• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

PT XYZ adalah salah satu perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) yang memproduksi teh hitam ortodoks di Indonesia. PT. XYZ melakukan proses produksi dari daun teh basah hingga menjadi teh hitam ortodoks seperti jenis BOP I, BOP, BOP F, PF, Dust, BP, PF II, Dust II, BP II, Dust III, Fann II, dan BM, namun pabrik PT XYZ tidak memproduksi semua jenis teh tersebut sekaligus, melainkan memproduksi sesuai permintaan konsumen atau pasar. Pabrik tersebut melakukan produksi selama 24 jam setiap selasa sampai minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan pasar.

Pengolahan teh hitam ortodoks di PT XYZ memiliki beberapa proses untuk menghasilkan produk teh jadi. Keseluruhan proses pengolahan teh hitam ortodoks digambarkan pada Gambar I.1. Pertama pemetikan pucuk teh yang dilakukan pada pagi hari guna menjaga kualitas teh dan mengoptimalkan jadwal produksi dalam sehari sehingga menghindari pembusukan atau kerusakan pucuk teh yang disebabkan oleh udara dan penumpukan. Bahan baku pucuk kemudian diangkut dan dialirkan ke proses pelayuan setelah melewati analisa dan pengujian. Proses pelayuan dilakukan hingga mencapai MC layu, setelah itu dialirkan lagi untuk dilakukan proses penggilingan di mesin penggilingan. Pucuk teh yang sudah layu dibawa ke mesin penggilingan dengan menggunakan monorail. Pada proses ini terdapat masalah dimana daun teh tercecer dari monorail ketika pengangkutan namun masih bisa diatasi dengan mengambil ceceran yang masih berbentuk daun ke bak pelayuan ataupun ke bak yang diangkut oleh monorail.

Daun yang telah digiling menjadi serbuk teh basah akan dipisah menjadi beberapa bagian sesuai karakteristiknya untuk dibagi kedalam jenis-jenis bubuk teh basah.

Bubuk teh basah yang telah dipisah akan melewati pemeriksaan suhu bubuk, agar bubuk teh tersebut diproses pada ruang oksidasi enzimatis untuk difermentasi.

Bubuk teh kemudian dibawa dengan menggunakan troley yang memiliki rel untuk dikeringkan di ruang pengeringan. Setelah itu bubuk teh yang sudah kering diuji

(2)

apakah sudah mencapai MC Kering, jika sudah maka akan bawa ke ruang sortasi dengan menggunakan belt conveyor.

Pengangkutan dan Penerimaan Bahan Baku

Pucuk

Pelayuan

Penggilingan

Oksidasi Enzimatis

Pengeringan

Sortasi

Pengepakan

Penyimpanan

Pengangkutan

Analisis Petik min 55% dan Analisis Pucuk min 65%, Bebas

Kontaminasi

MC Layu 49-55%

Kelembaban 90-95% dan Suhu Ruangan 16-22o

C

Warna air Coloury dan liquor Strengh not bitter, Suhu air Oksidasi Enzimatis 24-28o

C

MC Kering 2.0-3.5%; Tidak ada Cacat Dalam Rasa

Densitas sesuai standar; Tidak Ada ada cacat dalam rasa;

Kenampakan sesuai standar

MC Pengepakan jenis ekspor maksimal 4.5%, lokal maksimal

6%; Densitas sesuai standar;

Tidak ada cacat dalam rasa;

Kenampakan sesuai standar;

Analisis Petik dan Pucuk

Pengujian MC Basah

Pengujian Kontaminasi

Pengujian MC Layu

Pengujian Kerataan Layuan

Pemeriksaan suhu bubuk

Green Dhool Tasting

Pemeriksaan Suhu Bubuk

Pengujian MC Kering

Tea testing semi pengeringan

Pengujian Densitas

Tea Testing (Scoring)

Pengujian MC Pengepakan

Pengujian Densitas

Tea Tasting (Scooring)

Pemeriksaan ketinggian palet

Pemeriksaan Kelengkapan Pemasaran

Pemeriksaan: SPA, TTP, PPT, BA Pengangkutan.

Gambar I. 1 Aliran proses pengolahan teh hitam ortodoks di PT. XYZ Proses sortasi adalah proses pemisahan bubuk teh kering ke dalam beberapa jenis bubuk teh dengan kelas/kualitas dan harga yang berbeda-beda setelah itu dilakukan pengujian densitas agar kemudian dapat dikemas. Proses pengemasan ini dilakukan dengan membawa bubuk dengan menggunakan drum yang dibawa

(3)

oleh trolley kemudian dikemas berdasarkan jenis dan kualitasnya kemudian dikemas. Setelah itu bubuk teh kering yang telah dikemas langsung dikirimkan ke pabrik konsumen untuk pengolahan lebih lanjut.

Proses pengolahan mulai dari penerimaan bahan baku teh basah hingga pelayuan dilakukan pada lantai 3 pabrik PT XYZ, kemudian diluncurkan ke lantai 1 pabrik untuk dilanjutkan ke proses penggilingan hingga pengepakan. Tata letak pabrik beserta alur produksinya dapat dilihat pada Gambar I.2:

2. RUANG GILING

LOBY PABRIK

RUANG MAKAN KANTOR

PABRIK

3. RUANG FERMENTASI

RUANG PENYIMPANAN

PRODUKSI

RUANG PENYIMPANAN

PRODUKSI

6. RUANG PENGEPAKAN

LOBBY KANTOR 4. RUANG PENGERINGAN 5. RUANG

SORTASI

RUANG PENYIMPANAN

GENTONG

RUANG ANALISA 1. RUANG PELAYUAN

PENERIMAAN BAHAN BAKU PUCUK

PENURUNAN PUCUK LAYU

Up Up

Up

Keterangan:

= Lantai 1

= Lantai 3

= Alur Produksi

Gambar I. 2 Layout Pabrik PT XYZ

Pada proses pengolahan teh, proses sortasi merupakan salah satu proses terpenting dimana pada proses ini teh dipisah berdasarkan warna teh yang semakin hitam akan semakin baik, ukuran serbuk yang dibedakan sesuai permintaan pelanggan, serta densitas teh untuk nantinya dijual berdasarkan jenis atau kualitas bubuk teh yang berbeda sehingga proses ini adalah pemisahan satu jenis daun teh ke

(4)

beberapa jenis harga bubuk teh sesuai kualitasnya. Proses sortasi juga harus dilaksanakan sesegera mungkin dan proses pemisahan serat sebaiknya dilakukan pada saat bubuk teh masih dalam keadaan panas. Hasil bubuk dari setiap corong jenis ditampung pada wadah yang bersih dan secepatnya dikirim ke tempat proses selanjutnya, sehingga tidak terjadi penumpukan atau penundaan.

Namun pada proses ini sering terjadi penumpukan ceceran bubuk teh yaitu ketika teh diproses dalam mesin vibrex, shifter, theewan, dan druck roll, serta ketika teh akan dimasukkan ke bak atau handling antar mesin. Penumpukan ceceran ini kemudian akan diperiksa oleh mandor, jika masih layak produksi maka akan dikembalikan ke alur proses namun jika ceceran sudah tidak layak produksi maka akan dibuang.

Banyaknya ceceran yang tidak dilanjutkan ke proses berikutnya dari seluruh stasiun kerja merupakan salah satu penyebab dari material loss yang juga mengakibatkan adanya penurunan produksi. Banyaknya material loss teh didapat dari besarnya rasio teh basah hingga teh jadi. Rasio tersebut dapat dilihat pada Gambar I.3:

Gambar I. 3 Rasio Berat Teh Basah - Berat Teh Jadi Tahun 2010-2014 ( PT XYZ, 2014)

Pada Gambar I.3 terlihat bahwa selama tahun 2010 hingga tahun 2014 rasio berat teh basah dengan berat teh jadi lebih besar dari 3,5. Sesuai dengan deskripsi rasio

2.00 3.00 4.00 5.00

Rasio

Bulan

Rasio Berat Teh Basah - Berat Teh Jadi Tahun 2010-2014

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

Tahun 2013 Tahun 2014 Theoritical Standard

(5)

berat teh basah dengan berat teh jadi pada Tabel I.1. terlihat bahwa adanya gap yang menunjukkan terjadinya material loss teh selama produksi.

Tabel I. 1 Deskripsi Rasio Berat Teh Basah-Berat Teh Jadi

Rasio Deskripsi

< 3,5 Terjadi kesalahan dalam pengeringan atau pelayuan (teh masih basah)

= 3,5 Rasio pas (standar pabrik)

> 3,5 Adanya gap yang menunjukkan terjadinya material loss / berkurangnya bubuk teh.

Pengurangan jumlah berat ini disebabkan oleh adanya ceceran pada proses penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi, dan pengepakan sehingga perlu diadakan observasi mengenai berapa banyak ceceran teh yang ada di setiap proses pengolahan.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi banyaknya material loss pada proses sortasi ini. Berdasarkan observasi langsung dan wawancara kepada user yaitu Kepala Pabrik PT XYZ, faktor-faktor tersebut adalah faktor manusia dan kerusakan mesin. Namun ada batasan sehingga mesin tidak dapat diperbaiki atau diganti untuk saat ini yaitu faktor down time dan mesin yang sudah dalam kondisi fixed layout. Sedangkan dari faktor manusia adalah kurangnya pengetahuan karyawan mengenai standar mutu dan kerugian perusahaan secara finansial apabila terjadi material loss.

Observasi lebih lanjut dilakukan dengan mengukur masing-masing satu sampel berat ceceran teh dari masing-masing stasiun kerja untuk melihat stasiun kerja dengan ceceran yang menimbulkan masalah paling berpengaruh pada perusahaan.

Hasil dari pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1.2:

Tabel I. 2 Berat Ceceran pada Seluruh Ruangan

Ruangan Jenis Ceceran Berat Ceceran per Jam (g) Ruang

Penerimaan/Pelayuan Daun teh segar 6390

(6)

Tabel I. 3 Berat Ceceran pada Seluruh Ruangan (Lanjutan) Ruangan Jenis Ceceran Berat Ceceran per Jam (g)

Ruang Giling Bubuk teh basah 5160

Ruang Pengeringan Bubuk teh kering 19920

Ruang Sortasi

Bubuk teh kering yang telah dipisah berdasarkan spesifikasi bubuk

27460

Ruang Pengepakan

Bubuk teh kering yang telah dipisah berdasarkan spesifikasi bubuk

3050

Ceceran yang paling banyak berdasarkan pengukuran pada masing-masing ruangan pada pengembangan ini adalah pada ruang sortasi, dimana pada proses ini terdapat 27460 g dengan jenis ceceran berupa bubuk teh kering yang telah dipisah berdasarkan spesifikasi bubuk. Masalah lain yang timbul dari jenis ceceran terbanyak adalah downgrade mutu bubuk yaitu perubahan mutu teh yang lebih tinggi menjadi rendah tanpa adanya perubahan bentuk bubuk yang diakibatkan oleh kesalahan klasifikasi bubuk teh. Kesalahan klasifikasi ini terjadi karena ceceran yang ada pada proses sortasi terdiri dari beberapa jenis bubuk teh dengan harga yang berbeda namun biasanya dikembalikan ke dalam bak dengan kualitas terburuk sehingga mempengaruhi harga jual. Ceceran pada proses sortasi ini adalah yang paling merugikan dari proses lainnya karena selain menimbulkan ceceran yang terbesar, juga berpengaruh pada harga jual apabila ceceran tersebut diproduksi lagi.

Ada tiga tingkatan mutu dari bubuk teh yang dihasilkan pada proses sortasi mulai mutu yang paling baik hingga yang paling rendah. Berikut adalah penjelasan mutu dari jenis-jenis bubuk teh yang dihasilkan di PT XYZ:

a. Mutu I, adalah tingkatan mutu yang paling baik, antara lain jenis Orange Peko (OP), Broken Orange Peko (BOP), Broken Orange Peko I Spesial (BOP I SP), Broken Orange Peko I (BOP I), Broken Tea (BT), Broken Peko (BP), Broken Peko Fanning (BP Fanning), Peko Fanning (PF),

(7)

Orange Peko Spesial (OPS), Broken Orange Peko Fanning (BOP F), dan Dust.

b. Mutu II, adalah tingkatan mutu medium, antara lain jenis BP II, BT II, PF II, Dust II, Dust III, Broken Tea II AMG, Broken Peko II SMG, dan Fanning.

c. Mutu III, adalah tingkatan mutu paling rendah, antara lain jenis Broken Mixed (BM) dan Pluff.

Mengacu pada ketentuan teknis menyatakan bahwa bubuk teh yang telah terpisah tidak disatukan lagi karena akan mengakibatkan downgrade mutu bubuk teh dari tingkatan mutu yang paling baik dan tingkatan mutu medium ke tingkatan mutu yang paling rendah serta dapat memperlama proses sehingga warna teh menjadi merah. Penyebab dari adanya downgrade mutu pada ceceran bubuk teh di ruang sortasi digambarkan menggunakan cause and effect diagram pada Gambar I.4 :

Downgrade mutu ceceran pada Proses Sortasi

Hanya satu wadah pada pengangkut ceceran

Letak Mesin Kurang pengetahuan

mengenai dampak downgrade mutu

Penyampuran bubuk ceceran pada

satu wadah

Karyawan kurang disiplin

Gambar I. 4 Cause and Effect Diagram adanya downgrade mutu

Berdasarkan cause and effect diagram pada Gambar I.4, dijelaskan bahwa perusahaan telah menggunakan bak pengangkut yang memiliki roda sebagai pengangkut ceceran yang juga digunakan sebagai material handling ke stasiun kerja berikutnya. Kekurangan dari pengangkut ceceran terdahulu adalah hanya terdapat satu wadah untuk menampung ceceran dan tidak adanya tempat untuk pengklasifikasian bubuk teh di dalam pengangkut sehingga menyebabkan tercampurnya ceceran yang awalnya telah di klasifikasikan menurut ukurannya.

Maka perlu diadakan perbaikan langsung kepada pengangkut ceceran existing

(8)

sebagai alat bantu produksi pada proses sortasi. Bentuk dari pengangkut ceceran terdahulu dapat dilihat pada Gambar I.5:

Gambar I. 5 Rancangan pengangkut ceceran existing

Perbaikan pengangkut ceceran eksisting ini dibutuhkan agar tidak mengakibatkan material loss secara terus menerus dari segi bahan serta finansial. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor penyebab permasalahan yang memang tidak dapat diperbaiki lagi karena adanya keterbatasan. Sehingga permasalahan ini dapat diselesaikan dengan melakukan pengembangan dalam perbaikan pengangkut ceceran. Pengembangan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Reverse Engineering and Redesign Methodology. Dengan perbaikan pada pengangkut ceceran ini akan membantu untuk memisahkan ceceran bubuk teh berdasarkan klasifikasi menurut ukuran bubuk teh.

Rumusan Masalah

Proses pengembangan ini dimulai dengan merumuskan masalah yang akan dipecahkan. Perumusan masalah dari pengembangan ini adalah bagaimana rancangan pengangkut ceceran pada proses sortasi agar dapat melakukan proses sortasi?

Tujuan Pengembangan

Tujuan dari pelaksanaan pengembangan ini adalah memberikan usulan rancangan pengangkut ceceran bubuk teh yang dapat melakukan proses sortasi.

(9)

Batasan Pengembangan

Pengembangan ini memiliki batasan sehingga pengembangan akan berfokus pada tujuan pengembangan tanpa melewati batas yang ditentukan. Adapun batasan- batasan pengembangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Keluaran dari pengembangan ini hanyalah berupa usulan rancangan.

2. Pengembangan ini hanya dilakukan sampai tahap model rancangan.

3. Pengembangan ini tidak mempertimbangkan aspek keergonomisan produk.

4. Pengembangan ini tidak melibatkan analisis detail desain produk.

5. Pengembangan ini tidak membahas analisis perhitungan biaya produksi.

Manfaat Pengembangan

Manfaat yang akan didapatkan selama pengembangan ini sebagai berikut:

1. Manfaat bagi penulis ialah mampu menerapkan ilmu pengetahuan mengenai perancangan produk yang nantinya diimplemetasikan dengan merancang alat bantu pengangkut ceceran bubuk teh serta proses produksi teh ortodoks.

2. Sebagai masukan bagi pabrik PT XYZ, Kabupaten Bandung untuk melakukan perbaikan rancangan pengangkut ceceran bubuk teh pada proses sortasi agar nantinya mengurangi material loss jumlah produksi dan mengatasi downgrade jenis teh yang berdampak pada kurangnya keuntungan perusahaan.

3. Sebagai referensi untuk mahasiswa, dosen, perusahaan teh lain, atau pihak lain yang ingin melakukan pengembangan dan riset mengenai perancangan produk.

Sistematika Penulisan

Pengembangan ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisi uraian mengenai latar belakang pengembangan, perumusan masalah, tujuan pengembangan, batasan pengembangan, manfaat pengembangan, dan sistematika penulisan.

(10)

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi literatur yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dan dibahas pula hasil-hasil pengembangan terdahulu. Bagian kedua membahas hubungan antar konsep yang menjadi kajian pengembangan dan uraian kontribusi pengembangan.

Bab III Metodologi Pengembangan

Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah pengembangan secara rinci meliputi: tahap merumuskan masalah pengembangan, merumuskan hipotesis, dan mengembangkan model pengembangan, mengidentifikasi dan melakukan operasionalisasi variabel pengembangan, menyusun kuesioner pengembangan, merancang pengumpulan dan pengolahan data, melakukan uji instrumen, merancang analisis pengolahan data.

Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pada bab ini menampilkan data-data yang dikumpulkan melalui proses observasi secara langsung dan juga data-data dati perusaaan dan peneliti sebelumnya. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sesuai dengan metodologi penelitian.

Bab V Analisis

Pada bab ini dilakukan analisis terhadap hasil perbaikan rancangan konsep alat pengangkut ceceran bubuk teh yang ergonomis. Analisis ini mencakup perbandingan antara aktivitas penggunaan alat existing dan konsep rancangan alat yang ergonomis.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini menjelaskan ringkasan mengenai hasil dan analisis pada bab-bab sebelumnya. Selain itu terdapat saran yang disampaikan bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya.

Gambar

Gambar I. 1 Aliran proses pengolahan teh hitam ortodoks di PT. XYZ  Proses sortasi adalah proses pemisahan bubuk teh kering ke dalam beberapa jenis  bubuk  teh  dengan  kelas/kualitas  dan  harga  yang  berbeda-beda  setelah  itu  dilakukan pengujian densi
Gambar I. 2 Layout Pabrik PT XYZ
Gambar I. 3 Rasio Berat Teh Basah - Berat Teh Jadi Tahun 2010-2014 ( PT  XYZ, 2014)
Tabel I. 1 Deskripsi Rasio Berat Teh Basah-Berat Teh Jadi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kasus yang terjadi pada AISA tersebut memberikan gambaran bahwa kondisi keuangan yang bermasalah akan berdapak dapa opini yang diberikan oleh auditor yang mana juga

Perseroan mengajukan usul kepada RUPST untuk menyetujui Laporan Tahunan Perseroan Tahun 2020 termasuk didalamnya Laporan Pengawasan Dewan Komisaris, Laporan Direksi mengenai

• Aerasi &amp; agitasi merupakan hal yg penting dlm memproduksi sel-sel khamir dan bakteri. • u/ pertumbuhan secara aerobik, suplai oksigen merupakan faktor terpenting

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Telaah kompetensi mata pelajaran fisika SMK. 2) Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. 3) Membuat surat

Dari hasil uji hipotesis melalui regresi linear sederhana Dengan SPSS versi 25 diperoleh ada korelasi (hubungan) yang signifikan antara variable manajemen tenaga

Bila dibandingkan antar konsentrasi alginat pada CaCl 2 0,75 % aktivitas antioksidan saling tidak berbeda nyata, sedangkan antar konsentrasi alginat pada CaCl 2 1 %

Hasil penelitian ini adalah: (1) produk yang berupa media pembelajaran buku digital interaktif, (2) tingkat kelayakan media pembelajaran buku digital interaktif dari ahli

JAKARTA (Suara Karya): Mantan Menteri Dalam Negeri, Hari Sabarno, mulai disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi