• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas V SDN Cikancung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas V SDN Cikancung)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama bagi manusia. Manusia yang berkebudayaan adalah manusia yang berbahasa. Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang berkebudayaan, bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan bahasa, kita dapat mengekspresikan ide, pikiran, pendapat dan perasaan dalam bahasa lisan dan tulisan.

Mengingat pentingnya peranan bahasa, maka perlu dikembangkan keterampilan berbahasa siswa. Dalam hal ini, pemerintah mendukung program pembelajaran bahasa pada kurikilum nasional. Proses pembelajaran bahasa pada kurikulum nasional hakekatnya untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.

Dalam proses berkomunikasi terdapat 4 aspek yang berbeda, yaitu:

a. Keterampilan menyimak atau mendengarkan (listenig skill)

b. Keterampilan berbicara (speaking skill) c. Keterampilan membaca (reading skill) d. Keterampilan menulis (writing skiil)

Keempat aspek tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu, keterampilan berbahasa sering disebut catur tunggal (Tarigan 1987:2), karena keempat aspeknya saling mendukung. Membaca mempunyai hubungan yang erat dengan menulis, sedangkan menyimak dengan mendengarkan.

Menulis dipergunakan bagi orang terpelajar untuk mencatat, meyakinkan, melaporkan dan mempengaruhi maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang – orang yang dapat menyusun pikiran dan mengutarakannya dengan jelas.

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DENGAN PENDEKATAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas V SDN Cikancung)

Oleh

Aas Nurasyiah NIM: 08210002

STKIP SILIWANGI BANDUNG

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Model Pembelajaran Menulis paragraf dengan Pendekatan Contektual Teaching and Learning Studi deskriptif terhadap siswa kelas V SDN Cikancung Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung Model pembelajaran menulis paragraf dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning merupakan rencana pembelajaran yang dimaksudkan mengapresiasikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dsn ide. melukiskan suatu kejadian secara realita yang telah dialami oleh penulis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan menulis paragraf dengan menggunakan pendekatan Contextual Taeching and Learning. Serta ada tidaknya perbedaan yang signifikan sebelum dilakukan tes dan sesudah dilakukan tes. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian melalui pendekatan

Contextual teaching and Learning dalam penulisan paragraf pada siswa SDN Cikancung Kelas V serta mengevaluasi hasil

belajar. Populasi dalam penelitian ini dari siswa 40 diambill sebagai sampel 20 siswa, sampel yang diambil dalam penelitian ini siwa kelas V SDN Cikancung. Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa model pembelajaran Menulis Paragraf dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning efektif digunakan dikelas V SDN Cikancung kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

(2)

Namun pada kenyataannya, menulis merupakan kegiatan berbahasa yang memerlukan keterampilan khusus. Seorang penulis dituntut untuk dapat menyampaikan ide dan pikiran pada pembaca.

Berdasarkan pengalaman pribadi penulis sebagai pengajar sering menjumpai / melihat cukup banyak siswa yang masih merasa kesulitan dalam menulis paragraf yang dialamnya terdapat pokok pikiran utama baik itu alur cerita maupun penggunaa tata bahasanya. Oleh karena penulis mengambil judul dalam penelitian ini “ Model Pembelajaran Menulis Paragraf dengan Pendekatan Contextual Teaching and Leaerning (Studi deskriptif terhadap siswa kelas V SDN Cikancung).

KAJIAN TEORI DAN METODE

Pembelajaran yaitu suatu pengalaman belajar yang dialami siswa dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan seperti kita ketahui bahwa bagian terpenting dalam suatu Kegiatan adalah proses , bukan hanya hasil dari kegiatan itu sendiri Karena dalam proses untuk mencapai hasil diinginkan seseorang mendapatkan pengalaman berharga yang akan dijadikan suatu patokan bagi kegiatan berikutnya.

Sama halnya dengan proses belajar mengajar. Suatu proses belajar diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan apabila siswa mampu mendapatkan pengalaman dari proses pencapaian dari tujuan itu sendiri. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran dapat tertanam kuat-kuat dalam ingatan siswa. Dengan demikian, pengalaman tersebut dapat dijadikan tolak ukur sehingga dapat menghindari kesalahan yang sama pada kegiatan yang dilakukan diwaktu dan masa yang akan datang.

Kemampuan berbahasa seseorang erat hubungannya dengan kemampuan berpikir, bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, kemampuannya dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang sistematis.

Kemampuan ini berkaitan erat dengan kemampuan membaca dan menulis. Penulis

yang baik biasanya seorang pembaca yang baik. Dalam menuangkan gagasan, ide, atau pikiran, kita dituntut mampu menghubungkan kalimat dalam satu kesatuan yang padu. Hubungan itu menyatakan suatu kesatuan yang diikat oleh struktur bahasa dan kesatun yang logis. Dalam tulis menulis atau karangan, ikatan ini dilahirkan dalam bentuk paragraf.

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam menulis sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam sebuah paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Paragraf bisa juga disebut alinea yaitu kalimat yang disusun secara sistematis dan logis sehingga membentuk kesatun pokok pembahasan. Pada umumnya paragraf atau alinea dibangun oleh sejumlah kalimat yang logis sesuai dengan pengertian diatas dan secara visual paragrap ditandai dengan sistem penulisan yang menjorok kedalam kurang lebih lima ketukan dari margin kiri.

Paragraf dapat diartikan sebagai bagian dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan Satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya Ramlan (1993:1). Pendapat lain paragraf adalah bagian-bagian dari karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.

Sedangkan menurut Djago (1981:11) paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis, sistematis yang merupakan suatu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan.

Mengacu dari uraian pendapat para ahli maka peneliti menyimpulkan bahwa paragraf adalah sejumlah kalimat yang tersusun secara logis sistematis yang mengungkapkan satuan informasi, sedangkan kalimat itu berhubungan secara utuh dan terpadu.

Berdasarkan letak gagasan utamanya, paragraf terbagi kedalam beberapa jenis yakni sebagai berikut:

a. Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif yaitu paragraf yang letak gagasan utamanya terletak diawal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan paragraf dinyatakan dalam kalimat pertama. Kemudian disusul oleh penjelasan-penjelasan yang terperinci terhadap gagasan utamanya itu.

Menurut Djago Tarigan (1981:30) bahwa kalimat topik dikembangkan dengan paparan sampai bagian-bagian yang kecil sehingga pengertian kalimat topik yang bersipat umum menjadi jelas.

(3)

“Kemampuanya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru”

Kutipan diatas memperlihatkan bahwa kalimat pertama merupakan kalimat yang mengandung gagasan utama. Hal ini tampak pada pernyataannya yang merangkum seluruh pertanyaan dalam paragraf itu. Kalimat-kalimat selanjutnya hanya merupakan kalimat perincian dan penjelasan lebih lanjut terhadap gagasan utamanya itu

b. Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak diakhir paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta-fakta ataupun uraian-uraian kemudian diakhiri dengan dengan topik.

Paragraf dimulai dengan penjelasan bagian-bagian yang kongkrit atau khusus yang dituangkan dengan beberapa kalimat pengembang, dengan kata lain kalimat pada bagian akhir paragraf, (Tarigan 1981:30). Contoh :

“ Pada tahun 2005, pemerintah Indonesia berenca membangun 35 buah mercusuar diperbagai titik perbatasan negara Indonesia. Mercusuar tersebut tersebut dibangun di titik terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Pembangunan mercusuar tersebut bertujuan sebagai tanda kedaulatan negara Indonesia”.

Paragraf di atas dengan jelas

mengungkapkan gagasan bahwa negara Indonesia pada tahun 2005 berencana membangun 35 buah mercusuar. Dalam paragraf terkhir diungkapkan bahwa pembangunan mercusuar bertujuan sebagai tanda kedaulata negara Indonesia. Dari bacaan tersebut diatas kemudian pembaca

dibawa kepada kesimpulan bahwa

pembangunan mercusuar sangat penting dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan negara Indonesia.

c. Paragraf Campuran

Paragraf campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik. Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.

Paragraf campuran dapat dimulai dengan kalimat penegas.Sebaliknya dapat pula kalimat pengembang terbagi dua bagian diawal, sebagian diakhir paragraf, sedangkan kalimat topiknya ditengah, Menurut pendapat Djago Tarigan (1981:31)

Contoh:

“Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi, kegiatan apapun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komnikasi”.

d. Paragraf Deskriptif

Paragraf Diskriptif adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf . Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu Paragragraf pembuka, paragraf penghubung dan paragraf penutup.

1. Paragraf pembuka

Paragraf pembuka memilki pesan sebagai pengantar bagi pembaca untuk sampai pada masalah yang akan diuraikan oleh penulis. Untuk itu, peragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca,serta sanggup mempersiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Gorys Keraf (1997 : 63) mengemukakan bahwa sifat-safat alinea haraus menarik minat dan perhatian pembaca serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang akan segera diuraikan.

2. Paragraf Penghubung

Paragraf penghubung berpungsi

menguraikan masalah yang akan dibahas oleh seorang penulis. Semua inti persoalan yang akan dibahas oleh penulis diuraikan oleh paragraf ini. Oleh sebab itu, secara kuantitatif paragraf ini merupakan paragraf yang paling panjang dalam keselurtuhan karangan/tulisan. Keraf, (1997 : 65} berpendapat bahwa yang dmaksud paragraf penghubung adalah semua alinea yang terdapat antara alinea pembuka dan penutup.

3. Paragraf Penutup

Paragraf penutup merupakan akhir dari sebuah karangan atau tulisan. Paragraf ini bisa berisi tengtang kesimpulan masalah yang telah dibahas dalam paragraf

(4)

penghubung, atau bisa juga berupa penegasan kembali hal-hal yang dianggap penting dalam uraian-uraian sebelumnya. Akhadiah (1996 : 146) berpendapat bahwa paragraf penutup berpungsi mengakhiri sebuah karangan tidak boleh terlalu panjang. Namun tidak berarti paragraf ini dapat tiba-tiba diputuskan begitu saja. Jadi seorang penulis harus dapat menjaga perbandingan antara paragraf pembuka,penghubung dan penutup.

Penulisan paragraf memerlukan penyusun dan pengdekskripsian gagasan-gagasan penunjang. Dalam pengembangannya pikiran utama dituangkan ke dalam kalimat utama, sedangkan pikiran – pikiran penjelas ke dalam kalimat-kalimat penjelas rincian kalimat-kalimat utama.

Pengembangan paragraf mencangkup dua persoalan utama, yakni : (1) Kemampuan merinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas dan (2) Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan kedalam urutan yang teratur. Gagasan utama paragraf hanya akan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat. Perincian itu dapat dilakukan dengan bermacam pola pengembangan.

Pola Umum Khusus – Khusus Umum. Pola ini sebenarnya pola umum-khusus dan khusus-umum, keduanya merupakan cara yang paling umum untuk menyusun paragraf. Dalam pola pertama, gagasan utama ditempatkan pada awal paragraf kemudian diikuti oleh gagasan-gagasan penjelas pada kalimat berikutnya, dan sudah kita kenal paragraf deduktif.

Sementara itu, pola kedua menempatkan gagasan utama pada akhir paragraf dan gagasan-gagasan penjelan yang mendahuluinya dan pola ini kita kenal sebagai paragraf induktif.

Contoh :

Para siswa berbahagia dalam acara tersebut. Siswa kelas VII menyajika beberapa kesenian tradisional. Tidak kalah dengan adik-adiknya, siswa-siswa kelas VIII ada yang menyumbangkan lagu dan beberapa diantaranya menampilkan peragaan busana daerah. Mereka seharusnya merasa sedih untuk meninggalkan sekolah itu. Namun demikian, merekapun akhirnya menyadari bahwa perpisahan tidak bisa ditolak lagi, menyadari hal itu, merekapun akhirnya hanyut dalam kebahagiaan acara itu.

Kalimat pada paragraf diatas menyatakan keadaan umum yakni para siswa (Kelas 1,2, dan 3). Kalimat tersebut kemudian diikuti oleh pernyataan berikutnya, yang menyatakan hal-hal khusus. Kalimat kesatu mengungkapkan

kebahagiaan kelas VII. Kalimat kedua menyatakan kebahagiaan kelas VIII. Kalimat selanjutnya menyatakan kebahagiaan kelas VII. Prinsip-prinsip yang mendasari pengajaran menulis adalah anggapan bahwa menulis :

1. Merupakan suatu proses dua arah dalam

arti si penulis menyampaikan,

menghasilkan, dan menghendaki sesuatu dari pembacanya.

2. Didasarkan pada pengalaman, yakni bahwa sumber utama tulisan adalah pengalaman dari penulisnya sendiri.

3. Perbaikan hasil tulisan terjadi karena praktek, dan pengertian bahwa aktivitas

menulis secara kontinyu dapat

mengembangkan kelancaran, keterampilan, serta keteraturan berfikir.

4. Pengertian yang akan dikandung atau dibawakan dalam tulisan lahir lebih dahulu sebelum tercipta bentuk.

Kemampuan berbahasa seseorang erat hubungannya dengan Kemampuan berpikir, bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, kemampuannya dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang sistematis.

Kemampuan ini berkaitan erat dengan kemampuan membaca dan menulis. Penulis

yang baik biasanya pembaca yang baik. Dalam menuangkan gagasan, ide, atau pikiran, kita dituntut mampu menghubungkan kalimat dalam satu kesatuan yang padu. Hubungan itu menyatakan suatu kesatuan yang diikat oleh struktur bahasa dan kesatun yang logis. Dalam tulis menulis atau karangan, ikatasn ini dilahirkan dalam bentuk paragraf.

Berdasarkan letak gagasan utamanya, paragraf terbagi kedalam beberapa jenis yakni sebagai berikut:

a. Paragraf Deduktif b. Paragraf Induktif c. Paragraf Campuran d. Paragraf Deskriptif

Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu Paragragraf pembuka, paragraf penghubung dan paragraf penutup.

Paragraf pembuka Paragraf Penghubung. Paragraf Penutup

Penulisan paragraf memrlukan penyusun dan pengdekskripsian gagasan gagasan penunjang. Dalam pengembangannya pikiran utama

(5)

dituangkan ke dalam kalimat utama, sedangkan pikiran – pikiran penjelas ke dalam kalimat-kalimat penjelas rincian kalimat utama. Pengembangan paragraf mencangkup dua persoalan utama, yakni : (1) Kemampuan merinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas dan (2) Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan kedalam urutan yang teratur. Gagasan utama paragraf hanyaakan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat. Perincian itu dapat

dilakukan dengan bermacam pola

pengembangan.:

1. Pola Umum Khusus – Khusus Umum 2. Pola Sebab Akibat

3. Pola Contoh / Ilustrasi 4. Pola Perbandingan 5. Pola definisi

Pengembangan ini dapat dipakai untuk memberikan batas tentang suatu pikiran pokok atau menjelaskan pikiran pokok menuju pada perumusan definisi itu sendiri. Menurut Djago Tarigan (1981 : 34) bahwa suatu pengertian yang terkandung dalam kalimat topik memelukan penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya ditangkap oleh pembaca. Untuk memperjernih pengertian tersebut ialah serangkaian kalimat pengembang..

a. Langkah-langkah menyusun Paragraf

Ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dipertimbangkan untuk menyususn paragraf yang berkualitas, baik itu berkenaan dengan gagasan atau tatanan dalam menyampaikan gagasan.

Menurut Gorys Keraf, dalam komposisi bahwa paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi ketiga syarat-syarat berikut:

1. Kesatuan, yang di maksud kesatuan dalam alinea adalah bahwa semua kalimat yang menyususn alinea itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, tema tertentu.

2. Kepaduan (koherensi), yaitu kekompakan hubungan sebuah kalimat dengan kalimat lain yang membentuk alinea itu. Urutan

pikiran yang teratur, akan

memperlihatkan kepaduan. Jadi

kepaduan atau koherensi dititik beratkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.

3. Perkembangan alinea, yaitu penyusunan atau perincian daripada gagasan yang membina alinea itu.

b. Acuan Pengembangan paragraf

Menurut Gorys Keraf, komposisi alinea yang baik dan efektif harus memenuhi tiga syarat sebagai berikut:

1. Kesatuan

Kesatuan dalam alinea adalah bahwa semua kalimat yang membina alinea itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu.

2. Koherensi

Koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat lain yangmembentuk alinea itu.

3. Perkembangan Alinea.

Perkembangan alinea adalah penyusunan atau perincian daripada gagasan yang membina alinea itu (Keraf : 1997 ; 97).

Manfaat paragraf adalah untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya. Manfaat lain dari paragraf adalah untuk menambah hal-hal yang penting untuk merinci apa yang diutarakan dakam paragraf terdahulu.

Manfaat paragraf untuk merinci penempatan setiap pokok pikiran dalam suatu wacana. Selain itu paragraf berguna untuk memudahkan pembaca dalam menafsirkan isi wacana. Mengenai manfaat paragraf menurut Alkhadiah dan kawan-kawan (1995:144), manfaat paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik sebelumnya.

Hal senada juga dikemukakan oleh Keraf (1997:62) melalui alinea-alinea kita mendapat satu epek lain yaitu kita bisa membedakan dimana satu tema mulai dan berakhir.

Pada dasarnya pendekatan yang penulis ambil di dalam penelitian ini adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning yang bersipat menyerap, menangkap, dan menerima. Bersifat menerima seperti menyimak dan membaca. Menyimak merupakan proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh perhatian.

Elaine B Johnson memberikan penjelasan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya. Elaine B Johnson (2007:14).

Menurut Elaina B Johnson ,(2007:65-66) mengemukakan bahwa dalam pendekatan

(6)

Cotextual Teaching and Learning, ada delapan komponen yang harus ditempuh:

1. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna

2. Melakukan pekerjaan yang berarti

3. Melakukan pembelajaran yang diatur sesdiri 4. Bekerja sama

5. Berfikir kritis dan kreatif

6. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang

7. Mencapai setandar yang tinggi

8. Menggunakan penilaian yang autentik. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005:109).

Dalam menulis sebuah paragraf perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan informasi 2. Memilih topik

3. Membentuk suatu gagasan utama

4. Menentukan gagasan penunjang dari informasi yang telah ditentukan.

5. Membentuk atau rancangan dasar paragraf. 6. Merevisi draff.

7. Uji coba naskah paragraf.

Dalam pembelajaran menulis paragraf dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning tak lepas dari kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dan menyimak yang dilakukan oleh siswa, serta ditunjang oleh pengalaman siswa yang dialami siswa baik di sekolah maupun dilingkungan keluarga dan masyarakat.

Adapun prosedur yang coba penulis susun adalah sebagai berikut:

1. Guru memperdengarkan macam-macam paragraf berdasarkan pengalaman yang telah dialami dan terjadi beberapa kali. 2. Siswa menyimak contoh paragraf y6ang

dibacakan guru dengan seksama.

3. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai isi paragraf untuk memudahkan siswa dalam mengingat ide-ide pokok dalam paragraf tersebut.

Kelebihan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

kehidupan nyata. Sebab dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Kelemahan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dalam keterampilan yang baru bagi siswa.

Sumber pelajaran yang digunakan adalah teks wacana/ cerita yang didalamnya terdapat beberapa buah paragraf dan jenis-jenis paragraf,dan buku yang relepan yang memuat materi mengenai paragraf.

Adapun kriteria penilaian dalam penulisan paragraf adalah sebaga berikut:

1. Penggunaan tanda baca yang benar.

2. Penggunaan kalimat yang jelas, tepat namun sederhana.

3. Menyusun paragraf yang sesuai dan runtut. 4. Penempatan ide/ gagasan yang benar. 5. Penggunaa kata penghubung yang tepat. Dalam hal ini penulis menentukan skor terendah yaitu 1, dan nilai tertinggi yaitu 4 dengan kualifikasi sebagai berikut:

1. = kurang 2. = cukup 3. = baik 4. = sangat baik

Untuk menghitung nilai dari skor perolehan, maka penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai = Jumlah skor perolehan x 2 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa evaluasi hasil belajar (postes) menunjukan bahwa melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat digunakan dalam pembelajran menulis paragraf deskriftif. Hal ini terbukti dengan hasil pembelajaran dicapai oleh siswa sebelum mendapat perlakuan mendapat nilai rata-rata 5,6 (lima koma enam) dan setelah mendapat perlakuan nilai rata-rata siswa menjadi 6,3 (enam koma tiga). Setelah dikenai perlakuan, bisa diambil kesimpulan bahwa jumlah siswa yang telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran

(7)

yang diharapkan mencapai 70% dari jumlah keseluruhan. Sedangkan sisanya masih perlu diarahkan agar bisa lebih baik lagi. Namun jika dilihat dari jumlah nilai rata-rata yang jatuh pada angka 6,3, maka angka tersebut dapat dimasukan dalam kategori cukup

Ini berarti menunjukkan nilai rata-rata siswa ada peningkatan 7,0,%. Prinsip-prinsip yang mendasari pengajaran menulis adalah anggapan bahwa menulis:

1. Merupakan suatu proses dua arah dalam

arti si penulis menyampaikan,

menghasilkan, dan menghendaki sesuatu dari pembacanya.

2. Didasarkan pada pengalaman, yakni bahwa sumber utama tulisan adalah pengalaman dari penulisnya sendiri.

3. Perbaikan hasil tulisan terjadi karena praktek, dan pengertian bahwa aktivitas

menulis secara kontinyu dapat

mengembangkan kelancaran, keterampilan, serta keteraturan berfikir.

Pengertian yang akan dikandung atau dibawakan dalam tulisan lahir lebih dahulu sebelum tercipta bentuk

SIMPULAN

Pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran sangat bergantung pada beberapa faktor, yaitu materi pembelajaran, metode yang dilakukan dan teknik pembelajaran yang diambil. Tampa adanya ketiga faktor diatas, pelaksanaan proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan maksimal. Oleh karena itu, untuk memperoleh tujuan pembelajaran yang diharapkan, proses belajar mengajar haruslah didukung oleh ketiga faktor diatas.

Materi pembelaran yang relevan dapat mendorong siswa untuk berpikir aktif dan kreatif. Metode pembelajaran yang tepat dapat

mendorong siswa untuk mendapatkan

pengalaman belajar yang diharapkan. Sedangkan teknik pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan pemahaman siswa atas materi yang diberikan.

Penulis beranggapan bahwa teknik pembelajaran yang tepat dapat mempengaruhi metode yang tepat dan bervariasi dalam proses pembelajran yang merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh karena itu, keterampilan guru dalam menentukan teknik pembelajaran sangatlah penting dan diperlukan guna mencapai hasil yang diinginkan.

Melalui penelitian ini, penulis mencoba mencari tahu pengaruh penggunaan suatu teknik pembelajaran terhadap keberhasilan suatu proses

pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan hasil penghutungan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran menulis paragraf cukup efektif dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam pembelajaran menulis paragraf.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, terdapat perbedaan nilai pretest dan posttest siswa yang mengalami peningkatan cukup signifikan. Dengan kata lain, Model Pembelajaran Menulis Paragraf Denagn Pendekatan Contextual teaching and Learning yang diuji cobakan penulis cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis paragraf siswa kelas V SDN Cikancung Tahun Ajaran 2011-2012. Namun penting untuk disadari tepat tidaknya teknik pembelajaran, tergantung pada jenis tujuan atau kompetensi dasar yang ingin dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Harjasujana A. S.dan Yetimulyati. 1966. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud.

Redway, K. M. 2000.Membaca cepat. Jakarta: Pustaka Binama Pressindo.

Sitepu, B. R 2002. Lagi-lagi Membaca. Buletin Pusat Perbukuan.V, 16-21.

Tarigan, H. G. 1994. Membaca sebagai suafu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa. Yulaelawati, EII.''Mahir mambaca kuasai

informasi" Buletin Pusat Perbukuan N. (Januari 2000 ) 21 -24.

Cahyani, Isah, dkk. ( 2006 ). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Depdikbud. ( 1995 ). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Rahim, Farida. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara. Resmini, Novi, dkk. ( 2006 ). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : UPI PRESS.

Resmini, Novi, dkk. ( 2006 ). Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya. Bandung : UPI PRESS.

Winataputra, S. Udin, dkk. ( 1996 ). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

semakin tinggi bahan organic tanah maka tanah tersebut akan mempunyai derajat kerut yang kecil (Trijoko,2006)... Besar derajat kerut tanah pada masing-masing jenis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan Kondisi Fasilitas, Pengaruh Sosial, Kualitas Layanan dan Intensi PenggunaanSecara Kontinyu pada adopsi SIAK, khususnya

Lamandau, Sukamara, Kobar, Kotim, Seruyan, Katingan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Kapuas, Barsel, Bartim, Barut, Murung Raya, Kota Palangkaraya.. 150.000.000,00 Meningkatnya

sedangkan perusahaan yang memiliki risiko finansial yang rendah adalah PT. Risiko finansial yang tinggi mengindikasikan bahwa proporsi hutang PT. Barito pada tahun 2012 lebih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Pupuk Organik Cair Limbah Sawi Putih dengan dosis 8ml/500ml berpengaruh pada berat basah bagian atas (batang, daun)

Dalam hal ini yang dapat dijadikan sebagai ujung tombak dari jaminan yang lebih mencerminkan terhadap kepuasan pelanggan adalah indikator jaminan yang mempunyai bobot

Ditemukan penyakit yang disebabkan oleh virus paling sedikit pada 55 genera anggrek, tetapi ini bukan berarti bahwa terdapat 55 jenis virus yang berbeda, karena virus yang sama