• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Fisika ( 32 Files )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Pembelajaran Fisika ( 32 Files )"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan

E-Scaffolding

Berbasis Pembelajaran Hibrid Untuk

Menumbuhkan Kompetensi Fisika

PURBOSUWASONO, SUPRIYONOKOESH.

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. E-mail: purbo.suwasono.fmipa@um.ac.id

ABSTRAK: Penelitian yang dilakukan di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang, digunakan untuk mengetahui seberapa besar kegunaan ZPD (zone of proximal development) mahasiswa calon guru. Penelitian tersebut didasari oleh kenyataan bahwa masih banyak dosen yang menggunakan ceramah dalam proses belajar mengajarnya. Dampaknya, prestasi mahasiswa setelah menempuh matakuliah setelah Fisika Dasar, prestasinya rendah. Prestasi mahasiswa yang rendah tersebut ditengarahi kurangnya pengetahuan pengampu matakuliah akan penyebab rendahnya hasil belajar tersebut. Penelitian yang dilakukan di UM, UNESA dan UNEJ tersebut tidak hanya menggunakan instrumen berupa tes saja, tetapi juga wawancara kepada pengampu matakuliah Fisika Dasar dan mahasiswa penempuh Matakuliah Fisika Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang tidak pernah mendapatkan bantuan mendapatkan rerata 40,3 yang tergolong skor rendah, sedangkan mahasiswa yang selalu mendapatkan bantuan mendapatkan skor 80,5 yang tergolong skor tinggi. Pemetakan ZPD juga bisa digunakan untuk memetakan jenis bantuan apa yang harus diberikan kepada kelas tertentu secara spesifik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, setiap pembelajaran, harus diawali dengan penerapan tes dan wawancara untuk mengetahui rentang ZPD pada kelas tersebut.

PENDAHULUAN

Sesuai dengan karakteristik fisika, pembelajaran fisika seyogyanya melibatkan pengamatan gejala, pengkuantifikasian pengamatan, dan pensintesisan hasilnya menjadi teori (Williams, 1999). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, mahasiswa fisika diharapkan belajar fisika tidak hanya pada aspek deskriptif atau konseptualnya tetapi juga pada aspek-aspek prediktif, pemecahan masalah, dan logika penalarannya. Karena belajar berpikir logis dan kritis itu sulit, banyak mahasiswa mencoba menghafal konsep-konsep dan rumus-rumus. Hammer (1994) melaporkan bahwa banyak mahasiswa belajar fisika melalui menghafal karena mereka memiliki konsep fisika yang naif. Rumus-rumus dan persamaan-persamaan merupakan hal penting dalam fisika karena kuantitas fisik harus dihitung dengan menggunakannya. Namun, jika mahasiswa tidak dapat memahami makna fisika di balik rumus itu, mereka biasanya tidak akan mampu memecahkan masalah fisika. Saul et al. (2000) menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang mengambil matakuliah Fisika Dasar yang diselenggarakan melalui ceramah dan kegiatan laboratorium tradisional mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain: 1) pemahaman yang lemah terhadap konsep-konsep fisika dasar, 2) ketidakmampuan untuk menerapkan apa yang mereka ketahui ke dalam situasi baru, 3) keyakinan bahwa fisika hanya sekedar kumpulan persamaan dan prosedur. Tobias (1990) melaporkan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi jelek dalam Fisika Dasar adalah tidak bodoh, tetapi mereka hanya berbeda . Oleh sebab itu, penting bagi dosen fisika untuk memahami pengetahuan awal dan pengalaman yang dibawa mahasiswa ke dalam matakuliah Fisika Dasar dan bagaimana mereka menanggapi perkuliahan (Bao dan Redish, 2001).

(2)

pendampingan semacam ini membantu mahasiswa dalam menggunakan keterampilannya secara bertahap sehingga dapat mengurai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan tugas. Secara esensi, pendampingan kognitif merupakan penggunaan model pendampingan untuk membantu belajar dalam ranah kognitif (Dennen, 2004). Bantuan semacam ini sesuai dengan karakteristik matakuliah Fisika Dasar pada khususnya dan matakuliah fisika pada umumnya. Masalahnya, perlu adanya penegasan tentang adanya instrument dan pelengkap lainnya, yang digunakan untuk mengetahui rentang ZPD mahasiswa calon guru.

Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah 1) Ditemukannya rentang ZPD kompetensi Fisika calon guru SMA, 2) Dideskripsikan pemagnaan ZPD mahasiswa.

Kajian Pustaka

Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan konsep yang terkenal dalam psikologi sosiokultural Vygotsky. Awalnya, konsep ini diurai untuk kepentingan tes psikologi di sekolah (Vygotsky, 1962). Vygotsky menyatakan bahwa pengujian harus didasarkan tidak hanya pada tingkat hasil anak saat ini, tetapi juga (terutama) pada perkembangan potensial anak. Tingkat perkembangan aktual (tingkat kinerja independen) tidak cukup memerikan perkembangan. Melainkan, hal itu menunjukkan apa yang telah berkembang atau diperoleh, sehingga itu merupakan perkembangan kemarin . Tingkat kinerja yang dibangkitkan melalui bantuan menunjukkan apa yang dapat capai seseorang di kemudian hari (Vygotsky, 1978). Vygotsky (1978) mendefinisikan konsep, zona perkembangan proksimal (ZPD = the zone of proximal development) sebagai ... jarak antara tingkat perkembangan aktual sebagai ditentukan oleh pemecahan masalah mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang ditentukan melalui pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau kolaborasi dengan sebayanya yang lebih mahir . Jadi, zone of proximal development adalah jarak antara apa yang seseorang dapat kerjakan dengan dan tanpa bantuan. Istilah proximal menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan sedikit di atas kompetensi pebelajar saat ini melengkapi dan membangun kemampuan mereka yang ada (Cole dan Cole, 2001).

Konsep ZPD dapat dipahami secara penuh hanya dalam konteks dan sebagai bagian dari teori keseluruhan Vygotsky. Yaroshevky (1989) menyatakan bahwa gagasan ZPD memanifestasikan posisi Vygotsky pada isu keterkaitan antara pendidikan dan perkembangan. Untuk sampai pada posisi ini, Vygotsky harus mengatasi dua jenis reduksionisme secara biologis, yang merupakan kedewasaan normal dari otak secara fisik, dan secara sosiologi, penyesuaian oleh anak terhadap kekayaan budaya masyarakat (bahasa dll.) melalui dorongan orang dewasa. Dalam wilayah kedua tersebut Vygotsky menempatkan ZPDnya melalui argumentasi bahwa daripada pendidikan ditarik dibelakang perkembangan sosiologis, pendidikan harus diantisipasi pendidikan harus lari di depan begitu orang dewasa membantu anak untuk mendaki langkah berikutnya (Yaroshevsky, 1989). Vygotsky mengingatkan bahwa jarak antara kemampuan mengerjakan sesuatu secara independen dan kemampuan mengerjakan dengan bantuan orang lain menunjukkan tingkat-tingkat perkembangan, yang tidak selalu sama pada semua orang. Dalam hal ini pengajar dalam membelajarkan siswa tidak hanya sebagai sumber informasi yang harus diasimilasi siswa tetapi berperan sebagai tuas untuk pemikiran siswa, yakni menggeser dari satu tingkat ke tingkat berikutnya (Yaroshevsky, 1989).

(3)

Pada tiga dekade terakhir terdapat sejumlah publikasi yang signifikan yang telah mengembangkan pemahaman teoretis tentang ZPD dalam kaitannya dengan pembelajaran (Chaiklin, 2003; Cole, 1997; Tharp dan Gallimore, 1998; Tudge, 1992; Wells, 1999; Wertsch, 1998).

Vygotsky menyatakan bahwa kesadaran dikonstruksi melalui interaksi subjek dengan dunia. Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dan kulturalnya. Hal ini mengarah pada gagasan bahwa kita dapat hanya memahami proses mental jika kita memahami interaksi sosial dan alat-alat serta sinyal-sinyal yang menjadi medianya. Wertsch (1985) meyakini bahwa dengan konsep mediasi ini, Vygotsky membuat kontribusi penting dan unik terhadap pemahaman kita tentang perkembangan anak.

Menurut Vygotsky, bagian terpenting dari perkembangan psikologi anak adalah akuisisi budaya yang dimilikinya. Segala sesuatu yang dihasilkan dan diciptakan orang dalam budaya, yakni semua produk budaya, dilabeli sebagai artefak dan melalui artefak ini budaya mempengaruhi perkembangan. Termasuk di dalamnya adalah semua hal yang kita gunakan, dari hal sederhana seperti pena, sendok, atau meja, sampai dengan hal yang lebih kompleks seperti bahasa, tradisi, keyakinan, seni, atau ilmu pengetahuan (Cole, 1997; Vygotsky, 1982).

Vygotsky menekankan bahwa interaksi-interaksi sosial penting bagi perkembangan kehidupan anak sejak dini. Ia menyatakan bahwa dalam perkembangannya fungsi mental yang lebih tinggi perlu melewati tingkat sosial eksternal dahulu sebelum menjadi internal (terinternalisasi), sehingga benar-benar sebagai fungsi mental (Vygotsky, 1962). Peran mediasi sosial dalam aktivitas manusia telah ditekankan oleh Engestrom (1996).

Inti konsep mediasi adalah intersubjektivitas, seperti yang diperikan oleh Wertsch (1985, 1998). Hal ini menunjukkan terjadinya pemantapan dari pemahaman bersama antara anak dan orang dewasa (Dixon-Krauss, 1996). Intersubjektivitas merupakan tahapan esensial dalam proses internalisasi, dimana orang dewasa secara bertahap mengurangi bantuan dan mentransfer tanggung jawab kepada anak.

Dengan demikian, untuk memahami kompleksitas ZPD, kita perlu memperhitungkan konsep semacam mediasi alat, mediasi sosial dari belajar, internalisasi, intersubjektivitas, dan posisi aktif anak dalam belajar. Ketika kita berbicara tentang bekerja dalam zone of proximal development, kita mengajukan cara bagaimana kinerja anak dimediasi secara sosial, yakni bagaimana pemahaman bersama atau intersubjektivitas telah dicapai. Hal ini termasuk penggunaan alat-alat oleh pendidik untuk mencapai dan menemukan tingkat pemahaman anak dan kemudian mengarahkan anak dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, tingkat mediasi kultural dari perkembangan. Hal ini mengarah pada gagasan mediasi alat, yakni sebuah pertimbangan untuk penyediaan alat kultural bagi siswa agar mereka secara berangsur-angsur mampu menampilkan kinerja independen mereka. Dengan kata lain, teknik yang digunakan akan mampu menyakinkan bahwa terjadi transformasi dari kinerja yang dibantu ke arah kinerja independen.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Dirancang seperti ini karena penelitian ini bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, rinci, dan akurat tentang: (1) rentang ZPD kompetensi Fisika calon guru SMA, (2) Dideskripsikan pemagnaan ZPD mahasiswa calon guru.

(4)

akan dijadikan masukan dalam mendeskripsikan pemagnaan ZPD mahasiswa calon guru. Variabel penelitian yang akan dikaji adalah rentang ZPD kompetensi Fisika calon guru SMA.

Populasi penelitian tahap pertama ini adalah dosen Fisika Dasar dan mahasiswa di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Jumlah dosen dan mahasiswa sangat besar. Oleh sebab itu, dilakukan pencuplikan baik dosen Fisika maupun mahasiswa dengan menggunakan teknik multistages proportional area cluster random sampling. Para dosen dan mahasiswa yang kelasnya terpilih secara acak (random), secara otomatis menjadi sampel penelitian ini. Berdasarkan cara tersebut, sampel dosen diperoleh sebanyak 3 orang dan sampel mahasiswa sebanyak 75 mahasiswa.

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes, inventori, dan pedoman wawancara. Langkah yang ditempuh dalam penyusunan inventori, tes, dan pedoman wawancara tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, melakukan penjabaran variabel utama dalam penelitian ini, yakni rentang ZPD kompetensi Fisika calon guru SMA. Penjabaran variabel ini dituangkan dalam bentuk subvariabel dan indikatornya. Kedua, dari indikator-indikator tersebut kemudian disusun kisi-kisi atau tabel spesifikasi instrumen. Ketiga, melaksanakan penyusunan butir-butir pertanyaan/pernyataan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Keempat, melakukan telaah butir pertanyaan/pernyataan. Telaah ini dilakukan oleh sejumlah tim yang didalamnya paling sedikit melibatkan tiga pihak, yaitu ahli pengukuran, ahli metodologi penelitian, dan ahli pembelajaran Fisika. Telaah instrumen ini bertujuan untuk mengetahui ketepatannya ditinjau dari aspek substantif dan teknis administratif. Kelima melaksanakan ujicoba instrumen dengan tujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Keenam, melakukan penyempurnaan instrumen.

Prosedur yang digunakan untuk mengembangkan pedoman wawancara lebih ringkas dibandingkan dengan penyusunan instrumen di atas. Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan pokok tentang kesulitan-kesulitan mahasiswa dalam pembelajaran Fisika Dasar. Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, pedoman ini diujicobakan kepada beberapa dosen fisika untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya sehingga peneliti dapat menata, mengubah, dan mengembangkannya untuk kesempurnaan pedoman tersebut.

Ada tiga metode pengumpulan data yang akan digunakan, inventori, tes, dan wawancara mendalam. Pengisian inventori oleh para mahasiswa dan tes akan dilakukan dengan cara mengumpulkan mereka di Laboratorium Fisika Dasar. Pada saat pengisian inventori dan tes ini para mahasiswa akan didampingi oleh peneliti. Dengan cara ini diharapkan tingkat kesalahan pengisian dapat ditekan sekecil mungkin dan kelengkapan jawaban dapat dioptimalkan. Selain itu, persentase pengembalian inventori dapat ditingkatkan.

Wawancara mendalam akan dilakukan kepada 3 dosen fisika dan mahasiswa di Jurusan Fisika FMIPA UM. Wawancara akan dilakukan beberapa kali secara informal di Laboratorium Fisika Dasar. Dengan cara ini diharapkan informasi yang diperoleh menjadi lebih kaya dan mendalam.

Berdasarkan data yang dikumpulkan maka ada dua teknik analisis data yang akan digunakan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Teknik analisis kuantitatif yang akan digunakan adalah analisis deskriptif seperti persentase, rerata, dan modus. Adapun teknik analisis kualitatif yang akan diterapkan adalah analisis domain dan analisis taksonomi.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sudah dilakukan penelitian di Jurusan Fisika FMIPA UM bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, rinci, dan akurat tentang rentang ZPD kompetensi Fisika calon guru SMA di Jurusan Fisika FMIPA UM. Survei dan wawancara mendalam dilakukan dengan mengamati pembelajaran, wawancara dengan dosen pengampu Matakuliah Fisika Dasar dan mahasiswa. Tes Kognitif dan Wawancara mendalam di Jurusan Fisika FMIPA UM dilaksanakan pada hari senin - jumat, 18 - 22 April 2016, dilakukan pada tiga orang dosen Pengampu Fisika Dasar yaitu P. Simarjo, P. Sulur, P. Sutopo dengan menggunakan format wawancara yang disajikan pada lampiran 1. Wawancara mendalam kepada mahasiswa dilakukan pada 15 mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA UM angkatan tahun 2015 penempuh matakuliah Fisika Dasar dengan pedoman format wawancara yang disajikan pada lampiran 2. Survei digunakan untuk mengetahui rentang ZPD kompetensi Fisika calon guru SMA. Adapun wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan data lebih rinci dan mendalam dari beberapa dosen dan mahasiswa tentang kesulitan-kesulitan mahasiswa dalam perkuliahan Fisika Dasar di Jurusan Fisika FMIPA UM. Pada tataran praktek, hasil survei, wawancara mendalam, dan tes kognitif digunakan untuk mengetahui rentang ZPD kompetensi Fisika calon guru SMA di Jurusan Fisika FMIPA UM. Hasil survei, tes kognitif, dan wawancara mendalam juga akan dijadikan masukan dalam mendeskripsikan magna ZPD calon guru SMA di Jurusan Fisika FMIPA UM .

Karakteristik pelaksanaan perkuliahan di potret dengan instrumen tes, survei, dan wawancara mendalam. Instrumen tes terdiri dari instrumen Prestasi Belajar Fisika. Wawancara dilakukan kepada dosen pengampu matakuliah dan perwakilan mahasiswa.

Analisis rentang ZPD dilakukan dengan menghitung standart deviasi skor. Skor terendah ditambang 1 kali Standart Deviasi merupakan rentang terendah, sedangkang rentang tertinggi dicapai dengan menambah skor tertinggi dengan 1 kali Standart Deviasi. Rentang ZPD pada masing-masing bab disajikan pada tabel 3.1

Tabel 3.1. Rentang ZPD Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA UM

Materi Rerata skor (%)

Gelombang 40,3 70,3

Optika Geometri 50,5 80,5

Kelistrikan 40,6 72,6

Kemagnetan 40,7 73,7

Contoh hasil Wawancara disajikan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data hasil Wawancara mahasiswa Jurusan Fisika MIPA UNESA

N

(6)

sering

Berdasarkan hasil tes dan wawancara dengan dosen serta calon guru di Jurusan Fisika FMIPA UM, disimpulkan bahwa mahasiswa mahasiswa yang mendapatkan skor tinggi adalah mahasiswa yang relative mendapatkan bantuan dalam perkuliahannya. Mahasiswa yang hanya mendapatkan bantuan sederhana, akan mendapatkan skor yang sedang saja. Mahasiswa yang tidak mendapatkan bantuan dalam perkuliahannya, mendapatkan skor yang rendah. Hal ini senada dengan pendapat Bean dan Stevens (2002), yang menyatakan bahwa bantuan harus merupakan tahapan kegiatan dan sarana yang disukai oleh peserta didik. Mahasiswa berbantuan penuh memperoleh skor rerata 78,6, Mahasiswa berbantuan sedang memperoleh skor rerata 60,2, sedangkan Mahasiswa tidak berbantuan memperoleh skor rerata 40,3.

KESIMPULAN

Terdapat perbedaan prestasi atau penguasaan konsep antara calon guru yang diberi bantuan dan tidak. Rentang ZPD calon guru sangat penting diketahui pada awal pembelajaran, untuk memutuskan strategi apa yang harus diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bao, L dan Redish, E. 2001. Model Analysis: Assessing the Dynamics of Student Learning. Dapat diperoleh online pada http://www.physics umd.edu/perg/papers/bao/index.html

Bean, T. W. Dan Patel Stevens, L. 2002. Scaffolding Reflection for Preservice and Inservice Teachers.Reflective Practice, 3(2), 205 218.

Chaiklin, S. 2003. The Zone of Proximal Development in Vygotsky s Analysis of Learning and Instruction. Dalam A. Kozulin, B. Gindis, V. Ageyev, dan S. Miller (Eds.). Vygotsky s Educational Theory an Practice in Cultural Context. Cambridge: Cambridge University Press.

Cole, M. 1997. Cultural Psychology: A Once and Future Discipline. Cambridge: The Belknap Press of Harvard University.

Cole, M. dan Cole, S. 2001. The Development of Children 4th Ed. New York: Scientific American Books.

(7)

Dixon-Krauss, L. 1996. Vygotsky in the Classroom: Mediated Literacy Instruction and Assessment. New York: Longman Publishers. Proposal Hibah Bersaing 21

Hammer, D. 1994. Epistemological Beliefs in Introductory Physics. Cognitive and Instruction, 12(2), 151-183.

Miller, P. 1993. Theories of Developmental Psychology, 3rd Ed. New York: WH Freeman and Company.

Saul, J. et al. 2000. Can One Lab Make a Difference?. Physics Education Research: A Supplement to the American Journal of Physics, 68(7S1), S60-61.

Stone, C. A. 1998. The Metaphor of Scaffolding: Its Utility for the Field of Learning Disabilities.Journal of Learning Disabilities, 31(4), 344-364.

Tharp, R., dan Gallimore, R. 1998. Rousing Minds to Life: Teaching, Learning, and Schooling in Social Context.New York: Cambridge University Press.

Tudge, J. 1992. Vygotsky, the Zone of Proximal Development, and Peer Collaboration: Implications for Classroom Practice. Dalam L. C. Moll (Ed.). Vygotsky and Education: Instructional Implications and Applications of Sociohistorical Psychology. Cambridge: Cambridge University Press.

Vygotsky, L. S. 1962. Thought and Language. Cambridge, MA: MIT Press. Proposal Hibah Bersaing 24

Vygotsky, L. S. 1978. Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes.Cambridge, MA: Harvard University Press.

Vygotsky, L. S. 1982. The Instrumental Method in Psychology. The Theoretical and Historical Issues in Psychology. Moscow: Pedagogy Publishers.

Wells, G. 1999. Dialogic Inquiry: Towards a Sociocultural Practice and Theory of Education. New York: Cambridge University Press.

Wertsch, J. V. 1985. Vygotsky and the Social Formation of Mind. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Wertsch, J. V. 1998. Mind as Action. Oxford: Oxford University Press.

(8)

Gambar

Tabel 3.1. Rentang ZPD Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA UM

Referensi

Dokumen terkait

Menyebar secara perkontinum In

Kinerja adalah hasil dari suatu proses pekerjaan tertentu secara terencana.. pada waktu dan tempat dari karyawan serta

1 Dimensi Waktu yakni penjabaran sebuah peristiwa berdasarkan waktu (Soehartono, 2011, hal. 9) dalam hal ini dapat juga menjabarkan jenis bangunan berdasarkan fungsi, fasade,

Sebagaimana yang diharapka kan d dalam Perda Kota Yogyakarta Nomor 6 vegetasi yang mencermi mi nk nkan tata hi i ja ja u u Ke K raton. Vegetasi yang dominan di koridor jala an n

Sebuah sistem informasi yang baik dapat... meningkatkan kinerja dari semua

teliti pada penelitian adalah penempatan media iklan luar ruang di

Elemen grafis yang dimaksud pada penelitian ini adalah unsur-unsur tekstual yang (dalam kaitannya dengan pemunculan tokoh dokter dan tenaga kesehatan di TVC) berfungsi

Menguji efek moderasi role ambiguity dalam pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pertanian dan Perkebunan di Provinsi Nusa Tenggara