• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KINERJA KEPALA SEKOLAH : Studi Tentang Pengaruh Diklat dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KINERJA KEPALA SEKOLAH : Studi Tentang Pengaruh Diklat dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Kepala Sekolah Dasar Di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 19

C. Rumusan Masalah ... 20

D. Tujuan Penelitian ... 21

E. Manfaat Penelitian ... 22

F. Kerangka Penelitian ... 23

G. Paradigma Penelitian ... 24

H. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB II LANDASAN TEORITIK 27 A. Konsep Pendidikan dan Pelatihan ... 27

1. Program Pendidikan dan Pelatihan ... 30

a. Diklat Prajabatan ... 32

b. Diklat dalam Jabatan ... 33

B. Konsep Kompetensi ... 34

1. Kompetensi Kepribadian ... 40

2. Kompetensi Manajerial ... 42

3. Kompetensi Supervisi ... 54

4. Kompetensi Sosial ... 55

(2)

2. Manfaat dan Kegunaan Penilaian Kinerja ... 71

BAB III METODE PENELITIAN 76

A. Definisi Operasional ... 77

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 80

C. Lokasi Uji Hasil Penelitan ... 82

D. Populasi dan Sampel ... 83

1. Penentuan Populasi ... 83

2. Penentuan Sampel penelitian ... 84

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 88

1. Penentuan Alat Pengumpulan Data ... 88

2. Penusunan Alat Pengumpulan Data ... 89

F. Tahap Uji Coba Angket ... 90

1. Validitas Rasional ... 90

2. Validitas Empirik ... 91

3. Uji Reliabilitas ... 93

G. Teknik Analisis Data ... 97

1. Penerapan Data Sesuai dengan Pendekatan Penelitian ... 97

a. Menghitung Kecendrungan Responden ... 97

b. Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Baku ... 99

c. Uji Normalitas Distribusi Data ... 101

d. Menguji Hipotesis Penelitian ... 103

e. Uji Signifikan ... 104

f. Uji Koefisien Determinasi ... 104

g. Analisis Regresi ... 105

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 107

A. Deskripsi Hasil Penelitan ... 107

1. Analisis Variabel X1 ... 107

(3)

1. Uji Persyaratan Analisis ... 122

a) Uji Normalitas ... 122

b) Uji Linieritas ... 125

2. Uji Hipotesis ... 127

a) Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja 127 b) Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja ... 133

c) Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kompetensi ... 139

d) Pengaruh Pendidikan Dan Pelatihan Serta Kompetensi secara bersama-sama terhadap kinerja kepala sekolah ... 145

C. Pembahasan... 150

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 159

A. Kesimpulan ... 159

B. Implikasi ... 161

C. Rekomendasi ... 163

DAFTAR PUSTAKA 166 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Tanpa pendidikan yang memadai suatu bangsa akan

mengalami ketertinggalan bahkan kemerosotan pada segala bidang. Oleh

sebab itu tujuan pendidikan nasional mengacu pada pembentukan pribadi

yang dewasa dan berkualitas, bermutu, berilmu pengetahuan serta bertaqwa,

dengan mengupayakan pendidikan dan pengelolannya dengan baik, benar,

teratur, terarah dan berkesinambungan.

Dunia pendidikan merupakan satu sistem, maka dalam mewujudkan

tujuan Pendidikan Nasional tersebut tidak terlepas dari keterkaitan dengan

sistem-sistem kehidupan lainnya. Kehidupan pemerintah, kehidupan bangsa,

dan kehidupan keluarga. Apabila kehidupan-kehidupan ini tidak berjalan

seperti mana yang diharapkan maka tujuan Pendidikan Nasionalpun akan

terimbas pula. Sekolah juga merupakan kehidupan sebuah sistem, yang di

dalamnya terdapat komponen-komponen yang saling ketergantungan, seperti

kepala sekolah, guru, kurikulum, bahan ajar, siswa dan fasilitas, apabila

komponen sebuah sistem tersebut terganggu atau tidak berjalan seperti mana

yang diharapkan maka dapat dikatakan kehidupan lembaga tersebut akan

(5)

Oleh karena itu dalam rangka perwujudan tujuan nasional tersebut,

kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah serta pimpinan

lembaga sangat dibutuhkan dalam membuat suatu kebijakan khusus yang ada

kaitannya dengan pendidikan dan pelatihan, serta kompetensi kepala sekolah

yang berpengaruh pada kinerja masing-masing jajaran organisasi, agar

lembaga tersebut akan menjadi lebih baik dan bermutu.

Setiap lembaga pastilah mempunyai tujuan yang harus diwujudkan,

dan harus pula mempunyai pemimpin yang dapat memenuhi tuntutan

pemerintah serta sesuai pula dengan kehendak masyarakat. Begitu pula

dengan lembaga pendidikan, paling tidak memunyai pemimpin yang sanggup

berfungsi sebagai leader sekaligus bertanggung jawab atas ketercapaian visi

dan misi lembaganya.

Seorang kepala sekolah adalah pemimpin lembaga pendidikan,

diharapkan secara maksimal dapat terlibat dan lebih tanggap terhadap

kebutuhan stakeholder yang muncul dalam komunitas masyarakat, bukan

hanya berkaitan dengan konteks dunia kerja tetapi segala hal yang berbentuk

inovasi, seperti politik, kultural, maupun pendidikan itu sendiri serta

perubahan sosial yang secara langsung terkait dengan perkembangan

pendidikan dan sekaligus pengembangan SDM.

Kepala sekolah merupakan instrumen kunci (key instrument) di

sekolah. De Roche (1987)” mengungkapkan bahwa tidak ada sekolah yang

(6)

kepala sekolah dianggap sebagai instrumen kunci bagi keberhasilan

peningkatan kulaitas pendidikan di sekolah”.

Daryanto (2008:81) Yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pendidikan di sekolah adalah kepala sekolah. Sebagaimana ditegaskan dalam Rapat Kerja Kepala SMA Daerah Istimewa Yogyakarta tanggal 22-23 September 2007, kegiatan-kegiatan sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah meliputi mengatur proses belajar mengajar, mengatur kesiswaan, mengatur personalia, mengatur peralatan pengajaran, mengatur dan memelihara gedung dan perlengkapan sekolah, mengatur keuangan, serta mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat.

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian dari

manajemen dengan kata lain sebagai salah satu alat untuk meningkatkan

kuantitas dan kualitas SDM. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan cara

pengamalan agama, peningkatan kesejahteraan, peningkatan pendidikan dan

pelatihan, peningkatan kesehatan, peningkatan pengendalian, peningkatan

kompetensi serta pengembangan kinerja dan lain-lain.

Husaini (2008: 221) Pengembangan karier meliputi evaluasi diri pencarian peluang menduduki posisi yang lebih tinggi, mengatur tujuan untuk mencapai peningkatan karier menyiapkan rencana tindakan dan melaksanakan rencana tersebut. Sedangkan posisi pengembangan SDM akan sangat bepengaruh terhadap kinerja.

Sebagai pimpinan di sekolah, kepala sekolah juga dituntut untuk

memiliki managerial skill, kemampuan sebagai supervisor, dan kemampuan

dalam pembinaan kurikulum sekolah. Dengan banyaknya tugas serta tuntutan

kemampuan seorang kepala sekolah, maka untuk menjadi seorang kepala

sekolah harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang meliputi syarat formal

(7)

Secara tegas Permmendiknas No. 13 Tahun 2007 yang diberlakukan

pada tanggal 17 april 2007 menyatakan bahwa untuk mendukung standar

nasional pendidikan seseorang yang akan dingkat menjadi kepala sekolah

wajib memenuhi standar kepala sekolah yang berlaku Nasional. Standar

kepala sekolah dimaksud adalah sebagai mana tercantum dalam Lampiran

Peratauran Menteri meliputi standar kualifikasi dan standar kompetensi yang

dimiliki oleh kepala sekolah tersebut.

Berdasarkan Permendiknas No 13 Tahun 2007 mengenai standar

kompetensi bagi kepala sekolah, ada lima aspek kompetensi yang harus ada

dalam diri seorang kepala sekolah yakni, kompetensi kepribadian yang

menyangkut integritas dan kejujuran; kompetensi sosial yang mencakup

hubungan antar manusia dan hubungan baik dengan sesama, kompetensi

manajerial yang terkait kemampuan kepala sekolah mengelola sekolah dan

sumber daya yang ada di sekolah.

Selanjutnya kompetensi supervisi yang menuntut kepala sekolah harus

dapat membimbing guru-guru serta anak didiknya dan menggunakan

sumber-sumber daya yang ada di sekolah.Terakhir, kompetensi kewirausahaan di

mana seorang kepala sekolah harus mampu berwirausaha namun bukan untuk

mencari keuntungan, tetapi memiliki jiwa kreatif, inisiatif dan berani

mengambil resiko demi pengembangan sekolahnya.

Dinas Pendidikan kabupaten atau kota merupakan instansi pemerintah

yang berwenang untuk melakukan proses rekruitasi dan pengembangan

(8)

memimpin sebuah sekolah, salah satunya ditentukan pada saat proses

pengembangan, yang di dalamnya ada pendidikan dan pelatihan dalam rangka

peningkatan kompetensi serta kinerja kepala sekolah itu sendiri. Tujuan dari

kegitan pengembangan ini tidak lain adalah untuk mencari kepala sekolah

yang berkualitas.

Di era reformasi ini, tak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme

dan kompetensi adalah merupakan kebutuhan yang mendesak dan semakin

penting dimiliki oleh setiap kepala sekolah, para pengambil keputusan atau

kebijakan dan penyelinggara sistem pendidikan, baik di tingkat makro,

messo, maupun mikro. Apalagi dihadapkan dengan kebutuhan

mengakselerasikan tuntutan kebijakan otonomi daerah, yang telah

memberikan peluang kepada dinas pendidikan kabupaten untuk dapat

melebarkan sayapnya lebih luas, sehingga dapat lebih cepat mensukseskan

kebijakan tersebut.

Implikasinya, jika paradigma baru proses serta teknik pengembangan

kepala sekolah dilaksanakan secara efektif, tepat dan sesuai dengan aturan

yang berlaku maka tingkat kesalahan prosedur dapat diperkecil, sehingga

tujuan yang akan dicapai akan terasa bermanfaat bagi semua pihak.

Selanjunya pengembangan pendidikan yang mengacu pada pendidikan dan

pelatihan serta kompetensi yang dimiliki kepala sekolah akan bermuara pada

peningkatan kinerjanya.

Dinas pendidikan kabupaten memang telah menempatkan para

(9)

Dinas (UPTD), yang juga mempunyai peran strategis dalam menentukan

kebijakan di tingkat kecamatan. Mengingat begitu beratnya tugas UPTD

sebagai ujung tombak dalam mengemban tugas administrator maka dalam

mempromosikan para kandidat kepala sekolah hendaknya harus pula

mengikuti jalur serta aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah baik syarat

akademik maupun syarat kemampuan.

Sebagaimana umumnya bahwa tujuan setiap organisasi, baik

organisasi publik maupun organisasi swasta akan dapat tercapai dengan baik

apabila semua jajaran organisasi tersebut dapat menjalankan tugasnya dengan

kinerja yang dikategorikan baik pula.

Suad Husnan (1983: 67) Oleh karena itu dalam meningkatkan kinerja pegawai harus ada usaha pengembangan untuk memperbaiki efektifitas kinerja dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan kinerja hanya dapat dilakukan dengan cara memperbaiki ilmu pengetahuan, keterampilan maupun sikap pegawai itu sendiri terhadap tugas-tugasnya.

Pengetahuan yang dimiliki oleh para staf dalam pelaksanaan tugas

cukup mempengaruhi kinerjanya, baik itu pengetahuan umum maupun

pengetahuan kejuruan yang dimilikinya. Pegawai yang kurang memiliki

pengetahuan yang cukup dalam bidang kerjanya akan bekerja dengan tidak

maksimal, bahkan akan terjadi pemborosan bahan, waktu dan dapat dikatakan

tidak efektif dalam tugasnya. Pemborosan seperti ini cukup mengganggu

dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Kebutuhan akan keterampilan juga tidak kalah pentingnya dalam

melaksanakan tugas. Seseorang yang mempunyai keterampilan yang

(10)

atau staf yang yang kurang memiliki keterampilan. Keterampilan juga salah

satu faktor penentu dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Bagi pegawai

baru dalam menghadapi pekerjaan yang baru akan memerlukan tambahan

keterampilan guna melaksanakan tugasnya dengan baik.

Dalam mengemban suatu tugas yang baru atau menduduki jabatan

yang baru maka bukan hanya pengetahuan dan keterampilan saja yang

dibutuhkan namun sikap juga mempunyai pengaruh yang tidak kalah penting

dibandingkan dengan faktor-faktor lain. Oleh karena itu dalam

pengembangan kinerja hendaknya beberapa faktor ini harus dipertimbangkan

dengan matang sehingga tujuan organisasi atau tujuan lembaga yang telah

ditetapkan akan mudah terwujud.

Dari gambaran ringkas di atas dapat dikemukakan bahwa

pengembangan pegawai atau karyawan merupakan istilah yang sering dipakai

baik dalam buku maupun peraktik tugas sehari-hari, seperti “pengembangan”,

“ latihan,” pendidikan”. Pengembangan pegawai dapat diartikan dengan

usaha untuk meningkatkan keterampilan maupun pengetahuan umum bagi

pegawai serta staf agar pelaksanaan pencapaian tujuan lebih efisien. Dalam

konteks ini maka istilah pengembangan akan mencakup pengertian pelatihan

dan pendidikan yang merupakan sarana peningkatan keterampilan dan

pengetahuan umum bagi para pegawai.

Memang dalam pengangkatan atau rekruitasi kepala sekolah, setelah

diberlakukan Undang-Undang N0. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah

(11)

wewenang pengangkatan kepala sekolah sepenuhnya tanggung jawab

pemerintah daerah tingkat II atau dengan kata lain Bupati/Wali Kota.

Konsekuensi logis dari PP ini terhadap administrator pendidikan

(kepala Sekolah) adalah tuntutan pada profesionalisme dengan menetapkan

standar kompetensi dan kualifikasi pendidikan. Peningkatan profesionalisasi

Administrasi pendidikan tidak hanya dilihat dari kebijakan otonomi daerah

atau desentralisasi tetapi tidak terlepas dari sisi tantangan globalisasi.

Pengembangan (development) merupakan proses yang dibuat untuk

memperbaiki kualitas sumber daya manusia, yang diperlukan untuk

memecahkan berbagai macam persoalan dalam pencapaian tujuan lembaga,

yang dititikberatkan pada self relization atau self development.

Dalam pengertian lainnya pengembangan tenaga administrator

dikemukakan oleh Werther & Davis dalam Mukarram (1999:64) bahwa “

Pengembangan adalah kegitan yang dilakukan untuk mempersiapkan

seseorang pekerja agar mampu memikul tanggung jawab dimasa yang akan

datang”.

Soekijo Notoatmojo (1998)” mengatakan bahwa pengembangan

sumber daya manusia baik secara makro dan secara mikro adalah merupakan

bentuk investasi (human invesment)”. Pengembangan personil atau

administrasi pendidikan merupakan suatu “conditio sine quanon” artinya

merupakan proses yang harus ada dan terjadi dalam organisasi.

(12)

pada pada tingkat organisasi oleh individu masing-masing; (2) dikaitkan dengan jenjang karier kepegawaian setiap personil dan hal ini harus dipolakan pada level yang lebih tinggi.

Dalam mewujudkan tataran sumber daya manusia yang berkualitas

maka setiap jajaran birokrasi yang ada kaitannya dengan pendidikan dan

pelatihan, baik pelatihan pendidikan dalam jabatan maupun diluar jabatan,

hendaknya harus memiliki pengetahuan perencanaan strategik yang memadai

serta dapat menyelaraskan dengan peraturan yang ada. Sehingga pimpinan

pendidikan yang dididik dan dilatih tersebut tidak keliru memilih jenis

pendidikan dan pelatihan yang diikuti sehingga tujuan dari diklat tersebut

selaras dengan tujuan pendidikan nasional maupun tujuan lembaga.

Castetter (1996) “ strategic planning for human recources, recruitmen,

selestion, induction, development personel, perfomance, apprasial,

employ-ment justice and continuity, information technology, compensation, and

bargaining”.

Oleh karena itu dalam merencanakan pengembangan personil tidaklah

mudah, ada beberapa prosedur yang harus ditempuh dan harus

dipertimbangkan. Begitu eratnya rencana strategis dengan pengembangan

tenaga kepandidikan khususnya pendidikan dan pelatihan kepala sekolah

sehingga Castetter (1996) : 232) menyebutkan personel development is

preminet among those process desegned by the system to attract, retain, and

inprove the quality and quantity of staff member needed to solve its problems

(13)

Ada beberapa pengertian yang dapat dipedomani dari pendapat ini

bahwa pengembangan administrator pendidikan termasuk kepala sekolah

pada tingkat yang paling bawah yang terpenting dalam pengembangan adalah

perencanaannya serta proses-proses yang dilakukan oleh sistem pendidikan

yang berlaku. Selanjutnya proses atau perencanaan strategis pengangkatan

para administrator pendidikan untuk menarik, mempertahankan dan sekaligus

menyempurnakan kualitas sumber daya manusia, dalam rangka pencapaian

tujuan yang diinginkan oleh organisasi..

Sedangkan menurut P. Siagian (2008: 183) ada beberapa manfaat dari

perencanaan dan pengembangan tenaga administrasi pendidikan bagi

oganisasi atau sistem yaitu :

Meningkatakan produktivitas kerja organisasi, mewujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan, terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat, meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja, memperlancar jalannya komunikasi yang efektif, menciptakan sikap keterbukaan manajemen, penyelesaian konflik secara fungsional

Kenapa pendidikan dan pelatihan dibutuhkan oleh kepala sekolah

untuk dilaksanakan dengan penuh kesempurnaan tak lain harapan pemerintah

maupun stakeholder dapat menjadi kepala sekolah yang serba bisa dalam

segala hal seperti yang disebutkan dalam jurnal pendidikan dibawah ini.

Tujuan dari sebuah proses seleksi adalah untuk memilih individu

terbaik dalam sebuah posisi kerja dari sekian banyak kandidat calon yang ada.

Setelah proses seleksi atau rekruitmen tersebut selesai maka langkah penting

berikutnya yang perlu dijalankan oleh administrasi personalia dinas

(14)

program penempatan supaya program kerja tidak tertunda pelaksanaannya.

Penempatan kerja berkaitan dengan penugasan dengan segera calon yang

dinyatakan terpilih pada posisi yang telah ditetapkan tersebut. Langkah ini

adalah untuk menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.

Setelah ditempatkan calon yang terpilih maka diperkenalkan pula

tentang rencana kerja yang akan dilaksanakan agar terbiasa akan program

yang baru yang mungkin belum pernah dijumpai sebelumya. Selanjutnya

calon terpilih dapat menandatangani semacam perjanjian tentang kerja yang

akan dijalani selama menjadi pimpinan sebuah lembaga tersebut.

Selanjutnya Malayu Hasibuan (2001: 70-71) mengemukakan pengembangan personil dan administrasi pendidikan memiliki beberapa manfaat bagi organisasi atau sistem serta bagi pengguna jasa administrasi antara lain: (1) efisiensi, (2) mengurangi kerusakan, (3) mengurangi kecelakaan, (4) meningkatkan pelayanaan, (5) moral, (6) produktivitas kerja, (7) karier, (8) konseptual, (9) kepemimpinan, (10) balas jasa, dan (11) konsumen.

Sementara itu pengembangan personel juga merupakan cara yang

sangat efektif untuk menghadapi beberapa tantangan untuk masa sekarang

serta masa yang akan datang, agar perencanaan strategis akan menjadi suatu

cara yang mungkin merupakan perjalanan suatu sistem atau perjalanan proses

suatu sistem dalam mendidik dan melatih serta mengembangkan suatu

stafnya.

Lebih jauh Andrew F Sikula (2001 :11) “mengatakan bahwa dalam

mengimplementasikan suatu tenaga kerja manusia adalah pengadaan,

pemeliharaan, penempatan, indoktrinasi, latihan dan pendidikan sumber daya

(15)

sumber daya manusia adalah : recruitment, slection, training, education,

placement, indoktrinacion, dan development.

Di lingkungan Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau tahun

2009/2010 tercatat jumlah sekolah 325 buah sekolah tingkat sekolah dasar

sampai SLTA dan jumlah murid 75000 orang murid, dan 6500 orang guru

yang tersebar di 8 kecamatan. Ini semua merupakan tanggung jawab Dinas

Pendidikan Kabupaten dalam bidang pendidikan dan memerlukan

penanganan yang serius dari semua pihak yang terkait. Diantara 325 sekolah

terdapat 81 orang yang memasuki masa pensiun, dalam hal ini perlu

perencanaan strategi yang tidak mudah’ mengingat tugas dan fungsi kepala

sekolah mewujudkan tujuan pendidikan nasional serta dapat merumuskan

tujuan lembaga.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten juga merupakan orang nomor

satu jajaran pendidikan di kabupaten juga dituntut memiliki kemampuan

dalam merencanakan serta mengelola semua potensi sumber daya

kependidikan yang ada. Kemampuan merencanakan dan mengelola sumber

daya yang ada merupakan salah satu faktor pendukung bagi upaya pencapaian

visi, misi dan tujuan selaras dengan tugas pokok dan fungsi dalam bidang

pendidikan di Kabupaten Natuna khususnya.

Di samping itu, dapat kita pahami bahwa posisi Dinas Pendidikan

Kabupaten Natuna sebagai leading sector atau pembangunan pendidikan pada

dasarnya juga mempunyai kewajiban mengelola dan membangun sumber

(16)

pengawas. Dalam kedudukan dan fungsi guru, kepala sekolah, pengawas

sebagai tenaga pendidikan, mereka dituntut memiliki kemampuan intelektual

yang tinggi.

Berdasarkan pendekatan strategis yang dilakasanakan oleh Pemerintah

Kabupaten Natuna bahwa salah satu yang menjadi perhatian dan pendekatan

tersebut adalah kesiapan untuk mengembangkan sumber daya manusia

(SDM) aparatur pemerintah daerah maupun sumber daya manusia,

masyarakat di bidang pendidikan (Pendidikan Dasar, Menengah, Perguruan

Tinggi, Bidang Kesehatan Dan Ketenagakerjaan).

Sebagai daerah yang kaya akan potensi sumber daya alam, maka

tantangan bagi Kabupaten Natuna di masa akan datang adalah bagaimana

mempersiapkan SDM yang handal dalam upaya menggerakkan roda

pembangunan dengan kondisi objektif yang dimiliki oleh daerah. Adanya

persamaan persepsi antara pemerintah Propinsi Kepulauan Riau dengan

Pemerintah Kabupaten Natuna dalam mempersiapkan SDM yang handal

merupakan landasan yang kuat bagi persaingan daerah untuk menghadapi era

globalisasi yang dimulai tahun 2003 tahun konteks AFTA.

Dengan berpegang kepada konsep keilmuan administrasi pendidikan

khususnya dalam aspek pengembangan personil, maka diharapkan penelitian

ini mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu administrasi

pendidikan. Oleh sebab itu penelitian tentang pengembangan personil atau

kepala sekolah yang berada di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten

(17)

yang berbeda dengan pengembangan yang dilakukan di sekolah maupun

lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya seperti yang banyak dikaji oleh

beberapa peneliti terdahulu.

Memang pada dasarnya dalam pendidikan dan pelatihan kepala

sekolah, konsep dasar kompetensi, dan kinerja kepala sekolah selalu

terabaikan, padahal tanpa kompetensi yang maksimal, kepala sekolah tidak

akan pernah mampu untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah

digariskan, baik tujuan nasional pendidikan maupun tujuan lembaga itu

sendiri. Konsep kompetensi kepala sekolah memang simpel dan dapat dibaca

oleh semua orang namun maknanya belum tentu dipahami oleh semua orang.

Chaplin (dalam Saeful Sagala, 2009 : 124) mengemukakan kemampuan (competence) adalah kelayakan untuk melaksanakan tugas, keadaan mental memberikan kualifikasi seseorang untuk berwenang dan bertanggung jawab atas tindakannya atau perbuatannya. Keberhasilan sekolah ditentukan oleh kompetensi kepala sekolah, yaitu melakukan pengorganisasian, secara sistematis, dan komitmennya terhadap perbaikan pengelolaan sekolah dalam wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin.

Kepemimpinan kepala sekolah bukanlah Sekedar serangkaian

kompetensi yang dibuat oleh seseorang, melainkan pendekatan atau cara kerja

dengan guru-guru serta staf dalam suatu organisasi sekolah untuk

menyelesaikan tugas dan tanggung jawab bersama. Kemampuan memahami

kondisi yang seperti ini bagi kepala sekolah merupakan suatu tugas yang

amat penting artinya bagi kompetensinya maupun peningkatan kinerja dari

kepala sekolah, serta sekaligus melihat metode apa yang paling ampuh untuk

memecahkan permasalahan yang ada. Hoy dan Miskel (1987), menegaskan

(18)

kompetensi yang dipersyaratkan dan berusaha memanfaatkan kompetensinya

untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bagi keefektifan sekolah”.

Sergiovani (1997) dalam Sagala mengemukakan bahwa” kepala

sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang mampu memainkan

peranannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah”.

Selanjutnya menurut Sagala (2009: 125) perilaku kepemimpinan yang ditampilkan pada, perilaku yang berorientasi tugas, para kepala sekolah tidak akan melakukan pekerjaan yang sama yang pernah dilakukan oleh guru-guru, konselor dan karyawan sekolah lainnya, tetapi memfokuskan pada kegiatan menyusun perencanaan, mengatur pekerjaan mengkoordinasikan kegiatan anggota, dan menyediakan peralatan serta menyediakan bantuan teknis yang diperlukan.

Selanjutnya prilaku kepala sekolah yang berhubungan dengan menejer

yang membantu para guru dan konselor memahami permasalahan dan

pemecahannya. Yang terahir perilaku partisipatif, kepala sekolah melakukan

pertemuan kelompok yang memudahkan partisifasi, pengambilan keputusan,

memperbaiki komunikasi, mendorong kerjasama, dan memudahkan

pemecahan konflik.

Setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan, kepala sekolah sudah

menduduki jabatannya dengan segala kemampuan yang telah diuji atau

melalui uji kompetensi maka diharapkan kepala sekolah tersebut mempunyai

kinerja yang tidak mengecewakan pemerintah, lembaga atau organisasi yang

dipimpinnya, serta tidak mengecewakan stakeholder maupun masyarakat

yang ada disekitarnya. Menurut Husaini (2008: 456) “Kinerja berarti prestasi

kerja atau dalam bahasa inggris disebut performance”. Kalau begitu kinerja

(19)

pimpinan organisasi maka kemungkinan besar organisasi akan bertambah

maju”.

Dalam rangka menciptakan kinerja kepala sekolah yang dapat

dikatagorikan baik maka salah satu usaha pemerintah adalah menyeleksi,

kandidat calon kepala sekolah sesuai dengan syarat yang telah ditentukan,

kemudian ditempatkan, selanjutnya diadakan latihan diklat jabatan, baik

sesudah menduduki jabatan maupun sebelum menduduki jabatan ini

bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, setelah mempunyai kompetensi

yang memadai atau paling tidak sesuai dengan UU Sisdiknas No. 13 Tahun

2003, sehingga diharapkan dengan memiliki kompetensi yang memadai

melalui pendidikan dan pelatihan baik dalam jabatan maupun diluar jabatan

yang pada ahirnya, kinerja kepala sekolah akan bertambah baik.

Namun tidak demikian yang terjadi di Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau. Berdasarkan observasi awal di lapangan serta pengalaman si

penulis, 79 orang dari 100 orang kepala sekolah dasar telah mengikuti

pendidikan dan pelatihan kepala sekolah pada 15 Nopember 2009 sampai 16

Januari 2010 dengan hasil baik. Dilanjutkan dengan pelatihan operasional

kepala sekolah serta bendaharawan sekolah pada tanggal 14 sampai 27 april

2010 dengan peserta kepala sekolah dasar 80 orang juga dengan hasil baik.

Selanjutnya pada pada ahir januari 2010 dilanjutkan tes kompetensi

kepala sekolah secara lisan yang diikuti oleh 60 orang kepala sekolah dan

dinyatakan lulus sebanyak 50 orang kepala sekolah dasar. Yang belum lulus

(20)

kompetensi kepala sekolah. Namun kenyataan empirik yang ada dilpangan

belum terdapat peningkatan kinerja kepala sekolah dengan kata lain 80 %

kinerja kepala sekolah dasar serta mutunya khusus di Kabupaten Natuna

berjalan di tempat. Atas dasar inilah peneliti tertarik untuk meneliti

permasalahan yang ada di Kabupaten Natuna tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang disebutkan bahwa pendidikan dan

pelatihan kepala sekolah serta kompetensi berpengaruh terhadap kinerja

kepala sekolah, namun untuk melihat hubungan tersebut maka perlu

diidentifikasi masalahnya agar analisis penelitiannya lebih jelas sebagai

berikut:

1. Situasi daerah yang terpisah oleh pulau-pulau untuk tidak memungkinkan

diadakan pendidikan dan pelatihan kepala sekolah dasar secara sempurna.

2. Besarnya biaya yang dibutuhkan sehingga pemerintah daerah belum

mampu untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan secara berkala.

3. Sedikitnya sumber daya manusia yang memenuhi syarat untuk menduduki

jabatan kepala sekolah dasar.

4. Belum meratanya latar belakang akademis yang pendidikan Sarjana S1

untuk direkrut menjadi kepala sekolah.

5. Kompetensi kepala sekolah yang masih perlu peningkatan secara

berkesimbungan dalam meningkatkan efektivitas proses.

6. Kepala sekolah dasar belum mengerti benar apa yang dimaksud

(21)

7. Kepala sekolah belum mampu berinovasi.

8. Tingkat kinerja kepala sekolah dikatagorikan rendah

9. Tingginya tingkat ketergantungan kepala sekolah terhadap atasannya

sehingga kinerja sulit dikembangkan.

10. Orientasi tugas kepala sekolah dasar belum jelas sehingga kepala sekolah

masih mengira-ngira akan tugasnya.

Dari sekian banyak permasalahan yang teridentifikasi maka terdapat

hal-hal yang kiranya krusial sebagai faktor masalah yaitu pendidikan dan

pelatihan kepala sekolah, kompetensi yang dimiliki kepala sekolah serta

kinerja kepala sekolah dasar yang berada di Kabupaten Natuna.

C. Rumusan Masalah

Berpedoman pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah

supaya penelitian lebih terarah dan terfokus maka peneliti dapat

merumuskam masalahnya sebagai berikut “Seberapa besar pengaruh

pendidikan dan pelatihan serta kompetensi terhadap kinerja kepala sekolah dasar di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau?” kondisi empirik yang ada di lapangan pada tahuan 2010 telah dua kali kepala sekolah

dasar mengikuti pendidikan dan pelatihan bulan januari dan bulan april yaitu

Diklat operasional dan Diklat Manajemen Kepala sekolah dengan jumlah

peserta 80 orang kepala sekolah dasar. hasil dari Diklat tersebut dinyatakan

baik. Setelah mengikuti Diklat dilanjutkan dengan tes kompetensi secara

lisan, dari 60 orang peserta tes yang dinyatakan lulus sebanyak 50 orang

(22)

merencanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan 3 kali dalam satu tahun

bahkan terkadang lebih dari 3 kali, namun karena ada beberapa kendala

sehingga sulit terlaksana secara maksimal.(data Dinas Pendidikan Kabupaten

Natuna 4 Juni 2010, Kasi PMPTK). Namun kinerja kepala sekolah dasar di

Kabupaten Natuna tetap berjalan ditempat tanpa peningkatan yang berarti.

Dari rumusam masalah tersebut maka dapat dirinci sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi pendidikan dan pelatihan kepala sekolah dasar di

Kabupaten Natuna?

2. Bagaimana kondisi empirik kompetensi kepala sekolah dasar di Kabupaten

Natuna?

3. Bagaimana kondisi empirik kinerja kepala sekolah dasar di Kabupaten

Natuna?

4. Seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja kepala

sekolah dasar di Kabupaten Natuna?

5. Seberapa besar pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja kepala sekolah

dasar di Kabupaten Natuna?

6. Seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap kompetensi

kepala sekolah dasar di Kabupaten Natuna ?

7. Seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan serta kompetensi secara

bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja kepala sekolah dasar di

(23)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum ingin mengetahui sejauh mana

hubungan serta keterkaitan antar pendidikan dan pelatihan serta kompetensi

terhadap kinerja kepala sekolah dasar di Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau.

Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi empirik pendidikan dan pelatihan kepala

sekolah dasar yang ada di Kabupaten Natuna

2. Untuk mengetahui kondisi empirik kompetensi kepala sekolah dasar di

Kabupaten Natuna

3. Untuk megetahui kondisi kinerja kepala sekolah dasar di Kabupaten

Natuna

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan

kepala sekolah terhadap kinerja Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten

Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi kepala sekolah

terhadap kinerja Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau.

6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan dan pelatihan

terhadap kompetensi kepala sekolah dasar di Kabupaten Natuna?

7. Untuk mengetahui secara deskriptif gambaran tentang seberapa besar

(24)

Sekolah terhadap kinerja kepala sekolah di Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau.

Tujuan-Tujuan tersebut di atas dapat memberikan penjelasan secara

jelas bahwa pendidikan dan pelatihan, kompetensi serta kinerja kepala

sekolah dasar merupakan suatu rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan

bahkan dapat berjalan seiring dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif

dan efisien.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini ada beberapa manfaat yang dapat diambil baik

bagi peneliti, lembaga tempat peneliti bekerja, pada lembaga akademik,

maupun bagi diri pribadi peneliti diantaranya:

1. Dapat mengetahui makna yang terkandung dalam pendidikan dan

pelatihan, serta kompetensi, dan kinerja kepala sekolah dasar yang

tergambar di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

2. Bagi peneliti dapat menambah wawasan keilmuan serta perbendaharaan

pengalaman pribadi menyangkut permasalahan yang diteliti.

3. Bagi lembaga yang diteliti merupakan pedoman dalam rangka

pembentukan lembaga yang berkualitas dan bermutu.

4. Bagi lembaga akademik dapat mengetahui sejauh mana tingkat

kemampuan mahasiswa dalam menganalisa suatu permasalahan yang baru.

5. Bagi masyarakat dapat menambah bahan bacaan dan untuk menambah

(25)

6. Bagi kepala sekolah dapat mengetahui makna pendidikan dan pelatihan,

kompetensi serta kinerja dalam tugasnya.

7. Bagi semua peserta didik dapat mengetahui seorang kepala sekolah yang

memenuhi kriteria tugas secara jelas.

8. Bagi stakeholder dapat merasa puas akan jabatan kepala sekolah yang

ideal.

F. Kerangka Penelitian

Kinerja Kepala sekolah dasar (variabel Y) dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti pendidikan dan pelatihan (variabel X1) dan

Kompetensi (variabel X2). Selain itu banyak faktor lain juga yang

mempengaruhi, seperti kemampuan akademik, masa kerja, pangkat, situasi

tempat dan lain-lain. Hubungan antara variabel tadi dapat digambarkan

sebagai berikut: Gambar 1.1 Kerangka Penelitian

rX.Y

r.X1.X2 Y

rX1.X2

rX2.Y Pendidikan dan pelatihan

1. Pengabdian

2. Proses pendidikan dan pelatihan 3. Mutu

4. Keahlian 5. Kemampuan dan

keterampilan

UU No. 43 Th. 1999 Kinerja

1. Kualitas pekerjaan 2. Kuantitas pekerjaan 3. Supervisi

4. Kehadiran 5. Konservasi

Husaini (2008: 458)

Kompetensi

1. Keperibadian 2. Manajerial 3. Supervisi

4. Kompetensi sosial 5. kewirausahaan

(26)

G. Pradigma penelitian

Paradigma penelitian merupakan model atau bentuk yang menjadikan

acuan oleh peneliti dalam rangka kegiatan penelitiannya. Bogdan dan Biklin

(dalam Moleong 2008: 30) menyatakan bahwa kumpulan longgar dalam

sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau posisi yang

mengarahkan kerangka berfikir penelitian.

Diperkuat oleh Nasution (2003:2) Paradigma penelitian adalah suatu

perangkat kepercayaan nilai-nilai suatu pandangan dengan dunia luar.

Paradigma akan mengarahkan penelitian penelitian, dengan timbulnya

paradigma baru dalam dunia pendidikan, maka timbul pula paradigma baru

dalam dunia pendidikan, dan diikuti dengan terciptanya metoda baru dalam

dunia penelitian.

Apabila kita berpedoman pada pengertian konsep di atas maka

paradigma dapat dikatakan sebagai suatu perangkat pola atau alur berpikir

yang didasari oleh nilai-nilai keilmuan dan pendekatan penelitian yang

dipakai. Ini terjadi akibat dari pengembangan sebuah teori.

Paradigma tentang pendidikan dan pelatihan, kompetensi serta kinerja

yang ada di lapangan hanya berpedoman pada latar belakang masalah, yang

di dalamnya terdapat sekumpulan penomena-penomena yang berada

dilapangan sehingga mempermudah peneliti menyusun suatu rancangan

penelitian.

Disamping itu paradigma penelitian juga merupakan langkah-langkah

(27)

penelitian menjadi terarah, yang nantinya penelitian akan menjadi lebih

efektif dan efisien. Paradigma penelitian ini terlihat jelas pada bagan berikut

[image:27.595.119.506.205.639.2]

ini.

Gambar 2.1

Skema Paradigma Penelitian Tujuan pendidikan Nasional

UU Sisdiknas No. 20 Th 2003, PP. No. 101 Tahun 2000 dan PP. 14 Th 1994 Permendiknas no.13 th 2007

Pendidikan & Pelatihan

Kinerja kepala sekolah. Visi, dan misi sekolah

Tantangan Masa Depan

Kompetensi Kepala Sekolah

Umpan Balik

(28)

H. Hipotesis Penelitian

Rumusan hipotesis perlu dibuat karena merupakan jawaban sementara

dari permasalahan yang dipertanyakan, yang jawabannya masih berupa teori

belum temuan di lapangan. Sugiono (2008:96) Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan, dikatakan sementara karena jawaban yang

diberikan didasarkan pada teori yang relevan semata, belum berdasarkan pada

fakta empiris yang diproleh dari pengumpulan data di lapangan.

Hipotesis merupakan pernyataan penjelasan, dengan kata lain prediksi

hasil, pernyataan masalah dan hipotesis pada intinya sama artinya. Sedangkan

hipotesis penelitian adalah pernyataan yang lebih khusus dari pada pernyataan

masalah, harus jelas dan dapat diuji serta berhubungan terhadap hasil

penelitian.

Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan di atas maka dapatlah

dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Kondisi kepala sekolah dasar di Kabupaten Natuna telah mengikuti

pelatihan, mempunyai kompetensi serta memiliki kinerja yang memadai.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pendidikan dan Pelatihan

terhadap kinerja kepala sekolah dasar di Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi terhadap kinerja

(29)

4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan pelatihan dan

kompetensi kepala sekolah di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan pelatihan serta

kompetensi terhadap kinerja kepala sekolah dasar di Kabupaten Natuna

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional

Peran Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama dalam

kemajuan dan eksistensi suatu lembaga atau organisasi. Jadi sebagai seorang

adiministrator hendaknya sangat memperhatikan perkembagan dari sumber

daya manusia terlebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para staf.

Lebih jauh upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan adalah

untuk mengembangkan kecekapan dan kinerja pegawai. Sumber daya

manusia yang cakap dan ahli dalam bidang pekerjaannya akan memberikan

kontribusi yang besara terhadap perkembangan organisasi atau lembaga.

Sikula yang dikutif oleh Munandar (1978: 22)” sebagai berikut

training adalah proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan

prosedur sistematis dan terorganisir, dimana tenaga kerja non manajerial

mempelajari pengetahuan dan pelatihan teknis untuk tujuan tertentu”.

Secara nasional visi pendidikan dan pelatihan tak lain adalah tertuang

dalam alinia ke empat pembukaan Undang Undang Dasar 1945 ... “

membentuk suatu pemerintahan negera Indonesia yang melindungi segenap

bagsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ... H.A.R Tilaar

(1997:17) dalam konteks kepegawaian pendidikan dan pelatihan jabatan PNS

adalah proses pembelajaran belajar mengajar dalam rangka meningkatkan

(31)

Dalam Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2000 pasal 2 disebutkan

bahwa Diklat bertujuan:

1. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat

melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi

kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi.

2. Menciptakan aparatur yang mampu berperan, sebagai pembaharu dan

perekat persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada

pelayanan, pengayom dan pemberdayaan masyarakat.

4. Menciptakan persamaan visi dan dinamika pola fikir dalam melaksanakan

tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya

pemerintah yang baik.

James J. Donald (2008:126) rekruitmen merupakan salah satu usaha

aktif dalam mencari calon yang potensial dengan mempengaruhi mereka agar

bersedia mengisi posisi yang ada dalam sebuah lembaga atau organisasi.

Sebuah makna lain dari rekruitmen adalah aktivitas-aktivitas yang terencana

dalam menarik sejumlah individu berkualitas yang dibutuhkan untuk

mengemban tugas yang ada pada sebuah organisasi pendidikan.

Dalam merekrut tenaga administrator harus bisa memastikan bahwa

aktivitas-aktivitas yang ada di dalamnya sudah dikembangkan sedemikian

rupa sebagai sebuah cara dalam menciptakan administrator yang handal dan

bisa memenuhi semua pihak. Jadi kebutuhan akan rekrutmen kepala sekolah

(32)

sebuah sistem sekolah dengan tujuan untuk mendapat kepala sekolah yang

mempunyai kompetensi dan kinerja yang sesuai dengan jabatan yang

didudukinya.

Kompetensi (competence) merupakan kemampuan yang dimiliki oleh

seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas sehingga tugas yang

dibebankan terlaksana dengan baik serta sesuai dengan apa yang diharapakan

semua pihak. Kompetensi kepala sekolah yang berorientasi tugas adalah,

melakukan pengorgnisasian, komitmen dalam wewenang pengelolaan,

kompetensi kepribadian, manajerial, supervisi, serta kompetensi sosial.

Sergiovanni dalam Syaiful Sagala (2009 : 126) ada tiga kompetensi

yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu, kompetensi teknis, kompetensi

hubungan pribadi, dan kompetensi konseptual. Kompetensi ini akan menjadi

dasar pembinaan dan pengembangan kepala sekolah diarahkan untuk

menghasilkan kepala sekolah yang efektif. Dengan terpilihnya kepala sekolah

yang efektif, kinerja kepala sekolah juga akan terimbas menjadi baik pula.

Kinerja secara umum dapat dikatakan hasil kerja yang dicapai oleh

seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Hikman (1990) kinerja selalu

merupakan tanda keberhasilan suatu organisasi dan orang-orang yang ada di

dalam organisasi tersebut. Selanjutnya Stoner dalam Husaini (2008 : 456)

kinerja adalah kunci untuk mencapai sukses organisasi yang harus berfungsi

secara efektif agar organisasi tersebut mendapat keberhasilan.

Selanjutnya menurut Prawiro Santono dalam Husaini (2009: 457)

(33)

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai

tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum

sesuai dengan moral dan etika.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja

adalah produk yang dihasilkan oleh seorang pimpinan atau staf dalam suatu

waktu dan kriteria yang telah ditentukan, yang dapat berupa layanan jasa dan

barang. Dengan cara membandingkan hasil dengan standar yang dibuat.

Pada perinsipnya sebuah organisasi akan menjadi baik atau bermutu

apabila kinerja pemimpinnya dikatagorikan baik, dan ditunjang oleh

Pendidikan dan pelatihan yang berkualitas atau sesuai prosedur, serta

mendapatkan tenaga yang mempunyai kompetensi sesuai dengan apa yang

diharapkan.

Ada beberapa variabel lain yang mempengaruhi pendidikan dan

pelatihan kepala sekolah seperti, situasi dan kondisi tempat tugas, dana,

tingkat partisifasi, serta waktu yang dibutuhkan. Sedangkan variabel yang

mempengaruhi kompetensi kepala sekolah kepuasan kerja, kemampuan

intelektual, keterampilan, sikap dan disiplin kerja.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan gejala-gejala serta

pengaruh ubahan yang hasil analisisnya disajikan dalam bentuk diskripsi

dengan menggunakan angka-angka statistik, jadi pendekatan yang digunakan

(34)

menampilkan analisis yang bersipat statistik, yang disajikan dengan angka

dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Metode yang digunakan adalah metode korelasional yaitu untuk

mengetahui pengaruh antara suatu ubahan dengan ubahan lainnya. Serta

melihat tingkat hubungannya diantara ubahan tersebut. Sumanto (1995: 97) “

penelitian korelasional berkaitan untuk menentukan kepastian data ada

hubungan antara dua variabel atau lebih dan seberapa tinggikah tingkat

hubungannya yang dinyatakan dalam koopisen korelasi”.

Dalam pembahasan selain menggunakan data kuantitatif juga data

dokumentasi juga menjadi pedoman sebagai penunjang data yang didapat dari

penyebaran angket, sehingga data yang diperoleh akan menjadi akurat dan

semakin lengkap.

Metode penelitian merupakan salah satu cara atau langkah yang

digunakan untuk melakukan penelitian, seperti langkah pengumpulan data,

menyortir data, menyusun data, menghitung dan menganalisis data serta

mengimplementasikan data yang telah dikumpulkan. Suharsimi (1990: 134)

mengidentifikasi metode penelitian merupakan cara-cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam pengertian yang lain bahwa

metode penelitian adalah merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

memperoleh pengetahuan baru atau memecahkan suatu masalah yang

dihadapi. Dengan penelitian dapat menarik kesimpulan dari sebuah

permasalahan. Wunarno (1994: 131) mengemukakan :

(35)

dengan menggunakan teknis atau alat-alat tertentu, cara utama

dipergunakan apabila setelah diadakan penelitian serta

memperhitungkan kesesuaian rumus-rumus yang digunakan.

Dari pengertian kutipan di atas bahwa suatu penelitian harus

menggunakan metode yang tepat sebagai alat sehingga terdapat kesesuaian

antara tujuan penelitian, karakteristik peneltian serta dapat berfungsi sebagai

alat pemecahan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini hanya ingin

mengetahui pengaruh antara variabel X1, X2 terhadap Y, jadi penelitian

menggunakan metode deskriftif untuk menggambarkan pengaruh secara

sistematis antara variabel tersebut.

Dengan metode ini dapat mengungkapkan keterkaitan pendidikan dan

pelatihan serta kompetensi kepala sekolah dasar dan sejauh mana

hubungannya dengan kinerja kepala sekolah dasar di Kabupaten Natuna

Provinsi Kepulauan Riau.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang telah dipilih adalah seluruh kepala sekolah

dasar yang berada di ibukota Kecamatan Se-Kabupaten Natuna Provinsi

Kepulauan Riau, dengan alasan bahwa peneliti akan memberikan kontribusi

sesuai dengan judul yang telah ditentukan. Kenapa dipilih kepala sekolah

yang berada di ibukota kecamatan karena alam Kabupaten Natuna terdiri dari

pulau-pulau dan sulit terjangkau, kalauppun terjangkau memerlukan waktu

yang lama maka peneliti memilih lokasi Kepala Sekolah Dasar yang berada di

(36)

D. Populasi dan Sampel 1. Penentuan Populasi

Dalam melakukan diperlukan data yang benar-benar valid dan

reliabel, jadi untuk mendapatkan data seperti mana yang diharapkan maka

data tersebut harus memadai dan relevan dengan tujuan permasalahan,

serta sumber data atau informasi dapat digunakan untuk menjawab

pertanyaan penelitian serta dapat menarik kesimpulan dari data tadi.

Adapun sumber data dapat diperoleh dari objek penelitian, berupa

manusia, peristiwa maupun gejala-gejala yang terjadi. Keseluruhan objek

yang kita analisa tadi disebut populasi.

Penentuan populasi merupakan bahagian dari tahap penelitian yang

amat penting, sehingga populasi akan memberikan suatu informasi data

dalam penelitian, tanpa populasi dalam penelitian yang menggunakan

metode kuantitatif tidak mungkin dilakukan. Sanafiah (1994 : 324) “

populasi adalah sekelompok individidu yang memiliki satu atau lebih

karakteristik, umum yang menjadi pusat perhatian penelitian.” Populasi

juga bisa dari semua individu yang memiliki pola kelakuan tertentu atau

bagian dari kelompok.

Surya dikutip oleh Suramijaya (1990:77) “ berpendapat lain

mengatakan bahwa populasi adalah sejumlah individu atau subjek yang

terdapat dalamnya kelompok tertentu yang berada dalam daerah yang

(37)

mempunyai keberagaman ciri yang dapat diukur secara kuantitatif, untuk

memperoleh kesimpulan dalam penelitian.

Selanjutnya menurut Sugiyono (2008: 90) mengemukakan bahwa

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini dipilih kepala sekolah yang ada di kota

kecamatan sebanyak 100 kepala sekolah.

2. Penentuan Sampel Penelitian

Sugiyono (2008: 91) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimikili oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan

peneliti tidak mempunyai kesanggupan untuk mempelajari semua yang

ada pada populasi karena keterbatasan, dana, tenaga dan waktu maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Dalam

pengabilan sampel harus sesuai dengan ketentuan dan kaidah dalam

penelitian.

Riduwan (2007: 56) menyebutkan bahwa sampel adalah bagian

dari populasi, sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang

diambil sebagai sumber data dan mewakili seluruh populasi. Dan apabila

jumlah populasinya kecil, peneliti merasa ragu akan kebenaran data maka

lebih baik semua populasi diapakai sebagai sampel yang diistilahkan

(38)

sebaiknya ditarik sampel saja asalkan sampelnya representatif atau dapat

mewakili semua karakter populasi.

Teknik penarikan sampel menurut Taro Yamane dalam Ridwan

(20007: 65) sebagai berikut:

n=

.

Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah populasi

= Presesi yang ditetapkan

Namun peneliti tidak memakai rumus di atas mengingat jumlah

sampel tersebar di pulau-pulau dan sulit terjangkau, kalaupun terjangkau

memakan waktu yang lama, maka peneliti hanya menggunakan pedoman

dari Roscoe dalam merumuskan sampel. Menurut Roscoedalam bukunya

yang berjudul Research Methods for Busines (Sugiyono:74) memberikan

saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:

(39)

Selanjutnya Nasution berpendapat berkenaan dengan teknik

penarikan sampel “ ... mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh

besarnya sampel akan tetapi oleh kokohnya dasar dan teori, desain

penelitian serta mutu pelaksanaan penelitian dan pengolahannya”.

Diperkuat dengan pendapat Sukardi (2004: 55) menyatakan” untuk

penelitian sosial, ekonomi dan politik yang berkaitan dengan masyarakat

yang mempunyai karaktersitik yang heterogen, maka pengambilan

sampel disamping syarat tentang besarnya sampel harus memenuhi syarat

representativenees (keterwakilan) atau mewakili semua komponen

pupulasi”. Jadi berdasarkan beberapa teori di atas maka peneliti hanya

mengambil sampel 15 kali dari jumlah variabel yang diteliti, dengan

rincian 15 x 3 = 45 kepala sekolah yang tersebar di delapan kecamatan se

Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.

Berdasarkan jumlah persebaran sampel yang telah dihitung maka

mengingat kondisi alam di Kabupaten Natuna terdiri dari pulau-pulau

dan letak sekolah dasarnya terpisah maka yang menjadi objek penenlitian

adalah sekolah-sekolah yang berada di pusat kota kecamatan, dengan

formula sebagai berikut:

S=

×

S = Jumlah sampel unit secara proporsional

S = Jumlah Seluruh sampel

N= Jumlah populasi

(40)

Persebaran sampel di setiap kecamatan sebagai berikut :

Kecamatan Searasan = 15/100 X 45 = 7 orang Kepala Sekolah

Kecamatan Bunguran Timuar = 20/100 X 45 = 9 orang Kepala Sekolah

Kecamatan Bunguran Barat = 24/100 X 45 = 11orang Kepala Sekolah

Kecamatan Midai = 7/100 X 45 = 4 orang Kepala Skolah

Kecamatan Pulau Tiga = 12/100X 45 = 10 orang Kepala Sekolah

Kecamatan Subi = 5/100 X 45 = 2 orang Kepala Sekolah

Kecamatan Batubi Jaya = 12/100 X 45 = 5 orang Kepala Sekolah

Kecamatan Serasan Timur = 5/100 X 45 = 2 orang Kepala Sekolah

Berdasarkan perhitungan persebaran sampel diatas maka untuk

memudahkan peneliti dalam memilah-milah sampel tersebut maka dibuat

[image:40.595.120.513.189.681.2]

dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1 Persebaran Sampel

No Nama Kecamatan Populasi Jumlah Sampel

1 Kecamatan Serasan 15 7

2 Kecamatan Bunguran Timur 20 9

3 Kecamatan Bunguran Barat 24 11

4 Kecamatan Midai 7 4

5 Kecamatan Pulau Tiga 12 5

6 Kecamatan Subi 5 2

7 Kecamatan Batubi Jaya 12 5

8 Kecamatan Searasan Timur 5 2

(41)

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian.

Teknik pengumpulan data dengan teknik angket. Suharsimi (2006: 32),

teknik angket yaitu cara pengumpulan data dengan mengajukan sejumlah

pertanyaan-pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar petanyaan yang sudah

dipersiapkan sebelumnya. Angket disebarkan pada 45 orang kepala sekolah

yang tersebar di kota kecamatan di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan

Riau.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

suatu cara untuk mengumpulkan informasi atau keterangan mengenai subjek

penelitian. Dengan menggunakan teknik penyebaran angket tertutup. Adapun

langkah-langkah pengumpulan data tersebut adalah:

1. Penentuan Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian ini angket merupakan suatu alat untuk

mendapatkan informasi berupa data primer, sedangkan angket yang

dugunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu suatu bentuk

angket yang jawabannya sudah ada, sehingga memudahkan responden

dalam memilih jawaban atas pertanyaan yang udah disediakan.

Disamping angket peneliti juga menggunakan alat tes berupa tes

kompetensi yang disebarkan pada kepala sekolah, ini khusus variabel X2,

sedangkan variabel X1 dan Y tetap menggunakan angket berupa

instrumen, John W. Best dalam Sanafiah Faisal (1988: 178)

(42)

membubukan chck (√) pada item yang termuat dalam lembaran jawaban.

Adapun alasan penulis menggunakan angket dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Dapat mengumpulkan data yang relatif singkat yang diperlukan

penulis.

b. Memudahkan responden menjawab pertanyaan pada tempat yang

sudah disediakan.

c. Memudahkan dalam pengelompokkan data dan perhitungannya.

d. Adanya efisiensi dari segi tenaga, biaya, dan waktu pengumpulan data.

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Dalam menyusun alat pengumpulan data, peneliti berpedoman pada

lingkup variabel yang terkait. Seperti pendidikan dan pelatihan,

kompetensi kepala sekolah serta kinerja kepala sekolah di Kabupaten

Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Dalam menyusun instrumen yang

berbentuk angket langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Memaknai ketentuan-ketentuan yang telah ada serta relevan, kemudian

mementukan indikator dari setiap variabel yang dianggap penting

untuk ditanyakan, serta menetapkan teori sebagai acuan.

2. Menetapkan bentuk angket.

3. Membuat kisi-kisi butir angket dalam bentuk matriks yang sesuai

(43)

4. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan disertai alternatif jawaban

yang akan dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi

butir angket yang sudah dibuat.

5. Menetapkan kriteria skor untuk setiap item alternatif jawaban dengan

menggunakan skala Likert, yaitu skor tertinggi nilainya 5 dan skor

[image:43.595.115.513.250.651.2]

terendah nilainya 1. Kriteria skor variabel X1, X2 dan Y pernyataan

Tabel 3.2 Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor SS= Sanngat Setuju

ST= Setuju RR= Ragu Ragu TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

F. Tahap Uji Coba Angket a. Validitas Rasional

Thorndike dan Hagen (1977: 58 ) mengemukakan “ Since the

analysis is essentiallly a rational and judgmental one, this is sometime

spoken af as rationan or logical validity.’ Maksud dari pernyataan di atas

adalah proses penyusunan instrumen terlebih dahulu penulis menyusun

isinya dengan menggunakan rasional dan dikonsultasikan dengan

pembimbing untuk disahkan.

Arikunto dalam Akdon (2008:143) yang dimaksud dengan

validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau

kesahehan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti

(44)

sehingga instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya dapat diukur.

b. Validitas Empirik

Validitas suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen berdasarkan uji soba angket. Adapun rumus

yang digunakan dalam uji coba angket adalah menggunakan metode

belah dua atau split half method (Akdon, 2008: 148) metode belah dua

menggunakan sebuah tes dan dicoba satu kali. Pada waktu membelah

dua dan mengkorelasikan dua belahan baru diketahui reliabilitas

setengah tes saja. Jadi dalam menentukan validitas epirik peneliti

menggunakan rumus dalam Akdon (2008:144) sebagai

berikut:

=

∑ −∑ ∑

. ∑ . ∑ ∑

Berasarkan rumus validitas empirik yang telah dibuat dapat

dirancang penyusunan angketnya sebagai berikut. Variabel X1,

pendidikan dan pelatihan dengan jumlah 20 item, dan variabel X2,

kompetensi kepala sekolah sebanyak 80 item, sedangkan Variabel Y

Kinerja kepala sekolah sebanyak 20 item, jadi jumlahnya menjadi 120

item, ini termasuk yang tidak valid. Sebagai bahan pertimbangan bahwa

khusus variabel X2 peneliti menggunakan sistem uji kompetensi dengan

menggunakan tes kompetensi kepala sekolah sebanyak 80 item

(45)

Dari jawaban yang diberikan oleh kepala sekolah akan dihitung

skorenya dan diuji validitasnya. Data yang didapat dari uji validitas

tersebut berupa data ordinal, karena data ordinal tidak terdapat di dalam

skala likers maka diubah data tersebut menjadi data interval dengan

rumus yang di kemukakan oleh Akdon (2008:178)

= 50 − 10(! − ! $ " )

Berdasarkan hasil perhitungan yang penulis lakukan variabel X1,

Pendidikan dan Pelatihan dengan bantuan Microsoft Exel 2003 maka

diperolah data dari 20 item pernyataan semua item dinyatakan valid,

dengan analisa sebagai berikut: apabila diketahui % = 0,05 dan dk =

20-2= 18 , dengan uji satu pihak maka diperoleh t-tabel = 1,73. Setelah

dihitung t-tabelnya lalu dibuat sebuah keputusan dengan

membandingkan t-hitung dengan t-tabel sehingga terdapat keputusan

sebagai berikut:

Jika t-hitung > t-tabel maka item tersebut dinyatakan valid dan layak

untuk disebarkan pada responden.

Jika t-hitung < t-tabel maka item itu tidak valid jadi item tersebut tidak

layak untuk disebarkan pada responden. Untuk mengetahui hasil

keseluruhan dari item yang valid khusus untuk variabel X1 dapat dilihat

pada lampiran 3.5.

Khusus variabel X2 Kompetensi Kepala Sekolah, karena

permintaan dari dosen pembimbing peneliti tidak menggunakan angket,

(46)

sekolah . Dari tes kompetensi kepala sekolah dengan bentuk soal pilihan

ganda dan jawabannya hanya satu yang benar maka sulit diolah dengan

program Exel 2003, jadi peneliti menguji validitas dengan menggunakan

Anates. Dari 80 item soal yang telah disebarkan pada 30 orang kepala sekolah maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua item soal tes

kompetensi kepala sekolah dinyatakan valid dalam penghitungan Anates

disebut dengan istilah signifikan.

Selanjutnya penghitungan variabel Y Kinerja Kepala Sekolah

pengolahannya sama seperti X1 menggunakan program Microsoft Exel

2003, disebarkan 30 responden denga 20 item pernyataan didapat hasil

semuanya dinyatakan valid dan dapat dipergunakan untuk angket

penelitian.

Berdasarkan hasil perhitungan validitas angket yang akan

disebarkan maka peneliti memutuskan untuk menyebarkan angket

variabel X1 dengan 20 item penyataan, 80 butir tes kompetensi kepala

sekolah khusus variabel X2 serta 20 item pernyataan variabel Y. Angket

dan tes kompetensi tersebut disebarkan pada 45 orang kepala sekolah

yang telah dipilih sebagai sampel.

c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merujuk pada satu pengertian bahwa instrumen yang

telah dibuat oleh penulis berupa angket dapat dipercaya untuk digunakan

(47)

Uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

keajegan atau ketepatan setiap item yang digunakan. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Suharsimi Arikunto (2003:170) bahwa “reliabilitas

menunjuk pada pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik”.

Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama (Sugiyono, 2005:267). Pengujian reliabilitas instrumen

dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat

dilakukan dengan test-retestb (stability), equivalent, dan gabungan

keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan

menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan

teknik tertentu (Sugiyono, 2005:273).

Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian, dapat

digunakan Teknik Belah Dua (split half) yang dianalis dengan rumus

Spearman Brown. Untuk keperluan itu, maka butir-butir instrumen

dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen nomor

ganjil dan kelompok instrumen nomor genap. Selanjutnya skor total

antara kelompok ganjil dan kelompok genap dicari korelasinya dengan

menggunakan rumus Pearson Product Moment:

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

(48)

Kemudian hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus

Spearman Brown:

b b i

r r r

+ =

1 . 2

(Sugiyono, 2008:190)

Riduwan dan Sunarto (2007:348) mengatakan:

Reriabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Reiliabel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara eksternal (stability/test retest, equivalent atau gabungan keduanya) dan secara internal (analisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen).

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid pasti rerliabel,

namun peneliti masih menggunakan rumus serta langkah-langkah

perhitungan sebagai berikut:

1. Menjumlah serta menghitung item ganjil dengan tabel perhitungan.

2. Menghitung korelasi product moment

3. Menghitung reliabilitas seluruh tes dengan rumus Spearman Brown

4. Mencari r-tabel apabila diketahui signifikansi = 0,05 dan dk=

20-2=18

5. Membuat keputusan dengan membandingkan hitung dengan

r-tabel.

Langkah berikutnya menentukan keputusan sebagai berikut :

[image:48.595.118.512.184.695.2]
(49)

Jika r-hitung < r-tabel maka tidak reliabel.

Berdasarkan perhitungan dengan langkah-langkah yang telah

ditetapkan dengan berdasarkan angket yang disebarkan maka didapat

hasil sebagai berikut, nilai r-hitung = 0,93 sedangkan nilai r-tabel =

0,84. Jadi dapat disimpulkan berdasarkan keketentuan diatas r-hitung

lebih besar dari r-tabel maka item pertanyaan 20 buah setelah

disebarkan pada 30 orang kepela sekolah khusus X1 (pendidikan dan

pelatihan) semua item dinyatakan reliabeli.

Selanjutnya untuk variabel X2 Kompetensi kepala sekolah dengan

menggunakan alat tes, sebanyak 80 item pertanyaan dengan bentuk soal

pilihan ganda dan diolah dengan program “Anates” seluruh item so

Gambar

Gambar 2.1 Skema Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Persebaran Sampel
Tabel 3.2 Skala Likert
tabel. Langkah berikutnya menentukan keputusan sebagai berikut :
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel independen dengan satu atau.. beberapa

Džibrić, Pojskić i Ferhatbegović (2013) naglašavaju kako je za pozitivne efekte programa izvannastavnih tjelesnih aktivnosti i znatnije transformacije u motoričkom prostoru

• Buku teks kelas VII Kemen-dikbud 2014/2016 • Buku Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII (Erlangga) • Contoh teks laporan hasil observasi • Media cetak

Pada penulisan ilmiah ini akan dibahas bagaimana cara merancang dan membuat tampilan Kata-kata Sinonim-Antonim dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 melalui tools-tools

Sehinga dapat dikatakan bahwa Pembelajaran IPA terpadu pada tema pestisida dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS meningkatkan hasil belajar

untuk memutar senam, senam yang dipilih pagi ini adalah Senam Pinguin. Anak-anak sangat senang dan tertawa lucu saat menirukan gerakan pinguin. setelah anak- anak