DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Struktur Organisasi Tesis ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Produktivitas Madrasah ... 17
2. Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah ... 37
3. Budaya Madrasah ... 47
C. Hipotesis Penelitian ... 68
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi , Populasi dan Sampel Penelitian ... 73
B. Desain Penelitian ... 79
C. Metode Penelitian ... 79
D. Definisi Operasional ... 80
E. Instrumen Penelitian ... 84
F. Tekhnik Pengolahan Data ... . 97
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 106
1. Hasil Analisis Data Deskriptif ... 106
2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 109
B. Pembahasan ... 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 137
B. Saran ... 139
DAFTAR PUSTAKA ... 144
LAMPIRAN –LAMPIRAN ... 145
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Tabel 3.1 Jumlah Populasi MTs dan Guru ... 76
2. Tabel 3.2 Distribusi Sampel Penelitian ... 78
3. Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Perilaku Kepemimpinan ... 84
4. Tabel 3.4 Kisi-kisi Intsrumen Variabel Budaya Madrasah ... 86
5. Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel Produktivitas Madrasah ... 88
6. Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Perilaku Kepemimpinan Kepala ... 91
7. Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Budaya Madrasah ... 92
8. Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Produktivitas Madrasah ... 94
9. Tabel 3.9 Reliabilitas Perilaku Kepemimpinan kepala Madrasah ... 95
10. Tabel 3.10 Reliabilitas Budaya Madrasah ... 96
11. Tabel 3.11 Reliabilitas Produktivitas Madrasah ... 97
12. Tabel 3.12 Kriteria Skor Rata-Rata Variabel ... 101
13. Tabel 3.13 Interpretasi Korelasi Antar Variabel ... 101
14. Tabel 3.15 Hasil Uji Normalitas ... 102
15. Tabel 3.16 Anova untuk Hasil Analisis Linearitas X1Y ... 102
16. Tabel 3,17 Anova untuk Hasil analisis Linearitas X2Y ... 103
17. Tabel 4.1 Analisis Regresi X1Y ... 111
18. Tabel 4.2 Analisis Nilai Koefisien Determinasi X1Y ... 112
19. Tabel 4.3 Analisis Regresi X2Y ... 115
21. Tabel 4.5 Analisis Persamaan Regresi Berganda X1X2 terhadap Y ... 117
22. Tabel 4.6 Analisis Koefisien Determinasi ... 118
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Gambar 2,1 Kecenderungan Perilaku Kepemimpinan ... 44
2. Gambar 2.2 Karakteristik Budaya Organisasi ... 51
3. Gambar 2.3 Unsur-unsur dalam Budaya Sekolah ... 55
4. Gambar 2.4 Proses Terbentuknya Budaya Organisasi ... 59
5. Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran ... 67
6. Gambar 2.6 Hubungan antar Variabel ... 68
7. Gambar 2.7 Desain Penelitian ... 79
8. Gambar 4.1 Grafik kecenderungan Produktivitas Madrasah ... 106
9. Gambar 4.2 Grafik Kecenderungan Perilaku Kepemimpinan ... 107
10. Gambar 4.3 Grafik Kecenderungan Budaya Madrasah ... 108
11. Gambar 4.4 Grafik Hubungan Linearitas X1 terhadap Y ... 109
12. Gambar 4.5 Grafik hubungan linearitas X2 terhadap Y ... 111
Usep Repelianto, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian integral dari
keseluruhan aktifitas pembangunan nasional, karena pembangunan itu sendiri
ingin memanfaatkan kemajuan yang dicapai dari hasil proses pendidikan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Usaha peningkatan produktivitas pendidikan disekolah oleh pemerintah
telah tampak dengan diadakannya upaya pembaharuan dan penyempurnaan
kurikulum, sarana, tenaga pendidik, pelatihan-pelatihan atau diklat yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dapat dikatakan
sebagai salah satu wadah dan ujung tombak dalam mencapai tujuan pembangunan
nasional. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai agen perubahan masyarakat
bahkan dunia. Tujuan pendidikan di sekolah tergantung dari sumber daya manusia
yang ada di sekolah tersebut yaitu kepala sekolah, guru, siswa, pegawai tata
Usep Repelianto, 2012
dan prasarana yang memadai. Upaya peningkatan produktivitas sekolah perlu
ditata, diatur, dikelola dan diberdayakan agar sekolah mampu menghasilkan
keluaran (output) yang mampu bersaing di lingkungan masyarakat.
Produktivitas sekolah ditentukan oleh faktor-faktor yang lainnya seperti
bagaimana kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, bagaimana kompetensi guru,
bagaimana fasilitas dan perlengkapan yang tersedia mencukupi dan layak pakai,
bagaimana kepemimpinan kepala sekolah. Mutu pembelajaran disekolah
diasumsikan sebagai bagian dari mutu produktivitas yang dihasilkan sekolah.
Madrasah tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang berada di bawah
Kementerian Agama dan merupakan sekolah menengah pertama berciri khas
keislaman. Ciri khas tersebut bukan hanya sekedar menyajikan mata pelajaran
agama Islam di dalam lembaga madrasah tsanawiyah tetapi yang lebih penting
ialah perwujudan dari nilai-nilai keislaman di dalam totalitas kehidupan madrasah.
Kalau dilihat dari historisnya, madrasah mempunyai peran yang tidak kalah
dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Fakta ini tidak dapat dipungkiri
bagi masyarakat yang memandang secara objektif keberadaan madrasah yang
terus berupaya mengejar ketertinggalan dengan sekolah umum sehingga dapat
melahirkan produk generasi muda yang berpengetahuan, beriman, dan
berakhlakul karimah yang terus berkembang pada semua aspek kehidupan.
Sikap dan pandangan masyarakat yang dahulu memandang sebelah mata
pada madrasah tsanawiyah bukan tidak beralasan, mereka melihat dari berbagai
faktor sebagai berikut; pertama kualitas madrasah dilihat dari input maupun
Usep Repelianto, 2012
menyekolahkan dimadrasah tsanawiyah adalah mereka yang tidak diterima di
sekolah umum favorit, disisi lain karena input madrasah tidak berkualitas maka
lulusan pun tidak bisa bersaing dengan lulusan sekolah umum. Kedua, proses
belajar mengajar, banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan keahliannya
(mismacth), sarana prasarana pendukung proses pembelajaran tidak tersedia.
Ketiga, tingkat kedisiplinan warga madrasah yang cenderung menjadi perhatian
masyarakat seperti disiplin masing-masing individu, mentaati peraturan yang telah
ditetapkan. Keempat Aspek manajemen. Sebagian besar madrasah berstatus
swasta yang berada dibawah naungan yayasan sehingga mengakibatkan
manajemen yang tersentral dan tidak adanya musyawarah dalam pengambilan
keputusan.
