1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan
kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu
yang dinamis, yang senantiasa berubah. Hubungan antara kebudayaan dan
masyarakat itu amat erat, karena kebudayaan itu sendiri adalah cara suatu kumpulan
manusia atau masyarakat mengadakan sistem nilai, yaitu berupa aturan yang
menentukan sesuatu benda atau perbuatan lebih tinggi nilainya, lebih dikehendaki,
dari yang lain (Semi, 1984: 54). Kebudayaan tentulah tidak akan terlepas dari sastra,
begitu juga sebaliknya, sastra akan maju bila ditunjang oleh kebudayaan yang kuat
dan mengakar di kalangan masyarakat kita. Keduanya, sastra dan budaya, saling
mendukung.
Kebudayaan adalah segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran,
kemauan, serta perasaan manusia, yang perkembangannya melalui manusia dengan
manusia, manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa. Koentjaraningrat (1983: 9) mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. Salah satu hasil kebudayaan yang
berkaitan kuat dengan karya manusia ialah yang berbentuk sastra.
Di Indonesia, khususnya dalam dunia kesusastraan kita mengenal istilah sastra
lisan dan sastra tulis. Sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat dilepaspisahkan
dari sastra tulis. Sebelum munculnya sastra tulis, sastra lisan telah berperan dalam
membentuk apresiasi sastra masyarakat, sehingga sastra lisan dan sastra tulis hidup
berdampingan. Dikatakan sastra lisan karena sastra tersebut disalurkan dari mulut ke
mulut, dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan menggunakan bahasa lisan
tanpa ada naskah.
3
nasihat yang bagi masyarakat suku Nuaulu mempunyai arti yang sangat besar bagi
kehidupan.
Dalam perkembangan zaman yang semakin modern ini, upacara tradisional
sebagai warisan budaya leluhur boleh dikatakan masih memegang peranan penting
dalam kehidupan bermasyarakat. Kita menyadari bahwa upacara tradisional yang
didalamnya dilantunkan nyanyian-nyanyian atau lagu-lagu yang mana mengandung
norma-norma atau aturan-aturan dalam hidup bermasyarakat pendukungnya. Lagipula
dalam syair lagu ini mengandung unsur nilai-nilai budaya yang ditanamkan oleh
para leluhur kita kepada generasi penerusnya. Dengan ditanamkan seawal mungkin
akan semakin memperkokoh kepribadian masyarakat pendukungnya, sehingga ada
alasan tertentu untuk melestarikannya.
Uneputty (1984: 57) menjelaskan Daur Hidup berkaitan dengan
upacara-upacara ritual kehidupan manusia yang terkait dengan religi dan menjadi tradisi
budaya. Norma-norma yang berkaitan dengan lintasan hidup sudah merupakan
sesuatu yang sakral, karena kesakralannya itu maka pengingkaran terhadapnya dapat
menimbulkan malapetaka. Pola pemikiran ini sangat jelas tampaknya pada suku
Nuaulu yang mendiami Pulau Seram, bagi kelompok suku ini lintasan-lintasan hidup
atau daur hidup mutlak harus diupacarakan.
bentuk-bentuk folklor lainnya, nyanyian rakyat berasal dari bermacam-macam
sumber dan timbul dalam berbagai macam media. Seringkali juga nyanyian rakyat ini
kemudian dipinjam oleh penggugah nyanyian profesional untuk diolah lebih lanjut
menjadi nyanyian pop atau klasik (seriosa). Walaupun demikian, identitas
flokrositasnya masih dapat kita kenali karena masih ada varian foklornya yang
beredar dalam peredaran lisan (
oral transmission
).
Di dalam nyanyian rakyat kata-kata dan lagu merupakan dwitunggal yang tak
terpisahkan, sehingga salah besar jika pengumpulan nyanyian rakyat jarang tidak
sekaligus mengumpulkan lagunya. Dalam kenyataan, teks nyanyian rakyat selalu
dinyanyikan oleh informan dan jarang sekali yang hanya disajakan (
recite
) saja.
Nyanyian rakyat dapat dibedakan dari nyanyian lainnya, seperti nyanyian pop atau
klasik (
art song
), karena sifatnya yang mudah dapat berubah-ubah, baik dalam
bentuk maupun isinya. Nyanyian rakyat lebih luas peredarannya pada suatu kolektif
dan dapat bertahan untuk beberapa generasi. Tempat peredaran nyanyian rakyat ini
lebih luas daripada nyanyian pop atau klasik. Hal ini disebabkan karena kalau
nyanyian pop atau klasik hanya beredar di antara kolektif yang melek huruf dan semi
melek huruf, maka nyanyian rakyat selain beredar di antara kolektif buta huruf dan
semi buta huruf tapi juga beredar di kalangan yang melek huruf.
5
suku Nuaulu ini adalah dengan cara pembelajaran mengidentifikasi makna dan majas
dalam syair lagu Ritual Daur Hidup di sekolah, membuat dokumentasi kumpulan
nyanyian-nyanyian Ritual Daur Hidup dalam bentuk buku.
Sekolah menjadi bagian terpenting dalam pengembangan aset budaya daerah
dan sekaligus pula sebagai lembaga yang dipercaya untuk melestarikan dan
mengembangkan budaya daerah melalui pengajaran sastra di sekolah, dan dapat juga
sebagai bahan ajar pada mata pelajaran mulok.
Pelestarian nyanyian rakyat sebagai sarana untuk menyampaikan pesan nilai
budaya yang di dalamnya ada unsur pendidikan yang wajib diajarkan oleh guru
kepada siswa di sekolah, sebagai salah satu bentuk upaya melestarikan adat istiadat
daerah yang notabene adalah merupakan suatu aset kekayaan bangsa yang patut
dijaga dan dilestarikan. Sebelumnya, penelitian mengenai model pelestarian sastra
lisan pernah dilakukan oleh Nono Sudarmono dengan judul “Struktur Dan Fungsi
Seni Tradisi Gaok Serta Model Pelestariannya Melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra
Di SMA”, Novita Tabelessy dengan judul “Model Pelestarian Nilai Budaya Dan Nilai
Pendidikan Dalam Konteks Sastra Lisan Pantun Pada Upacara Pernikahan” dan
Casminih dengan judul “Kajian Makna, Nilai Budaya, Dan Konteks Seni Tradisional
Indramayu “Sintren” Serta Upaya Pewarisannya.
Hidup Masyarakat Suku Nuaulu Di Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah Dan
Model pelestariannya.
1.2 Batasan Masalah
Dengan mengenal budaya daerah, kita akan memahami pula kebudayaan
tersebut. Salah satu cara yang dipakai untuk mempelajari dan mengenal budaya
daerah yaitu dengan mempelajari sastra lisan (
folklore
) dalam masyarakat sekitar
kita. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
untuk lebih bermanfaat, penelitian ini akan lebih difokuskan pada makna yang
terkandung dalam syair lagu sebagai upaya melestarikan warisan budaya daerah
melalui Ritual Daur Hidup suku Nuaulu di Kabupaten Maluku Tengah dan model
pelestariannya.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah proses pelaksanaan Ritual Daur Hidup dan makna apa saja yang
terkandung pada syair lagu Ritual Daur Hidup suku Nuaulu di Pulau Seram
Kabupaten Maluku Tengah?
7
3.
Bagaimana model pelestarian nilai budaya dalam syair lagu yang terdapat pada
Ritual Daur Hidup masyarakat suku Nuaulu di pulau Seram Kabupaten Maluku
Tengah.
1.4
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui bagaimanakah proses pelaksanaan Ritual Daur Hidup pada
masyarakat suku Nuaulu dan mendeskripsikan makna yang terkandung pada syair
lagu Ritual Daur Hidup masyarakat suku Nuaulu.
2.
Untuk menemukan nilai budaya yang terkandung dalam makna syair lagu pada
upacara Ritual Daur Hidup masyarakat suku Nuaulu.
3.
Untuk menyusun model pelestarian nilai budaya yang terkandung dalam syair
lagu agar dapat bermanfaat bagi pembelajaran sastra.
1.5
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.
Peneliti dan peminat sastra untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
sastra daerah.
3.
Bagi Pemda Provinsi Maluku, sebagai bahan referensi dan informasi tambahan
dalam mengungkapkan kekayaan budaya masyarakat Maluku, khususnya Suku
Nuaulu di Pulau Seram.
4.
Menjadi sumbangan bagi pembelajaran sastra di sekolah.
1.6
Definisi Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran, maka dalam penelitian ini penulis
menggunakan istilah-istilah sebagai berikut :
1.
Nilai Budaya
Nilai Budaya adalah nilai-nilai sosio budaya yang terkandung di dalam sebuah
cerita yang mewarnai dan melatarbelakangi terciptanya cerita tersebut.
Nilai Budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil dari kegiatan
menganalisis syair lagu Ritual Daur Hidup suku Nuaulu yang berupa rumusan
nilai budaya yang terkandung pada syair lagu tersebut.
2.
Makna
Makna adalah arti; maksud (mengandung) arti penting (dalam).
9
3.
Syair Lagu
Syair lagu adalah karya sastra atau puisi yang berisi curahan perasaan pribadi,
susunan kata sebuah nyanyian.
Syair lagu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah susunan kata yang terdapat
pada sekumpulan lagu-lagu yang selalu dilantunkan masyarakat suku Nuaulu
pada saat upacara Ritual Daur Hidup dilaksanakan.
4.
Ritual Daur Hidup
Upacara- upacara ritual kehidupan manusia yang telah diikat oleh religi dan
menjadi tardisi budaya, yang merupakan sebuah kepribadian suku etnik tertentu
dan mempunyai suatu siklus mulai dari kelahiran, masa anak-anak, dewasa, masa
tua sampai kepada kematian.
Ritual Daur hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upacara-upacara
daur hidup yang sering dilakukan oleh masyarakat suku Nuaulu di Pulau Seram
Kabupaten Maluku Tengah.
5.
Etnografi
Metode penelitian yang paling kompleks, karena penelitian ini menggunakan
serangkaian pendekatan guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai
masyarakat, kelompok, institusi, tempat, maupun situasi tertentu.
6.
Suku Nuaulu
1.7
Anggapan Dasar
Asumsi atau anggapan dasar yang penulis gunakan sebagai pedoman
penelitian adalah sebagai berikut.
1.
Nyanyian-nyanyian pada Ritual Daur Hidup masyarakat suku Nuaulu merupakan
salah satu aset budaya yang turut memperkaya kebudayaan daerah dan
kebudayaan nasional.
2.
Syair lagu yang terdapat pada nyanyian-nyanyian Ritual Daur Hidup masyarakat
suku Nuaulu bila dimaknai memiliki nilai-nilai budaya yang perlu diwariskan
kepada generasi penerus.
58
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Penelitian kualitatif (
qualitative research
) adalah penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (
Syaodih, 2007:60). Tentunya hal ini terkait dengan yang penulis teliti yakni ingin
mendeskripsikan tentang fenomena masyarakat suku Nuaulu menyangkut nilai
budaya yang terkandung dalam syair lagu pada saat Ritual Daur Hidup dilaksanakan.
Koentjaraningrat (2002:329) melihat penelitian kualitatif ini sebagai
penelitian yang bersifat etnografi yaitu suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu
bangsa dengan pendekatan antropologi. Hal inipun dibenarkan oleh Fathoni
(2005:98) karena bahan mengenai kesatuan kebudayaan suku bangsa di suatu
komunitas dari suatu daerah tertentu menjadi pokok deskripsi sebuah karangan
etnografi, maka dibagi kedalam bab-bab tentang unsur-unsur kebudayaan menurut
suatu tata urut yang sudah baku. Susunan tata urut tersebut disebut sebagai kerangka
etnografi.
Menurut Spradley (Creswell, 1998:487) langkah-langkah dalam penelitian
etnografi adalah sebagai berikut ;
3.
Membuat catatan Etnografis
4.
Mengajukan Pertanyaan Deskriptipf
5.
Melakukan Analisis Wawancara
6.
Membuat Analisis Domain
7.
Mengajukan Pertanyaan Struktural
8.
Membuat Analisis Taksonomik
9.
Mengajukan pertanyaan Kontras
10.
Membuat Analisis Komponen
11.
Menemukan Tema-Tema Budaya
12.
Menulis Suatu Etnografis.
Dalam penelitian ini peneliti langsung berinteraksi dengan masyarakat suku
Nuaulu setempat sehingga segala permasalahan yang terkait dengan budaya
masyarakat sempat dapat diketahui, dipahami oleh peneliti secara jelas. Desain
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dihasilkan data deskriptif dan analisis
serta interpretasi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.
Bogdan dan Biklen (1982: 27-29) secara terperinci menjabarkan karakteristik
penelitian kualitatif, diantaranya :
1.
Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung
sumber data.
60
3.
Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan pada proses tidak
semata-mata pada hasil
4.
Melalui analisis induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang
terjadi
5.
Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif.
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan di dalam “
natural
setting
” (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
lebih banyak kepada observasi, wawancara mendalam, angket dan dokumentasi.
Teknik observasi digunakan peneliti untuk meneliti secara langsung Ritual
Daur Hidup pada masyarakat yang dijadikan objek penelitian. Teknik observasi ini
menggunakan pedoman observasi sebagai berikut.
PEDOMAN OBSERVASI
No
Masalah
Indikator
Instrumen Pertanyaan
1
Menjelaskan posisi
atau peran pelantun
nyanyian pada saat
Ritual Daur Hidup
dijalankan?
Menjelaskan kedudukan
nyanyian pada saat Ritual
Daur Hidup
dilaksanakan:
a.
Ritual pada masa
kelahiran.
b.
Ritual pada masa
dewasa untuk
1.
Apakah ada waktu,hari khusus
untuk menjalankan ritual
tersebut?
2.
Siapa saja yang berperan
sebagai pelantun nyanyian
dalam ritual tersebut?
perempuan dan
laki-laki.
c.
Masa kawin
meminang dan
kawin lari.
d.
Masa kematian.
pelantun nyanyian pada saat
ritual dijalankan?
4.
Apakah ada pakaian khusus
yang dipakai oleh para pelantun
pada saat ritual dijalankan?
5.
Alat musik apa saja yang
digunakan sebagai pengiring
pada saat nyanyian dilantunkan?
6.
Apakah dalam melantunkan
syair lagu dinyanyikan secara
bersama-sama atau ada orang
khusus yang menyanyikannya?
7.
Bagaimana perasaan para
pelantun dalam menyanyikan
lagu pada saat ritual dijalankan?
8.
Apakah ada tempat khusus yang
disediakan bagi pelantun
nyanyian pada saat ritual
dijalankan?
9.
Bagaimana posisi para pelantun
pada saat ritual dijalankan?
10.
Apakah pada saat ritual
dijalankan diperbolehkan untuk
menonton atau tidak?
62
Selain itu, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam untuk
mendapatkan data, informasi, dan pendapat dari tokoh masyarakat. Teknik
dokumentasi yang digunakan peneliti sebagai bukti data penelitian.
Dalam penenilitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri
karena peneliti memegang peranan penting sebagai pengamat penuh. Moleong
(2000:19), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti
sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan
akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian. Disamping penulis melakukan hal tersebut,
penulis juga menggunakan beberapa alat untuk membantu pengumpulan data sebagai
berikut.
1.
Tape Recorder
Tape recorder
digunakan untuk merekam nyanyian yang didendangkan oleh para
pelaku pada saat Ritual Daur Hidup dilaksanakan, dan juga digunakan untuk
merekam pembicaraan pada saat peneliti mengadakan wawancara dengan para
informan.
2.
Kamera atau
Handycam
[image:15.595.109.518.245.655.2]Kamera atau
Handycam
diperlukan untuk merekam dan mendapatkan foto atau
gambar pada saat Ritual Daur Hidup dilaksanakan.
3.
Pedoman wawancara
lagu tersebut. Bentuk pedoman wawancara yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
PEDOMAN WAWANCARA
(Untuk Pelantun Nyanyian)
I.
Identitas Informan
1.
Nama Lengkap :
2.
Umur :
3.
Jenis kelamin :
4.
Pendidikan Terakhir :
5.
Pekerjaan :
Pertanyaan :
1.
Sejak kapan Bapak/Ibu/saudara/ menjadi pelaku/pelantun nyanyian pada saat
ritual dilakukan?
2.
Apakah ada syarat tertentu bagi bapak/ibu/saudara untuk menjadi
pelaku/pelantun nyanyian tersebut? Jelaskan!
3.
Usia berapa saja yang dianggap bisa menjadi pelantun nyanyian tersebut?
4.
Mengapa dalam setiap ritual harus ada nyanyian yang dilantunkan?
5.
Berapa banyak nyanyian yang dilantunkan pada setiap Ritual Daur Hidup
dilaksanakan? Sebutkan dan jelaskan!
6.
Makna dari setiap nyanyian itu berupa apa saja? Apakah mengandung nasihat
atau yang lainnya? Sebutkan dan jelaskan!
7.
Alat music apa saja yang dipakai atau digunakan pada saat Ritual Daur Hidup
dilaksanakan untuk mengiringi nyanyian tersebut?
64
9.
Apakah ada nilai budaya yang terkandung dalam syair lagu tersebut?
Sebutkan!
10.
Menurut bapak/ibu/saudara,apakah nyanyian ini masih dibutuhkan pada saat
Ritual Daur Hidup dilaksanakan?
11.
Apakah menurut bapak/ibu/saudara nyanyian pada saat ritual ini perlu
dilestarikan?
12.
Siapa saja yang paling bertanggungjawab untuk melestarikan nyanyian
tersebut?
13.
Apakah ada model pewarisan tertentu yang diajarkan bagi generasi penerus
khususnya generasi muda pada suku Nuaulu?Jika ada jelaskan dan jika tidak
jelaskan!
14.
Apakah ada kebijakan dari pemerintah setempat untuk melestarikan tradisi
Ritual Daur Hidup ini,khusunya nyanyian-nyanyian yang dilantunkan pada
saat ritual dilaksanakan?
15.
Apa saja bentuk atau model pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mempertahankan nyanyian ritual ini?
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA BAGI PELANTUN NYANYIAN
No
Masalah
Indikator
Instrumen Penelitian
1
Apakah tradisi Ritual
Daur
Hidup
masih
dijalankan
dan
bagaimana
proses
pelaksanaan
ritual
tersebut?
Menjelaskan
kedudukan
pelantun nyanyian pada
saat ritual dilaksanakan?
1.
Sejak kapan Bapak/Ibu/saudara/
menjadi pelaku/pelantun
nyanyian pada saat ritual
dilakukan?
2.
Apakah ada syarat tertentu bagi
bapak/ibu/saudara untuk
menjadi pelaku/pelantun
nyanyian tersebut? Jelaskan!
3.
Usia berapa saja yang dianggap
bisa menjadi pelantun nyanyian
tersebut?
4.
Mengapa dalam setiap ritual
harus ada nyanyian yang
dilantunkan?
5.
Berapa banyak nyanyian yang
dilantunkan pada setiap Ritual
Daur Hidup dilaksanakan?
Sebutkan dan jelaskan!
6.
Makna dari setiap nyanyian itu
berupa apa saja? Apakah
mengandung nasihat atau yang
lainnya? Sebutkan dan jelaskan!
7.
Alat music apa saja yang
66
dilaksanakan untuk mengiringi
nyanyian tersebut?
8.
Apakah ada baju khusus yang
dipakai pada saat melaksanakan
ritual adat tersebut,khususnya
para pelantun nyanyian?
2
Mengetahui Nilai budaya
yang terkandung dalam
nyanyian atau syair lagu
yang dilantunkan pada
saat ritual dijalalankan!
Menjelaskan nilai budaya
yang terkandung dalam
nyanyian atau syair lagu
:1. Nilai budaya :
a.
Hubungan
manusia
sebagai
pribadi.
b.
Hubungan
manusia
dengan
sesama.
c.
Hubungan
manusia
dengan
alam.
d.
Hubungan
1.
Apakah ada nilai budaya
yang terkandung dalam
nyanyian atau syair lagu
tersebut?sebutkan !
2.
Apakah dalam syair lagu
manusia
dengan
Tuhan.
3.
Model pelestarian apa
saja yang cocok untuk
nilai
budaya
yang
terkandung dalam syair
lagu dalam penerapannya
di
masyarakat
dan
sekolah?
Memilih salah satu model
pelestarian
yang
ditawarkan
di
sekolah
maupun pemerintah.
1.
Menurut
bapak/ibu/saudara,apakah
nyanyian ini masih dibutuhkan
pada saat ritual daur hidup
dilaksanakan?
2.
Apakah menurut
bapak/ibu/saudara nyanyian
pada saat ritual ini perlu
dilestarikan?
3.
Siapa saja yang paling
bertanggungjawab untuk
melestarikan nyanyian tersebut?
4.
Apakah ada model pewarisan
tertentu yang diajarkan bagi
generasi penerus khususnya
generasi muda pada suku
Nuaulu?Jika ada jelaskan dan
jika tidak jelaskan!
5.
Apakah ada kebijakan dari
pemerintah setempat untuk
melestarikan tradisi Ritual Daur
Hidup ini,khusunya
nyanyian-nyanyian yang dilantunkan pada
saat ritual dilaksanakan?
68
pemerintah untuk
mempertahankan nyanyian
ritual ini?
7.
Seberapa besar peran
pemerintah dalam melestarikan
nyanyian ritual ini? dan
bagaimana hasilnya?
PEDOMAN WAWANCARA
(Untuk Guru)
II.
Identitas Informan
1.
Nama :
2.
Tempat/Tanggal lahir :
3.
Jenis Kelamin :
4.
Pendidikan :
5.
Pekerjaan :
6.
Alamat :
Pertanyaan :
1.
Apa yang bapak/ibu ketahui tentang Ritual Daur Hidup pada masyarakat suku
Nuaulu?
2.
Apakah nyanyian (syair lagu) yang dilantunkan pada saat ritual dilaksanakan
punya manfaat bagi masyarakat suku Nuaulu, khususnya bagi anak-anak yang
duduk di bangku pendidikan? jelaskan!
4.
Apakah dalam kurikulum sekarang terdapat materi nyanyian atau syair lagu
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia atau sastra daerah dalam pembelajaran
mulok?
5.
Nilai Budaya apa saja yang bapak/ibu ketahui dalam nyanyian atau syair lagu
tersebut?
6.
Apakah tradisi ini masih berfungsi bagi masyarakat setempat?
7.
Menurut bapak/ibu perlukah adanya pelestarian tradisi tersebut?
8.
Menurut bapak/ibu nilai budaya yang ada dalam nyanyian atau syair lagu
tersebut perlu dilestarikan?
9.
Menurut bapak/ibu, model pelestarian manakah yang cocok untuk
melestarikan nilai budaya yang terdapat dalam syair lagu?
a.
Model pembelajaran mengidentifikasi makna syair lagu di sekolah
b.
Model dokumentasi dalam bentuk buku
c.
Model pelestarian lainnya.
10.
Apa alasan bapak/ibu memilih salah satu model pelestarian nilai budaya di
atas? Jelaskan!
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA UNTUK GURU
No Masalah
Indikator
Instrumen Penelitian
1
Bagaimana
keberadaan Nyanyian
atau Syair lagu dalam
pembelajaran di
sekolah?
Menjelaskan
keberadaan atau
fungsi nyanyian
atau syair lagu pada
Ritual Daur Hidup
dalam pembelajaran
sastra di sekolah?
1.
Apa yang bapak/ibu ketahui
tentang Ritual Daur Hidup
pada masyarakat suku Nuaulu?
2.
Apakah nyanyian (syair lagu)
70
pendidikan? jelaskan!
3.
Dapatkah nyanyian atau syair
lagu ini dijadikan bahan
alternatif pembelajaran di
sekolah?
4.
Apakah dalam kurikulum
sekarang terdapat materi
nyanyian atau syair lagu dalam
mata pelajaran bahasa
Indonesia atau sastra daerah
dalam pembelajaran mulok?
2.
Nilai Budaya apa saja
yang terkandung
dalam nyanyian atau
syair lagu?
Menjelaskan nilai
budaya yang
terkandung dalam
nyanyian atau syair
lagu?
1.
Apakah ada nilai budaya yang
terkandung dalam nyanyian
atau syair lagu
tersebut?sebutkan !
2.
Apakah dalam syair lagu
tersebut ada gambaran tentang
hubungan manusia sebagai diri
sendiri, dengan sesama,dengan
alam, dan Tuhan? Berikan
alasannya.
3.
Model pelestarian apa
saja yang cocok untuk
nilai budaya yang
terkandung dalam
nyanyian atau syair
lagu untuk diterapkan
Memilih salah satu
model pelestarian
nilai budaya dalam
nyanyian atau syair
lagu yang
ditawarkan di
Pilihlah salah satu model
pelestarian yang bapak/ibu
setuju pada pilihan dibawah
ini:
di masyarakat dan di
sekolah?
sekolah.
cocok untuk melestarikan nilai
budaya yang terdapat dalam
syair lagu?
a.
Model pembelajaran
mengidentifikasi makna syair
lagu di sekolah.
b.
Model dokumentasi dalam
bentuk buku
c.
Model pelestarian lainnya.
2.
Apa alasan bapak/ibu memilih
salah satu model pelestarian
nilai budaya di atas? Jelaskan!
4.
Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dan
perlu dalam mendukung penelitian tersebut.
3.4 Langkah-Langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai
berikut.
a.
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan
1.
Mempersiapkan perlengkapan penelitian seperti
tape recorder
, kamera, buku
catatan, dan lain-lain.
2.
Mencari informan.
72
4.
Melakukan wawancara dengan para informan untuk memperoleh keterangan
mengenai objek yang akan diteliti.
5.
Mengamati Ritual Daur Hidup dilaksanakan.
6.
Mengamati dan merekam nyanyian yang didendangkan pada saat ritual tersebut
dijalankan.
7.
Melakukan wawancara dengan para tokoh masyarakat (tua-tua adat), masyarakat
biasa, pejabat pemerintahan desa/negeri, dan guru-guru dalam rangka pelestarian
nyanyian-nyanyian tersebut.
8.
Menerjemahkan syair lagu ke dalam bahasa Indonesia.
9.
Menyimpulkan hasil wawancara.
10.
Menyusun laporan atau evaluasi akhir dari hasil wawancara.
b.
Informan Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat, peneliti menentukan beberapa informan
sebagai berikut :
1.
Tokoh masyarakat (tua-tua adat) yang berperan penting secara langsung pada saat
ritual dilaksanakan.
2.
Masyarakat yang bertindak sebagai pelantun nyanyian pada saat ritual
dilaksanakan.
3.
Masyarakat biasa
Data yang dijadikan bahan penelitian adalah nyanyian-nyanyian yang
didendangkan atau dilantungkan pada saat Ritual Daur Hidup dilaksanakan. Sumber
data adalah tokoh masyarakat (tua-tua adat) yang memimpin ritual tersebut dan
pelantun nyanyian pada saat ritual dilaksanakan. Data-data tersebut direkam dan
dicatat serta dikumpulkan dan kemudian dianalisis.
d.
Populasi dan Sampel
Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Ritual Daur Hidup
yang dilaksanakan pada Suku Nuaulu dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah nyanyian-nyanyian (syair lagu) yang sering dilantunkan pada saat ritual
tersebut dijalankan.
e.
Lokasi Penelitian
Tempat atau lokasi dalam penelitian adalah desa Nuanea, di Pulau Seram
Kabupaten Maluku Tengah. Peneliti tertarik untuk meneliti di pulau Seram karena
banyak adat istiadat dan budaya mereka yang masih lestari dan dijaga keasliannya
serta dijunjung tinggi keberadaannya dalam kehidupan mereka. Dan sangat menarik
untuk diteliti ( Peta lokasi penelitian terlampir).
f.
Teknik Analisis Data
74
Analisis dilakukan terhadap nilai budaya yang terkandung dalam nyanyian,
dan hasil data wawancara kemudian diinterpretasikan. Sebelum dianalisis,data yang
telah dikumpulkan dalam bahasa daerah terlebih dahulu diterjemahkan ke dalam
bahasa
Indonesia
untuk
mempermudah
peneliti
dalam
memaknai
dan
menganalisisnya.
Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1.
Mendeskripsikan Ritual Daur Hidup,
2.
Menentukan nyanyian-nyanyian yang terdapat dalam Ritual Daur Hidup,
3.
Menerjemahkan syair lagu ke dalam bahasa Indonesia,
4.
Mendeskripsikan nilai budaya yang terkandung dalam syair lagu,
5.
Menginterpretasikan data sesuai dengan teori yang digunakan,
6.
Menyusun model pelestarian yang akan dilakukan oleh para guru,
7.
Menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis,
151
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.1
Simpulan
Berdasarkan uraian yang telah disajikan dalam bagian deskripsi hasil
penelitian dan analisis hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa syair
lagu dalam Ritual Daur Hidup masyarakat suku Nuaulu Kabupaten Maluku
Tengah mengandung nilai-nilai budaya yang patut dijaga dan dilestarikan
khususnya bagi generasi muda.
Simpulan hasil penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.
1.
Masyarakat suku Nuaulu mengenal 5 fase penting dalam siklus kehidupan
manusia yakni (1) masa kehamilan 9 bulan, (2) masa melahirkan; pada ritual
ini, hal pertama yang dilakukan adalah membangun
posone
,
kemudian
memasukan ibu hamil ke dalam posone . Pada ritual ini ada 2 buah lagu yang
didendangkan secara berulang-ulang sampai ritual ini selesai. Dalam syair
lagu ini, mengandung doa permohonan kepada Tuhan untuk ibu hamil dan
anak yang akan lahir; (3) masa dewasa, terbagi ; a. masa dewasa bagi anak
perempuan (pinamou) yang ditandai dengan datangnya haid pertama. Pada
ritual ini ada 4 buah lagu yang didendangkan secara berulang-ulang sampai
upacara ini selesai. b. masa dewasa bagi laki-laki (pataheri) yang ditandai
dengan pemotongan kepala ayam, pemakaian cawat (cidaku) dan pemakaian
kain berang (kain berwarna merah) di kepala. Pada ritual ini ada 5 buah lagu
152
Kawin meminang, terdiri dari peminangan, pembicaraan harta kawin/mas
kawin, dan Akad nikah. b. Kawin lari; terdiri dari si gadis dibawa lari oleh
pemuda, utusan dikirim oleh pihak pemuda ke rumah si gadis untuk meminta
maaf dan membicarakan harta kawin/mas kawin, dan membayar denda kepada
pihak si gadis. Pada ritual ini ada 4 buah lagu yang dilantunkan untuk kedua
mempelai, yang mengandung unsur nasihat dalam hidup berumah tangga; (5)
masa kematian; yang terdiri dari pemukulan tifa, memandikan jenasah,
pelepasan jenasah dan penguburan tetapi jenasah tersebut tidak dikuburkan di
dalam tanah, tetapi jenasah tersebut hanya diletakan di atas para-para yang
terbuat dari kayu dan diletakan di tengah hutan yang dipercaya hutan itu masih
suci dan dibiarkan jenasah itu sampai membusuk. Pada ritual ini ada 3 buah
lagu yang dilantunkan, sebagai penguatan dan penghiburan bagi keluarga yang
berduka.
2.
Nilai budaya yang terkandung dalam syair lagu pada Ritual Daur Hidup suku
Nuaulu dari hasil analisis berupa nilai budaya hubungan antara manusia
dengan beberapa aspek dalam kehidupan masyarakat setempat, yaitu
hubungan manusia sebagai pribadi, hubungan manusia dengan manusia,
hubungan manusia dengan alam sekitarnya, dan hubungan manusia dengan
Tuhan. Keberlakuan nilai budaya dalam syair lagu pada tradisi Ritual Daur
Hidup pada masyarkat suku Nuaulu paling tinggi keberlakuannya, dibutikan
dengan lantunan syair lagu yang bila dimaknai mengandung nilai budaya yang
3.
Model pelestarian nilai budaya yang dipilih oleh masyarakat suku Nuaulu
kabupaten Maluku Tengah agar supaya syair lagu pada Ritual Daur Hidup ini
tetap ada dan di jaga kelestariannya adalah membuat bentuk model pelestarian
di antaranya model pelestarian menganalisis makna syair lagu melalui
pembelajaran di sekolah, karena menurut pendapat masyarakat setempat
dengan adanya model pelestraian seperti disebutkan di atas, maka siswa siswi
akan lebih mengenal dan mengetahui lebih dalam lagi tentang tradisi yang ada
di daerah mereka, sehingga timbul keinginan besar untuk tetap menjaga dan
melestarikan tradisi ritual tersebut maupun nyanyian-nyanyian yang ada pada
saat ritual dijalankan.
1.2
Saran
Dalam upaya untuk melestarikan syair lagu dalam Ritual Daur Hidup suku
Nuaulu di kabupaten Maluku Tengah, penulis menyampaikan beberapa saran
yang ditujukan ke beberapa pihak yang terkait, sebagai berikut.
1.
Pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah, supaya mau memperhatikan
kebudayaan yang ada dalam daerah, dan mau memperhatikan segala
kebutuhan masyarakat setempat dalam hal ini pelestraian warisan budaya yang
sudah ada sejak dulu. Pemerintah diminta untuk menyiapkan sarana dan
prasarana bagi kebutuhan tersebut dan pemerintah diharapkan bekerjasama
dengan pihak sekolah dalam hal ini, melakukan pelatihan untuk meningkatkan
mutu guru dengan memanfaatkan Ritual Daur Hidup suku Nuaulu khususnya
154
mengimplementasikannya ke dalam kurikulum pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Selain itu juga, pemerintah diharapkan bisa menyediakan
buku-buku sastra atau yang terkait dengan kebutuhan masyarakat dan peserta didik,
yang lebih banyak lagi.
2.
Mengingat akan berbagai faktor yang sangat mempengaruhi punahnya sebuah
budaya daerah, maka diharapkan para generasi muda khususnya anak- anak
suku Nuaulu yang masih tinggal dan menetap di daerah tersebut maupun yang
sudah keluar meninggalkan daerahnya, untuk tetap mau berusaha dan
berupaya menjaga dan melestarikan budaya yang sudah ada supaya tidak
punah dan terkikis habis oleh perkembangan zaman. Dalam hal ini,
diharapkan para generasi muda selalu mau terlibat dan berperan serta dalam
setiap Ritual Daur Hidup yang dilaksanakan oleh tua-tua adat.
3.
Para guru bidang studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mulai
memberdayakan nyanyian nyanyian rakyat sebagai salah satu alternatif bahan
ajar yang dipilih dan diajarkan di sekolah. Dengan cara ini, diharapkan
nyanyian-nyanyian rakyat (syair lagu) dapat terus dilestarikan serta
dikembangkan secara lebih baik lagi untuk memperkaya khazanah budaya
Indonesia.
4.
Bagi para peneliti berikutnya, perlu dilakukan penelitian-penelitian yang lain
lagi dalam upaya menggali tradisi budaya daerah yang belum dikenal di
155
DAFTAR PUSTAKA
Bacom, Wilian R. 1965.
Four function of folklore. The Study of Folklore
(Alan
Dundes ed). Englewood cliffs:NJ.Prentice Hall Inc.
Creswell, John W . 1998.
Qualitative Inquiri and Research Design ; chosin among
five tradisions
: London ; united kingdom ; sage publication.
Danandjaja,
James.
1991.
Folklore
Indonesia
Ilmu
Gosip,Dongeng,dll
.
Jakarta:Graffiti.
Endraswara, Suwardi. 2009.
Metodologi Penelitian Folklore, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta :Media Pressindo.
Endraswara, Suwardi. 2010.
Folklor Jawa; Macam, Bentuk dan Nilainya
. Jakarta:
Penaku.
Esten, Mursal. 1990.
Sastra Indonesia dan Tradisi Subkultural
. Bandung: Angkasa.
Fang,Yock Liaw. 1993.
Sejarah Kesusatraan Melayu Klasik
. Erlangga.
Frangkel J.R. 1977.
How to Teach About Values;An Analitic Approach
. New
Jersey;Prentice-Hall, Inc.
Jean. 2009.
Sosiologi Seni
. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.
Joyce, Bruce, Weil, Marsha, with Emily Calhoun. 2000.
Models of Teaching
. Ed.
Boston: Allyn and Bacom A Person Education Company.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
. 2008. Jakarta : Balai Pustaka.
156
Koentrjaraningrat . 2002.
Pengantar Ilmu Antropologi
.Jakarta;PT Rineka Cipta.
Koentrjaraningrat. 2004.
Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia.
Jakarta:Djambatan.
Koentrjaraningrat. 2000.
Kebudayaan,Mentalitas dan pembangunan
. Jakarta : PT
Gramedia Utama.
Kristina. 2004.
Kajian Struktur, Nilai Budaya, dan Konteks Cerita Rakyat Dalam
Tradisi Berebab di Kabupaten Padang Pariaman
. Tesis Sps.Bandung-UPI.
Mahmud,K.K. 1993.
Sastra Indonesia dan Daerah
. Bandung:Angkasa.
Mulyasa E. 2010.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
. Bandung: Rosda Karya.
Moeloeng, Lexy J. 2000.
Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Tarsito.
Nasution . 2003.
Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.
Bandung: Tarsito.
Nurgiyantoro, B. 1995.
Teori Pengkajian Fiksi
. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
Pudentia, 2008.
Metodologi Kajian Tradisi Lisan
. Jakarta:ATL
Rampan, Korie Layun. 1983.
Perjalanan Sastra Indonesia
. Jakarta: Gunung Jati.
Rusyana, Yus. 1982.
Metodologi Pengajaran Sastra
. Bandung: Gunung Larang.
Rusyana, Yus. 1984.
Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan
.Bandung:
Diponegoro.
Saputra, Yahya Andi . 2009.
Upacara Daur Hidup Adat Betawi
; Jakarta; Wedatama
Widya Sastra.
Semi,M.Atar. 1990.
Metode Penelitian Sastra
. Bandung : Angkasa.
Model Teater bagi Pelestarian Nilai Budaya Cerita Rakyat Masyarakat Desa
Panjalu).
Tesis Sps. Bandung:UPI.
Siswantoro, 2010.
Metode Penelitian Sastra
. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Spradley.James.P. 2006.
Metode Etnografi
: Yogyakarta; Tiara Wacana
Sudikan, Setya Yuwana. 1993.
Metode Penelitian Sastra Lisan
. Surabaya : Citra
Wacana.
Sugiyono. 2008.
Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung :Alfabeta.
Sujana, Nana dan Ibrahim. 2007.
Penelitian dan Penilaian Pendidikan
. Bandung :
Sinar Baru Algensindo.
Sumardjo Jakob. 2000.
Filsafat Seni
. Bandung: ITB.
Suriasumantri. 1999.
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer
. Jakarta: Pustaka Sinar
harapan.
Teeuw, A. 1982.
Khazanah Sastra Indonesia
. Jakarta : Balai Pustaka.
Teeuw, A. 1983.
Membaca Dan Menilai Sastra
. Jakarta: Gramedia.
Teeuw.A. 1984.
Sastra dan Ilmu Sastra
. Jakarta: Pustaka Jaya.
Uneputty Dkk. 1984.
Upacara Tradisional Daerah Maluku
. Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah Maluku: Depdikbud.
Waluyo, Herman.J. 1987.
Teori dan Apresiasi Puisi
. Erlangga.
Waridah Ernawati. 2010.
EYD dan Seputar Kebahasaan Indonesia
. Jakarta.Kawan
Pustaka.