Pikiran
Rakyat
o
Senin123
17
18
19
OJan
OPeb
~
o
Selasa
0
Rabu
0
Kamis
0
Jumat
4 5 6 7 8 9 10 11 20 21 22 23 24 25 26
.Mar OApr OMei OJun OJul 0 Ags
o Sabtu
12
13
27
28
o Sep 0 Okt
Lelywati Idham Suryana
Memaknai
- ' ""~~ ..-,,",,",,-w~~~
_~~hid~p~an
UCI ANWAR
LELYWATI Idham Suryana. *
Kliping
Humas
Unpad
2009
r
,\
I.
'-"
ILMU ten tang warna
masuk dalam psikologi
persepsi.
Tak banyak
orang mendalaminya.
Lelywati
Idham Suryana
adalah seorang dan
sedi-kit orang itu. Kelihatan
remeh-temeh,
tetapi
ter-rtyata sangat
bermanfa-at~ Warna danpsikolQgi
seseorang
saling
berkai-tan. Dunia yang penuh
warna ini masih ingin
di-beri warna lagi oleh
p$i-kolog yang satu ini.
War-na kebajikan.
U
DARA di daerah Kanaya-kan, Bandung Utara sore itu mulai menyemburatkan ra-sa dingin. Deru halus sebuah mobil yang masuk ke pekarangan rumah tepat di depan asrama putri ITB, di-sambut ceria oleh sang pemilik ru-mah, Lelywati Idham. Tak lama ia masuk kembali ke rumah, dua ta-ngannya memangku sebuah pot ber-isi tanaman anggrek putih yang se-dang berbunga."Dari bapak-,"kata Lely menyebut suaminya, Profesor Suryana Suman-tri, Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung. Suryana tertawa dan menjawab; "Enggak bisa milih, masing-masing sudah ada tulisannya."
Suryana, guru besar yang juga ke-tua SPM (Sake-tuan Penjaminan Mutu) Universitas Padjadjaran (Unpad) mendapatkan pot itu sebagai hadiah dari panitia sebuah acara. Hadiah ini
.
disambut suka cita oleh
Suryanaka-rena tahu benar bahwa sang istri akan menyukainya. Di rumah Lely yang nyaman, di atas tanah seluas 1.400 meter persegi, ratusan jenis tanaman dal<impot tertata rapi. Se-pertijuga ratusan pernak-pernik yang memenuhi berbagai sudutru-mahnya, hasil perburuannya ke ber-bagai negara.
"Sebetulnya enggak sengaja kolek-si. Cuma kalau jalan-jalan, enak ba-wa suvenir yang .keeil, enggak repot," katanya tentang koleksinya yang sa-tu ini. Hampir semua negara, keeuali Amerika Latin, sudah dikunjungi-nya. Kebanyakan tak ada hubungan dengan pekeIjaannya sebagai psiko-log industri. Namun, ilmu psikopsiko-logi- psikologi-nya berguna juga untuk memulus~ kan perburuan pernak-pernik terse-but.
"Seorang ternan yang tinggal di negara yang saya kunjungi bingung melihat saya bisa menawar barang dari harga 35 dolar sampai 20 do-lar, sementara dia belum pernahbi-sa melakukannya," kata Lely terta-wa.
Strategi pendekatannya $angat manusiawi, yakni berbincang akrab tentang berbagai hal dengan lik toko. Bertanya bagaimana pemi-lik toko yang seorang imigran ini bi-sa masuk ke negara tersebut dan se-bagainya. "Jatuh hati" pada Lely, sang pemilik toko dengan kesadaran penuh memberikan barang y~ng di-:, minati sesuai harga yang diminta-nya.
Kebiasaan menawar kaum perem-puan, menurut Lely, selain sebagai "kodrat", tersembunyi makna di da-lamnya. Secara tidak sadar, penawar ingin membuktikan atau menguji kemampuannya dalam bargaining. Ada sensasi senang pada beberapa orang bila berhasil melakukannya, kendati di kelompok yang lain ta-war-menawar memang bertujuan untuk mendapatkan harga semurah-murahnya.
"Terkadang malah setelah berhasil menawar, kita tetap memberikan ni-lai yang sesuai dengan harga ~~~u!a,
-
" - -- -- ,,-' . . .~ - ., .terlebihjika tawar-menawar dilaku-kan kepada orang yang ekonominya terbatas," kata Lely sambil tertawa. Makna warna
Lely menolak disebut sebagai ahli warna, kendati sering dimintai pen-dapat tentang hal ini, salah satunya sebagai narasumber di sebuah tele-visi. "Saya enggak bilang mengua-sai, tapi karena saya suka," ujar Ke-pala Bagian UmiIm dan Eksperimen Fakultas Psikologi Universitas Islam ~andung (Unisba) ini dengan ren-dah hati ini.
'Warna sangat berkaitan dengan situasi seseorang, dapat memeng-aruhi jiwa manusia dengan kuat atau memengaruhi emosi manusia. Warna dapat menggambarkan sua-sana hati seseorang," kata Lely men-jelaskan.
Melalui banyak percobaan, dipe-roleh kenyataan bahwa warna me-mengaruhi kegiatan fisik dan mental seseorang. Warna pun telah diguna-kan sebagai"alat penyembuhan pe-nyakit mental.
"Selera setiap orang terhadap war-na berbeda-beda. Ini menunjukkan warna berpengaruh pada emosi se-mua orang," tutur Lely.
Respons terhadap warna tertentu karena suatu peristiwa di masa lalu. Bisa jadi seseorang menyukai warna tertentu karena pernah dipakai oleh orang yang disukainya. Atau sebalik-nya, tidak menyukainya karena per-nah mengalami peristiwa pahit de-ngan warna tersebut. Misalnya tidak menyukai warna kuning karena per-nah dihukum di kamar yang din-dingnya berwarna kuning.
Dalam kaitan bidangnya, psikolo-gi industri, ilmu warna ia terapkan salah satunya sebagai dasar pemilih-an pakaipemilih-an keIja. Lely menyarpemilih-ankpemilih-an kaum perempuan pekeIja memilih warna soft atau lembut untuk pakai-an keIjpakai-anya. "Pada situasi keIja ypakai-ang membutuhkan konsentrasi, pakaian keIja yang berwarna mencolok bisa membuyarkan konsentrasi tersebut, walaupun memang hanya sesaat," kata Lely.
Namun, ada beberapa perusahaan yang memang mengatur karyawan-nya menggunakan pakaian berwar-na mencolok serta model yang mampu membuat orang langsung memandangnya. salah satu profesi yang dimaksud adalah salesgirl,de-ngan tujuan agar pemakaian warna tersebut bisa tampil atraktif dan me-narik orang.
Menurut penelitian ilmu jiwa, ke-sukaan terhadap warna bisa diaso-siasikan dengan sifat atau pembawa-an orpembawa-ang ypembawa-ang berspembawa-angkutpembawa-an. Seba-gai contoh, penyuka warna merah diasosiasikan sebagai pemilik sifat ekstrovert, yaitu pribadi yang inter-gratif dengan dunia luar, mudah me-nyesuaikan diri, penuh vitalitas, dan sering dikuasai oleh dorongan hati-.nya. Sedangkan untuk penyakit
"-Asal dekat
'.
Menjadiseorangpsikologadalah
hal yang tak pernah ia bayangkan se-belumnya. Setamat SMA di Santa Ur-sula Jakarta, ia memilih ikut tes ill jurusan psikologi. "Alasannya karena dekat nunah," katanya bersungguh-sungguh. Ketika ia kemudian memi-lib psikologi industri sangat terkait dengan hasil didikan di nunah dan sekolahnya. "Saya suka segala sesuatu yang terorganisasi," katanya.
Selain itu, ada dorongan kuat ba-ginya untuk menghindari jurusan lain yang ada di fakultas psikologi. la benar-benar menghindari mata kuli-ah klinis. Kendati psikolog, ia memi-liki trauma yang tak bisa dihindari-nya, hingga sekarang. Setiap mata kuliah klinis yang mengharuskan mahasiswi praktik teIjun ke nunah sakit jiwa, satu-satunya mahasiswa yang tidak ikut masuk ke tempat itu adalah Lely. "Saya takut orang gila, waktu SMP pernah dipeluk tiba~tiba oleh orang gila," kata Lely.
Kuliahnya sempat terhenti seje-nak. Aktif mengikuti kegiatan maha-siswa psikologi yang ada di Indone-sia (saat itu baru ada di UGM, Un-pad dan ill), perempuan berdarah Palem1?ang ini berkenalan dan jatuh ciota pada seorang pemuda Sunda, mahasiswa psikologi asal Unpad yang kini menjadi suaminya.
"Menikah, semua serbabaru bagi saya. Perhatian terfokus pada rumah tangga dan saya memutuskan
men-dampingi suami di Bandung," kata-nya. Tahun beIjalan, lahirlah dua buah hati mereka Raeny Damayanti (kini 35 tahun) dan Reina Fitriyanti (33).
Kemudian ia memperhatikan be-tapa mahasiswa suaminya lalu la-lang melakukan bimbingan skrlpsi. "Lalu saya bagaimana? Akhirnya ta-hun 1978 saya memutuskan kemba-li kukemba-liah dan memikemba-lih Unpad. Lulus tahun 83, saya di wisuda saat meng-andung anak keempat," katanya. Ke-tika dua anak terakhirnya, Reita Ari-yanti (kini 28 tabun) dan Riana YUl-iyanti (mel').inggalsaat ~ia 24 tahun, 20081alu) semakin besar, ia memu-tuskan membantu dan mengajar di Fakultas Psikologi Unisba. Untuk menambah ilmunya, ia mengambil master di bidang psikologi industri, juga di Unpad. Selain di Unisba, ia juga menjadi pengajar psikologi in-dustri di Unikom Bandung. Warna kebajikan
Kehidupan nyaris semptirna su-dah ia miliki. Dari kesempurnaan ini, Lelyjustru mendapati ketidak-sempurnaan jika hidupnya tidak bermakna bagi orang lain. Sejak ta-hun 2002, bersama suami dan em-pat putrinya, ia sepakat memanfaat-kan rumah pertama mereka di dae-rah Cipedes untuk sebuah misi pen-didikan, dengan bidang garapan anak-anak usia 1-6 tabun, berupa kelompok bermain dan taman
ka-nak-kanak.
"Saya ingin menggarap bidang pendidikan dini karena ingin mem-berikan fondaSi pada anak-anak ini agar kelak meteka memberikan dan mengisi kehidupan ini dengan lebih baik," kata Lely.
Dua anaknya terlibat langsung da-lam mengelola "Bumble Bee", demi-kian ia memberi nama tempatnya mengabdi. "Ini semi homeschooling, satu guru untuk lima murid, sebab itu muridnya tidak banyak "kata Fitri, anak keduanya selaku bagiaIi operasional sekolah ini.
Di tempat ini anak-anak tersebut mendapat pendidikan maksimal ter-masuk fasilitas psikolog dan dokter gigi. Mudah ditebak, kondisi ini ten-tu saja sangat tidak sebanding de-ngan pemasukan finansial. "Sampai saat ini saya memang masih terus mensubsidi," kata Lely dengan san-tai. Dari sepuluh murid, ia sengaja mencari seorang anak yang tidak mampu untuk diberi pendidikan gratis di tempat yang sarna. Inilah warna kebajikan yangpitebar sang pencinta warna ini.
"Hidup di duriia ini tidak lama. Kita tidak pernah tahu kapan kita di-. panggil oleh Yang Mahakuasadi-.
Peng-alaman ini saya peroleh dari pergi-nya anak bungsu saya. Lima menit sebelum anak saya dipanggil oleh Allah swr, saya tidak pernah tabu ia akan meninggalkan saya," kata Lely. (UclAnwar)
***
~
__LELYWATI
da':L~uami,I7of Suryana SUrrzantri.: