• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA : Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA : Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS : 1620/ UN.40.2.4/PL/2013

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Geografi

Oleh : Vita Rosmiati

0900911

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)

Oleh Vita Rosmiati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaPendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Vita Rosmiati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

VITA ROSMIATI

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

KELAS XI IPS 4 SMA NEGERI SITURAJA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304198704 2 001

Pembimbing II

Drs. H. Djakaria M Nur, M.Si NIP. 19490205 197803 1 001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

(4)

ii ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA

DIDIK KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)

Oleh : Vita Rosmiati (0900911)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, guru belum banyak mengetahui tentang metode pembelajaran yang dapat mengoptimalkan aktivitas peserta didik, sehingga peserta didik kurang memiliki kesadaran diri, kurang berpikir kritis dan kreatif, kurang mandiri dan belum mampu berkomunikasi secara luwes dengan lingkungan belajar maupun kehidupan sosial masyarakatnya. Perkembangan ilmu pengetahuan di era sekarang ini menuntut peserta didik untuk memiliki kemampuan yang membutuhkan pemikiran secara kritis, logis dan kreatif sehingga mereka mampu memecahkan masalah dengan akurat.Dan salah satu metode pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik adalah metode Brainstorming.Dengan demikian, penulis perlu melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Geografi dengan mengambil judul “Penerapan Metode Pembelajaran BrainstormingUntuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas XI IPS 4 Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri Situraja”.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan atau yang sering disebut classroom action research. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Situraja dengan subjek penelitian kelas XI IPS 4. Hasil penelitian menunjukkan dengan diterapkannya metode pembelajaran Brainstorming mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang dapat dilihat dari peningkatan yang terjadi setiap tindakan pembelajaran yang dilaksanakan. Pada tindakan I, peserta didik masih kurang termotivasi dalam menunjukan kemampuan berpikir secara kritis yang ditunjukkan hanya 11 orang atau sekitar 36,67% dari 30 peserta didik yang sudah mampu menunjukkan kemampuan berpikir kritisnya. Pada tindakan II, sekitar 20 peserta didik atau sekitar 62,50% dan peningkatan yang cukup signifikan dapat dilihat di siklus selanjutnya, yaitu pada tindakan III hampir seluruh peserta didik mampu berpikir secara kritis yaitu 28 peserta didik atau sekitar 87,50% dari 32 peserta didik yang hadir. Dalam penerapan metode pembelajaran Brainstorming tidak terlepas dari beberapa kendala yang diantaranya guru kurang mampu dalam memanfaatkan waktu secara efektif, suasana kelas yang belum kondusif dimana peserta didik berebut ingin mengemukakan pendapatnya, dan peserta didik yang belum memahami benar tahapan dalam pembelajaran dengan metode Brainstorming sehingga masih ada yang belum berpartisipasi aktif dalam mengemukakan pendapatnya.

(5)

iii ABSTRACT

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BRAINSTORMINGUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA

DIDIK KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI SITURAJA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi)

Oleh : Vita Rosmiati (0900911)

Based on the results of interviews conducted, teachers have a lot to know about methods of learning that can optimize the activities of students, so that the learners have less self awareness, critical thinking and less creative, less self-sufficient and has not been able to communicate with a flexible learning environment as well as the social life of the people. The development of science in the current era requires learners to have the ability that requires logical thinking critically, and creatively so that they are able to solve problems with accuracy. And one of the methods of learning that can train the ability of critical thinking and creative learners is a method of Brainstorming. Thus, the author needs to do some research to find out the class action ability of critical thinking in learning Geography by taking the title “Penerapan Metode Pembelajaran Brainstorming Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas XI IPS 4 Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri Situraja”. Methods used in this research is classroom action research. This research conducted in SMA Negeri Situraja With the subject of study is class XI IPS 4. The results showed with applied learning methods of Brainstorming to increase critical thinking ability learners that can be seen from the improvement happens every action learning. On the Act I, students are still less motivated in showing the critically thinking ability shown only 11 people or about 36,67% of the 30 students who are able to demonstrate critical thinking ability. On the Act II, about 20 learners or 62,50% and significant improvement can be seen in the next cycle, i.e. on the Act III almost all students are able to think critically that 28 students or about 87,50% of 32 students in attendance. In the application of the learning method of Brainstorming some constraints such as poor teachers in utilizing time effectively, a class that has not been conducive where students scramble to present his opinion, and learners who have not understood the correct stages in learning the methods of Brainstorming so there is still not participate actively in the present opinion.

(6)

vi DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Pembelajaran ... 9

1. Pengertian Pembelajaran ... 9

2. Komponen Pembelajaran ... 10

B. Metode Pembelajaran ... 13

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 13

2. Jenis Metode Pembelajaran ... 15

C. Metode Pembelajaran Brainstorming ... 18

1. Pengertian Metode Pembelajaran Brainstorming ... 18

2. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Brainstorming ... 20

D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 22

E. Kerangka Berpikir ... 28

F. Hipotesis Tindakan... 28

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 29

A. Lokasi Penelitian ... 29

B. Aspek yang Dikaji ... 29

C. Metode Penelitian... 29

(7)

