No. Daftar FPIPS : 1620/ UN.40.2.4/PL/2013
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Geografi
Oleh : Vita Rosmiati
0900911
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)
Oleh Vita Rosmiati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaPendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Vita Rosmiati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
VITA ROSMIATI
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI SITURAJA
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I
Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304198704 2 001
Pembimbing II
Drs. H. Djakaria M Nur, M.Si NIP. 19490205 197803 1 001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
ii ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA
DIDIK KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)
Oleh : Vita Rosmiati (0900911)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, guru belum banyak mengetahui tentang metode pembelajaran yang dapat mengoptimalkan aktivitas peserta didik, sehingga peserta didik kurang memiliki kesadaran diri, kurang berpikir kritis dan kreatif, kurang mandiri dan belum mampu berkomunikasi secara luwes dengan lingkungan belajar maupun kehidupan sosial masyarakatnya. Perkembangan ilmu pengetahuan di era sekarang ini menuntut peserta didik untuk memiliki kemampuan yang membutuhkan pemikiran secara kritis, logis dan kreatif sehingga mereka mampu memecahkan masalah dengan akurat.Dan salah satu metode pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik adalah metode Brainstorming.Dengan demikian, penulis perlu melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Geografi dengan mengambil judul “Penerapan Metode Pembelajaran BrainstormingUntuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas XI IPS 4 Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri Situraja”.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan atau yang sering disebut classroom action research. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Situraja dengan subjek penelitian kelas XI IPS 4. Hasil penelitian menunjukkan dengan diterapkannya metode pembelajaran Brainstorming mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi setiap tindakan pembelajaran yang dilaksanakan. Pada tindakan I, peserta didik masih kurang termotivasi dalam menunjukan kemampuan berpikir secara kritis yang ditunjukkan hanya 11 orang atau sekitar 36,67% dari 30 peserta didik yang sudah mampu menunjukkan kemampuan berpikir kritisnya. Pada tindakan II, sekitar 20 peserta didik atau sekitar 62,50% dan peningkatan yang cukup signifikan dapat dilihat di siklus selanjutnya, yaitu pada tindakan III hampir seluruh peserta didik mampu berpikir secara kritis yaitu 28 peserta didik atau sekitar 87,50% dari 32 peserta didik yang hadir. Dalam penerapan metode pembelajaran Brainstorming tidak terlepas dari beberapa kendala yang diantaranya guru kurang mampu dalam memanfaatkan waktu secara efektif, suasana kelas yang belum kondusif dimana peserta didik berebut ingin mengemukakan pendapatnya, dan peserta didik yang belum memahami benar tahapan dalam pembelajaran dengan metode Brainstorming sehingga masih ada yang belum berpartisipasi aktif dalam mengemukakan pendapatnya.
iii ABSTRACT
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA
DIDIK KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)
Oleh : Vita Rosmiati (0900911)
Based on the results of interviews conducted, teachers have a lot to know about methods of learning that can optimize the activities of students, so that the learners have less self awareness, critical thinking and less creative, less self-sufficient and has not been able to communicate with a flexible learning environment as well as the social life of the people. The development of science in the current era requires learners to have the ability that requires logical thinking critically, and creatively so that they are able to solve problems with accuracy. And one of the methods of learning that can train the ability of critical thinking and creative learners is a method of Brainstorming. Thus, the author needs to do some research to find out the class action ability of critical thinking in learning Geography by taking the title “Penerapan Metode Pembelajaran Brainstorming Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas XI IPS 4 Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri Situraja”. Methods used in this research is classroom action research. This research conducted in SMA Negeri Situraja With the subject of study is class XI IPS 4. The results showed with applied learning methods of Brainstorming to increase critical thinking ability learners that can be seen from the improvement happens every action learning. On the Act I, students are still less motivated in showing the critically thinking ability shown only 11 people or about 36,67% of the 30 students who are able to demonstrate critical thinking ability. On the Act II, about 20 learners or 62,50% and significant improvement can be seen in the next cycle, i.e. on the Act III almost all students are able to think critically that 28 students or about 87,50% of 32 students in attendance. In the application of the learning method of Brainstorming some constraints such as poor teachers in utilizing time effectively, a class that has not been conducive where students scramble to present his opinion, and learners who have not understood the correct stages in learning the methods of Brainstorming so there is still not participate actively in the present opinion.
