• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

YANG TIDAK MENJALANKAN JABATANNYA SECARA NYATA SETELAH DILANTIK DAN

DISUMPAH (Studi MPD Binjai-Langkat)

TESIS

Oleh

MUHAMMAD RIZZA FUADY 177011071

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

YANG TIDAK MENJALANKAN JABATANNYA SECARA NYATA SETELAH DILANTIK DAN

DISUMPAH (Studi MPD Binjai-Langkat)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD RIZZA FUADY 177011071

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)

TIM PENGUJI TESIS

KETUA : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum ANGGOTA : 1. Notaris Dr. Suprayitno, SH., M.Kn

2. Dr.T.Keizerina Devi Azwar,SH.,CN.,M.Hum 3. Dr. Affila, SH, M.Hum

4. Notaris Dr. Rosniaty Siregar, SH, M.Kn

(5)
(6)
(7)

Binjai-Langkat) ABSTRAK

Notaris merupakan pejabat umum yang diberikan kewenangan oleh negara dalam membuat akta autentik. Dalam menjalankan jabatannya, notaris dibina dan diawasi oleh Majelis Pengawas Notaris yang terbagi dari Majelis Pengawas Pusat, Majelis Pengawas Wilayah, dan Majelis Pengawas Daerah. Notaris yang telah dilantik dan disumpah oleh pejabat yang berwenang wajib untuk menjalankan jabatannya secara nyata sebagaimana diatur didalam Pasal 7 ayat (1) UUJN.

Kewajiban notaris sebagaimana yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) merupakan salah satu objek pengawasan yang dilakukan oleh MPD terhadap notaris. Dari uraian tersebut, maka dari penelitian ini diambil 3 perumusan masalah yaitu bagaimana peranan MPD dalam melakukan pembinaan dan pengawasan notaris di tingkat Kabupaten/Kota, Bagaimana implementasi MPD dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris di daerah Binjai-Langkat, serta Bagaimana akibat hukum terhadap notaris yang tidak menjalankan jabatannya secara nyata setelah dilantik dan disumpah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis empiris, karena dilakukan penelitian lapangan berlakunya hukum positif mengenai pengawasan notaris dalam menjalankan tugas dan kewajibannya yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah Notaris.

Dari hasil penelitian dan observasi dilapangan ditemukan bahwasanya ada notaris yang belum melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris. Dalam hal ini, notaris yang bersangkutan tidak menjalankan jabatannya secara nyata setelah dilantik dan disumpah sebagai notaris. Dan hal tersebut tidak terdeteksi dari pantauan MPD dikarenakan MPD berasumsi bahwa notaris yang melakukan pelanggaran telah menjalankan jabatannya secara nyata berdasarkan laporan alamat kantor yang diberikan notaris kepada Majelis Pengawas Daerah Binjai- Langkat tanpa melakukan pengecekan ke lapangan.

Disarankan agar Majelis Pengawas Daerah tidak hanya melakukan pengawasan terhadap notaris selama sekali dalam satu tahun. Akan tetapi alangkah lebih baiknya agar Majelis Pengawas Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris selama 3-4 kali dalam satu tahun agar notaris-notaris lebih disiplin dan jujur dalam menjalankan jabatannya sebagai pejabat umum.

Kata kunci : Implementasi, Pengawasan, MajelisPengawas Daerah, Notaris

(8)

(A Study at MPD Binjai-Langkat) ABSTRACT

A Notary is a public official who has the authority to draw up authentic deeds. In doing his job, he is coached and supervised by the Notarial Supervisory Council which consists of Central Supervisory Council, Provincial Supervisory Council, and MPD (Regional Supervisory Council). A Notary who has been appointed and taken an oath is required to do his job seriously asit isstipulated in Article 7, paragraph 1 of UUJN (Notarial Act). He becomes the object of supervision by MPD. The research problems are how about the role of MPD in coaching and supervising a Notary in the level of Districts/Towns, how about the implementation of MPD in coaching and supervising a Notary in Binjai-Langkat area, and how about the legal consequence of ay who violates his oath of under duress after heis appointed and taken an oath.

The research used juridical empirical method since the data were gathered in the field and positive law was used in supervising a Notary in doing his job done by MPD.

The result of the research and field observation showed that there were some Notaries who did not do their job according to Article 7, paragraph 1 of Law No. 2/2014 on Notarial Position. Unfortunately, their violation was not detected by MPD because MPD assumed that the Notaries who violated had done their job properly since they had given their office addresses to MPD of Binjai- Langkat that did not check them in the field.

It is recommended that MPD not supervise Notaries once a year. MPD should check and supervise then at least once in 3-4 months so that they will be more disciplinable in doing their job as public officials.

Keywords: Implementation, Supervision, Regional Supervisory Council, Notary

(9)

Alhamdulillahilladzibini’matihitathimusholihat, puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah Subhanawata’ala, atas rahmat dan karunia –Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul

“Analisis Yuridis Terhadap Implementasi Pembinaan Dan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah Terkait Notaris Yang Tidak Menjalankan Jabatannya Secara Nyata Setelah Dilantik Dan Disumpah (Studi MPD Binjai-Langkat)” dengan lancar dan baik. Dan tak lupa pula shalawat beriring salam penulis hantarkan kepada junjungan semesta alam Baginda Rasulullah yaitu Nabi Muhammad Sholallahu’alaihi wa sallam.

Allahumma sholli ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Penulisan tesis ini didasari atas rasa ketertarikan penulis terhadap tugas dan tanggung jawab dari Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris-notaris yang terdapat di daerah Binjai-Langkat.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan.

Oleh sebab itu, Peneliti sangat mengharapkan adanya penelitian lanjutan guna kesempurnaan penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan kepada pihak-pihak yang telah menjadi bagian penting selama penulis menjalani kehidupan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Kenotariatan, yaitu :

1. Ayah dan Umi Tercinta, selaku orang tua penulis, terima kasih atas semua kasih sayangnya yang tidak pernah hilang, motivasi, dukungan semangat yang sangat berarti;

2. Adik-adik kandung saya yang sangat saya sayangi, terima kasih atas semua dukungan dan motivasi yang sudah kalian berikan;

(10)

Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku dosen pembimbing I dari penulisan tesis ini yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran serta sabar dalam mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan penulisan tesis ini;.

