• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19 /POJK.04/2015 Tentang Penerbitan dan Persyaratan Reksadana Syariah pasal (1) menjelaskan bahwa Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal. Berdasarkan perhitungan tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) reksadana diketahui bahwa tingkat pengembalian reksadana syariah lebih baik dari pada reksadana konvensional, selain itu reksadana syariah memiliki risiko yang lebih kecil dari pada reksadana konvensional.

Pengeloaan reksadana dilakukan oleh manajer investasi. Manajer investasi merupakan perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah (Bapepam) untuk melakukan kegiatan pengelolaan dana melalui investasi di pasar modal. Pihak selanjutnya yang terlibat dalam pengelolaan reksadana adalah bank kustodian. Bank kustodian memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam hal menyimpan, menjaga, dan mengadministrasikan kekayaan, baik dalam pencatatan maupun penjualan kembali suatu reksadana sesuai dengan kontrak investasi yang telah ditetapkan dengan manajer investasi. Pada prinsipnya, pokok-pokok aturan investasi reksa dana syariah mencakup:

1) Investasi hanya pada efek-efek dari perusahaan yang kegiatan usaha utamanya dan hasil usaha utamanya sesuai dengan pedoman syariah Islam.

2) Perusahaan yang kegiatan dan hasil usaha utamanya sesuai syariah Islam, namun memiliki anak perusahaan yang kegiatan dan hasil usaha utamanya tidak sesuai dengan syariah Islam dikategorikan sebagai tidak sesuai dengan syariah Islam.

(2)

2

3) Perusahaan yang kegiatan dan hasil usaha utamanya sesuai dengan syariah Islam, namun mayoritas sahamnya dimiliki oleh suatu perusahaan yang kegiatan dan hasil usaha utamanya tidak sesuai dengan syariah Islam dikategorikan sebagai sesuai syariah Islam.

4) Penempatan jangka pendek pada giro konvensional yang tidak dapat dihindarkan akan dibersihkan akan melalui proses cleansing. Penggunaan dana cleansing antara lain santunan anak yatim dan fakir miskin, pembangunan sarana umum, dan untuk membantu musibah kemanusiaan.

5) Perbedaan yang paling menonjol antara reksa dana syariah dengan reksa dana konvensional adalam dalam reksa dana syariah terdapat proses “screening”

atau filterisasi atas instrumen investasi berdasarkan pedoman syariah dan proses cleansing untuk membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari kegiatan yang haram menurut pedoman syariah. (Aprilia & Kiki, 2017) Pada umumnya tujuan investor berinvestasi adalah memperoleh keuntungan (return), tanpa melupakan risiko yang mungkin dihadapi.

Hubungan return dengan risiko merupakan hubungan yang searah dan linier.

Artinya, makin tinggi risiko suatu aset maka makin tinggi pula return atas aset itu, begitu juga sebaliknya (Tendelin, 2001:7).

Sebagai salah satu instrumen investasi, Reksadana Syariah memiliki kriteria yang berbeda dengan reksa dana konvensional pada umumnya.

Perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses manajemen portofolio, screeninng (penyaringan), dan cleansing (pembersihan).

(3)

3 Tabel 1. 1

Perbandingan Jumlah Reksa Dana dan Perbandingan NAB1 Reksa Dana Syariah Tahun 2018

Sumber: Direktorat Pasar Modal Syariah – Otoritas Jasa Keuangan

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat, bahwa kenaikan jumlah reksadana maupun kenaikan jumlah NAB dari reksadana syariah menyajikan perbandingan reksadana syariah dengan keseluruhan total reksadana. Kenaikan yang terjadi seiring dengan bertambahnya jumlah reksadana total yang beredar, menunjukkan geliat masyarakat pemodal semakin besar dalam menginvestasikan dana dalam reksadana. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah persentase reksadana syariah relatif kecil dibandingkan keseluruhan reksadana, namun ini cukup menunjukkan bahwa reksadana syariah cukup diminati.

Secara umum pertumbuhan dan perkembangan reksadana syariah mengalami kenaikan yang cukup bagus dan pesat hal ini ditunjukkan dengan imbal hasil reksadana saham syariah sebesar 1,44 persen. Kinerja reksadana yang meningkat hal ini disebabkan oleh infrastruktur dan komoditas yang naik. Reksadana diperkirakan akan memberikan imbal hasil yang meningkat. Investor banyak memilih reksadana syariah

1 Nilai Aktiva Bersih (NAB)

(4)

4

karena ingin memperoleh keberkahan tidak hanya keuntungan yang besar. Reksadana syariah juga memberikan imbal hasil yang jauh lebih tinggi dibanding reksadana konvensional. (Wardhani, Juanda, & Syam, 2018:7)

Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai pasar wajar (fair market value) suatu efek dan kekayaan dari reksadana yang dikurangi dengan kewajiban. NAB ini salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu reksadana syariah dan dilaporkan oleh manajer investasi ke bank kustodian. Bank kustodian merupakan lembaga keuangan yang menangani dan mencatat asset manajer investasi dan diumumkan ke publik surat kabar setiap hari (Kurniasih, 2015:23).

Kinerja untuk setiap jenis reksadana syariah berdasarkan alokasi asetnya dilihat dari NAB periode bulan Januari 2017 – Desember 2017 yang terdaftar dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Tabel 1. 2

Perkembangan Rata-rata NAB Reksadana Syariah Tahun 2017 No Jenis Reksadana NAB Reksadana Syariah

(dalam triliun rupiah)

1. Reksadana Campuran 16,87

2. Reksadana Saham 16,54

3. Reksadana Pendapatan Tetap 25,23

4. Reksadana Pasar uang 13,43

(Sumber : data diolah penulis, 2019)

Tabel 1.2 diatas menunjukan fenomena bahwa diantara jenis reksadana syariah berdasarkan alokasi asetnya dengan dana kelolaan sebesar 100 – 500 miliyar rupiah selama bulan Januari sampai dengan Desember 2017, karena dengan dana kelolaan tersebut dapat memberikan kinerja yang lebih baik. Reksadana pendapatan tetap terlihat lebih unggul dibandingkan dengan reksadana syariah yang lainnya dengan nilai NAB paling tinggi yakni sebesar Rp 25,23 Triliun, sedangkan nilai NAB terendah yaitu reksadana pasar uang sebesar Rp 13,43 Triliun. Reksadana pendapatan tetap syariah berhasil membukukan pertumbuhan kinerja yang positif seiring dengan positifnya pasar obligasi domestik.

(5)

5 Tercatat pada tahun 2017 investor beramai-ramai mengalihkan investasinya dari reksadana saham ke reksadana pendapatan tetap dan pasar uang untuk mengurangi tingkat resiko, ditambah dengan kondisi indeks saham yang telah mencapai puncak, membuat investasi pada reksadana saham memiliki tingkat risiko lebih tinggi dibanding investasi pada jenis reksadana lainnya. Adapun pergerakan pada yield (imbal hasil) obligasi pemerintah Indonesia turut mencatatkan penurunan yang signifikan. Turunnya yield obligasi tersebut menandakan adanya peningkatan pada permintaan obligasi yang meningkat karena naiknya harga. Kenaikan harga-harga obligasi inilah yang mendorong kinerja reksadana berbasis surat utang (obligasi) seperti reksadana pendapatan tetap menorehkan pertumbuhan kinerja (Mulya, 2018).

Dalam penelitian ini reksadana syariah yang digunakan yaitu Reksadana Pendapatan Tetap. Menurut Fahmi (2015:15), Reksadana Pendapatan Tetap merupakan reksadana yang melakukan investasi minimal 80% dari nilai aktiva dalam bentuk efek bersifat utang dengan bunga tetap. Pada reksadana ini memiliki tingkat risiko yang relatif lebih besar dari reksadana pasar uang dengan tujuan untuk menghasilkan pengembalian yang stabil.

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Masyarakat Muslim mengharapkan investasi yang tepat instrumen syariah Islam. Untuk menanggapi keinginan para pelaku pasar di bidang investasi secara mutual jenis dana yang diluncurkan adalah basis operasional syariah, yang umumnya dikenal sebagai reksa dana syariah. Reksa dana syariah adalah reksa dana alternatif investasi selain yang konvensional.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Di era globalisasi saat ini terdapat investor yang memiliki keterbatasan keahlian dalam mengelola dana untuk menghitung resiko atas investasi yang berjalan. Hal tersebut saat ini bukan menjadi masalah yang besar dan penghalang untuk para investor karena para calon investor dapat memberikan kepercayaan kepada manajer investasi.

Investasi pada bursa saham memiliki tingkat pengembalian yang cukup tinggi dalam

(6)

6

jangka waktu panjang, namun memiliki resiko yang paling tinggi. Sebagai manajer investasi perlu melakukan tindakan secara cepat dalam melakukan pengambilan keputusan agar dapat memaksimalkan keuntungan dengan melakukan pengukuran kinerja dan meminimalkan resiko dengan memantau dan mengevaluasi pada setiap portofolio.

Portofolio (portfolio) adalah suatu kumpulan atau kombinasi dari aktiva atau sekuritas keuangan seperti saham, obligasi, dan yang setara dengan kas dalam suatu unit yang dipegang atau dibuat oleh seorang investor, perusahaan investasi atau institusi keuangan (Hartono, 2014:230). Investor yang membentuk portofolio dalam satu kelas aset yaitu saham, berarti investor tersebut harus berinvestasi dalam berbagai saham untuk menekan risiko. Pemilihan portofolio diklasifikasikan menjadi dua yaitu portofolio efisien dan portofolio optimal. (Jayanti, Handayani, & Z.A, Agustus 2017)

Menurut (Tandelilin, 2017:25) risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return harapan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan konpensasi atas biaya kesempatan (oportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Salah satu asumsi penting bahwa semua investor tidak menyukai resiko (risk aveter). Investor seperti ini jika dihadapkan pada dua pilihan investasi yang menawarkan return yang sama dengan risiko yang berbeda, akan cenderung memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah.

Salah satu instrumen yang baik dalam melakukan investasi yaitu reksadana.

Reksadana paling cocok digunakan bagi investor pemula di pasar modal, karena risiko lebih rendah, tidak butuh skill yang tinggi dan bisa dilakukan dengan nominal kecil.

Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana syariah menurut POJK. No 19/POJK.04/2015 adalah Reksadana sebagaimana di maksud dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal dan peraturan

(7)

7 pelaksanaannya yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah di Pasar Modal. Berdasarkan definisi tersebut, maka setiap jenis reksadana dapat diterbitkan sebagai reksadana syariah sepanjang memenui prinsip-prinsip syariah, termasuk aset yang mendasari penerbitannya (PT Bursa Efek Indonesia, 2019).

Reksadana syariah dianggap memenuhi prinsip syariah di pasar modal apabila akad, cara pengelolaan, dan portofolionya tidak bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal sebagaimana diatur dalam peraturan OJK tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal. Reksadana syariah merupakan salah satu lembaga keuangan syariah non- perbankan, yang dijadikan salah satu alternatif untuk berinvestasi bagi masyarakat yang memiliki keinginan memperoleh return investasi dari sumber dan tata cara yang bersih.

Pada umumnya, banyak investor yang belum mengetahui hubungan antara return dan risiko, kebanyakan dari mereka hanya membentuk portofolio Reksadana secara acak tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Pengelolaan reksadana menjadi salah satu upaya bernilai positif untuk memajukan reksadana syariah dan sebagai pedoman untuk calon investor. Oleh karena itu, dalam mengukur kinerja reksadana tidak hanya dilihat dari return yang akan didapatkan, melainkan juga harus memperhitungkan besar resiko yang akan diterima. Dalam penentuan acuan portofolio reksadana menggunakan indeks saham IHSG yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara umum, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah nilai representatif dari semua harga saham yang tercatat di BEI. Oleh karena itu, IHSG dapat dimanfaatkan oleh investor untuk memantau pergerakan serta perkembangan harga saham di Indonesia dari mulai IHSG dihitung. Di samping itu, karena IHSG adalah salah satu indikator penting kinerja saham dalam bursa. Dapat dikatakan ketika IHSG bergerak lebih tinggi daripada kenaikan harga saham portofolio saham investor, maka kinerja dari portofolio saham tersebut sedang memburuk dan sebaliknya.

Metode pengukuran kinerja reksadana berdasarkan unsur risiko untuk menggambarkan kemampuan manajer investasi reksadana yaitu metode Sharpe dan metode Treynor. Pemilihan penggunaan kedua metode ini karena saling melengkapi

(8)

8

satu sama lainnya. Metode Sharpe menghasilkan peringkat yang lebih rendah dan metode Treynor menghasilkan peringkat yang lebih tinggi untuk portofolio reksadana yang tidak terdiversifikasi. Perbedaan peringkat pada kedua metode tersebut menunjukan perbedaan baik dan buruknya portofolio tersebut terhadap portopolio sejenis, sehingga kedua metode ini sebaiknya dilakukan bersama. Portofolio reksadana yang terdiversifikasi dengan baik akan mempunyai ranking yang sama untuk kedua jenis pengukur dan metode ini didasarkan pada risk premium, artinya bahwa kedua metode ini mengukur perbedaan (selisih) antara rata-rata kinerja yang dihasilkan reksadana dengan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko.

Metode Sharpe digunakan untuk mengetahui seberapa besar penambahan dari hasil investasi yang didapat untuk setiap unit resiko yang diambil dengan menghitung selisih antara rata-rata return reksadana dengan rata-rata investasi bebas risiko, kemudian dibagi dengan standar deviasi sebagai cerminan dari risiko. Metode Sharpe diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi. Metode Sharpe mengevaluasi portofolio manajer berdasarkan tingkat imbal hasil (rate of return) dan diversifikasi (seperti mempertimbangkan risiko portofolio total sebagaimana diukur dengan standar devisiasi pada denominatornya). Oleh karena itu, metode Sharpe lebih sesuai untuk portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, karena lebih akurat memperhitungkan risiko portofolio (Hartono, 2014:230). Berdasarkan situs www.bareksa.com dikatakan bahwa metode Sharpe merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan di Indonesia dan pada ajang penghargaan reksadana terbaik pada tahun 2013 dikatakan penggunanaan metode Sharpe merupakan kriteria dalam menentukan reksadana terbaik (Puspa, 2018).

Metode Treynor dihitung dengan memperhatikan fluktuasi pasar yang digunakan untuk menunjukan premium risiko portofolio per risiko secara sistematis.

Pengukuran Treynor ini dikembangkan oleh Jack L Treynor, yang juga merupakan orang pertama yang menyediakan pengukur komposit kinerja portofolio yang memperhitungkan tingkat risiko. Tujuan Treynor adalah untuk menemukan ukuran

(9)

9 kinerja yang dapat diaplikasikan kepada seluruh investor dengan tidak mempedulikan preferensi risiko personal. Tujuan Treynor adalah untuk menemukan ukuran kinerja yang dapat diaplikasikan kepada seluruh investor dengan tidak mempedulikan preferensi risiko personal (Hartono, 2014:230).

Portofolio yang mempunyai indeks Treynor yang lebih kecil dari indeks Treynor pasar akan terletak di bawah garis pasar sekuritas, yang menunjukkan bahwa kinerja portofolio tersebut berada dibawah kinerja pasar. Semakin besar slope garis yang dimiliki portofolio, berarti kinerja portofolio tersebut akan menjadi relative lebih baik dibanding portofolio yang mempunyai indeks Treynor yang lebih kecil (Tandelilin, 2010 : 202).

Kondisi global ekonomi yang terjadi saat ini telah memicu kenaikan suku bunga dalam negeri, sedangkan pasar obligasi dan pasar saham berfluktuasi cukup tinggi. Di tengah ketidakpastian pada kondisi global ekonomi, para investor lebih memilih untuk berinvestasi pada produk reksadana yang memberikan kepastian imbal hasil dan dalam jangka waktu pendek. Pertumbuhan reksadana syariah dapat dilihat dari data statistik yang tercatat pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selama 1 (tahun) tahun terakhir yakni pada tahun 2017, dengan jumlah reksadana dan NAB (Nilai Aktiva Bersih) mengalami peningkatan yang singifikan.

(10)

10

Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah reksadana syariah disertai oleh penurunan jumlah NAB (Nilai Aktiva Bersih) pada tahun 2017, seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini :

(Sumber : diolah oleh penulis, 2019)

Gambar 1. 1

Jumlah Reksadana Syariah – NAB Reksadana Syariah

Berdasarkan gambar diatas dapat dikatakan bahwa pesatnya pertumbuhan instrumen reksadana syariah merupakan masalah yang dihadapi oleh para investor maupun investor potensial adalah bagaimana memilih alternatif reksadana yang dilakukan untuk mengukur tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) yang baik dan diterima oleh investor. Pertumbuhan reksadana syariah dapat dikatakan mengalami perkembangan yang signifikan, namun perkembangan NAB pada tahun 2017 yaitu tidak stabil karena terdapat penurunan NAB reksadana syariah ketika jumlah reksadana syariah mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Dapat dilihat peningkatan NAB reksadana syariah terbesar terjadi pada bulan Desember 2017 yaitu sebesar 6,19% dari tahun sebelumnya, sedangkan NAB dengan hasil terendah terjadi pada bulan Juli 2017.

Berkaitan hasil penelitian sebelumnya yang inkonsitensi terdapat bebearapa pendapat antara lain, Menurut (Waridah & Mediawati, 2016) menyatakan bahwa tahun

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

0,00 5.000,00 10.000,00 15.000,00 20.000,00 25.000,00 30.000,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okto Nov Des

Perkembangan Reksadana Syariah Tahun 2017

Reksadana Syariah NAB Reksadana Syariah

(11)

11 2012 menjadi tahun yang memiliki nilai rasio sharpe tertinggi serta satu-satunya tahun yang memiliki sharpe ratio bernilai positif terkait dengan ukuran Sharpe Ratio yang merupakan ukuran kinerja berdasarkan return yang disesuaikan dengan risiko yang menunjukkan bahwa susunan Reksadana Saham Syariah memiliki kinerja terbaik.

Berdasarkan analisis (Barus & Mahfud, 2014) terhadap 10 Reksadana Saham dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan analisa Metode Sharpe yang dilakukan terhadap 10 (Sepuluh) Reksadana Saham pada bulan Maret 2011 – Maret 2012 menyatakan ada 5 (Lima) Reksadana Saham yang memiliki kinerja baik dan sisanya dibawah kinerja IHSG. Sedangkan berdasarkan analisa Metode Treynor yaitu rata-rata nilai Treynor Ratio yang didapatkan bernilai positif. (Sunarsih & Andriyanto, 2015) memberikan hasil bahwa manajer investasi akan memilih portofolio yang efisien dan reksadana syariah pada tahun 2010-2012 memiliki kinerja yang positif dengan menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen karena terdapat dua reksadana syariah memiliki portofolio yang efisien untuk pengembalian maksimum risiko.

Berdasarkan uraian diatas, terdapat perbedaan-perbedaan hasil penelitian sebelumnya yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komparasi Kinerja Investasi Portofolio Dengan Menggunakan Metode Sharpe dan Metode Treynor (Studi Kasus Pada Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Yang Terdaftar Pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Periode Tahun 2018 ”.

1.3 Perumusan Masalah

Peningkatan jumlah reksadana syariah akan membuat pemodal mempunyai banyak alternatif pilihan dalam berinvestasi. Namun demikian, pada sisi lain hal tersebut dapat pula menimbulkan kebingungan ataupun kesulitan bagi calon pemodal dalam memilih reksadana karena keterbatasan informasi dan pengetahuan yang dimilikinya dalam menentukan alternatif reksadana yang ada berdasarkan kinerja portofolio. Pada tahun 2017 pertumbuhan reksadana syariah dapat dikatakan mengalami perkembangan yang signifikan, namun perkembangan NAB reksadana

(12)

12

syariah pada tahun 2017 dapat dikatakan tidak stabil, dimana ketika reksadana syariah mengalami pertumbuhan setiap bulannya, tetapi NAB reksadana syariah mengalami penurunan. Melainkan seharusnya ketika reksadana syariah mengalami peningkatan setiap bulan pada tahun 2017, maka NAB reksadana syariah pun ikut meningkat.

Manajer Investasi selaku pengelola reksadana berpedoman pada kebijakan investasi dari setiap reksadana dengan mengalokasikan aset yang dikelola pada instrumen investasi yang tepat dan dapat menunjang kinerja dari reksadana yang dipilih oleh investor, karena masih banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi. Dalam menganalisis kinerja reksadana syariah dapat menggunakan strategi dengan menggunakan metode Sharpe dan metode Treynor. Dengan demikian, investor dapat mengetahui penambahan hasil investasi yang diperoleh untuk setiap unit resiko yang diambil.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas atau perbedaan hasil penelitian sebelumnya, maka yang menjadi rumusan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kinerja reksadana pendapatan tetap syariah jika dinilai dengan menggunakan metode Sharpe pada periode tahun 2018?

2. Bagaimana kinerja reksadana pendapatan tetap syariah jika dinilai dengan menggunakan metode Treynor pada periode tahun 2018?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana pendapatan tetapsyariahyang diukur menggunakan metode Sharpe dan metode Treynor?

(13)

13 1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pertanyan penelitian tersebut maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kinerja reksadana pendapatan tetap syariah yang dinilai dengan menggunakan metode Sharpe pada tahun 2018.

2. Mengetahui kinerja reksadana pendapatan tetap syariah yang dinilai dengan menggunakan metode Treynor pada tahun 2018.

3. Mengetahui perbedaan yang signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap syariah dengan metode Sharpe dan metode Treynor pada periode tahun 2018.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Aspek Teoritis

Kegunaan teoritis yang ingin dicapai dari pengembangan ilmu pengetahuan penelitian ini, antara lain :

1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai kinerja reksadana pendapatan tetap syariah menggunakan Metode Sharpe dan Metode Treynor serta meningkatkan kemampuan manajer investasi dalam mengelola reksadana pendapatan tetap syariah.

2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya mengenai kinerja reksadana pendapatan tetap syariah di Indonesia yang layak dijadikan sebagai keputusan yang tepat.

1.6.2 Aspek Praktis

Kegunaan praktis yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Bagi investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengetahuan, informasi serta dapat dijadikan pertimbangan kepada investor dan calon investor dalam memilih alternatif investasi khususnya reksadana syariah. investor dapat

(14)

14

mengetahui keuntungan dan menerima informasi yang berkelanjutan dengan jangka panjang.

2. Bagi Manajer Investasi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kinerja yang dilakukan dalam pengelolaan dana yang berasal dari para investor reksadana syariah selama ini. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai variabel-variabel yang dapat berpengaruh pada kinerja reksadana syariah sehingga mampu mengelola dana investasi dengan lebih baik dan meningkatkan kinerja dalam mengambil keputusan investasi reksadana syariah.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini ditentukan untuk memberikan batasan - batasan yang diteliti agar penelitian dapat terarah. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan objek penelitiannya yaitu perusahaan - perusahaan pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah tercatat melakukan reksadana syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data statistika reksadan syariah pada tahun 2018.

1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian

Waktu penelitian dalam penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2019.

Penelitian ini menggunakan data statistika reksadan syariah pada tahun 2018 untuk perusahaan-perusahaan yang telah tercatat melakukan reksadana syariah pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

1.7.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini terdapat 5 (lima) variabel.

Variabel-variabel tersebut adalah kinerja reksadana pendapatan tetap syariah,

(15)

15 portofolio, metode Sharpe dan metode Treynor. Dimana metode Sharpe dan metode Treynor merupakan suatu metode yang digunakan untuk memberikan keputusan manajer investasi dalam pengelolan kinerja reksadana syariah.

1.8 Sistematika Tugas Akhir

Sistematika merupakan suatu pola dalam penyusunan tugas akhir untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai materi pembahasan dari bab pertama hingga bab terakhir, dengan tujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud dan isi dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini diuraikan dengan menggukan sistematika secara berurutan yang terdiri dari beberapa bab, diantaranya yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama dalam penelitian adalah bab pendahuluan, pada bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang yang menjelaskan fenomena yang terjadi sehingga dapat dijadikan penyusunan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan secara praktis serta di subbab terakhir dijelaskan mengenai sistematika penulisan secara umum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini berisi tentang landasan teori tentang reksadana syariah, kemampuan mengelola reksadana syariah dengan menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Bab ini juga membahas mengenai hasil dari penelitian terdahulu yang sejenis sebagai acuan dilakukannya penelitian ini, dari landasan teori tersebut kemudian dibentuk kerangka pemikiran serta ruang lingkup penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode penelitian dan teknik penelitian dalam pengumpulan dan menganalisis data yang menyangkut mengenai variabel penelitian, difinisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode analisis data

(16)

16

serta teknik analisis data yang digunakan untuk memberikan jawaban atas rumusan masalah yang digunakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan dan membahas mengenai hasil penelitian yang berupa diskripsi objek penelitian, analisis data serta interpretasi hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab kelima adalah bab terakhir dalam penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, saran-saran dari hasil penelitian yang dapat memberikan rekomendasi untuk penelitian sejenis di masa mendatang.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang besar dalam membentuk perilaku prososial remaja sehingga apabila orang tua

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar