• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK PELAKSANAAN. Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) TAHUN ANGGARAN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK PELAKSANAAN. Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) TAHUN ANGGARAN 2021"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Direktorat Perbenihan 2021

Tanaman Pangan (P3BTP)

TAHUN ANGGARAN 2021

Kementerian Pertanian RI

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

(2)

PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN

PANGAN (P3BTP) TAHUN ANGGARAN 2021

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT PERBENIHAN

(3)

KATA PENGANTAR

Petunjuk Pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai acuan dalam

melaksanakan kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) Tahun Anggaran 2021 yang menjelaskan

mekanisme perencanaan, pelaksanaan kegiatan (penyaluran,

pengadaan, pertanggungjawaban) Bantuan Pemerintah, pengawalan, monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk membantu menyediakan benih tanaman pangan bagi daerah pelaksana, juga diharapkan dapat membantu mengurangi permasalahan kekurangan benih yang kerap terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan, khususnya kebutuhan benih untuk program. Sebagai jaminan pasar, para penerima bantuan melaksanakan kerjasama kemitraan dengan produsen benih besar yang akan mengopkup hasil calon produksi benih.

Diharapkan komitmen berbagai pihak untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan baik, agar dapat memenuhi prinsip pelaksanaan kegiatan yang transparan dan akuntabel.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini tidak terlepas dari peran serta dukungan instansi terkait, untuk itu diperlukan koordinasi, pembinaan, pengawalan, dan monitoring secara berjenjang mulai dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota agar kegiatan ini dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi kepentingan petani.

Jakarta, November 2020 Direktorat Perbenihan

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan, Sasaran dan Indikator Keberhasilan ... 3

C. Istlah dan Pengertian ... 3

II. PERENCANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN PANGAN (P3BTP) ……… A. Identifikasi Kelembagaan Kelompok tani ……….. B. Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani ……….. 10 10 11 III. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN PANGAN (P3BTP) ... 14

A. Dasar Pelaksanaan... 14

B. Ruang Lingkup Kegiatan... 17

C. Ketentuan Umum... D. Mekanisme Pengadaan, Penyaluran dan Pertanggungjawaban Bantuan... 18 25 IV. PENGAWALAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 28 A. Pengawalan ... 28 B. Monitoring ... 28 C. Evaluasi ... 28 D. Pelaporan ... 28 IV. PENUTUP ... 29

(5)

Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN1. Alokasi Indikatif Kegiatan Pengembangan

Petani Produsen Benih Tanaman Pangan

TA 2021... 31

LAMPIRAN 2. Satuan Biaya per Ha Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan TA 2021…………. 32

LAMPIRAN 3. Surat Pernyataan kesediaan kelompok tani melaksanakan kegiatan ... 33

LAMPIRAN 4. Daftar Usulan Calon Penerima Bantuan Kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan TA 2021 ………... 34

LAMPIRAN 5. Surat Tugas ... 35

LAMPIRAN 6. Rencana Usaha Kelompok (RUK) 36 LAMPIRAN 7. Surat Pernyataan Kebenaran CPCL ... 37

LAMPIRAN 8. Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Penetapan Calon Petani Dan Calon Lokasi (CPCL) ... 38

LAMPIRAN 9. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak ... 43

LAMPIRAN 10. Perjanjian Kerjasama antara PPK dengan Penerima Bantuan Kegiatan P3BTP TA 2021... 44

LAMPIRAN 11. Perjanjian Kerjasama antara Produsen Benih dengan Penerima Bantuan Kegiatan P3BTP TA 2021……… 47

LAMPIRAN 12. Hasil verifikasi Calon Lokasi dan Calon Penangkar Benih Kegiatan P3BTP Petan TA 2021... 54

LAMPIRAN 13. Surat Persetujuan Kepala Dinas Provinsi ... 55

LAMPIRAN 14. Permohonan Pembayaran Dana Bantuan Pemerintah ... 57

LAMPIRAN 15 KuitansiPenerimaan Transfer Dana ………... 58

LAMPIRAN 16. Berita Acara Pembayaran ... 59

LAMPIRAN 17. Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan ... 60

LAMPIRAN 18. Berita Acara Serah Terima... 61

LAMPIRAN 19. Laporan Awal ... 63

LAMPIRAN 20. Laporan Perkembangan ... 64

LAMPIRAN 21. Laporan Akhir ... 65

LAMPIRAN 22. Surat Pernyataan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Biaya Ongkos Kirim ... 66

LAMPIRAN 23. Diagram Pengembangan Perbenihan Berbasis Korporasi Petani ... 67

(6)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : .../HK.310/C/11/2020

Tentang

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN PANGAN (P3BTP)

(7)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris sudah seharusnya memiliki kemandirian dalam penyediaan kebutuhan pangan. Sebenarnya kita tidak perlu melakukan impor beras, jagung dan kedelai jika produksi pertanian yang merupakan kebutuhan pangan dasar kita cukup. Yang menjadi persoalan adalah mengapa produksi dan produktivitas pertanian kita rendah? Padalah negeri kita sangat subur dibandingkan negara-negara tetangga kita. Ironi memang, potensi yang begitu besar tetapi kita tidak mampu mengelola dan menikmatinya.

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya produktivitas dan daya saing pertanian kita. Salah satu masalahnya adalah persoalan benih, terutama benih untuk tanaman pangan. Di samping memang banyak analisa dan penelitian pembangunan pertanian yang menyebutkan persoalan pengetahuan petani yang terbatas, pemilikan lahan yang sempit, perubahan musim dan sebagainya faktor penyebab rendahnya produktivitas pertanian kita.

Benih memiliki posisi vital dalam usaha pertanian. Dalam benih terkandung potensi genetik produksi yang akan memberikan hasil dalam usaha pertanian. Sebaik apapun faktor lingkungan disediakan - seperti ketersediaan unsur hara dan yang lainnya - ketika potensi benihnya rendah maka rendah pula produksi yang dihasilkan sehingga persoalan benih harus mendapatkan perhatian lebih besar dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian kita.

Pemerintah sebagai regulator perbenihan memiliki peran sangat penting untuk mengarahkan kebijakan perbenihan agar benar-benar menyentuh persoalan yang berdampak langsung pada pembangunan pertanian. Koordinasi yang baik dalam lingkup

(8)

internal struktur birokrasi, serta koordinasi dengan semua elemen yang terkait langsung dan tidak langsung dengan pembangunan pertanian mutlak diperlukan. Akhirnya penyediaan benih unggul atau berlabel harus didukung oleh semua pihak karena berhubungan langsung dengan persoalan ketahanan pangan kita. Produksi benih insitu adalah suatu keharusan yang harus dilaksanakan guna mengatasi permasalahan penyediaan benih di suatu lokasi. Dengan memberdayakan kelompok tani setempat menjadi produsen benih dan diberi fasilitas bantuan Pemerintah berupa bantuan sarana produksi sebagai .

Kegiatan usaha pertanian akan berhasil jika petani mempunyai kapasitas yang memadai. Untuk dapat mencapai produktivitas dan efisiensi yang optimal petani harus menjalankan usaha bersama secara kolektif dalam suatu Korporasi Petani. Korporasi Petani

adalah kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum berbentuk

koperasi atau badan hukum lain dengan sebagian besar kepemilikan modal dimiliki oleh petani. Kelembagaan petani yang efektif ini diharapkan mampu mendukung pelaksanaan produksi benih insitu melalui program pengembangan perbenihan berbasis korporasi petani.

Kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) merupakan kegiatan yang bersifat padat karya dengan memberdayakan kelompok tani sebagai penangkar benih. Kelompok tani pelaksana bermitra dengan produsen benih yang akan meng-opkup calon benih yang dihasilkan oleh kelompok tani. Agar kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) dapat terlaksana dengan baik, maka perlu

disusun “Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Petani

Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) TA 2021”, sebagai

(9)

B. Tujuan, Sasaran dan Indikator 1. Tujuan

a. Menyediakan acuan dalam rangka pelaksanaan

Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP).

b. Menyediakan sarana produksi dalam rangka pelaksanaan P3BTP.

2. Sasaran

a. Tersedianya acuan dalam rangka pelaksanaan P3BTP. b. Tersedianya sarana produksi dalam rangka pelaksanaan

P3BTP.

3. Indikator Keberhasilan

Terlaksananya kegiatan P3BTP.

C. Istilah dan Pengertian

1. Benih adalah bahan tanaman yang berwujud biji. Benih

memiliki dan membawa sifat-sifat genetis tanaman induknya, dan akan tampil optimal jika mutu benihnya tinggi yang diindikasikan oleh daya tumbuh dan vigor benih yang tinggi di lapangan (tumbuh cepat dan merata) dalam kondisi lingkungan yang optimal.

2. Benih Hibrida adalah keturunan pertama (F1) hasil

persilangan antara dua atau lebih tetua pembentuknya (galur induk/inbrida homozygote).

3. Tetua adalah galur yang digunakan untuk memproduksi

benih hibrida. Untuk jagung hibrida terdiri dari tetua jantan dan tetua betina.

4. Tetua Jantan adalah penghasil tepung sari yang digunakan

untuk membuahi sel telur pada tangkai putik tanaman betina sesuai pasangan heterosisinya.

5. Tetua Betina adalah galur yang khusus digunakan untuk

menghasilkan biji setelah diserbuki tetua jantan sesuai pasangan heterosisinya.

(10)

6. Galur Mandul Jantan (A) atau CMS (Cytoplasmic Male

Sterile) adalah galur yang mempunyai tepung sari mandul

sehingga tidak mampu menyerbuk sendiri

7. Galur Pemulih Kesuburan atau Restorer (R) adalah

galur/inbrida homozygot induk jantan yang mempunyai kemampuan memulihkan kesuburan (tepung sari) galur CMS sehingga digunakan sebagai tepung sari dalam produksi benih hibrida.

8. Varietas Unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh

Pemerintah yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan/atau sifat-sifat lainnya.

9. Benih Unggul adalah benih tanaman dari varietas yang

telah dilepas, memenuhi standar mutu, disertifikasi, diberi label dan peredarannya diawasi.

10. Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah benih bina

yang telah disertifikasi.

11. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media

tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.

12. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian atau

seluruhnya berasal dari dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

13. PPC (Pupuk Pelengkap Cair) adalah pupuk cair yang

berfungsi sebagai pupuk pelengkap yang member nutrisi lebih pada daun dan batang.

14. Pupuk Phonska atau dikenal pula dengan sebutan pupuk

majemuk NPK adalah pupuk yang terdiri atas lebih dari satu unsur hara utama. Unsur hara tersebut bisa NP, NK, dan NPK.

(11)

15. Pupuk Urea adalah pupuk kimia tunggal yang mengandung

Nitrogen (N) berkadar tinggi minimal 45%. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi baik.

16. Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk

membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang dibudidayakan manusia untuk kesejahterahaan hidupnya.

17. Insektisida adalah bahan yang digunakan untuk

mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu tanaman.

18. Fungisida adalah bahan yang digunakan untuk

mengendalikan, menolak atau menghambat pertumbuhan cendawan atau jamur penyebab penyakit tanaman.

19. Herbisida adalah bahan yang digunakan untuk

mengendalikan atau menekan tumbuhan pengganggu tanaman yang menyebabkan penurunan hasil.

20. Petani adalah warga negara Indonesia perseorangan

dan/atau beserta keluarganya yang melakukan Usaha Tani di bidang tanaman pangan.

21. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun

yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota.

22. Kelompok Penangkar adalah kumpulan petani penangkar

benih yang dibentuk atas dasar dasar kesamaan

kepentingan; kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota dalam kegiatan penangkaran benih.

(12)

23. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah kumpulan

beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

24. Calon Petani dan Calon Lokasi yang selanjutnya disingkat CPCL adalah calon petani dan calon lokasi yang

tergabung dalam kelompok tani atau gabungan kelompok tani yang akan mengembangkan budidaya jagung dan ditetapkan oleh Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

25. Produsen Benih adalah perseorangan, badan usaha, badan

hukum atau instansi pemerintah yang melakukan proses produksi benih dan ditetapkan dengan surat keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

26. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi

kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah/ nonpemerintah.

27. Bentuk Bantuan Pemerintah meliputi: Pemberian

penghargaan; Beasiswa; Tunjangan Profesi Guru dan Tunjangan Lainnya; Bantuan Operasional; Bantuan Sarana Prasarana; Bantuan Rehabilitasi/Pembangunan Gedung/ Bangunan; dan Bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA).

28. Penerima Bantuan Pemerintah adalah Kelompok

Tani/Gabungan Kelompok Tani/Kelompok Penangkar/

Gabungan Kelompok Tani dengan Kelompok

Penangkar/Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)/ Kelompok Usaha Bersama (KUB)/Kelompok Masyarakat/ Lembaga Pemerintah/Lembaga Non Pemerintah, yang terpilih melalui identifikasi calon penerima dan calon lokasi (CPCL), untuk selanjutnya ditetapkan melalui Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan disahkan oleh Kuasa Pengelola Anggaran (KPA).

(13)

29. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja

usahatani dari kelompok tani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani yang memuat uraian kebutuhan saprodi yang meliputi: jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi), pengeluaran lainnya, dan lain sebagainya.

30. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah

Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

31. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk

melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

32. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa

PA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.

33. Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar

yang selanjutnya disebut PP-SPM adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM).

34. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang

dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara memberikan bimbingan teknis, melakukan koordinasi dan sosialisasi pelaksanaan kegiatan.

35. Verifikasi adalah kegiatan pengujian terhadap suatu

dokumen untuk memperoleh kesesuaian dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan atau uji petik di lapangan.

(14)

36. Monitoring dan Evaluasi adalah kegiatan pemantauan dan

evaluasi pelaksanaan kegiatan sesuai aturan yang sudah ditetapkan.

37. Pelaporan adalah penyajian data/fakta/kondisi kegiatan

yang telah dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan sesuai aturan yang sudah ditetapkan.

38. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut

OPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan di bidang tanaman pangan dan/atau perkebunan.

39. Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota adalah Dinas

yang membidangi tanaman pangan yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai pembina dan pelaksana program

pembangunan sektor pertanian di tingkat provinsi/

kabupaten/kota.

40. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) adalah institusi milik

pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi melakukan pengawasan mutu dan sertifikasi benih yang diproduksi dan diedarkan.

41. Usaha Tani adalah kegiatan dalam bidang pertanian,

mulai dari produksi/budidaya, penanganan pascapanen, pengolahan, sarana produksi, pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjang.

42. Kelembagaan Petani adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani guna memperkuat dan memperjuangkan kepentingan petani.

43. Kelembagaan Ekonomi Petani adalah lembaga yang

melaksanakan kegiatan Usaha Tani yang dibentuk oleh, dari, dan untuk petani, guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi Usaha Tani, baik yang berbadan hukum maupun yang belum berbadan hukum.

(15)

44. Badan usaha adalah kesatuan yuridis dan ekonomis dari

penggunaan faktor-faktor produksi yang bertujuan mencari keuntungan atau memberi pelayanan kepada masyarakat.

45. Korporasi Petani adalah Kelembagaan Ekonomi Petani

berbadan hukum berbentuk koperasi atau badan hukum lain dengan sebagian besar kepemilikan modal dimiliki oleh petani.

46. Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan selanjutnya disebut P3BTP adalah kegiatan

pengembangan produsen benih tanaman pangan, yang dilaksanakan dengan memberdayakan kelompok tani sebagai penangkar atau produsen benih tanaman pangan guna dapat mencukupi kebutuhan benih diwilayahnya.

(16)

II. PERENCANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN PANGAN (P3BTP)

A. Identifikasi Kelembagaan Kelompok Tani

Kegiatan usaha pertanian akan berhasil jika petani mempunyai kapasitas yang memadai. Untuk dapat mencapai produktivitas dan efisiensi yang optimal petani harus menjalankan usaha bersama secara kolektif dalam suatu kelembagaan petani. Kelembagaan petani yang efektif ini diharapkan mampu mendukung pelaksanaan pengembangan petani produsen benih tanaman pangan.

Kelembagaan petani adalah lembaga petani yang berada pada lokasi pengembangan, berupa organisasi keanggotaan atau kerjasama yaitu petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan).

Adapun tahapan identifikasi kelembagaan petani adalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi Kegiatan

Melakukan sosialisasi kegiatan secara berjenjang mulai dari

tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan/Poktan serta

sinkronisasi kegiatan dengan stake holders terkait tentang kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP).

2. Penetapan Lokasi

Penetapan lokasi P3BTP adalah berdasarkan potensi

kebutuhan benih di masing-masing provinsi dan kabupaten/kota serta mempertimbangkan kondisi geografisnya, sehingga penurunan mutu benih yang diakibatkan dari proses distribusi benih dapat diminimalisir dan target penyediaan benih insitu secara 6 (enam) tepat (jenis/varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi, harga) dapat tercapai.

(17)

3. Penetapan Kelompok Tani

Pemilihan kelompok tani yang kredibel dan punya komitmen

yang kuat untuk mengembangkan perbenihan sangat

menentukan keberhasilan kegiatan P3BTP. Perlu dukungan

terhadap sumberdaya manusia kelompok tani dalam

melaksanakan kegiatannya. Dukungan ini penting untuk

membentuk sumberdaya manusia kelompok tani yang

berkualitas dengan memiliki keterampilan, kemampuan kerja dan komitmen. Penguatan SDM tidak hanya dilakukan kepada aparatur pemerintah tetapi juga terhadap petani/masyarakat. 4. Pengembangan Kemitraan

Kemitraan kelompok tani dengan stake holders perbenihan lainnya mutlak diperlukan untuk membangun suatu industri

perbenihan, misalnya : lembaga pemerintah, Bank,

Perusahaan, LSM dan lain sebagainya baik nasional maupun

internasional. Bentuk kerjasama yang dilakukan dapat

bermacam-macam misalnya : penyediaan saprodi, kerjasama pemasaran hasil, penyediaan modal, penyediaan teknologi, transfer ilmu dan teknologi serta dukungan lembaga pemerintah yang menjamin kerjasama jaringan pemasaran.

5. Pengawalan Kegiatan

Agar semua tahapan dapat berjalan dengan baik, maka kegiatan P3BTP perlu pengawalan dalam pelaksanaannya. Sehingga target untuk pemenuhan benih insitu dapat tercapai dan dapat memasuki proses pada tahap selanjutnya yaitu untuk memantapkan kelembagaan ekonomi petani.

B. Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani

Pengembangan kelembagaan ekonomi petani adalah

pengembangan kelembagaan petani (kelompok tani) baik yang berbadan hukum, yang memiliki kegiatan usahatani dari hulu sampai hilir di sektor pertanian yang ditumbuhkembangkan oleh, dari dan untuk petani guna meningkatkan skala ekonomi yang menguntungkan dan efisiensi usaha.

(18)

Kelembagaan ekonomi petani dapat ditumbuhkembangkan dengan mengubah pola pikir petani agar dapat meningkatkan usahataninya dan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan fungsinya sehingga mampu mengembangkan agribisnis dan menjadi kelembagaan petani yang mandiri. Adapun tahapannya, yaitu sebagai berikut :

1. Pengembangan kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum Kelembagaan Korporasi Petani dibentuk melalui integrasi yang dilakukan oleh kelompok tani, dan /atau gabungan kelompok tani dalam kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum yang dapat berbentuk koperasi atau badan hukum lainnya dengan sebagian besar kepemilikan modal dimiliki oleh petani.

2. Penguatan Infrastruktur dan Sarana Prasarana

Kelembagaan Ekonomi Petani berbadan hukum yang terbentuk dalam skala kawasan, mampu secara swadaya membiayai

pengadaan dan/atau pemeliharaan sebagian fasilitas

infrastruktur publik yang belum tersedia aksesibilitas terhadap sarana pertanian modern, selain itu membuka peluang untuk mendapatkan kemudahan akses terhadap infrastruktur publik, terutama pengairan dan prasarana transportasi, infrastruktur jalan, komunikasi dan energi, sehingga akan memiliki posisi tawar yang lebih tinggi untuk mengusulkan kepada pemerintah agar menyediakan infrastruktur publik dibutuhkan.

3. Penguatan Dukungan Permodalan dan Asuransi

Konektivitas dengan mitra industri pengolahan dan perdagangan modern Interaksi antara Korporasi Petani dengan kelembagaan usaha ekonomi lainnya dapat meningkatkan aksesibilitas Petani ke pasar dan sumber pembiayaan.

Usaha Tani yang dikelola oleh Kelembagaan Ekonomi Petani berbadan hukum dapat lebih menjamin kelayakan skala usaha, peningkatan produktivitas budidaya, dampak gejolak harga

(19)

melalui perencanaan pola dan pengaturan jadwal tanam/panen, pemilihan jenis dan pengaturan mutu produk yang bernilai tambah lebih tinggi. Dengan demikian, dapat menekan risiko kegagalan Usaha Tani, sehingga lebih menarik bagi lembaga pembiayaan untuk meminjamkan modal usaha melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Asuransi Usaha Tani (AUT) secara mandiri akan lebih mudah dirintis melalui Kelembagaan Ekonomi Petani berbadan hukum, karena lebih meningkatkan kepercayaan lembaga asuransi dalam memberikan penjaminan.

Dengan tahapan-tahapan perencanaan yang baik, maka diharapkan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) tidak hanya sampai pada proses budidaya untuk memproduksi benih saja, tetapi juga dapat meningkatkan kapasitas kelompok tani menjadi kelembagaan ekonomi yang dapat memberikan nilai tambah bagi anggotanya. Kegiatan P3BTP juga dapat difungsikan untuk mendukung kawasan pertanian berbasis korporasi petani sebagai salah satu unit produksi benih.

(20)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN PANGAN (P3BTP)

A. Dasar Pelaksanaan

1. Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4355);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6412);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2021 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 239, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6570);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

(21)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2006 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4347);

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor339);

12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor8)

13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor85);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Tahun 2016 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5918);

15. Peraturan PresidenNomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/JasaPemerintah);

16. Keputusan Presiden RI Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4212);

17. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019;

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

(22)

20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka pelaksanaan APBN;

22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga;

23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.02/2020 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2021;

24. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 127/Permentan/SR.120/

11/2014 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Benih Tanaman; 25. Peraturan Menteri PertanianNomor 43/Permentan/OT.140/8/ 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja KementerianPertanian;

26. Peraturan Menteri PertanianNomor 01/Permentan/OT.010/ 1/2016 tentang Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian;

27. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/TP.020/4/2018 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Tanaman; 28. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18/Permentan/RC.040/4/2018

tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani;

29. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2019 tentang Pelepasan Varietas Tanaman;

30. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35 Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2021;

31. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan Lingkup Kementerian Pertanian Tahun 2021;

32. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 347/Kpts/OT.210/6/2003 tentang Pedoman Pengelolaan Balai Benih Tanaman Pangan dan atau Hortikultura;

33. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional;

(23)

34. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 990/HK.150/C/05/2018 tentang Petunjuk Teknis Produksi Benih Tanaman Pangan;

35. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 992/HK.150/C/05/2018 tentang Petunjuk Teknis Peredaran Benih Tanaman Pangan; 36. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 993/HK.150/C/05/2018

tentang Petunjuk Teknis Pengambilan Contoh Benih dan Pengujian/Analisis Mutu Benih Tanaman Pangan;

37. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 620/HK.140/C/04/2020 tentang Petunjuk Teknis Sertifikasi Benih Tanaman Pangan;

38. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP- 211/PB/2017 tantang Kodefikasi Segmen Akun pada bagan Akun Standar;

39. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-531/PB/2018 tentang Pemutahiran Kodefikasi Segmen Akun pada bagan Akun Standar;

40. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 68/HK.310/C/7/2018 tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berbasis Korporasi Petani. 41. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor

96/HK.310/C/4/2020 tantang Standar Operasional Prosedur Pengecekan Mutu Benih Tanaman Pangan;

42. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor

238/HK.310/C/10/2020 tentang Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2021;

43. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor

250/HK.310/C/11/2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2021;

B. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) meliputi:

1. Pengadaan sarana produksi untuk penangkaran benih tanaman pangan;

2. Pelaksanaan produksi benih.

(24)

C. Ketentuan Umum

Kegiatan P3BTP dilaksanakan untuk komoditas padi inbrida, padi hibrida, jagung hibrida, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan sorgum dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jenis Bantuan

a. Benih sumber/tetua berasal dari varietas unggul yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian atau varietas lokal.

b. Benih sumber atau tetua/parent seed dari masing masing varietas benih yang akan ditangkarkan berasal dari Badan Litbang Pertanian atau produsen benih. Untuk tetua/parent seed diluar varietas Badan Litbang Pertanian tidak dibantu Pemerintah.

c. Pupuk Anorganik (Urea/SP 36/KCL/NPK dll) dan Organik yang digunakan adalah pupuk bersubsidi atau non subsidi yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), bersertifikat organik atau memenuhi persyaratan teknis minimal serta terjamin efektivitasnya.

d. Pestisida (insektisida/fungisida/rodentisida) dan Herbisida yang digunakan harus terdaftar di Kementerian Pertanian dan memiliki izin edar yang masih berlaku.

2. Kriteria Lokasi

a. Lokasi yang dipilih daerah yang mendukung untuk

penangkaran benih dan mudah dijangkau.

b. Lokasi penangkaran dipilih daerah yang bukan endemis organisme pengganggu tanaman (OPT), diutamakan bebas dari resiko kekeringan dan banjir, serta sesuai dengan persyaratan dalam sertifikasi benih.

c. Lokasi yang dapat ditanami padi inbrida, padi hibrida, jagung hibrida, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan sorgum minimal satu kali dalam setahun.

(25)

3. Kriteria Penerima Bantuan

a. Kelompok tani/gabungan kelompok tani/gabungan kelompok tani dengan kelompok penangkar/produsen benih sudah tercatat pada Surat Keputusan (SK) Bupati/Walikota atau diusulkan oleh Kepala Unit Kerja terkait.

b. Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)/Kelompok

Masyarakat/Lembaga Pemerintah/Lembaga Non Pemerintah yang menguasai lahan dan pelaksana program yang mendapatkan rekomendasi dan diusulkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

c. Penerima bantuan bersedia melaksanakan kegiatan P3BTP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Syarat Penerima Bantuan

a. Penerima bantuan yang belum mendapatkan program bantuan pemerintah yang sejenis (P3BTP/bantuan benih) pada musim tanam yang sama;

b. Penerima bantuan masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta memiliki lahan ataupun menggarap/menyewa dan mau mengikuti seluruh rangkaian kegiatan;

c. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup

menggunakan dana bantuan sesuai peruntukannya dan sanggup mengembalikan dana tersebut apabila tidak sesuai

dengan peruntukannya. Formulir surat pernyataan

sebagaimana pada Lampiran 3.

d. Bersedia menyediakan tenaga kerja dan lahan untuk lokasi produksi benih.

e. Penerima bantuan telah melakukan perjanjian kerjasama produksi dengan mitra (BUMN/BUMD/Swasta).

f. Penerima bantuan melalui transfer uang wajib membuka rekening baru untuk menghindari penolakan oleh sistem pada saat verifikasi dokumen di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

(26)

g. Bagi kelompoktani penerima bantuan kegiatan P3BTP tahun anggaran 2020, dapat menggunakan rekening sebelumnya yang masih aktif dengan persyaratan saldo dana bantuan pemerintah di rekening harus nol.

h. Untuk keberlanjutan program P3BTP, penerima bantuan dapat menerima bantuan pemerintah (sarana produksi) pada musim tanam yang berbeda dalam tahun anggaran yang sama atau

selama maksimal dua musim tanam berturut-turut,

berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan pada musim tanam sebelumnya.

5. Prosedur Penetapan Penerima Bantuan

a. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan sosialisasi kepada Dinas Pertanian Provinsi tentang Pelaksanaan Kegiatan P3BTP.

b. Kepala Dinas Pertanian Provinsi memberitahukan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, terkait adanya kegiatan Kegiatan P3BTP.

c. Usulan calon penerima bantuan disampaikan oleh Kepala UPT Kecamatan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Usulan dilengkapi dengan Rencana Usaha Kelompok (RUK) yang ditandatangani oleh pengurus kelompok tani (ketua dan bendahara) dan petugas pertanian kecamatan (KCD/PPK/PPL)

yang telah ditunjuk oleh Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota. Formulir sebagaimana lampiran 4, 5 dan 6.

d. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota memfasilitasi

kerjasama/kemitraan antara penerima bantuan dengan

produsen benih. Kerjasama dimaksud berupa kerjasama produksi benih. Apabila dipandang perlu untuk penambahan modal kerja, dapat dilakukan kerjasama permodalan dengan lembaga pembiayaan yang sah (KUR).

e. Kerjasama penerima bantuan dengan mitra dibuktikan dengan Perjanjian Kerjasama (contoh lampiran 11) yang diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Perjanjian kerjasama minimal berisi antara lain :

(27)

- Tujuan kerjasama

- Lokasi dan luas produksi benih yang dikerjasamakan - Varietas yang digunakan

- Hak, kewajiban dan kesepakatan para pihak.

f. Dinas Pertanian Kabupaten/Kota memverifikasi dokumen usulan, yang selanjutnya apabila telah memenuhi persyaratan, diterbitkan Surat Keputusan (SK) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota tentang Penetapan CPCL Penerima Bantuan P3BTP sebagaimana pada Lampiran 8.

g. Daftar usulan penerima bantuan serta file softcopy data CPCL dengan format MS excel dilampiri surat pernyataan kebenaran CPCL dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan Rencana Usaha Kelompok (RUK) disampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi, sebagaimana pada Lampiran 7 dan 9.

h. Kepala Dinas Pertanian Provinsi menugaskan UPTD BPSB-TPH untuk melakukan verifikasi terhadap penerima bantuan (kelayakan lahan dan calon penangkar) yang diusulkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, sebagai bahan pertimbangan penerbitan surat persetujuan penerima bantuan. Formulir verifikasi kelayakan lahan dan calon penangkar (penerima bantuan) sebagaimana pada Lampiran 12.

i. Kepala Dinas Pertanian Provinsi melakukan verifikasi terhadap

kelengkapan dokumen calon penerima bantuan dan

menerbitkan surat persetujuan, sebagaimana Lampiran 13. Untuk alokasi kegiatan P3BTP yang bersumber dari Anggaran Tugas Pembantuan, tidak diperlukan surat persetujuan kepala Dinas Pertanian Provinsi.

j. Kepala Dinas Pertanian Provinsi menyampaikan berkas usulan

penerima bantuan kegiatan P3BTP kepada Direktur

Perbenihan untuk alokasi anggaran dari Pusat, terdiri dari: 1). Usulan calon penerima bantuan dari Kepala UPT

Kecamatan.

2). Rencana Usaha Kelompok (RUK) dan Surat Tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota tentang Penugasan

(28)

Petugas Lapangan untuk menyetujui RUK dan melakukan pengawalan kegiatan.

3). SK Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota tentang Penetapan CPCL Penerima Bantuan.

4). Surat Pernyataan Kebenaran CPCL yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

5). Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

6). Surat Persetujuan CPCL dari Kepala Dinas Pertanian Provinsi.

7). Surat Perjanjian Kerjasama antara PPK dengan kelompok

tani yang diketahui Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota dan/atau Kepala Bidang yang membidangi tanaman pangan, merupakan bagian tidak terpisahkan dari petunjuk pelaksanaan ini.

k. PPK menetapkan penerima bantuan Kegiatan P3BTP untuk selanjutnya disahkan oleh KPA.

l. Setelah pengesahan oleh KPA, maka bantuan Pemerintah melalui mekanisme transfer uang dapat diproses dan didistribusikan ke penerima bantuan.

m. Apabila waktu tanam sudah mendesak (tidak dimungkinkan mundur tanam), sambil menunggu proses persetujuan dari Dinas Pertanian Provinsi (untuk sumber anggaran dari Pusat) dan Penetapan Penerima Bantuan Pemerintah oleh PPK, calon penerima bantuan kegiatan P3BTP yang telah ditetapkan melalui

SK Penetapan CPCL oleh Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota, dapat bekerjasama dengan pihak terkait dalam penyediaan sarana produksi untuk penangkaran sesuai RUK.

(29)

1) Fasilitasi Kerjasama 4) MOU Kerjasama Dinas Pertanian Kab/Kota 2) Usulan CPCL dari UPT Kecamatan Poktan/ Gapoktan Usulan Rekomendasi BPSB Dinas Pertanian Provinsi BUMN/ BUMD/ Swasta Sarana Produksi

Prosedur penetapan penerima bantuan kegiatan P3BTP dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :

7) Penetapan

8) Pengesahan 6) Penugasan Verifikasi Lahan

dan Calon Penangkar (Penerima Bantuan) 5) Verifikasi Dokumen Usulan 3) Verifikasi Dokumen Usulan

Gambar 1. Prosedur Penetapan Penerima Bantuan

KPA PPK

Kerjasama dapat berupa : 1. Kerjasama Produksi dan

Pemasaran Benih 2. Kerjasama Permodalan

(Lembaga Pembiayaan yang Sah)

(30)

N O Kegiatan 2020 2021 D e s J a n F e b M a r A p r M e i J u n J u l A g s S e p O k t N o v D e s 1 Perencanaan Anggaran 2 Sosialisasi Kegiatan 3 Usulan Calon Penerima

Bantuan dari Kepala UPT Pertanian Kecamatan

4 Usulan Calon Penerima Bantuan dan Kerjasama dari Dinas Pertanian Kab/Kota

5 Verifikasi Lahan dan Calon Penerima bantuan oleh BPSB 6 Verifikasi Kelengkapan

Dokumen oleh Dinas Pertanian Provinsi 7 Penetapan Penerima

Bantuan dan Kerjasama oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Usulan Ke Pusat (PPK dan KPA) 8 Proses Pencairan Dana

Bantuan oleh PPK 9 Pelaksanaan Tanam 1 0 Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan 7. Pemanfaatan Hasil

Untuk memenuhi kebutuhan benih dalam kegiatan Bantuan

Benih satker Pusat dan Tugas Pembantuan baik melalui e-catalog maupun secara penunjukan langsung atau mekanisme

lainnya sesuai aturan yang berlaku, Dinas Pertanian

Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memanfaatkan produksi benih dari kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP).

(31)

D. Mekanisme Pengadaan, Penyaluran dan Pertanggung jawaban Bantuan

1. Mekanisme Penyaluran Bantuan

a. Berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara PPK dengan ketua penerima bantuan mengajukan permohonan pembayaran dana bantuan kepada KPA (Lampiran 14).

b. Permohonan transfer uang dilampiri dengan kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan (Lampiran 15).

c. Berdasarkan Surat Keputusan PPK tentang Penetapan

Penerima Bantuan Kegiatan P3BTP, PPK mengajukan SPP LS kepada KPA melalui PP-SPM untuk pembayaran kepada kelompok tani penerima bantuan.

d. PP-SPM melakukan pengujian dokumen tagihan dan ketersediaan anggaran untuk diterbitkan SPM dan selanjutnya pengajuan SP2D ke KPPN.

e. Proses pembayaran dana bantuan kegiatan P3BTP Berbasis Korporasi Petani dengan transfer uang kemudian dituangkan dalam Berita Acara Pembayaran yang ditandatangani antara PPK dengan ketua kelompok tani/penangkar (Lampiran 16).

2. Mekanisme Pengadaan

a. Penerima bantuan membeli secara langsung sarana produksi pertanian yang dibutuhkan sebagaimana pada Lampiran 2 dari toko, kios, produsen benih atau distributor.

b. Benih sumber, tetua/parent seed dapat dibeli dari Badan Litbang Pertanian, Balai Benih atau dari produsen benih dengan mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan.

(32)

(asli) dan copy bukti pembelian. Bukti pembelian sarana produksi dapat berupa kuitansi, faktur, nota pembelian dan lain-lain.

d. Kebenaran dokumen tanda bukti pembelian sarana produksi kegiatan P3BTP menjadi tanggung jawab penerima bantuan.

e. Dinas Pertanian Kabupaten/Kota melalui Petugas

Lapangan mengumpulkan bukti pembelian sarana

produksi.

3. Mekanisme Pertanggungjawaban

a. Petugas lapangan menyusun rekapitulasi penggunaan anggaran sesuai dengan bukti pembelian dari kelompok tani. Rekapitulasi disahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan diserahkan kepada PPK.

b. Dalam hal terdapat sisa anggaran, kelompok tani harus mengembalikan sisa anggaran tersebut ke kas negara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Penerima bantuan menyusun Laporan Kemajuan

Penyelesaian Pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan kepada PPK Kegiatan P3BTP (Lampiran 17 dan 18).

4. Ketentuan Perpajakan

Ketentuan perpajakan dalam penggunaan dana dalam

penggunaan dana bantuan pemerintah TA 2020

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku terkait perpajakan.

5. Ketentuan Sanksi

Sanksi diberikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(33)

Anggaran pelaksanaan Kegiatan P3BTP bersumber dari APBN TA 2021, sesuai DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran)/POK (Petunjuk Operasional Kegiatan), yang dialokasikan di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

(34)

28

IV. PENGAWALAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Pengawalan

Pengawalan dan pendampingan teknologi dilakukan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian (Puslitbangtan, BB Padi, Balitsereal, Balitkabi, BPTP Provinsi), Perguruan Tinggi, Dinas Pertanian Provinsi, BPSBTPH Provinsi, BPTPH Provinsi, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dan mitra.

B. Monitoring

Dalam upaya meningkatkan efektivitas Kegiatan P3BTP TA 2020, maka dilakukan monitoring yang dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan kegiatan baik oleh Petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan monitoring, antara lain:

1. Perkembangan penyaluran bantuan Pemerintah meliputi kesesuaian jumlah, jenis, waktu, lokasi dan penerima bantuan. 2. Perkembangan kemajuan pelaksanaan Kegiatan P3BTP.

C. Evaluasi

Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas pusat, provinsi dan kabupaten/kota setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Evaluasi dilakukan untuk mengindentifikasi

berbagai permasalahan yang timbul maupun tingkat

keberhasilan yang dapat dicapai dalam pelaksanaan Kegiatan P3BTP sehingga dapat diketahui tindakan korektif sedini mungkin.

D. Pelaporan

Kegiatan pelaporan dilaksanakan secara berjenjang yaitu dari Petugas Pendamping Lapangan ke Dinas Pertanian Kabupaten/ Kota, dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke Dinas Pertanian Provinsi dan dari Dinas Pertanian Provinsi ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan c/q Direktorat Perbenihan.

(35)

1. Laporan awal (Lampiran 19);

2. Laporan perkembangan kegiatan (Lampiran 20); dan

3. Laporan akhir (Lampiran 21). Laporan akhir memuat hasil evaluasi, kesimpulan, dan Laporan Kemajuan Penyelesaian Pekerjaan.

Laporan pelaksanaan kegiatan serta dokumen BAST

pengelolaan bantuan pemerintah disampaikan ke Direktorat Perbenihan Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu–Jaksel 12520; Telp. (021) 7806262 ; Faximile (021) 7802930.

Kinerja penyampaian laporan, serapan anggaran dan capaian produksi merupakan salah satu dasar pengalokasian anggaran Tahun 2021 dan tahun-tahun berikutnya sebagai penerapan asas reward and punishment.

(36)

30

IV. PENUTUP

Kegiatan P3BTP TA 2021 merupakan kegiatan yang dikembangkan

dengan strategi memberdayakan petani dalam penyiapan benih Padi Inbrida, Padi Hibrida, Jagung Hibrida, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau dan Sorgum bersertifikat.

Pengembangan Perbenihan dilaksanakan secara terpadu dan berkelanjutan mulai dari hulu sampai hilir dalam suatu sistem Usaha Tani dengan memperhatikan aspek sosial budaya, aspek teknis (sains dan teknologi), aspek ekonomi dan aspek ekologi atau lingkungan. Pelaksanaan kegiatan ini akan berhasil apabila didukung oleh seluruh pemangku kepentingan baik hulu, onfarm maupun hilir serta terciptanya koordinasi, sinkronisasi dan sinergis pada setiap tingkat mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai tingkat Desa. Disamping itu, kecepatan pengambilan keputusan dalam

menyelesaikan masalah dan komitmen seluruh pemangku

(37)
(38)

ALOKASI INDIKATIF KEGIATAN PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN

PANGAN (P3BTP) TA 2021

NO JENIS BENIH LUAS PENANGKARAN

(HA) 1 Padi Inbrida *) 11.360 2 Padi Hibrida 500 3 Jagung Hibrida 3.000 4 Kedelai 1.000 5 Kacang Tanah 300 6 Kacang Hijau 300 7 Sorgum 50 16.510

Keterangan : *) Pusat 1.360 ha dan Provinsi 10.000 ha.

Jumlah

(39)

SATUAN BIAYA PER HA

KEGIATAN PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN PANGAN (P3BTP) TAHUN ANGGARAN 2021

NO KEGIATAN UNIT COST (Rp)

BIAYA (Rp)

A Padi Inbrida 1 Ha 1.675.000 1.675.000

1 Benih Sumber 1 Ha 300.000 300.000

2 Pupuk (Urea/SP 36/NPK/Organik dll) 1 Paket 1.170.000 1.170.000

3

Pestisida (insektisida, fungisida) dan Herbisida 1 Paket 200.000 200.000

4 Sertifikasi benih 1 Paket 5.000 5.000

B Padi Hibrida 1 Ha 8.195.000 8.195.000

1 Benih Sumber (CMS dan Restorer) 1 Ha 2.650.000 2.650.000

2Pestisida (insektisida, fungisida), Herbisida

dan lain-lain 1 Paket 3.825.000 3.825.000

3 Pupuk (Urea/SP36/NPK/KCl dll) 1 Paket 1.720.000 1.720.000

C Jagung Hibrida 1 Ha 5.000.000 5.000.000

1 Benih Sumber (tetua Jantan dan Betina) 1 Ha 2.500.000 2.500.000

2 Pestisida (insektisida, fungisida) dan Herbisida 1 Paket 990.000 990.000

3 Pupuk (Urea/SP36/NPK/Organik/dll) 1 Paket 1.510.000 1.510.000

D Kedelai 1 Ha 1.801.500 1.801.500

1 Benih Sumber 1 Ha 675.000 675.000

2 Pupuk (NPK/Urea/dll) dan Rhizobium 1 Paket 726.500 726.500 3 Pestisida (insektisida, fungisida) dan Herbisida 1 Paket 400.000 400.000

E Kacang Tanah 1 Ha 2.262.500 2.262.500

1 Benih Sumber 1 Ha 1.962.500 1.962.500

2 Pupuk (Urea/SP 36/NPK/PGPR, dll) 1 Paket 100.000 100.000 3 Pestisida (insektisida, fungisida) dan Herbisida 1 Paket 200.000 200.000

F Kacang Hijau 1 Ha 975.000 975.000

1 Benih Sumber 1 Ha 675.000 675.000

2 Pupuk (Urea/SP 36/NPK/PGPR, dll) 1 Paket 100.000 100.000 3 Pestisida (insektisida, fungisida) dan Herbisida 1 Paket 200.000 200.000

G Sorgum 1 Ha 750.000 750.000

1 Benih Sumber 1 Ha 250.000 250.000

2 Pupuk (Urea/SP 36/NPK/PGPR, dll) 1 Paket 300.000 300.000 3 Pestisida (insektisida, fungisida) dan Herbisida 1 Paket 200.000 200.000

VOLUME

Keterangan :

1. Jenis dan volume kebutuhan disesuaikan kebutuhan riil masing-masing penerima bantuan yang dituangkan dalam bentuk RUK

2. Harga satuan untuk masing-masing jenis kebutuhan adalah harga wajar setempat yang dapat dipertanggungjawabkan 3. Harga benih sumber, tetua jantan dan betina atau CMS dan Restorer adalah sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh BB Padi/Balitsereal/produsen benih jagung hibrida ditambah ongkos kirim. Apabila menggunakan varietas non litbang, maka komponen biaya benih sumber tidak diusulkan dalam RUK dan jika sudah ditransfer ke rekening poktan harus dikembalikan ke kas negara. Khusus untuk daerah yang sulit dijangkau yang memerlukan ongkos kirim tidak sesuai pagu, dapat ditambahkan dari komponen lainnya dengan disertai surat pernyataan dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota,sebagaimana lampiran 22.

4. RAB diatas merupakan pagu maksimal apabila ada komponen biaya yang tidak dipergunakan, maka RUK yang diusukan dapat dibawah pagu RAB tersebut (tidak diperbolehkan untuk mengganti dan menambah komponen lain, contoh : sisa biaya benih sumber tidak boleh untuk menambah biaya pestisida dan pupuk).

(40)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah nama :………. selaku Ketua Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani/Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)/Kelompok Masyarakat/Lembaga Pemerintah/Lembaga Non Pemerintah *) ...Desa …..………….. Kecamatan ... Kabupaten ……… dengan ini menyatakan bahwa :

1. Dana bantuan belanja barang yang kami terima akan kami gunakan untuk pembelian/pengadaan prasarana dan sarana dalam rangka produksi dan prosesing benih kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) TA 2021;

2. Bersedia dan sanggup untuk melaksanakan kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) TA 2021 dan sanggup mengembalikan dana bantuan belanja barang apabila tidak sesuai peruntukannya.

Demikian Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. ……… 2021 Mengetahui, KCD/KUPTK/KPK Kecamatan ... ttd dan cap/stempel ( ...) Ketua Kel.Tani/Gapoktan* Materai 6.000 ttd dan cap/stempel (...)

* Coret yang tidak perlu

(41)

Kabupaten : Kecamatan : Komoditas :

DAFTAR USULAN PENERIMA DANA BANTUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN PANGAN (P3BTP) TA 2021

No Kecamatan/ Desa

Kelompok

Tani/Gapoktan/LMDH/KUB/Kelompok Masyarakat/ Lembaga Pemerintah/Lembaga Non Pemerintah *)

Nama Ketua NIK Jumlah Anggota (Orang) Luas Areal (Ha) Titik

Koordinat Varietas Yang Ditangkarkan

Jadwal Pelaksanaan

Jumlah *) Pilih salah satu

Kepala UPT Kecamatan

ttd dan Cap/Stempel

(...………) Lampiran 4

(42)

(Kop surat Dinas Pertanian Kabupaten/Kota) SURAT TUGAS

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

NIP :

Jabatan : Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota... Memberikan penugasan kepada :

Nama :

NIP :

Jabatan :

Wilayah kerja : Kecamatan ..., untuk :

1. Menandatangani Rencana Usaha Kelompok yang dibuat oleh Kelompok

Tani/Gabungan Kelompok Tani/Lembaga Masyarakat Desa Hutan

(LMDH)/Kelompok Masyarakat/ Lembaga Pemerintah/Lembaga Non Pemerintah *) sebagai Penerima Bantuan Pemerintah Kegiatan Pengembangan Petani

Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BTP) TA 2021.

2. Melakukan pengawalan Kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BT) TA 2021.

Demikian surat penugasan ini, agar dipergunakan sebagaimana mestinya. ..., 2021

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota...

Ttd/Cap/Stempel

(...) NIP.

*) Coret yang tidak perlu

(43)

RENCANA USAHA KELOMPOK (RUK)

PENGEMBANGAN PRODUSEN BENIH TANAMAN PANGAN (P3BT) TA 2021

Nama Kelompok Tani : Alamat

Luas Lahan (Ha) : Jumlah Anggota :

Komoditas : Padi Inbrida/Padi Hibrida/ Jagung Hibrida/Kedelai/Kc Tanah/ Kc Hijau/Sorgum*)

No. Uraian Jenis kebutuhan saprodi *)

Volume Satuan Biaya (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Ket.

JUMLAH Keterangan:

Jenis barang yang akan dibeli, disesuaikan dengan kebutuhan kelompok. Nomor Rekening :... atas nama Kel. Tani...

..., ...2021 KCD/KUPT/KPK/PPL Ttd dan Cap/Stempel Bendahara Kel. Tani Ttd

Ketua Kel. Tani Ttd dan Cap/Stempel (...) (...) (...)

Mengetahui dan Menyetujui,

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Eselon III yang mewakili Ttd dan Cap/Stempel

(44)

KOP Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jabatan :

Instansi :

Dengan ini menyatakan bahwa Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) Kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BT) Tahun Anggaran 2021 untuk komoditas padi inbrida/padi hibrida/jagung hibrida/kedelai/kacang tanah/kacang hijau/sorgum *), benar adanya dan telah dilakukan verifikasi sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Apabila pernyataan ini tidak benar, maka kami bersedia bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

..., ... 2021

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota……...,

Stempel dan ttd

(……… ...) NIP.

*) Coret yang tidak perlu

(45)

(Kop Surat Kabupaten/Kota)

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN……….. NOMOR ………

TENTANG

PENETAPAN CALON PETANI DAN CALON LOKASI (CPCL) KEGIATAN PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN PANGAN (P3BT) UNTUK

KOMODITAS PADI INBRIDA/PADI HIBRIDA/JAGUNG HIBRIDA/KEDELAI/KACANG

TANAH/KACANG HIJAU/SORGUM *) DI KABUPATEN……….

TAHUN ANGGARAN 2021

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DINAS KABUPATEN………..

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung ketahanan pangan perlu diupayakan melalui peningkatan produksi untuk menjamin kecukupan produksi tanaman pangan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan tanaman pangan;

b. bahwa peningkatan produksi tanaman pangan diarahkan pada peningkatan produktivitas melalui pengembangan varietas unggul baru dengan produktivitas tinggi;

c. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana produksi dari bantuan Pemerintah perlu ditetapkan kelompok tani penerima bantuan kegiatan pengembangan petani produsen benih tanaman pangan untuk komoditas padi inbrida/padi hibrida/jagung hibrida/kedelai/kacang

tanah/kacang hijau/sorgum*) Tahun Anggaran 2021;

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

(46)

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6410);

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6412)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5423);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

12. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212);

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negar.

(47)

atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga;

16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35 Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2021;

17. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 250/HK.310/C/12/2020 tentang tentang Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2021;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN ... TENTANG PENETAPAN CALON PETANI DAN CALON LOKASI (CPCL) KEGIATAN PENGEMBANGAN PETANI PRODUSEN BENIH TANAMAN PANGAN (P3BTP)

UNTUK KOMODITAS PADI INBRIDA/PADI HIBRIDA/JAGUNG

HIBRIDA/KEDELAI/KACANG TANAH/KACANG HIJAU/SORGUM *) TAHUN

ANGGARAN 2021 DI KABUPATEN ...

KESATU : Penetapan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) Kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan Untuk Komoditas Padi Inbrida/Padi

Hibrida/Jagung Hibrida/Kedelai/Kacang Tanah/Kacang Hijau/Sorgum *) TA 2021

di Kabupaten...sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini. KEDUA : Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) sebagaimana pada diktum KESATU

merupakan calon penerima bantuan Kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan Untuk Komoditas Padi Inbrida/Padi Hibrida/Jagung

Hibrida/Kedelai/Kacang Tanah/Kacang Hijau/Sorgum *) TA 2021 sesuai dengan

ketentuan dan peraturan yang berlaku;

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

(48)

pada tanggal

KEPALA DINAS KABUPATEN …... Stempel dan ttd

Tembusan :

………...………. NIP.

1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan 2. Bupati Kabupaten ...

3. Kepala Dinas Pertanian Provinsi... 4. dan seterusnya...

(49)

Lampiran :

Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ... Nomor : ...

Tentang : Penetapan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) Kegiatan Pengembangan Petani Produsen Benih Tanaman Pangan (P3BT) TA 2021

Jenis Benih : Padi Inbrida/Padi Hibrida/Jagung Hibrida/Kedelai/Kacang Tanah/Kacang Hijau/Sorgum *) No Kecama tan/ Desa Poktan/Gapoktan/ LMDH/KUB/Pokmas/ Lmbg Pemerintah/ Lmbg Non Pemerintah *) Nama Ketua NIK Jumlah Anggota (Orang) Luas Lahan

(Ha) koordinat Titik

Varietas Yang Ditangkarkan Nilai (Rp) Jadwal Pelaksanaan \ ...……, …….…... 2021 Kepala Dinas Pertanian Kab/Kota

ttd dan Cap/Stempel

(………...……..) NIP

(50)

(Kop Dinas Pertanian Kabupaten/Kota)

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK Nomor: ...

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jabatan :

Instansi :

Menyatakan bahwa biaya sarana produksi, yang diusulkan pada SK Penetapan CPCL Nomor...adalah wajar sesuai dengan kondisi setempat. Apabila pernyataan ini tidak benar, maka kami bersedia bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

...,...2021 KEPALA DINAS PERTANIAN

KABUPATEN/KOTA…………

Stempel dan ttd

... NIP

*) yang digaris bawah khusus untuk padi inbrida

Gambar

Gambar 1. Prosedur Penetapan Penerima Bantuan

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga kesejahteraan petani pada tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan petani sebelumnya, Nilai tukar petani tanaman pangan di Kabupaten Lombok Barat pada tahun

Pengelolaan anggaran mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan 49 / PMK.. PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN

LOKASI PELAKSANAAN SELEKSI KOMPETENSI DASAR (SKD) CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS).. KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

Jabatan : Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia Yang bertandatangan untuk dan atas nama Menteri Pertanian berkedudukan di Jalan AUP Nomor 3

Strategi untuk pengembangan tanaman pangan di Kecamatan Kawangkoan Barat yaitu para petani memanfaatkan sumberdaya dan keterampilan dalam mengelola tanaman pangan jagung

Perkembangan industri benih pada suatu daerah, tidak terlepas dari tingkat kemampuan dan pengetahuan dari produsen atau pengedar benih yang bersangkutan tentang

Proses produksi benih yang dilaksanakan oleh Balai Lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan, yaitu Balai Pengembangan Benih Padi, balai Pengembangan Benih Palawija, Balai

Masalah yang kedua berkaitan dengan sumber daya manusia, UPTD Balai Pengembangan Benih Padi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat sangat membutuhkan