vi DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Pembelajaran ... 9
1. Pengertian Pembelajaran ... 9
2. Komponen Pembelajaran ... 10
B. Metode Pembelajaran ... 13
1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 13
2. Jenis Metode Pembelajaran ... 15
C. Metode Pembelajaran Brainstorming ... 18
1. Pengertian Metode Pembelajaran Brainstorming ... 18
2. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Brainstorming ... 20
D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 22
E. Kerangka Berpikir ... 28
F. Hipotesis Tindakan... 28
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 29
A. Lokasi Penelitian ... 29
B. Aspek yang Dikaji ... 29
C. Metode Penelitian... 29
vii
E. Prosedur Pelaksanaan Tindakan ... 33
F. Definisi Operasional... 35
G. Teknik Pengumpulan Data ... 36
H. Teknik Analisis Data ... 38
I. Indikator Keberhasilan ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 41
1. SMA Negeri Situraja ... 41
a. Lokasi SMA Negeri Situraja ... 41
b. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri Situraja ... 43
c. Keadaan Guru dan Peserta didik ... 44
d. Sarana dan Prasarana ... 45
e. Kurikulum dan Sistem Pembelajaran ... 47
2. Kondisi Pembelajaran Sebelum Tindakan ... 48
a. Proses Pembelajaran ... 48
b. Hasil Belajar Peserta Didik ... 50
3. Kondisi Setelah Tindakan ... 52
a. Tindakan I ... 52
b. Tindakan II ... 61
c. Tindakan III... 70
B. Peningkatan Hasil Tindakan ... 78
1. Proses Belajar ... 78
2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 80
3. Kendala Proses Pembelajaran ... 86
C. Pembahasan ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN ... 101
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pasal 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa proses pendidikan
yang berlangsung di sekolah merupakan proses yang terencana dan mempunyai
tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik diarahkan
pada pencapaian tujuan pembelajaran. Proses pendidikan yang terencana itu
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang kondusif serta proses belajar
yang menyenangkan.
Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik
yang tidak sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik saja, tetapi berupa
interaksi yang bersifat edukatif. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Dimana berhasil
tidaknya pencapaian suatu tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik.
Proses pembelajaran di sekolah saat ini dapat dikatakan masih lemah,
karena belum ditetapkannya standar yang menjadi pedoman rujukan bagaimana
seharusnya proses pembelajaran itu berlangsung. Dewasa ini, proses pembelajaran
yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan tergantung dengan kemampuan dan
selera guru. Tidak ada standar yang jelas dan tegas yang wajib dipedomani oleh
semua guru di sekolah secara nasional, sehingga hasil dari proses pembelajaran
tersebut tidak efisien, tidak efektif, dan tidak produktif. Selain itu, menurut
untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas
diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi; otak
peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Alhasil, peserta didik hanya
pintar secara teoritis tetapi kurang dalam mengaplikasikan teori yang didapatnya
tersebut dalam memecahkan masalah yang mereka temukan.
Kamdi (2002) mengungkapkan sebagian besar guru belum merancang
pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir. Menurut penjabaran
tersebut, guru memiliki peranan yang penting sebagai kreator dalam
mengembangkan suasana belajar yang dapat menarik minat peserta didik.
Sehingga peserta didik dapat mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam
pembelajaran. Selain itu, guru juga berperan sebagai model bagi peserta didik,
dimana wawasan dan pengetahuan guru akan mengantarkan peserta didik untuk
dapat berpikir secara kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya dan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 15
Januari 2013, menunjukan bahwa praktek dalam proses pembelajaran di sekolah,
khususnya di SMA N Situraja masih berlangsung secara satu arah yaitu guru
sebagai pusat pembelajaran (teacher centered). Hal ini terlihat, guru lebih aktif
dalam memberikan informasi atau menjelaskan materi. Selain itu peserta didik
terlihat tidak serius dalam mengikuti pelajaran yang dapat dilihat dari kegiatan
tanya jawab hanya ditanggapi oleh dua orang peserta didik. Berdasarkan evaluasi
yang dilakukan diakhir pelajaranpun menunjukan tingkat pemahaman peserta
didik yang masih kurang, karena dari 32 peserta didik hanya 11 orang peserta
didik saja yang dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Selain itu berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan, guru belum banyak mengetahui tentang metode
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan aktivitas peserta didik, sehingga guru
masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. Padahal sudah
banyak sekarang ini metode pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli yang
Metode ceramah masih banyak digunakan dalam proses pembelajaran
karena dianggap mudah dalam penerapannya dan dapat mencakup peserta didik
dalam jumlah yang banyak. Namun disamping kelebihannya tersebut, metode ini
memiliki banyak kelemahan seperti kurang memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Metode
ceramah memperlakukan peserta didik secara sama, sehingga tidak tepat untuk
menangani keberagaman yang dimiliki oleh peserta didik khususnya kekhasan
karakter, kecerdasan, latar belakang, perkembangan fisik, mental, minat, dan
bakat. Dengan demikian, penggunaan metode pembelajaran yang masih
konvensional tersebut hanya mampu menghasilkan peserta didik yang kurang
memiliki kesadaran diri, kurang berpikir kritis dan kreatif, kurang mandiri dan
belum mampu berkomunikasi secara luwes dengan lingkungan belajar maupun
kehidupan sosial masyarakatnya.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan di era sekarang ini memungkinkan
peserta didik untuk memperoleh informasi yang luas dengan cepat dan mudah.
Dan hal tersebut mendorong peserta didik untuk memiliki kemampuan yang
membutuhkan pemikiran secara kritis, logis dan kreatif sehingga mereka mampu
dalam menghadapi setiap masalah globalisasi. Oleh karena itu, meningkatkan
kemampuan berpikir kritis sangat perlu dan penting untuk dikembangkan terlebih
pada masa sekarang yang penuh dengan permasalahan.
Kemampuan berpikir kritis diperlukan karena kemampuan tersebut dapat
memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja sehingga mendapat
pemecahan masalah yang akurat. Orang yang berpikir kritis mampu memberikan
argumen yang logis berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan
demikian, tidak berlebihan apabila disektor pendidikan mengharuskan peserta
didik untuk menjadi pemikir-pemikir yang kritis, jujur dan bermartabat, sehingga
mampu menghadapi berbagai tantangan yang dihadapinya dalam kehidupan di
lingkungan sekolah, masyarakat maupun negara.
Hal ini sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran geografi yang dilihat dari
aspek keterampilan yaitu mengembangkan keterampilan mengumpulkan,
mampu mengembangkan keterampilan analisis, sintesis dan kecenderungan dan
hasil-hasil interaksi berbagai gejala geografis (Depdiknas: 2004). Maka dari itu
lah keterampilan dalam berpikir kritis perlu diterapkan dalam pembelajaran
geografi agar peserta didik cepat tanggap dan dapat memecahkan masalah dalam
pembelajaran.
Banyak gagasan para pakar yang mengusulkan model-model pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas berpikir dan bersikap sosial interaktif peserta didik,
yaitu pembelajaran yang memperhatikan perpaduan intelektual kognitif dan
kecedasan emosional peserta didik. Covey (2008), menyebutkan bahwa pola
pembelajaran yang mampu mengembangkan kecerdasan berpikir anak adalah pola
pembelajaran yang bernuansa sosial, yaitu pola pembelajaran yang melibatkan
masyarakat belajar secara interaktif. Sedangkan, Oleinik T. (2002) mengatakan
bahwa proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik adalah pembelajaran berpusat pada peserta didik (sudent centered)
dan berlangsung dalam konteks sosial.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir
kritis dan kreatif adalah metode brainstorming. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang diungkapkan Pomalato (dalam Dahlan, 2006:23), beliau menuliskan bahwa
beberapa alternatif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif salah
satunya dengan model pembelajaran Osborn, yakni model pembelajaran yang
menitikberatkan pada proses imajinasi peserta didik yang diiringi dengan adanya
curah pendapat (brainstorming).
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming ini
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mampu menampilkan
kemandirian serta pengarahan diri, memiliki keterbukaan dan keutuhan diri dalam
memilih alternatif tindakan terbaik, mampu menyampaikan pendapat dan
mengaktualisasi diri dalam memecahkan suatu masalah serta mampu menghargai
pendapat orang lain.
Mengingat pentingnya metode pembelajaran curah pendapat untuk
kemajuan dalam proses pembelajaran dan melatih kemampuan berpikir kritis
pelajaran ataupun kehidupan sehari-harinya, maka peneliti beranggapan perlu
dilakukan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
dalam pembelajaran Geografi. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul
“Penerapan Metode Pembelajaran Brainstorming Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas XI IPS 4 Pada Mata Pelajaran
Geografi Di SMA Negeri Situraja”. Hasil penelitian diharapkan dapat
memberikan informasi tentang kontribusi metode pembelajaran brainstorming
dalam pembelajaran geografi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, serta untuk memperjelas masalah maka disusun beberapa rumusan
masalah, diantaranya:
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran brainstorming dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPS 4 SMA
Negeri Situraja?
2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPS 4 SMA
Negeri Situraja setelah penggunaan metode brainstorming dalam
pembelajaran geografi?
3. Kendala apa saja yang dihadapi guru dan peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan metode brainstorming ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan metode pembelajaran brainstorming dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPS 4 SMA
Negeri Situraja.
2. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI
IPS 4 setelah penggunaan metode brainstorming dalam pembelajaran
3. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh guru maupun
peserta didik dalam penerapan pembelajaran dengan metode brainstorming
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam mata
pelajaran geografi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Peserta didik
a.Meningkatkan pemahaman peserta didik pada materi lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan.
b.Membiasakan peserta didik berpikir kritis dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
c.Memberikan pengalaman belajar secara langsung menggunakan
metode pembelajaran brainstorming.
d.Dapat mengaplikasikan materi yang didapat di kelas dengan kehidupan
langsung di masyarakat
2. Bagi Guru
a.Meningkatnya pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan guru
dalam mengidentifikasi masalah pembelajaran dan memecahkannya.
b.Meningkatnya kreatifitas dan inovasi guru dalam penggunaan metode
pembelajaran yang akan digunakan saat kegiatan belajar mengajar
sehingga tercapainya tujuan pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta
didik khususnya pada mata pelajaran geografi. Juga dapat memberikan
solusi dalam menggunakan suatu teknik pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas sekolah dan
kualitas lulusan.
4. Bagi Guru Lain
Termotivasi untuk melakukan pemecahan masalah pembelajaran melalui
5. Bagi Peneliti
Sebagai calon pendidik memperoleh pengalaman baru sebagai acuan
dalam perbaikan pengajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk memahami alur pikir dalam penulisan skripsi ini, maka perlu adanya
struktur organisasi yang berfungsi sebagai pedoman penyusunan laporan
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Bab I berisi Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi
skripsi. Latar belakang penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan alasan peneliti
melaksanakan penelitian, pentingnya masalah itu untuk diteliti, dan pendekatan
untuk mengatasi masalah. Rumusan masalah menjelaskan tentang analisis dan
rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya. Tujuan penelitian
menyajikan tentang hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan.
Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi peserta
didik, guru, peneliti sendiri dan bagi peneliti lain.
Bab II berisi kajian pustaka. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun rumusan masalah dan tujuan.
Bab III berisi penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian. Komponen dari metode penelitian terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain
penelitian berikut dengan justifikasi pemilihan desain penelitian, metode
penelitian berikut dengan justifikasi penggunaan metode penelitian, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis data penelitian.
Bab IV berisi hasil penelitian dari analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan tentang masalah penelitian, serta pembahasan yang dikaitkan dengan
kajian pustaka.
Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.
dapat ditujukan kepada para praktisi pendidikan, ataupun kepada peneliti
berikutnya.
Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Situraja yang terletak di Jalan.
Kaum No. 14 Situraja Kabupaten Sumedang. Sekolah ini memiliki 27 ruangan
kelas (yang terdiri dari ruang kelas X, XI, dan XII, masing-masing terbagi dalam
sembilan kelas). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI pada semester
2 tahun pelajaran 2012/2013.
Peserta didik yang menjadi subjek penelitian adalah kelas XI IPS 4 yang
berjumlah 32 peserta didik dengan perbandingan jumlah peserta didik laki-laki
sebanyak 13 orang dan peserta didik perempuan berjumlah 19 orang. Dalam
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai observer dan guru bidang studi geografi
sebagai pelaksana tindakan.
B. Aspek yang dikaji
Aspek yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Peserta didik : kemampuan berpikir kritis dengan penerapan metode
pembelajaran Brainstorming yang meliputi penanggapan
masalah, evaluasi dan berpikir terbuka.
2. Guru : penggunaan metode pembelajaran brainstorming dalam satu
siklus tiga tindakan pada materi Lingkungan dan Pembangunan
Berkelanjutan.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan. Penelitian Tindakan Kelas atau yang sering disebut classroom action
research, menurut Kemmis (dalam Sanjaya, 2011:24) adalah suatu bentuk
penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial
untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka. Sedangkan Suyadi (2012:3)
yang terlibat di dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan metode
refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek
pembelajaran. Hopkins (dalam Wiriatmadja, 2006:11) menyatakan :
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Dengan penelitian tindakan kelas ini, terdapat cara atau prosedur baru dalam
memperbaiki dan meningkatkan profesionalitas guru dalam proses pembelajaran
di kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat berbagai indikator keberhasilan
proses dan hasil yang dicapai peserta didik. Penelitian Tindakan Kelas merupakan
salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yang
dilakukan oleh guru secara langsung dalam pembelajaran di kelas (Ningrum,
2009:4).
Dengan demikian, penggunaan metode penelitian tindakan kelas ini
dianggap sesuai untuk dilakukan oleh peneliti karena metode ini dapat
memberikan informasi secara mendalam dengan cara melakukan tindakan secara
langsung sesuai dengan masalah dilapangan dan dapat memperbaiki persoalan
dalam kegiatan belajar-mengajar secara praktis.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan perencanaan yang sesuai dengan
prosedur yang melalui proses siklus. Penulis mengacu pada model penelitian
tindakan kelas (PTK) yang diungkapkan oleh John Elliot. Menurut John Elliot,
yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud
untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Model PTK
dari John Elliot ini lebih rinci apabila dibandingkan dengan model Kurt Lewin
dan model Kemmis-Mc Taggart. Hal tersebut disebabkan karena di dalam setiap
siklus terdiri dari beberapa tindakan, yaitu antara tiga sampai lima tindakan.
terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot dapat
[image:18.595.120.507.155.659.2]dilihat pada Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1
Penelitian Tindakan Model John Elliot
Identifikasi Masalah
Penyelidikan (Pencarian fakta/Analisis)
Rencana Umum Langkah-langkah tindakan I Langkah-langkah tindakan II Langkah-langkah tindakan III
Implementasi langkah tindakan I
Memonitor Implementasi
Penyelidikan (Menjelaskan kegagalan
implementasi) Merevisi ide umum
Rencana Terevisi Langkah-langkah tindakan I Langkah-langkah tindakan II Langkah-langkah tindakan III
Implementasi langkah tindakan II
Memonitor Implementasi
Penyelidikan (Menjelaskan kegagalan
implementasi)
Merevisi ide umum
Rencana Terevisi Langkah-langkah tindakan I Langkah-langkah tindakan II Langkah-langkah tindakan III
Implementasi langkah tindakan III
Memonitor Implementasi
Penyelidikan (Menjelaskan kegagalan
PTK Model John Elliot ini disusun secara terperinci dengan maksud supaya
terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi
atau proses belajar-mengajar. Selain itu di dalam kenyataan pelaksanaan di
lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu
langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa hal tersebut itulah yang
menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis
dengan kedua model sebelumnya.
Model PTK yang diungkapkan oleh John Elliot meliputi beberapa tahapan,
yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Adapun penjelasan
terkait mengenai empat tahap tersebut, adalah :
a. Perencanaan (Plan)
Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan
berdasarkan identifikasi masalah pada observasi awal sebelum penelitian
dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan
secara rinci seperti segala keperluan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran (RPP), metode
dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek
penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana.
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat
sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran
kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah
disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang
diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek
penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa
yang terjadi di kelas.
c. Pengamatan (Observation)
Pada tahap observasi dilakukannya pengamatan langsung terhadap
pelaksanaan tindakan. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui
ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan
d. Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil
atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi
ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan terhadap
rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah
dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi
dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu
dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara
guru dan peserta didik, metode, media maupun evaluasi.
E. Prosedur Pelaksanaan Tindakan
Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dalam
beberapa siklus, dimana tiap siklus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Apabila dalam satu siklus
belum terjadi perubahan yang signifikan, maka penelitian akan dilanjutkan pada
siklus berikutnya sampai penelitian tersebut dikatakan berhasil. Adapun tahapan
dalam prosedur pelaksanaan tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini terdapat beberapa langkah yang dilakukan peneliti
sebagai awal untuk melakukan proses penelitian, yaitu sebagai berikut :
a. Menetapkan sekolah atau tempat untuk melaksanakan penelitian,
kemudian melaksanakan observasi awal ke sekolah tersebut untuk
mengidentifikasi masalah pembelajaran yang akan diteliti.
b. Merumuskan masalah penelitian berdasarkan data yang didapat pada
tahap observasi dan menetapkan subjek dan aspek yang akan diteliti.
c. Menentukan metode dan pendekatan dalam pembelajaran sesuai dengan
karakteristik materi dan tujuan pembelajaran berupa kemampuan berpikir
kritis peserta didik maka dipilih metode pembelajaran brainstorming
sebagai metode yang digunakan dalam tindakan pembelajaran.
d. Menentukan fokus penelitian, yaitu: (1) faktor peserta didik, yang
Lingkungan dan pembangunan berkelanjutan; (2) faktor guru, aktivitas
guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
brainstorming.
e. Membuat silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
instrument penelitian. Silabus dan RPP disusun dengan berpedoman pada
kurikulum 2006 berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang digunakan sekolah bersangkutan. Sedangkan untuk instrumen
penelitian berbentuk tes pilihan ganda dan tes uraian serta lembar kerja
peserta didik yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
peserta didik.
f. Melakukan konsultasi RPP dan instrumen penelitian kepada dosen
pembimbing.
g. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian.
h. Menentukan jenis data dan cara pengumpulan data, yaitu jenis data
kualitatif yang dikumpulkan melalui observasi dan data kuantitatif yang
dikumpulkan melalui tes.
i. Menentukan cara pelaksanaan refleksi yang akan dilakukan peneliti
bersama guru bidang studi geografi setiap selesai pemberian tindakan dan
pelaksanaan observasi pada tiap tindakan.
j. Membuat surat izin penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan desain penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya,
penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian John Elliot,
dimana model PTK ini terdiri dari satu siklus yang didalamnya terdiri dari
tiga tindakan. Pelaksanaan tindakan pada dasarnya disesuaikan dengan
perencanaan yang telah disusun sebelumnya, yaitu sebagai berikut :
a. Tahapan pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana
tindakan dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah
disusun sebelumnya yang mengacu pada hasil refleksi dari pembelajaran
sebelumnya. Pokok bahasan yang akan disampaikan pada tindakan
pertama ini adalah usaha pelestarian lingkungan.
b. Pelaksanaan observasi, yang dilakukan peneliti yang bertindak sebagai
observer yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan
oleh guru bidang studi geografi yang bertindak sebagai guru (penyampai
informasi) untuk mengumpulkan data.
c. Pelaksanaan tes setelah proses pembelajaran tindakan pertama
berlangsung, tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan berpikir
kritis peserta didik.
3. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi dan eksplanasi
(penjelasan) terhadap semua data atau informasi yang dikumpulkan dari
penelitian tindakan yang dilaksanakan.
Data yang telah terkumpul kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan
analisis dan diinterpretasi, sehingga dapat diketahui akan hasil dari pelaksanaan
tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil analisis dan interpretasi tersebut
sebagai dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat diketahui akan berhasil
tidaknya terhadap tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang
diharapkan.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap judul yang diajukan dalam
penelitian ini, maka disajikan beberapa definisi yang menunjang sebagai berikut :
1. Metode Pembelajaran Brainstorming
Metode brainstorming adalah teknik mengajar yang dilaksanakan guru
dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian
peserta didik menjawab, menyatakan pendapat, atau memberi komentar
sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah
baru . Secara singkat dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan
banyak/berbagai ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu.
Menurut Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata
kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam
melakukan suatu tindakan. Dalam proses pembelajaran mengharuskan
peserta didik mengoptimalkan segala kecakapan yang dimilikinya.
Berpikir kritis adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti
induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran. Menurut R.H. Ennis (1991)
berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau
dilakukan.
G. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar Observasi
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lembar observasi berupa
checklist dan Rating scale atau skala penilaian dimana aspek yang
diobservasi dalam hal ini kemampuan berpikir kritis peserta didik
dijabarkan dalam bentuk skala atau indikator-indikator yang
mempengaruhinya.
Pengamatan ini dilakukan pada 32 peserta didik kelas XI IPS 4. Melalui
pengamatan ini diperoleh data mengenai keadaan SMA Negeri Situraja
sebagai objek penelitian yang meliputi : Kegiatan belajar mengajar di kelas
XI IPS 4, keadaan guru pada saat pembelajaran, keadaan peserta didik
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi aktifitas belajar
seperti mendengarkan, menulis, mengemukakan pendapat, dan
menyelesaikan masalah dengan berpikir kritis serta ketersediaan sarana dan
prasarananya.
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. LKS merupakan lembar kegiatan peserta didik
yang digunakan untuk membimbing aktivitas peserta didik dalam
pelaksanaan pembelajaran. Peran LKS sangat besar dalam proses
pembelajaran karena dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam
belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran geografi dapat membantu
guru untuk mengarahkan peserta didiknya menemukan konsep-konsep
melalui aktifitasnya sendiri. Disamping itu, LKS juga dapat
mengembangkan keterampilan proses yaitu kemampuan berpikir kritis,
meningkatkan aktifitas peserta didik dan dapat mengoptimalkan hasil
belajar.
LKS pada penelitian ini digunakan dengan tujuan agar dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Di dalam LKS ini,
peserta didik dilatih untuk menyusun pertanyaan atau pernyataan sesuai
dengan informasi yang diberikan kemudian menyelesaikan pertanyaan yang
dibuatnya.
c. Tes
Tes ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan pemahaman belajar,
juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam pembelajaran. Tes yang
dimaksud meliputi tes awal yang akan digunakan untuk mengetahui
penguasaan konsep materi pelajaran sebelum pemberian tindakan. Selain tes
awal juga dilakukan tes pada setiap akhir tindakan yang akan digunakan
untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap
materi pelajaran geografi bab lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
dengan metode pembelajaran Brainstorming.
2. Teknik Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan observer secara
kolaboratif. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Wiriatmadja, 2009: 96)
terdapat tujuh karakter yang harus dimiliki oleh seorang peneliti di dalam
pengembangan berbasis pengetahuan, memproses dengan segera, klarifikasi
dan kesimpulan, serta kesempatan dalam eksplorasi. Ketujuh karakter inilah
yang kemudian mendasari peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis
data. Adapun teknik dalam pengumpulan data yang umum digunakan dalam
penelitian tindakan adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi sering juga disebut sebagai pengamatan, yaitu kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indera. Mengacu pada penelitian ini, maka penulis melakukan observasi
dengan cara partisipatif. Jadi peneliti terjun langsung kelapangan dengan
mengadakan pengamatan terhadap subyek terteliti dengan mengambil
bagian dalam suatu kegiatan.
Observasi dalam PTK digunakan sebagai pemantau guru dan peserta
didik untuk mencatat setiap tindakan guru dalam siklus kegiatan
pembelajaran dan untuk menemukan kelemahan guru guna dievaluasi dan
diperbaiki pada siklus pembelajaran berikutnya. Selain itu, observasi juga
digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku para
peserta didik terhadap tindakan yang diberikan oleh guru.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis seperti arsip termasuk buku tentang pendapat, teori, dalil, atau
hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Studi dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa silabus,
RPP, tes, daftar nilai, keaktifan, dan kehadiran. Selain itu peneliti
menggunakan kamera sebagai alat perekam suasana pembelajaran di kelas.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam PTK adalah suatu kegiatan mencermati atau menelaah,
menguraikan dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal,
proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan tentang
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data kualitatif diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
dengan menggunakan metode pembelajaran Brainstorming, lalu dianalisis
secara kualitatif untuk merefleksi di pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui informasi berbentuk
kalimat yang memberi gambaran tentang aktifitas peserta didik selama
mengikuti pembelajaran di kelas yang meliputi tingkat pemahaman terhadap
materi pembelajaran (kognitif), pandangan atau sikap peserta didik terhadap
metode belajar yang baru (afektif), perhatian dan antusias dalam belajar,
mengemukakan pendapat dan berpikir kritis dalam menyelesaikan
permasalahan pembelajaran yang ditemukannya.
2. Data kuantitatif dianalisis secara statistika sederhana yaitu prosentase
sehingga diperoleh hasil yang nantinya akan dibandingkan dengan KKM
dan nilai peserta didik sebelum penelitian tindakan kelas ini dan guna
melihat apakah penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil atau
tidak.
I. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini, adalah :
1. Adanya peningkatan kriteria pada setiap aspek kemampuan berpikir kritis
peserta didik dari sebelum tindakan diberikan dan sesudah tindakan
diberikan pada mata pelajaran geografi dengan metode pembelajaran
brainstorming.
2. Adanya kerjasama kelompok dalam mengerjakan tugas-tugas secara tepat
waktu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, indikator
keberhasilannya jika dalam proses pembelajaran disetiap tindakannya 75%
peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.
3. Disetiap akhir pembelajaran guru mengadakan test evaluasi, indikator
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar ≥ 75 sebanyak 80% dari 32
peserta didik yang ada.
4. Terlaksananya tahap-tahap metode pembelajaran brainstorming yang telah
ditetapkan.
[image:27.595.118.508.246.634.2]Klasifikasi aktivitas peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Klasifikasi Aktivitas Belajar Peserta Didik
Presentase Rata-rata (%) Kategori
80 atau lebih Sangat Baik
60 – 79,99 Baik
40 – 59,99 Cukup
20 – 39,99 Kurang
0 – 19,99 Sangat Kurang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran geografi
yang telah dilaksanakan dengan menerapkan metode pembelajaran Brainstorming
dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas
XI IPS 4 SMA Negeri Situraja dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan metode Brainstorming dalam pembelajaran geografi dengan
pokok bahasan mengenai lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
cukup berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis
peserta didik kelas XI IPS 4 SMA Negeri Situraja. Hal tersebut dapat
terlihat dari keaktifan peserta didik yang meningkat di setiap siklusnya
baik dalam bertanya, menjawab, maupun saling bertukar pendapat dalam
memecahkan masalah dalam pembelajaran.
2. Dengan diterapkannya metode pembelajaran Brainstorming, kemampuan
berpikir kritis peserta didik mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, Hal itu dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam
mengemukakan pendapatnya sesuai dengan alasan yang logis dan
relevan, menanggapi masalah yang diberikan guru, mengungkapkan
pertanyaan, menjawab pertanyaan dengan tepat dan mampu menghormati
pendapat orang lain. Pada tindakan I, peserta didik masih kurang
termotivasi dalam menunjukan kemampuan berpikir secara kritis yang
ditunjukkan dengan dari jumlah 30 peserta didik yang hadir dalam
pembelajaran di tindakan I, hanya 11 atau sekitar 36,67% peserta didik
saja yang sudah mampu menunjukkan kemampuan berpikir kritisnya.
Pada tindakan kedua terjadi peningkatan sekitar 20 peserta didik atau
sekitar 62,50% dan pada tindakan III hampir seluruh peserta didik
mampu berpikir secara kritis yaitu 28 peserta didik atau sekitar 87,50%
3. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode
pembelajaran Brainstorming tidak terlepas dari beberapa kendala baik
yang dihadapi oleh guru maupun peserta didik. Kendala tersebut
diantaranya guru kurang mampu dalam memanfaatkan waktu secara
efektif, suasana kelas yang belum kondusif dimana peserta didik berebut
ingin mengemukakan pendapatnya, dan peserta didik yang belum
memahami benar tahapan dalam pembelajaran dengan metode
Brainstorming sehingga masih ada yang belum berpartisipasi aktif dalam
mengemukakan pendapatnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis akan
mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pihak-pihak terkait. Adapun rekomendasi tersebut diantaranya :
1. Bagi Guru Geografi
a. Guru hendaknya dapat menerapkan metode pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan yang dapat menarik perhatian peserta
didik sehingga peserta didik tidak hanya menerima dan mengingat
materi namun dapat merangsang peserta didik untuk lebih berpikir
kritis dalam pembelajaran geografi.
b. Supaya penerapan metode Brainstorming dalam pembelajaran
geografi dapat lebih optimal, hendaknya guru melakukan persiapan
yang lebih maksimal dan lebih memahami tahapan metode
pembelajaran Brainstorming sehingga peserta didik dapat
mengungkapkan pendapatnya lebih kondusif.
c. Guru hendaknya dapat lebih meningkatkan perannya sebagai
motivator, komunikator, dan fasilitator selama proses pembelajaran
berlangsung terutama keterampilan dalam membimbing kelompok
2. Bagi Peserta didik
a. Peserta didik diharapkan dapat berperan aktif selama proses
pembelajaran geografi berlangsung sehingga kegiatan pembelajarn
berjalan dengan baik, kondusif dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
b. Peserta didik diharapkan selalu mengasah kemampuan berpikir
kritisnya dengan berani mengungkapkan pendapat yang baru,
menganalisis pendapat dan menentukan jawaban alternatif untuk
memecahkan masalah dalam proses pembelajaran geografi.
3. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya lebih meningkatkan sarana dan prasarana untuk
mendukung diterapkannya metode pembelajaran Brainstorming sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Allo, E. L. (2005). Model Pembelajaran Radioaktif Berbasis Komputer dalam
Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis
dan Sikap Positif Siswa SMA. Tesis Pada PPS UPI Bandung : Tidak
diterbitkan.
Arif, M Saikhul. (2011). Pengertian Strategi, Metode, Teknik dan Taktik.
[Online]. http://blog.elearning.unesa.ac.id/m-saikhul-arif?p=3. [24 April
2012]
Ardiansyah, M Asrori. (2012). Makalah Pendidikan: Komponen-komponen
Pembelajaran. [Online].
http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/makalah-pendidikan-komponen-komponen.html. [24 Februari 2013]
Covey, Stephen R. (2008). The 8th HABIT. Melampaui Efektivitas, Menggapai
Keagungan. Jakarta : Gramedia Utama.
Dahlan, A. (2006). Pengaruh Model Pembelajaran Brainstorming Terhadap
Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak
diterbitkan.
Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdiknas.
Djamarah dan Zain. (2010 ). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.
Hariyanto. (2012). Pengertian dan Tujuan Pembelajaran. [Online].
http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran/. [20
Februari 2013]
Harjanto. (2005). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hassoubah, Zaleha Izhab. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills.
Terjemahan Bambang Suryadi. Bandung: Penerbit Nuansa.
Kamdi, W. (2002). Mengajar Berdasarkan Model Dimensi Belajar. Gentengkali:
Jurnal Guruan Dasar dan Menengah.
Lang, et.al. (2006). Models, Strategis and Methods for Effective Teaching.
Boston: Pearson Education Inc.
Liliasari. (1996). Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan
Kimia oleh Siswa SMA. Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: tidak
diterbitkan.
Mabroer, Akhmad. (2006). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD untuk meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Fisika
Kelas X-C Semester Genap Tahun Pelajaran 2005/2006 di SMA N 1
Lembang. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung :
Tidak diterbitkan.
Megandari, Irma. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Bertamu) Terhadap Hasil
Belajar Siswa : Studi Eksperimen Pada Kelas X Semester 1 Mata
Pelajaran Geografi Topik Teori Tektonik Lempeng Di SMA Negeri 14
Bandung. SKRIPSI UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Mukhtar, dan Martinis Yamin. (2002). Sepuluh Kiat Sukses Mengajar di Kelas.
Jakarta: Nimas Multima.
Munandir. (2001). Ensiklopedi Pendidikan. Malang: UM Press.
Nasution, S. (1982). Teknologi Pendidikan. Bandung: Jenmars
Ningrum, Epon. (2009). Penelitian Tindakan Kelas: Panduan Praktis dan
Contoh. Bandung : Buana Nusantara
Nurani, Yuliani, dkk. (2003), Strategi Pembelajaran: Materi Pokok Akta 8820,
Jakarta: Universitas Terbuka.
Oleinik, T. (2002). Development of critical thinking in mathematics courses. Pro
ceedings of the 3rd International Mathematics Education and Society Con
ference. Copenhagen: Centre for Research in Learning Mathematics.
Priatna, Dewi Eka. (2012). Penerapan Metode Quantum Learning Dengan
Learning Style Vak (Visual, Auditorial Dan Kinesthetik) Untuk
Bandung : Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi.
SKRIPSI UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Poedjiadi, Anna. (2005). Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran
Kontesktual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Sagala,Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Salamun, M. (2002). Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren.
Tesis: Tidak diterbitkan.
Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta : Kencana.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grouf.
Sapriya. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung :
Laboratorium PKN UPI.
Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rajagrafindo Perkasa.
Sihotang, et.al. (2012). Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis. Jakarta:
PT. Pustaka Sinar Harapan.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Soetopo, Hendyat. (2005). Pendidikan dan Pembelajaran. Bandung : UMM Press.
Sukmadinata. (2005). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Sumarmi. (2012). Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang : Aditya Media
Publishing
Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.
Suciati. (1997). Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Suparman, Atwi. (1997). Model-model Pembelajaran Interaktif. Bandung :
Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryosubroto. (1990). Tatalaksana Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta.
Suyadi. (2012). Buku Panduan Guru Profesional Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Yogyakarta : Penerbit
ANDI
Suyitno, Imam. (2011). Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah dalam
Perencanaan PTK. Bandung : PT. Refika Aditama.
Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Kependidikan Suatu Pendekatan Baru.
Bandung : Remaja Rosda Karya.
Usman. (1990). Guru Profesional. Jakarta: Gramedia.
Uno, Hamzah B. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
UU. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. [Online] http//:www.depdiknas.go.id [20 januari 2013]
Winataputra. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : UT Jakarta
Wiriatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk
Meningkatkan Kerja Guru dan Dosen. Bandung : Remaja Rosda Karya
Yamin, Martinis dan Maisah. (2009). Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi