• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK KETERLIBATAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PENAMBANGAN EMAS DI NAGARI LUBUK ULANG ALING KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BENTUK KETERLIBATAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PENAMBANGAN EMAS DI NAGARI LUBUK ULANG ALING KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN ARTIKEL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK KETERLIBATAN MASYARAKAT LOKAL DALAM PENAMBANGAN EMAS DI NAGARI LUBUK ULANG ALING KECAMATAN SANGIR BATANG

HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

RESINAWATI NPM.11070236

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

Bentuk Keterlibatan Masyarakat Lokal Dalam Penambangan Emas Di Nagari Lubuk Ulang Aling Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan

Resinawati1 Aziwarti, M.Hum2 Rio Tutri, M.Si3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Gold mine in Nagari Lubuk Ulang Aling, that conducted in 1999 using tools that is with pan the enly of foreign capital owners monely in 2000, using tools that is sophisticated that is beijing boat and excapator and tenure land Nagari Lubuk Ulang Aling. In this research explain and describe phenomena about involvement of local communities in gold mining Nagari Lubuk Ulang Aling districts Sangir Batang Hari districts Solok Selatan. This research use theory social class that is strated by Kalr Marx. Social class here over the marginalization community on their own territory by capital owners. This study used a qualitative approsach with descriptive which is a type of research that aims to create a description, find the facts or the relationship between the phenomena studied. This research is taken using techniques purposive sampling with informant 12 peopl, techniques of collecting data through observation, interviews, and dokument, and data analysis techniques used are model Miles and Huberman. By reserch result, found the involvement of local community in gold mining. Community engaged in gold minin, as workers only that is contrated by the owners of a capital owner such, lifting rocks sand filtration in place of the capital owners, so there are no more rocks if a bed of sand in trays and for women as a gold prospector course, foms of land tenure in rent between owners of capital and the public Nagari Lubuk Ulang Aling, one area that serve as the site of gold by the capital of 300 meters.

Keywords: Involvement, Local Community, Gold Mine

ABSTRAK

Tambang emas di Nagari Lubuk Ulang Aling, yang dilakukan pada tahun 1999 dengan menggunakan alat sederhana yaitu dengan mendulang setelah masuknya pemilik modal dari luar yaitu pada tahun 2000 dengan menggunakan alat yang canggih yaitu kapal Beijing dan Escapator. Selain perubahan dalam penggunaan alat untuk mengambil emas, masuknya pemilik modal juga merubah hak guna lahan Nagari Lubuk Ulang Aling.

Dalam penelitian ini menjelaskan dan mengambarkan fenomena tentang Bentuk keterlibatan masyarakat lokal dalam penambangan emas di Nagari Lubuk Ulang Aling. Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan Penguasaan lahan dalam penambangan emas dan mendeskripsikan bentuk keterlibatan masyarakat lokal dalam penambangan emas di Nagari Lubuk Ulang Aling Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan.

Penelitian ini menggunakan teori kelas sosial yang dikemukakan oleh Karl Marx. Kelas sosial disini lebih kepada marjinalisasi masyarakat terhadap wilayah mereka sendiri oleh pemilik modal. Penelitian ini mengunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan membuat deskripsi, menemukan fakta-fakta atau hubungan antara fenomena yang diteliti. Penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik Porposive Sampling dengan jumlah informan 12 orang. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen, dan teknik analisis data yang digunakan adalah model Miles dan Huberman. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bentuk keterlibatan masyarakat dalam penambangan emas. Masyarakat terlibat dalam penambangan emas, sebagai pekerja saja yang di kontrak oleh pemilik modal dan bagi laki-laki bekerja sebagai anggota seperti, mengangkat batu yang besar di penyaringan hamparan pasir di tempat pemilik modal tersebut, sehingga tidak ada lagi batu yang besar jika hamparan pasirnya akan di dulang dan bagi perempuan sebagai pendulang emas saja. Bentuk penguasaan lahan berupa sistem sewa antara pemilik modal dan masyarakat Nagari Lubuk Ulang Aling, dan salah satu lahan yang di jadikan lokasi penambangan emas oleh pemilik modal seluas 300 meter.

Kata kunci: Bentuk Keterlibatan, Masyarakat Lokal, Tambang Emas

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Angkatan 2011

2 Pembimbing I dan Dosen Universitas Andalas (Unand)

3 Pembimbing II dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang kaya sumber daya alam, kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dari sektor pertanian, perkebunan, industri, pariwisataan dan pertambangan. Dalam memanfaatkan sumber daya alam manusia wajib memperhatikan kelestarian alam sekitar, agar sumber daya alam bisa dimanfaatkan secara optimal dan bermanfaat dalam kurun waktu yang lebih lama (Hartono, 2007: 56).