5. Bapak Notaris Dr. Suprayitno, SH., MKn., selaku dosen pembimbing II dari penulisan tesis ini yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran serta sabar dalam mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan penulisan tesis ini;

6. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S,H, C.N, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku pembimbing III dari penulisan tesis ini yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran serta sabar dalam mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan penulisan tesis ini;

7. Bapak Dr. Edy Ikhsan, S.H, M.A, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8. Ibu Dr. Affila, S.H., M.Hum dan Ibu Notaris Rosniaty Siregar, S.H., M.Kn selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk perbaikan penulisan tesis ini;

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan perkuliahan;

10. Seluruh Staff/Pegawai Administrasi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk kuliah hingga penulis menyelesaikan tesis ini;

(11)

Sekian kata pengantar dari penulis, lebih dan kurang penulis memohon maaf. Sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah Subhanawata’ala sedangkan penulis hanyalah manusia biasa yang selalu dekat dengan kesalahan.

Semoga rahmat dan hidayah serta lindungan-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua selaku orang-orang yang selalu ingin mencari kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat. kepadaMu kami menyerahkan diri dan ampunan. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin Ya Rabbal’aalamiin.

Penulis,

Muhammad Rizza Fuady,SH.,MKn

(12)

Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”(QS. Al-Insyirah: 6-8) Alhamdulillah... dengan ridha-Mu ya Allah

Amanah ini telah selesai, sebuah langkah usai sudah. Cita telah ku gapai, namun itu bukan akhir dari perjalanan ku, melainkan awal dari sebuah perjalanan

Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah, kupersembahkan karya tulis ini untuk yang termulia, Ayahanda tercinta NURSAID MUSLIM, SH yang telah berjuang dengan gigih membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang dan mengajarkan ilmu serta berdakwah dengan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa.

Terima kasih juga Ibunda tercinta SYAHURIAH yang menjadi motivasi untuk memasuki ilmu keguruan ini,

Semoga Allah Subhanawata’ala selalu memberikan perlindungan dan kesehatan kepada Ayahanda Dan Ibunda. Dan mudah-mudahan Allah memasukan Ayah dan Ibunda kedalam Surga-Nya kelak. Allahumma Amin.

Ucapan terimakasih yang sangat besar juga ku persembahkan untuk adik- adikku tercinta yang telah memberikan semangat dan doa selama ini. Walau diantara kita sering terjadi kesalahpahaman akan tetapi tidak bisa dipungkiri aliran darah sekandung yang kita miliki. Ketulusan hati meminta maaf atas segala kesalahan yang telah terjadi baik disengaja ataupun tanpa disengaja.

Semoga kita semua akan menjadi orang yang sukses yang dapat membanggakan kedua orang tua kita.

Terimakasih sedalam-dalamnya saya ucapkan juga kepada Bapak Suprayitno, S.H., M.Kn yang telah banyak memberikan inspirasi, motivasi dan edukasi kepada saya dari awal perkuliahan sampai sekarang sehingga saya dapat menjadi seorang Magister.

Kesuksesan bukanlah suatu kesenangan bukan pula suatu kebanggaan, hanya suatu perjuangan dalam menggapai sebutir mutiara keberhasilan... Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia-Nya.

“...Dan bahwasannya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya) dengan balasan yang sempurna”(An-Najm: 39-41)

Muhammad Rizza Fuady

(13)

2. Tempat Tanggal Lahir : Binjai, 06 Agustus 1994 3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Nama Orang Tua

a. Nama Ayah : Nursaid Muslim, S.H b. Pekerjaan : Karyawan Swasta c. Nama Ibu : Syahuriah

d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 6. Riwayat Pendidikan

a. SDN 001 Pekanbaru, Tamat Tahun 2006

b. SMP Kartika 1-5 Pekanbaru, Tamat Tahun 2009 c. SMA Negeri 10 Pekanbaru, Tamat Tahun 2012

d. Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Fakultas Hukum, Tamat Tahun 2016

e. Universitas Sumatera Utara, Fakultas Hukum, Magister Kenotariatan, Tamat Tahun 2019

(14)

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

KATA-KATA MUTIARA ... x

BIODATA ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11

1. Kerangka Teori... 11

2. Kerangka Konsepsi ... 27

G. Metode Penelitian... 30

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 31

2. Sumber Data Penelitian ... 32

3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

4. Analisis Data ... 33

BAB II PERANAN MAJELIS PENGAWAS DAERAH NOTARIS DALAM MELAKUKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN NOTARIS DI TINGKAT KABUPATEN/KOTA A. Sejarah Dan Dasar Hukum Terbentuknya Majelis Pengawas Notaris ... 35

B. Kewenangan Dan Tugas Majelis Pengawas Notaris ... 39

C. Peranan Majelis Pengawas Daerah Dalam Melakukan Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Notaris Di Tingkat Kabupaten/Kota ... 55

(15)

Binjai-Langkat... 61 B. Kendala-Kendala Yang Dihadapi MPD Binjai-Langkat Dalam

Melaksanakan Pembinaan Dan Pengawasan Notaris Di Daerah

Binjai-Langkat Beserta Penanggulangannya ... 69 C. Pelanggaran-Pelanggaran Yang Terjadi Terhadap Notaris Di Daerah

Binjai-Langkat... 74 D. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Terhadap Notaris

Di Daerah Binjai-Langkat Khususnya Notaris Yang Tidak Menjalankan Jabatannya Secara Nyata Setelah

Dilantik Dan Disumpah... 82 BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP NOTARIS YANG

TIDAK MENJALANKAN JABATANNYA SECARA NYATA SETELAH DILANTIK DAN DISUMPAH

A. Kewajiban-Kewajiban Notaris Yang Telah Dilantik Dan Disumpah ... 89 B. Akibat Hukum Terhadap Notaris Yang Tidak Menjalankan

Jabatannya Secara NyataSetelah Dilantik Dan Disumpah ... 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA

(16)

MPW : Majelis Pengawas Wilayah MPP : Majelis Pengawas Pusat Kakanwil : Kepala Kantor Wilayah INI : Ikatan Notaris Indonesia

Permenkumham : Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Kemenkumham : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kepmenkumham : Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia UUJN : Undang-Undang Jabatan Notaris

(17)

A. Latar Belakang

Notaris sebagai pejabat umum, merupakan salah satu organ negara yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat, terkhusus dalam pembuatan akta autentik sebagai alat bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum dibidang keperdataan. Pada abad kedua sesudah masehi, nama notaris dimaksudkan kepada orang yang mengadakan pencatatan dengan tulisan cepat.1 Suatu akta yang autentik adalah yang sedemikian, yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang atau yang dibuat dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu, di tempat dimana itu dibuat.2 Secara teoritis, akta autentik adalah surat atau akta yang sejak semula dengan sengaja secara resmi dibuat untuk pembuktian.3

Berdasarkan Pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa akta autentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya. Sedangkan dalam Pasal 1 ayat 7 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris menyebutkan bahwa akta

1R.Sugondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 13.

2G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1983, hal 33.

3Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 2006, hal 153.

(18)

notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang. Pembuatan akta autentik diharuskan oleh perundang-undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Akta autentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum dan sekaligus diharapkan pula memberikan sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara secara mudah dan cepat bagi masyarakat.4

Selain itu, akta autentik yang dibuat di hadapan notaris, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak.

Akta autentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi wewenang untuk itu oleh penguasa menurut ketentuan yang telah ditetapkan5.

Akta autentik yang merupakan bukti yang lengkap (mengikat) berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut dianggap sebagai benar, selama kebenarannya itu tidak ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya.6

Seorang notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (KEMENKUMHAM).7 Suatu jabatan sebagai personifikasi hak dan kewajiban dapat berjalan oleh manusia atau subjek hukum. Yang menjalankan hak dan kewajiban yang didukung oleh jabatan adalah pejabat.8 Jabatan

4Habib Adjie, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Cet. 1 Refika Aditama, Bandung, 2011, hal 15.

5Rusmandi Murad, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah, Bandung, 2000, hal 54.

6Teguh Samudera, Hukum Pembuktian dalam Acara Perdata, Edisi Pertama, PT. Alumni, Bandung, 2004, hal 49.

7Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Buku Kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hal 220.

8E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Penerbit dan Balai Buku Ichtiar, Jakarta, 1963, hal 124.

(19)

bertindak dengan perantara pejabat. Jabatan notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat autentik mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum. Dengan dasar seperti ini mereka yang diangkat sebagai notaris harus mempunyai semangat untuk melayani masyarakat dan atas pelayanan tersebut. masyarakat yang telah merasa dilayani oleh notaris sesuai dengan tugas jabatannya, dapat memberikan honorarium kepada notaris. Oleh karena itu notaris tidak berarti apa-apa jika masyarakat tidak membutuhkannya.9

Notaris dalam memberikan pelayanan,harus mempertahankan cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati nurani.10 Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang berkaitan dengan segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta.11 Setiap wewenang yang diberikan jabatan harus ada aturan hukumnya.12 Dengan demikian jika seorang pejabat (notaris) melakukan tindakan diluar wewenang yang telah ditentukan dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar hukum.

Semua pengaturan mengenai notaris telah tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

9Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, Cetakan Kedua, PT. Refika Aditama, Bandung, 2009, hal 32.

10Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal. 60.

11Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia, Buku II, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, hal. 185.

12Philipus M.Hadjon & Tatik Sri Djatmiati, Tentang Wewenang, Edisi V, Majalah Yuridika, Surabaya, 1997, hal 1.

(20)

Notaris dalam melaksanakan jabatannya diawasi oleh Majelis Pengawas.

Sebagai konsekuensi logis, seiring adanya tanggung jawab notaris kepada masyarakat, maka haruslah dijamin adanya pengawasan dan pembinaan yang terus menerus agar tugas notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang mendasari kewenangannya dan dapat terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan yang diberikan.13

Majelis Pengawas Notaris, yaitu suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris. Badan ini dibentuk oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang terdiri dari Majelis Pengawas Daerah (MPD) di Kabupaten/Kota, Majelis Pengawas Wilayah (MPW) di Provinsi dan Majelis Pengawas Pusat (MPP) yang berpusat di Jakarta.

Anggota Majelis Pengawas tersebut terdiri dari kalangan internal, artinya dilakukan oleh sesama notaris juga yang memahami dunia notaris luar-dalam.

Sedangkan unsur lainnya merupakan unsur eksternal yang mewakili dunia akademik, pemerintah, dan masyarakat. Perpaduan keanggotaan Majelis Pengawas diharapkan dapat memberikan sinergi pengawasan dan pemeriksaan yang objektif, sehingga setiap pengawasan dilakukan berdasarkan aturan hukum yang berlaku, dan para notaris dalam menjalankan tugas jabatannya tidak menyimpang dari UUJN karena diawasi secara internal dan eksternal.

Adapun yang menjadi tugas pokok Majelis Pengawas Notaris ini adalah agar segala hak dan kewenangan maupun kewajiban yang diberikan kepada notaris dalam

13Winanto Wiryomartani, Tugas dan Kewenangan Majelis Pengawas Notaris, Makalah disampaikan pada acara kongres Ikatan Notaris Indonesia, pada tanggal 13-16 Juli 2005 di Makassar, Sulawesi Selatan.

(21)

menjalankan tugasnya sebagaimana yang diberikan oleh peraturan dasar yang bersangkutan, senantiasa dilakukan diatas jalur yang telah ditentukan bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral dan etika profesi demi terjaminnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Seorang notaris dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Salah satu kewajiban notaris dalam menjalankan jabatannya diatur didalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris. Undang-undang tersebut merupakan kewajiban bagi notaris untuk melengkapi kelengkapan berkas spesiment di Majelis Pengawas Daerah (MPD).

Adapun di dalam Pasal 7 ayat 1 huruf a,b dan c Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 yaitu, Ayat (1) berbunyi dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah/janji jabatan, notaris yang bersangkutan wajib :

a. Menjalankan jabatan dengan nyata;

b. Menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan notaris kepada Menteri, Organisasi notaris dan Majelis Pengawas Daerah dan;

c. Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan dan paraf serta cap atau stempel jabatan notaris berwarna merah kepada Menteri Pejabat lain yang bertanggunng jawab di bidang pertanahan, organisasi notaris, ketua pengadilan negeri, majelis pengawas daerah, serta bupati/walikota di tempat notaris diangkat.14

14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

(22)

Setiap kesalahan-kesalahan yang terjadi terhadap notaris dalam menjalankan jabatannya merupakan suatu pelanggaran. Dan setiap pelanggaran itu merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh Majelis Pengawas Notaris. Karena hal tersebut merupakan tugas dan kewajiban Majelis Pengawas Notaris dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh notaris dalam menjalankan jabatannya agar notaris dapat menjalankan jabatannya dengan benar dan sesuai dengan undang-undang. Terkhusus bagi Majelis Pengawas Daerah yang memiliki tugas untuk memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris-notaris yang berada di tingkat Kabupaten/Kota. Termasuk kewajiban notaris sebagaimana yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) yang merupakan salah satu objek pengawasan yang dilakukan oleh MPD terhadap notaris.

Untuk itu, berdasarkan uraian diatas maka timbul ketertarikan untuk mengamati dan membahas dalam tesis ini mengenai peranan dan impelementasi Majelis Pengawas Daerah di tingkat Kota dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelanggaran kewajiban notaris terkhusus di notaris daerah Binjai-Langkat yang telah dilantik dan disumpah namun tidak menjalankan jabatannya secara nyata dan bagaimana kinerja Majelis Pengawas Daerah Binjai- Langkat dalam menyikapi kendala-kendala yang muncul dilapangan serta mengenai segala sesuatu yang terkait dengan tugas dan kewenangan serta kewajiban yang dimiliki oleh Majelis Pengawas Notaris khususnya Majelis Pengawas Daerah Binjai-

(23)

Langkat, termasuk didalamnya adalah antara lain upaya pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris dalam pelaksanaan Jabatan Notaris di daerah Binjai-Langkat.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peranan majelis pengawas daerah notaris dalam melakukan pembinaan dan pengawasan notaris di tingkat kabupaten/kota?

2. Bagaimana implementasi pembinaan dan pengawasan notaris oleh Majelis Pengawas Daerah terhadap notaris di daerah Binjai-Langkat?

3. Bagaimana akibat hukum terhadap notaris yang tidak menjalankan jabatannya secara nyata setelah dilantik dan disumpah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan Majelis Pengawas Daerah Notaris di Indonesia dalam melakukan pembinaan dan pengawasan notaris di tingkat Kabupaten/Kota.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai implementasi pembinaan dan pengawasan notaris oleh Majelis Pengawas Daerah terhadap notaris di daerah Binjai-Langkat.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum terhadap notaris yang tidak menjalankan jabatannya secara nyata setelah dilantik dan disumpah.

(24)

D. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang dimiliki dalam penelitian ini yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu yang telah

diperoleh dari selama perkuliahan serta bagi penulis sendiri tentang kewajiban notaris yang telah diangkat dan disumpah untuk menjalankan jabatannya secara nyata di daerah Binjai-Langkat, dan juga mengenai implementasi pembinaan Majelis Pengawas Daerah Binjai-Langkat terhadap pelaksanaan pengawasan dan pembinaan terhadap notaris yang melakukan pelanggaran.

Dan sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang akan dibahas dalam tesis. Disamping itu diharapkan pula dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya dalam bidang hukum dan kenotariatan.

2. Secara praktis

Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran secara umum dan berguna sebagai bahan masukan bagi notaris dan calon notaris tentang kewajiban notaris yang telah diangkat dan disumpah untuk menjalankan jabatannya di daerah Binjai-Langkat dan menjalankan tugas yang diberikan oleh negara sesuai dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

(25)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di perpustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Terhadap Implementasi Pembinaan Dan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah Terkait Notaris Yang Tidak Menjalankan Jabatannya Secara Nyata Setelah Dilantik Dan Disumpah (Studi MPD Binjai-Langkat)” belum pernah ditemukan judul atau penelitian terhadap masalah tersebut di atas, dengan demikian penelitian ini adalah asli, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Beberapa penelitian sebelumnya dan ditemukan mengenai Majelis Pengawas Daerah, namun topik permasalahan dan bidang kajiannya berbeda dengan penelitian ini, penelitian tersebut antara lain :

1. Silvia Sumbogo, NIM 127011144/MKn dengan judul “Analisis Hukum Tentang Wewenang Majelis Pengawas Daerah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 49/UU-X/2012”.

2. Hakiki Wari Desky, NIM 157011075/MKn dengan judul “Peranan Majelis Pengawas Daerah Notaris Dalam Mencegah Terjadinya Perbuatan Melawasn Hukum Oleh Notaris Di Kota Medan”.

3. Tiara Hasfarevy, NIM 157011237/MKn dengan judul “Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Penyelesaian Pelanggaran Kode Etik Notaris Di Kota Pekanbaru”.

(26)

4. Sarah Fadhilla, NIM 167011102/MKn dengan judul “Analisis Yuridis Proses Pemeriksaan Yang Dilakukan Oleh Majelis Pengawas Daerah Terhadap Laporan Pelanggaran Notaris Di Kota Medan”.

5. Junita Tampubolon, NIM 167011091/MKn dengan judul “Analisis Yuridis Akibat Hukum Dari Buku Daftar Akta Notaris Yang Tidak Ditandatangani Dan Di Paraf Kepada Majelis Pengawas Daerah”.

6. Agus Armaini, NIM 187011138/MKn dengan judul “Penguatan Jawaban Hukum Notaris Pengganti Setelah Selesai Dalam Menjalankan Jabatannya (Studi Di Kota Medan)”.

7. Miftahul Husnah, NIM 157011084/MKn dengan judul “Pertanggunngjawaban Hukum Notaris Pengganti Setelah Selesai Dalam Menjalankan Jabatannya (Studi Kota Medan)”.

8. Andiany Putri Merdekawaty, NIM 177011038/MKn dengan judul “Upaya Hukum Terhadap Kriminalisasi Profesi Notaris Dalam Menjalankan Jabatannya (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor

;14/PK/PID/2012)”.

Berdasarkan karya-karya ilmiah yang telah disebutkan diatas tidak satupun penelitian tersebut yang sama dengan penelitian ini baik dari segi judul maupun dari segi substansi permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu penelitian ini secara akademis dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

(27)

F. Kerangka Teori Dan Konsep 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.15 Dan suatu teori harus diuji menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.16 Menurut Soetandyo Wignjosoebroto dikatakan teori adalah suatu konstruksi di alam cita atau ide manusia, dibangun dengan maksud untuk menggambarkan secara reflektif yang dijumpai di alam pengalaman.17

Menurut Soejono Soekanto bahwa “Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial ditentukan oleh teori.18 Menurut Burhan Ashshofa suatu teori merupakan

“serangkaian asumsi, konsep, defiinisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep”.19 Sedangkan salah satu pengertian teori secara lebih luas yaitu prinsip abstrak atau umum di dalam tubuh pengetahuan yang menyajikan suatu pandangan yang jelas dan sistematis tentang beberapa materi pokoknya, sebagaimana dalam teori seni dan teori atom.20 Sebuah kumpulan proposisi umum yang saling berkaitan

15J.J.J. M. Wuisman dengan penyuntingan M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FE.UI, Jakarta, 1996, hal 203.

16Ibid, hal 16.

17Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum; Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, ELSAM-HUMA, Jakarta, 2002, hal 184.

18Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2010, hal 6.

19Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal 9.

20Loren Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996, hal 1097.

(28)

dan digunakan untuk menjelaskan hubungan yang timbul antara beberapa variabel yang diobservasi disebut teori.21

Melakukan suatu penelitian diperlukan adanya kerangka teoritis untuk memberikan landasan yang mantap, pada umumnya setiap penelitian harus selalu disertai dengan pemikiran teoritis.22 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.23 Kerangka teoritis merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor‐faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.

Kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai kegunaan sebagai berikut : 1. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan

fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya;

2. Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi;

3. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang diteliti;

4. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mugkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.24

21Lia Amami, Kerangka Teoritis, http://liaamami.blogspot.com/p/kerangka-teoritis.html, diakses tanggal 16 Agustus 2018.

22Ronny H. Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta,1982, hal 37.

23M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 9.

24Soerjono Soekanto, op.cit., hal 121.

(29)

Didalam teori, mempunyai pandangan bahwa hukum bukan hanya merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau suatu tertib hukum tetapi juga merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang saling bertentang dan menjamin pemuasan kebutuhan maksimal dengan pengorbanan yang minimal, dimana peraturan yang berlaku harus dipatuhi dan dijalankan demi terciptanya suatu ketertiban dengan tidak melanggar suatu ketentuan tersebut.

Sejalan dengan hal tersebut, maka terdapat beberapa teori yang dipergunakan sebagai pisau analisis dalam tesis ini. Teori-teori yang digunakan yaitu Teori Kewenangan, Teori Pengawasan Dan Teori Efektivitas.

a) Teori Kewenangan

Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh undang-undang) atau dari kekuasaan eksekutif administratif. Kewenangan yang biasanya terdiri dari beberapa wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan.25

Istilah wewenang atau kewenangan disejajarkan dengan “authority” dalam bahasa ingrris dan “bevoegdheid” dalam bahasa Belanda. Authority dalam Black’s Law Dictionary diartikan sebagai Legal Power: a right to command or to act; the right and power of publik officers to require obedience to their orders lawfully issued in scope of their public duties. (Kewenangan atau wewenang adalah kekuasaan hukum, hak untuk memerintah atau bertindak;

hak atau kekuasaan pejabat publik untuk mematuhi aturan hukum dalam lingkup melaksanakan kewajiban publik).26

25Prajudi Atmasudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal 78.

26Nur Basuki Winarno, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hal 65.

(30)

Secara yuridis, pengertian wewenang adalah kemampuan yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum.27 Secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh melalui 3 (tiga) cara yaitu :

a. Kewenangan atribusi, Indroharto mengatakan bahwa pada atribusi terjadi pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Disini diciptakan suatu wewenang baru.

b. Kewenangan delegasi, para delegasi pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh badan atau jabatan tata usaha negara yang telah yang memperoleh wewenang pemerintahan secara atributif kepada badan atau jabatan tata usaha negara lainnya.

c. Mandat, pemeberian wewenang oleh organ pemerintahan kepada aorgan lain untuk mengambil keputusan atas namanya.28

Dari ketiga sumber kewenangan diatas dalam pembahasan tesis ini

menggunakan kewenangan atribusi dimana terjadinya suatu pemberian wewenang oleh pemerintah secara atributif kepada badan atau Jabatan Tata Usaha Negara lainnya. Suatu atribusi menunjuk pada kewenangan yang asli atas dasar konstitusi (UUD). Komponen pengaruh merupakan penggunaan wewenang dimaksud untuk mengendalikan prilaku subjek hukum, komponen dasar hukum bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya, dan komponen konformitas hukum, mengandung makna adanya standar wewenang (semua wewenang) dan standar khusus (untuk jenis wewenang tertentu).

Dalam kaitannya dengan konsep atribusi, delegasi, mandat itu dinyatakan oleh J.G Brouwer dan A.E Schilder, bahwa :

27Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal 65.

28Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal 104.

(31)

1. With attribution, power is granted to an administrative authority by an independent legislative body. The power is initial (originair), which is to say that is not derived from a previously non sexistent powers and assigns them to an authority.

2. Delegation is the transfer of an acquird attribution of power from one administrative authority to another, so that the delegate )the body that his acquired the power) can exercise power its own name.

3. With mandate, there is no transfer, but the mandate giver (mandans) assigns power to the other body mandataris to make decisions or take action in its name. 29

Brouwer berpendapat pada atribusi, kewenangan diberikan kepada suatu badan administrasi oleh suatu badan legislatif yang independen. Kewenangan ini asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya. Badan legislatif menciptakan kewenangan mandiri dan bukan putusan kewenangan sebelumnya dan memberikannya kepada yang berkompeten.

Delegasi ditransfer dari kewenangan atribusi dari suatu badan administrasi yang satu kepada yang lainnya, sehingga delegator (badan yang telah memberikan kewenangan) dapat menguji kewenangan tersebut atas namanya. Pada mandat tidak terdapat suatu transfer kewenangan, tetapi pemberi mandat memberikan kewenangan kepada badan lain untuk membuat suatu keputusan atau mengambil suatu tindakan atas namanya.

Ada perbedaan yang mendasar yang lain antara kewenangan atribusi dan delegasi. Pada atribusi, kewenangan yang siap ditransfer, tidak demikian dengan delegasi. Dalam kaitan dengan asas legalitas kewenangan tidak dengan didelegasian

29Nur Basuki Winarno, Op.cit, hal 74.

(32)

secara besar-besaran, akan tetapi hanya mungkin dibawah kondisi bahwa peraturan hukum menentukan mengenai kemungkinan delegasi.

Konsep kewenangan berkaitan dengan asas legalitas, dimana asas ini merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai bahan dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintah dan kenegaraan disetiap negara hukum terutama bagi negara-negara hukum yang menganut sistem hukum eropa kontinental. Asas ini dinamakan juga kekuasaan undang-undang (de heerschappaj van de wet)30.

Asas ini dikenal juga didalam hukum pidana tidak mengenal undang-undang.

Di dalam hukum adminstrasi negara, asas legalitas ini memiliki makna dat her bestuur aan wet is onderworpen, yakni bahwa pemerintah tunduk kepada undang- undang. Asas ini merupakan sebuah prinsip dalam negara hukum. Kewenangan harus dilandasi oleh norma hukum, sehingga kewenangan tersebut merupakan kewenangan yang sah. Dengan demikian, pejabat (organ) dalam mengeluarkan keputusan didukung oleh sumber kewenangan tersebut.

Wewenang sebagai konsep hukum publik sekurang-kurangnya terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1. Komponen pengaruh, yaitu bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subjek hukum.

2. Komponen dasar hukum, yaitu bahwa wewenang itu selalu dapat ditunjukkan dasar hukumnya.

30Eny Kusdarini, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara Dan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, UNY Press, Yogyakarta, 2011, hal 89.

(33)

3. Komponen konformitas, yaitu mengandung makna adanya standar wewenang yaitu standar umum (semua jenis wewenang) dan standar khusus (untuk jenis wewenang tertentu.

Sejalan dengan pilar utama negara hukum yaitu legalitas (legalities beginselen atau wetmatigheid van bestuur), atas dasar prinsip tersebut bahwa wewenang pemerintahan berasal dari peraturan perundang-undangan. Dalam kepustakaan hukum administrasi terdapat dua cara untuk memperoleh wewenang pemerintah yaitu : atribusi dan delegasi, kadang-kadang juga, mandat, ditermpatkan sebagai cara tersendiri untuk memperoleh wewenang.

Demikian juga pada setiap perbuatan pemerintah diisyaratkan harus bertumpu pada kewenangan yang sah. Tanpa adanya kewenangan yang sah, seorang pejabat tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan pemerintah. Kewenangan yang sah merupakan atribut bagi setiap pejabat atau bagi setiap badan. Dalam tulisan ini, konsep wewenang hanya dibatasi pada wewenang pemerintahan. Ruang lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang untuk membuat keputusan pemerintahan, tetapi juga semua wewenang dalam rangka melaksanakan tugasnya.31

Teori kewenangan sangat penting untuk digunakan dalam pembahasan tesis ini. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan teori ini, maka dapat diketahui mengenai sejauh mana dan seperti apa kewenangan yang diberikan oleh undang-

31Frenadin Adegustara, Hukum Administrasi Negara, Buku Ajar, Universitas Andalas Padang, 2005, hal 14.

(34)

undang kepada Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris dalam menjalankan jabatannya.

b) Teori Pengawasan

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai.

Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauh mana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Menurut Lyndal F. Urwick teori pengawasan adalah upaya agar sesuatu dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang dikeluarkan. George R Terry berpendapat bahwa pengawasan merupakan proses penentuan apa yang harus dicapai. Dan sedangkan menurut Stephen Robein pengawasan adalah proses mengikuti perkembangan kegiatan untuk menjamin jalannya suatu pekerjaan dapat berjalan dengan sempurna sebagaimana yang direncanakan sebelumnya dengan pengoreksian beberapa pemikiran yang saling berhubungan.

Secara umum, pengertian dari pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dalam melihat, memperhatikan, mengamati, mengontrol, menilik dan menjaga serta memberi pengarahan yang bijak. Berdasarkan peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota Susunan Organisasi, Tata Cara Kerja dan Tata Cata Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris

(35)

Pasal 1 angka 5 menjelaskan mengenai pengertian dari pengawasan yang berbunyi sebagai berikut: “Pengawasan adalah kegiatan yang bersifat prefentif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas terhadap Notaris.”

Di dalam dunia kenotariatan, sangat diperlukannya suatu majelis/badan khusus yang bertugas untuk melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap notaris- notaris. Hal ini dikarenakan melihat yang terjadi dilapangan terdapat notaris yang masih banyak melakukan pelanggaran nilai-nilai hukum yang berlaku. Untuk itu dengan diciptakan suatu majelis/badan pengawas tersebut seperti Majelis Pengawas dapat meminimalisir pelanggaran yang dilakukan oleh notaris tersebut.

Wewenang pengawasan atas notaris tersebut ada di tangan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tetapi dalam praktek, menteri memberikan wewenang itu kepada MPN yang dia bentuk. UUJN menegasan bahwa Menteri melakukan pengawasan terhadap notaris dan kewenangan Menteri untuk melakukan pengawasan ini oleh UUJN diberikan dalam bentuk pendelegasian delegatif kepada Menteri untuk membentuk MPN, bukan untuk menjalankan fungsi-fungsi MPN yang telah ditetapkan secara eksplisit menjadi kewenangan MPN.

Pengawasan tersebut termasuk pembinaan yang dilakukan oleh Menteri terhadap notaris seperti menurut penjelasan Pasal 67 ayat (1) UUJN. Pasal 1 angka (5) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004, menegaskan yang dimaksud dengan pengawasan adalah kegiatan prefentif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh

(36)

Majelis Pengawas terhadap notaris. Dengan demikian ada 3 (tiga) tugas yang dilakukan oleh MPN, yaitu;

a. Pengawasan Preventif, maksudnya yaitu suatu pengawasan yang dilakukan pada suatu kegiatan, sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan;

b. Pengawasan Kuratif, maksudnya yaitu suatu tindakan yang dilakukan setelah terjadinya penyimpangan/pelanggaran;

c. Pembinaan.

Sebelum berlakunya UUJN, pengawasan notaris diatur dalam berbagai peraturan sebagai berikut :

a. Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het Beleid der Justitie in Indonesia (Lembaga Negara 1847 Nomor 57 jo Lembaran Negara 1848 Nomor 57) Pasal 99, Pasal 140 dan Pasal 178.

b. Rechsreglement Buitengwesten (Lembaran Negara 1927 Nomor 227) Pasal 96.

c. PJN Bab IV Pasal 51 sampai dengan Pasal 56.

d. Ordonantie Bultengerechtelijke Verrichtingen (Lembaran Negara 1946 Nomor 135) Pasal 3.

e. UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang Susunan dan Kekuasaan Mahkamah Agung, Pasal 36.

f. UU Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peeradilan Umum, Pasal 54. 32

Selain itu, terdapat juga beberapa surat edaran tentang pengawasan terhadap notaris yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman, yaitu :

a. Surat Edaran Departemen Kehakiman Republik Indonesia tanggal 17 Februari 1981 Nomor JHA 5/13/16 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia.

32Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, CDSBL,Yogyakarta, 2003, Hal 62.

(37)

b. Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 1 Maret 1984 Nomor MA/Pemb/1392/84 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan Ketua Pengadilan Negeri di Seluruh Indonesia.

c. Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia Tanggal 1 Mei 1985 Nomor M-24HT.03.10 Tahun 1985 Tentang Pembinaan dan Penertiban Notaris. 33

Setelah diberlakukannya Undang-Undang 14 Tahun 1985 tentang Susunan dan Kekuasaan Mahkamah Agung dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum maka pada tanggal 6 Juli 1987 dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung dan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor KMA/006/SKB/1987 dan Nomor M.04-PR.08.05 Tahun 1987 tentang Tata Cara Pengawasan, Pemindahan, dan Pembelaan Diri Notaris.34

Tujuan dari pengawasan yang dilakukan terhadap notaris adalah supaya notaris sebanyak mungkin memenuhi persyaratan-persyaratan yang dituntut kepadanya. Persyaratan-persyaratan yang dituntut itu tidak hanya oleh hukum atau undang-undang saja, akan tetapi juga berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh klien terhadap notaris tersebut. Tujuan dari pengawasan itupun tidak hanya ditujukan bagi penataan kode etik notaris akan tetapi juga untuk tujuan yang lebih luas, yaitu agar para notaris dalam menjalankan tugas jabatannya memenuhi persyaratan- persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang demi pengamanan atas kepentingan masyarakat yang dilayani.

Teori pengawasan yang digunakan dalam tesis ini merupakan suatu teori yang cukup berpengaruh. Hal ini dikarenakan dengan teori ini dapat diketahui mengenai

33Karmila, Peran Notaris Dalam Pembuatan Akta Notaris Koperasi Menurut Kepmen No.98/KEP/M.KUKM/IX/2004 (studi di Dinas Koperasi Kota Medan), Tesis Magister Kenotariatan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006.

34Nico, op. cit., hal 71.

(38)

tugas pokok dari majelis pengawas dalam melakukan pengawasan terhadap notaris- notaris yang ada di Indonesia, terkhusus notaris yang berada di tingkat Kabupaten/Kota.

c) Teori Efektivitas

Kata efektiv berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan sebagai ketetapan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soeworno Handayaningrat S. yang menyatakan bahwa Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan konsep- konsep dalam teori manajemen dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan teori efektivitas. Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi. karena keduanya memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian

(39)

tujuan. Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar.

Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely antara lain :

1. Efektivitas individu, hal ini didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi;

2. Efektivitas kelompok, adanya pandangan bahwa kenyataannya individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya;

3. Efektivitas organisasi, efektivitas ini terdiri dari individu dan kelompok.

Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya.

Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai.

Sumaryadi berpendapat dalam bukunya bahwa “Organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan.”

Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat

(40)

dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga dan yang lain.

Sementara itu, Sharma memberikan kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor eksternal organisasi antara lain:

1. Produktivitas organisasi atau output;

2. Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan diluar organisasi;

3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi.

Sedangkan Steers dalam Tangkilisan mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi yaitu:

1. Produktivitas;

2. Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas;

3. Kepuasan kerja;

4. Kemampuan berlaba;

5. Pencarian sumber daya.

Efektivitas berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Jadi efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran. Sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi dapat dilakukan melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu

(41)

faktor untuk menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak.

Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

Efektif dan berhasil tidaknya penegakan hukum tergantung tiga unsur sistem hukum yang dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman yakni struktur hukum (structure of law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal culture). Struktur hukum menyangkut kepada aparat penegak hukum, jumlah dan ukuran pengadilan, yuridiksinya dan tata cara naik banding dari pengadilan ke pengadilan lainnya atau lembaga hukum yang dimaksud untuk menjalankan perangkat hukum yang ada. Substansi hukum adalah aturan atau norma dan perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem hukum itu, menyangkut kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi pedoman bagi aparat penegak hukum.

Hans Kelsen mengatakan Efektivitas Hukum yaitu “apakah orang-orang pada kenyataannya berbuat menurut suatu cara untuk menghindari sanksi yang diancamkan

(42)

oleh norma hukum atau bukan, dan apakah sanksi tersebut benar-benar dilaksanakan atau tidak terpenuhi.”

Konsep efektivitas dalam definisi Hans Kelsen difokuskan pada subjek dan sanksi. Subjek yang melaksanakannya yaitu, orang-orang atau badan hukum.

Orang-orang tersebut harus melaksanakan hukum sesuai dengan bunyinya norma hukum. Dilaksanakan atau tidak. Hukum diartikan norma hukum, baik yang tertulis maupun norma hukum yang tidak tertulis.35

Stuktur hukum berkaitan dengan kelembagaan hukum. Di Indonesia, lembaga yang berwenang melakukan penegakan hukum, adalah seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan. Sementara itu, substansi berkaitan isi norma hukum. Norma hukum ini ada yang dibuat oleh Negara (state law) dan ada juga hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Soejono Soekanto mengemukakan 5 faktor yang harus diperhatikan dalam penegakan hukum. Penegakan hukum merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memeliharan dan mempertahankan kedamaian dalam masyarakat. Kelima faktor itu meliputi :

1. Faktor hukum atau Undang-undang 2. Faktor penegak hukum

3. Faktor sarana atau fasilitas 4. Faktor masyarakat 5. Faktor kebudayaan36

35Salim HS dan Erlies Septiana Nurhani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian disertasi dan Tesis, Rajawali Pers, Jakarta, 2014, hal 302.

36Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal 8.

(43)

Hukum atau Undang-undang dalam arti materil merupakan peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah.

Peraturan dibagi 2 macam, yaitu peraturan pusat dan peraturan setempat. Peraturan pusat berlaku bagi semua warga negara atau suatu golongan tertentu saja maupun yang berlaku umum di sebagian wilayah negara. Peraturan setempat hanya berlaku di suatu tempat atau daerah saja. Kelima faktor itu harus diperhatikan secara seksama dalam proses penegakan hukum. Karena apabila hal itu kurang mendapat perhatian, maka penegakan hukum tidak akan tercapai.

Teori efektivitas ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keefektivitasan dari kehadiran Majelis Pengawas Daerah sebagai perpanjangan tangan dari Kemenkumham Republik Indonesia dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap notaris yang berada di tingkat Kabupaten/Kota.

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari konsepsi yang diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition. Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dari suatu istilah yang dipakai untuk dapat ditemukan suatu kebenaran dengan substansi yang diperlukan.37

37Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2005, hal 139.

(44)

Dalam penulisan tesis ini diperlukan konsepsi yang merupakan definisi operasional dari istilah-istilah yang dipergunakan untuk menghindari perbedaan penafsiran. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :

a) Analisis Yuridis adalah mempelajari/menganalisa dengan cermat, memeriksa (untuk memahami), suatu pandangan atau pendapat dari segi hukum.

b) Implementasi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pun sekelompok orang berdasarkan atas kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

c) Pembinaan adalah bantuan dari seseorang atau sekelompok orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapaiapa yang diharapkan.38

d) Pengawasan adalah suatu usaha pemantauan pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya dan berhasil guna oleh pimpinan terhadap sumber kerja untuk mengetahui kelemahan agar dapat diperbaiki demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.39 Pengawasan merupakan suatu usaha untuk menjamin adanya kearsipan antara penyelenggara tugas pemerintahan oleh daerah-daerah dan untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.40

38Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, Teras, Yogyakarta, 2009, hal 144.

39Pasal 67 ayat (1) UUJN.

40Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Hukum Administrasi Pemerintahan Di Daerah, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993), Hal. 233

(45)

e) Notaris adalah Pejabat Umum yang dapat diangkat oleh Negara untuk melakukan tugas-tugas Negara yang dalam kedudukannya tersebut memperoleh sifat akta otentik, seperti yang dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata.41

f) Majelis Pengawas adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris.42

g) Majelis Pengawas Daerah (MPD) adalah Majelis Pengawas di tingkat Kabupaten dan Kota, merupakan ujung tombak pengawasan notaris di daerah yang mempunyai tugas dan wewenang untuk mengawasi dan melakukan pembinaan terhadap notaris dalam melakukan jabatan di dalam suatu kabupaten/kota.

h) Menjalankan jabatan secara nyata merupakan suatu perilaku/aktivitas dalam menjalankan fungsi dari suatu kedudukan yang menunjukan tugas dan hak seseorang yang memiliki profesi, jabatan dan atau pegawai tertentu sebagaimana mestinya yang dilakukan secara nyata dalam prakteknya yang dapat dilihat secara garis besar guna untuk memperoleh suatu hasil atau mencapai suatu tujuan tertentu.

41Pasal 1 ayat (1) UUJN.

42Pasal 1 ayat (6) UUJN.

(46)

i) Kewenangan merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan kepada suatu jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur jabatan yang bersangkutan.

G. Metode Penelitian

Metode berarti jalan atau cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.43 Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporannya.44 Menurut Sutrisno Hadi, Metode Penelitian adalah sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.45

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian yang ditimbulkan di dalam gejala yang bersangkutan.46

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penulisan penelitian ini sebagai salah satu jenis karya tulis ilmiah yang membutuhkan data-data yang mempunyai nilai kebenaran yang dapat dipercaya.

Oleh karena itu, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang bersifat yuridis empiris, karena dilakukan penelitian lapangan akan berlakunya

43Koentjara Ningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1997, hal 16.

44Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, PT.Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal 1.

45Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, ANDI, Yogyakarta, 2000, hal 4.

46Soejono Soekanto, op.cit., hal 43.

(47)

hukum positif mengenai pengawasan notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris dan juga untuk melihat seperti apa penerapan dilapangan dan masyarakat. Dalam hal ini pendekatan yuridis digunakan untuk menganalisa berbagai peraturan tentang jabatan notaris, sedangkan pendekatan empiris dipergunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat dari perilaku masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, selalu berinteraksi dan berhubungan dengan aspek kemasyarakatan.47 Disamping itu, empiris dimaksudkan hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati dalam kehidupan nyata.

Pendekatan Yuridis Empiris adalah penelitian yang berusaha menghubungkan antara Norma Hukum yang berlaku dengan kenyataan yang ada di kehidupan nyata.

Penelitian berupa studi empiris berusaha menemukan teori mengenai proses terjadinya dan proses bekerjanya hukum. Pendekatan ini bertujuan untuk memahami bahwa hukum itu tidak semata-mata sebagai salah satu perangkat aturan perundang- undangan yang bersifat normatif belaka, akan tetapi hukum dipahami sebagai perilaku masyarakat yang menggejala dan membentuk pola dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Sumber Data Penelitian

Data pokok dalam penelitian ini adalah data primer yang meliputi :

47Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal 43.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada metode - metode sebelumnya dalam menentukan panjang interval umumnya ditentukan berdasarkan keinginan peneliti untuk mempermudah perhitungan. Sedangkan penentuan

Metode backpropagation dapat digunakan untuk melakukan pendeteksian suatu jenis penyakit, gangguan, maupun kasus yang memiliki data masa lalu dan dengan metode backpropagation

Berdasarkan asal sekolah ditemukan bahwa paling banyak positif kecacingan pada anak yang bersekolah di SDN Anca yaitu 32% dengan telur cacing terbanyak Schistosoma japonicum

Intinya adalah dengan mengatakan tidak pada hal yang tidak urgent dan tidak penting, Anda bisa mengalokasikan waktu untuk kegiatan lain agar lebih seimbang dan tidak membuang

Hal ini berarti semakin tinggi jumlah sumber informasi maka semakin pendek jarak yang diperlukan oleh petani karet untuk menghubungi aktor lain dalam jaringan komunikasi. Beragamnya

Kritik ini ditujukan pada subjek (ego) yang berusaha merengkuh dan memahami secara total fenomena atau objek tertentu, seraya menunjukkan bahwa fenomena/ objek tersebut adalah

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk pengambilan data yang efektif dan efisien adalah dengan menggunakan drone yang biasa disebut pesawat tanpa

Bila solusi eksak persamaan diferensial biasa di titik singular regular sulit atau tidak mungkin diperoleh, maka solusinya dapat diperoleh dengan metode deret pangkat.. Metode