• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

seutuhnya, termasuk juga pembangunan di bidang pertanian sebagai upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 2012, pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi setiap rakyat Indonesia. Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat.

Konsep ketahanan pangan mengandung tiga dimensi yang saling terkait, yaitu ketersediaan pangan, aksesibilitas masyarakat terhadap pangan dan stabilitas harga pangan. Suatu negara dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik apabila ketiga konsep tersebut terpenuhi, namun apabila salah satu dari ketiga konsep tersebut tidak terpenuhi maka ketahanan pangan dikatakan kurang baik. Ketahanan pangan merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian Indonesia, sehingga diperlukan ketersediaan pangan yang cukup untuk dapat di konsumsi setiap harinya. Ketersediaan pangan yang cukup di tingkat nasional maupun regional tidak menjamin adanya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga maupun individu. Hal ini berarti terwujudnya ketahanan pangan nasional harus dimulai dengan penguatan ketahanan pangan daerah. Perwujudan ketahanan pangan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah namun juga merupakan tanggung jawab bersama dengan masyarakat (Rachman dan Ariani, 2008:144).

Kondisi ketersediaan pangan di Kabupaten Kebumen tergolong baik, hal

ini disebabkan karena produksi beras mampu memenuhi kebutuhan pangan

penduduknya. Beras sendiri masih merupakan makanan pokok bagi sebagian

besar penduduk di Kabupaten Kebumen. Ketersediaan pangan di Kabupaten

Kebumen selalu mengalami surplus setiap tahunnya, walaupun jumlah

penduduknya mengalami kenaikan. Kondisi ketersediaan dan kebutuhan

pangan di Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada Tabel 1.

(2)

Tabel 1. Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Komoditas Beras di Kabupaten Kebumen, 2010-2014

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Ketersediaan (Ton)

Kebutuhan (Ton)

Surplus Minus (Ton)

2010 1.241.437 439.142 136.794 302.348

2011 1.258.947 440.007 138.723 301.284

2012 1.183.763 480.338 130.439 349.899

2013 1.176.662 422.835 129.656 293.178

2014 1.181.006 448.270 130.135 318.135

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Kebumen, 2015

Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Kebumen mampu memenuhi kebutuhan beras penduduk setiap tahunnya, bahkan ketersediaan beras mengalami surplus dalam lima tahun terakhir. Surplus tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 349.899 ton dan surplus terendah pada tahun 2013 sebesar 293.178 ton. Kondisi ketersediaan pangan yang surplus menunjukkan bahwa kondisi ketahanan pangan di Kabupaten Kebumen tergolong tinggi. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa secara regional ketersediaan pangan di Kabupaten Kebumen telah mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya.

Kabupaten Kebumen yang dianggap mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan regional ternyata masih memiliki penduduk yang tergolong sebagai rumah tangga miskin. Menurut BKKBN yang termasuk dalam rumah tangga miskin adalah Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera I (KS-I).

Berikut ini merupakan data KK miskin se Eks-Karesidenan Kedu.

Tabel 2. Data KK Miskin Eks-Karesidenan Kedu, 2014

No Kabupaten Jumlah KK

Keluarga Pra

Sejahtera Keluarga Sejahtera I KK Miskin Jumlah Proporsi

(%) Jumlah Proporsi

(%) Jumlah Proporsi (%)

1 Purworejo 222.238 53.630 24,13 44.073 19,83 97.703 43,96

2 Temanggung 224.509 53.866 24,99 28.814 12,83 82.680 36,82

3 Wonosobo 245.916 54.274 22,07 51.244 20,84 105.518 42,91

4 Kebumen 357.854 92.777 25,93 74.842 20,91 167.619 46,84 5 Kab. Magelang 353.720 92.743 26,22 63.378 17,92 156.121 44,13

6 Kota Magelang 33.571 4.860 14,48 6.769 20,16 11.629 34,64

Sumber : BPS Jawa Tengah, 2015

Tabel 2 menunjukkan besarnya proporsi KK miskin di Eks-Karesidenan

Kedu. Kabupaten Kebumen merupakan kabupaten dengan jumlah dan proporsi

KK miskin tertinggi yaitu sebesar 167.619 KK (46,84%). Kabupaten Kebumen

(3)

memiliki proporsi Keluarga Pra Sejahtera (KPS) sebesar 25,93% dan proporsi Keluarga Sejahtera I (KS-I) sebesar 20,91%.

Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten sebagai produsen padi dimana masih memiliki jumlah KK miskin yang cukup banyak.

Kabupaten Kebumen masih menjadi kabupaten dengan jumlah KK miskin tertinggi se Eks-Karesidenan Kedu dilihat di (Tabel 2). Berikut adalah data jumlah KK miskin menurut kelompok Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I di Kabupaten Kebumen.

Tabel 3. Data KK Miskin Berdasarkan Kelompok Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I di Kabupaten Kebumen, 2014

No Kecamatan Jumlah KK

Keluarga Pra

Sejahtera Keluarga Sejahtera I KK Miskin Jumlah Proporsi

(%) Jumlah Proporsi

(%) Jumlah Proporsi (%)

1 Ayah 18.419 4.551 24,71 1.974 10,72 6.525 35,43

2 Buayan 18.223 6.908 37,91 2.336 12,82 9.244 50,73

3 Puring 17.143 3.511 20,48 2.327 13,57 5.838 34,05

4 Petanahan 17.239 3.431 19,90 4.535 26,31 7.966 46,21

5 Klirong 16.274 3.725 22,89 3.933 24,17 7.658 47,06

6 Buluspesantren 15.619 2.375 15,21 3.834 24,55 6.209 39,75

7 Ambal 16.744 5.401 32,26 3.941 23,54 9.342 55,79

8 Mirit 13.082 4.338 33,16 3.420 26,14 7.758 59,30

9 Bonorowo 5.437 1.337 24,59 941 17,31 2.278 41,90

10 Prembun 7.920 2.497 31,53 1.011 12,77 3.508 44,29

11 Padureso 4.321 1.718 39,76 562 13,01 2.280 52,77

12 Kutowinangun 12.495 2.535 20,29 2.822 22,59 5.357 42,87

13 Alian 15.793 4.735 29,98 3.687 23,35 8.422 53,33

14 Poncowarno 4.207 1.497 35,58 1.181 28,07 2.678 63,66

15 Kebumen 31.723 3.963 12,49 6.930 21,85 10.893 34,34

16 Pejagoan 13.149 3.536 26,89 2.279 17,33 5.815 44,22

17 Sruweng 16.519 3.323 20,12 4.464 27,02 7.787 47,14

18 Adimulyo 11.354 2.861 25,20 2.885 25,41 5.746 50,61

19 Kuwarasan 13.220 2.912 22,03 2.467 18,66 5.379 40,69

20 Rowokele 14.042 5.061 35,25 2.230 15,53 7.291 50,78

21 Sempor 10.769 4.343 25,00 3.860 22,22 8.203 47,21

22 Gombong 14.176 4.878 34,74 2.456 17,49 7.334 52,23

23 Karanganyar 10.769 3.222 29,92 2.897 26,90 6.119 56,82

24 Karanggayam 14.176 4.735 33,40 3.676 25,93 8.411 59,33

25 Sadang 5.620 850 15,12 1.985 35,32 2.835 50,44

26 Karangsambung 12.634 4.534 35,89 2.209 17,48 6.743 53,37

Sumber : BPS Kabupaten Kebumen, 2015

Tabel 3 menunjukkan data KK Miskin tiap kecamatan di Kabupaten

Kebumen berdasarkan kelompok Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga

Sejahtera I. Kecamatan Poncowarno merupakan kecamatan dengan proporsi

jumlah KK miskin tertinggi yaitu sebesar 63,66%. Proporsi Keluarga Pra

Sejahtera di Kecamatan Poncowarno sebesar 35,58% dan proporsi untuk

Keluarga Sejahtera I sebesar 28,07%.

(4)

Kecamatan Poncowarno memiliki luas wilayah sekitar 2.737 Ha atau 2,14% dari luas Kabupaten Kebumen. Ketinggian rata-rata yaitu 21 meter diatas permukaan laut (mdpl). Curah hujan rata-rata di Kecamatan Poncowarno sepanjang tahun 2014 sekitar 234,17 mm setiap bulannya. Penggunaan lahan di Kecamatan Poncowarno yang seluas 2.737 Ha dibagi menjadi dua yaitu lahan sawah dan lahan kering, dimana seluas 1.021 Ha (37,307%) untuk lahan sawah dan 1.716 Ha (62,70%) untuk lahan kering. Secara administratif Kecamatan Poncowarno dibagi menjadi 11 desa. Rata-rata jarak desa ke kantor Kecamatan Poncowarno sekitar 4,25 km.

Ariningsih dan Rachman (2008:251) menyatakan, rawan pangan merupakan kebalikan dari ketahanan pangan, yaitu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga, pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Masalah kerawanan pangan secara mikro disebabkan karena kemiskinan. Kerawanan pangan mempunyai korelasi yang positif dan erat kaitannya dengan kemiskinan. Mereka yang dikategorikan rawan pangan adalah rumah tangga miskin, karena konsumsi pangan mereka masih kurang.

Selain karena daya beli yang rendah, pengetahuan akan gizi juga rendah sehingga dalam mengkonsumsi makanan kurang mempertimbangkan kandungan gizinya. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian mengenai ketahanan pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen.

B. Rumusan Masalah

Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya

manusia suatu bangsa. Ketahanan pangan dapat tercapai apabila ketersediaan

pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga yang

terjangkau dan aman untuk dikonsumsi bagi setiap warga masyarakat untuk

menopang aktivitasnya sehari-hari. Kabupaten Kebumen mengalami surplus

pada kebutuhan pangan komoditas beras dilihat dari (Tabel 1), disisi lain

Kabupaten Kebumen memiliki proporsi KK miskin tertinggi Se-Karesidenan

Kedu dilihat di (Tabel 2). Kecamatan Poncowarno merupakan kecamatan

(5)

dengan proporsi KK miskin tertinggi di Kabupaten Kebumen dilihat di (Tabel 3). Berdasarkan uraian di atas akan dilakukan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Berapa besarnya proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga miskin di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen?

2. Berapa besarnya konsumsi energi dan protein rumah tangga miskin di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen?

3. Bagaimana hubungan antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dari total pengeluaran dengan konsumsi energi dan protein rumah tangga miskin di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen?

4. Bagaimana kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen dilihat dari indikator proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji besarnya proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga miskin di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen.

2. Mengkaji besarnya konsumsi energi dan protein rumah tangga miskin di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen.

3. Mengkaji hubungan antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dari total pengeluaran dengan konsumsi energi dan protein rumah tangga miskin di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen.

4. Mengkaji kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin di Kecamatan

Poncowarno Kabupaten Kebumen dilihat dari indikator proporsi

pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi.

(6)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Kebumen, penelitian ini berguna sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan, khususnya yang berkaitan dengan pemantapan ketahanan pangan di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen.

3. Bagi pembaca, penelitian ini berguna sebagai wacana dalam menambah pengetahuan mengenai ketahanan pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen.

4. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Coordination and Collaboration.. lending portfolio to finance adaptation projects. The BAU of the current credit assessment process is that banks will assess a project based on

Contextual Teaching Learning (Pendekatan Kontekstual) ... Pendekatan Konvensional ... Koneksi dalam Matematika Menurut NCTM ... Instrumen Penelitian ... Proses Pengembangan

Modal kerja dari suatu perusahaan jasa akan relatif lebih rendah dibandingkandengan kebutuhan modal kerja perusahaan dagang. Sedangkan modal kerja perusahaan dagang

Hal ini disebabkan jika NPF meningkat maka telah terjadi peningkatan pada total pembiayaan bermasalah dengan persentase lebih besar dari pada persentase peningkatan total

Secara umum protokol mempunyai fungsi untuk menghubungkan penerima dan pengirim dalam berkomunikasi serta agar komunikasi yang terjadi dapat berjalan dengan baik.. Fragmentasi

Baik 6 Pada Periode Audit Penilikan Ke-3 tidak terdapat perubahan data rencana jangka panjang dengan kondisi bahwa PT Karya Jaya Parakawan memiliki Rencana Kerja

Kepemilikan Anjing dalam kitab Al-Umm Juz II tidak di perbolehkan untuk memelihara anjing kecuali untuk berburu, menjaga kebun, dan menjaga ternak. Sedangkan

Dalam lingkup Aceh, beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada saat ini adalah (a) perlu ada sebuah kanun tentang kebijakan (policy) bahasa dan sastra daerah agar semua