• Tidak ada hasil yang ditemukan

JIMVET. 01(4): (2017) ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JIMVET. 01(4): (2017) ISSN :"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

720

PERBEDAAN JUMLAH CEMARAN MIKROBA PADA TELUR AYAM YANG DISIMPAN PADA RAK PINTU LEMARI ES DAN DALAM LEMARI ES Differences In Number Of Microbial Contamination In Eggs Stored On The Door Shelves

And In The Refrigerator Ainun Na’im1, Razali2, Rastina 3

1Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 2Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Universitas Syiah Kuala

3Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Universitas Syiah Kuala

ainunnaim916@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tempat penyimpanan telur terhadap jumlah cemaran mikroba. Posisi penyimpanan telur dilakukan pada dua tempat yaitu pada rak pintu lemari es dan di dalam lemari es. Penelitian ini menggunakan 42 butir telur ayam ras berumur 2-3 hari, sebanyak 21 butir di tempatkan pada rak pintu lemari es dan 21 butir telur di tempatkan di dalam lemari es. Perlakuan buka tutup dilakukan 3,6 dan 9 kali perhari selama satu minggu. Setiap hari diperiksa yaitu jumlah Total Plate Count (TPC) untuk satu butir telur. Data yang didapat adalah Angka Lempeng Lotal (ALT) kerabang telur dan isi telur (cfu/gr) perhari sampai satu minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ALT pada telur yang disimpan pada rak pintu lemari es dan dalam lemari es yang dibuka tutup 3,6 dan 9 kali sehari adalah sama. Jumlah ALT pada hari pertama masih dibawah Standar Nasional Indonesia (SNI). Dapat disimpulkan bahwa nilai ALT pada telur yang disimpan pada rak pintu lemari es dan di dalam lemari es relative sama baik pada isi maupun pada kerabang telur.

Kata kunci: Telur, Mikroba, TPC.

ABSTRACT

The aim of this research was to find out the effect of eggs position storage on the total microbial count. The eggs position storage was conducted in two places that were on the door shelf and inside shelf of refrigerator. This research used 42 eggs of 2 to 3 days old chicken. A total of 21 eggs were stored at the door shelf and 21 other inside the refrigerator which opened and closed 3, 6 and 9 times per day for one week. Every day in the check that is Total Plate Count (TPC) for one egg. The data obtained is the TPC of both shell anda white and yello eggs (cfu/gram) per day until one week. The results showed that long on eggs stored on the refrigerator door and in the refrigerator opened 3,6 dan 9 times a day. The first day is still below the SNI It can be concluded that the value of TPC on eggs stored on the refrigerator door and in the refrigerator is relatively the same both on the contents and on the eggshell.

Keywords: Egg, Microba, TPC

PENDAHULUAN Latar Belakang

Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang cukup tinggi dengan susunan asam amino yang lengkap serta memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan bergizi tinggi, kandungan gizi sebutir telur dengan berat 100 gram terdiri dari protein 12,8 gram, karbohidrat 0,7 gram, lemak 11,5 gram, air 66,1 gram, vitamin 7,9 gram dan mineral 1 gram

(2)

721

(Afifah, 2013). Selain itu, telur juga mengandung lemak tak jenuh, vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh (Mulza dkk., 2013).

Telur memiliki beberapa kelemahan antara lain kulit telur mudah pecah atau retak dan tidak dapat menahan tekanan mekanis yang besar, sehingga telur tidak dapat diperlakukan secara kasar dalam suatu wadah. Kelembaban relatif udara dan suhu ruang penyimpanan dapat mempengaruhi mutu telur, dan dapat menyebabkan perubahan secara kimia dan mikrobiologis (Mulza dkk., 2013).

Kerusakan pada telur dapat terjadi secara fisik, kimia maupun biologis sehingga dapat mempengaruhi perubahan selama masa penyimpanan (Hardianto dkk., 2012). Secara biologis kerusakan pada telur ayam disebabkan oleh mikroorganisme diantaranya adalah bakteri. Masuknya bakteri ke dalam telur setelah telur berada di luar tubuh induknya misalnya berasal dari kotoran yang menempel pada kulit telur. Kotoran tersebut diantaranya adalah feses, tanah, atau suatu bahan yang banyak mengandung bakteri perusak. Bakteri ini masuk ke dalam telur melalui kulit telur yang retak atau menembus kulit ketika lapisan tipis protein yang menutupi kulit telur telah rusak dan lubang-lubang kecil yang terdapat pada permukaan telur yang disebut pori-pori. Beberapa bakteri yang dapat mencemari telur antara lain golongan Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Bacillus, Proteus, Pseudomonas, Aeromonas, dan Coli-aerogenes (Lubis dkk., 2012).

