• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL COMMUNITY-BASED TOURISM MELALUI PENDEKATAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KAMPUNG WISATA CIKIDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL COMMUNITY-BASED TOURISM MELALUI PENDEKATAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KAMPUNG WISATA CIKIDANG."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS : 1380/UN.40.2.5.1/PL/2012

MODEL COMMUNITY

BASED TOURISM

MELALUI PENDEKATAN KONSERVASI LINGKUNGAN

DI KAMPUNG WISATA CIKIDANG”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Resort and Leisure

Disusun Oleh :

ADAM RACHMATULLAH 1106097

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

MODEL COMMUNITY-BASED TOURISM

MELALUI PENDEKATAN KONSERVASI LINGKUNGAN

DI KAMPUNG WISATA CIKIDANG

Oleh

Adam Rachmatullah

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial

© Adam Rachmatullah 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ADAM RACHMATULLAH 1106097

MODEL COMMUNITY-BASED TOURISM

MELALUI PENDEKATAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KAMPUNG WISATA CIKIDANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I,

Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd. NIP. 196205121987031

Pembimbing II,

Erry Sukriah, SE., M.SE. NIP. 197915122008122

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen Resort and Leisure

(4)

Hari, tanggal : Senin, 17 Desember 2012 Waktu : 09.00 s/d selesai

Tempat : Gedung FPIPS

Universitas Pendidikan Indonesia

Panitia Ujian Sidang

1. Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. (Dekan) 2. Sekretaris : Fitri Rahmafitria, SP., M.Si. (Ket.Prodi) 3. Anggota : Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil P, M.Si. (PD1)

: Suharto, S.Pd., M.A.P (Kasie Akademik)

: Ahmad Hidayat (Staf Akademik)

Dosen Penguji

1. Prof. Dr. H. Darsihardjo, MS Nip. 196209211986031005

2. Ahmad Galih Kusumah, SST Par, MM Nip. 198105222010121006

(5)

ABSTRAK

MODEL COMMUNITY-BASED TOURISM

MELALUI PENDEKATAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KAMPUNG WISATA CIKIDANG

Kampung Wisata Cikidang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, baik dari kondisi sosial budaya maupun lingkungan fisik biotik dan abiotik. Namun potensi yang tinggi tersebut masih belum dikembangkan secara optimal. Selain itu tingkat partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan dan pengembangan kampung Wisata Cikidang jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena kondisi masyarakat yang relatif lemah dalam hal pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis kondisi fisik biotik dan abiotik di Kampung Wisata Cikidang, 2) Mengidentifikasi potensi masyarakat di Kampung Wisata Cikidang, 3) Menganalisis penerapan Community-Based Tourism berlandaskan pendekatan konservasi lingkungan di Kampung Wisata Cikidang.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang dikaji melalui pendekatan sequential explanatory. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat dan wilayah yang terkait dengan Community-Based Tourism berbasis konservasi lingkungan di Kampung Wisata Cikidang. Sedangkan sampel yang diambil sebanyak 100 responden yaitu seluruh masyarakat dan wilayah yang tinggal di RW 03 dan RW 08 Kelurahan Langensari Kampung Wisata Cikidang.

Dalam merumuskan model pembangunan Community-Based Tourism berlandaskan konservasi lingkungan dikaji berdasarkan tahapan-tahapan diantaranya penyadaran, pengkapasitasan dan kemandirian. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan Forum Group Discussion dan diakhiri dengan pelatihan kepada masyarakat setempat. Berdasarkan hasil penelitian penulis merekomendasikan antara lain: 1) Bagi pihak pemerintah: a) Perlu adanya upaya dari Dinas Pariwisata Kecamatan Lembang untuk menggali potensi masyarakat maupun potensi fisik biotik dan abiotik, b) Pengembangan Kampung Wisata Cikidang dengan menggunakan model CBT berbasis konservasi lingkungan berpotensi untuk menciptakan Lembang sebagai wilayah agrowisata di Kabupaten Bandung, c) Pengelolaan pengembangan Kampung Wisata Cikidang melibatkan pihak swasta dan masyarakat, memegang azas gotong royong, dan manajemen terbuka. 2) Bagi pihak swasta terkait: Membuat skema manajemen yang terbuka dan transparan kepada masyarakat sebagai upaya tanggung jawab dan pembelajaran bagi masyarakat setempat dan melakukan rekruitmen SDM yang berasal dari masyarakat setempat. 3) Bagi masyarakat: Seyogyanya masyarakat setempat selalu menjaga lingkungan fisik biotik dan abiotik guna menjaga kelestarian ekosistem di Kampung Wisata Cikidang, selain itu masyarakat senantiasa melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh pihak manajemen swasta maupun pemerintah guna meningkatkan kemampuan masyarakat dalam intrepretasi kepariwisataan.

(6)

ABSTRACT

COMMUNITY-BASED TOURISM MODEL

THROUGH ENVIRONMENTAL CONSERVATION APPROACH IN KAMPUNG WISATA CIKIDANG

Kampung Wisata Cikidang has a great potential to be developed both from the socio-cultural condition and from biotic and abiotic physical environment. However the great potential in Cikidang has not been developed optimally. Beside that, the participation of the citizen in Cikidang in managing and developing Kampung Wisata Cikidang is still out of expectation. The reason underlies the recent condition is because the condition of the citizen is still below the average especially in their education background. This study aimed to 1) Analyzing the biotic and abiotic physical condition in Kampung Wisata Cikidang. 2) Identifying the potential of the citizen in Kampung Wisata Cikidang, 3) Analyzing the implementation of Community-Based Tourism based on environmental conservation in Kampung Wisata Cikidang.

This study used sequential explanatory descriptive method. The population in this study were the citizen and the area related to Community-Based Tourism which is based on environmental conservation in Cikidang Tourism Village. While the sample used in this study were 100 respondents from the total of citizen in Cikidang who are leaving in RW 03 and RW 08 of Langensari Village, Kampung Wisata Cikidang.

In formulating the model of Community-Based Tourism which is based on environmental conservation, this study went through these steps, the steps were self-awareness, holding capacity, and independency. Then, the proces was continued to Forum Group Discussion step and was ended by training for the citizen. Based on the result, the writer proposed some recommendations as follow: 1) For the government : a) The effort from the department of tourism was needed in order to involve the poetential of the citizen and to involve the potential of biotic and abiotic condition, b) The development of Kampung Wisata Cikidang by using CBT model which based on environmental conservation could create Lembang as ecotourism area in Bandung Regency, c) The development of Kampung Wisata Cikidang involved private parties and the citizen of Cikidang by using cooperation principle and opened management. 2) For related private parties: Making opened and transparant management scheme for citizen as an effort of responsibility and as a learning media for related citizen in the process of human resource recruitment. 3) For related citizen: The citizen are expected to keep the biotic and abiotic condition in order to keep the ecosystem sustainability of Kampung Wisata Cikidang, beside that the citizen always do the training provided from private parties or government in order to increase the citizen’s ability in tourism interpretation.

(7)

DAFTAR ISI

A. Istilah Kepariwisataan ... 11

B. Pengembangan Pariwisata... 14

C. Desa Wisata ... 17

D. Ekowisata ... 21

E. Agrowisata ... 23

F. Community-Based Tourism ... 25

G. Konservasi Lingkungan ... 28

1. Manfaat Konservasi………... 32

2. Prinsip Konservasi………. 34

H. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Tourism) ... 35

I. Kerangka Pemikiran ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Metode Penelitian ... 40

B. Lokasi Penelitian ... 42

C. Operasionalisasi Variabel ... 44

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 44

1. Populasi ... 44

2. Sampel ... 46

(8)

E. Instrumen Penelitian ... 49

H. Validitas, Reliabilitas dan Hasil Pengujian ... 57

1. Validitas ... 57

2. Reliabilitas ... 58

3. Hasil Pengujian ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Kondisi Umum Kampung Wisata Cikidang ... 63

1. Kondisi Geografis ... 63

2. Luas dan Pembagian Wilayah ... 65

3. Kondisi Penduduk ... 66

4. Sarana dan Prasarana di Desa Langensari... 68

5. Kondisi Sosial Ekonomi ... 71

6. Kondisi Sosial Budaya ... 79

7. Potensi Kampung Wisata Cikidang ... 81

B. Deskriptif Hasil Penelitian Kondisi Fisik Biotik dan Abiotik di Kampung Wisata Cikidang ... 86

1. Lingkungan Biotik ... 87

2. Lingkungan Abiotik ... 89

C. Deskriptif Hasil Penelitian Karakteristik dan Sikap Responden di Kampung Wisata Cikidang ... 92

1. Deskriptif Hasil Penelitian Kondisi dan Karakteristik Responden di Kampung Wisata Cikidang ... 93

2. Deskriptif Hasil Penelitian Sikap Responden Mengenai Kampung Wisata Cikidang ... 99

D. Model Community-Based Tourism Melalui Pendekatan Konservasi Lingkungan ... 117

1. Tahapan Pelaksanaan Model Community-Based Tourism Melalui Pendekatan Konservasi Lingkungan ... 127

2. Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Penerapan Community-Based Tourism ... 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

A. Kesimpulan ... 130

B. Rekomendasi ... 131

(9)

LAMPIRAN ... 137

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries). Pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalam aspek

ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor pariwisata mengkontribusikan devisa dari kunjungan wisatawan mancanegara dan Produk Domestik Bruto (PDB) beserta komponennya (RPJMN 2009-2014 dalam Nugroho 2011: 1). Tidak sedikit wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara datang untuk menikmati daya tarik wisata yang ada di Indonesia. Berikut dapat dilihat data statistik perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia dari tahun 2004-2010.

Tabel 1.1

(11)

Dari data statistik di atas jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2004-2010 yakni sebanyak 40.260.555 jiwa. Sedangkan untuk jumlah rata-rata lama tinggal wisatawan yakni sebanyak 8,70 dan total pendapatan devisa dari tahun 2004-2010 sebesar 40.092,80 juta USD. Dapat disimpulkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan mancanegara pada tahun 2004-2010 mengalami peningkatan, hanya pada tahun 2005-2006 saja yang mengalami penurunan. Selain data statistik kunjungan wisatawan mancanegara, adapun data statistik kunjungan wisatawan nusantara yang memberikan sumbangsih besar dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Berikut data statistiknya.

Tabel 1.2

Sumber : Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia (2011)

(12)

Dari data kunjungan wisatawan di atas cukup membuktikan bahwa sektor pariwisata di Indonesia sudah berkembang dan telah menjadi salah satu alternatif dalam sektor ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan di Indonesia. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Clement, (1959: 35) dalam Yoeti, (2008: 34) bahwa:

“When top government and officials do not understand and support the

development of tourism, the entire economy suffers because useful economic

importance of tourism and support its development jobs can be created, national

income can be increased, foreign exchange position can be srenghthened, tax

revenues can be increased”

Pada dasarnyna Clement mengatakan “Bila pejabat-pejabat pemerintahan tidak mengerti dan tidak mendukung pengembangan pariwisata, maka keseluruhan perekonomian menderita, karena sarana perekonomian akan terbengkalai atau menganggur. Tetapi bila pejabat-pejabat pemerintahan mengerti dan mendukung pengembangan pariwisata, maka akan dapat meningkatkan devisa negara, menciptakan kesempatan berusaha, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, peningkatan dalam penerimaan pajak bagi pihak pemerintah dan memperkuat neraca pembayaran”.

(13)

Sementara itu dalam aspek sosial, pariwisata berperan dalam penyerapan tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi, budaya bangsa dan peningkatan jati diri bangsa. Dalam aspek lingkungan, pariwisata khususnya ekowisata dapat mengangkat produk dan jasa wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, selain itu sebagai alat yang sangat efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional (RPJMN 2009-2014 dalam Nugroho 2011: 1).

Di tengah dinamika sosial ekonomi dunia, ditandai krisis ekonomi dunia, globalisasi dunia yang belum tuntas, kenaikan harga minyak dunia, telah berkembang suatu jenis jasa wisata yang memberi jaminan bagi terciptanya kesejahteraan. Sektor usaha tersebut dikenal dengan ecotourism atau ekowisata. Menurut The International Ecotourism Society atau TIES (1991), ekowisata adalah perjalanan ke wilayah-wilayah alami dalam rangka mengkonservasi atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan penduduk lokal

Indonesia memiliki potensi dan kekayaan alam yang bernilai tinggi dalam pasar industri wisata alam, khususnya ekowisata. Sebagai bentuk wisata yang trend, ekowisata memiliki kekhususan tersendiri yaitu mengedepankan konservasi

(14)

Kelembagaan ekowisata diluar wilayah taman nasional juga dapat dikembangkan. Wilayah tujuan ekowisata tersebut biasanya memiliki karakteristik konservasi yang kuat baik dari aspek sosial maupun lingkungannya. Kearifan, pengalaman, dan nilai-nilai budaya sedemikian menyatu dengan lingkungan untuk mendukung kehidupan ekonomi. Wilayah tujuan ekowisata itu dapat menjadi bagian dari ekosistem pesisir, lautan, hutan atau daratan di sekitar kawasan konservasi, desa atau wilayah yang memiliki nilai-nilai khas yang harus diwariskan untuk generasi mendatang.

Pengembangan ekowisata diluar wilayah taman nasional banyak dikembangkan oleh organisasi masyarakat atau perorangan yang memiliki kompetensi dalam ekowisata. Mereka ini biasanya memiliki pengetahuan ekowisata, informasi pasar, modal dan potensi wilayah tujuan wisata. Baik secara individual maupun membentukan jaringan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau perguruan tinggi, mereka mampu membangun saluran informasi kepada pengunjung melalui berbagai media. Mereka kemudian mendapat sambutan positif penduduk lokal melalui manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan segingga seluruh stakeholder ekowisata bersama-sama bertanggung jawab memastikan sustainability sumber daya ekowisata.

(15)

lingkungan dan budaya sehingga menghasilkan manfaat banyak kepentingan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Pengembangan desa wisata telah banyak dikembangkan oleh organisasi masyarakat atau perorangan yang memiliki kompetensi dalam ekowisata, salah satunya adalah kelompok swadaya masyarakat di Desa Langensari tepatnya Kampung Cikidang yaitu Spinach Management. Spinach Management merupakan unit jasa yang bergerak dalam bidang pariwisata yang menawarkan beberapa konsep untuk group baik perusahaan, sekolah ataupun komunitas yang berencana mengadakan kegiatan outing – gathering dengan fokus kegiatan di sekitar Bandung – Jawa Barat dan Tanjung Lesung – Banten. Berdiri melalui kelompok swadaya masyarakat membuat Spinach Management memiliki kekuatan lebih baik karenakan masyarakat sekitar diajak untuk ikut mengelola Kampung Wisata Cikidang.

Kampung Wisata Cikidang merupakan salah satu desa yang memiliki potensi besar dalam melaksanakan kegiatan kepariwisataan. Kampung Wisata Cikidang terletak di Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Akses menuju pemukiman ini mudah dijangkau, karena berada di jalur Jalan Raya Maribaya, Lembang – Bandung. Dalam perencanaan dan pengembangannya Kampung Wisata Cikidang menggunakan konsep Community-Based Tourism (CBT). Ada tiga kegiatan pariwisata yang dapat mendukung

(16)

Menurut Bank Dunia konsep CBT akan melibatkan pula masyarakat dalam proses pembuatan keputusan khususnya terkait dengan perolehan pendapatan, kesempatan kerja, serta pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya menumbuhkan jati diri dan rasa bangga dari penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan pariwisata. Namun pada kenyataannya, masyarakat setempat yang berada di wilayah Kampung Wisata Cikidang belum diberdayakan secara secara optimal, hal ini disebabkan karena kurangnya tingkat pendidikan masyarakat di Kampung Wisata Cikidang itu sediri. Maka dari itu, pihak pengembang melakukan rekruitmen SDM dari luar karena dianggap lebih kompeten dalam perencanaan dan pengembangan di Kampung Wisata Cikidang.

Dalam perkembangan ekowisata maupun desa wisata aspek sosial dan aspek lingkungan tidak dapat dihindarkan. Dalam aspek sosial bukan hanya mengidentifikasi stakeholder tetapi juga mengorganisirnya sehingga menghasilkan manfaat dan insentif ekonomi yang optimal bagi masing-masing stakeholder. Stakeholder dalam sektor ekowisata meliputi siapapun yang

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sektor ekowisata. Mereka adalah penduduk lokal, pemerintah, kelompok swadaya masyarakat ataupun LSM, sektor swasta, wisatawan, dan pihak lain yang tidak secara langsung terkait dengan ekowisata

(17)

nilai-nilai lingkungan dan implikasi upaya-upaya komprehensif tentang pembiayaan investasi dan pengelolaannya. Sedangkan dampak negatifnya adalah aktifitas-aktifitas selama pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, airport dan sebagainya, hingga sarana pariwisata seperti hotel, restoran, resort, atau lapangan golf. Dampak-dampak tersebut dapat bersifat langsung, gradual atau tidak dapat terdeksi saat sekarang. Secara umum dampak ekowisata akan terjadi ketika aktifitasnya telah melebihi kemampuan daya dukung lingkungan suatu wilayah (Nugroho, 2011: 101).

Adapun kondisi aktual Kampung Wisata Cikidang berkenaan dengan lingkungan yakni sampah, polusi udara, polusi air, polusi suara dan vandalisme masih menjadi permasalahan utama. Hal ini desebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat setempat akan pentingnya dalam menjaga lingkungan atau konservasi. Aktifitas itu mengakibatkan suatu perubahan yang signifikan berupa ancaman potensial misalnya erosi, longsor, berkurangnya fauna, kerusakan aset-aset lingkungan, polusi, dan tersisihnya penduduk lokal.

Maka dari itu, upaya konservasi lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat di lingkungan ekowisata maupun desa wisata sangat diperlukan dan dikembangkan, guna terciptanya sustainable tourism yang berdampak pada perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan kesenjangan sosial. Maka dari itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Model Community-Based Tourism melalui Pendekatan Konservasi Lingkungan di Kampung Wisata

(18)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi fisik biotik dan abiotik di Kampung Wisata Cikidang ?

2. Bagaimana potensi yang dimiliki masyarakat di Kampung Wisata Cikidang ?

3. Bagaimana penerapan Community-Based Tourism berlandaskan pendekatan konservasi lingkungan di Kampung Wisata Cikidang ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis secara umum adalah mewujudkan lingkungan wisata kampung atau ekowisata yang representatif, nyaman, seimbang, dan berwawasan lingkungan. Selain itu adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini yakni :

1. Menganalisis kondisi fisik biotik dan abiotik di Kampung Wisata Cikidang.

2. Mengidentifikasi potensi masyarakat di Kampung Wisata Cikidang. 3. Menganalisis penerapan Community-Based Tourism berlandaskan

pendekatan konservasi lingkungan di Kampung Wisata Cikidang.

D. Manfaat Penelitian

(19)

2. Manfaat yang diperoleh Spinach Management selaku pengelola dan pengembang adalah melalui penelitian ini dapat teridentifikasi potensi, peluang, dan kelemahan yang ada di Kampung Wisata Cikidang. Sehingga diharapkan penulisan ini dapat menjadi salah satu acuan bagi pihak Spinach Manajement dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan ataupun pariwisata berkelanjutan melalui pengembangan Community-Based Tourism yang berlandaskan pada konservasi

lingkungan.

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. (Sugiyino, 2012: 3)

Wardiyanta, (2010: 1) menyampaikan hal serupa mengenai metodologi, yakni kerangka teoritis yang digunakan untuk menganalisis, mengerjakan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian metodologi penelitian adalah cara dan prosedur ilmiah yang diterapkan untuk melaksanakan penelitian, mulai dari menentukan variabel, menentukan populasi, menentukan sampel, mengumpulkan data, mengolah data, dan menyusunnya dalam laporan tertulis.

(21)

membuat deskripsi atau suatu fenomena sosial atau alam secara secara sistematis, faktual dan akurat (Wardiyanta, 2010: 5). Kemudian pendapat serupa menurut Zuriah, (2009: 47) mengenai penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis.

Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kombinasi (mixed methods) dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada

(22)

memperlemah dan menggurkan data kuantitatif yang telah diperoleh pada tahap awal. (Sugiyono, 2012: 499)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampung Wisata Cikidang yang terletak di Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Jarak dari Kota Bandung menuju Desa Langensari Kampung Wisata Cikidang yakni + 20 kilo meter, sedangkan dari pusat Kecamatan Lembang adalah tiga kilo meter. Akses menuju lokasi cukup mudah yakni dapat menggunakan kendaraan pribadi maupun umum seperti angkot, andong, dan ojek. Secara geografis Desa Langensari Kampung Cikidang berbatasan dengan:

1. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cibodas 2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pagerwangi 3. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Cikole

(23)

Gambar 3.1 Peta Desa Langensari

(24)

C. Operasionalisasi Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berikut operasionalisasi variabel penelitian yang dirumuskan ke dalam bentuk tabel.

Tabel 3.1

Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel Sub

Variabel Dimensi Indikator

CBT Masyarakat a. Mengakui, mendukung dan mengembangkan kepemilikan komunitas dalam industri pariwisata

a.Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat akan berdampak positif di

Kampung Wisata Wisata Cikidang berbasis konservasi lingkungan c. Mengembangkan kualitas

hidup komunitas

c.Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di

Kampung Wisata

Cikidang akan membuka lapangan pekerjaan baru perlu dipetahankan dan dilestarikan untuk pertukaran budaya pada komunitas

e.Pengadaan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat dapat menciptakan sumber daya manusia yang kompeten dibidang pariwisata

(25)

keuntungan secara adil

kepada anggota

komunitas

dijadikan rumah inap (home stay) di Kampung

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

(26)

Adapun definisi lain dari populasi menurut Wardiyanta (2011: 20) yaitu jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Dalam setiap penelitian, populasi harus desebutkan secara eksplisit, terkait dengan besarnya anggota populasi dan wilayah penelitian. Hal ini juga untuk menjaga obyektivitas dan akuntabilitas data yang dikumpulkan. Jika populasinya banyak maka perlu mengambil sebagian saja untuk dijadikan sampel. Untuk itu, peneliti perlu memahami teknik pengambilan sampel supaya data yang diambil tetap representatif, meskipun tidak secara keseluruhan.

Dari beberapa definisi tersebut maka populasi yang akan diteliti adalah masyarakat dan wilayah yang terkait dengan Community-Based Tourism berbasis konservasi lingkungan di Desa Langensari Kampung Wisata Cikidang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. (Sugiyono, 2012: 120)

(27)

a. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.

b. Peneliti bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepeniliannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.

Mengutip dari pendapat Gay Sumanto (1990) dalam Wardiyanta (2011: 21) menyatakan bahwa jumlah sampel terkecil atau batas minimal jumlah yang dapat diterima tergantung pada jenis penelitian. Penelitian deskriptif mensyaratkan batas minimal sampel 10% dari populasi, penelitian korelasi batas minimalnya adalah 30 subjek penelitian dan penelitian eksperimen batas minimalnya adalah 50 subyek per kelompok.

Berdasarkan data monografi kelurahan Langensari tahun 2011 tercatat Desa Langesari Kampung Wisata Cikidang memiliki populasi sebanyak 12.781 jiwa. Peneliti menggunakan rumus Slovin dalam Tatang (2011) untuk menghitung banyaknya sampel yang dijadikan sebagai responden.

) 1 ( ne2

N n

 

Keterangan :

n = Number of Sample (Jumlah sampel)

(28)

E = Error Tolerance (Toleransi terjadinya galat atau ketidaktelitian, karena

taraf signifikansi atau kesalahan).

n

= 12.781 1+1946 x 10%

n

= 12.781 1+12.781 x (0,01)

n

= 12.781 127.82 n = 99,99

Sampel dibulatkan menjadi 100 responden. Maka sampel yang diambil yaitu seluruh masyarakat dan wilayah yang tinggal di RW 03 dan RW 08 Kelurahan Langensari Kampung Wisata Cikidang, karena masyarakat dan wilayahnya terkait langsung dengan Community-Based Tourism berupa home stay, agrowisata dan ekowisata.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling menurut Sugiyono (2012: 121) merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk mendapatkan sampel representatif, maka dapat diupayakan subjek dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi unsur sampel.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dan insidental sampling. Purposive sampling merupakan teknik

(29)

kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/ situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2012: 301). Sedangkan Insidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan (insidental) bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. (Sugiyono, 2012: 126)

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985 dalam Sugiyono, 2012: 147)

Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan isntrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena alam ini disebut variabel penelitian. (Sugiyono, 2012: 147)

(30)

menggunakan metode kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Kemudian data kuesioner diolah menggunakan skala Likert dalam mengukur persepsi masyarakat yang ada di Kampung Wisata Cikidang. Menurut Sugiyono (2012: 136), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa penyataan atau pertanyaan.

Dalam penelitian ini ditentukan setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Instrumen penelitian dengan menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2012: 137). Seperti keterangan sebagai

berikut.

Tabel 3.2

Skala dalam Bentuk Checklist

No Pernyataan Jawaban

SS ST RG TS STS

1 Masyarakat terlibat langsung dalam pengembangan Kampung Wisata Cikidang

2

……….

Keterangan :

SS = Sangat setuju diberi skor 5

ST = Setuju diberi skor 4

(31)

TS = Ridak setuju diberi skor 2

TS = Tidak setuju diberi skor 1

Sedangkan skala Likert yang dibentuk kedalam pilihan ganda yakni sebagai berikut.

Pernyataan: “Masyarakat terlibat langsung dalam pengembangan Kampung Wisata Cikidang

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

Sumber : Sugiyono, (2012: 139)

F. Definisi Operasional

Definisi operasional sangat penting dalam sebuah penelitian. Dengan definisi operasional, peneliti akan dapat mengetahui bagaimana pengukuran suatu variabel dilaksanakan. Selain itu, definisi operasional dapat juga digunakan untuk mengetahui baik-buruknya suatu pengukuran. Definisi operasional juga dapat digunakan sebagai panduan bagi pembaca supaya mempunyai pemahan yang sama dengan yang dimaksud oleh peneliti terhadap suatu konsep yang digunakan dalam penelitian. (Wardiyanta, 2010: 14)

(32)

1. Potensi wisata merupakan potensi suatu wilayah baik itu potensi fisik maupun potensi sosial budaya, aksesbilitas dan keberadaan fasilitas untuk dikembangkan menjadi suatu daerah tujuan wisata. (Yoeti, 2008 : 80)

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-undang No 10, 2009)

3. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. (Undang-undang No 10, 2009)

4. Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar, yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri, meliputi tempat tinggal orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami di mana ia memperoleh pekerjaan tetap. (Undang-undang No 10, 2009)

5. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multi dimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan wisatwan setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. (Undang-undang No 10, 2009)

(33)

kesejahteraan penduduk lokal serta upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan. (Nugroho, 2011: 17)

7. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. (UU No 9, 1990) 8. Community-Based Tourism (CBT) merupakan konsep usaha ekowisata yang

dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata. (Nugroho,2011: 5)

Adapun definisi lain menurut Garrod (2001 : 4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan formal sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata. Pendekatan kedua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang dan perencanaan terkendali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam dampak pembangunan ekowisata maupun desa wisata.

(34)

konservasi lingkungan. Dengan kata lain CBT merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

9. Konservasi adalah suatu usaha pengelolaan dalam memanfaatkan sumberdaya alam sehingga dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya secara berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini dan generasi yang akan datang. (Widodo. B, 2010)

10. Konservasi Lingkungan adalah usaha pelestarian pada suatu habitat atau tempat tinggal dalam upaya menjaga keseimbangan ekosistemnya seperti pertanian, pedesaan, perkotaan sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejateraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. (Nugroho, 2011: 121)

11. Desa Wisata atau Kampung Wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. (Nuryanti, 1993)

G.Teknik Pengumpulan Data

(35)

mempengaruhi pembangunan Kampung Wisata Cikidang. Beberapa teknik penggalian data yang digunakan sekaligus dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data Primer merupakan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni yang asli, informasi dari tangan pertama atau dari responden. (Wardiyanta, 2010: 28) Berikut teknik pengumpulan data primer yang dilakukan oleh peneliti :

a. Metode Observasi

Menurut S. Margono (1997: 158) dalam Zuriah, (2009: 173) observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Peneliti secara aktual meninjau langsung objek penelitian dan melakukan pengamatan secara sistematis di Kampung Wisata Cikidang.

b. Wawancara

Wanwancara atau interview menurut Black dan Champion dalam Zuriah (2009: 179) adalah teknik penelitian yang paling sosiologis dari semula teknik penelitian sosial. Hal ini dikarenakan bentuknya yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti dengan responden. Wawancara ialah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama wawancara adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviwee). Penelitipun melakukan

(36)

satu orang tokoh masyarakat setempat, satu orang ketua kelompok tani, satu orang perangkat desa atau kelurahan, dua orang swasta event organizer, dan satu orang pejabat pemerintah.

c. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden yang dijawabnya (Sugiyono, 2012: 192). Sedangkan menurut Sugiyono (2011: 192) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner ini dibagikan kepada masyarakat yang berada di wilayah Kampung Wisata Cikidang.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari responden, tetapi dari pihak ketiga. (Wardiyanta, 2010:28) Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kepustakaan dan dokumentasi (library research and documentation), yaitu mengali berbagai bab kepustakaan serta

mempelajari dokumen-dokumen yang relevan yang berasal dari perpustakaan, profil Kelurahan Langensari Kampung Wisata Cikidang, Jurnal-jurnal pariwisata terkait dan catatan materi perkuliahan Manajemen Resort and Leisure.

(37)

Teknik pengolahan data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan teknik induktif, yaitu dari fakta dan peristiwa yang diketahui secara konkrit, kemudian digeneralisasikan kedalam suatu kesimpulan yang bersifat umum yang didasarkan atas fakta-fakta yan empiris tentang lokasi penelitian. Moelong (2000) mengatakan, bahwa dengan menggunakan analisis secara induktif, berarti pencarian data bukan dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan sebelum penelitian dilakukan. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan metode kuantitaitf.

a. Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis ini dipergunakan disamping untuk mengetahui potensi sumber daya biotik dan abiotik di Kampung Wisata Cikidang, juga untuk merumuskan model pembangunan Community-Based Tourism berbasis konservasi lingkungan yang sesuai dengan kondisi Kecamatan Lembang. b. Metode Kuantitatif

Analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif. Tujuannya adalah untuk mengetahui deskriptif pendapat masyarakat terhadap pengembangan Kampung Wisata Cikidang yang ditabulasikan pada tabel frekuensi dan pictogram. Penggunaan tabel dan pictogram ini dilakukan untuk dapat memberikan penilaian terhadap jawaban responden, yang kemudian diukur menggunakan skala Likert.

H. Validitas, Reliabilitas dan Hasil Pengujian

(38)

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai valditas yang tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang berarti memiliki validitas rendah. (Suharsimi Arikunto, 2002: 145)

Tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruk yang menentukan validitas dengan cara mengkorelasikan antar skor yang diperoleh dari masing-masing item berupa pertanyaan dengan skor totalnya. Skor total ni merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan semua skor item. Korelasi antar skor item dengan skor totalnya harus signifikan. Berdasarkan ukuran statistik, bila ternyata skor semua item yang disusun berdasarkan dimensi konsep korelasi dengan skor totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut mempunyai validitas.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik, instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Reliabilitas adalah menunjukan suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjukan tingkat keterhandalan tertentu. (Suharsimi Arikunto, 2002: 145)

3. Hasil Pengujian

(39)

Dalam menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts). Setelah pengujian dari ahli dan berdasarkan pengalaman

empiris dilapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. (Sugiyono, 2012: 173)

Variabel yang di uji pada penelitian ini adalah Community-Based Toursim dan konservasi lingkungan. Selanjutnya variabel pertama dikembangkan menjadi lima pernyataan dan variabel kedua dikembangkan menjadi enam pernyataan. Instrument yang terdiri dari 11 pernyataan tersebut selanjutnya diberikan kepada 30 masyarakat sebagai responden untuk menjawabnya (dalam praktiknya menggunakkan 100 responden).

Dalam pengolahan instrumen, pengujian validitas konstruk menggunakan bantuan Microsoft excel. Kriterianya yaitu suatu instrumen valid jika nilai

korelasinya adalah “positif” dan “lebih besar atau sama dengan r tabel”. Hasil

pengujian validitas ditabulasikan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Tabulasi Data Hasil Uji Validitas

Korelasi Antara

Nilai Korelasi

Nilai r Tabel

(n=30,α=5%) Keterangan Kesimpulan

(40)

Item No. 9 0.574 r positif, r > r tabel Valid Item No. 10 0.703 r positif, r > r tabel Valid Item No. 11 0.621 r positif, r > r tabel Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012

Pengujian validitas instrumen ini dilakukan terhadap 30 responden dengan nilai r Tabel (n=30,α=5%), maka didapat nilai r tabel sebesar 0.361. Dengan demikian dapat diketahui bahwa setelah dilakukan uji validitas terdapat 1 item yang dihapus yaitu item no 3 karena tidak memenuhi tolak ukur sehingga total item pernyataan yang valid adalah 10 item.

b. Hasil Pengujian Reliabilitas

Pengujian reliabilitas insrtrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik belah dua (split half). Kemudian butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok yaitu kelompok ganjil dan kelompok genap. Dari pengujian validitas, item yang valid adalah item nomor 1,2,4,5,6,7,8,910 dan 11. Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item yang valid. Item yang tidak valid tidak libatkan dalam pengujian reliabilitas.

(41)

12 4 3 4 5 5 21 4 5 5 5 5 24

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012

Menurut Imam Ghozali, (2002: 133) instrumen memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0.60. Instrumen yang valid dianalisis dengan menggunakan rumus Spearman Brown, yaitu:

R = 2r 1 + r = 2 x 0.612 1 + 0.612 = 0.759

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kampung Wisata Cikidang yang berada di Desa Langensari Kecamatan Lembang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, baik dari kondisi sosial budaya maupun kondisi lingkungan fisik biotik dan abiotik. Namun potensi yang tinggi tersebut masih belum dikembangkan secara optimal. Tingkat partisipasi total masyarakat sekitar Kampung Wisata Cikidang cenderung masih rendah, karena disebabkan oleh kurangnya kontribusi nyata dari kegiatan wisata tersebut pada masyarakat, kurangnya pembinaan dari instansi terkait untuk menciptakan kemandirian dan profesionalisme pengelola sekarang, dan rendahnya tingkat pendidikan di Kampung Wisata Cikidang itu sendiri.

(43)

Dengan banyaknya keanekaragaman potensi yang dimiliki Kampung Wisata Cikidang, diharapkan dapat dikembangkan menjadi desa wisata ideal yang pro terhadap masyarakat setempat serta memperhatikan lingkungan. Pengembangan Kampung Wisata Cikidang disini yaitu dengan menerapkan model Community-Based Tourism melalui pendekatan konservasi lingkungan dengan mengolah sumber daya

alam baik unsur biotik maupun abiotik dengan melibatkan masyarakat setempat.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat direkomendasikan beberapa hal kepada seluruh stakeholders dalam upaya menerapkan model Community-Based Tourism berlandaskan konservasi lingkungan di Kampung Wisata Cikidang, sebagai berikut:

Bagi Pihak Pemerintah

Beberapa rekomendasi bagi Pemerintah setempat antara lain:

1. Perlu adanya upaya dari Dinas Pariwisata Kecamatan Lembang untuk menggali kembali potensi fisik biotik maupun abiotik secara detail, karena masih banyak potensi-potensi yang belum teridentifikasi seperti penangkaran buaya, budidaya jeruk dan budidaya strawberi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata di Kampung Wisata Cikidang.

(44)

sebagai wilayah agrowisata di Kabupaten Bandung, karena tersedianya lahan pertanian dan letak yang strategis berdekatan dengan obyek-obyek wisata di dataran Lembang.

3. Pengelolaan pengembangan Kampung Wisata Cikidang melibatkan pihak swasta dan masyarakat, memegang azas gotong royong, dan manajemen terbuka.

Bagi Pihak Swasta Terkait

1. Masyarakat setempat dan sekitarnya sebagian besar berfrofesi sebagai petani, sebagai pelopor pengembang Kampung Wisata Cikidang soyogyanya tidak perlu lagi mendatangkan tenaga kerja pertanian dari luar kota. Masyarakat setempat dapat dibina sebagai plasma pengembang budidaya agro.

2. Pengembangan potensi Kampung Wisata Cikidang sebaiknya dilaksankan oleh masyarakat. Pihak swasta dan pemerintah sebaiknya bertindak sebagai fasilitator dan motivator agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Sehingga menumbuhkan sikap masyarakat yang mandiri dalam pengembangan dan pengelolaan Kampung Wisata Cikidang itu sendiri.

3. Membuat skema manajemen yang terbuka dan transparan kepada masyarakat sebagai upaya tanggung jawab dan pembelajaran bagi masyarakat setempat. 4. Melakukan rekruitmen sumber daya manusia yang berasal dari masyarakat

(45)

itu sendiri, setelah itu melakukan pelatihan, pendidikan dan monitoring terhadap kelangsungan pengembangan Kampung Wisata Cikidang.

Bagi Masyarakat

1. Seyogyanya masyarakat tidak menolak upaya pengembangan Kampung Wisata Cikidang berbasis CBT berlandaskan lingkungan, karena akan banyak menyerap tenaga kerja dari penduduk setempat dan menjadikan profesi sampingan dibidang kepariwisataan.

2. Masyarakat setempat dapat mengembangkan sendiri budidaya agro di atas lahannya sendiri sebagaimana obyek agrowisata petik buah strawbery yang berkembang di Desa Ciwidey Kabupaten Bandung.

3. Seyogyanya masyarakat setempat selalu menjaga lingkungan fisik biotik dan abiotik guna menjaga kelestarian ekosistem di Kampung Wisata Cikidang. 4. Masyarakat senantiasa melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang

(46)

DAFTAR LITERATUR

1. Sumber Tertulis (Buku dan Jurnal)

Alifiandi, Muharmiati, Rizqini, Sitinjak (2010) Pengelolaan Ekowisata Oleh Spinach Management. Laporan Praktikum pada Program Studi Keahlian Ekowisata IPB: Tidak diterbitkan

Ambar Teguh Sulistiyani & Rosidah, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Konsep dan Pengembangan Dalam Konteks OrganisasiPublik, PT. Graha Ilmu: Jakarta.

Garod, Brian (2001) Local Participation in the Planning and Management of Ecotourism: Revised Model Approach, Laporan Penelitian, Bristol: University of the West England: Tidak diterbitkan

Istamar Syamsuri, Mpd, Drs, dkk, 2004. Biologi kelas X. Penerbit Erlangga. Jakarta

Karim, Agus (2011) Profil Desa Langensari Kecamatan Lembang Bandung Barat. Bandung: Tidak diterbitkan.

Nugroho, Iwan (2011) Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nurhidyati, E. Sri (2007) Community Based Tourism Sebagai Pendekatan Pembangunan berkelanjutan. Surabaya: Tidak diterbitkan

Riduwan, (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta

Siahaan, (2007) Hutan, Lingkungan dan Paradigma Pembangunan. Jakarta: Pancuran Alam Jakarta

Suansri, Poetjana (2003) Community Based Tourism Handbook. Thailand: REST Project

Soegoto, S. Eddy (2008) Marketing Research. Jakarta: Elex Media Komputindo Kompas Gramedia

(47)

Sastrayudha, Gumelar (2010) Handout Desa Wisata. Bandung: Tidak diterbitkan Undang-undang No. 10 Tahun 2009. Kepariwisataan. Jakarta: Departemen

Pariwisata dan Budaya Republik Indonesia

Wardiyanta, (2010). Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset Yoeti, A. Oka (2006). A. Pariwisata Budaya. Jakarta: Pradnya Paramitha

Yoeti, A. Oka (2006). B. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramitha

Yoeti, A. Oka (1996) C. Anatomi Pariwisata. Bandung: Angkasa

Zuriah, Nurul (2009) Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

2. Internet:

Brontowiyono. Widodo (2010) Konservasi Lingkungan [Online]. Tersedia: http://psl.uii.ac.id/karya-tulis/artikel/konservasi-lingkungan.html [5 Juni 2010]

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia (2011) Statistik Kunjungan Wisata [Online]. Tersedia: http://www.budpar.go.id/page.php?ic=521&id=1154 [30-Nop-2011]

Triyono. (2010) Pengertian Lingkungan [Online]. Tersedia: http://slamet-triyono.blogspot.com/2010/02/pengertian-lingkungan.html [2 Februari 2010]

Yatmoko. Susilo (2011) Pengertian Konservasi [Online]. Tersedia: http://susilofy.wordpress.com/2011/02/18/pengertian-konservasi/#comment-106 [18 Februari 2011]

3. Wawancara

Agus Zaenudin, 40 tahun, Sekertaris Desa Langensari Kecamatan Lembnag, Tanggal 15 September 2012

Entis Sutisna, 52 tahun, Tokoh Masyarakat & Ketua RW 03 Kampung Wisata Cikidang Kelurahan Langensari, Tanggal 21 agustus 2012

(48)

Gambar

Tabel 1.1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Tabel 1.2 Statistik Kunjungan Wisatawan Nusantara
Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Penelitian
Tabel 3.2 Skala dalam Bentuk Checklist
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan pada masing-masing unit kegiatan kerja dalam pembuatan Dished End , maka diperoleh waktu standard sebagai berikut : waktu standard unit Forklift I,

Sedangkan, hasil penelitian pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di SGX tahun 2015 adalah variabel leverage, profitabilitas, kepemilikan asing dan kepemilikan

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat disain antarmuka,

Dana BOS yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan untuk.. membiayai komponen

Selanjutnya untuk bukaan Katup penutup tergantung berapa inputan arus yang masuk kedalam positioner tersebut , seperti terdapat pada data Sheet pada bab 3 untuk

Namun, mengingat masih melekatnya budaya patriarki dan juga adat ataupun kebiasaan yang sudah mengakar pada masyarakat Indonesia ditambah dengan kurangnya pemahaman

Menyetujui dan mengesahkan Laporan Keuangan Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019, serta memberikan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya (acquit et

Adapun permasalahan yang dikaji adalah : (1) Bagaimanakah merancang Storybook app Cerita RakyatTelaga Warna Wonosobo Untuk Anak Usia Di Bawah Tujuh Tahun untuk