• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODUL DIGITAL TERINTEGRASI NILAI KEISLAMAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GERAK MELINGKAR BERATURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODUL DIGITAL TERINTEGRASI NILAI KEISLAMAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GERAK MELINGKAR BERATURAN"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODUL DIGITAL TERINTEGRASI NILAI KEISLAMAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

KONSEP GERAK MELINGKAR BERATURAN

(Peneliitan Kuasi Eksperimen di SMK Patriot Nusantara Tahun Ajaran 2019/2020)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh :

AWANDA YOLANDA NIM: 1113016300049

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1441 H/ 2020 M

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

(4)

iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

(5)

iv

ABSTRAK

Awanda Yolanda, 1113016300049. Pengaruh Modul Digital Terintegrasi Nilai Keislaman terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gerak Melingkar Beraturan. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modul digital terintegrasi nilai keislaman terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Patriot Nusantara pada bulan Maret sampai April 2020. Dalam penelitian ini yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas X-E Teknik Komputer Jaringan (TKJ), sedangkan yang menjadi kelas kontrol adalah kelas X-A Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Penentuan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik purposive sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design.

Instrument yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dan nontes berupa angket respon siswa dan lembar wawancara guru. Data hasil instrument tes dianalisis secara kuantitatif, sedangkan hasil instrument nontes dianalisis secara kuantitatif, menghasilkan data berupa presentase yang kemudian di konversi menjadi kualitatif. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t yang dilakukan terhadap data posttest diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar (0,006) <

taraf signifikansi (0,05). Hal ini menunjukkann bahwa secara siginifikan, pembelajaran menggunakan modul digital terintegrasi nilai keislaman berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan. Rata-rata skor hasil belajar siswa kelas eksperimen sebesar 16,44 hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor kelas kontrol sebesar 14,19. Pembelajaran menggunakan modul digital terintegrasi nilai keislaman pada jenjang C1 mengingat (68%), C2 memahami (62%), C3 menerapkan (66%), dan C4 menganalisis (52%).

Rata-rata presentase hasil respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan modul digital terintegrasi nilai keislaman sebesar 81%, dengan kategori baik sekali.

Kata kunci: Modul digital, nilai keislaman, hasil belajar siswa, gerak melingkar beraturan.

(6)

v

ABSTRACT

Awanda Yolanda, NIM 1113016300049. The Effect of Integrated Digital Modules on Islamic Values on Student Learning Outcomes on the Concept of Regular Circular Motion. Skripsi of Physics Education Program, Science Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

This study aims to determine the effect of the integrated digital module of Islamic values on student learning outcomes on the concept of regular circular motion. This research was conducted at Patriot Nusantara Vocational School from March to April 2020. In this study the experimental class was X-E Network Computer Engineering (TKJ) class, while the control class was X-A Network Computer Engineering (TKJ) class. The determination of the sample in this study is based on purposive sampling technique. The research method used was a quasi-experimental design with nonequivalent control group design. The instrument used was a multiple choice and non-test objective test in the form of a student response questionnaire and teacher interview sheets. Data from test instrument results were analyzed quantitatively, while non-test instrument results were analyzed quantitatively, producing data in the form of percentages which were then converted to qualitative. Based on the results of hypothesis testing using the t-test conducted on the posttest data obtained Sig. (2-tailed) of (0.006) <significance level (0.05). This shows that significantly, learning using integrated digital modules Islamic values influences student learning outcomes on the concept of regular circular motion. The average score of learning outcomes of the experimental class students was 16.44, the results were higher than the average score of the control class of 14.19. Learning using digital modules integrated Islamic values at the C1 level remembering (68%), C2 understanding (62%), C3 applying (66%), and C4 analyzing (52%). The average percentage of results of student responses to learning using digital modules integrated Islamic values of 81%, with a very good category.

Keywords: Digital module, Islamic values, student learning outcomes, regular circular motion.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, taufik dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Modul Digital Terintegrasi Nilai Keislaman terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gerak Melingkar Beraturan”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman. Aamiin ya Rabbal’alamiin.

Apresiasi dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku ketua Program Studi Tadris Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Erina Hertanti, M.Si., selaku penguji I dan Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku penguji II sidang skripsi.

4. Fathiah Alatas, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu dan pikirannya untuk membimbing dan memberikan saran kepada peneliti selama proses pembuatan skripsi ini.

5. Erina Hertanti, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti selama menjadi mahasiswa pendidikan fisika.

6. Seluruh dosen, staf, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya jurusan pendidikan IPA, Program Studi Tadris Fisika yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.

7. H. Moh. Ali, S.Sos selaku Kepala SMK Patriot Nusantara yang telah memberikan izin melakukan penelitian di SMK tersebut.

(8)

vii

8. Dewan guru, staf, karyawan dan siswa-siswi SMK Patriot Nusantara, khususnya kelas X-A Teknik Komputer Jaringan dan X-ETeknik Komputer Jaringan tahun ajaran 2019/2020.

9. Keluarga tercinta, Ibunda Daspiah, S.Pd, Ayahanda alm. Alex Sulistiyanto S., yang selalu memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dukungan yang luar biasa kepada peneliti.

10. Sahabat-sahabatku, Nurrovi Pauziah Nawawi, Ai Umul Apiah, Fajri Kaharismatika, Succy Yuliawati, dan Hakiki Suci Hikmawati yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi.

11. Keluarga Besar Tadris Fisika 2013 yang senantiasa menjadi keluarga selama di perantauan, tempat peneliti berproses untuk menjadi lebih baik.

12. Keluarga Besar Teacher Young Squad Rodhiany Awalia Irwanto, S.M., Nurul Fatmah, S.Pd., Siti Mardhatilah, S.Pd., Dede Handayani, S.E., Maratul Azizah, S.Pd., Nopi Permatasari, S.Pd., dan Widya Yunita Nirmala, S.Kom yang telah membantu dan memotivasi peneliti dalam penyusunan skripsi.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segala bentuk bantuan, dorongan, saran dan bimbingan yang diberikan kepada peneliti mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT.

Amin.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, 19 Juni 2020

Peneliti

(9)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 6

A. Deskripsi Teoritis ... 6

1. Modul ... 6

2. Modul Digital ... 13

3. Modul Terintegrasi Nilai Keislaman ... 15

4. Hakikat Hasil Belajar ... 21

5. Kajian Materi ... 24

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

C. Kerangka Berpikir ... 42

D. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

(10)

ix

B. Metode Penelitian ... 44

C. Desain Penelitian ... 44

D. Variabel Penelitian... 45

E. Populasi dan Sampel ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

G. Instrumen Penelitian ... 46

1. Instrumen Tes... 46

2. Instrument Nontes ... 48

H. Kalibrasi Instrumen Tes ... 49

1. Validitas ... 50

2. Reliabilitas ... 51

3. Taraf Kesukaran ... 52

4. Daya Pembeda ... 53

I. Teknik Analisis Data ... 55

1. Analisis Data Tes ... 55

2. Analisis Data Nontes... 58

J. Hipotesis Statistik ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

1. Hasil Pretest ... 60

2. Hasil Posttest ... 61

3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa ... 63

4. Hasil Analisis Data Respon Siswa ... 64

5. Hasil Uji Prasyarat ... 65

6. Hasil Uji Hipotesis ... 67

B. Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULANDAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penetrasi pengguna internet . . . 1

Gambar 2.1 Jarring laba – laba keilmuan . . . 21

Gambar 2.2 Gerhana matahari dan gerhana bulan . . . 28

Gambar 2.3 Kecepatan sudut . . . 31

Gambar 2.4 perpindahan sudut . . . .. 34

Gambar 2.5Aplikasi roda – roda berhubungan . . . .. 38

Gambar 2.6 Dua roda dihubungkan sepusat . . . .. . . 40

Gambar 2.7 Dua roda bersinggungan . . . .. 40

Gambar 2.8 Rotasi bumi dan bulan . . . . . . 41

Gambar 2.9 Dua roda dihubungkan dengan tali .. . . 43

Gambar 2.10 Kerangka berpikir . . . .. . . .. 48

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Design penelitian

. . . .

50

Tabel 3.2 Kisi – kisi instrumen tes

. . . .

52

Tabel 3.3 Penskoran alternative

. . . .

54

Tabel 3.4 Kisi –kisi nontes

. . . .

54

Tabel 3.5 Interpretasi validitas butir soal

. . .

55

Tabel 3.6 Hasil uji validitas instrument tes

. . .

55

Tabel 3.7 Kriteriteria penafsiran indeks reliabilitas

. . . .

57

Tabel 3.8 Klasifikasi indeks kesukaran

. . .

58

Tabel 3.9 Instrumen tes

. . .

58

Tabel 3.10 klasifikasi daya pembeda

. . .

59

Tabel 3.11 Hasil uji daya pembeda

. . .

59

Tabel 3.12 Kriteria penilaian angket respon siswa

. . .

63

Tabel 3.13 Hasil penilaian angket respon siswa

. . . ..

64

Tabel 4.1Distribusi frekuensi skor pretest hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen

. . . .

65

Tabel 4.2 Ukuran pemusatan dan data hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen

. . . .

66

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi skor posttest hasil belajar aiawa kelas kontrol dan kelas eksperimen

. . .

67

Tabel 4.4 Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen

. . . ..

67

Tabel 4.5 Rekapitulasi data hasil pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen

. . . .

68

Tabel 4.6 Nilai rata – rata pretest dan posttest berdasarkan jenjang kognitif kelas kontrol dan kelas eksperimen

. . . .

69

(13)

xii

Tabel 4.7 Respon siswa terhadap modul digital terintegrasi nilai keislaman 70 Tabel 4.8 Hasil uji normalitas nilai pretest dan posttest siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen

. . . .

71

Tabel 4.9 Hasil uji homogenitas varian pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen

. . . .

72

Tabel 4.10 Hasil perhitungan uji hipotesis pretest dan posttest

. . . ..

73

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

Lampiran A.1 Lembar Wawancara Pendidik pada Studi Pendahuluan . . . . 84

Lampiran A.2 RPP Kelas Eksperimen . . . . . . 90

Lampiran A.3 RPP Kelas Kontrol . . . . . . 117

Lmpiran A.4 Lembar Kerja Siswa . . . . . . 141

Lampiran B Lampiran B.1.a Kisi-kisi Instrumen . . . . . . 152

Lampiran B.1.b Instrumen Tes . . . . . . 155

Lampiran B.2.a Analisis Instrumen Tes . . . . . . 186

Lampiran B.2.b Soal Instrumen Tes . . . . . . 188

Lampiran B.3.a Kisi-kisi Instrumen Nontes . . . . . . 208

Lampiran B.3.b Angket Respon Siswa . . . . . . 209

Lampiran C Lampiran C.1 Hasil Pretest . . . . . . 219

Lampiran C.2 Hasil Posttest . . . . . . 220

Lampiran C.3 Uji Normalitas Hasil Pretest . . . . . . 226

Lampiran C.4 Uji Normalitas Hasil Posttest . . . 227

Lampiran C.5 Uji Homogenitas Hasil Pretest . . . . . . 228

Lampiran C.6 Uji Homogenitas Hasil Posttest . . . . . . . 229

Lampiran C.7 Uji Hipotesis Hasil Pretest . . . . . . 230

Lampiran C.8 Uji Hipotesis Hasil Posttest . . . . . . 234

Lampiran C.9 Data Presentase Ranah Kognitif . . . . . . . 236

Lampiran C.10 Data Hasil Angket Respon Siswa . . . . . 240

Lampiran D Lampiran D.1 Modul Digital Terintegrasi Nilai Keislaman . . . 242

Lampiran D.2 Lembar Validasi Modul . . . . . . 248

Lampiran D.3 Dokumentasi Penelitian . . . . . . 253 Lampiran E

(15)

xiv

Lampiran E.1 Surat Izin Validasi . . . . . . 257

Lampiran E.2 Surat Izin Penelitian . . . . . . 259

Lampiran E.3 Surat Keterangan Penelitian . . . . . . 259

Lampiran E.4 Lembar Uji Referensi . . . . . . 260

Lampiran E.5 Daftar Riwayat Hidup . . . . . . 279

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.1 Modul merupakan salah satu bahan ajar. Modul dapat membantu sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas karena modul dibangun dengan baik, mandiri, lengkap, dan jelas dalam hasil pembelajaran. Modul juga merupakan bahan ajar yang efektif untuk siswa visual, aktif, dan reflektif.2 Modul saat ini terbagi dalam dua kategori, yaitu modul yang bersifat cetak dan modul bersifat digital.3 Penggunaan bahan ajar modul banyak berbentuk cetak. Modul bersifat cetak mempunyai kekurangan yakni, belum membantu siswa dalam menjelaskan konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak sehingga mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak efektif.4

Salah satu solusi dari kondisi yang telah dipaparkan adalah modul bersifat digital. Modul yang bersifat digital mempunyai kelebihan mampu untuk menampilkan beberapa materi menggunakan media pembelajaran yang bersifat interaktif.5 Penggunaan modul yang mudah dan tidak menyulitkan siswa, akan menambah daya tarik dan keingintahuan siswa untuk mengenal tentang modul bersifat digital, siswa dapat berinteraksi dalam pembelajaran di dalam maupun di luar kelas, sehingga belajarnya akan lebih efektif dan efisien pada materi– materi pembelajaran fisika yang banyak menggunakan animasi ataupun video.6 Senada

1 Irwandani, Sri Latifa, Ardian Asyhari, Muzannur, Widayanti. “Modul Digital Interaktif Berbasis Articulate Studio’13: Pengembangan pada Materi Gerak Melingkar Kelas X”. (Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni 06 (2), 2017) h. 222.

2 R. Diani, G.C Kesuma, N. Diana, Yuberti, R.D Anggraini, D. Fujiani. “The development of physic module with the scientific Approach based on islamic literacy”, (Iop Conf. Series, Journal of Physics: Conf. Series 1155, 2019), h. 1.

3 Irwandani, op. cit. h.222

4 Wawancara guru

5 Irwandani, op. cit. h.222

6 Jerry Roby Meilana, I Dewa Putu Nyeneng, Wayan Suana, “Pengembangan Modul Mobile Learning Berbasis Android pada Materi Fluida Statis”, Jurnal (Lampung: Univ. Lampung, 2017), h.2

(17)

dalam penelitian sebelumnya modul yang bersifat digital mempunyai kelebihan mampu untuk menampilkan beberapa materi menggunakan media pembelajaran yang bersifat interaktif dengan memperoleh nilai ≥ 80, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum kualitas modul digital sangat layak.7

Berkaitan dengan modul digital, belum banyak modul digital yang menerapkan KI 1 di dalamnya, sedangkan pemerintah telah melakukan beberapa perubahan kurikulum sesuai dengan kenyataan situasi pendidikan yang ada dengan mengeluarkan kurikulum yang menekankan pada penanaman nilai-nilai spiritual, sosial, dan belajar mandiri yakni Kurikulum 2013.8 Keterampilan literasi Islam yang baik merupakan salah satu upaya penerapan KI 1 yang berguna membentuk siswa yang lebih berbudi luhur, beradab, dan progresif, serta memahami nilai-nilai uluhiyah tauhid dan rububiyah tauhid agar siswa mampu untuk berterima kasih kepada Allah.9 Puji Hartini menyatakan dalam penelitiannya bahwa penerapan pembelajaran berbasis integrasi sains-islami dapat meningkatkan hasil belajar, sikap religius dan sikap sosial dengan data persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 74 menjadi 90, sikap religius meningkat dari 72 menjadi 79, serta sikap sosial meningkat dari 67 menjadi 76.10 Pendekatan pembelajaran yang terintegrasi sains-islam dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, dapat mengurangi jumlah siswa yang mengantuk, malas sekolah, melatih disiplin dan dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses belajar, serta lembar kerja siswa yang dapat meningkatkan karakter islami.11

Modul digital terintegrasi nilai keislaman pada penelitian ini akan diterapkan pada konsep fisika, dikarenakan konsep fisika itu sendiri berkaitan dengan fenomena-fenomena alam yang dapat dihubungkan dengan penerapan KI 1. Salah satu konsep yang banyak fenomena alamnya adalah konsep gerak melingkar

7 Irwandani, op. cit. h.226

8 Akrim, zainal, munawir, “Developing Model and Textbook Integerated to Spiritual and Social Competence of Math Subject for Grade VII in State Junior High Scool of Medan”, (International Conferenxe on Mathematics, Science and education, 2016), h. 97-98.

9 Diani, op. cit. h.2

10 Akmad Khoiri, Qori Agussuryani, Puji Hartini, “Penumbuhan Karakter Islam melalui Pembelajaran Fisika Berbasis ntegrasi Sain-Islam”, (Tadris Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, 02 (1), 2017), h.31

11 Khoiri, op. cit. h.25

(18)

beraturan. Gerak melingkar beraturan dipilih dalam penelitian ini karena berkaitan erat dengan fenomena alam dan mudah untuk menghubungkan penerapan KI 1 dengan KI 3 pada proses pembelajaran. Modul digital terintegrasi nilai keislaman diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan, memotivasi siswa dalam proses belajar di mana saja dan kapan saja, berlangsungya proses pembelajaran jarak jauh serta meningkatkan kompetensi nilai keislaman dan karakter yang baik untuk siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh modul digital terintegrasi nilai keislaman dalam pembelajaran fisika. Maka penulis melakukan penelitian skripsi yang berjudul: “Pengaruh Modul Digital Terintegrasi Nilai Keislaman Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gerak Melingkar Beraturan”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang timbul dari latar belakang di atas diantaranya:

1. Minat belajar siswa masih rendah dalam konsep gerak melingkar beraturan dengan bahan ajar yang ada belum menarik siswa dalam belajar.

2. Durasi belajar dalam kelas sedikit, membuat materi tidak dapat terpenuhi.

3. Bahan ajar tidak mendukung siswa dalam belajar secara mandiri, maupun pembelajaran di mana saja dan kapan saja.

4. Bahan ajar yang ada belum menerapkan kompetensi inti satu dalam pembelajaran fisika di sekolah menengah kejuruan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini hanya dibatasi pada:

1. Hasil belajar yan diukur pada ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom yang sudah direvisi oleh Anderson dan Kratwohl pada jejang C1. C2. C3 dan C4.

2. Pendekatan yang digunakan dalam modul pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, mengkomunikasikan).

3. Penyusunan modul menurut Depdiknas.

(19)

4. Nilai keislaman dalam pembelajaran menurut Amin Abdullah.

5. Pembuatan modul menggunakan Smart App Creator versi 3.2.0

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ingin diketahui dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah penggunaan modul digital terintegrasi nilai keislaman berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan?

2. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan modul digital terintegrasi nilai keislaman pada konsep gerak melingkar beraturan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui:

1. Mengetahui pengaruh penggunaan modul digital terintegrasi nilai keislaman terhadap hasil belajar siswa pada konsep gerak melingkar beraturan.

2. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan modul digital terintegrasi nilai keislaman pada konsep gerak melingkar beraturan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Bagi Siswa

a. Memudahkan siswa dalam memahami mata pelajaran fisika dengan mengaitkannya dalam nilai keislaman.

b. Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mempelajari fisika, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

2. Bagi Pendidik

a. Memberikan informasi mengenai bahan ajar yang tepat bagi siswa yang bersekolah di sekolah menengah kejuruan agar dapat membantu meyampaikan materi pembelajaran dengan baik.

(20)

b. Memberikan motivasi bagi pendidik mata pelajaran fisika untuk dapat membuat dan mengembangkan bahan ajar fisika khususnya modul digital dalam pembelajran fisika terintegrasi nilai keislaman.

3. Bagi Peneliti

a. Memberikan wawasan baru bagi peneliti dalam bidang pendidikan dan pengintegrasian ilmu fisika dan nilai keislaman.

b. Memotivasi peneliti untuk mengaplikasikan di sekolah pada masa mendatang setelah menyelesaikan studi.

(21)

6

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis 1. Modul

a. Pengertian modul

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat perangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik.1 Modul adalah sarana sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indicator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional), dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut. Modul memiliki sifat self contained, artinya dikemas dalam satu kesatuan yang utuh untuk mencapai kompetensi tertentu, dan tidak bergantung pada media lain (self allone) dalam penggunaannya.2

Modul dapat membantu sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas. Penerapan modul dapat mengkondisikan kegiatan pembelajaran lebih terencana dengan baik, mandiri, tuntas dan dengan hasil (output) yang jelas.3 Modul dapat membantu siswa dalam pembelajaran mandiri karena di SMK jam pelajaran untuk program adaptif terutama fisika sedikit karena pelajaran banyak di dominasi oleh pelajaran produktif yang menuntut siswa untuk banyak melakukan praktik, padahal materi pembelajaran adaptif sangat banyak. Untuk itulah modul sangat membantu siswa SMK dalam pembelajaran di luar kelas.4

1 Daryanto, Menyusun Modul, (Yogyakarta: Gava Media,2013), h.9

2 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia. 2011), h.219

3 Aprilliana Widyasari, Sukarmin, Sarwanto. “Pengembangan Modul Fisika Kontekstual pada Materi Usaha, energy, dan Daya untyuk Pserta Didik Kelas X SMK Harapan Kartasura”

(Jurnal Inkuiri Vol 4, No. 2, 2015) h.127

4 Ibid.

(22)

b. Tujuan modul

Satu diantara tujuan lain penyusunan modul adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan karakteristik siswa, serta setting atau latar belakang lingkungan sosialnya.5 Adapun tujuan penyusunan modul atau pembuatan modul, antara lain:6

1) Agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bantuan bimbingan guru (yang minimal).

2) Agar peran guru tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran.

3) Melatih kejujuran siswa.

4) Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar siswa. Bagi siswa yang kecepatan belajarnya tinggi, maka mereka dapat belajar lebih cepat serta menyelesaiakan modul dengan kecepatan lebih pula. Dan sebaliknya, bagi siswa yang lambat maka meeka dipersilahkan untuk mengulangnya kembali.

5) Agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

Konsep belajar dengan menggunakan modul adalah kegiatan belajar mandiri.

Hal tersebut menyebabkan kegiatan belajar tidak terbatas pada masalah tempat dan waktu. Terkait dengan hal tersebut, penulisan modul memiliki tujuan sebagai berikut:7

1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.

2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun pendidik/ instruktur.

5 Hamdani, op. cit. h. 220

6 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, Cet. VIII, 2015), h.108

7 Depdiknas, Teknik Penyusunan Modul. (Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, 2008), h.5

(23)

3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.

4) Memungkinkan siswa atau pembelajar dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya

c. Fungsi modul

Sebagai salah satu bentuk bahan ajar, modul memiliki fungsi sebagai berikut:8 1) Bahan ajar mandiri. Penggunaan modul berfungsi untuk meningkatkan

kemampuan siswa agar dapat belajar sendiri tanpa tergantung kepada guru.

2) Pengganti fungsi pendidik. Modul sebagai bahan ajar, harus mampu memuat materi pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa, sesuai dengan usia dan tingkat pengetahuan mereka.

3) Sebagai alat evaluasi. Melalui modul, siswa dituntut untuk dapat mengukur sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari.

4) Sebagai bahan rujukan bagi siswa. Modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari siswa

Modul memiliki berbagai manfaat, baik ditinjau dari kepentingan siswa maupun dari kepentingan pendidik. Bagi siswa modul bermanfaat, antara lain:9 1) Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri.

2) Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pembelajaran.

3) Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

4) Berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan di modul.

5) Mampu membelanjarkan diri sendiri.

8 Andi Prstowo, op. cit. h.107-108

9 Hamdani, loc. cit.

(24)

6) Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.

Bagi pendidik penyusunan modul bermnfaat karena:10 1) Mengurangi kebergantungan terhadap ketersediaan buku teks.

2) Memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai refernsi.

3) Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman dan menulis bahan ajar.

4) Membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dan siswa karena pembelajaran tidak harus berjalan seacara tatap muka.

5) Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

d. Karakteristik modul

Sebuah modul akan mampu meningkatkan motivasi belajar, jika pengembangan modul tersebut memperhatikan karakteristik yang diperlukan, yaitu:11

1) Self Instruction, merupakan karakteristik yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus:

a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD);

b) Memuat materi pembelajaran yang memudahkan untuk dipelajari secara tuntas oleh siswa dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan belajar secara tuntas;

c) Menampilkan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;

d) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan pendidik untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari;

e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan siswa;

f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;

10 Hamdani, op. cit. h. 220-221

11 Daryanto, op.cit. h.9-10

(25)

g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran;

h) Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan siswa melakukan penilaian sendiri (self assessment);

i) Terdapat umpan balik atas penilaian siswa, sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi;

j) Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/ referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.

2) Self Contained (dapat berdiri sendiri), merupakan karakteristik modul bila mana seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul.

Tujuannya adalah agar siswa dapat mempelajari materi pembelajaran secara tuntas.

3) Stand Alone (berdiri sendiri), merupakan karakteristik modul yang tidak bergantung pada bahan ajar lain, siswa tidak menggunakan modul dan bahan ajar lain secara bersama-sama. Artinya siswa tidak perlu menggunakan bahan ajar lain saat mengerjakan tugas atau mempelajari materi.

4) Adatif, merupakan karakteristk yang mengharuskan modul fleksibel digunakan serta menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5) User Friendly (bersahabat/akrab), merupakan karakteristik modul yang memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan siswa. Setiap instruksi dan paparan materi dan informasi dapat membantu dan bersahabat dengan siswa, termasuk kemudahan siswa dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginginan. Bentuk user friendly di antaranya penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan menggunakan istilah yang umum digunakan.

(26)

e. Langkah penyusunan modul

Menurut Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, struktur penulisan modul sering dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:12 1) Bagian pembuka, terdiri dari judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan

kompetensi, dan tes awal.

2) Bagian inti, terdiri dari pendahuluan, hubngan materi dengan materi lainnya, uraian materi, penugasan, dan rangkuman.

3) Bagian penutup, terdiri dari daftar istilah, tes akhir dan indeks.

Penulisan modul dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:13 1) Analisis kebutuhan modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk memperoleh informasi modul yang dibutuhkan siswa dalam mempelajari kompetensi yang telah diprogramkan.

a) Tetapkan satuan program yang akan dijadikan batas/lingkup kegiatan. Apakah merupakan program tiga tahun, program satu tahun, program semester atau lainnya.

b) Periksa apakah sudah ada program atau rambu-rambu operasional pelaksanaan program tersebut. Misal program tahunan, program semester, silabus, RPP, atau lainnya.

c) Identifikasi dan analisis kompetensi yang akan dipelajari, sehingga diperoleh materi pembelajaran yang perlu dipelajari untuk menguasai standar kompetensi tersebut.

d) Susun dan organisasi satuan atau unit bahan belajar ini diberi nama, dan dijadikan sebagai modul.

e) Dari daftar satuan atau unit modul yang dibutuhkan, identifikasi mana yang sudah ada dan yang belum ada/belum tersedia di sekolah.

f) Lakukan penyusunan modul berdasarkan prioritas kebutuhan.

2) Desain modul

12 Depdiknas, op. cit. h.21-26

13 Daryanto, op. cit. h.16-24

(27)

Desain penulisan modul yang dimaksud adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru.

3) Implementasi

Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuai dengan alur yang telah digariskan dalam modul strategi pembelajaran dilaksanakan secaraa konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan penulisan modul dilakukan sesuai RPP. Namun, apabila RPP belum ada, maka dapat dilakukan langah-langkah sebagai berikut:

a) Tetapkan kerangka bahan yang akan disusun.

b) Tetapkan tujuan akhir, yaitu kemampuan yang harus dicapai siswa setelah selesai mempelajari modul.

c) Tetapkan tujuan antara, kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir.

d) Tetapkan system, skema, metoda dan perangkat evaluasi.

e) Tetapkan garis-garis besar outline subtansi atau materi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (kompetensi dasar, deskripsi singkat, estimasi waktu, dan sumber pustaka).

f) Materi yang ada dalam modul berupa konsep/prinsip-prisip, fakta penting dan mendukung untuk pencapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa.

g) Tugas, soal dan latihan yang harus dikerjakan oleh siswa.

4) Penilaian

Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam modul.

5) Evaluasi dan validasi

Evaluasi yang dimaksud untuk mengetahui dan mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai dengan desain pengembangannya. Validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Validasi dilakukan dengan meminta bantuan ahli yang menguasai kompetensi yang dipelajari.

6) Jaminan kualitas

Untuk menjamin bahwa modul yang disusun telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam pengembangan suatu modul. Unuk kepentingan penjaminan mutu

(28)

suatu modul, dapat dikembangkan suatu standar operasional prosedur dan instrument untuk menilai kualitas modul.

2. Modul Digital

a. Pengertian modul digital

Perkembangan teknologi yang pesat membuat kegiatan belajar lebih menantang bagi siswa. Pembelajaran yang menantang dan kreatif mendorong motivasi siswa untuk belajar lebih banyak dalam konsep materi. Penggunaan modul dalam kegiatan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan ketika dikemas dalam bentuk multimedia interaktif.14 Penggunaan teknologi dalam bidang pengajaran bertujuan untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien, misalnya menggunakannya sebagai media pembelajaran, mengemas bahan pembelajaran menjadi bahan pengajaran digital, mengirimkan materi pembelajaran kepada siswa secara online, dll.15

Salah satu bentuk bahan ajar diantaranya adalah modul. Modul saat ini terbagi dalam dua kategori, yaitu modul yang bersifat cetak dan modul digital. Modul yang bersifat digital mempunyai kelebihan mampu untuk menampilkan beberapa materi menggunakan media pembelajaran yang bersifat interaktif.16 Penggunaan modul yang mudah dan tidak menyulitkan siswa, akan menambah daya tarik dan keingintahuan siswa untuk mengenal tentang modul berbasis android, siswa dapat berinteraksi dalam pembelajaran di dalam maupun di luar kelas sehingga belajarnya akan lebih efektif dan efisien pada materi– materi pembelajaran fisika yang banyak menggunakan animasi ataupun video.17

14 Puji Oman Nurshud, Dani Alif ktavia, Mas Aji Kurniawan, Insih Wilujeng, Jumadi, and Heru Kuswanto. ‘Multimedia Learning Development based on Android Assistef in Concept”. (IOP Conf. Series: Journal of Physic: Conf. Series1233, 2019) h.1-2

15 S.R. Hakim, R. Kustijono, E. Wiwin. “The use of android-based teaching materials in physics learning process at vocational high school”. (Iop Conf. Series, Journal of Physics, Conf.

Series 1171, 2019), h.1

16 Irwandani, Sri Latifa, Ardian Asyhari, Muzannur, Widayanti. “Modul Digital Interaktif Berbasis Articulate Studio’13: Pengembangan pada Materi Gerak Melingkar Kelas X”. (Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni 06 (2), 2017) h.222

17 Jerry Roby Meilana, I Dewa Putu Nyeneng, Wayan Suana, “Pengembangan Modul Mobile Learning Berbasis Android pada Materi Fluida Statis”, Jurnal (Lampung: Univ. Lampung, 2017), h.2

(29)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa modul digital merupakan salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan menggunakan media yang menarik, memotivasi siswa, dapat dipelajari secara mandiri di mana pun dan kapan saja dengan atau tanpa dampingan guru.

b. Smartphone

Perkembangan tekenologi juga berdampak pada Indonesia salah satunya bidang pendidikan dan pengajaran. Dampak pengembangan teknologi ini juga diikuti oleh perkembangan pesat dari smartphone. Menyesuaikan dengan kebutuhan abad ke-21, guru dapat menggunakan smartphone dalam pembelajaran.18 Smartphone (ponsel cerdas) itu sendiri adalah suatu alat komunikasi yang menyerupai komputer tetapi lebih praktis dan dapat digunakan dimana saja. Smartphone mempermudah pendidikan di Indonesia untuk menjalankan program pembelajaran online atupun offline.19

Penggunaan smartphone berbasis Android yang berkembang pesat, memungkinkan guru untuk mengemas bahan ajar berbasis kertas menjadi bahan ajar berbasis digital sehingga mereka dapat memanfaatkan smartphone berbasis Android untuk menjadi fasilitas pembelajaran yang efektif. Bahan ajar digital memungkinkan siswa melakukan kegiatan untuk menerima materi, arahan, dan berbagai informasi pembelajaran di mana pun dan kapan pun yang tidak terbatas pada ruang dan waktu; juga mampu melatih siswa untuk belajar secara mandiri dari berbagai sumber yang disediakan; serta meningkatkan perhatian siswa pada materi pembelajaran, karena itu mengurangi kebosanan siswa di kelas konvensional20

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa modul berbasis android memiliki banyak kelebihan selain penggunaan yang mudah, dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja, juga dapat meningkatkan perhatian siswa, serta mengurangi rasa kebosanan siswa.

18 Hakim, op.cit. h.1-2

19 Meilana, op. cit. h.2

20 Hakim, op.cit. h.2

(30)

c. Smart App Creator

Smart app creator adalah media interaktif digital mutakhir yang membangun konten multimedia untuk perangkat seluler. Fitur UI intuitif, interaktivitas, desain. Bangun aplikasi iOS dan Android dan publikasikan ke app store tanpa koding. Ekstensi keluaran mencakup HTML5 dan .exe yang membuat aplikasi kompatibel di semua perangkat dan monitor sentuh. Bangun aplikasi Anda dengan sedikit usaha dan sesuaikan aplikasi konten sendiri tanpa memerlukan keahlian pemrograman. Tidak memiliki keterampilan pemrograman. Dioperasikan dengan drag and drop. Keluaran .apk, .xcodeproj, .exe, dan HTML5 dengan mudah.21

3. Modul Terintegrasi Nilai Keislaman a. Pengertian integrasi

Integrasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.22 Integrasi antara keilmuan dan agama dapat diwujudkan di sekolah secara formal, sehingga peserta didik mendapatkan kedua ilmu secara utuh. Proses pembelajaran integrasi islam dengan sains dapat menciptakan pemahaman yang utuh oleh siswa dalam mempelajari suatu pelajaran baik dari segi keilmuan sains dan juga dari segi keilmuan agama Islam (Al-Qur’an) untuk membentuk generasi yang ulul albab (orang-orang yang berakal).23

Paradigma integrasi bukan melakukan peleburan antar berbagai ilmu tetapi memaduan karakter, hakikat ilmu tersebut dalam semua dimensinya, termasuk juga ilmu sains.Pendidikan terintegrasi merupakan cara untuk menghasilkan individu yang intelektual, spiritual, emosional dan fisik yang seimbang dan harmonis.24 Pengertian integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam konteks sains modern bisa dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang

21 Diakses 22 Mei 2020 ditautan https://smartappscreator.com/

22 Diakses pada 22 Mei 2020 ditautan https://kbbi.web.id/integrasi

23 Asmaul Husna, M. Hasan, Mustafa, Muhammad Syukri, Yusrizal, “Pengemabangan Modul Fisika Berbasis Integrasi Islam-Sains pada Materi Gerak Lurus untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik”, (Banda Aceh: Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, vol. 8, no. 1, 2020), h.56

24 Ibid. h.56

(31)

bersifat duniawi di bidang tertentu, dibarengi atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan.25

Disimpulkan bahwa proses integrasi sains dan islam mengemban tujuan yang luar biasa dalam membekali siswa memperoleh suatu keilmuan yang utuh antara pengetahuan intelektual, dan pengetahuan religious dalam mengembangkan kepribadiaan siswa yang islami.

b. Nilai keislaman

Sacara garis besar nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving), sebagai berikut:26 1) Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian

berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain seperti kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian.

2) Nilai-nilai memberi adalah nilai yang peril dipraktikkan atau diberikan yang kemudian diterima sebanyak yang diberikan seperti setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih saying, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil dan murah hati.

Sikap adalah suatu bentuk evalasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupkan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konoatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Dari sikaplah orang bias menentukan kualitas nilai perilaku seseorang.27 Islamisasi berarti upaya memberikan makna keagamaan seperti pada sains, sembari menyadari bahwa sains dapat dikembangkan dalam konteks

25 Faiz Hamzah. “Studi Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis Integrasi Islam – Sains pada Pokok Bahasan Siistem Reproduksi Kelas IX Madrasah Tsanawiyah”. (Adabiyah: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 1 No. 1, September 2015). H.43

26 Zaim Elmubararok, Membumikan Pendidikan Nilai mengumppulkan yang terserak, menyambung yang terputus, dan menyatukan yang tercerai, (Bandung: Alfabeta, Oktober, 2019), h.7

27 Ibid. h.47

(32)

keagamaan maupun non keagamaan.28 Perlunya menyisipkan nilai-nilai agama (ayat-ayat kauniyyah) dalam pembelajaran sains dapat didasarkan pada beberapa alasan:29

1) Kehampaan spiritual dalam pendidikan sains di sekolah dan dunia ilmiah harus dihindari dan dicarikansolusinya.

2) Fenomena alam yang ada dan terjadi di bumi dan langit adalah obyek kajian sains dan sekaligus merupakan obyek tafakkur terhadap Allah Swt.

3) Sains yang “menolak” Allah dapat menyebabkan manusia yang “bergelut”

dengan sains dapat mengalami berbagai krisis multidimensional.

4) Pemaparan sains dalam buku-buku pelajaran (teoriteori dan penjelasannya), yang didasari materialisme, telah menghilangkan Allah sebagai pencipta.

5) Ayat-ayat Al-Qur’an (Kauniyiah) yang dinyatakan secara garis besar akan dapat dipahami dengan lebih baik bila didukung oleh pemahaman sains.

6) Sebagai ikhtiar untuk “memagari” sains agar para siswa tidak terjerumus ke dalam ajaran-ajaran yang bertentangan dengan akidah dan keimanan agama.

Struktur keilmuan mengacu pada tradisi keilmuan Islam yang membedakan disiplin kepada tiga kategori, yaitu ‘Ulûm ad-Dîn (Religious Knowledge), al-Fikr al-Islâmiy (Islamic Thought) dan Dirasat Islâmiyyah (Islamic Studies):30

1) Pengertian ‘Ulûm ad-Dîn adalah representasi “tradisi lokal” keislaman yang berbasis pada “bahasa” dan “teks-teks” atau nash-nash keagamaan;

2) Selanjutnya al-Fikr al-Islamiy adalah representasi pergumulan humanitas pemikiran keislaman yang berbasis pada “rasio-intelek”,

3)

S

edangkan Dirasat Islamiyyah atau Islamic Studies adalah kluster keilmuan baru yang berbasis pada paradigma keilmuan sosial kritis-komparatif yang melibatkan seluruh “pengalaman” (experiences) umat manusia.

28 Akmad Khoiri, Qori Agussuryani, Puji Hartini, “Penumbuhan Karakter Islam melalui Pembelajaran Fisika Berbasis ntegrasi Sain-Islam”, (Tadris Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, 02 (1), 2017), h.20

29 Ibid. h.20-21

30 Parluhutan Siregar. “Integrasi Ilmu-Ilmu Keislaman dalam Perspektif M. Amin Abdullah”.

(MIQOT Vol XXXVIII No. 2 Juli-Desember 2014) h.345

(33)

Pada integrasi ilmu-ilmu keislaman dalam perspektif M. amin Abdullah menggunakan jaring laba-laba keilmuan ini tediri atas 4 lapis lingkaran;31

Gambar 2. 1 jaring laba-laba keilmuan32

1) lingkar lapis 1 (paling dalam) adalah Alquran dan Sunnah yang berkedudukan sebagai sumber utama pengetahuan Islam;

2) lingkar lapis ke-2 yang membentuk jalur dan memuat 8 disiplin ilmu-ilmu Ushuluddin, yaitu Kalam, Falsafah, Tasawuf, Hadits, Tarikh, Fiqh, Tafsir, dan Lughah;

3) lingkar lapis ke-3 adalah jalur pengetahuan teoritik yang terdiri atas; Sociology, Hermeneutics, Philology, Semiotics, Ethics, Phenomenology, Psychology, Philosophy, History, Antrophology, dan Archeology; sedangkan

4) lingkar lapis 4 (terluar) merupakan jalur pengetahuan aplikatif, yang terdiri atas isu-isu Religious Pluralism, Sciences and Technology,Economics, Human

31 Ibid. h. 345.

32 Ibid. h. 345.

(34)

Rights, Politics/Civil Society, Cultural Studies, Gender Issues, Environmental Issues, dan Internastional Law.

Pengertian horison spider web yang ditawarkan Amin Abdullah adalah bersifat peta konsep yang dapat dimaknai sebagai berikut; 33

1) bahwa setiap item yang terdapat dalam peta itu memiliki hubungan-hubungan, walau tidak seluruhnya, antara yang satu dengan yang lain; inilah yang dimaksud Amin Abdullah dengan keilmuan integratif;

2) keilmuan itu berpusat pada al-Qur’an dan Sunnah dan secara hirarkis berkaitan dengan sejumlah pengetahuan sesuai dengan tingkat abstraksi dan applied-nya;

3) item-item yang terdapat dalam satu lapis lingkar menunjukkan kesetaraan dilihat dari tingkat abstraksi atau teoritisnya; dan

4) garis-garis yang memisah antara satu item dengan item lain dalam satu lapis lingkar tidak dapat dipahami sebagai garis pemisah.

Satu hal yang menarik dari teori jaring laba-laba keilmuan ini adalah penempatan al-Qur’an di tengah kompleksitas perkembangan keilmuan, suatu penegasan yang penting bagi setiap Muslim, sebab al-Qur’an itu diyakini sebagai sumber kebenaran, etika, hukum, kebijaksanaan, dan pengetahuan. Amin Abdullah menegaskan, Islam tidak pernah menjadikan wahyu Tuhan sebagai satu-satunya sumber pengetahuan dan melupakan Tuhan.34 Dua hal yang menjadi obyek formal yaitu:35

1) Ilmu Kauniyah yang pokok kajiannya adalah alam semesta dan manusia.

Penafsiran akan alam semesta menghasilkan ilmu – ilmu dasar Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi, yang berkembang menjadi zoologi, botani, farmasi, astronomi dan sebagainya.

2) Ilmu Qauliyah yang memiliki obyek formal kajian teks – teks ajaran (Al Qur’an, Hadits dan tulisan para ulama yang membahas salah satu atau kedua teks pokok tersebut) dan prilaku keagamaan. Penafsiran obyek Qauliyah menghasilkan

33 Ibid. h.344

34 Ibid. h.346

35 Hamzah, op. cit. h.44

(35)

disiplin ilmu ‘Ulumul Qur’an, ‘Ulumul Hadits yang berkembang menghasilkan produk ilmu Fiqih, Teologi, Akidah dan sebagainya.

Untuk pengembangan dan penerapan studi Islam diperlukan etika profetik, yaitu etika yang dikembangkan atas dasar nilai – nilai Ilahiyah (qauliyah) bagi pengembangan dan penerapan ilmu.Ada beberapa butir nilai, hasil deduksi dari Al Qur’an, yang dapat dikembangkan untuk etika profetik pengembangan dan penerapan IPTEK, yaitu:36

1) Pertama nilai kerahmatan, yakni ilmu harus dapat ditujukan bagi kepentingan dan kemaslahatan umat manusia dan alam semesta (Q.S. Al Anbiya’:107).

2) Kedua nilai amanah, yakni ilmu itu amanah Allah bagi pemangkunya, dengan demikian pengembangan dan penerapannya dilakukan dengan niat, cara dan tujuan sebagaimana dikehendaki Allah SWT. (Q.S Al Ahzab:72).

3) Ketiga nilai dakwah, yakni pengembangan dan penerapan ilmu merupakan wujud dialog dakwah menyampaikan kebenaran Islam (Q.S Fussilat:33).

4) Keempat, nilai Tabsyir, yakni pemangku ilmu senantiasa memberi harapan baik kepada umat manusia tentang masa depan mereka, termasuk menjaga keseimbangan/kelestarian alam (Q.S. Al Baqarah: 119).

5) Kelima nilai Ibadah, yakni bagi pemangku ilmu, pengembangan dan penerapan ilmu itu merupakan ibadah (Q.S. Adz Dzariyat:56; Ali Imran:190-191).

c. Integrasi nilai keislaman

Pembelajaran selama ini memisahkan antara materi umum dengan ilmu agama, sehingga terjadi dikotomi ilmu dalam pemahaman siswa. Dikotomi dalam pembelajaran dapat menyebabkan kegagalam dalam menghasilkan individu yang seimbang, sehingga untuk menghasilkan individu yang seimbang konsep terintegrasi harus dilakukan. Pembelajaran terintegrasi dengan ilmu pengetahuan dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika, namun konsep integrasi nilai-nilai Al- Qur’an dalam pembelajaran fisika belum sepenuhnya diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.37 Pembelajaran dengan modul terintegrasi dengan nilai-

36 Hamzah, op. cit. 44-45

37 Husna, op. cit. h. 56

(36)

nilai islami dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini disebabkan karena peserta didik menyukai ketika nilai-nilai yang berkaitan dengan sains dibahas dalam pembelajaran. Materi yang dikaitkan dengan Al-Qur’an dapat menumbuhkan kesadaran akan kebesaran Allah, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.38

Berdasarkan uraian integrasi, nilai keislaman yang telah dijelaskan peneliti merencanakan pembuatan Modul digital fisika berbasis integrasi nilai keislaman untuk digunakan dalam proses belajar di Sekolah Mennegah Kejuruan (SMK).

Modul digital fisika berbasis integrasi nilai keislaman untuk SMK merupakan modul fisika yang di dalamnya terdapat nilai-nilai keIslaman yang berhubungan dengan materi fisika. Modul ini dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa dapat mencapai kompetensi dan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.

Modul ini tidak hanya berisi materi tentang konsep-konsep fisika, tetapi terdapat pesan moral dan nilai-nilai keislaman. Rinicinya dalam modul ini pertama-tama akan dipaparkan serangkaian konsep-konsep fisika kemudian ditambahkan ayat- ayat Al-Qur’an atau Hadist yang relevan dengan harapan dapat memotivasi siswa untuk terus menggali materi fisika yang ada lebih dalam serta video fenomena fisika di alam semesta dengan harap meningkatkan rasa syukur siswa kepada Allah SWT.

Agar terwujud insan yang mempunyai kedalaman spritual, keagungan akhlaq, keluasan intelektual akan dapat di capai secara utuh jika berpadu atau tersinerginya ilmu Sains dan Islam (Agama) dalam proses pembelajaran.

4. Hakikat Hasil Belajar

Belajar adalah proses untuk membuat perubahan dalam diri siswa dengan cara berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapat perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikootorik. Perubahan-perubahan dalam aspek itu menjadi hasil dari proses belajar. Hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.39 Fokus pembelajaran yang bermakna sesuai dengan pandangan bahwa adalah mengkonstruksi pengetahuan,

38 Husna, op. cit. h. 57

39 Purwanto, “Evaluasi Hasil Belajar”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h.43-44

(37)

yang didalamnya siswa berusaha memahami pengalaman-pengalaman mereka.

Pembelajaran kosntruksi (yakni belajar yang bermakna) dipandang sebagai tujuan pendidikan yang penting.40 Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan itu berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri siswa, yaitu (1) ranah proses berpikir (cognitive domain) (2) ranah penilaian atau sikap (affective domain) (3) ranah keterampilan (pshychomotor domain).41 Menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl ranah kognitif ini dibagai atas 6 bagian, yaitu :42

a.

C1 Meng

ingat

Merupakan usaha untuk mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat meliputi mengenali dan memangil kembali.

Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, sedangkan memanggil kembali merupakan proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

b. C2 Memahami/Mengerti

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi. Memahami/mengerti juga berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan dan membandingkan.

Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan mereka.

Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih objek, kejadian, ide, permasalahan atau situasi.

c. C3 Menerapkan

Menunjukkan pada proses kognitif memanfaatkan atau menggunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan.

Menerapakan berkaitan dengan dimensi prosedural yang meliputi kegiatan

40 Lorin W. Anderson dan David R. Karthwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen, oleh Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014), h.98

41 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan 2011, (Jakarta: Grafindo persada), h. 49.

42 Andersonop. op. cit. h. 99-128.

(38)

menjalankan prosedur dan mengimplementasikan. Menerapkan merupakan suatu proses yang kontinu.

d. C4 Menganalisis

Merupakan ranah kognitif yang memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap- tiap bagian tersebut serta mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis ini berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut dan mengorganisasikan.

e. C5 Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses- proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal).

f. C6 Mencipta

Melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional yang berisikan proses kognitif yakni merumuskan, merencanakan dan memproduksi.

(39)

5. Kajian Materi

Gambar 2.2 peta konsep gerak melingkar beraturan

a. Besaran-Besaran dalam Gerak Melingkar Beraturan

Bumi dan semua yang berada di dalamnya, bergerak. Bahkan sesuatu yang sepertinya diam, seperti berjalan, bergerak sesuai rotasi bumi, orbit bumi mengelilingi matahari, orbit Matahari mengelilingi pusat Galaksi Bima Sakti, dan perpindahan galaksi relative terhadap galaksi lain.43 Gerak melingkar adalah gerak suatu benda yang membentuk lintasan berupa lingkaran mengelilingi suatu titik tetap.44 Sebuah partikel dikatakan bergerak melingkar beraturan jika dalam perpindahannya membentuk sebuah lintasan lingkaran dengan laju konstan

43 Mohamad Ishaq, “Menguak Rahasia Alam dengan Fisika”, (Bandung: PT Albama, Juni 2008), h. 89

44 Giancoli Douglas C, Fisika Edisi Ketujuh Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2014), h.132

(40)

(unifrom).45 Pada benda yang bergerak melingkar atau berotasi akan memiliki besaran-besaran khusus yang berbeda dengan besaran pada gerak lurus. Besaran dalam gerak melingkar :

1) Perpindahan sudut 2) Frekuensi dan periode 3) Kecepatan sudut 4) Percepatan sudut

Taddabur

Semua dengan Perhitungan

Allah Ta’ala berfirman,

“Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.”46 (QS. Ar-Rahman: 5) Keduanya beredar di tempat edarnya dengan perhitungan yang telah ditentukan, serta gerakan matahari dan bulan di sekitar bumi terjadi pada garis edarnya masing-masing dengan kecepatan yang sangat tinggi dan sesuai dengan hukum gravitasi.

Sistem yang begitu teratur dalam gerakan matahari, bulan, dan bumi ini membuat manusia mampu menentukan waktu, penanggalan, mengetahui kapan terjadi gerhana bulan dan matahari bertahun-tahun sebelum itu terjadi.47

45 Haliday, Resnick, Wallker, Fisika Dasar, (Jakarta: Erlangga, 2010), h.77

46 Ayat Al-Qur’an Surat Ar-Rahman ayat ke 5

47 Ghalib Muhammad Raja Az-Za’arir, Rahasia dan Keajaiban Langit, (Jakarta: Darus Sunnah Press, Cetakan 1, 2014), h.306-307

(41)

Gambar 2. 2 Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan https://images.app.goo.gl/7f1FAPW9enWeF5qM9

Berjalannya waktu yang terus menerus, dengan terjadinya malam dan siang yang tidak pernah absen: dan bahkan keduanya selalu saling bergantian, Allah Ta’ala berfirman:

“Dia menetapkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat.”48 (QS. Al-A’raf: 54)

Al-Qur’an menggambarkan gerakan itu dengan kecepatan dan ketepatan;

karena pergantian malam dan siang terjadi disebabkan gerakan bumi dan matahari yang cepat. Malam disebut lebih dulu sebelum siang; karena siang adalah satu hal yang baru masuk menembus kegelapan langit, sedangkan kegelapan (malam) adalah kondisi asalnya, adapun siang terjadi karena terpancarnya cahaya matahari di udara bumi yang berputar pada porosnya dan membuatnya terkena pancaran cahaya matahari.49

1) Perpindahan Sudut

Perpindahan sudut adalah posisi sudut benda yang bergerak secara melingkar dalam selang waktu tertentu.50 Ada tiga cara menghitung sudut cara pertama menghitung sudut dalam derajat (°). Satu lingkaran penuh sama dengan 360°. Cara kedua adalah mengukur sudut dalam putaran. Satu lingkaran penuh sama dengan satu putaran. Dengan demikian, satu putaran sama dengan 360°. Cara ketiga adalah

48 Ayat Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat ke 54

49 Az-Za’arir, op. cit. h.304

50 Haliday, op. cit. h.265

(42)

radian. Radian adalah satuan Sistem Internasional (SI) untuk perpindahan sudut.

Berikut ini konversi sudut yang perlu diketahui:51

2𝜋 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 = 360° = 1 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 1 𝑟𝑎𝑑 =360°

2𝜋 = 1

2𝜋 (𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛) 1° =2𝜋 𝑟𝑎𝑑

360°

Pesan (ةلاسر) Allah Ta’ala berfirman:

“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.”52 (QS. Adz-Dzariyat:7)

2) Frekuensi dan Periode

Frekuensi adalah banyaknya putaran selama satu sekon. Satuan Internasional untuk frekuensi yaitu hertz (Hz).53 Periode didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh partikel untuk mengelilingi lintasan tertutup satu kali. Satuan Internasional untuk periode adalah sekon (s). Rumus:54

𝑓 =𝑛 𝑡 𝑇 = 𝑡

𝑛𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇 =1 𝑓 Keterangan:

n : banyaknya putaran t : selang waktu (s) f : frekuensi (Hz)

51 Haliday, op. cit. h.265

52 Ayat Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat ke 7

53 Ishaq, op. cit. h. 93

54 Douglas, op. cit. h.134

(43)

T : periode (s)

Pesan (ةلاسر) Allah ta’ala berfirman:

“Dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat” 55

(QS. Al-Furqan : 2)

3) Kecepatan Sudut

Kecepatan Sudut didefinisikan sebagai besarnya perubahan sudut (∆𝜃) dalam selang waktu (∆𝑡) tertentu.56

Gambar 2. 3 Kecepatan Sudut57 𝜔 =𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡

𝑠𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

55 Ayat Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat ke 2

56 Haliday, op. cit. h.269

57 Ishaq, op. cit. h. 95.

Gambar

Gambar 2. 1 jaring laba-laba keilmuan 32
Gambar 2.2 peta konsep gerak melingkar beraturan
Gambar 2. 3 Kecepatan Sudut 57
Gambar 2. 4  Perpindahan Sudut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Viral marketing : pemasaran dari “mulut ke mulut” dimana konsumen menganjurkan suatu produk atau jasa perusahaan kepada teman-temannya atau orang lain. Model Bisnis Umum EC (2

Pasal 23 ayat (2), UU No 23/2007 mengatur bahwa dalam hal tidak ada Badan Usaha yang melaksanakan penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum, maka Pemerintah

Tujuan sosial diarahkan pada terciptanya masvarakar rang baik yang sejalan dengan kerenruan Alquran dan unnah. Masyarakat yang baik adaJah rnasyarakar yang menjadikan Alquran dan

Untuk reflektor satu baris sirip ke dua baris sirip, peningkatan produksi uap lebih drastis dibandingkan peningkatan konsumsi bahan bakar, sehingga efisiensi meningkat

Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

UDP, singkatan dari User Datagram Protocol, adalah salah satu protokol lapisan transpor TCP/IP yang mendukung komunikasi yang tidak andal (unreliable), tanpa koneksi

Bantuan Pelayanan Masyarakat diberikan tidak kepada semua orang atau kelompok atau masyarakat, tetapi diberikan kepada perorangan ataupun kelompok masyarakat yang berpartisipasi

Kapasitas Pompa Multiflo 380 yang digunakan saat ini belum optimal, yaitu putaran impeler 1100 rpm yang menghasilkan debit 91,15 m 3 /jam, sedangkan putaran impeler