vii

E. Prosedur Pelaksanaan Tindakan ... 33

F. Definisi Operasional... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 38

I. Indikator Keberhasilan ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 41

1. SMA Negeri Situraja ... 41

a. Lokasi SMA Negeri Situraja ... 41

b. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri Situraja ... 43

c. Keadaan Guru dan Peserta didik ... 44

d. Sarana dan Prasarana ... 45

e. Kurikulum dan Sistem Pembelajaran ... 47

2. Kondisi Pembelajaran Sebelum Tindakan ... 48

a. Proses Pembelajaran ... 48

b. Hasil Belajar Peserta Didik ... 50

3. Kondisi Setelah Tindakan ... 52

a. Tindakan I ... 52

b. Tindakan II ... 61

c. Tindakan III... 70

B. Peningkatan Hasil Tindakan ... 78

1. Proses Belajar ... 78

2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 80

3. Kendala Proses Pembelajaran ... 86

C. Pembahasan ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN ... 101

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional pasal 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa proses pendidikan

yang berlangsung di sekolah merupakan proses yang terencana dan mempunyai

tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik diarahkan

pada pencapaian tujuan pembelajaran. Proses pendidikan yang terencana itu

diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang kondusif serta proses belajar

yang menyenangkan.

Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik

yang tidak sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik saja, tetapi berupa

interaksi yang bersifat edukatif. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,

kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Dimana berhasil

tidaknya pencapaian suatu tujuan pendidikan banyak bergantung kepada

bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik.

Proses pembelajaran di sekolah saat ini dapat dikatakan masih lemah,

karena belum ditetapkannya standar yang menjadi pedoman rujukan bagaimana

seharusnya proses pembelajaran itu berlangsung. Dewasa ini, proses pembelajaran

yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan tergantung dengan kemampuan dan

selera guru. Tidak ada standar yang jelas dan tegas yang wajib dipedomani oleh

semua guru di sekolah secara nasional, sehingga hasil dari proses pembelajaran

tersebut tidak efisien, tidak efektif, dan tidak produktif. Selain itu, menurut

(9)

untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas

diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi; otak

peserta didik dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa

dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk

menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Alhasil, peserta didik hanya

pintar secara teoritis tetapi kurang dalam mengaplikasikan teori yang didapatnya

tersebut dalam memecahkan masalah yang mereka temukan.

Kamdi (2002) mengungkapkan sebagian besar guru belum merancang

pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir. Menurut penjabaran

tersebut, guru memiliki peranan yang penting sebagai kreator dalam

mengembangkan suasana belajar yang dapat menarik minat peserta didik.

Sehingga peserta didik dapat mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam

pembelajaran. Selain itu, guru juga berperan sebagai model bagi peserta didik,

dimana wawasan dan pengetahuan guru akan mengantarkan peserta didik untuk

dapat berpikir secara kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapinya dan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 15

Januari 2013, menunjukan bahwa praktek dalam proses pembelajaran di sekolah,

khususnya di SMA N Situraja masih berlangsung secara satu arah yaitu guru

sebagai pusat pembelajaran (teacher centered). Hal ini terlihat, guru lebih aktif

dalam memberikan informasi atau menjelaskan materi. Selain itu peserta didik

terlihat tidak serius dalam mengikuti pelajaran yang dapat dilihat dari kegiatan

tanya jawab hanya ditanggapi oleh dua orang peserta didik. Berdasarkan evaluasi

yang dilakukan diakhir pelajaranpun menunjukan tingkat pemahaman peserta

didik yang masih kurang, karena dari 32 peserta didik hanya 11 orang peserta

didik saja yang dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Selain itu berdasarkan

hasil wawancara yang dilakukan, guru belum banyak mengetahui tentang metode

pembelajaran yang dapat mengoptimalkan aktivitas peserta didik, sehingga guru

masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. Padahal sudah

banyak sekarang ini metode pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli yang

(10)

Metode ceramah masih banyak digunakan dalam proses pembelajaran

karena dianggap mudah dalam penerapannya dan dapat mencakup peserta didik

dalam jumlah yang banyak. Namun disamping kelebihannya tersebut, metode ini

memiliki banyak kelemahan seperti kurang memberikan kesempatan pada peserta

didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Metode

ceramah memperlakukan peserta didik secara sama, sehingga tidak tepat untuk

menangani keberagaman yang dimiliki oleh peserta didik khususnya kekhasan

karakter, kecerdasan, latar belakang, perkembangan fisik, mental, minat, dan

bakat. Dengan demikian, penggunaan metode pembelajaran yang masih

konvensional tersebut hanya mampu menghasilkan peserta didik yang kurang

memiliki kesadaran diri, kurang berpikir kritis dan kreatif, kurang mandiri dan

belum mampu berkomunikasi secara luwes dengan lingkungan belajar maupun

kehidupan sosial masyarakatnya.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan di era sekarang ini memungkinkan

peserta didik untuk memperoleh informasi yang luas dengan cepat dan mudah.

Dan hal tersebut mendorong peserta didik untuk memiliki kemampuan yang

membutuhkan pemikiran secara kritis, logis dan kreatif sehingga mereka mampu

dalam menghadapi setiap masalah globalisasi. Oleh karena itu, meningkatkan

kemampuan berpikir kritis sangat perlu dan penting untuk dikembangkan terlebih

pada masa sekarang yang penuh dengan permasalahan.

Kemampuan berpikir kritis diperlukan karena kemampuan tersebut dapat

memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja sehingga mendapat

pemecahan masalah yang akurat. Orang yang berpikir kritis mampu memberikan

argumen yang logis berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan

demikian, tidak berlebihan apabila disektor pendidikan mengharuskan peserta

didik untuk menjadi pemikir-pemikir yang kritis, jujur dan bermartabat, sehingga

mampu menghadapi berbagai tantangan yang dihadapinya dalam kehidupan di

lingkungan sekolah, masyarakat maupun negara.

Hal ini sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran geografi yang dilihat dari

aspek keterampilan yaitu mengembangkan keterampilan mengumpulkan,

(11)

mampu mengembangkan keterampilan analisis, sintesis dan kecenderungan dan

hasil-hasil interaksi berbagai gejala geografis (Depdiknas: 2004). Maka dari itu

lah keterampilan dalam berpikir kritis perlu diterapkan dalam pembelajaran

geografi agar peserta didik cepat tanggap dan dapat memecahkan masalah dalam

pembelajaran.

Banyak gagasan para pakar yang mengusulkan model-model pembelajaran

untuk meningkatkan kualitas berpikir dan bersikap sosial interaktif peserta didik,

yaitu pembelajaran yang memperhatikan perpaduan intelektual kognitif dan

kecedasan emosional peserta didik. Covey (2008), menyebutkan bahwa pola

pembelajaran yang mampu mengembangkan kecerdasan berpikir anak adalah pola

pembelajaran yang bernuansa sosial, yaitu pola pembelajaran yang melibatkan

masyarakat belajar secara interaktif. Sedangkan, Oleinik T. (2002) mengatakan

bahwa proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis

peserta didik adalah pembelajaran berpusat pada peserta didik (sudent centered)

dan berlangsung dalam konteks sosial.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir

kritis dan kreatif adalah metode brainstorming. Hal ini sesuai dengan pendapat

yang diungkapkan Pomalato (dalam Dahlan, 2006:23), beliau menuliskan bahwa

beberapa alternatif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif salah

satunya dengan model pembelajaran Osborn, yakni model pembelajaran yang

menitikberatkan pada proses imajinasi peserta didik yang diiringi dengan adanya

curah pendapat (brainstorming).

Proses pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming ini

memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mampu menampilkan

kemandirian serta pengarahan diri, memiliki keterbukaan dan keutuhan diri dalam

memilih alternatif tindakan terbaik, mampu menyampaikan pendapat dan

mengaktualisasi diri dalam memecahkan suatu masalah serta mampu menghargai

pendapat orang lain.

Mengingat pentingnya metode pembelajaran curah pendapat untuk

kemajuan dalam proses pembelajaran dan melatih kemampuan berpikir kritis

(12)

pelajaran ataupun kehidupan sehari-harinya, maka peneliti beranggapan perlu

dilakukan penelitian tindakan kelas untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis

dalam pembelajaran Geografi. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul

“Penerapan Metode Pembelajaran Brainstorming Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Peserta didik Kelas XI IPS 4 Pada Mata Pelajaran

Geografi Di SMA Negeri Situraja”. Hasil penelitian diharapkan dapat

memberikan informasi tentang kontribusi metode pembelajaran brainstorming

dalam pembelajaran geografi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, serta untuk memperjelas masalah maka disusun beberapa rumusan

masalah, diantaranya:

1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran brainstorming dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPS 4 SMA

Negeri Situraja?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPS 4 SMA

Negeri Situraja setelah penggunaan metode brainstorming dalam

pembelajaran geografi?

3. Kendala apa saja yang dihadapi guru dan peserta didik dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan metode brainstorming ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan metode pembelajaran brainstorming dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI IPS 4 SMA

Negeri Situraja.

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI

IPS 4 setelah penggunaan metode brainstorming dalam pembelajaran

(13)

3. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi oleh guru maupun

peserta didik dalam penerapan pembelajaran dengan metode brainstorming

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam mata

pelajaran geografi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peserta didik

a.Meningkatkan pemahaman peserta didik pada materi lingkungan dan

pembangunan berkelanjutan.

b.Membiasakan peserta didik berpikir kritis dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapinya.

c.Memberikan pengalaman belajar secara langsung menggunakan

metode pembelajaran brainstorming.

d.Dapat mengaplikasikan materi yang didapat di kelas dengan kehidupan

langsung di masyarakat

2. Bagi Guru

a.Meningkatnya pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan guru

dalam mengidentifikasi masalah pembelajaran dan memecahkannya.

b.Meningkatnya kreatifitas dan inovasi guru dalam penggunaan metode

pembelajaran yang akan digunakan saat kegiatan belajar mengajar

sehingga tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta

didik khususnya pada mata pelajaran geografi. Juga dapat memberikan

solusi dalam menggunakan suatu teknik pembelajaran untuk mencapai

tujuan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas sekolah dan

kualitas lulusan.

4. Bagi Guru Lain

Termotivasi untuk melakukan pemecahan masalah pembelajaran melalui

(14)

5. Bagi Peneliti

Sebagai calon pendidik memperoleh pengalaman baru sebagai acuan

dalam perbaikan pengajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memahami alur pikir dalam penulisan skripsi ini, maka perlu adanya

struktur organisasi yang berfungsi sebagai pedoman penyusunan laporan

penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Bab I berisi Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi

skripsi. Latar belakang penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan alasan peneliti

melaksanakan penelitian, pentingnya masalah itu untuk diteliti, dan pendekatan

untuk mengatasi masalah. Rumusan masalah menjelaskan tentang analisis dan

rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya. Tujuan penelitian

menyajikan tentang hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan.

Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi peserta

didik, guru, peneliti sendiri dan bagi peneliti lain.

Bab II berisi kajian pustaka. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun rumusan masalah dan tujuan.

Bab III berisi penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian. Komponen dari metode penelitian terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain

penelitian berikut dengan justifikasi pemilihan desain penelitian, metode

penelitian berikut dengan justifikasi penggunaan metode penelitian, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis data penelitian.

Bab IV berisi hasil penelitian dari analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan tentang masalah penelitian, serta pembahasan yang dikaitkan dengan

kajian pustaka.

Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

(15)

dapat ditujukan kepada para praktisi pendidikan, ataupun kepada peneliti

berikutnya.

Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan skripsi.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Situraja yang terletak di Jalan.

Kaum No. 14 Situraja Kabupaten Sumedang. Sekolah ini memiliki 27 ruangan

kelas (yang terdiri dari ruang kelas X, XI, dan XII, masing-masing terbagi dalam

sembilan kelas). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI pada semester

2 tahun pelajaran 2012/2013.

Peserta didik yang menjadi subjek penelitian adalah kelas XI IPS 4 yang

berjumlah 32 peserta didik dengan perbandingan jumlah peserta didik laki-laki

sebanyak 13 orang dan peserta didik perempuan berjumlah 19 orang. Dalam

penelitian ini, peneliti bertindak sebagai observer dan guru bidang studi geografi

sebagai pelaksana tindakan.

B. Aspek yang dikaji

Aspek yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Peserta didik : kemampuan berpikir kritis dengan penerapan metode

pembelajaran Brainstorming yang meliputi penanggapan

masalah, evaluasi dan berpikir terbuka.

2. Guru : penggunaan metode pembelajaran brainstorming dalam satu

siklus tiga tindakan pada materi Lingkungan dan Pembangunan

Berkelanjutan.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan. Penelitian Tindakan Kelas atau yang sering disebut classroom action

research, menurut Kemmis (dalam Sanjaya, 2011:24) adalah suatu bentuk

penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial

untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka. Sedangkan Suyadi (2012:3)

(17)

yang terlibat di dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan metode

refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek

pembelajaran. Hopkins (dalam Wiriatmadja, 2006:11) menyatakan :

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Dengan penelitian tindakan kelas ini, terdapat cara atau prosedur baru dalam

memperbaiki dan meningkatkan profesionalitas guru dalam proses pembelajaran

di kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat berbagai indikator keberhasilan

proses dan hasil yang dicapai peserta didik. Penelitian Tindakan Kelas merupakan

salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yang

dilakukan oleh guru secara langsung dalam pembelajaran di kelas (Ningrum,

2009:4).

Dengan demikian, penggunaan metode penelitian tindakan kelas ini

dianggap sesuai untuk dilakukan oleh peneliti karena metode ini dapat

memberikan informasi secara mendalam dengan cara melakukan tindakan secara

langsung sesuai dengan masalah dilapangan dan dapat memperbaiki persoalan

dalam kegiatan belajar-mengajar secara praktis.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan perencanaan yang sesuai dengan

prosedur yang melalui proses siklus. Penulis mengacu pada model penelitian

tindakan kelas (PTK) yang diungkapkan oleh John Elliot. Menurut John Elliot,

yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud

untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Model PTK

dari John Elliot ini lebih rinci apabila dibandingkan dengan model Kurt Lewin

dan model Kemmis-Mc Taggart. Hal tersebut disebabkan karena di dalam setiap

siklus terdiri dari beberapa tindakan, yaitu antara tiga sampai lima tindakan.

(18)

terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. PTK model Elliot dapat

[image:18.595.120.507.155.659.2]

dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1

Penelitian Tindakan Model John Elliot

Identifikasi Masalah

Penyelidikan (Pencarian fakta/Analisis)

Rencana Umum Langkah-langkah tindakan I Langkah-langkah tindakan II Langkah-langkah tindakan III

Implementasi langkah tindakan I

Memonitor Implementasi

Penyelidikan (Menjelaskan kegagalan

implementasi) Merevisi ide umum

Rencana Terevisi Langkah-langkah tindakan I Langkah-langkah tindakan II Langkah-langkah tindakan III

Implementasi langkah tindakan II

Memonitor Implementasi

Penyelidikan (Menjelaskan kegagalan

implementasi)

Merevisi ide umum

Rencana Terevisi Langkah-langkah tindakan I Langkah-langkah tindakan II Langkah-langkah tindakan III

Implementasi langkah tindakan III

Memonitor Implementasi

Penyelidikan (Menjelaskan kegagalan

(19)

PTK Model John Elliot ini disusun secara terperinci dengan maksud supaya

terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi

atau proses belajar-mengajar. Selain itu di dalam kenyataan pelaksanaan di

lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu

langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa hal tersebut itulah yang

menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis

dengan kedua model sebelumnya.

Model PTK yang diungkapkan oleh John Elliot meliputi beberapa tahapan,

yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Adapun penjelasan

terkait mengenai empat tahap tersebut, adalah :

a. Perencanaan (Plan)

Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan

berdasarkan identifikasi masalah pada observasi awal sebelum penelitian

dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan

secara rinci seperti segala keperluan pelaksanaan penelitian tindakan kelas

dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran (RPP), metode

dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek

penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana.

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat

sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran

kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah

disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang

diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek

penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa

yang terjadi di kelas.

c. Pengamatan (Observation)

Pada tahap observasi dilakukannya pengamatan langsung terhadap

pelaksanaan tindakan. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui

ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan

(20)

d. Refleksi (Reflection)

Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil

atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi

ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan terhadap

rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah

dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi

dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu

dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara

guru dan peserta didik, metode, media maupun evaluasi.

E. Prosedur Pelaksanaan Tindakan

Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dalam

beberapa siklus, dimana tiap siklus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Apabila dalam satu siklus

belum terjadi perubahan yang signifikan, maka penelitian akan dilanjutkan pada

siklus berikutnya sampai penelitian tersebut dikatakan berhasil. Adapun tahapan

dalam prosedur pelaksanaan tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini terdapat beberapa langkah yang dilakukan peneliti

sebagai awal untuk melakukan proses penelitian, yaitu sebagai berikut :

a. Menetapkan sekolah atau tempat untuk melaksanakan penelitian,

kemudian melaksanakan observasi awal ke sekolah tersebut untuk

mengidentifikasi masalah pembelajaran yang akan diteliti.

b. Merumuskan masalah penelitian berdasarkan data yang didapat pada

tahap observasi dan menetapkan subjek dan aspek yang akan diteliti.

c. Menentukan metode dan pendekatan dalam pembelajaran sesuai dengan

karakteristik materi dan tujuan pembelajaran berupa kemampuan berpikir

kritis peserta didik maka dipilih metode pembelajaran brainstorming

sebagai metode yang digunakan dalam tindakan pembelajaran.

d. Menentukan fokus penelitian, yaitu: (1) faktor peserta didik, yang

(21)

Lingkungan dan pembangunan berkelanjutan; (2) faktor guru, aktivitas

guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran

brainstorming.

e. Membuat silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

instrument penelitian. Silabus dan RPP disusun dengan berpedoman pada

kurikulum 2006 berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yang digunakan sekolah bersangkutan. Sedangkan untuk instrumen

penelitian berbentuk tes pilihan ganda dan tes uraian serta lembar kerja

peserta didik yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

peserta didik.

f. Melakukan konsultasi RPP dan instrumen penelitian kepada dosen

pembimbing.

g. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian.

h. Menentukan jenis data dan cara pengumpulan data, yaitu jenis data

kualitatif yang dikumpulkan melalui observasi dan data kuantitatif yang

dikumpulkan melalui tes.

i. Menentukan cara pelaksanaan refleksi yang akan dilakukan peneliti

bersama guru bidang studi geografi setiap selesai pemberian tindakan dan

pelaksanaan observasi pada tiap tindakan.

j. Membuat surat izin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Berdasarkan desain penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya,

penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian John Elliot,

dimana model PTK ini terdiri dari satu siklus yang didalamnya terdiri dari

tiga tindakan. Pelaksanaan tindakan pada dasarnya disesuaikan dengan

perencanaan yang telah disusun sebelumnya, yaitu sebagai berikut :

a. Tahapan pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana

tindakan dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah

disusun sebelumnya yang mengacu pada hasil refleksi dari pembelajaran

(22)

sebelumnya. Pokok bahasan yang akan disampaikan pada tindakan

pertama ini adalah usaha pelestarian lingkungan.

b. Pelaksanaan observasi, yang dilakukan peneliti yang bertindak sebagai

observer yang dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan

oleh guru bidang studi geografi yang bertindak sebagai guru (penyampai

informasi) untuk mengumpulkan data.

c. Pelaksanaan tes setelah proses pembelajaran tindakan pertama

berlangsung, tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan berpikir

kritis peserta didik.

3. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan analisis sintesis, interpretasi dan eksplanasi

(penjelasan) terhadap semua data atau informasi yang dikumpulkan dari

penelitian tindakan yang dilaksanakan.

Data yang telah terkumpul kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan

analisis dan diinterpretasi, sehingga dapat diketahui akan hasil dari pelaksanaan

tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil analisis dan interpretasi tersebut

sebagai dasar untuk melakukan evaluasi sehingga dapat diketahui akan berhasil

tidaknya terhadap tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang

diharapkan.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap judul yang diajukan dalam

penelitian ini, maka disajikan beberapa definisi yang menunjang sebagai berikut :

1. Metode Pembelajaran Brainstorming

Metode brainstorming adalah teknik mengajar yang dilaksanakan guru

dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian

peserta didik menjawab, menyatakan pendapat, atau memberi komentar

sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah

baru . Secara singkat dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan

banyak/berbagai ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat

(23)

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu.

Menurut Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata

kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam

melakukan suatu tindakan. Dalam proses pembelajaran mengharuskan

peserta didik mengoptimalkan segala kecakapan yang dimilikinya.

Berpikir kritis adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti

induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran. Menurut R.H. Ennis (1991)

berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan

menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau

dilakukan.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Lembar Observasi

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan lembar observasi berupa

checklist dan Rating scale atau skala penilaian dimana aspek yang

diobservasi dalam hal ini kemampuan berpikir kritis peserta didik

dijabarkan dalam bentuk skala atau indikator-indikator yang

mempengaruhinya.

Pengamatan ini dilakukan pada 32 peserta didik kelas XI IPS 4. Melalui

pengamatan ini diperoleh data mengenai keadaan SMA Negeri Situraja

sebagai objek penelitian yang meliputi : Kegiatan belajar mengajar di kelas

XI IPS 4, keadaan guru pada saat pembelajaran, keadaan peserta didik

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi aktifitas belajar

seperti mendengarkan, menulis, mengemukakan pendapat, dan

menyelesaikan masalah dengan berpikir kritis serta ketersediaan sarana dan

prasarananya.

(24)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik. LKS merupakan lembar kegiatan peserta didik

yang digunakan untuk membimbing aktivitas peserta didik dalam

pelaksanaan pembelajaran. Peran LKS sangat besar dalam proses

pembelajaran karena dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam

belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran geografi dapat membantu

guru untuk mengarahkan peserta didiknya menemukan konsep-konsep

melalui aktifitasnya sendiri. Disamping itu, LKS juga dapat

mengembangkan keterampilan proses yaitu kemampuan berpikir kritis,

meningkatkan aktifitas peserta didik dan dapat mengoptimalkan hasil

belajar.

LKS pada penelitian ini digunakan dengan tujuan agar dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Di dalam LKS ini,

peserta didik dilatih untuk menyusun pertanyaan atau pernyataan sesuai

dengan informasi yang diberikan kemudian menyelesaikan pertanyaan yang

dibuatnya.

c. Tes

Tes ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan pemahaman belajar,

juga sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam pembelajaran. Tes yang

dimaksud meliputi tes awal yang akan digunakan untuk mengetahui

penguasaan konsep materi pelajaran sebelum pemberian tindakan. Selain tes

awal juga dilakukan tes pada setiap akhir tindakan yang akan digunakan

untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap

materi pelajaran geografi bab lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

dengan metode pembelajaran Brainstorming.

2. Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan observer secara

kolaboratif. Menurut Lincoln dan Guba (dalam Wiriatmadja, 2009: 96)

terdapat tujuh karakter yang harus dimiliki oleh seorang peneliti di dalam

(25)

pengembangan berbasis pengetahuan, memproses dengan segera, klarifikasi

dan kesimpulan, serta kesempatan dalam eksplorasi. Ketujuh karakter inilah

yang kemudian mendasari peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis

data. Adapun teknik dalam pengumpulan data yang umum digunakan dalam

penelitian tindakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi sering juga disebut sebagai pengamatan, yaitu kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat

indera. Mengacu pada penelitian ini, maka penulis melakukan observasi

dengan cara partisipatif. Jadi peneliti terjun langsung kelapangan dengan

mengadakan pengamatan terhadap subyek terteliti dengan mengambil

bagian dalam suatu kegiatan.

Observasi dalam PTK digunakan sebagai pemantau guru dan peserta

didik untuk mencatat setiap tindakan guru dalam siklus kegiatan

pembelajaran dan untuk menemukan kelemahan guru guna dievaluasi dan

diperbaiki pada siklus pembelajaran berikutnya. Selain itu, observasi juga

digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku para

peserta didik terhadap tindakan yang diberikan oleh guru.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis seperti arsip termasuk buku tentang pendapat, teori, dalil, atau

hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Studi dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa silabus,

RPP, tes, daftar nilai, keaktifan, dan kehadiran. Selain itu peneliti

menggunakan kamera sebagai alat perekam suasana pembelajaran di kelas.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam PTK adalah suatu kegiatan mencermati atau menelaah,

menguraikan dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal,

proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan tentang

(26)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data kualitatif diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan

dengan menggunakan metode pembelajaran Brainstorming, lalu dianalisis

secara kualitatif untuk merefleksi di pelaksanaan pembelajaran berikutnya.

Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui informasi berbentuk

kalimat yang memberi gambaran tentang aktifitas peserta didik selama

mengikuti pembelajaran di kelas yang meliputi tingkat pemahaman terhadap

materi pembelajaran (kognitif), pandangan atau sikap peserta didik terhadap

metode belajar yang baru (afektif), perhatian dan antusias dalam belajar,

mengemukakan pendapat dan berpikir kritis dalam menyelesaikan

permasalahan pembelajaran yang ditemukannya.

2. Data kuantitatif dianalisis secara statistika sederhana yaitu prosentase

sehingga diperoleh hasil yang nantinya akan dibandingkan dengan KKM

dan nilai peserta didik sebelum penelitian tindakan kelas ini dan guna

melihat apakah penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil atau

tidak.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini, adalah :

1. Adanya peningkatan kriteria pada setiap aspek kemampuan berpikir kritis

peserta didik dari sebelum tindakan diberikan dan sesudah tindakan

diberikan pada mata pelajaran geografi dengan metode pembelajaran

brainstorming.

2. Adanya kerjasama kelompok dalam mengerjakan tugas-tugas secara tepat

waktu meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, indikator

keberhasilannya jika dalam proses pembelajaran disetiap tindakannya 75%

peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.

3. Disetiap akhir pembelajaran guru mengadakan test evaluasi, indikator

(27)

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar ≥ 75 sebanyak 80% dari 32

peserta didik yang ada.

4. Terlaksananya tahap-tahap metode pembelajaran brainstorming yang telah

ditetapkan.

[image:27.595.118.508.246.634.2]

Klasifikasi aktivitas peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Klasifikasi Aktivitas Belajar Peserta Didik

Presentase Rata-rata (%) Kategori

80 atau lebih Sangat Baik

60 – 79,99 Baik

40 – 59,99 Cukup

20 – 39,99 Kurang

0 – 19,99 Sangat Kurang

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran geografi

yang telah dilaksanakan dengan menerapkan metode pembelajaran Brainstorming

dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas

XI IPS 4 SMA Negeri Situraja dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan metode Brainstorming dalam pembelajaran geografi dengan

pokok bahasan mengenai lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

cukup berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis

peserta didik kelas XI IPS 4 SMA Negeri Situraja. Hal tersebut dapat

terlihat dari keaktifan peserta didik yang meningkat di setiap siklusnya

baik dalam bertanya, menjawab, maupun saling bertukar pendapat dalam

memecahkan masalah dalam pembelajaran.

2. Dengan diterapkannya metode pembelajaran Brainstorming, kemampuan

berpikir kritis peserta didik mengalami peningkatan yang cukup

signifikan, Hal itu dapat dilihat dari kemampuan peserta didik dalam

mengemukakan pendapatnya sesuai dengan alasan yang logis dan

relevan, menanggapi masalah yang diberikan guru, mengungkapkan

pertanyaan, menjawab pertanyaan dengan tepat dan mampu menghormati

pendapat orang lain. Pada tindakan I, peserta didik masih kurang

termotivasi dalam menunjukan kemampuan berpikir secara kritis yang

ditunjukkan dengan dari jumlah 30 peserta didik yang hadir dalam

pembelajaran di tindakan I, hanya 11 atau sekitar 36,67% peserta didik

saja yang sudah mampu menunjukkan kemampuan berpikir kritisnya.

Pada tindakan kedua terjadi peningkatan sekitar 20 peserta didik atau

sekitar 62,50% dan pada tindakan III hampir seluruh peserta didik

mampu berpikir secara kritis yaitu 28 peserta didik atau sekitar 87,50%

(29)

3. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode

pembelajaran Brainstorming tidak terlepas dari beberapa kendala baik

yang dihadapi oleh guru maupun peserta didik. Kendala tersebut

diantaranya guru kurang mampu dalam memanfaatkan waktu secara

efektif, suasana kelas yang belum kondusif dimana peserta didik berebut

ingin mengemukakan pendapatnya, dan peserta didik yang belum

memahami benar tahapan dalam pembelajaran dengan metode

Brainstorming sehingga masih ada yang belum berpartisipasi aktif dalam

mengemukakan pendapatnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis akan

mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pihak-pihak terkait. Adapun rekomendasi tersebut diantaranya :

1. Bagi Guru Geografi

a. Guru hendaknya dapat menerapkan metode pembelajaran yang

menyajikan suatu permasalahan yang dapat menarik perhatian peserta

didik sehingga peserta didik tidak hanya menerima dan mengingat

materi namun dapat merangsang peserta didik untuk lebih berpikir

kritis dalam pembelajaran geografi.

b. Supaya penerapan metode Brainstorming dalam pembelajaran

geografi dapat lebih optimal, hendaknya guru melakukan persiapan

yang lebih maksimal dan lebih memahami tahapan metode

pembelajaran Brainstorming sehingga peserta didik dapat

mengungkapkan pendapatnya lebih kondusif.

c. Guru hendaknya dapat lebih meningkatkan perannya sebagai

motivator, komunikator, dan fasilitator selama proses pembelajaran

berlangsung terutama keterampilan dalam membimbing kelompok

(30)

2. Bagi Peserta didik

a. Peserta didik diharapkan dapat berperan aktif selama proses

pembelajaran geografi berlangsung sehingga kegiatan pembelajarn

berjalan dengan baik, kondusif dan tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

b. Peserta didik diharapkan selalu mengasah kemampuan berpikir

kritisnya dengan berani mengungkapkan pendapat yang baru,

menganalisis pendapat dan menentukan jawaban alternatif untuk

memecahkan masalah dalam proses pembelajaran geografi.

3. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya lebih meningkatkan sarana dan prasarana untuk

mendukung diterapkannya metode pembelajaran Brainstorming sehingga

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Allo, E. L. (2005). Model Pembelajaran Radioaktif Berbasis Komputer dalam

Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis

dan Sikap Positif Siswa SMA. Tesis Pada PPS UPI Bandung : Tidak

diterbitkan.

Arif, M Saikhul. (2011). Pengertian Strategi, Metode, Teknik dan Taktik.

[Online]. http://blog.elearning.unesa.ac.id/m-saikhul-arif?p=3. [24 April

2012]

Ardiansyah, M Asrori. (2012). Makalah Pendidikan: Komponen-komponen

Pembelajaran. [Online].

http://www.majalahpendidikan.com/2011/05/makalah-pendidikan-komponen-komponen.html. [24 Februari 2013]

Covey, Stephen R. (2008). The 8th HABIT. Melampaui Efektivitas, Menggapai

Keagungan. Jakarta : Gramedia Utama.

Dahlan, A. (2006). Pengaruh Model Pembelajaran Brainstorming Terhadap

Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak

diterbitkan.

Daryanto. (2005). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdiknas.

Djamarah dan Zain. (2010 ). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.

Hariyanto. (2012). Pengertian dan Tujuan Pembelajaran. [Online].

http://belajarpsikologi.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran/. [20

Februari 2013]

Harjanto. (2005). Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Hassoubah, Zaleha Izhab. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills.

Terjemahan Bambang Suryadi. Bandung: Penerbit Nuansa.

(32)

Kamdi, W. (2002). Mengajar Berdasarkan Model Dimensi Belajar. Gentengkali:

Jurnal Guruan Dasar dan Menengah.

Lang, et.al. (2006). Models, Strategis and Methods for Effective Teaching.

Boston: Pearson Education Inc.

Liliasari. (1996). Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan

Kimia oleh Siswa SMA. Disertasi Doktor pada FPS IKIP Bandung: tidak

diterbitkan.

Mabroer, Akhmad. (2006). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD untuk meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Fisika

Kelas X-C Semester Genap Tahun Pelajaran 2005/2006 di SMA N 1

Lembang. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung :

Tidak diterbitkan.

Megandari, Irma. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Bertamu) Terhadap Hasil

Belajar Siswa : Studi Eksperimen Pada Kelas X Semester 1 Mata

Pelajaran Geografi Topik Teori Tektonik Lempeng Di SMA Negeri 14

Bandung. SKRIPSI UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Mukhtar, dan Martinis Yamin. (2002). Sepuluh Kiat Sukses Mengajar di Kelas.

Jakarta: Nimas Multima.

Munandir. (2001). Ensiklopedi Pendidikan. Malang: UM Press.

Nasution, S. (1982). Teknologi Pendidikan. Bandung: Jenmars

Ningrum, Epon. (2009). Penelitian Tindakan Kelas: Panduan Praktis dan

Contoh. Bandung : Buana Nusantara

Nurani, Yuliani, dkk. (2003), Strategi Pembelajaran: Materi Pokok Akta 8820,

Jakarta: Universitas Terbuka.

Oleinik, T. (2002). Development of critical thinking in mathematics courses. Pro

ceedings of the 3rd International Mathematics Education and Society Con

ference. Copenhagen: Centre for Research in Learning Mathematics.

Priatna, Dewi Eka. (2012). Penerapan Metode Quantum Learning Dengan

Learning Style Vak (Visual, Auditorial Dan Kinesthetik) Untuk

(33)

Bandung : Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi.

SKRIPSI UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Poedjiadi, Anna. (2005). Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran

Kontesktual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Sagala,Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Salamun, M. (2002). Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren.

Tesis: Tidak diterbitkan.

Sanjaya, Wina. (2005). Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta : Kencana.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Grouf.

Sapriya. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung :

Laboratorium PKN UPI.

Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :

Rajagrafindo Perkasa.

Sihotang, et.al. (2012). Critical Thinking Membangun Pemikiran Logis. Jakarta:

PT. Pustaka Sinar Harapan.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Soetopo, Hendyat. (2005). Pendidikan dan Pembelajaran. Bandung : UMM Press.

Sukmadinata. (2005). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Sumarmi. (2012). Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang : Aditya Media

Publishing

Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.

Suciati. (1997). Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Suparman, Atwi. (1997). Model-model Pembelajaran Interaktif. Bandung :

(34)

Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryosubroto. (1990). Tatalaksana Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta.

Suyadi. (2012). Buku Panduan Guru Profesional Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Yogyakarta : Penerbit

ANDI

Suyitno, Imam. (2011). Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah dalam

Perencanaan PTK. Bandung : PT. Refika Aditama.

Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Kependidikan Suatu Pendekatan Baru.

Bandung : Remaja Rosda Karya.

Usman. (1990). Guru Profesional. Jakarta: Gramedia.

Uno, Hamzah B. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

UU. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. [Online] http//:www.depdiknas.go.id [20 januari 2013]

Winataputra. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : UT Jakarta

Wiriatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk

Meningkatkan Kerja Guru dan Dosen. Bandung : Remaja Rosda Karya

Yamin, Martinis dan Maisah. (2009). Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi

Gambar

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Model John Elliot
Tabel 3.1 Klasifikasi Aktivitas Belajar Peserta Didik

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis tindakan yang peneliti ajukan adalah adanya peningkatan yang signifikan pada prestasi belajar IPS siswa dengan diterapkannya model pembelajaran Quantum

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, data yang telah direduksi akan

Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi untuk Pengolahan Air Limbah.. Industri Jamu (Studi Kasus PT.

Penentuan alternatif SPAM meliputi pemilihan jenis bangunan yang akan digunakan, jalur transmisi yang akan direncanakan, unit pengolahan yang diperlukan dan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekspresi protein P13K dan P53 terhadap prediksi respon radioterapi diperoleh nilai IRS P13K pada respon radioterapi baik lebih

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) merupakan suatu sarana atau tempat yang menyediakan dan menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan jenis yang bermacam-macam untuk semua

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

There was difference of blood plasma protein profile in fibrosarcoma mice ( M. musculus ) which treated with A.. Protein7 kDa only appeared in untreated group (group I