Ditinjau dari hasil Ujian Nasional (UN) dan Ujian Madrasah (UM) yang
merupakan tolok ukur kelulusan siswa madrasah tsanawiyah sangat
memprihatinkan, banyak siswa yang tidak lulus dan tidak dapat melanjutkan
kejenjang pendidikan lebih tinggi. Namun dalam beberapa tahun terakhir telah
menunjukkan adanya produktivitas peningkatan prosentase kelulusan, (rekap
nilai UN dan UM tahun 2010/2011 pada lampiran 1.1 ) diperoleh nilai rata-rata
baik. Beban berat bagi siswa tsanawiyah yang harus bergelut dengan mata
pelajaran yang lebih banyak dari sekolah umum sehingga banyak mata
pelajaran-yang dianggap oleh siswa sudah tidak penting karena tidak menjadi patokan
kelulusan, ini yang berdampak pada pergeseran nilai-nilai pendidikan yang ada di
Usep Repelianto, 2012
Disisi lain peneliti melihat bahwa pengelolaan madrasah tsanawiyah
dibawah naungan kementerian agama belum maksimal dibanding sekolah
menengah pertama yang umum yang dikelola oleh dinas pendidikan. Hal ini
sampaikan dalam sebuah editorial Departemen Agama tahun 2011 sebagai
berikut:
Tantangan yang dihadapi madrasah dalam menjalankan visi dan misinya antara lain disebabkan: pertama, perubahan orientasi pendidikan masyarakat dimana persiapan menuju era industrialisasi telah menyebabkan orientasi
pendidikan masyarakat berubah dari “belajar untuk mencari ilmu” menjadi
“belajar sebagai persiapan memperoleh pekerjaan”. Kedua, pendidikan umum
lebih diperioritaskan dari pada pendidikan keagamaan, sehingga sering pontang-panting mengejar ketertinggalan dengan sekolah umum lain dan
ketiga, kualitas layanan pendidikan yang diberikan oleh mayoritas madrasah
tsanawiyah masih dinilai rendah dan penyebab kurangnya mutu tersebut bermacam-macam seperti: manajemen (pengelolaan), kualitas tenaga pengajar, sarana prasarana, dana operasional sehari-hari.
Menanggapi sikap dan perlakuan publik terhadap eksistensi madrasah dan
mutu lulusan dibutuhkan upaya-upaya simultan dari berbagai pihak dalam
menciptakan produktivitas madrasah yang diharapkan dan hal ini tidak dapat
ditawar artinya semua komponen harus terlibat baik internal atau pun eksternal
madrasah seperti pengelola, stakeholder pengguna jasa pendidikan maupun
pemerintah.
Dalam wawancara dan observasi peneliti pada madrasah tsanawiyah
se-Kabupaten Purwakarta diperoleh fakta-fakta sebagai berikut :
1. Sebagian madrasah terutama MTs swasta belum memiliki visi, misi dan
tujuan madrasah dan sebagian lagi visi dan misi dibuat namun tidak dipahami
Usep Repelianto, 2012
2. Pengangkatan guru di madrasah tsanawiyah swasta belum sesuai antara
kesesuaian ijasah dengan mata pelajaran yang diampu.
3. Penerapan disiplin belajar bagi siswa belum maksimal, masih beranggapan
bahwa masih beruntung siswa dapat melanjutkan sekolah.
4. Kurangnya fasilitas dan sarana penunjang pembelajaran.
Kasi Mapenda Kantor Kabupaten Purwakarta, M. Hasanuch Ilyas, SH,
yang merupakan penanggung jawab urusan kependidikan dari tingkat RA, MI,
MTs dan MA menyatakan bahwa perlu adanya pembenahan dalam manajemen
madrasah dan tidak meninggalkan ciri khas madrasah yang penuh dengan muatan
pelajaran agama.
Bertolak dari semua permasalahan yang ada dilapangan maka peran kepala
madrasah dan kondusifnya budaya yang ada pada suatu madrasah mungkin akan
berdampak pada produktivitas madrasah terutama pada jumlah dan kualitas
lulusan. Kepala madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, seperti diungkapkan
oleh Supriadi (1998: 346 ) bahwa “Erat hubungan antara mutu kepala sekolah
dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya
sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik.”
Kepala sekolah merupakan pimpinan tunggal di sekolah yang mempunyai
tanggung jawab untuk mengajar dan mempengaruhi semua pihak yang terlibat
dalam kegiatan pendidikan disekolah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan
sekolah. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990
Usep Repelianto, 2012
pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan
pendayagunaan serta pemeliharaan sarana prasarana”.
Kualitas kepala sekolah sebagai manager sangat dipengaruhi oleh kinerja
(capability) manajerial yang dimilki dalam upaya memberdayakan guru sehingga
terwujud guru yang profesional yang selalu ingin mengaktualisasikan dalam
bentuk peningkatan produktivitas pendidikan yang ada disekolah. Kegiatan yang
menyangkut tenaga kependidikan harus di kelola secara sistematik, efektif, dan
efisien.
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penting yang dapat
memberi makna dan kesatuan tujuan antara pemimpin, staf, siswa, orang tua siswa
serta masyarakat secara keseluruhan. Kepemimpinan tidak hanya berbicara apa
yang dilakukan pemimpin namun juga berkaitan dengan bagaimana pemimpin
membuat nyaman guru, staf dan siswa dalam organisasi sekolah sehingga satu
sama lain saling melengkapi dalam menciptakan produktivitas sekolah yang
diharapkan sesuai tuntutan masyarakat.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu mengembangkan
sikap dan perilakunya sebagai salah satu faktor dalam perwujudan kemampuan
dirinya berinteraksi baik didalam maupun diluar lingkungan organisasi sekolah.
Hal ini sejalan dengan pendapat Tharik (2006: 33) sebagai pemimpin harus
berperilaku serta memiliki akhlaq yang baik, memiliki kekuatan, serta amanah,
oleh karena itu kepala sekolah dituntut untuk memiliki perilaku yang dapat
dicontoh oleh seluruh warga sekolah dimulai dari kedisiplinan, cara bertutur kata,
Usep Repelianto, 2012
kebiasaan-kebiasaan positif lainnya. Adapun kekuatan yang dimaksud adalah
kepatutan, kecerdasan, dan kemampuan dalam melaksanakan tugas, sedangkan
yang dimaksud dengan amanah adalah kejujuran, kepantasan dalam menerima
mandat, pengawasan internal dan kesigapan dalam melaksanakan tugas.
Penempatan diri seorang pemimpin dalam organisasi sekolah tercermin di
depan selalu memberikan contoh tauladan, ditengah dapat berpartisifasi
meningkatkan kemauan dan kreatifitas bawahan dan dari belakang dapat
memberikan dorongan semangat motivasi bawahannya. Seperti pepatah, Ing
ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani.
Budaya sekolah yang kerap disebut iklim kerja menggambarkan
bagaimana nilai-nilai dan norma-norma yang terbentuk dari aktifitas individu-
individu seperti kepala sekolah, guru karyawan masyarakat pendidikan dalam
sekolah yang berdampak pada perilaku dalam menjalankan peran dan fungsinya
guna mencapai tujuan dari sekolah.
Budaya sekolah tidak ada begitu saja tetapi harus diciptakan, dipelihara,
dan diperkuat bahkan diubah agar sesuai dengan tuntutan internal maupun
eksternal sekolah. Menurut Cald Well dan Spinks (1992: 68) menyatakan bahwa
pondasi budaya sekolah dapat ditunjukan dari jawaban atas pertanyaan:
Apa tujuan pendidikan?
Apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut?
Apa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang layak ditangani dalam
Usep Repelianto, 2012
Apa hubungan antara sekolah dan masyarakat juga sekolah dengan
pemerintah?
Sejauhmana sekolah harus memenuhi kebutuhan semua siswa?
Bagaimana seharusnya siswa belajar?
Bagaimana perilaku hubungan yang diinginkan antara anggota organisasi yang
berbeda dalam komunitas sekolah?
Jawaban atas pertanyaan tersebut akan menggambarkan tentang kultur
sekolah. Tujuan pendidikan (conceptual and verbal manifestation) merupakan
dasar bagi berbagai kegiatan dalam upaya mencapainya, dan sebagai lembaga
pendidikan, sekolah akan melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat mengarah
pada pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut.
Hal ini akan mengilhami bagaimana siswa belajar serta bagaimana sekolah
melayani para siswa tersebut, dan hal ini akan membentuk perilaku hubungan
dalam komunitas sekolah.
Memelihara dan memperkuat budaya sekolah akan terwujud bila seluruh
komponen yang berada di dalam sekolah tersebut saling mendukung satu sama
lain mulai dari karyawan sampai kepala sekolah sehingga mendorong pada upaya
perbaikan sekolah melalui keterkaitan yang bermakna antara reformasi pendidikan
dengan budaya sekolah yang ada, serta mendorong untuk dapat menerima
perubahan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
Kualitas telah menjadi isu kritis dalam persaingan modern dewasa ini, dan
Usep Repelianto, 2012
hal ini pemerintah. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
disebutkan bahwa Pendidikan di Indonesia menggunakan delapan standar yang
menjadi acuan dalam membangun dan meningkatkan kualitas atau produktivitas
pendidikan. Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang
system pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia, adapun delapan standar yang menjadi acuan yang menjadi standar
kriteria minimal yang dapat dijadikan patokan dalam meningkatkan produktivitas
madrasah yaitu:
1. Standar Isi
2. Standar Proses
3. Standar Kompetensi Lulusan
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana Prasarana
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan
8. Standar Penilaian Pendidikan.
Mutu pendidikan harus selalu diupayakan untuk mencapai kemajuan yang
dilandasi oleh suatu perubahan terencana, maka suatu yang mustahil, sekolah
menghasilkan produk lulusan yang bermutu bila proses tidak bermutu. Hal ini
jelas bahwa nilai ujian akhir sekolah bagi setiap peserta didik yang menamatkan
sekolah pada suatu jenjang dan jenis tertentu bukan satu-satunya indikator untuk
Usep Repelianto, 2012
Suasana lembaga madrasah yang melahirkan ciri khas tersebut
mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (1) Perwujudan nilai-nilai keislaman di
dalam keseluruhan kehidupan lembaga madrasah; (2) kehidupan moral yang
beraktualisasi; dan (3) Manajemen yang profesional, terbuka, dan berperan aktif
dalam masyarakat (Tilaar, 2004: 179).
Madrasah tsanawiyah dalam menyiapkan peserta didik menghadapi
perubahan jaman akibat globalisasi harus memiliki berbagai kecerdasan di dalam
dirinya, baik itu kecerdasan phisik, kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Dengan demikian jelaslah bahwa
manusia “cerdas, kreatif, dan beradab” adalah sosok yang sangat dibutuhkan
pendidikan Islam, termasuk pendidikan madrasah untuk menghadapi globalisasi
(Ma’arif, 2007: 123).
Kualitas pendidikan menurut Danim (2003: 80), tidak semata-mata diukur
dari mutu keluaran pendidikan secara utuh (education outcomes) akan tetapi
dikaitkan dengan konteks dimana mutu itu ditempelkan dan berapa besar
persyaratan tambahan yang diperlukan untuk itu.
Keragaman penerapan budaya madrasah dalam menciptakan produktivitas
yang bermutu di Kabupaten Purwakarta serta adanya kesenjangan dan kurang
maksimal peran kepemimpinan dilihat dari kedekatan terhadap bawahan dan
kemampuan managerial kepala madrasah, juga masih rendah dan hal ini
berimplikasi adanya dugaan dari penulis bahwa masing-masing kepemimpinan
kepala madrasah belum memberikan kontribusi dalam membangun budaya
Usep Repelianto, 2012
Fenomena ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui sebuah
penelitian.
Menyikapi peran perilaku kepemimpinan kepala Madrasah dan budaya
yang terus berkembang terhadap produktivitas madrasah di MTs Kabupaten
Purwakarta, maka program studi administrasi pendidikan mencoba membangun
melalui pendayagunaan sumber daya manusia yang berkualitas atas dasar
teori-teori yang berkembang dan dapat diterapkan dalam ruang lingkup satuan
pendidikan.
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang penelitian maka fokus penelitian pada
permasalahan yang timbul dari produktivitas madrasah tsanawiyah yang peneliti
amati di Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purwakarta, dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Madrasah Tsanawiyah masih dipandang sebagai alternatif pilihan kedua oleh
orangtua dan input yang masuk ke MTs rata-rata rendah sehingga hal ini
berdampak pada melemahnya proses pembelajaran, yang berpengaruh
terhadap output yang dihasilkan.
2. Penyelenggaraan pendidikan bersifat sentralistik, telah mengakibatkan
Madrasah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada
keputusan birokrasi Kementerian Agama dan minimnya pembinaan yang
Usep Repelianto, 2012
Kebudayaan. Dengan demikian, madrasah kehilangan kemandirian, motivasi,
dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk
peningkatan kualitas pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan
nasional.
3. Peran komite lebih banyak bersifat dukungan input (dana), bukan pada
proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan
akuntabilitas).
4. Kepala Madrasah sebagai pimpinan perlu terus memberikan pembinaan dan
motivasi bagi guru dan karyawan.
5. Kerjasama (teamwork) antara kepala, personil dan stakeholders masih perlu
ditingkatkan dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran.
6. Belum memiliki prinsip perbaikan secara terus menerus dalam melayani
siswa dikarenakan masih melihat input dan kepedulian orangtua.
Dari enam faktor yang mempengaruhi mutu pembelajaran dapat
dirumuskan masalahnya dan sekaligus juga identifikasi variabel-variabel yang ada
dalam penelitian beserta definisi operasional yaitu “Seberapa besar pengaruh
perilaku kepemimpinan kepala madrasah dan budaya madrasah terhadap mutu
pembelajaran?”
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian tersebut dapat dirinci ke dalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran perilaku kepemimpinan kepala madrasah tsanawiyah
Usep Repelianto, 2012
2. Bagaimana gambaran budaya madrasah tsanawiyah se-Kabupaten
Purwakarta?
3. Bagaimana gambaran produktivitas madrasah tsanawiyah se-Kabupaten
Purwakarta?
4. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala madrasah terhadap
produktivitas madrasah pada madrasah tsanawiyah se-Kabupaten
Purwakarta?
5. Seberapa besar pengaruh budaya madrasah terhadap produktivitas madrasah
pada madrasah tsanawiyah se-Kabupaten Purwakarta?
6. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala madrasah dan budaya
madrasah terhadap produktivitas madrasah pada Madrasah Tsanawiyah
se-Kabupaten Purwakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh kebenaran data dan
informasi tentang perilaku kepemimpinan kepala madrasah dan budaya madrasah
dengan produktivitas madrasah pada madrasah tsanawiyah se-Kabupaten
Purwakarta. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Memperoleh gambaran tentang perilaku kepemimpinan kepala madrasah dan
budaya madrasah pada Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purwakarta.
2. Hubungan kepemimpinan kepala madrasah terhadap produktivitas madrasah
Usep Repelianto, 2012
3. Hubungan budaya madrasah terhadap produktivitas madrasah pada Madrasah
Tsanawiyah se-Kabupaten Purwakarta.
4. Hubungan perilaku kepemimpinan kepala madrasah dan budaya madrasah
terhadap mutu pembelajaran Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purwakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan
praktis.
1. Manfaat secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat antara lain :
a. Memberikan pengaruh yang berdaya guna secara teoritis, metodologis, dan
empiris bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan khususnya
administrasi pendidikan terutama kepemimpinan kepala madrasah, budaya
madrasah dan peningkatan mutu pembelajaran di madrasah tsanawiyah
Kabupaten Purwakarta.
b. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi dalam meningkatkan kinerja guru
sebagai pengajar ditingkat satuan pendidikan.
c. Dapat memberikan kepuasan (satisfaction), kepercayaan (trust), dan
pelayanan (service) kepada masyarakat luas dan pemakai jasa pendidikan
(stakeholders) terhadap institusi pendidikan.
2. Manfaat secara Praktis
Usep Repelianto, 2012
a. Masukan bagi Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Purwakarta untuk
dijadikan pertimbangan secara kontekstual dan konseptual operasional dalam
merumuskan pola pengembangan kinerja kepala madrasah, dan kinerja guru
dalam peningkatan produktivitas madrasah
b. Sebagai alat kontrol bagi pengembangan produk lulusan pendidikan di
Madrasah Tsanawiyah Purwakarta.
Adapun aspek yang menjadi tolok ukur adalah :
1) Proses pembelajaran yang meliputi: aspek interaksi belajar siswa, aspek
kreatifitas belajar siswa, dan aspek pengalaman belajar yang bervariasi.
2) Kualitas hasil belajar, meliputi: prestasi akademik siswa yang dicapai, sikap
(perilaku) keseharian siswa dan kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas.
3) Kuantitas dan kualitas lulusan yang meliputi : persentase siswa yang lulus,
banyak siswa yang melanjutkan sekolah, persentasi siswa yang diterima di
sekolah umum negeri dan aliyah
E. Struktur Organisasi Tesis
Tesis ini terdiri dari lima Bab, Bab I pendahuluan, Bab II kajian pustaka,
kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, Bab III metode penelitian, Bab IV hasil
penelitian dan pembahasan, Bab V kesimpulan dan saran.
Usep Repelianto, 2012
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi
masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur
penelitian.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Bab ini berisi landasan-landasan teori yang digunakan untuk membahas
materi pokok produktivitas madrasah, perilaku kepemimpinan kepala madrasah,
dan budaya madrasah, kajian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran dan
hipotesis.
BAB III : METODA PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan tentang lokasi, populasi dan sampel penelitian,
metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
data serta tekhnik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan
dari apa yang menjadi permasalahan penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Merupakan penutup pada penelitian yang berisi kesimpulan dari analisa
masalah berdasarkan deskriptif kecenderungan jawaban responden dan analisa
hubungan dan saran atau masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna
Usep Repelianto, 2012
Usep Repelianto, 2012
PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DAN BUDAYA MADRASAH TERHADAP PRODUKTIVITAS MADRASAH
( Studi Deskriftif Analitik pada Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purwakarta)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
USEP REPELIANTO NIM. 0909918
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
Usep Repelianto, 2012
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi
Lokasi penelitian merupakan tempat yang dijadikan sasaran dalam penelitian dan
tempat tersebut cukup beralasan dijadikan tempat dan objek penelitian. Pada penelitian yang
berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Budaya Madrasah terhadap Mutu
Pembelajaran pada Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Purwakarta”. Mengambil tempat di
Madrasah Tsanawiyah yang ada di Kabupaten Purwakarta.
2. Populasi
Suatu populasi terdiri atas keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian (Walpole
and Myers, 1995: 225). Populasi juga dapat dinyatakan sebagai “…keseluruhan objek yang
akan diteliti yang mempunyai syarat-syarat tertentu atau satuan analisis”. Sugiyono (2011:
80) menyatakan bahwa “Populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan Nazir (1999: 327) mengatakan bahwa:
“Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya dapat dinyatakan bahwa
populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun
pengukuran kuantitatif berkenaan dengan karakteristik tertentu dari sekumpulan objek yang
lengkap”.
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah kumpulan dari unit pengambilan sampel, yang merupakan subjek dari
mewakili keseluruhan populasi “.sedangkan Moh. Ali (1987: 54) mengatakan bahwa:
“Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili terhadap seluruh populasi”.
Persyaratan pengambilan sampel yang benar-benar dapat mencerminkan populasinya
(Representativeness) yaitu: (a) variabilitas, (b) besar sampel, (c) tekhnik penentuan sampel,
(d) kecermatan memasukkan ciri-ciri dari sampel.
Sampel dari populasi memerlukan teknik yang dapat dikatakan bahwa sampel tersebut
telah mewakili (representative) dari data yang terkumpul. Berikut ini beberapa tekhnik
pengumpulan sampel :
1. Probability Sampling, yaitu tekhnik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel.tekhnik ini meliputi: Simple random sampling, Proportionate stratified random
sampling, Disproportionate random sampling, Cluster sampling.
2. Nonprobability Sampling, yaitu tekhnik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel.tekhnik ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh,
snowball.
Pada penelitian ini, teknik sampling yang dilakukan melalui probability sampling
yaitu dengan menggunakan cluster sampling. Adapun alasan penulis memilih teknik ini
disebabkan jumlah populasi yang cukup besar, tempat yang cukup berjauhan dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua karakteristik yang ada pada populasi, disisi
lain adanya keterbatasan waktu, tenaga dan dana.
Menurut Arikunto (1998: 120) bahwa: “untuk sekedar ancer-ancer apabila subjeknya
lebih besar, maka dapat diambil antara 10%, 15%, 25% atau tergantung kepada kemampuan
madrasah negeri dan 40 swasta, maka peneliti mengambil sampel 33 madrasah
masing-masing tiga madrasah negeri dan 30 madrasah swasta, hal ini mengingat setiap madrasah
tidak sama maka pengambilan sampelnya menggunakan stratified random sampling dengan
Tabel 3.1
JUMLAH POPULASI MTs DAN GURU BIDANG STUDI YANG DI UJIAN NASIONALKAN DI KABUPATEN PURWAKARTA
NO NAMA MADRASAH
Selanjutnya untuk menentukan data sampling dari 201 jumlah populasi maka peneliti
S = �2NP ( 1 – P )_____ �2 (N – 1 ) + �2 P( 1 – P )
Dimana : S = ukuran sampel N = ukuran populasi
P = proporsi dalam populasi = 0,50 d = ketelitian ( error ) = 10%
�2 = harga table chi kuadrat untuk α tertentu = 95% tingkat kepercayaan dengan
dk = 1
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel keseluruhan dari 201
populasi dengan taraf kesalahan 10% adalah 33 total sampel dimana setiap madrasah diambil
1 responden dari dengan kualifikasi madrasah yang memilki guru bidang studi lebih dari 4
orang yaitu guru yang mengajar bidang studi yang di ujian nasionalnya yaitu Matematika,
IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dengan alasan bahwa mata pelajaran tersebut
sebagai tolok ukur dan dijadikan nilai standar keberhasilan peserta didik dalam proses
Berikut ini disajikan bagan hubungan antara variabel perilaku kepemimpinan kepala
madrasah dan budaya madrasah terhadap produktivitas madrasah.
ε
Keterangan :
X1 = Kepemimpinan Kepala Madrasah X2 = Budaya Madrasah
Y = Produktivitas Madrasah.
� = Variabel lain
Pada penelitian ini kedudukan perilaku kepemimpinan kepala madrasah maupun
budaya madrasah berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
produktivitas madrasah.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan penulis terapkan adalah metode asosiatif kuantitatif
melalui analisis regresi dan korelasi karena pada penelitian ini akan mengungkap dan
menafsirkan seberapa besar konstribusi serta hubungan antar masing-masing variabel yang
diteliti.Penelitian ini disebut juga sebagai penelitian ex-post fakto, dmana peneliti
berhubungan dengan variabel yang telah terjadi. Sukardi (2003: 15), menyatakan bahwa pada
penelitian ex-post fakto peneliti berhubungan dengan variabel yang telah terjadi dan mereka
tidak perlu memberikan perlakuan terhadap variabel yang diteliti. Pada penelitian ini variabel
bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependen variabel) sudah dinyatakan X1
X2
secara eksplisit untuk kemudian dihubungkan sebagai penelitian korelasi atau diprediksi jika
variabel bebas mempunyai pengaruh tertentu pada variabel terikat.
Jumlah variabel yang dijadikan sebagai bahan penelitian dalam metode penelitian
asosiatif minimal dua variabel yang dihubungkan (Sugiono, 1997: 7). Variabel-variabel
tersebut selanjutnya di ukur melalui indikator-indikator yang diteliti sehingga diperoleh
gambaran pengaruh diantara variabel-variabel tersebut.
D. Definisi Operasional
Definisi Operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang
sedang diteliti. Masri S (Riduwan, 2007: 182) memberikan pengertian tentang definisi
operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu
variabel dengan kata lain.
Variabel adalah suatu atribut sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2011: 38).
Dalam penelitian ini ditetapkan variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah yaitu
(X1) dan budaya sekolah (X2) sedangkan variabel produktivitas madrasah adalah (Y).
Variabel (X1) dan (X2) merupakan variabel independen (independent variable) yaitu sebagai
variabel stimulus, predictor, antecedent, atau variabel bebas yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya sehingga timbul variabel dependent. Variabel (y) sebagai
variabel dependen (dependent variabel) yaitu variabel output, kriteria, konsekuen. atau istilah
lain variabel terikat yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya varibel bebas.
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah adalah gaya kepemimpinan kepala madrasah
dalam mengimplementasikan fungsi-fungsi kepemimpinannya.
dimensi perilaku kepemimpinan kepala madrasah:
a). Consideration (Konsiderasi) yaitu perilaku kepala madrasah yang berorintasi pada
hubungan bawahan yang bersifat persahabatan, saling mempercayai, saling menghargai
dan keintiman hubungan antara pemimpin dan bawahan.
b). Intiating structure (struktur tugas), yaitu perilaku kepala madrasah yang berorientasi cara
memimpin melukiskan hubungan dengan bawahan dengan menetapkan pola organisasi,
saluran komunikasi dan metode yang dipakai dalam organisasi. Konsep variabel perilaku
kepemimpinan dikembangkan oleh Harsey dan Blanchard (1997) dan Wahjosumidjo
(1994: 60)
2. Budaya Sekolah (X2)
Budaya sekolah adalah: karakter khas sekolah yang dapat diidentifikasikan melalui
nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh
personel sekolah yang membentuk suatu kesatuan khusus dari sistem sekolah. Dimensi dalam
penelitian ini meliputi: 1) Norma, 2) Sikap, 3) Kebiasaan. Konsep budaya sekolah
dikembangkan Juechter et al. (1998) dan Sondang Siagian (2002: 28).
3. Produktivitas (Y)
Produktivitas madrasah merupakan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan
penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Pemberdayaan segala sumber belajar dan penciptaan suasana yang kondusif dimana siswa
dapat belajar secara lebih baik sehingga tercapai peningkatan kemampuan belajar siswa. Pada
tingkatan ini peningkatan out put lebih diarahkan kepada pengelolaan sumber belajar dan
fasilitas yang tersedia. Dimensi produktivitas madrasah meliputi: 1) Fungsi produksi
madrasah. Konsep produktivitas ini dikemukakan oleh Thomas J. Alan dan sering jadikan
rujukan oleh penulis-penulis lain.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Menurut Sugiono (2008: 148) yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Sedangkan Riduwan (2008: 71) mengemukakan: “Instrumen penelitian menjelaskan semua
alat pengambilan data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan tekhnik penentuan
kualitas instrumen (validitas dan realibilitas)”.
Karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Bermacam-macam
teknik pengumpulan data yang secara garis besar terbagi dalam empat katagori yaitu: 1)
observasi (pengamatan); 2) wawancara; 3) dokumentasi, dan 4) triangulasi/gabungan.
Pada penelitian ini pengumpulan data dengan menggunakan angket yang merupakan
tekhnik dokumentasi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
responden secara tertulis. Tekhnik angket ini disusun secara tertutup, artinya responden
dibatasi dalam menjawab beberapa alternatif yang telah tersedia. Sebelum angket dibuat
maka terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan definisi operasional dari
masing-masing variabel penelitian. Angket yang telah disusun selanjutnya diuji coba untuk
mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Responden memilih dengan cara memberi tanda cek
list () pada kolom yang tersedia.meliputi perilaku kepemimpinan kepala sekolah, budaya
sekolah dan mutu pembelajaran.
1. Skala Pengukuran
SR (sering melakukan), JR (jarang melakukan), KR (kurang melakukan), dan TP (tidak
pernah melakukan).
2. Penyusunan Instrumen
Instrumen penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi yang sesuai dengan teori yang
mendasarinya dan disusun dalam bentuk tabel. Variabel yang akan diteliti dikelompokkan
ke dalam dimensi yang akan dijadikan indikator-indikator dalam mengolah pertanyaan
yang diajukan.
Untuk lebih jelas penyusunan instrumen berdasarkan kisi-kisi dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Variabel Perilaku Kepemimpinan
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator No
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator No g. diadakan rapat dinas
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator No
Kisi – kisi Instrumen Variabel Budaya Madrasah
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator No
Soal c. aturan datang tepat
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator No
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator No
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator No t. Prosentasi siswa yang
lulus dan
Sumber dimensi produktivitas: Thomas J. Alan (1996)
3. Uji Coba Instrumen
Setelah penetapan dan penyusunan instrumen selesai, maka dilakukan uji coba angket
(kuesioner) pada 30 (tiga puluh) orang guru selaku responden dan hal ini dianggap sudah
mencukupi syarat untuk diuji cobakan.
Kegiatan ini penting dilakukan oleh peneliti untuk menentukan angket yang telah
disusun berdasarkan validitas dan reliabilitas instrumen.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak di ukur (Sugiono, 2005: 267). Validitas instrumen dalam penelitian ini diawali
dengan validitas konstruk (construct validity) dan validitas isi (content validity). Untuk
diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para
ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Mungkin para ahli
akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan
mungkin dirombak total.
Menurut Husain Umar (1996: 77) bahwa: “Angket yang telah disusun jangan
disebarkan sebelum dilakukan uji coba terlebih dahulu, hal ini untuk menilai keterbatasan
serta kemungkinan keterbatasan angket tersebut”.
a. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen 1. Uji validitas
Dalam pengujian validitas item soal pada responden, perhitungan menggunakan
program SPSS versi 15 for window. Dengan melihat angka pada kolom corrected
item-total correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor item item-total (nilai
rhiting) dibandingkan dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka item tersebut adalah valid.
Sebaliknya jika rhitung < rtabel maka item tersebut adalah tidak valid. Secara rinci dijabarkan
sebagai berikut.
a. Validitas Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah (X1).
Untuk Variabel (X1) perilaku kepemimpinan kepala madrasah terdiri dari 28 item
soal yang dijawab oleh responden sebanyak 30 orang guru diperoleh hasil perhitungan
sebagai berikut :
Tabel 3,6
Hasil Uji Validitas Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah (X1).
No. 8 > 0,361 Valid
Dari hasil uji variabel terhadap 30 responden ternyata terdapat soal yang tidak valid
yaitu nomor 15 dan 21, sehingga hasil dari bimbingan dan telah ditinjau ternyata untuk soal
tersebut tidak perlu dihapuskan namun kalimatnya yang lebih spesifik agar maknanya mudah
dipahami disamping ada soal yang telah terwakili dari indikatornya.
b. Validitas Budaya Madrasah (X2).
Untuk Variabel (X2) budaya madrasah terdiri dari 28 item soal yang dijawab oleh
responden sebanyak 30 orang guru diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Budaya Madrasah (X2 )
No. 6 ,555 > 0,361 Valid
budaya madrasah terdapat soal yang tidak valid yaitu nomor 20 dan 28 sehingga hasil
dari bimbingan dan telah ditinjau ternyata untuk soal tersebut sama tidak perlu
dihapuskan namun kalimatnya yang lebih spesifik agar maknanya mudah dipahami
disamping ada soal yang telah terwakili dari indikatornya.
c. Validitas Produktivitas Madrasah (Y).
Untuk Variabel (Y) Produktivitas Madrasah terdiri dari 25 item soal yang
dijawab oleh responden sebanyak 30 orang guru diperoleh hasil perhitungan sebagai
berikut :
Tabel 3.8
No. 7 ,394 > 0,361 Valid
Dari hasil uji variabel terhadap 30 responden ternyata untuk variabel terikat
produktivitas madrasah valid sehingga hasilnya layak digunakan.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Dalam pengujian reliabilitas item soal pada responden, perhitungan
menggunakan program SPSS versi 15 for window.dengan melihat angka dari nilai
Guttman Split-Half Coefficient yang merupakan nilai rhitung dibandingkan dengan
rtabel , jika rhitung > rtabel maka item tersebut reliabel, sebaliknya jika rhitung < rtabel maka
item soal tidak reliabel. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3,9
Reliabilitas Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah ( x1)
Reliability Statistics (x1)
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,887
N of Items 14a
Part 2 Value ,877
N of Items 13b
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length ,871
Unequal Length ,871
Guttman Split-Half Coefficient ,871
a. The items are: No.1, No.2, No.3, No.4, No.5, No.6, No.7, No.9, No.10, No.11, No.12, No.13, No.14, No.15.
b. The items are: No.15, No.16, No.17, No.18, No.19, No.20, No.21, No.22, No.23, No.24, No.25, No.26, No.27, No.28.
Pengujian reliabilitas dilihat dari nilai Guttman Split- Half Coefficient sebesar = 0,871.
Korelasi berada pada kategori sangat kuat bila dibandingkan dengan rhitung (0,871) > rtabel
(0,361). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel.
Tabel 3,10
Reliabilitas Budaya Madrasah (x2)
Reliability Statistics
Correlation Between Forms ,799
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length ,888
Unequal Length ,888
Guttman Split-Half Coefficient ,842
a. The items are: NO.1, NO.2, NO.3, NO.4, NO.5, NO.6, NO.7, NO.8, NO.9, NO.10, NO.11, NO.12, NO.13, NO.14.
b. The items are: NO.15, NO.16, NO.17, NO.18, NO.19, NO.20, NO.21, NO.22, NO.23, NO.24, NO.25, NO.26, NO.27, NO.28.
Pengujian reliabilitas dilihat dari nilai Guttman Split- Half Coefficient sebesar = 0,842.
Korelasi berada pada kategori sangat kuat bila dibandingkan dengan r hitung (0,842) > r tabel
Tabel 3.11
Reliabilitas Produktivitas Madrasah ( Y ) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha Part 1 Value ,815
N of Items 13a
Part 2 Value ,804
N of Items 12b
Total N of Items 25
Correlation Between Forms ,804
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length ,891
Unequal Length ,892
Guttman Split-Half Coefficient ,876
a. The items are: NO.1, NO.2, NO.3, NO.4, NO.5, NO.6, NO.7, NO.8, NO.9, NO.10, NO.11, NO.12, NO.13.
b. The items are: NO.13, NO.14, NO.15, NO.16, NO.17, NO.18, NO.19, NO.20, NO.21, NO.22, NO.23, NO.24, NO.25.
Pengujian reliabilitas dilihat dari nilai Guttman Split- Half Coefficient sebesar = 0,876
Korelasi berada pada kategori sangat kuat,bila dibandingkan dengan rhitung (0,876) > rtabel
(0,361). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel.
4. Tekhnik pengumpulan data
Tekhnik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah tekhnik angket,
studi kepustakaan dan studi dukumentasi.
a. Teknik angket
Teknik angket atau kuisioner digunakan untuk memperoleh data tentang perilaku
madarasah tsanawiyah dengan langkah-langkah pengumpulan data melalui angket
adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan kisi-kisi instrumen dengan berlandaskan rujukan teoritis yang
berhubungan dengan variabel dan dimensi penelitian, serta indikatornya.
b. Penyusunan butir instrumen
c. Pengujian validitas dan reliabilitas butir instrumen
d. Menyeleksi butir soal berdasarkan validitas dan reliabilitasnya.sehingga hasil
seleksi dan revisi diperoleh jumlah butir soal sebagai berikut :
1. Instrumen perilaku kepemimpinan kepala madrasah sebanyak 28 item soal
2. Instrumen budaya madrasah sebanyak 28 item soal
3. Instrumen mutu pembelajaran sebanyak 25 item soal
e. Penyebaran angket kepada responden yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Studi Dokumentasi.
Studi dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data berupa informasi yang
berhubungan dengan penelitian ini berupa data hasil Ujian Sekolah ( US) dan Ujian
Nasional ( UN ) yang diperoleh dari daftar kolektif nilai UN dan US MTs Sekabupaten
Purwakarta.secara rinci dapat dilhat pada lampiran.3.
5. Teknik Analisis Data
1. Prosedur dan Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri atas empat tahapan yakni: tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
tahap pengolahan data, dan tahap pengambilan kesimpulan.
a. Tahap Persiapan
Sebelum penelitian dilakukan dengan mendapatkan data kelapangan, peneliti
2. Menyusun hipotesis
3. Menentukan lokasi, populasi dan sampel penelitian
4. Menyusun kisi-kisi instrumen berdasarkan variabel dan dimensi penelitian, baik
variabel independen ataupun variabel dependen
5. Menyusun butir instrumen
6. Mnegujicobakan instrumen
7. Mengadakan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen
8. Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada unit kerja subjek penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
Penelitian kelapangan dilaksanakan pada bulan Desember dengan lokasi penelitian
pada MTs se-Kabupaten Purwakarta yang berjumlah 144 responden dari 33 madrasah.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh pada tahap pelaksanaan ini adalah sebagai berikut,
a. Mengidentifikasi responden penelitian, mengenal nama dan menentukan waktu
pertemuan antara peneliti dengan responden.
b. Melaksanakan pengumpulan data.
c. Mengumpulkan dan menyusun data berupa jawaban responden.
d. Mengolah data berupa skor penelitian atas variabel-variabel penelitian dengan
pendekatan kuantitatif.
c. Tahap Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh melalui angket yang telah disebar, kemudian di analisis
secara kuantitatif. Proses pengukuran dari responden selanjunya menggunakan skala
diferensial dengan makna yang telah ditetapkan. Adapun langkah untuk menganalisis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Menghitung skor rata-rata bertujuan untuk mengetahui gambaran umum atau
kecenderungan jawaban responden terhadap variabel-variabel penelitian. Perhitungan ini
menggunakan rumus Weighted Mean Scored ( WMS ) dengan rumus sebagai berikut :
X = �
Untuk hasil jawaban responden pada madrasah tsanawiyah se- Kabupaten Purwakarta
dapat dilihat pada bab IV.
2). Mendeskripsikan variabel.
Langkah berikutnya adalah menghitung skor rata-rata variabel dan mendeskripsikan
setiap variabel atas dimensi atau indikatornya sehingga diharapkan memperoleh
informasi bagaimana pengaruh perilaku kepemimpinan kepala madrasah, budaya
madrasah, dan produktivitas madrasah.
Hasil perhitungan dijadikan pedoman untuk gambaran umun dengan cara
dikonsultasikan dengan tabel 3.13 sebagai berikut :
Tabel 3.13
Kriteria skor rata-rata variabel
Rentang nilai Kriteria Penafsiran
4,21 – 5,00 Sangat Tinggi Sangat Baik
3,41 – 4,20 Tinggi Baik
2,61 – 3,40 Cukup Cukup Baik
1,81 – 2,60 Rendah Kurang Baik
1,00 – 1,80 Sangat Rendah Sangat Kurang Baik
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan
berdistribusi normal, dengan menggunakan perhitungan uji normalitas chi kuadrat, yaitu
membandingkan
2hitungdengan nilai 2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k –1 = 6 – 1 = 5, maka di cari pada tabel chi kuadrat didapat 2tabel = 11,07 dengan kriteria
pengujian sebagai berikut:
Jika
2hitung ≤ 2tabel, artinya data berdistribusi normal danJika
2hitung≥ 2tabel, artinya data berdistribusi tidak normalHasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 yang dirangkum
dalam tabel 3,15 sebagai berikut :
Tabel 3.15 Hasil Uji Normalitas
Variabel
2hitung 2tabel KeteranganPerilaku kepemimpinan ( 1 ) 8,03 11,07 Data berdistribusi normal
Budaya madrasah( 2) 6,68 11,07 Data berdistribusi normal Produktivitas Madrasah ( ) 5,91 11,07 Data berdistribusi normal
2. Uji linearitas
Pada tahap ini pengujian dilanjutkan dengan uji linearitas dengan maksud untuk
mencari pola hubungan antar variabel. Melalui pengolahan data dengan bantuan SPSS 15
diperoleh data hasil uji linearitas sebagai berikut:
1. Uji Linearitas Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah ( 1) terhadap
Produktivitas (y)
Model
a Predictors: (Constant), Perilaku Kepemimpinan Kepala Madrasah b Dependent Variable: Produktiivitas Madrasah
Ternyata nilai sig F atau nilai probabilitas ≤0,05 atau 0,00<0,05 maka distribusi data
variabel perilaku kepemimpinan Kepala Madrasah ( 1) terhadap produktivitas madrasah
(y) berpola linear. Untuk lebih jelas perhatikan gambar 3,1 diimana garis menunjukan arah
linearitas data variabel Perilaku kepemimpinan kepala madrasah terhadap produktivitas
madrasah
Gambar 3.1 Grafik hubungan linearitas 1terhadap Y
2. Uji Linearitas Variabel Budaya Madrasah ( 2) terhadap Produktivitas Madrasah (Y)
Tabel 3.17
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Residual 2041,803 31 9,379
Total 13774,493 32
a Predictors: (Constant), Budaya Madrasah b Dependent Variable: Produktivitas Madrasah
Ternyata nilai sig F atau nilai probabilitas ≤ 0,05 atau 0,00 < 0,05 maka distribusi
data variabel budaya madrasah ( 2) terhadap produktivitas madrasah berpola linear. Untuk
lebih jelas perhatikan gambar 3.2 diimana garis menunjukan arah linearitas data variabel
budaya madrasah terhadap produktivitas madrasah.
Gambar 3.2 Grafik hubungan linearitas 2terhadap Y
3 Menguji hipotesis
Menguji hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi
variabel independen terhadap variabel dependen, menguji linearitas dan regresi yang
semuanya dilakukan baik setiap variabel maupun hubungan antara variabel
tersebut.pengujian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows. Dan untuk
mengetahui kekuatan hubungan melalui korelasi antara variabel bebas dan variabel
Observed Cum Prob
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Tabel 3.18 sebagai berikut.
Tabel 3.18
Interpretasi Korelasi Antar Variabel
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 – 1, 00 Sangat Kuat
0,60 – 0,79 Kuat
0,40 – 0,59 Cukup Kuat
0,20 - 0,39 Rendah
0,00 - 0,19 Sangat Rendah
Sumber : ( Akdon, 200 : 188 )
C. Tahap Pengambilan Kesimpulan
Setelah tahap pengolahan data dan dilanjutkan dengan pembahasan selesai, maka
langkah selanjunya penulis menyusun kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan
berupa data statistik yang diterjemahkan dalam bahasa deskripsi serta landasan teori
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV diperoleh fakta empirik
mengenai perilaku kepemimpinan kepala madrasah, budaya madrasah dan produktivitas serta
hubungannya yang dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Gambaran umum perilaku kepemimpinan kepala madrasah pada Madrasah Tsanawiyah
se-Kabupaten Purwakarta dilihat dari dimensi konsiderasi yaitu perilaku kepemimpinan
kepala madrasah yang cenderung pada arah kepentingan bawahan, b) dimensi struktur
inisiasi yaitu perilaku kepemimpinan kepala madrasah yang cenderung pada tujuan
madrasah. berkategori “ Cukup Baik “. Hal ini berarti bahwa perilaku kepala madrasah
telah menunjukkan pola yang seimbang antara perilaku yang memperhatikan bawahan
dan orientasi pada pencapaian tujuan lembaga pendidikan.
2. Gambaran umum budaya madrasah pada Madrasah Tsanawiyah se-kabupaten
Purwakarta dilihat dari dimensi: a) Norma, b) Sikap, c). Pembiasaan yang membentuk
suatu kesatuan khusus dalam sistem madrasah, berkategori “tinggi”. dengan demikian
budaya yang terbentuk atas keputusan bersama, dilaksanakan dan dipertahankan oleh
warga madrasah telah kondusif.
3. Gambaran umum produktivitas madrasah pada madrasah tsanawiyah se-Kabupaten
Purwakarta dilihat dari dimensi: a) Fungsi Layanan Managerial b) Fungsi Layanan
Akademik dan c) Output Madrasah yang merupakan pemberdayaan segala sumber
belajar dan penciptaan suasana yang kondusif dimana siswa dapat belajar secara lebih
4. Perilaku kepemimpinan kepala madrasah terhadap produktivitas madrasah berpengaruh
positif dan signifikan, dalam kategori cukup kuat. Hasil penelitian ini memberikan
informasi bahwa besarnya pengaruh 35,16 %. Untuk itu betapa penting peran
kepemimpinan kepala dalam menggerakan berbagai sumberdaya dimadrasah terhadap
produktivitas madrasah. Indikator yang dapat dilihat antara lain : orierntasi pada tujuan,
mengadakan supervisi , orientasi inovasi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa tinggi
rendahnya produktivitas madrasah dijelaskan oleh perilaku kepemimpinan kepala
madrasah.
5. Budaya madrasah berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas madrasah,
dalam kategori “cukup kuat”. Hasil ini memberikan informasi bahwa besarnya
pengaruh 31,14%. Indikator budaya madrasah yang mempengaruhi produktivitas
madrasah dilihat dari: peraturan yang membangkitkan motivasi kerja dan belajar, sikap
positif yang ditanamkan, pembiasaan, sikap oftimis. Dengan demikian maka tinggi
rendahnya produktivitas, juga dijelaskan oleh budaya madrasah.
6. Secara simultan perilaku kepemimpinan kepala madrasah dan budaya madrasah
berpengaruh signifikan terhadap produktivitas madrasah pada kategori cukup kuat (r =
0,709). Hasil ini memberikan iinformasi bahwa besar pengaruh 50,27% Dengan
demikian maka terdapat pengaruh dari faktor lain sebesar 49,73%. Pengaruh yang
sebesar itu juga dikarenakan pola hubungan perilaku kepemimpinan kepala madrasah
dan budaya madrasah pada kategori kuat (r = 0,601). Hal ini menunjukkan bahwa melalui
perilaku kepemimpinan yang ideal dan penerapan budaya madrasah yang kondusif
akan membawa pengaruh pada produktivitas madrasah, yang terdiri atas fungsi
pelayanan managerial yang memberikan pelayanan pada kebutuhan guru, siswa dan
hubungan madrasah dengan orangtua siswa, fungsi layanan akademik yang merupakan
kecakapan guru serta output madrasah yang menggambarkan hasil pembelajaran siswa
baik kenaikan kelas maupun lulusan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka dapat dirumuskan beberapa hasil yang dapat
dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terutama berkaitan dengan
perilaku kepala madrasah dan budaya madrasah, beberapa indikator yang lemah dan perlu
mendapat perhatian
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap variabel perilaku kepemimpinan kepala madrasah di
kabupaten Purwakarta terdapat indikator yang mendapat skor rendah seperti
memperhatikan keadaan dan karier guru. Arikunto, S (2003:187)
mengatakan”Kepemimpinan pendidikan adalah kegiatan-kegiatan seperti mengekplorasi,
membantu, melakukan, eksperimen, mendorong dan mendukung yang diarahkan pada
pengembangan belajar mengajar”. Sejalan dengan hal itu Yukl (1994) berpendapat bahwa:
“Kepemimpinan akan memperdayakan para pengikutnya untuk berkinerja secara efektif
dengan membangun komitmen mereka terhadap nilai-nilai baru mengembangkan
ketrampilan dan kepercayaan mereka, menciptakan iklim yang kondusif bagi
perkembangannya inovasi dan kreatifitas”.
Kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan bertanggung jawab atas pertumbuhan
guru-guru secara berkesinambungan, membantu guru dalam menentukan kurikulum sesuai
minat, kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Kepala madrasah harus mampu
membantu guru-guru mengevaluasi program pendidikan dan hasil belajar siswa, kepala
madrasah harus mampu menilai sifat dan kemampuan guru, sehingga dapat membantu
meningkatkan kemampuan guru.
sebagai berikut: 1) Mengikut sertakan guru dalam pelatihan-pelatihan atau workshop atau
kegiatan MGMP yang berkaitan dengan peningkatan profesi guru; 2) Memberi motivasi
dan sekaligus mengijinkan guru yang ingin melanjutkan pendidikan ke S2 dalam
peningkatan jenjang karier; 3) Melakukan upaya memberi rewards dan incentives atas
konstribusinya pada pengembangan madrasah; 4) Melakukan supervisi pembelajaran; 5)
Memberi contoh menyampaikan pembelajaran yang baik pada siswa.
1. Berdasarkan penelitian pada variabel budaya madrasah, indikator memahami iklim
madrasah memperoleh skor yang rendah dibanding indikator lain, hal ini berkaitan
dengan sub indikator memahami visi, misi dan tujuan madrasah. menurut Deroche (1987)
ada empat ciri budaya sekolah yang efektif antara lain: 1) Komitmen yang kuat terhadap
pemahaman dan pelaksanaan visi dan misi; 2) Struktur dan perintah; 3) Dukungan bagi
interaksi sosial; 4) Dukungan bagi kegiatan-kegiatan intelektual dan belajar.demikian pula
Robbins (1993:609-614) mengatakan bahwa proses pembentukan budaya organisasi
sekolah bermula dari adanya pendiri atau tokoh para pendiri yang memiliki pengaruh yang
sangat kuat terhadap pendirian organisasi sekolah. Mereka memiliki visi tentang apa dan
bagaimana organisasi sekolah yang dibangun, yang selanjutnya dibuat komponen
kekuatan yang akan memantapkan budaya sekolah melalui seleksi para pendiri sehingga
muncul kepermukaan dengan karakteristik budaya yang khas, sehingga tepat apa yang
disampaikan Caldwell jawaban atas pertanyaan diantaranya ; 1) Apa tujuan pendidikan ?
2) Apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut ? 3) Apa pengetahuan, ketrampilan
dan sikap yang layak ditanyakan dalam program pendidikan disekolah ?.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut hal yang dapat ditindaklanjuti berkaitan dengan
temuan yang ada di madrasah kabupaten Purwakarta melalui;
1) Bila visi, misi dan tujuan madrasah telah ada oleh pendiri madrasah maka perlu
sehingga dapat ditinjau apakah visi dan misi masih relevan dan dapat terukur dengan
kurun waktu yang ditetapkan. 2) Visi, misi yang dibentuk dilandasi dengan kebutuhan
masyarakat pengguna pendidikan.
3) Bentuk kegiatan madrasah berkaitan dengan visi,misi dan tujuan madrasah.
2. Berdasarkan penelitian pada variabel produktivitas pada madrasah tsanawiyah di
Kabupaten Purwakarta, Kelengkapan sarana prasarana pembelajaran dan fasilitas
pembelajaran memperoleh skor rendah dibanding indikator lain. hal ini berkaitan dengan
sub variabel memiliki fasilitas penunjang pembelajaran. Menurut Thomas J. Alan
menyatakan bahwa pada fungsi produksi administrasi dalam produktivitas yang
berhubungan dengan pelayanan kebutuhan guru dan siswa seperti ketersediaan buku-buku
pembelajaran, perlengkapan mengajar, fasilitas lain yang menunjang pembelajaran.
Edwar Sallis (2006) menyatakan hal yang sama bahwa “Ada banyak sumber dalam
pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang
tinggi, hasil ujian yang memuaskan, dorongan orangtua, sumberdaya yang melimpah,
kepemimpinan yang efektif, perhatian terhadap anak didik,kurikulum yang memadai, atau
kombinasi dari semuanya.”
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut hal yang dapat ditindaklanjuti dalam hal
ketersediaan fasilitas penunjang pembelajaran dengan cara: 1) sekolah menjalin
kerjasama atau keterlibatan orangtua dalam pengadaan fasilitas yang penting dalam
peningkatan pembelajaran siswa 2) Pemerintah melalui Badan Standar Nasional
Pendidikan telah mengupayakan penjaminan mutu pendidikan dengan delapan standar
minimalnya dengan upaya mendata kebutuhan sekolah khususnya tingkat dasar dan
menengah 3) Tidak menjadikan kendala vital bagi perkembangan produktivitas madrasah
karena ada faktor lain yang justru sangat menentukan dalam produktivitas madrasah yaitu