Penyimpanan telur ada dilakukan di suhu ruang ada juga yang di masukkan dalam lemari es. Penyimpanan telur dalam lemari es ini dapat memperpanjang masa simpan telur, sehingga kualitasnya dapat dipertahankan lebih lama. Hal ini disebabkan pada suhu rendah aktifitas mikroba dihambat. Suhu pada bagian tengah lemari pendingin biasanya antara 3,30C-5,50C, dan suhu dibawah ruang beku adalah 1,60C atau lebih rendah (Muchtadi, 2013).

Berdasarkan kenyataan sekarang bahwa penyimpanan telur biasa diletakkan pada rak telur di dinding pintu lemari es. Bahwa membuka dan menutup lemari es mengakibatkan perubahan kualitas telur karena suhu yang tidak stabil, oleh sebab itu kualitas kulit telur sangat berpengaruh terhadap penyimpanan telur. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan jumlah cemaran mikroba terutama total plate count (TPC) pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu dan di dalam lemari es.

Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan jumlah TPC pada telur ayam yang ditempatkan dalam rak pintu lemari es dan di dalam lemari es.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah cemaran mikroba pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu lemari es dan dalam lemari es.

Hipotesis Penelitian

Cemaran mikroba pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu lemari es lebih tinggi dibanding dengan di dalam lemari es.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang perbedaan jumlah cemaran mikroba pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu lemari es dan di dalam lemari es.

(3)

722

MATERIAL DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, pada bulan Februari-Maret 2017.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah catton swab, kapas, tabung reaksi, cawan petri, gelas Erlenmeyer, gelas ukur, pipet 1 ml, bunsen, lemari es, label, plastik penutup, inkubator dan kamera.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah telur, alkohol, NaCL fisiologis, buffered pepton water (BPW) dan plate count agar (PCA).

Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah telur ayam ras yang berumur 2-3 hari yang berasal dari penyalur telur. Telur di[ilih dengan warna, besar, berat dan kebersihan yang homogen dan tanpa cacat dan retak.

Metode penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode TPC, yaitu dengan metode tuang. Sebanyak masing-masing 21 butir telur disimpan di dalam lemari es dan 21 butir telur disimpan di rak lemari es selama satu minggu. Setiap hari setelah dibuka tutup sebanyak 3,6 dan 9 kali, masing-masing telur diambil 1 butir di hitung ALT baik yang di dalam lemari es maupun pada rak pintu lemari es. Penghitungan jumlah kuman adalah dengan metode tuang.

Prosedur penelitian

Teknik pengambilan sampel

Sampel telur ayam diperoleh dari distributor telur di daerah Darussalam, dengan umur, besar, warna dan bentuk yang sama. Sampel telur di tempatkan didalam kantong plastik dan di masukkan ke lemari es pada laboratorium kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala untuk di analisis.

Pengujian kualitas mikrobiologi telur :

Pengujian kualitas mikrobiologi telur dengan metode total plate count (TPC) Dewan Standardisasi Nasional (DSN, 1992).

1. Kerabang telur

Cotton swab yang telah diswab pada kerabang telur kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml BPW, selanjutnya sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan BPW. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (PI). Selanjutnya dari PI dipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh PII, demikian seterusnya dengan cara sama dilakukan sampai diperoleh PIV. Pemupukan dilakukan terhadap semua pengenceran yang telah dilakukan (PI sampai PIV)dengan cara 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara duplo dan ditambahkan medium agar PCA sebanyak 15-20 ml. Campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya di tutup dengan plastik warm dan diinkubasi pada suhu 37˚C dengan posisi terbalik selama 24 jam.

