• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertukaran pesan meskipun diantara orang-orang itu memiliki kepribadian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertukaran pesan meskipun diantara orang-orang itu memiliki kepribadian"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikaasi Antarpersonal

2.1.1 Pengertian Komunikasi Antarpersonal

Komunikasi antarpersonal adalah komunikasi antar individu-individu (Littlejohn, 1999). Dimana komunikasi ini terjadi karena melibatkan beberapa orang yang melakukan kegiatan bersama, ada interaksi, ada pertukaran pesan meskipun diantara orang-orang itu memiliki kepribadian yang berbeda secara signifikan. Knapp dan Daly (2010) mendefinisikan komunikasi antarpersonal, dimana dari komunikasi antarpersonal merupakan proses dimana satu orang merangsang makna pesan verbal dan nonverbal yang sudah ada dalam pikiran orang lain. Komunikasi merupakan kunci dari segala aspek dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi manusia dapat mengekspresikan gagasan, perasaan, harapan, dan kesan kepada sesama serta memahami gagasan, perasaan dan kesan orang lain. Komunikasi tidak hanya menyentuh perkembangan kemanusiaan yang utuh,namun juga menciptakan hubungan sosial yang sangat diperlukan dalam kelompok sosial apapun. Individu yang ikut terlibat dalam komunikasi memiliki latar belakang sosial, budaya dan pengalaman psikologis yang berbeda-beda. Sangat penting bagi setiap individu untuk memahami simbol-simbol yang digunakan dalam komunikasi, baik simbol maupun nonverbal.

(2)

10 2.1.2 Tahapan Hubungan Antarpersonal

Kebanyakan hubungan, mungkin semua, berkembang melalui tahap- tahap Joseph A. Devito (2013) untuk menumbuhkan keakraban secara bertahap, melalui serangkaian langkah. Tahap-tahap ini terdiri dari kontak, keterlibatan, keakraban, perusakan, pebaikan atau pemutusan. Berikut merupakan penjelasan tahapan komunikasi tersebut:

1) Kontak

Tahapan ini jenis kontak persepsi seperti kita lihat, dengar, dan lain sebagai. Pada tahapan ini membentuk sebuah gambaran mental dan fisik seperti jenis kelamin, umur, kepercayaan dan nilai, setelah itu dilanjutkan dengan kontak interaksional yang tidak akrab dan relatif tidak bersifat pribadi. Padahal tahap ini akan memutuskan apakah melanjutkan hubungan atau tidak.

2) Keterlibatan

Di tahap ini terdapat rasa kesamaan karena merasa saling terhubung.

Keterlibatan memiliki dua fase yaitu menguji dan mengintensifkan hubungan. Di fase menguji, seseorang ingin menilai apakahfirst impression terbukti atau tidak. Selanjutnya mengintensif komunikasi

untuk mengenal orang lebih baik diawali dengan memberikan informasi mengenai diri sendiri.

3) Keakraban

Tahapan ini membentuk sebuah komitmen dengan mengenal lebih jauh orang lain. Selanjutnya akan berbagi jaringan sosial dan lain-lain. Pada tahap ini terdapat dua fase, di fase pertama atau fase komitmen

(3)

11 interpersonal dua orang melakukan komitemennya kepada diri sendiri dan terhadap orang lain. Selanjutnya fase ikatan sosial, keakraban atau komitmen yang dijalankan diumumkan, misalnya kepada teman-teman dan keluarga.

4) Kemunduran

Tahapan ini merupakan melemahnya hubungan. Fase pertama adalah mundurnya komunikasi antarpersonal yang menimbulkan ketidakpuasan pada saat berinteraksi. Jika fase ini terus berkembang maka masuk kepada fase kedua yaitu kemunduran, kita mulai menghindari komunikasi, tidak saling berbagi, menarik diri, lebih sering diam ketika bersama, berkurangnya kedekatan secara psikologis dan fisik. Konflik pun mulai berkembang dan kesulitan untuk memecahkan masalah.

5) Perbaikan

Pada fase ini mencoba melakukan evaluasi dan menganalisa masalah kemudian mencari cara untuk mengatasi kembali kemunduran hubungan yang telah terjadi. Mencari solusi dengan melihat hal positif dan negatif.

Dalam memperbaiki sebuah hubungan diperluklan komunikasi secara antarpersonal.

(4)

12 2.1.3 Efektivitas Komunikasi Antarpersonal

Efektivitas komunikasi antarpersonal dapat dimulai dengan kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu, keterbukaan (openess), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan (equality). (Devito, 1997, p.259-264) :

1) Keterbukaan

Keterbukaan komunikasi antarpersonal menunjuk pada tiga aspek, yaitu yang pertama, seorang komunikator haruslah berkomunikasi secara efektif terhadapa komunikan. Kedua, seorang komunikator haruslah bersikap dan bereaksi jujur kepada rangsangan yang ditunjukan kepadanya. Ketiga, melibatkan faktor “kepemilikan” pikiran serta perasaan (Bochner dan Kelly. 1974), yang artinya dapat mempertanggung jawabkan pikiran serta perasaan yang diucapkan.

2) Empati

Henry Backrack (1976) mengartikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu”. Secara verbal dan non verbal seseorang dapat mengkomunikasikan empati dengan baik. Dengan nonverbal seseorang dapat memperlihatkan empati (1) dengan gerak-gerik dan ekspresi wajah ketika dalam situasi komunikasi yang aktif; (2) fokus terhadap seseorang terkonsentrasi lewat kedekatan fisik, kontak mata ketika berbicara, memberikan perhatian dengan postur tubuh; (3) rabaan atau menyentuh yang pantas diberikan.

(5)

13 3) Sikap Mendukung

Di dalam komunikasi, sikap terbuka dan empati tidak dapat berjalan tanpa adanya sikap mendukung. Seseorang dapat memperlihatkannya dengan (1) apa adanya tanpa terlebih dahulu menilai orang lain; (2) tanpa rencana (spontan) bukan terencana; (3) bersifat sementara

4) Sikap Positif

Dalam komunikasi antarpersonal untuk dapat mengkomunikasikan sikap positif dengan dua cara yaitu, (1) bersikap dan berfikir secara positif terhadap orang lain; (2) suasana komunikasi yang secara positif dapat memotivasi seseorang dalam berinteraksi. Komunikasi yang menyenangkan ketika seseorang menikmati interaksi yang terjalin dan menerima rangsangan dengan positif terhadap suasana interaksi.

5) Kesetaraan

Suasana komunikasi yang efektif dapat tercipta ketika kedua belah pihak setara, yang artinya pengakuan tersirat bahwa kedua belah pihak memiliki nilai dan sama-sama berharga, kedua belah pihak memiliki kepentingan yang sama untuk diberikan.

2.1.4 Hambatan Komunikasi Antarpersonal

Berikut beberapa aspek yang dapat menghambat komunikasi antarpersonal yang kita lakukandengan orang lain, yaitu:

1) Ketulusan (sincerity), Semua teori komunikasi mengakui bahwa menyatakanketulusan merupakan dasar yang membuat setiap orang bisa berkomunikasi dengan perasaan nyaman. Tanpa ketulusan-kejujuran,

(6)

14 keterusterangan yang menampilkan keaslian pribadi maka semua upaya komunikasi dipastikan akan gagal.

2) Empati, Penelitian mengatakan kurang empati merupakan salah satu hambatan utama komunikasi yang efektif. Empati membuat seseorang mampu melihat dan merasakan dunia melalui mata orang lain.

3) Persepsi diri, Bagaimana kita melihat diri kita memengaruhi kemampuan kita untuk berkomunikasi secara efektif.

4) Peran persepsi, Hal ini perlu agar setiap orang tahu apa peran dirinya masing-masing, apakah peran saya penting dalam penyelesaian kasus tersebut, apa yang diharapkan dari orang-orang berselisih paham itu kepada saya, informasi seperti apakah yang mereka harus tahu atau yang mereka tidak perlu tahu, kapan dan dimana seharusnya suatu pesan tertentu dikatakan, atau kepada dan dengan siapa kita berkomunikasi.

5) Upaya untuk mendistoris pesan, Kesalahan dalam komunikasi sering terjadi karena dua pihak atau pihak ketiga berusaha secara sadar atau tidak sadar mendistori pesan.

6) Images, Kendala lain untuk mencapai komunikasi yang sukses merupakan citra pengirim dan penerima atau sebaliknya. Misalnya, seorang dosen memberikan tugas baca dan memberitahukan bacaan tersebut kepada mahasiswanya. Mahasiswa tersebut memberikan citra kepada dosen itu sebagai orang yang malas mengajar.

7) Media penyaluran pesan, Kerapkali hambatan dalam penggunaan media membuat komunikasi bisa rusak. Misalnya saja para pegawai yang

(7)

15 ingin kenaikan gaji, namun memilih melakukan demostrasi daripada berdialog dengan atasannya.

8) Kemampuan untuk berkomunikasi, Beberapa cara kita yang salah dalam berkomunikasi justru dapat menambah dan memperkuat hambatan komunikasi. Kita mengkomunikasikan pesan secara instruktif sehingga orang lain merasa derajat dia direndahkan atau diremehkan.

9) Kemampuan mendengarkan, Kita sering mengalami kegagalan dengan tidak mendengarkan orang lain. Karena kita mengangap apa yang disampaikan itu tidak penting, atau kita tidak cukup peduli sebagai orang yang aktif dan terlibat dalam suatu percakapan.

10) Budaya dan tradisi, Warisan budaya, bias budaya, dan prasangka sering berperan sebagai hambatan komunikasi. Perbedaan latar belakang budaya terkadang mengandung banyak kesalahpahaman didalamya.

11) Pengkondisian, Kerap kali komunikasi terhambat hanya karena kita dikondisikan untuk berbicara dalam suasana psikologis tertentu.

Misalnya, kita di doktrinasi oleh seorang teman tentang keburukan perilaku seseorang, setelah hal terbut kita terpengaruh dengan kondisi yang diciptakan oleh teman kita maka komunikasi dengan orang itu akan mengalami kerusakan.

12) Kebisingan, seringnya terganggu jika kita berkomunikasi dengan orang lain karena pengaruh kebisingan sumber dari lingkungan luar.

Kebisingan dari lingkungan mempengaruhi, tidak saja, pendengaran tetapi suasana dan perasaan batik ketika berkomunikasi.

(8)

16 13) Tanggapan atau umpan balik,Feedback dari seseorang ketika selesai mengungkapkan sesuatu. Ini disebut “miskomunikasi” yang artinya apa yang dimaksudkan tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh penerima pesan.

2.2 Komunikasi Antarbudaya

Manusia tidak pernah lepas dari komunikasi, dimana semua hal kita lakukan setiap harinya pasti mengandung makna komunikasi di dalamnya, entah itu melalui simbol-simbol, tanda, gerakan dan masih banyak lagi. Sebagaimana yang diketahui komunikasi merupakan media yang paling mudah dalam menyatukan semua orang, tidak perlu diragukan banyak kunci sebuah hubungan yang harmonis dengan orang lain adalah melalui komunikasi. Pada dasarnya komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya, dan kebutuhan tersebut dapat terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi dapat merasakan terisolasi.

Komunkasi terdiri dari adanya komunikator (narasumber), komunikan (penerima pesan), pesan, feedback Hal tersebut merupakan yang terpenting di dalam sebuah komunikasi, selanjutnya ada beberapa faktor pendukung dalam berkomunikasi yaitu dengan adanya media dan noise (hambatan) di dalam berkomunikasi, namun jika dalam berkomunikasi tidak terdapat adanya feedback maka tidak akan terjadi komunikasi. Jadi komunikasi itu terjadi antara dua orang

(9)

17 komunikasi atau lebih (kelompok, organisasi, publik atau massa) dan terdapat timbal balik di dalamnya.

Berbeda halnya dengan komunikasi antarbudaya terdapat konsep komunikasi dan kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi antarbudaya merupakan sebuah pertukaran pesan secara lisan atau tulisan terhadap seseorang yang berbeda latar belakang kebudayaan, bahkan berbeda bangsa sekalipun. Proses komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara berkomunikasi yang melintasi komunitas dan kelompok manusia.

Istilah antarbudaya pertama kali diperkenalkan oleh Edward T. Hall pada tahun 1959. Namun demikian, Hall tidak menerangkan pengaruh perbedaan budaya terhadap proses komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota kebudayaan lain. Hammer (1989) mengutip perumpamaan Wilbur Schramm (1982) menggambarkan bahwa lapangan studi komunikasi itu ibarat sebuah oasis, dan studi komunikasi antarbudaya itu dibentuk oleh ilmu-ilmu tentang kemanusiaan yang seolah normadik lalu bertemu disebuah oase. Ilmu- ilmu sosial “normadik” itu adalah antropologi, sosiologi, psikologi dan berhubungan interpersonal.

Terdapat masalah-masalah yang ada dalam komunikasi antarbudaya dimana budaya dapat mempengaruhi orang yang berkomunikasi di dalamnya. Tentu dalam berkomunikasi kita menemukan hambatan-hambatan yang dapat membuat sebuah komunikasi itu terganggu atau bahkan tidak memiliki kesamaan pemahaman, apalagi dalam hal komunikasi antarbudaya, perbedaan latar belakang tentu menjadi hambatan serius.

(10)

18 komunikasi antarbudaya terjadi ketika produsen pesan adalah anggota suatu budaya lain dan penerima pesannya anggota budaya lain. Dalam keadaan demikian, kita segera dihadapkan kepada masalah-masalah yang ada dalam suatu situasi dimana suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi baik dalam budaya lain. Seperti telah dilihat budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi. Akibat perbendaharaan yang dimiliki dua orang berbeda budaya dapat menimbulkan segala macam kesulitan.

Pengaruh budaya atas individu dan masalah-masalah penyandian dan penyadian balik pesan, terlukis dalam model di bawah ini:

Gambar 1. Model Komunikasi Antarbudaya Porter & Samovar (1998:54) (dalam Rahmat & Mulyana, 2006)

• Budaya A dan B relatif serupa: diwakili oleh segi empat dan segi delapan tidak beraturan yang menyerupai segi empat

• Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan B. Perbedaannya tampak pad bentuk melingkar dan jarak fisiknya daru budaya A dan B

Proses komunikasi antarbudaya dilukiskan oleh panah-panah yang menghubungkan antarbudayanya.

• Pesan mengandung makna yang dikehendaki oleh penyandi (encoder)

(11)

19

• Pesan mengalami suatu perubahan dalam arti pengaruh budaya penyandi balik (decoder), telah menjadi bagian dari makna pesan.

• Makna pesan berubah selama fase penerimaan/penyandian balik dalam komunikasi antarbudaya karena makna yang dimiliki decoder tidak mengandung makna budaya yang sama dengan decoder.

Panah-panah pesan menunjukan

• Perubahan antara budaya A dan B lebih kecil daripada perubahan budaya A dan C

• Karena budaya C tampak berbeda dari budaya A dan B, penyandian baliknya juga sangat berbeda dan lebih menyerupai pola budaya C Model menunjukan bahwa bisa terdapat banyak ragam perbedaan budaya dalam komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya terjadi dalam banyak ragam situasi, yang berkisar dari ragam interaksi antara orang-orang yang berbeda budaya secara ekstrem hingga interaksi antara orang-orang yang memiliki budaya dominan yang sama, tetapi memiliki subkultur dan subkelompok berbeda.

Contoh perbedaan yang maksimum antara budaya Asia dan Barat.

Percakapan antara dua orang petani; seorang dari pinggiran Garut dan seorang dari suatu ladang yang luas dekat kota Des Moines, Lowa. Perbedaan dapat ditemukan melalui penampilan fisik, agama, sikap, sosial, bahasa, pusaka, konsep diri dan alam semesta serta derajat perkembangan teknologi hanya merupakan sebagian saja dari faktor budaya yang berbeda tajam.

Namun melalui studi dan memahami komunikasi antarbudaya, kita dapat mengurangi atau hampir menghilangkan kesulitan-kesulitan ini.

(12)

20 2.3 Teori Penetrasi Sosial

Teori penetrasi sosial (Altman & Taylor, 1973) adalah teori yang menjelaskan proses terjadinya pembangunan hubungan antarpersonal secara bertahap dalam pertukaran sosial. Terdapat 3 level, yaitu artificial level (awal hubungan), intimate level (hubungan dalam proses), very intimate level (hubungan yang lebih intim). (Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, 2011: 226-227)

Irwin Altman dan Darlmas Taylor mengungkapkan bahwa dengan berkembangnya hubungan, keluasan dan kedalaman topik pembicaraan menjadi meningkat. Individu juga diibaratkan dengan bawang, terdapat lapisan lain, begitu seterusnya sampai lapisan yang paling dalam.

Dengan kata lain berkembangnya hubungan, secara langsung individu- individu akan memasuki lapisan demi lapisan dari pasangannya. Lapisan paling dalam adalah area yang paling privasi dari individu yang bersangkutan. Oleh karena itu semakin dalam lapisan yang akan di tembus semakin tebal juga lapisan yang akan disusupi, sehingga penyusupannya kemungkinan membutuhkan waktu yang relatif lebih lama daripada penyusupan di lapisan luar.

Proses penetrasi sosial dilangsungkan dengan cara bertahap dan teratur dari sifatnya di permukaan ke tingkat yang akrab mengenai pertukaran sebagai fungsi baik mengenal hasil yang segera maupun yang diperkirakan. Perkiraan meliputi estimasi mengenai hasil-hasil yang potensial dalam wilayah pertukaran yang lebih akrab. Faktor ini menyebabkan hubungan bergerak maju dengan harapan menemukan interaksi baru yang secara potensial lebih memuaskan.

(13)

21 Tahap paling awal (orientasi) mengenai interaksi yang sudah menjadi dalil untuk terjadinya pada lapisan luar (periphery) kepribadian dalam wilayah

“publik”. Selama pertemuan awal ini, individu hanya sebagaian kecil mengenai dirinya dapat diaskes orang lain, pada tahap ini kecil sekali terjadinya evaluasi atau penilaian terhadap satu sama lain. Sebaliknya individu membuat usaha-usaha kesepakatannya bersifat hati-hati dan tentatif (belum pasti) dimana masing-masing pihak dalam hubungan itu saling mengamati sesuai dengan formula-formula kesepakatan sosial.

Tahap berikutnya (pertukaran afektif yang bersifat penjajakan) menyajikan suatu perluasan mengenai banyaknya komunikasi dalam wilayah di luar publik;

aspek-aspek kepribadian yang di jaga atau di tutupi sekarang mulai dibuka secara lebih perinci, rasa berhati-hati sudah mulai berkurang. Hubungan pada tahap ini umumnya lebih ramah dan santai, dan jalan menuju ke wilayah lanjutan yang bersifat akrab dimulai.

Tahap berikutnya (pertukaran afektif) dari interaksi sosial. Disini perjanjian bersifat interaktif lebih lancar dan kasual. Interaksi pada lapisan luar kepribadian menjadi terbuka, dan adanya aktivitas yang meningkat pada lapisan menengah kepribadian. Meskipun adanya rasa kehati-hatian umumnya terdapat sedikit hambatan untuk penjajakan secara terbuka mengenai keakraban.

Tahap terakhir (pertukaran stabil) mengenai pengembangan dalam hubungan yang tumbuh dicirikan oleh keterbukaan yang berkesinambungan juga adanya kesempurnaan kepribadian pada semua lapisan. Baik komunikasi yang bersifat publik maupun pribadi menjadi efesien, kedua pihak saling mengetahui

(14)

22 satu sama lain dengan baik dan dapat dipercaya dalam menafsirkan dan memprediksi perasaan dan mungkin juga perilaku pihak lain.

2.4 Komunikasi Sebagai Proses Interaksi

Menurut Shanon dan Weaver (Wiryanto, 2004), komunikasi adalah pola interaksi yang saling memiliki pengaruh satu dengan yang lainnya, hal ini tidak terbatasi hanya pada bentuk komunikasi verbal, namun dengan lukisan, seni, ekspresi wajah, serta teknologi. Hubungan antarmanusia atau relasi-relasi sosial, hubungan dengan yang lain warga-warga sautu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok-kelompok dan antarkelompok manusia itu sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat. Sehingga Gillin & Gillin mengatakan bahwa: proses- proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang- perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemusan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Karna itulah, komunikasi dapat dipandang sebagai sistem dalam suatu masyarakat, maupun sebagai proses sosial.

Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi sebagai proses sebab-akibat dan aksi-reaksi, yang dilakukan secara bergantian.

Dalam penyampaian pesan, verbal atau non-verbal seorang penerima pesan merespon dengan memberi jawaban verbal atau dengan menggunakan kepala, lalu orang pertama merespon lagi setelah menerima respons atau feedbackdari orang kedua, dan begitu seterusnya. Keduanya bergantian peran sebagai penerima

(15)

23 maupun pengirim pesan tersebut. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu arah. Namun masih membedakan para peserta komunikasi sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi pada dasarnya proses interaksi yang berlangsung juga masih bersifat mekanis dan statis.

Selain terdapat pengirim dan penerima pesan, terdapat unsur feedback di dalamnya atau umpan balik, yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikan sebelumnya: apakah dapat dimengerti, dapat diterima, menghadapi kendala dan sebagainya, sehingga berdasarkan umpan balik itu, sumber dapat mengubah pesan selanjutnya agar sesuai dengan tujuannya. Tidak semua respons penerima adalah sebuah umpan balik. Suatu pesan disebut umpan balik bila hal itu merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku selanjutnya pengirim.

2.5 Komunikasi Antarpersonal dalam Antarbudaya

Indonesia dengan beragam suku bangsa di dalamnya, membuat banyak perbedaan latar belakang budaya di dalamnya. Komunikasi menjadi jalan yang penting untuk dapat menghindari segala ketidakselarasan dalam hidup rukun dengan adanya perbedaan budaya. Dengan berkomunikasi kita tidak hanya mendapatkan berbagai informasi, namun kita lebih bisa mengenal lawan bicara, mengenal karakter seseorang lebih dalam. Untuk mengurangi adanya miss communication, maka komunikasi antarpersonal dan antarbudaya bisa suatu hal yang dapat dikuasai semua orang.

(16)

24 Contoh kasus, yang terkenal dalam konflik antarbudaya, yaitu kasus Madura-Sampit yang telah bertahun-tahun terjadi, lalu di kota kecil Kalimantan Utara, Tarakan ini pun pernah terjadi pada tahun 2010 lalu. Kenapa hal ini bisa terjadi, yaitu tidak dapat terjalinnya komunikasi antarpersonal dalam antarbudaya secara baik dan efektif.

Pola komunikasi antarpersonal dengan berbeda budaya cenderung memiliki karakter dan kebiasaan yang berbeda tidak hanya tindakan namun juga dalam mengungkapkan komunikasi tersebut. Berbeda halnya jika berkomunikasi dengan orang yang memiliki kesamaan budaya (homogenitas), ikatan mereka lebih kuat dibandingkan dengan orang yang berbeda budaya. Komunikasi berbeda budaya cenderung bersilang pendapat dan bisa dibilang tidak memiliki kesamaan yang besar, mungkin saja ada, namun kecil.

Terlepas adanya konflik dan problematika yang ada, komunikasi antarbudaya, khususnya dalam komunikasi antarpersonal harus menjadi acuan utama supaya tidak terjadi konflik berkepanjagan yang dikhawatirkan. Tidak hanya akulturasi budaya barat yang marak terjadi, namun peleburan budaya yang berjalan di berbagai daerah akan terus terjadi. Banyak orang-orang merantu dari satu daerah ke daerah lain, dari satu kota ke kota lainnya dengan motif yang berbeda-beda. Hal ini merupakan suatu proses peleburan budaya di berbagai daerah, tentu pesan komunikasi antarbudaya dalam komunikasi antarpersonal sangat menentukan keberlangsungan sebuah interaksi sosial yang dilakukan.

Ketika komunikasi antarbudaya dalam komunikasi antarpersonal bisa dilakukan dengan proposinya, maka tentu tidak akan pernah terjadi konflik sosial.

(17)

25 Komunikasi antapersonal dalam komunikasi antarbudaya dapat terus berjalan beriringan dengan menempatkan semua konsep tepat dan baik. Tujuan besar komunikasi adalah tidak adanya sebuah miss communication di dalamnya, tentu agar sebuah pesan dapat tersampaikan dengan baik dan mendapatkan feedback yang kita inginkan. Hal ini sama dengan tujuan komunikasi

antarpersonal dalam komunikasi antarbudaya, perbedaan latar belakang dapat dihilangkan jika sebagai individu tidak mengedepankan suku budaya masing- masing, tidak melakukan hal yang dapat menghambat proses komunikasi tersebut.

Perbedaan budaya tentu dapat menjadi sebuah hambatan dalam hubungan bermasyarakat, namun jika ingin berjalan lancar, menggunakan komunikasi antarpersonal merupakan cara yang efektif untuk mengenal orang lain dengan adanya perbedaan tersebut. berkomunikasi secara tatap muka dan antar dua orang atau lebih membuat kita bisa lebih mengenal orang tersebut lebih dekat daripada harus berkomunikasi dengan orang banyak. Dalam konteks komunikasi, belum tentu jika seseorang yang memiliki kesamaan budaya dapat mengerti maksud lawan bicaranya, banyak faktor yang dapat menjadi penghambat, apalagi orang yang memiliki perbedaan budaya, maka dengan menggunakan komunikasi antarpersonal membuat seseorang yang berbeda latar belakang bisa mengenal lebih jelas dan karakter orang tersebut, maupun belajar mengenai budaya orang lain.

2.6 Kerukunan Dalam Keberagaman

Semua masyarakat di dunia tidak ada satu pun yang tidak menginginkan kerukunan. Dalam membangun sebuah peradaban bagian yang sangat penting

(18)

26 adalah kerukunan. Keteraturan merupakan faktor utama dalam lingkup peradaban di seluruh dunia. Ketika masyarakat ada dalam konflik,maka pembangunan tidak dapat dilaksanakan. Jika dikatakan masyarakat telah melakukan pembangunan, kemudian pecahlah konflik yang mengakibatkan kerusakan fisik,maka akan terjadi perbaikan, yang artinya pembangunan tersebut akan kembali pada keadaan puluhan tahun sebelumnya. Kerukunan yang merupakan keteraturan sosial menjadi hal yang sangat penting dan menjadi syarat utama membangun masyarakt, oleh karna itu menjaga kerukunan adalah hal yang harus dijaga dalam situasi apapun.

Dalam kehidupan manusia masing-masing terdapat kecenderungan, kepentingan dan keinginan yang berbeda-beda. Manusia memiliki ciri khas yang unik dimana berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu terdiri dari suku, agama, ras, dan antar golongan. Keberagaman adalah bagian dari kehidupan, jika dikaitkan dengan penggolongan atas manusia, suatu kenyataan bahwa memang manusia hidup secara berkelompok, terdapat banyak suku, ada Banjar, Jawa, Bugis, Minangkabau, Batak, dll, begitu pula dengan keberagaman agama.

Selain keberagaman (pluralisme), maka ada pula konsep multikulturalisme. Menurut Bikhu Parekh, bahwa multikulturalisme mengangkut tiga hal, yaitu: (1) manusia secara kultural dilekatkan dalam posisi bahwa mereka tumbuh dan hidup dalam dunia yang terstruktur secara kultural, mengorganisasikan kehidupan dan hubungan-hubungan sosial menurut sistem makna, memposisikan nilai yang besar tentang identitas kultural mereka. (2) kebudayaan-kebudayaan yang berbeda mencerminkan sistem makna dan pandangan tentang jalan hidup yang baik, setiap kebudayaan merupakan sistem

(19)

27 makna yang dijadikan sebagai pedoman oleh mereka masing-masing. Dalam hal ini, keunikan, kecirikhasan, dan manifestasi kebudayaan yang satu dengan lainnya merupakan sesuatu yang sangat wajar, maka setiap kebudayaan tidak bisa disepadankan sebagai mana yang lebih baik. (3) semua kebudayaan kecuali yang paling primitif secara internal bersifat majemuk dan mencerminkan sebuah percakapan berkelanjutan antara tradisi dan rangkaian gagasan mereka yang berbeda-beda.

Terjadinya berbagai konflik di Indonesia, yang sangat diperlukan saat ini adalah toleransi. Sebenarnya kekuatan bangsa yang kita punya dengan adanya keberagaman ini adalah dengan melakukan toleransi. Masyarakat tanpa adanya sebuah toleransi maka tidak akan dapat mampu menopang beban multikulturalitas dan pluralisme. Dalam kenyataannya sebuah lokalitas, etnisitas, agama, bahasa merupakan tanda yang jika tidak diatur dengan baik maka akan mengakibatkan pertentangan dan konflik. Untuk mencapai suatu kesepakatan dan kesepahaman dalam hal ini sebab itu diperlukan membangun kesepahaman dan toleransi..

Perbedaan suku dan ras antara manusia yang satu dengan manusia yang lain hendaknya tidak menjadi kendala dalam membangun suatu persatuan dan kesatuan maupun dalam bersosial. Perbedaan latar belakang tidak seharusnya membuat manusia terpecah belah, malah dengan adanya perbedaan harus lebih bisa memahami dan berperilaku baik antar sesama. Latar belakang yang berbeda tidak seharusnya menjadi penghalang untuk terbentuknya perpecahan, justru dengan adanya perbedaan maka setiap golongan dapat saling mengisi kekosongan, dengan cara toleransi dan terus menjaga satu sama lain.

(20)

28 2.7 Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi Antarbudaya Dalam

Menjaga Kerukunan

Dapat diketahui komunikasi antarpersonal didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung antar dua orang. Komunikasi memiliki keistimewaan dan efektivitas tersendiri dalam hasil yang maksimal. Interaksi yang terjadi di dalamnya akan dapat dipahami dengan baik dan mudah sebab minimnya distorsi yang ada. Dalam prakteknya masing-masing individu mengemukakan keinginan dan problemnya sehingga akan terjadi proses komunikasi. Namun hal ini berbeda jika yang terjadi di dalam proses komunikasi tersebut memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Tentu budaya satu dengan lainnya mempunyai suatu ciri khas yang budaya lain tidak punya, begitu pula dari cara berkomunikasi. Terdapat banyak hal yang melatarbelakangi terbentuknya cara berkomunikasi seseorang.

Perbedaaan latar belakang dapat menjadi kendala masyarakat untuk berkomunikasi, entah maksud yang berbeda, maupun minimnya pemahaman akan budaya lain. Kadang dengan banyak perbedaan yang dimiliki seseorang membuat kesalahpahaman di dalamnya. Feedback yang diterima pun pastinya berbeda dan tidak sesuai dengan keinginan seseorang. Kesalahpahaman maksud dan tujuan komunikasi yang berbeda, dapat memicu terjadinya konflik. Tak dapat dipungkiri topik SARA masih melatarbelakangi terjadinya sebagian besar permasalahan yang ada.

Komunikasi antarpersonal memiliki efektifitas dalam menyampaikan pesannya dengan tepat, komunikasi ini lebih mudah dalam menyampaikan maksud dan tujuannya. Latar belakang yang berbeda setidaknya dapat terminimalisirkan dengan menggunakan komunikasi antarpersonal, dengan terus menjalin hubungan dengan lawan bicara komunikasi dapat terjaga. Namun hal ini

(21)

29 harus diiringi dengan toleransi dan ketertarikan kedua belah pihak dalam proses berkomunikasi. Dengan terus menjalin komunikasi antarpersonal perbedaan dapat terhindari sebab kedekatan yang terjalin dan dapat saling memahami satu sama lain. Dengan tingkat toleransi dan terus mau memahami lawan bicara, komunikasi yang terjalin pun dapat dengan tersampaikan walaupun terdapat perbedaan yang melatarbelakangi. Setiap masyarakat pasti memiliki budaya yang berbeda- beda, suatu kota/negara pasti memiliki beranekaragam suku budaya. Tak pelak perbedaan dan kesalahpahaman sering terjadi, tetapi dengan melakukan komunikasi antarpersonal secara bertahap, tentu pemahaman akan terus bertambah seiring dengan tumbuhnya tingkat toleransi di dalam hubungan bermasyarakat. Hal ini dapat menjaga kerukunan dan menghindari adanya pertikaian di dalam kehidupan bermasyarakat. Terjaganya kerukunan antarsuku tentu membawa pengaruh yang baik bagi kehidupan sosial masyarakat, peningkatan kualitas hidup masyarakat suatu daerah akan menjadi lebih baik serta pemikiran masyarakatnya akan lebih open minded dan tentunya lebih maju.

Gambar

Gambar 1. Model Komunikasi Antarbudaya Porter & Samovar (1998:54)  (dalam Rahmat & Mulyana, 2006)

Referensi

Dokumen terkait

Selama hampir 500 tahun, para Yesuit telah bekerja untuk memajukan agenda si Ular. Dari sejak awal, mereka telah berada di bawah instruksi langsung makhluk pintar

Responden II mengalami konflik intrapersonal sehubungan dengan perasaan tidak nyaman yang timbul dari aturan beribadah sehingga responden II mengalami gangguan pada aspek religius

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar Bahasa Jawa materi wayang dengan menggunakan media kartu kata bergambar wayang

Uskup mempunyai kepenuhan sakramen tahbisan, maka ia menjadi “pengurus rahmat imamat tertinggi”, terutama dalam Ekaristi… Gereja Kristus sungguh hadir dalam jemaat beriman

Edukasi Kreatif yang ditawarkan dari komik kesatria bela negara merancang pembaca webtoon untuk lebih dekat dengan cerita dan karakter karena lebih manusiawi,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, nanopartikel perak (Ag) dapat disintesis mengunakan matriks nata-de-coco dengan metode reduksi kimia

Bahkan pada ceruk pasar tertentu, konsumen mencari komoditas yang berasal dari masyarakat sekitar hutan agar dapat membantu masyarakat tetap berdaya melanjutkan kehidupannya

Dari sisi teknis produksi, pembuatan garam rakyat di Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara dilakukan dengan menggunakan teknologi yang sangat sederhana dan 3