variable-variabel

yang sedang diteliti menjadi sifat operasional dalam kaitannya dengan

proses pengukuran variable tersebut (Sarwono, 2006: 27). Arikunto

(2010: 161) menuliskan bahwa variable adalah objek penelitian yang

menjadi titik berat dari perhatian penelitian. Oleh karena itu peneliti

membagi definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pemikiran dalam kamus Bahasa Indonesia (2008: 1072) adalah

proses, cara, perbuatan memikir: problem yang memerlukan

pemecahan. Pemikiran di sini adalah pemikiran dari Guru Besar

Persis Ahmad Hassan: yaitu pandangan, penilaian serta pemikiran

beliau tentang pendidikan Isl m itu sendiri. Pemikiran pendidikan Isl m Ahmad Hassan yang dimaksud adalah pandangan dan pendapatnya yang tertuang dalam karya-karya yang ditulisnya

2. Pendidikan menurut Isl m atau Pendidikan Isl mi, yakni

pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan

nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya,

yaitu al-Qur´ n dan Sunaħ. Dalam pengertian yang pertama ini,

pendidikan Isl m dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan

yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari

sumber-sumber dasar tersebut (Muhaimin, 2004:29). Dalam

penelitian ini penulis memaparkan konsep pendidikan dalam

delapan unsur pendidikan di antaranya; Tujuan, Kelembagaan,

Muatan pendidikan, Tugas dan Fungsi Pendidik, Peserta didik,

metode pembelajaran, alat atau media pendidikan dan evaluasi

3. PERSIS adalah singkatan dari Persatuan Isl m. Persis merupakan

salah satu organisasi masyarakat Isl m yang bergerak di bidang

pendidikan, dakwah dan sosial. Berdiri pada tanggal 12 September

1923. Persis terbentuk dari perkumpulan para ulama-ulamanya

yang mempunya satu tujuan yang sama yakni mengembalikan

(27)

usaha besar yakni ingin mencerdaskan masyarakat dari

kejumudan, maka organisasi ini memulai melalui dakwah atau

ceramah-ceramah ke berbagai tempat dan melalui pendidikan.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian atau

alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Karena peneliti adalah instrumen

dari penelitian maka harus ada “Validasi” dengan tujuan untuk mengetahui

seberapa jauh kesiapan peneliti dalam melakukan penelitian. Validasi ini

meliputi pemahaman peneliti terhadap metode penelitian kualitatif,

penguasaan peneliti akan wawasan terhadap bidang yang diteliti dan

kesiapan peneliti untuk terjun dalam obyek penelitian baik dalam

akademik atau logistik (Sugiyono, 2010: 305). Menurut Nasution

(Sugiyono, 2010: 307) ciri-ciri peneliti sebagai instrumen penelitian yang

serasi sebagai berikut:

1. Mampu bereaksi terhadap segala rangsangan lingkungan yang

bermakna untuk penelitian.

2. Mampu menyesuaikan diri.

3. Menangkap segala instrumen dari tiap situasi secara keseluruhan.

4. Merasakan dan menyelami situasi yang melibatkan interaksi

dengan manusia.

5. Segera menganalisis data hingga melahirkan hipotesis

6. Mengambil kesimpulan dari data yang dikumpulkan

7. Menjawab segala hal terutama memperhatikan respons yang aneh

bahkan bertentengan untuk mempertinggi tingkat pemahaman.

Dalam penelitian ini, sebagai instrumen utama, penulis sudah

memenuhi dua syarat yang telah ditentukan menurut Sugiyono. Pertama,

penulis memiliki pemahaman mengenai metode kualitatif yang

digunakan. Seperti seluruh proses dalam penelitian kualitatif ini dimulai

dari memperoleh data, mengolah data, menganalisis data dengan

menggunakan aturan-aturan penelitian kualitatif studi literatur ini hingga

(28)

penulis sebagai instrumen utama dituntut menguasai wawasan mengenai

obyek yang diteliti. Dalam hal ini berikut alasan penguat mengenai

penguasaan terhadap obyek akan diteliti yaitu mengenai A. Hassan dan

Pendidikan di lingkungan Persis: (1) Penulis lahir dalam kondisi keluarga

yang latar belakangnya banyak berkiprah di lembaga Persis (2) Penulis

mengikuti pendidikan di Lembaga Pendidikan Persis selama kurang lebih

delapan tahun, (3) Penulis aktif di kegiatan-kegiatan Persatuan Isl m baik

dalam ranah pendidikan, dakwah atau sosial yang digarap Persis. Dari

seluruh alasan di atas, penulis memulai penelitian A. Hassan dan

Pendidikan Persis dengan memilah dan memilih data yang relevan,

pengumpulan informasi yang dibutuhkan, menganalisis data yang didapat

dan membuat kesimpulan dari penelitian yang telah diperoleh.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama untuk

memperoleh data penelitian. Dalam penelitian ini, pengumpulan data

menggunakan studi pustaka dengan pengumpulan data dokumenter

sebagai sumber data primer, wawancara dan observasi sebagai sumber

data sekunder dan pendukung dalam penelitian ini.

a. Studi Pustaka dan Dokumentasi

Penelitian kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan

mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 1999:3). Dalam

studi pustaka menggunakan metode dokumentasi. Menurut Burhan

Bungin ( 2007 : 121 ) “Metode dokumenter adalah salah satu metode

pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial

untuk menelusuri data historis”. Sugiyono ( 2007 : 329 ) menyatakan bahwa“dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang”. Dalam analisis dokumen, Guba dan Lincoln (Sugiyono,

(29)

catatan), dokumen adalah barang selain catatan tertulis yang telah ada

pada seseorang atau lembaga seperti surat, jurnal, catatan harian,

pidato, artikel koran catatan medis, surat wasiat, dan lain sebagainya,

records adalah catatan tertulis yang disiapkan oleh seseorang atau

lembaga untuk pembuktian sebuah peristiwa seperti surat nikah, akta

kelahiran, bukti setoran pajak, dan lain sebagainya.

Alasan Penulis menggunakan studi pustaka atau dokumentasi

karena merupakan bahan utama dalam penelitian historis. Bahan

dokumenter itu telah ada, telah tersedia dan siap pakai, banyak yang

dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu yang berguna bagi

penelitian yang dijalankan dan dapat dijadikan bahan trianggulasi

untuk mengecek kesesuaian data. Yang dimaksud dokumen pada

penelitian ini adalah dokumen resmi berkenaan dengan tulisan-tulisan

A. Hassan dalam pendidikan, naskah pemikiran A. Hassan dalam

majalah Pembela Isl m, karya-karya A. Hassan yang menjadi hasil pemikiran A. Hassan, dan peraturan lembaga pendidikan yang

didirikan A. Hassan, dan lain sebagainya.

b. Wawancara/interviu

Esterberg (Sugiyono, 2010:317) menjelaskan, “wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam topik tertentu”. Menurut Alwasilah (2009:154) “melalui interviu peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam, dalam penelitian kualitatif,

teknik pengumpulan data yang utama adalah wawancara”. Menurut

Patton (Moleong, 2010) menyebutkan tiga bentuk wawancara yaitu:

(1) Wawancara informal; (2) wawancara menggunakan petunjuk

umum; (3) wawancara baku dan terbuka. Dalam memilih dan

menggunakan bentuk wawancara tersebut, peneliti

mempertimbangkan situasi, keadaan responden dan informasi yang

dibutuhkan. Peneliti melakukan wawancara terstruktur dan semi

(30)

pertanyaan-pertanyaan wawancara baik pertanyaan-pertanyaan pokok, kemudian menggali

informasi dan data-data dengan menggunakan pedoman wawancara.

Dimulai dari mewawancarai Ulama-ulama Persis yang mengetahui

kiprah A. Hassan dan pendidikan, Bidang pendidikan di Pimpinan

Pusat Persis, Mudīr al- m (kepala sekolah) Pesantren Pajagalan Bandung, Sekretaris Pusat PP Persis dan Ketua Umum PP Persis

periode 2012-2015 (lihat lampiran halaman 236-237).

c. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2010:310) menjelaskan “observasi

merupakan dasar ilmu pengetahuan yang digunakan para ilmuwan

untuk memperoleh fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi”. Adapun menurut Alwasilah (2009:96) “observasi

adalah mengadakan pengamatan terhadap simbol-simbol verbal dalam

komunikasi lintas budaya”. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan

peneliti dengan melihat dan mengamati peninggalan dari perjuangan

A. Hassan dalam pendidikan yaitu Pesantren Persatuan Islam

Pajagalan Bandung yang masih ada sampai sekarang. Peneliti datang

ke lokasi penelitian tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan dan hanya

melakukan pengamatan saja.

G. Prosedur Penelitian

Dalam hal ini, penulis akan merujuk pada sumber-sumber yang telah

ada, baik yang di tulis secara langsung oleh Ahmad Hassan maupun

sumber-sumber sekunder yang lain. Penulis berusaha membaca,

menganalisis dan mengkritisi pemikiran tokoh ini. Setelah data terkumpul,

maka teknik yang digunakan adalah membaca teks dan pembuatan catatan

penelitian. Dalam pembacaan teks yang ditulis oleh Ahmad Hassan

maupun hasil pembacaan orang lain terhadapnya, penulis menelaah

terlebih dahulu dan berusaha mengkritisi agar memperoleh hasil yang

maksimal.

(31)

Tahap ini adalah tahap awal dalam penelitian yang dilakukan oleh

penulis di antaranya:

a. Penentuan dan pengajuan tema penelitian

Pada tahap ini penulis mengajukkan sebuah judul penelitian

skripsi kepada Tim Pertimbangan Penulisan skripsi (TPPS) Program

Studi Ilmu Pendidikan Agama Isl m (IPAI) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Tahapan ini merupakan prosedur baku yang harus dilalui oleh penulis

sebelum melakukan penelitian. Adapun judul skripsi yang diajukkan

adalah Studi Analisis terhadap Pemikiran A. Hassan tentang

Pendidikan Isl m di Lembaga Pendidikan Persatuan Isl m (PERSIS)

yang dirancang dalam bentuk proposal penelitian.

b. Penyusunan Rancangan penelitian

Rancangan penelitian dalam bentuk proposal merupakan kerangka

dasar yang menjadi acuan penulis dalam melakukan dan melaporkan

penelitian. Proposal penelitian skripsi berisi tentang latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, tinjauan pustaka, organisasi penulisan dan daftar pustaka.

Setelah diajukan dan disetujui oleh tim TPPS, maka penulis

mendapatkan Surat Keputusan (SK) penunjukan dosen pembimbing

yang dikeluarkan pada 01 Oktober 2012 , pembimbing yang dimaksud

adalah Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag sebagai pembimbing I dan Dr. H.

A. Syamsu Rizal, M. Pd sebagai dosen pembimbing II.

c. Konsultasi (bimbingan) Skripsi

Untuk kebenaran dan kesesuaian dalam penulisan skripsi, penulis

dibimbing oleh dosen pembimbing. Proses bimbingan dilaksanakan

melalui kesepakatan bersama antara dosen pembimbing dan penulis.

Kesepakatan ini dilaksanakan dengan menghubungi dosen

pembimbing terlebih dahulu untuk melakukan proses bimbingan.

Bimbingan dimulai sejak penulis melakukan PPL dan berjalan kurang

(32)

bimbingan kembali lancar. Bimbingan dilaksanakan di Kampus dan

selama bimbingan penulis menuliskan masukan dan saran dari para

dosen pembimbing.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan

dan metode yang penulis gunakan yaitu deskriptif.

Tahapan-tahapannya adalah:

a. Inventarisasi data

Sebelum melakukan pencarian sumber, penulis menentukan

tema penelitian, yakni konsep pendidikan Isl m dan mengenai tokoh Persatuan Isl m yakni A. Hassan. Kemudian dilakukan

pengumpulan sumber data yang relevan dengan pokok kajian yang

diteliti penulis. Terkait teknik yang penulis gunakan adalah studi

Litelatur atau Pustaka, maka sumber yang digunakan adalah

tulisan baik buku, dokumen, surat, majalah, karya ilmiah serta

bahan yang penulis temukan di internet. Dalam pencarian sumber,

penulis menggunakan buku-buku koleksi pribadi terlebih dahulu,

kemudian perpustakaan UPI, Perpustakaan PP Persis di Jl. Viaduct

dan membeli sumber dari toko buku.

Sumber data primernya buku yang berkaitan dengan biografi

A. Hassan dan sejarah A. Hassan dalam pendidikan Isl m yang

dilakukan A. Hassan di lingkungan Persis dari beberapa sumber di

antaranya: Konsep Pendidikan Formal Isl m karya Dedeng Rasyīdin dan disertasinya yang berjudul Konsep Pendidikan Formal Pesantren Persatuan Isl m tahun 2009, A. Hassan Pemikir Isl m Radikal karya Syafiq Mughni, yang Da’i Yang Politikus dan

Sejarah Perjuangan Persis karya Dadan Wildan, Persatuan Isl m

karya Federspiel,Pembaharuan Isl m Indonesia Abad XX dan pedoman Jam’iyyaħ Persatuan Isl m, dan karya-karya A. Hassan yang berhubungan dengan pendidikan. Sumber data kedua adalah

(33)

PP Persi dan Mudīr Mu’alimīn Pajagalan Bandung. Adapun

observasi yaitu hanya mengamati peninggalan A. Hassan.

Sumber data sekunder yang diperoleh oleh peneliti untuk

skripsi ini adalah buku-buku yang menunjang terhadap penelitian

seperti buku karya Hasan Langgulung yang berjudul Manusia dan

Pendidikan, Sejarah Pendidikan Isl m karya Samsul Nizar, buku Ilmu Pendidikan Isl m karya Abdul Mujib, Deliar Noer tentang Gerakan Modern Islām di Indonesia 1900-1924 (1996), dan buku-buku lain yang mendukung penelitian ini.

b. Interpretasi Data dan Penulisan

Interpretasi adalah proses penafsiran dan penguraian data dan

fakta yang telah ditetapkan. Tahapan ini adalah tahapan

pemaknaan terhadap data yang diperoleh dalam penelitian.

Penulisan ini adalah penulisan sejarah, pada tahapan ini penulis

menyajikan hasil temuan data dengan cara yang sudah ditetapkan

dalam Pedoman Karya Ilmiah UPI tahun 2012.

c. Laporan Penelitian

Ini adalah tahapan terakhir, pada tahapan ini penulis menyusun

hasil penelitian secara sistematis agar menjadi suatu karya ilmiah

sebagaimana tercantum dalam Pedoman Karya Ilmiah UPI tahun

2012.

H. Analisis Data

Alwasilah (2009:85) menyebutkan ada 4 macam pertanyaan yang

harus dijawab dalam menggunakan metode kualitatif, yaitu (1) Apa yang

sebenarnya dilakukan dalam penelitian? (2) Data apa saja yang dicari? (3)

pendekatan dan teknik apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?

(4) teknik yang dipakai dalam menganalisis data?. Merujuk empat hal

data, penulis akan memaparkannya, yaitu tahapan penelitian,

langkah-langkah pengumpulan data, teknik pengumpulan data dan teknik

menganalisis data. Analisis data kualitatif adalah usaha yang dilakukan

(34)

memilah dan memilih data agar dapat dikelola dengan mudah,

mensistensiskannya, mencari dan mendapatkan suatu pola, menemukan

yang paling penting dan dibutuhkan untuk dianalisis dan dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diberitakan kepada orang lain (Moleong,

2010:248). Oleh karena itu, analisis dan penafsiran data ini menapaki

tahapan-tahapan berikut:

1. Mereduksi dan Mengategorisasi Data

Mereduksi dan mengategorisasi data dilakukan secara bersamaan,

menurut Moleong reduksi data diartikan sebagai abstraksi yaitu

membuat inti data ke dalam rangkuman (Moleong, 2010: 247). Dalam

penelitian ini, data-data yang dikumpulkan dari dokumentasi,

wawancara dan observasi dianalisis dan direduksi data yaitu dengan

mencari-cari, memilih dan memilah data yang inti dari semua data

yang sudah terkumpul kemudian disusun secara sistematis ke dalam

lembaran-lembaran rangkuman. Dalam proses ini, data yang

digunakan hanya yang berkaitan dengan kepentingan penelitian, yaitu

mengenai konsep pemikiran A. Hassan dan faktor yang

mempengaruhinya yang tersusun dalam riwayat hidup A. Hassan,

konsep pendidikan Isl m dalam delapan aspek pendidikan mengenai

tujuan, lembaga, muatan pendidikan, pendidik, peserta didik, metode,

alat/media dan evaluasi pendidikan, perkembangan lembaga

pendidikan di Persatuan Isl m, dan implementasi konsep pendidikan

menurut A. Hassan yang berkembang sampai saat ini.

Seluruh data yang telah penulis peroleh melalui studi

dokumentasi, wawancara dan observasi, kemudian diklasifikasikan

berdasarkan kategori-kategori yang relevan dengan permasalahan

penelitian, kategorisasi menggunakan teknik koding. Koding adalah

membagi-bagi data dan mengelompokkannya dalam sebuah kategori.

Gunanya untuk memudahkan peneliti dalam membandingkan temuan

dalam satu kategori atau silang kategori (Alwasilah, 2009: 160).

(35)

untuk sumber data seperti (Dokumen = D, Wawancara= W, Observasi

= O). Koding untuk jenis responden (Ustad = U, Mudīr = M Pimpinan

lembaga= P, Kesekretariatan (S), untuk lokasi Observasi (Kantor=K

dan untuk Ruangan = R) (selanjutnya dalam lampiran 2). Adapun

kategorisasi dalam penelitian ini berdasarkan istilah-istilah teknis

seperti: Implementasi Pendidikan A Hassan (IP), Konsep pendidikan

A. Hassan (KP), Tujuan Pendidikan (TP), Lembaga Pendidikan (LP),

Muatan Pendidikan (MP), Pendidik (PD), Peserta Didik (PS), Media

atau Alat Pendidikan (MD), Metode Pendidikan (MT) dan Evaluasi

Pendidikan (EV) (Lampiran halaman 236-237).

Kategorisasi dalam penelitian ini didasarkan pada istilah-istilah

pengumpulan data di lapangan dan setelah keseluruhan data terkumpul

melalui teknik pengumpulan data. Sesuai dengan pemaparan dari

Sugiyono (2010:336-338), analisis data dilakukan sejak sebelum

masuk ke lapangan, namun dalam penelitian kualitatif analisis data

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan

pengumpulan data. Analisis Data dibagi menjadi tiga yaitu,

a. Analisis sebelum di lapangan,

Diambil dari data hasil studi pendahuluan atau data sekunder

yang akan digunakan. Namun sifatnya sementara, karena data

akan terus berkembang. Dalam hal ini peneliti melakukan analisis

data terhadap buku-buku mengenai pendidikan Isl m, pendidikan

di lingkungan Persis, dan data yang diperoleh dari wawancara

bebas yang dilakukan peneliti dengan tokoh-tokoh Persis

mengenai A. Hassan. Kegiatan ini dilakukan mulai 2 November

2012 satu bulan setelah SK pembimbing dan proposal skripsi

dimuat. Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan reduksi

data, mencari dokumen yang sesuai dengan penelitian yaitu

mengenai konsep pendidikan Isl m, pemikiran A. Hassan dalam

karyanya baik tulisan, karya atau peninggalan, dan membuat

(36)

untuk dikumpulkan dari sumber-sumber data.

b. Analisis selama di lapangan

Yaitu analisis data dilakukan saat pengumpulan data

berlangsung secara kontinu. Analisis data selama di lapangan

dibagi tiga yaitu reduksi data, kategorisasi data dan klasifikasi data

sesuai dengan fokus pertanyaan penelitian. Pengumpulan data di

lapangan ini dimulai sejak November 2012 sampai Januari 2013,

dalam kurun waktu tersebut jika data yang diperoleh sesuai

dengan rumusan konsep pendidikan Isl m dalam pemikiran A.

Hassan maka data ini akan digunakan, jika tidak relevan maka

data di tidak dipakai atau buang.

c. Setelah pengumpulan data

Setelah data terkumpul seluruhnya, analisis dilakukan terhadap

seluruh data yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan

data. Display atas keseluruhan data dilakukan dalam bentuk teks

naratif yang mendeskripsikan analisis pemikiran A. Hassan

tentang Pendidikan Isl m di Lembaga Pendidikan Persatuan Isl m.

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis isi (content analiysis) penelitian yang bersifat

mendalam dalam memaparkan pembahasannya terhadap isi dari

informasi yang didapat secara tertulis maupun tercetak dalam

media massa (Afifudin dan Beni, 2009:145). Syarat metode

analisis adalah: (1) data yang tersedia berasal dari data yang

berdokumentasi; (2) ada keterangan lengkap atau kerangka teori

tertentu mengenai metode pendekatan terhadap data; (3) peneliti

memiliki kemampuan menganalisis data. Adapun metode analisis

isi dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pemikiran A.

Hassan mengenai konsep pendidikan dan implementasinya.

(37)

Untuk mencapai derajat kepercayaan dalam penelitian ini,

peneliti melakukan beberapa uji validitas data melalui beberapa

tahapan yang disebutkan Moleong dalam Alwasilah (2009:179)

yaitu perpanjangan waktu, kecukupan pengamatan, trianggulasi dan

member chek. Uji validitas dalam penelitian ini dengan melakukan:

a. Kecukupan pengamatan, pengamatan pada bukti peninggalan

dari usaha A. Hassan dalam pendidikan Isl m yaitu lembaga pendidikan Pesantren Persatuan Isl m No. 1 Pajagalan

Bandung yang diprakarsai oleh A. Hassan. Hal ini dilakukan

dengan tujuan mendapatkan data-data sesungguhnya mengenai

implementasi konsep pendidikan A. Hassan pada tataran

praktis.

b. Trianggulasi, menurut Sugiyono (2008) trianggulasi diartikan

sebagi teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data. Bila

peneliti melakukan pengumpulan data yang sekaligus menguji

kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Menurut Alwasilah (2009: 150) dalam trianggulasi digunakan

beberapa format yaitu: Time trianggulation, space

trianggulation, combined level of trianggulation, investigator

trianggulation dan methodological trianggulation. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan methodological

trianggulation yaitu kombinasi metode dari data yang telah

didapatkan seperti dokumentasi, wawancara dan observasi.

Kemudian data yang diperoleh dari salah satu teknik

pengumpulan data dibandingkan dengan hasil data yang lain

seperti melalui wawancara dengan responden yang berbeda:

Ustaż, Mudīr, bidang pendidikan Persis, sekretaris PP Persis dan Ketua Umum Persatuan Isl m. Kesesuaian wawancara

Referensi

Dokumen terkait

DIKNAS (dinas pendidikan nasional) adalah salah satu unit pelayanan masyarakat yang bergerak pada bidang pendidikan, dalam penyediaan pelayanan tersebut Diknas

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang sering digunakan untuk melihat fenomena sosial termasuk didalamnya kajian terhadap ilmu pendidikan, manajemen, ilmu

yang bagus juga. Tentunya pendidikan yang dimaksud yaitu pendidikan dengan proses yang amat sangat panjang sehingga dapat membangun peradaban bangsa yang gemilang. Indonesia dalam

yang bagus juga. Tentunya pendidikan yang dimaksud yaitu pendidikan dengan proses yang amat sangat panjang sehingga dapat membangun peradaban bangsa yang gemilang. Indonesia dalam

Nahdlatul Ulama Kota Mataram sebagai organisasi masyarakat sipil memiliki aspek dalam bidang usaha pendidikan, agama, sosial, dan budaya yang dapat mampu mempengaruhi

Dan menurut UU No 41 Tahun 2004 tentang wakaf bahwa pengalihan fungsi dari benda wakaf yang berjenis wakaf benda bergerak pada bidang kesehatan di PC Persatuan Islam

Badan Pembina Olahraga/Gerakan Olahraga yang swasta (non pemerintah) adalah badan- badan yang diadakan oleh masyarakat sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang

Dari perspektif konstruksi sosial dalam masyarakat, gender adalah sarana yang membedakan laki-laki dan Fatima Mernissi tentang Kesetaraan Gender dan Diskriminasi terhadap