Sumber daya alam adalah unsur-unsur lingkungan alam yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan serta meningkatkan kesejahteraan hidup. Sumber daya alam merupakan semua kekayaan alam, baik berupa makhluk hidup maupun benda mati yang terdapat di bumi dan dapat dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia (Hartono, 2007: 58).

Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam terutama dalam bidang pertambang meliputi emas, perak, tembaga, minyak, gas bumi, batu bara dan lain-lain, dikuasai oleh Negara. Hak penguasaan Negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus, dan mengawasi pengelolaan atau pengusahaan atas sumber daya alam tersebut serta berisi kewajiban untuk mempergunakan sebenar-benarnya kemakmuran rakyat, Penguasaan oleh negara diselenggarakan oleh pemerintah (Salim, 2005: 1).

Perkembangan industri baik dari segi pertambangan emas, batu bara, dan biji besi di Indonesia sejak era reformasi selalu mengalami perubahan dan perkembangan serta mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat baik dari segi perekonomian masyarakatnya dan pembangunan karena kegiatan industri tidak pernah lepas dari manusia itu sendiri. Kegiatan industri di Indonesia terdiri dari berbagai macam industri demikian juga dengan kegiatan industri emas karena di Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya alam yang banyak dan Indonesia merupakan negara yang mempuyai kandungan emas dengan demikian banyak memicu kegiatan pertambangan emas yang dilakukan oleh peruasahaan maupun perseorangan (Subagja.2013:75).

Dengan berkembangnya industri pertambangan emas di Indonesia maka pertambangan semakin banyak dan mulai merambah pada daerah-daerah yang ada di Indonesia, kegitan pertambangan emas banyak di lakukan oleh perseorangan maupun perusahaan namun pada daerah yang masih berkembang. Pada wilayah provinsi Sumtera Barat terkandung potensi sumber daya mineral seperti emas dan mangan.

Menurut laporan Dinas Pertambangan dan energi Provinsi Sumbar, emas terdapat pada wilayah Kabupaten Solok Selatan, seperti Padang Aro,

Bidar Alam, dan Lubuk Ulang Aling yang hanya beberapa perusahaan yang memiliki izin dalam melakukan kegiatan pertambangan (Dinas pertambangan 2013).

Pada lokasi-lokasi yang memiliki kandungan emas ini, seperti Kabupaten Sijunjung banyak dilakukan perseorangan hingga kegiatan pertambangan pada umumnya banyak yang tidak mengikuti kaidah penambangan secara benar dan teratur, contohnya: penambang emas tidak memiliki surat izin dari pemerintah daerah dan penambang tidak memakai alat keamanan yang layak sehingga perlu adanya bimbingan dan pengarahan dari instansi terkait untuk memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan.

Pemerintah diharapkan dalam kegiatan ini dapat memberikan kontribusi terhadap daerahnya, sehingga pihak pemeritahan daerah memperoleh tambahan bagi pendapat daerah dari sektor pertambangan kegiatan penambang emas mengandung banyak resiko besar, terutama longsor tanah yang setiap saat bisa terjadi, tetapi hal itu tidak menyurutkan mimpi para penambang menjadi kaya. Selain mereka yang tidak memperhatikan alamnya. Mereka tidak memperhatikan pola kehidupannya sekarang karena exploitasi mineral di Indonesia diatur dengan Undang-undang nomor 4 tahun 2009, tentang pertambangan mineral dan batu bara. Jadi dalam aktivitas tambang emas ini tidak bisa dilakukan sesuka hati perusahaan maupun perorangan, tetapi ada peraturan yang mengatur dalam pertambangan baik mineral, batu bara, dan emas (Undang-undang no 4. 2009).

Tambang emas di Nagari Lubuk Ulang Aling ini di mulai pada masa era orde lama dimana masyarakat Lubuk Ulang Aling, mulai mencari pingiran sungai untuk di jadikan lokasi penambangan dengan menggunakan alat yang masih manual atau sederhana yaitu mendulang dengan cara yang sederhana masyarakat dapat menghasilkan emas untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka tanpa ada dampak bagi lingkungan tempat tinggal mereka.

Tambang emas ini dilakukan pada tahun 1999 dan yang pertama kali yang menemukan sumber emas ini adalah seluruh masyarakat di Lubuk Ulang Aling karena, masyarakat secara berkelompok atau bersama sama dalam mencari emas bukan secara individualis dimana masyarakat masih mengali pingiran sungai secara berkelompok dengan membendung air dengan menggunakan kayu, papan serta di tutupi dengan daun agar mereka bisa mendulang di tempat tersebut dengan proses yang sederhana ini masyarakat di lubuk Ulang Aling, bisa mengetahui di titik mana saja yang ada sumber emasnya. Dengan begitu masyarakat di Lubuk Ulang Aling mulai berpikir secara rasional bahwa di wilayah mereka inilah banyak terkandung emasnya dan mata pencarian

(5)

mereka mulai berganti dengan mendulang emas bukan berkebun lagi atau petani.

Secara perlahan-lahan tambang emas Nagari Lubuk Ulang Aling ini mulai dilakukan dengan alat yang berat yaitu dengan menggunakan mesin dompeng dan penyedot air sehingga dengan mudah masyarakat menghasilkan emas dengan semakin maraknya orang menggunakan mesin dompeng untuk mencari emas pertambangan di Solok Selatan sudah lama dilakukan oleh masyarakat dengan mengunakan cara dan teknis yang sederhana yang dikenal dengan mendulang, proses pendulangan dilakukan sepanjang aliran Sungai Lubuk Ulang Aling, atau beberapa anak sungai lainya dengan cara berkelompok atau secara bersama-sama.

Sejumlah Nagari yang dilalui aliran sungai tersebut, penduduknya memiliki pengetahuan dan pengalaman mendulang.

Sehingga sudah banyak di ketahui oleh orang luar bahwa di Nagari Lubuk Ulang Aling, ini banyak terkandung emasnya, sehingga tanpa disadari oleh masyarakat Lubuk Ulang Aling secara perlahan orang luar mulai berpolitik disini yaitu bagaimana investor bisa masuk ke Lubuk Ulang Aling dengan cara mencari informasi melalui para ninik mamak Lubuk Ulang Aling dengan mendekati para masyarakatnya agar mereka dapat masuk ke wilayah Lubuk Ulang Aling dengan berbagai cara orang luar (pemilik modal) untuk dapat mengetahui di mana saja titik yang banyak terkandung emasnya dan merayu para ninik mamak agar mereka bisa memasuki wilayah Lubuk Ulang Aling.

Tambang emas tidak lagi dilakukan pada aliran sungai, bahkan sudah dilakukan pada pinggiran tebing, berlanjut ke lokasi-lokasi lain termasuk pada lokasi sawah, kebun, ladang, dan lahan yang dijadikan kegiatan pertambangan emas ini adalah milik nagari dan bukan milik masyarakatnya, pendulangan sudah berganti dengan pertambangan yang menggunakan alat mekanis pengalian dan penyaringan, untuk pengalian sudah dilakukan dengan menggunakan alat berat traktor maupun escavator yang memiliki alat berat ini adalah pemilik modal dari luar yaitu dari cina (PT.

Geominic) sebanyak 100 unit dan dari berbagai daerah lain, mereka memasuki wilayah Lubuk Ulang Aling ini pada tahun 2000 orang luar (pemilik modal) sudah memasuki wilayah Lubuk Ulang Aling dengan menggunakan alat yang cangih yaitu escapator atau alat besi atau kapal bejing yang di bawa oleh orang cina (PT Gemenic) dan emas yang di hasilkan oleh investor sangat banyak, dengan alat yang begitu cangih dan kadar emas yang diperoleh juga banyak dan cakupan kaliannya juga dalam maka berdampak pada daerah masyarakat di Lubuk Ulang Aling dan lingkungan mereka menjadi rusak oleh investor tersebut.

Tambang emas yang dilakukan oleh investor sudah termasuk pada tambang emas yang modern bukan

secara sederhana lagi karena sudah menggunakan alat yang cangih dengan begitu investor sangat mudah mendapatkan emas yang ada di Lubuk Ulang Aling. Dengan mendekati para mamak yang ada di lubuk ulang aling tersebut dengan memberikan berbagai keuntungan kepada masyarakat jika wilayah mereka mau dijadikan pertambangan emas, jumlah masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pertambangan emas ini hanya 50% sebanyak 30 orang itupun orang-orang yang memiliki modal saja, dalam kegiatan tambangan emas ini tidak seluruh masyarakatnya yang bekerja hanya orang-orang dewasa saja yang bekerja dalam tambang emas ini.

Jadi banyak masyarakat yang tertarik dengan janji-janji para investor tersebut. Setelah mereka memasuki daerah Lubuk Ulang Aling ini dengan berbagai cara dan mencari lahan yang banyak terkandung emasnya dan setelah itu pemilik modal mendatangi para mamak untuk mendapatkan lahan, setelah investor mendapatkan lahan tersebut karena sudah disepakati oleh para mamak dan masyarakatnya maka pemilik modal membawa alat atau escapator untuk melakukan kegiatan tambang emas tersebut dan pemilik modal tidak menghiraukan bagaimana kehidupan masyarakatnya bahkan mereka hanya mementingkan diri sendiri dan jumlah pemilik modal yang melakukan kegiatan pertambangan emas ini yaitu 4 orang pada tahun 2000 tetapi peneliti hanya mengambil dalam jumlah yang banyak yaitu perusahaan cina atau PT.Geominic yang menjadi pengaruh besar dalam kegiatan tambang emas ini.

Sehingga kehadiran tambang emas di Nagari tersebut mempengaruhi berbagai aspek baik dari perekonomian masyarakatnya dan dinamika atau perubahan dalam kehidupan masyarakat, dalam penambangan emas masyarakat hanya dijadikan buruh atau pekerja pada pertambangan emas dan ada juga masyarakatnya bekerja sebagai pencari emas dilakukan dengan cara menggunakan mesin robin mereka hanya memerlukan karpet dan papan untuk asbuk yang terbuat dari kayu yang diletakkan dekat alat escavator tersebut dan mereka hanya menanti pasir yang diberikan oleh orang yang berkuasa kadang-kadang dapat satu paket dalam sehari bahkan tidak dapat sama sekali dengan inilah masyarakat dapat memenuhi kebutahan hidup mereka dan membiayai anak-anak mereka untuk sekolah.

Setelah penulis melakukan penelitian di Nagari Lubuk Ulang Aling bahwa sekitar tahun 2000, ekploitasi emas tidak lagi dilakukan dengan mendulang ditepi aliran sungai Lubuk Ulang Aling, tapi sejumlah penduduk sudah melakukan penggalian pasir pada aliran sungai dan dilakukan penyaringan secara mekanis dengan menggunakan tenaga mesin pompa dan sedot. Melalui metode demikian, volume pasir yang mampu disaring lebih

(6)

banyak yaitu 5 kubik sehari pasir yang disaring oleh alat tersebut dan lebih cepat sehingga jumlah emas yang didapat jauh lebih besar yaitu sebanyak 2-5 on sehari . Jumlah penduduk pada Nagari Lubuk Ulang Aling yang terlibat sebagai pemilik modal adalah 30 orang itupun mereka menyewa escavator secara bersama untuk satu alat pada usaha tambang emas ini, sedangkan jumlah masyarakat yang bekerja tambang emas ini sebanyak 135 orang dan bagi laki-laki bekerja sebagai pelarut hamparan pasir yang diberikan oleh pemilik tambang emas sedangkan perempuan bekerja sebagai penduang emas saja

( Wawancara 16 : 2015).

Pada hal wilayah masyarakat Lubuk Ulang Aling sendiri, tetapi yang lebih banyak terlibat dalam tambang emas ini orang luar terutama orang cina mereka mempunyai alat-alat yang cangih dalam mencari emas, dengan demikian pemerintah Solok Selatan dapat mengambil kebijakan agar masyarakatnya tidak tertindas oleh orang luar sehingga masyarakatnya dapat mengelola lokasi tambang emas tersebut. Masyarakat lokal sangat berharap bahwa investasi diwilayahnya akan memberikan keuntungan langsung dan dirasakan manfaatnya oleh rakyat dan ternyata banyak masyarakat yang dirugikan dengan kehadiran tambang emas didaerah mereka dan kebanyakan masyarakat lokal hanya bisa melihat aktivitas penambangan, dan menerima dampak lingkungan dari operasi penambangan emas tersebut padahal tanah yang digunakan merupak warisan turun temurun dari nenek moyang mereka (Observasi awal. 2015)

Bahwa dapat dilihat dalam penambangan emas di Lubuk Ulang Aling masyarakatnya terlibat dalam kegiatan penambangan emas tetapi masyarakatnya hanya terlibat sebagai pekerja atau buruh dan mendulang emas saja di tempat investor melakukan tambang emas tersebut, hasil yang mereka peroleh hanya sedikit dan banyak lahan yang telah dikuasai oleh pemilik modal adalah sebanyak 300 meter lahan dan ada 9 lokasi yang banyak terdapat atau sumber emasnya yang dijadikan lahan tambang emas oleh pelaku (pemilik modal). Yaitu, Sungai Bosau, Sungai Penuh, Nagari Lubuk Ulang Aling, Sangir Jujuan, Durian Tarung, Nagari Lubuk Gadang, Batu Laung, Sungai Batang Bangko, Koto Ranah.

Dengan permasalahan yang ada di atas peneliti tertarik untuk melakukan menelitian tentang Penguasaan Lahan Dalam Pengelolaan Tambang Emas dan Bentuk Keterlibatan Masyarakat Lokal Dalam Penambangan Emas di Nagari Lubuk Ulang Aling, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan penguasaan lahan dalam pengelolaan tambang emas

2. Mendeskripsikan bentuk keterlibatan masyarakat lokal dalam penambangan emas di Nagari Lubuk Ulang Aling, Kecamatan Sangir Batang Hari, Kabupaten Solok Selatan.

Dalam penelitian ini menggunakan teori kelas sosial yang dikemukakan oleh Karl Marx, menurut Marx ada dua kelas yaitu kelas borjuis dan kelas proletar dimana kelas sosial adalah golongan dalam masyarakat dengan kriteria tertentu dan memiliki kepentingan yang berbeda antara kelas borjuis dan proletar.

Studi relevan dalam penelitian ini adalah Rahmi 2012, yang berjudul Kehidupan sosial ekonomi penambang emas rakyat di Nagari Tambang Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan tahun 1985-2010. Wisman 2014, yang berjudul” Politik Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Kajian Tentang Pengelolaan Tambang Emas di Solok Selatan dan Saputra 2013, yang berjudul”

Resolusi Konflik Tambang Emas Di Kenagarian Lubuk Ulang Aling kecamatan Sangir Bata Hari Kabupaten Solok Selatan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini mulai dilakukan sejak bulan September 2015 s/d tanggal 20 September 2015.

Tempat penelitian ini, di Nagari Lubuk Ulang Aling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitataif yang berusaha mengungkapkan dan memahami relitas yang ada di lapangan sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Tipe penelitian ini adalah deskriptif, yang menggambarkan secara mendalam, faktual dan akurat tentang latar pengamatan, tindakan dan pembicaraan.

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah observasi non partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumentasi, yang mencari data secara kompleks. Model analisis data penelitian ini adalah analisis dari Milles dan Heberman

HASIL PENELITIAN

5.1.1. Luas Lahan dan Titik Ekploitasi Hasil serta Tambang yang Dikuasai Pemilik Modal.

Luas lahan yang dikuasai oleh pemilik modal untuk satu alat saja 3 meter lahan yang dijadikan sebagai kegiatan tambang emas dari setiap titik eksloitasi emasnya sebanyak 200 titik, karena disetiap aliran sungai Lubuk Ulang Aling, banyak terkandung emasnya dan Nagari Lubuk Ulang Aling menyimpan sumber emas tetapi masyarakatnya tidak mendapatkan kesejahteraan dengan adanya emas di wilayah mereka masyarakatnya termarjinalisasi oleh orang asing yang berasal dari Negara Cina, dan orang cina ini

(7)

sudah ada yang menjadi penduduk Indonesia dan etnis mereka disebut Tionghoa.

5.1.2 Wilayah Yang Dikuasa Pemilik Modal Solok Selatan ada 9 lokasi yang dijadikan lahan tambang emas oleh pelaku. yaitu, Sungai Bosau, Sungai Penuh, Nagari Lubuk Ulang Aling, Sangir Jujuan, Durian Tarung, Nagari Lubuk Gadang, Batu Laung, Sungai Batang Bangko, Koto Ranah.

Nagari Lubuk Ulang Aling dikuasai oleh investor dengan berbagai cara yaitu mencari informasi dilokasi mana saja terdapat sumber emasnya, dan mendekati oranr-orang yang dipercaya oleh masyarakat Lubuk Ulang Aling, dengan memberikan harapan kepada masyarakatnya dan ada surat perjanjan yang disepakati oleh masyarakarnya dan tanah yang dijadikan kegiatan tambang emas tersebut adalah wilayah milik wilayat atau Nagari, luas lahannya sekitar 300 meter yang dijadikan sebagai kegiatan tambang emas oleh investor kegiatan tambang emas ini sudah termasuk kegiatan tambang emas modern. Hal ini sangat jelas terlihat bahwa pemilik modal dapat menguasai wilayah Lubuk Ulang Aling ini dan masyarakat melihat pemilik modal menguasai daerah mereka. pada tahun 2000 orang luar (pemilik modal) sudah memasuki wilayah Lubuk Ulang Aling dengan menggunakan alat yang cangih yaitu escapator atau alat besi atau kapal bejing yang di bawa oleh orang cina (PT.

Geominic Sapek) dan emas yang di hasilkan oleh investor sangat banyak dalam satu hari 2 on emas yang didapat oleh pemilik modal, dengan alat yang begitu cangih dan kadar emas yang diperoleh juga banyak dan cakupan kaliannya juga dalam maka berdampak pada daerah masyarakat di Lubuk Ulang Aling dan lingkungan mereka menjadi rusak oleh pemilik modal tersebut. Tambang emas yang dilakukan oleh pemilik modal sudah termasuk pada tambang emas yang modern bukan secara sederhana lagi karena sudah menggunakan alat yang cangih dengan begitu investor sangat mudah mendapatkan emas yang ada di Lubuk Ulang Aling. dengan mendekati para mamak yang ada di lubuk ulang aling tersebut dengan memberikan berbagai keuntungan dari segi kesejahteraan hidup masyarakatnya, kesehatan, dan pembangunan kepada masyarakat jika wilayat mereka mau dijadikan pertambangan emas.

5.1.3 Jumlah Investor Yang Menguasai Lahan Batang Hari kian hari makin memikat, saat ini penambang asal Cina jumlahnya begitu banyak termasuk kapal yang datang dari kalimatan Tasimalaya juga ada. Kapal-kapal di situ digerakan mesin diesel untuk mengeruk batu, pasir dan tanah mendapatkan serpihan emas. Emas itulah yang dibeli kontan oleh pedagang pengumpul di sepanjang aliran Batang Hari. Pembayarannya lunas, tak dikenal pembayaran transfer maupun cek kontan. Lubuk Ulang Aling, Solok Selatan kini

memang berubah. Banyak kisah muncul dari sana.

Dulu karena kayu kemudian sarang walet, dan kini adalah emas. Emas, adalah sumber pendapatan yang tinggi.

Kegiatan tambang emas ini tidak hanya dikuasai oleh satu investor saja tetapi lebih dari satu orang disetiap investor menpunyai anggota di tempat pertambangan dilakukan dan di tempat tersebut mereka menpunyai alat masing-masing atau escapator.

Di Lubuk Ulang Aling ini banyak dikusai oleh investor ada 4 PT yang beroperasi di daerah ini yaitu dari Cina nama PT.Geominic Sapek, lokasi yang dikuasainya adalah sungai bosau, Sungai Penuh, dan Lubuk Ulang Aling, luas lahannya 3 meter setiap lokasinya, Kalimatan PT.Cahaya Selatan Gemilang (CSG), lokasi yang dikuasai yaitu Sangir Jujuan, Durian Taruang dan luas lahan 3 meter setiap lokasinya, Pekan Baru PT.Bina Bakti Pertiwi, lokasinya Nagari Lubuk Gadang, dan Batu Laung dan luas lahannya 3 meter setiap lokasinya, Aceh PT.Universal, lokasinya Sungai Batang Bangko, dan Koto Ranah dan luas lahannya adalah 3 meter setiap lokasinya.

5.2.1. Masyarakat yang Terlibat Pemilik Modal dan Buruh

Nagari Lubuk Ulang Aling letaknya di Kecamatan Sangir Batang hari yang buminya menyimpan emas. Namun, kekayaan nagari itu belum membuat kehidupan masyarakatnya sejahtera. Sumber emas yang tersimpan di bumi Nagari Lubuk Ulang Aling, Lubuk Ulang Aling Tengah dan Lubuk Ulang Aling Selatan belum mampu sejahtera. Emas ternyata belum bisa menjamin kesejahteraan warga setempat dan pembangunan nagari berkelanjutan. Bahkan, hasil bumi itu tidak masuk ke pendapatan asli Nagari, karena terus dijajah warga daerah lain dan warga negara asing di kawasan hutan daerah tersebut.

Padahal, masyarakat tiga kenagarian di Sangir Batang Hari itu, menyimpan segudang harapan.

Mereka ingin sejahtera dan memiliki infrastruktur jalan dan jembatan yang layak. Sebagai daerah kaya, sebenarnya layak mereka memiliki harapan tinggi. Ketika ekskavator dan kapal bejing mengobrak-abrik, bumi, hutan dan sungai yang berada di sekitar pemukiman warga, mereka hanya bisa menjadi penonton. Begitulah yang terjadi di Nagari Lubuk Ulang Aling.

Bagi yang laki-laki mereka menjadi anggota sebagai membuang batu di tempat investor dan bagi perempuan mereka sebagai pendulangnya setelah hamparan pasirnya sudah jadi halus dan tidak ada lagi batu-batu yang besar dari setiap kegiatan mereka menimbulkan resiko karena ada masyarakat terluka oleh batu-batu yang pecah.

Masyarakat Nagari Lubuk Ulang Aling tidah hanya terlibat sebagai buruh saja ada beberapa tokoh masyarakat yang menjadi kaki tangan para pemilik modal yaitu:

(8)

(1) Ninik Mamak yang memiliki kekuasaan dalam Nagari perannya adalah untuk melancarkan pemilik modal untuk masuk ke wilayah Lubuk Ulang Aling dan menyakinkan masyarakat untuk menerima pemilik modal bekerja di wilayah Nagari Lubuk Ulang Aling, seperti adanya surat perjanjian antara masyarakat dan pemilik modal, adanya kontribusi kepada masyarakat seperti sara dan prasarana untuk masyarakat di Nagari Lubuk Ulang Aling, dan mereka mendapat gaji atau upah berupa uang dari pemilik modal.

(2) Pemilik lahan perannya sebagai tangan kanannya pemilik modal, seperti sebagai pengawas di lokasi tambang emas, sebagai petunjuk dititik mana saja banyak sumber emasnya, dan menjaga keamanan seperti adanya ngangguan dan rasia maka pemilik lahan langsung memberikan informasi kepada pemilik modal, maka dengan begitu pemilik modal dapat menguasai lahan yang lainnya.

(3) oknum yang lainnya Wali Nagari dan kepala jorong, peran mereka disini adalah memberikan informasi seperti adanya peluang untuk pemilik modal masuk ke wilayah Nagari Lubuk Ulang Aling, dan memberikan keputusan kepada pemilik modal lokasi-lokasi yang akan dijadikan sebagai kegiatan tambang emas, dan membawa pemilik modal untuk mengunjungi setiap lokasi yang banyak sumber emasnya.

Karena mereka mendapatkan gaji dari para pemilik modal asalkan kegiatan tambang emas ini berjalan dengan lancar, disini jelas terlihat adanya pihak lain yang berasal dari masyarakat Nagari Lubuk Ulang Aling itu sendiri yaitu orang yang mempunyai modal dan bekerja sama dengan pemilik modal dari luar, tetapi mereka bukan berinvestasi melaikan hanya penambang yang dapat menghancurkan daerahnya sendiri jadi bukan pemilik modal saja yang merusak lingkungan masyarakat Nagari Lubuk Ulang Aling, melaikan masyarakat itu sendiri.

5.2.3.Perjanjian Kerja Antara Masyarakat Dengan Pemilik Modal.

Tambang emas di Lubuk Ulang aling dikuasai para pemilik modal dari luar tetapi PT.Geominic yang menjadi tantangan bagi masyarakat di Lubuk Ulang Aling karena pemilik modal dengan masyarakat telah ada perjajian sebelumnya maka dari itu investor dengan mudah untuk menguasai tambang emas dan lahan yang banyak akan sumber emasnya. Memberikan izin untuk para investor masuk ke wilayah Lubuk Ulang Aling adalah mulai dari atasan, Bapak Wali Nagari, dan para ninik mamak Nagari Lubuk Ulang Aling, pada mulanya pemilik modal dengan berbagai cara mendekati opnum-opnum yang memberikan izin kepada pemilik modal dan mendapatkan keuntungan berupa uang yang besar bagi mereka atau mereka di

berikan upah (uang) oleh pemilik modal dan memberikan jaminan baik dari segi pembangunan, kesehatan , dan lingkungan tempat tinggal kepada masyarakat jika masyarakat mau wilayah mereka di jual kepada investor bagi opnum tersebut dengan senang hati memberika wilayah mereka kepada pemilik modal.

Bagi pemilik modal hanya mendapatkan keuntungan berupa uang yang besar bagi mereka dan perjanjian yang telah dibuat dengan masyarakat hanya tinggal janji saja dan tidak ada konstribusi kepada masyarakat sama sekali dan secara perlahan-lahan pemilik modal begitu banyak masuk ke daerah Lubuk Ulang Aling dengan menggunakan kapal dan escapator disetiap tempat yang dikuasainya dan sampai sekarang ini para yang memberikan izin kepada pemilik modal tidak dapat berbuat apa-apa lagi dan hanya bisa melihat dan menonton pemilik modal menghabiskan wilayahnya tanpa memikirkan kehidupan masyarakat di Lubuk Ulang Aling karena bagi pemilik modal bagaimana cara mereka mendapatkan emas sebanyak mungkin.

Dalam perjanjian antara investor dengan masyarakat bahwa investor diwajibkan pembayar kepada masyarakat sebanyak 20.000.000 per satu escapator dan pemilik modal juga membayar persen sebanyak 10 % dari hasil yang didapatkan oleh pemilik modal guna untuk sarana dan prasarana masyarakat di Lubuk Ulang Aling tersebut.

5.1.4. Munculnya Kelompok Sosial Baru dalam Sistem Masyarakat Nagari Lubuk Ulang Aling.

Menurut Dahrendorf bahwa posisi yang ada dalam masyarakat memiliki otoritas atau kekuasaan dengan intensitas yang berbeda-beda.

Otoritas tidak terletak dalam diri individu, tetapi dalam posisi, sehingga tidak bersifat statis. Jadi, seseorang bisa saja berkuasa atau memiliki otoritas dalam lingkungan tertentu dan tidak mempunyai kuasa atau otoritas tertentu pada lingkungan lainnya. Sehingga seseorang yang berada dalam posisi subordinat dalam kelompok tertentu, mungkin saja menempati posisi superordinat pada kelompok yang lain. Mereka yang berada pada kelompok atas (penguasa) ingin tetap mempertahankan status quo sedangkan mereka berada di bawah (yang dikuasai atau bawahan ingin supaya ada perubahan. Dahrendorf mengakui pentingnya.

Penggabungan kepentingan-kepentingan kelas subordinat dalam kebijaksanaan kelas yang berkuasa. Perubahan sistem sosial ini menyebabkan juga perubahan-perubahan lain didalam masyarakat antara lain Munculnya kelas sosial baru, menurut Dahrendorf terdiri atas kaum pemilik modal, kaum eksklusif dan tenaga kerja, karena adanya kelompok yang berkuasa atau dominasi (domination) dan yang dikuasai (submission), maka

(9)

jelas ada dua sistem kelas sosial yaitu mereka yang berperan serta dalam struktur kekuasaan melalui penguasaan dan mereka yang tidak berpartisipasi melalui penundukan. lahir kelas pekerja dengan susunan yang jelas, di mana para buruh terampil berada di jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah, Dahrendorf mengatakan bahwa ada dasar baru bagi pembentukan kelas, sebagai pengganti konsepsi pemilikan sarana produksi sebagai dasar perbedaan kelas itu.

Menurut Dahrendorf hubungan-hubungan kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur munculnya kelas baru, jadi dalam penelitian ini sangat jelas terlihat dari kalangan masyarakatnya untuk berjuang dan ingin maju atau tidak mau tertindas lagi, sehingga ada dari masyarakat Nagari Lubuk Ulang Aling ini yaitu masyarakat yang mempunyai modal dan bekerja sama dengan pemilik modal dari luar cina (PT. Geominic) dengan begitu posisi yang mereka pegang sekarang adalah untuk mendapatkan posisi yang lebih baik dari sebelumnya, dengan begitu munculnya kelas baru di tenggah masyarakat tetapi tidak berinvestasi melainkan hanya penambang.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah penulis kemukakan pada BAB terdahulu tentang

“Bentuk keterlibatan masyarakat lokal dalam penambangan emas di Nagari Lubuk Ulang Aling Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan dan Penguasaan Lahan Dalam Pengelolaan Tambang Emas” dapat diambil kesimpulan yaitu:

Penguasaan lahan dalam pengelolaan tambang emas di Nagari Lubuk Ulang Aling, dalam penguasaan lahan banyak dikuasai oleh investor yang mulanya para pemilik modal mendekati para Ninik Mamak yang ada di Lubuk Ulang Aling tersebut dan setelah pemilik modal masuk ke wilayah Lubuk Ulang Aling ini, dan secara besar ada 9 lokasi yang di kuasai oleh pemilik modal yaitu Sungai Bosau, Sungai Penuh, Nagari Lubuk Ulang Aling, Sangir Jujuan, Durian Tarung, Nagari Lubuk Gadang, Batu Laung, Sungai Batang Bangko, Koto Ranah. Secara berlahan masyarakat merasa di rugikan oleh investor. Dan setelah investor menguasai lahan Wilayat masyarakatnya dan masyarakat di Lubuk Ulang Aling, tidak hanya terlibat sebagai buruh saja tetapi ada juga terlibat sebagai pemilik modal yang bekerja sama dengan para investor tersebut, dan ada juga terlibat sebagai kaki tangan pemilik modal yang berasal dari masyarakat Nagari Lubuk Ulang Aling itu sendiri yang akan menghancurkan daerahnya sendiri, sebagai buruh sebanyak 135 orang bagi yang laki- laki terlibat sebagai anggota di tempat pemilik modal dan bagi perempuan terlibat sebagai pendulang pasir saja, dalam tambang emas tersebut dan begitu juga pemabagian kerja masyarakatnya di ataur oleh investor dan hanya orang-orang yang

mempunyai modal ikut dalam kegiatan tambang emas tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Fadilah T. 2010. Tambang Rakyat dan Dilema Kemanusiaan. Teknik Tambang ITB.

Bandung.

HS. Salim. 2005. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Peraturan Bupati No 19 tahun 2007, tentang Mekanisme Pengurusan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Surat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR).

PP No. 23 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineraldan Batu bara.

Referensi

Dokumen terkait

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan skala PANAS (Positive Affect and Negative Affect Scales) yang terdiri dari 20 afek dan skala kebahagiaan yang

635 SILOAM HOSPITALS LIPPO CIKARANG JL. THAMRIN, KAV.105, LIPPO CIKARANG CIKARANG JAWA BARAT 636 RSIA. VILA MUTIARA CIKARANG, RUKO PASADENA BLOK RA NO. HOSANA MEDICA LIPPO JL.

Pemerintah Propinsi yang merupakan perwakilan pemerintah pusat di daerah (dekonsentrasi) menguasai basis pajak yang besar pula.Pajak yang dikelola pemerintah

Teknik optimalisasi seperti penghapusan indeks basis data target sebelum proses load, ekstraksi secara paralel, penulisan ulang aljabar relasional, dan pengambilan data yang

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus pada pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas IV SD N I Gedong, Ngadirojo,

Karena Allah hanya menciptakan langit dan bumi serta isinya dalam enam hari, sedangkan hadits-hadits dari Nabi saling menguatkan bahwa yang

1) Sebagai daya tarik bagi penabung dan individu, isntitusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. 2) Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat

Berisi gerakan pelemasan lari keliling lapangan dan evaluasi kegiatan (10menit). Pemanasan dipimpin oleh salah satu seorang siswa, pengajar memperagakan bentuk pembelajaran,