(4)

723

Tuangkan isi telur ke dalam gelas beker dan aduk dengan batang pengaduk kemudian dimasukkan ke dalam tabung erlemeyer yang berisi 90 ml BPW, selanjutnya sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan BPW. Campuran dihomogenkan dan didapatkan pengenceran satu per sepuluh (PI). Selanjutnya dari PIdipipet sebanyak 1 ml dan dilarutkan ke dalam 9 ml larutan pengencer BPW untuk memperoleh PII, demikian seterusnya dengan cara sama dilakukan sampai diperoleh PIV. Pemupukan dilakukan terhadap semua pengenceran yang telah dilakukan (PI sampai PIV) dengan cara 1 ml pengenceran dipipet ke dalam cawan petri secara duplo dan ditambahkan medium agar PCA sebanyak 15-20 ml. Campuran dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan diatas bidang datar dan dibiarkan hingga agar-agar mengeras. Cawan petri selanjutnya di tutup dengan plastik wrap dan diinkubasi pada suhu 37˚C dengan posisi terbalik selama 24 jam.

3. Penghitungan koloni

Penghitungan koloni yang tumbuh dilakukan setelah inkubasi 24 jam. Cara penghitungan jumlah koloni adalah :

Jumlah bakteri = rata-rata jumlah koloni x 1 faktor pengenceran.

Parameter penelitian

Parameter penelitian adalah jumlah cemaran mikroba pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu dan di dalam lemari es.

Analisis data

Data hasil penghitungan jumlah total plate count (TPC) disajikan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Total Cemaran Mikroba Pada Telur Ayam Yang Disimpan Pada Rak Pintu Lemari Es Dan Dalam Lemari Es

Pemeriksaan dilakukan tehadap 44 sampel telur ayam dengan perlakuan yang berbeda seperti dibuka 3, 6, dan 9 kali yang disimpan pada rak pintu lemari es dan di dalam lemari es untuk membedakan jumlah cemaran mikroba. Sebanyak 2 telur digunakan selama seminggu tanpa dibuka tutup di rak pintu dan didalam lemari es.

Tabel 1. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di rak pintu lemari es selama 3 kali buka tutup

Rak pintu dibuka 3x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram)

Hari 1 Kerabang 1,7x102 Isi 7,3x102 Hari 2 Kerabang 9,2x104 Isi 4,6x103 Hari 3 Kerabang 1,5x105 Isi 4,1x104 Hari 4 Kerabang 1,1x105 Isi 4,0x104 Hari 5 Kerabang 7,2x105 Isi 6,5x104 Hari 6 Kerabang 8,1x105 Isi 7,5x104 Hari 7 Kerabang 8,8x105 Isi 9,1x104

(5)

724

Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 1,7x102 dan 9,2x104. Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama sampai hari ke tujuh adalah 7,3x102 dan 9,1x104. Berdasarkan dua hari pertama pemeriksaan mikroba pada kerabang telur dan tujuh hari pertama pemeriksaan isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh pada kerabang telur telah melebihi batas maksimum SNI.

Faktor yang mepengaruhi kualitas telur yaitu suhu lingkungan dan lama penyimpanan serta bau yang yang terdapat di sekitar tempat penyimpanan. Telur dapat mengalami kerusakan yang di sebabkan oleh mikroba yang masuk melalui pori-pori kerabang telur baik melalui air, udara maupun feses ayam. Telur harus mendapat penyimpanan yang baik agar kualitas telur terjaga (Mangalisu, 2015).

Tabel 2. Jumlah cemaran mikroba (ccfu/gram) pada penyimpanan telur di dalam lemari es selama 3 kali buka tutup.

Dalam lemari es dibuka 3x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram)

Hari 1 Kerabang 8,4x103 Isi 8.9x103 Hari 2 Kerabang 1,2x105 Isi 4,5x104 Hari 3 Kerabang 1,7x105 Isi 1,3x105 Hari 4 Kerabang 1,5x105 Isi 5,1x105 Hari 5 Kerabang 8,7x105 Isi 1,3x105 Hari 6 Kerabang 1,2x105 Isi 1,1x105 Hari 7 Kerabang 1,2x105 Isi 1,3x105

Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama adalah 8,4x103. Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 8.9x103 dan 4,5x104. Berdasarkan hari pertama pemeriksaan mikroba pada kerabang telur dan dua hari pertama pemeriksaan mikroba pada isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke dua sampai hari ke tujuh pada kerabang telur telah melebihi batas maksimum SNI dan pada isi telur pada hari ketiga sampai hari ke tujuh telah melebihi standar SNI.

Tabel 3. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di rak pintu lemari es selama 6 kali buka tutup

Rak pintu dibuka 6x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram)

Hari 1 Kerabang 7,2x104 Isi 8,0x104 Hari 2 Kerabang 1,2x104 Isi 4,5x104 Hari 3 Kerabang 1,6x105 Isi 2,0x105 Hari 4 Kerabang 2,1x105 Isi 7,9x105 Hari 5 Kerabang 2,1x105 Isi 1,0x105

(6)

725

Hari 6 Kerabang 1,5x105 Isi 8,3x105 Hari 7 Kerabang 7,0x105 Isi 1,3x105

Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 6 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 7,2x104 dan 1,2x104 Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 8,0x104 dan 4,5x104. Berdasarkan dua hari pertama pemeriksaan mikroba baik pada kerabang maupun pada isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh pada kerabang telur dan isi telur telah melebihi batas maksimum SNI.

Tabel 4. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di dalam lemari es selama 6 kali buka tutup.

Dalam lemari es dibuka 6x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram)

Hari 1 Kerabang 1,8x104 Isi 5,0x104 Hari 2 Kerabang 1,4x105 Isi 1,5x105 Hari 3 Kerabang 1,9x105 Isi 1,4x105 Hari 4 Kerabang 6,7x105 Isi 6,3x105 Hari 5 Kerabang 5,7x105 Isi 5,3x105 Hari 6 Kerabang 1,6x105 Isi 5,7x105 Hari 7 Kerabang 6,8x105 Isi 6,9x105

Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada lemari es yang dibuka tutup 6 kali sehari pada hari pertama adalah 1,8x104 Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama adalah 5,0x104. Berdasarkan hari pertama pemeriksaan mikroba baik pada kerabang maupun pada isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke dua sampai hari ke tujuh pada kerabang telur dan isi telur telah melebihi batas maksimum SNI.

Jumlah bakteri dalam telur makin meningkat sejalan dengan lamanya penyimpanan (Nurjanna, 2015). Mencegah kerusakan telur diperlukan penyimpanan yang bertujuan untuk mencegah masuknya patogen dari luar ke dalam isi telur dan menghambat patogen yang mungkin ada di dalam isi telur untuk tumbuh dan memperbanyak diri. Salah satu cara mempertahankan mutu telur dalam jangka waktu yang lama adalah dengan pendinginan (Wijaya, 2013).

Telur harus disimpan pada suhu serendah mungkin namun tidak menyebabkan isi telur membeku, karena dengan membekunya isi telur mengakibatkan volume isi telur membesar, sehingga dapat menyebabkan pecahnya kerabang telur. Oleh karena itu penyimpanan telur harus dilakukan pada suhu refrigerasi diatas suhu -2°C (28°F ) untuk mencegah kerusakan telur karena pada suhu penyimpanan tersebut pelepasan CO2 dan air dari dalam telur dapat dihambat (Suradi, 2006).

Mencegah terabsorbsinya bau tajam dari makanan lain, maka penyimpanan telur dalam lemari es sebaiknya dimasukkan didalam wadah tempat telur (Afifah, 2013). Psikrofil

(7)

726

adalah bakteri yang mempunyai suhu optimum pertumbuhan 5-150C, dengan suhu minimum pertumbuhan -5 sampai 00C (Hardianto, 2012).

Tabel 5. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di rak pintu lemari es selama 9 kali buka tutup.

Rak pintu dibuka 9x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram)

Hari 1 Kerabang 1,9x104 Isi 3,2x104 Hari 2 Kerabang 1,5x104 Isi 1,0x104 Hari 3 Kerabang 1,1x105 Isi 2,1x105 Hari 4 Kerabang 2,3x105 Isi 1,2x105 Hari 5 Kerabang 6,0x105 Isi 8,6x105 Hari 6 Kerabang 1,5x105 Isi 1,9x105 Hari 7 Kerabang 9,5x105 Isi 8,6x105

Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 9 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 1,9x104 dan 1,5x104 Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari pada hari pertama dan kedua adalah 3,2x104 dan 1,0x104. Berdasarkan dua hari pertama pemeriksaan mikroba baik pada kerabang maupun pada isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh pada kerabang telur dan isi telur telah melebihi batas maksimum SNI.

Tabel 6. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di dalam lemari es selama 9 kali buka tutup.

Dalam lemari es dibuka 9x Sampel Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) Hari 1 Kerabang 1,9x104 Isi 5,6x104 Hari 2 Kerabang 2,1x105 Isi 5,6x105 Hari 3 Kerabang 9,1x105 Isi 2,1x105 Hari 4 Kerabang 5,6x105 Isi 1,6x105 Hari 5 Kerabang 8,6x105 Isi 7,0x105 Hari 6 Kerabang 1,0x105 Isi 7,5x105 Hari 7 Kerabang 1,0x105 Isi 1,1x105

Hasil pemeriksaan mikroba pada kerabang telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 9 kali sehari selama satu hari adalah 1,9x104 Sedangkan jumlah mikroba pada isi telur yang disimpan pada rak pintu lemari es yang dibuka tutup 3 kali sehari selama satu hari adalah 5,6x104. Berdasarkan hari pertama pemeriksaan mikroba baik pada kerabang maupun pada isi telur belum melebihi batas cemaran maksimum seperti SNI. Sedangkan pada hari ke dua sampai hari ke tujuh pada kerabang telur dan isi telur telah melebihi batas maksimum SNI.

(8)

727

Jumlah mikroba dalam telur makin meningkat sejalan dengan lama penyimpanan. Mikroba ini akan mendegradasi atau menghancurkan senyawa-senyawa yang ada di dalam telur menjadi senyawa berbau khas yang mencirikan kerusakan telur. Cara mempertahankan mutu telur yaitu dengan mencegah penguaan air dan terlepasnya gas-gas lain dari dalam isi telur, serta mencegah masuk dan tumbuhnya mikroba di dalam telur. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengatur kelembapan dan kecepatan aliran udara dalam ruangan penyimpanan (Mangalisu, 2015). Bakteri penyebab kebusukan telur terutama bakteri Gram negatif seperti Pseudomonas, Serratia, Alcaligenes dan Citrobacter (Nugroho, 2012).

Berdasarkan hasil tersebut, cemaran mikroba di setiap tempat yang berbeda terlihat bahwa jumlah total mikroba berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti perbedaan kondisi penempatan telur, air, jumlah dan jenis bakteri, suhu kelembaban dan udara. Hasil tersebut jika dibandingkan dengan SNI 3926:2008 yaitu 1 x 105 cfu/g. Isi telur mudah terkontaminasi jika telur dicuci atau disimpan dengan cara yang salah. Mutu isi telur tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kondisi dan mutu telur, cara pencucian dan sanitasi telur, sanitasi wadah, dan suhu serta waktu penyimpanan telur (Nugroho, 2012).

PENUTUP Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Angka Lempeng Total (ALT) mikroba pada telur ayam yang disimpan pada rak pintu lemari es dan di dalam lemari es adalah relatif sama. Nilai ALT mikroba pada kerabang dan isi telur pada penyimpanan di rak pintu lemari dan di dalam lemari es adalah sama. Nilai ALT mikroba pada kedua tempat penyimpanan tersebut hanya memenuhi standar nasional Indonesia untuk hari pertama saja

Saran

Perlu diperhatikan sebaiknya telur yang dibeli terlebih dahulu dibersihkan kerabang telur dan di simpan di rak pintu lemari es. Penyimpanan telur sebaiknya tidak terlalu lama karena akan menyebabkan cemaran mikroba semakin banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N. 2013. Uji salmonella-shigella pada telur ayam yang disimpan pada suhu dan waktu yang berbeda. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jurnal Ilmiah Edu Research. Universitas pasir pengaraian. 2(1):36.

Dewan Standardisasi Nasional. 1992. Metode Pengujian Cemaran Mikroba, Standar Nasional Indonesia, Jakarta. SNI 01-2897-1992.

Fibrianti, S. M,. I. K Suada, M. D Rudyanto. 2012. Kualitas Telur Ayam Konsumsi yang Dibersihkan dan Tanpa Dibersihkan Selama Penyimpanan Suhu Kamar. Indonesia Medicus Veterinus. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. 1(3):408. Hardianto, G. K. Suarjana dan M. D. Rudyanto. 2012. Pengaruh Suhu dan Lama

Penyimpanan Terhadap Kualitas Telur Ayam Kampung Ditinjau dari Angka Lempeng Total Bakteri. Indonesia Medicus Veterinus. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. 1(1):72.

Haryuni, N., E. Widodo, E. Sudjarwo. 2015. Aktivitas Antibakteri Jus Daun Sirih (Piper Bettle Linn) Terhadap Bakteri Patogen Dan Kualitas Telur Selama Penyimpanan. Jurnal Ternak Tropika. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.16(1):48.

(9)

728

Idayanti., S. Darmawati, U. Nurullita. 2009. Perbedaan variasi lama simpan telur ayam pada penyimpanan suhu almari es dengan suhu kamar terhadap total mikroba. Jurnal

Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang. 2(1):20.

Jazil A,dkk. 2013. Penurunan kualitas telur ayam ras dengan intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 2(1). Lubis, H.A., G. K. Suarjana, dan M. D. Rudyanto. 2012. Pengaruh suhu dan lama

penyimpanan telur ayam kampung terhadap jumlah eschericia cilo. Indonesia

Medicus Veterinus Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. 1(1):145.

Mangalisu, A. 2015. Kemampuan Fermentasilactobacillus Plantarum Pada Telur Infertil Dengan Waktu Inkubasi Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar.

Muchtadi, T. R. 2013. Prinsip Proses Dan Teknologi Pangan. Alfabeta. Bandung.

Mulza, D. P., Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Uji Kualitas Telur Ayam Ras Terhadap Lamanya Penyimpanan Berdasarkan Sifat Listrik. Pillar of Physics. Universitas Negeri Padang. 1(2):111.

Nugroho, E. E. S. 2012. Jumlah Total Mikroorganisme Pada Telur Ayam Dan Bebek Yang Dijual Di Pasar Tradisional Di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nurjanna, S. 2015. Kontaminasi Bakteri Telur Ayam Ras Yang Dipelihara Dengan Sistem Pemeliharaan Intensif Dan Free Range Dengan Waktu Pemberian Naungan Alami Berdeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makasar.

Saraswati, D. 2012. Uji Bakteri Salmonella sp Pada Telur Bebek, Telur Puyuh dan Telur Ayam Kampung yang Di Perdagangkan di Pasar Liluwo Kota Gorontalo. Skripsi. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo. Suradi, K. 2006. Perubahan Kualitas Telur Ayam Ras Dengan Posisi Peletakan Berbeda

Selama Penyimpanan Suhu Refrigerasi. Jurnal Ilmu Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. 6(2):21.

Wijaya, V. P. 2013. Daya Antibakteri Albumen Telur Ayam (Gallus Domesticus) Dan Ayam Kate (Gallus Bantam) Terhadap Spesies Bakteri Coliformfekal Pada Cangkang Telur. Jurnal Pendidikan Sains. Pendidikan Biologi-Pascasarjana. Uninersitas Negeri Malang. 1(4) : 365.

Gambar

Tabel 1. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di rak pintu lemari es
Tabel  2.  Jumlah  cemaran  mikroba  (ccfu/gram)  pada  penyimpanan  telur  di  dalam  lemari  es
Tabel  4.  Jumlah  cemaran  mikroba  (cfu/gram)  pada  penyimpanan  telur  di  dalam  lemari  es
Tabel 5. Jumlah cemaran mikroba (cfu/gram) pada penyimpanan telur di rak pintu lemari es

Referensi

Dokumen terkait

terhadap tenaga kerja lebih baik (naik sebesar 1,00 satuan) maka pendapatan perajin genteng akan meningkat sebesar 0,225 dengan asumsi modal usaha, bahan baku dan curah

Lebih lanjut Herren (2000) menyatakan bahwa semua organ tubuh ternak akan dibentuk pada pertumbuhan prenatal (sebelum ternak lahir), sedangkan peningkatan dari

Anggota budaya konteks tinggi lebih terampil membaca perilaku nonverbal dan "dalam membaca lingkungan" , dan mereka menganggap bahwa orang lain juga akan mampu melakukan

34 PTS.0034 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SD NEGERI. 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48

Aikuislukion uskonnonopetuksen opetussuun- nitelman (1994) pohjalta katsottuna on hieman yl- lättävää, että persoonallisesti merkittävät oppi- miskokemukset tapahtuivat

Penelitian ini bertujuan mengamati viabilitas sel formulasi bakteri A6 selama masa penyimpanan 3 bulan dalam bahan pembawa talk dan keefektifannya sebagai pengendali penyakit

Gateway adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk menghubungkan satu jaringan komputer dengan satu atau lebih jaringan komputer yang menggunakan protokol komunikasi yang

a) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. b) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada