Penerapan Pembelajaran IPA terpadu Tema pestisida dengan model Kooperatif Tipe STAD Pendekatan Science, Environment, Technology and Social (SETS)
Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Di Kelas VIII MTs Muhammadiyah 12 Palirangan Lamongan
Sri Sumrati (083654003)
Abstrak
Model pembelajaran IPA terpadu merupakan model pembelajaran yang disnjurkan untuk diimplementasikan di jenjang pendidikan SMP. Pendekatan Science, Environtment, Technology and Society (SETS) yang pernah tercantum dalam kurikulum 2004 merupakan salah satu pendekatan yang sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu berpandekatan SETS pembelajaran bersifat kholistik dan bermakna. Salah satu keunggulan ipa terpadu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran Dengan adanya tema pengait maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai beberapa Kompetensi Dasar dapat terlaksana dengan efisien. Berdasarkan hasil pengamatan meteri gangguaan pada tanaman terlihat bahwa materi ini alokasi waktu penyampainnya sangat terbatas dan jarang melibatkan lingkungan.Oleh kerena itu meteri ini dikaitkan dengan materi lain melelui sebuah tema yaitu pestisida. Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa MTs Muhammadiyah 12 Palirangan - Lamongan metode yang digunakan dalam pembelajaran dengan ceramah dan jarang sekali pembelajaran dikaitkan dengan lingkungan sekitar. Hai ini menyebabkan ketuntasan belajar siswa yang rendah. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divison). Oleh sebab itu, peneliti mencoba melakukan uji coba terbatas dengan judul “Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Tema Pestisida dengan model Kooperatif Tipe STAD Pendekatan Science, Environment, Technology and Social (SETS) Di Kelas VIII MTs Muhammadiyah 12 Palirangan – Lamongan. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian pra eksperimental dengan pre-test and post-test group design. Dari hasil pre dan pos tes yang diperoleh dilakukan uji t. Adapun hasil analisis perhitungan, diperoleh nilai thitung sebesar 7,42dan nilai
ttabel dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 1,80.. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu papa
tema pestisdi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena ada perbedaan secara signifikan yang terjadi antara pretest dan posttest, dengan kata lain dapat menigkatkan hasil belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan SETS diperoleh siswa yang tuntas berdasarkan nilai postest 10 siswa tuntas dan dua orang siswa tidak tuntas. Sehingga ketuntasan klasikal setelah dilakukan pembalajaran langsung sebesar 83,33 %. Sehinga dapat dikatakan bahwa Pembelajaran IPA terpadu pada tema pestisida dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan siswa baik secara individu atau klasikal.
Kata Kunci : IPA terapdu, Pestisida, STAD, SETS, Tema
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615).
Pendekatan Science,
kurikulum 2004 merupakan salah satu pendekatan yang sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran sains (binadja,2000). Dalam pendekatan SETS konsep sains akan dikaitkan dengan bidang lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Melalui pembelajaran IPA terpadu dengan pendekatan SETS , peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Keterlaksanaan pembelajaran terpadu tidak terlapas dari proses
pembelajaran. Pada proses
pembelajaran saat ini lebih ditekankan pada pembelajaran aktif dimana siswa dipandang sebagai subyek bukan obyek dan belajar lebih dipentingkan daripada mengajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divison). Pembelajaran ini berpusat pada siswa, guru tudak lagi mendominasi pembelajran tetapi hanya menjadi pengarah dan pembingbing.
Salah satu keunggulan ipa terpadu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran ( www.puskur.com ). Dengan adanya tema pengait maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai beberapa KD dapat terlaksana dengan efisien. Berdasarkan hasil pengamatan meteri gangguaan pada tanaman terlihat bahwa materi ini alokasi waktu
penyampainnya sangat terbatas dan jarang melibatkan lingkungan dalam pembelajaran materi ini (Rini, 2011) .Oleh kerena itu meteri ini dikaitkan dengan materi lain melelui sebuah tema yaitu pestisida. Dalam tema ini materi gangguan pada tanaman dipadukan dengan bahan kimia dalam rumah tangga, dan
ekosistem. Dengan adanya
keterpaduan ini pembelajarn diharapkan pembelajran berjalan secara efektif sehingga dapat mengurangi hambatan-hambatan baik dari segi waktu dan sumber belajar.
Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa MTs Muhammadiyah 12 Palirangan - Lamongan metode yang digunakan dalam pembelajaran dengan ceramah dan jarang sekali pembelajaran dikaitkan dengan lingkungan sekitar, sehingga siswa menganggap pembelajaran tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Metode ceramah yang dilakukan guru menyebabkan siswa kurang aktif. Akibatnya ketuntasan belajar siswa menjadi rendah. Untuk itu perlu
diadakan penerapan model
pembelajaran inovatif sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan berdampak terhadap nilai ketuntasan belajar siswa.
Dari uraian di atas, peneliti ingin melakukan uji coba terbatas dengan judul “Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu Tema Pestisida dengan model Kooperatif Tipe STAD Pendekatan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diambil suatu permasalahan yaitu:
“Bagaimana pengaruh penerapan pembelajaran IPA terpadu tema pestisida dengan model kooperatif tipe
STAD Pendekatan Science,
Environment, Technology and Social (SETS) Di Kelas VIII MTs Muhammadiyah 12 Palirangan – Lamongan terhadap ketuntasan belajar siswa?
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu pada tema pestisida dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?
2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu tema pestisida dengan model pembelajaran langsung pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 12 Palirangan - Lamongan?
3. Bagaimanakah pengaruh
diterapkanya pembelajaran IPA terpadu tema pestisida dengan model kooperatif tipe STAD Pendekatan SETS Di Kelas VIII MTs Muhammadiyah 12 Palirangan – Lamongan terhadap peningkatan ketuntasan belajar siswa
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang didapat, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendiskripsikan keterlaksanaan keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu pada tema pestisida dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpendekatan SETS
2. Mendiskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu pada tema pestisida dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpendekatan SETS pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 12 Palirangan-Lamongan
3. Menentukan peningkatan hasil belajar siswa MTs Muhammadiyah 12 Palirangan- Lamongan sesudah diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS dengan tema pestisida sebagai implementasi pembelajaran IPA Terpadu.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan masukan dalam menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran IPA terpadu di MTs Muhammadiyah 12 Palirangan-Lamongan
2. Membantu siswa memahami hubungan yang bermakna tentang konsep-konsep materi dalam kimia, dan biologi pada tema makanan yang berada di sekitar siswa.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para peneliti dalam mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran IPA terpadu dengan metode yang berbeda.
A. Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu pengetahuan yang memberikan banyak wawasan kepada peserta didik tentang alam sekitar. Dengan demikian, siswa tidak hanya dituntut untuk mampu menguasai konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja melalui hafalan tetapi yang terpenting adalah mampu menemukan bahkan menerapkan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan nyata. IPA dapat didefinisikan sebagai suatu pengetahuan sistematis dan universal, pada umumnya berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Pembelajaran IPA Terpadu merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memadukan beberapa konsep dan kajian IPA dalam suatu Tema atau Topik. Pembelajaran ini dapat memberi pengalaman langsung sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri suatu konsep IPA yang bermakna dan otentik. Tujuan pembelajaran IPA Terpadu seperti yang tercantum pada Panduan Pengembangan IPA Terpadu (Puskur: 7), antara lain:
1. Meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran
2. Meningkatkan minat dan
motivasi
3. Beberapa kompetensi dasar
dapat dicapai sekaligus
Selain itu, pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Efisiensi
waktu dan tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan
2. Siswa dapat
melihat hubungan bermakna antar konsep
3. Meningkatkan
kemampuan berpikir siswa
4. Pembelajaran
terpadu menyajikan
penerapan/aplikasi tentang kehidupan sehari-hari yang dekat dengan siswa
5. Memperbaiki
dan meningkatkan motivasi belajar siswa
Salah satu bentuk dari pembelajaran IPA terpadu yakni Webbed. Model webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik (Trianto, 2007: 45). Jadi, model ini menggabungkan beberapa tema yang saling berhubungan dalam satu tema. Kelebihannya antara lain penyelesaian tema sesuai minat akan memotivasi anak untuk belajar, lebih mudah dilakukan, terutama bagi guru-guru yang belum
berpengalaman, memudahkan
perencanaan, dan memberikan
kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.
B. Pendekatan Science, Environment, Technology, and Society(SETS)
Pendekatan Science,
Environtment, Technology and Society
pendekatan sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran sains.
Keterkaitan antara unsur SETS
dengan sains sebagai fokus perhatian digambarkan dalam Gambar 1 di bawah ini :
Gambar 1. Keterkaitan unsur-unsur SETS yang berfokus pada
Science (Binadja, 1999).
Fokus pengajaran SETS adalah mengenai bagaimana cara membuat peserta didik dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang saling berkaitan. Meminta peserta didik melakukan penyelidikan berarti memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan lebih jauh pengetahuan yang telah diperoleh agar dapat
menyelesaikan masalah yang
diperkirakan timbul di sekitar kehidupannya (Binadja, 1999).
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dan terdiri laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Komponen STAD menurut Slavin (1995:71) adalah sebagai berikut:
1. Presentasi kelas
2. Belajar dalam tim
3. Tes individu
4. Skor pengembangan individu
5. Penghargaan tim
Tabel 1. Tahapan model pembelajaran Kooperatif (STAD)
konsepnya seperti dengan menggaris bawahi, membuat peta konsep dan lain-lain.
Tahap 2
Belajar dalam tim
Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dimana mereka mengerjakan tugas yang diberikan. Jika ada kesulitan siswa yang merasa mampu membantu siswa yang kesulitan. Siswa bekerja di
dalam tim
mereka dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk
menuntaskan materi pembelajaran. Tahap 3 Tes Memberikan kuis pada
siswa secara individual. Tahap 4
Penghargaan Tim
Skor yang didapatkan dari hasil tes selanjutnya dicatat
oleh guru untuk
D. Kajian SETS Pada Materi Pestisida 1. Sains
Berbagai sistem pada tumbuhan dapat mengalami gangguan atau kelainan. Gangguan ini dapat disebabkan karena kelainan genetis, kondisi lingkungan yang tidak sesuai, atau karena serangan hama dan penyakit. Untuk mengaggulangi hama dan penyakit didunakan bahan kimia yang berupa pestisida. Macam- macam pestisida yaitu
a. Insektisida, pestisida yang digunakan untuk membunuh serangga (insekta).
b. Fungisida, pestisida yang digunakan untuk membunuh cendawan atau jamur.
c. Herbisida, pestisida yang digunakan untuk membunuh
gulma atau tumbuhan
pengganggu.
d. Akarisida, pestisida yang digunakan untuk membunuh tungau dan caplak (acarina). e. Rodentisida, pestisida yang
digunakan untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus. f. Nematisida, pestisida yang
digunakan untuk membunuh nematoda.
Adapun penggolongan
pestisida berdasarkan asal dan sifat kimianya adalah sebagai berikut: a. Pestisida sintetik
Pestisida sintetik terdiri atas pestisida anorganik dan organik. Pestisida anorganik terdiri atas garam-garam beracun, seperti arsenat, fluorida, tembaga sulfat, dan garam merkuri. Adapun pestisida organik antara lain organoklorin, heterosiklik,
organofosfat, karbamat,
dinitrofenol, thiosianat, dan sulfonat.
b. Pestisida hasil alam, seperti nikotinoida, piretroida, dan rotenoida.
2. Masyarakat
a. Dampak positif
Dengan adanya pestisida maka hasil pertanian dapat meningkat hal ini dikarenakan hama dan penyakit tanaman dapat diatasi. Cara insektisida masuk ke dalam tubuh serangga, antara lain: (1) melalui dinding badan/kulit, (2) melalui mulut dan saluran makanan (racun perut), (3) melalui jalan napas (spirakel) misalnya dengan fumigan.
b. Dampak negatif
Garam – garam beracun yang terkandung dalam pestisida dapat meracun masyarakat. Pestisida dapat meracuni para petani dan oarang yag tidak terlibat langsung dalam pertanian.
Pestisida dapat meracuni dapat meracuni petani melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Hal ini bisa terhadi pada saat petani menyemprot pestisida.
O1 X O2
3. Lingkungan
Pencemaran dapat terjadi karena pestisida menyebar melalui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang dikenainya. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun..
4. Teknologi
Prinsip kerja alat penyemprot pestisida yang sering digunakan petani adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daundatau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukkan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui cela yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
III.Metode Penelitian A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pre experimental design dengan uji coba terbatas.
B. Sasaran Penelitian
Populasi yang digunakan adalah siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 12 Palirangan – Lamongan .
Sampel yang digunakan adalah 12 siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Palirangan – Lamongan
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu karena hanya satu kelas yang dipakai untuk penelitian. Rancangan penelitian ini menggunakan desain “pre-test and post-test group design” yaitu (Arikunto, 1998).
Keterangan :
O1: Pre-test dilakukan sebelum
penerapan model kooperatif tipe STAD berpendekatan SETS . X : Penyampaian materi dengan
menggunakan penerapan model
kooperatif tipe STAD
berpendekatan SETS .
O1: Post-test dilakukan sesudah
penerapan model pembelajaran l
kooperatif tipe STAD
berpendekatan SETS .
E. Tempat dan Waktu penelitian
Pengambilan data penelitian
dilaksanakan di SMP
Muhammadiyah 12 Palirangan Gresik . Waktu uji coba terbatas dilaksanakan pada tanggal 16-17 Mei 2011.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terbagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis yang secara rinci dapat dijelaskan melalui alur sebagai berikut:
1. Membuat perencanaan yaitu menyusun perangkat dan instrumen penelitian
dilakukan perlakuan
3. Tahap ketiga adalah pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen dengan perlakuan berupa model kooperatif tipe tipe STAD berpendekatan SETS pada tema pestisida.
4. Selanjutnya guru memberikan post test untuk mengukur hasil belajar siswa dan diberikan angket respon siswa.
G. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan data agar pekerjaan mengumpulkan data tersebut menjadi lebih mudah dengan hasil yang baik serta data lebih mudah diolah (Arikunto,1998).
Instrumen yang dipakaidalam uji terbatas ini yaitu:
1. Lembar keterlaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD 2. Lembar observasi aktivitas siswa 3. Lembar asesmen kinerja dan rubrik
asesmen kinerja
4. Tes evaluasi pada tema pestisida 5. Angket respon siswsa
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis keterlaksanaan
Kriteria penilaian untuk
keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan SETS pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kriteria penilaian keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Skor Kriteria
4 Sangat Baik
3 Baik
2 Cukup
1 Tidak Baik
Perolehan rata-rata skor dari jumlah seluruh skor keterlaksanaan pembelajaran dikonversikan dengan kriteria penilaian keterlaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria penilaian keterlaksanaan model pembelajarankooperatif tipe STAD
Rata-rata skor
Keterangan
0,00-1,49 Tidak Baik
1,50-2,59 Kurang
2,60-3,49 Cukup Baik
3,5- 4,00 Baik
(Lince,200) 2. Analisis data sktivitas siswa
Data pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dianalisis dengan menghitung persentase yaitu banyaknya frekuensi aktivitas dibagi dengan frekuensi aktivitas keseluruhan dikalikan 100%. Dapat dirumuskan sebagai berikut : (Riduwan, 2005).
Aktivitas siswa=frekuensi aktivitas siswa yang muncul
Total frekuensi aktivitas x100… …(5)
3. Analisis data tes hasil belajar
Dianalisis dengan butir soal dengan tujuan untuk menentukan ketuntasan belajar siswa baik secara ketuntasan individual maupun ketuntasan secara klasikal. Secara individual siswa dikatakan tuntas jika siswa telah mencapai nilai uji kompetensi ≥70.
Nilai Siswa=Σ skor perole h an
Σskor maksimum x100… … …(9)
Ketuntasan belajar klasikal=Σ siswa yang tuntas
Σ siswa x100… …(10)
4. Uji Normalitas
Setelah mendapatkan nilai pre-test uji statistik yang digunakan adalah uji kenormalan. Uji ini dikenal dengan uji lilliefors, untuk pengujian hipotesis nol ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
a. Pengamatan sampel x1, x2,…., xn
dijadikan bilangan baku z1, z2, …zn
dengan rumus zi =
dengan s adalah simpangan baku sampel.
b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi).
c. Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan zi
rumus proporsi adalah
S(zi) =
banyaknya z1,…. zn yang ≤ z i n
d. Selanjutnya menghitung selisih F(zi)
- S(zi).
e. Kemudian menentukan harga mutlaknya. Harga mutlak yang paling besar dari selisih disebut dengan harga L0. Jika L > L0 berarti
berdistribusi normal (Sudjana, 2006).
5. Uji t berpasangan
Untuk mengetahui perbedaan anatara hasil pre-test dan post-test, maka analisisnya menggunakan uji t berpasangan.
t =
Md
√
Σx2dN(N−1)
... ... ... (13)
Keterangan :
Md = mean dari perbedaan pre-test
dengan post-test
Xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)
Σx2d = jumlah kuadrat deviasi
N = jumlah subjek pada sampel d.b. = ditentukan dengan N-1
Terima H0 jika t > t tabel, ini berarti
ada perbedaan yang signifikan antara nilai pre-test dan post-test. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu dengan model pembelajaran langsung berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, begitu pula sebaliknya. (Arikunto, 2006)
6. Analisis angket
a. Berdasarkan prosentase kelompok responden dapat dihitung dengan persamaan
=Σ X
Σ Xt x100 … … …(14)
Keterangan:
Σ X = jumlah responden yang memilih item
Σ X = jumlah responden
b. Interpretasi skor dapat dihitung dengan persamaan:
=Σ X
Σ Xt x100… … …(15)
Keterangan:
Σ X = jumlah skor yang diperoleh item
Σ X = jumlah skor maksimum Adapun kriterianya adalah:
0% - 20% sangat lemah
21%-40% lemah
41%-60% cukup
61%-80% kuat
81%-100% sangat kuat
(Riduwan,2003)
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis soal pretest untuk uji normalitas
digunakan untuk menghitung normalitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah sampel kelas sampel yang digunakan berdistribusi normal atau tidak.
Dari hasil perhitungan uji normalitas dengan metode liliefors diperoleh Lhitung sebesar 0,20767 dan Ltabel
dengan taraf signifikan 0,05 yaitu 0,242. Dari hasil tersebut menandakan bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Hal tersebut
menandakan bahwa kelas yang digunakan sebagai sampel berdistribusi normal dengan taraf signifikansi 0,05.
2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipa STAD dengan pendekatan SETS
Pengamatan terhadap
keterlaksanaan model pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan pembelajaran kooperatif tipe STAD seorang pengamat yaitu Idzy Layyinnati. Keterlaksanna pembelajran adapt dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. 1 Pendahuluan (10 menit)
A. Menyampaikan
tujuan dan
memotivasi siswa
Memberikan motivasi belajar dan mengarahkan
2 Kegiatan inti (65 menit) B. Menyajikan kelompok bekerja dan belajar dan pada kelompok. Kemudian
Rata –rata 2,82 Cukup
baik Keterangan :
1. 1,00-1,69 tidak baik 2. 2,60-3,49 cukup baik 3. 1,70-2,59 kurang baik 4. 3,50-4,00 baik
Dari Tabel 4. secara keseluruhan pembelajaran kooperatif tipe STAD terlaksana dengan cukup baik. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif cukup baik.
Pada pertemuan kedua pembelajaran dengan pendekatan SETS masih sulit untuk dilakukan hal tersebut dikarenakan siswa masi belum mengerti tentang SETS sehingga siswa merasa kesulitan saat berdiskusi tentang hubungan penggunaan pestisida dengan Sain, Tekhnologi, Lingkungan dan Masyarakat. Oleh karena itu guru merasa sulit untuk mengendalikan jalannya diskusi.
3. Aktivitas siswa
Hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan SETS pada tema pestisida meliputi aspek afektif siswa dan pdsikomotorik siswa. Data aktifitas afektif siswa tercantum pada tabel 5a.
Tabel 5a
Data aktivitas afektif siswa No Kegitan
Siswa Keterlaksanaan Persentase (%)pertemuan Ke Y
informasi √ 33,3 91,67
Mengajukan
pertanyaan √ 33,3 50
Memberikan pendapat
√ 41 50
Tabel 5b
Data aktivitas psikomotor No Kegitan Siswa Keterlaksanaan Persentase
(%)
Mengukur waktu √ 66,6
Anialisis aktifitas 12 dari kelas VIII diperoleh dilihat aspek afektif dan psikomotor Pada aspek afektif siswa seperti tercantum pada tabel 5a pada pembelajaran pertama memiliki pesentase yang rendah kemudian meningkat pada pembelajaran kedua. Begitupula pada aktifitas psikomorik siswa juga mengalami peningkatan pada pertemuan ke dua.
4. Hasil Belajar Siswa
A. Hasil pre-test dan post-test
Hasil belajar siswa diambil berdasarkan nilai sebelum dan sesudah siswa belajar menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6.
4 Rohma 40 Tidak
tuntas 73
Tuntas
5 Indra 33 Tidak
tuntas 80
8 Nova 67 Tidak
tuntas 73
tuntas
12 Evi 33 Tidak
tuntas 73
Tuntas
Dari hasil pretest dan post test dapat dilakukan statistik uji – t berpasangan dan ketuntasan belajar siswa
1. Uji t berpasangan
Uji t berpasangan dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara hasil pretest dan posttest. Adapun hasil analisis perhitungan, diperoleh nilai thitung
sebesar 7,42dan nilai ttabel dengan taraf
signifikansi 0,05 adalah 1,80. Berdasarkan teori yang ada menyatakan bahwa terima H0 jika thitung > ttabel, karena
hasil yang diperoleh thitung > ttabel maka H0
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA terpadu papa tema pestisdi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena ada perbedaan secara signifikan yang terjadi antara pretest dan posttest.
2. Ketuntasant Belajar
Standar ketuntasan belajar minimal yang ditentukan adalah 71 yang berarti siswa dikatakan tuntas belajar jika telah menguasai minimal 71% dari tujuan pembelajaran.
Dari hasil pretest siswa tidak ada siswwa yang tutas. Sedangakan setelah diterapkan pembelajaran langsung pada pembelajaran IPA terpadu dengan tema pestisida diperoleh siswa yang tuntas berdasarkan nilai postest 10 siswa tuntas dan dua orang siswa tidak tuntas. Sehingga ketuntasan klasikal setelah dilakukan pembalajaran langsung sebesar 83,33 %. Berdasarkan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan SETS dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa baik idividualdan klasikal. respons terhadap 12 siswa VIII pada tabel dibawah ini.abel 4.4
Tabel 7. Hasil Respon Siswa
Berdasarkan tabel diatas sebanyak 83,33 % siswa menyatakan proses pembelajaran menarik dan menyenagkan hal ini dikerenakan meteri pembelajaran yang dekat kehidupan sehari-hari. Sebanyak 100 % siswa menyatakan pembelajaran bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari hal ini tidak terlepas dari
Terpadu yang dipandu dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berpendekatan SETS dengan tema “Pestisida” menarik dan menyenangkan
83,3 3%
16,67%
2. Pembelajaran sistematis dan jelas
75% 25%
3. Memberikan pengetahuan baru 91,6 7%
9,33%
4. Pembelajaran bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari
100 %
-5. Materi yang diajarkan jelas 66,6 7%
33,33
6. Masalah yang dimunculkan dekat dengan kehidupan sehari-hari
83,3 3%
16,67
lingkungan sekitar yang mendukung
proses pembelajaran. MTs
Muhammadiyah 12 Palirangan Lamongan terletak didaerah pertanian
sehingga sangat mendukung
pembelajaran dengan tema pestisida dengan pendekatan SETS. Oleh karena itu pembelajaran bermanfaat bagi kehidupan siswa.
Kekurangan dalam pembelajaran buku siswa yang digunakan tidak berwarna sehingga hanya 41,66% yang menyatakan Buku ajar yang diberikan jelas dan menarik. Sehingga perlu diadakan perbaikan terhadap buku siswa yang diguanakan.
V. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah serta hasil analisis data maka diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD berpendekatan SETS pada pembelajaran IPA Terpadu telah dilakukan dengan kriteria cukup baik karena skor rata-rata yang diperoleh sebesar 2,85. Pembelajaran IPA terpadu pada tema pestisdi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena ada perbedaan secara signifikan yang terjadi antara pretest dan posttest. Ketuntasan belajar siswa
Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan SETS diperoleh siswa yang tuntas
berdasarkan nilai postest 10 siswa tuntas dan dua orang siswa tidak tuntas.
Ketuntasan klasikal setelah dilakukan pembalajaran langsung sebesar 83,33 %.
Sehinga dapat dikatakan bahwa
Pembelajaran IPA terpadu pada tema pestisida dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpandekatan SETS meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan siswa baik secara individu atau klasikal.
Selain itu, siswa juga memberikan
respons yang baik terhadap pembelajaran yang telah dilakukan yang diketahui berdasarkan hasil penyebaran angket sebanyak 83,33 % siswa menyatakan proses pembelajaran menarik dan menyenagkan hal ini dikerenakan meteri pembelajaran yang dekat kehidupan sehari-hari. Sebanyak 100 % siswa menyatakan pembelajaran bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari hal ini tidak terlepas dari lingkungan sekitar yang mendukung proses pembelajaran.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar
Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Binadja. 1999. Hakekat dan Tujuan Pendidikan SETS dalam Konteks Kehidupan dan Pendidikan yang Ada. Makalah Semiloka Pendidikan SETS. RECSAM UNNES. Semarang 14 – 15 Desember 1999.
Fiyanti, aisyah. 2008. Penerapan Model Pebelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Pokok Unsur Senyawa dan Campuran di SMPN 1 Sumenep. Skripsi tidak dipublikasikan.
Imtihanah. 2009. Penerapan Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Science, Environment, Technology and Society (SETS) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thingking) Siswa Sekolah Bertaraf Internasional Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Malang. Skripsi tidak dipublikasikan.
Puskur. 2007. Panduan pengembangan Pembelajaran IPA terpadu Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/ MTs).Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Riduwan. 2005. Skala Pengikuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Sudjana. 2002. “Metoda Statistika”. Bandung: PT. Tarsito.
Slavin. 2009. Cooperative Learning - Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Penerapan Pembelajaran IPA terpadu Tema pestisida dengan model Kooperatif Tipe STAD Pendekatan Science, Environment, Technology and Social (SETS)
Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Di Kelas VIII MTs Muhammadiyah 12 Palirangan Lamongan
Artikel Seminar