3.1. Metode Kajian
BAB III
METODOLOGI
ivieiode kajian yang digullakan adaiah kajian komuniias ekspianasi, yaiiu pencarian pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang berbagai aspek
C'nc:-i"::)l " .... rY'Illni+~S mo'a'ui .ovsnl~nas; 'moniolaskan) fa"'or pon"obab sua'" ... v ... ,. .... , '~V"' ... '''<.... I , ... , , I ... ,~ pIa. ' \ , ... ,'J .... , \ .u .... '7... U."
kejadian/gejala sosial yang dipertanyakan, atau mengidentifikasi jaringan sebab akibat berkenaan dengan suatu kejadian atau gejala sosial melaui data kualitatif. Kajian ini difokuskan bagaimana penguatan kapasitas koperasi dalam pengelolaan organisasi dan kerjasama yang lebih optimal, baik dalam pengelolaan, penambahan modal dan kemitraan, yang mendukung penguatan kapasitas koperasi untuk memberdayakan penyandang tuna netra di Kelurahan Pasirkaliki.
Dalam kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan harapan dapat memperoleh informasi seeara mendalam dan mengetahu: per:st!wa peristiwa yang terjadi dalam komunitas penyandang tuna netra. Pendekatan kualitatif untuk memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh dari pola perilaku, tindakan dan interaksi anggota dan pengurus koperasi terse but serta dukungan pihak luar terhadap koperasi. Dengan mempertimbangkan aras kajian tersebut, maka tipe kajian ini lTlenggunakan aras kajian subyektif-mikro, yaitu upaya memahami sikap, pola perilaku dan upaya-upaya yang ada berkaitan dengan masalah yang dipertanyakan, dengan menggunakan strategi studi kasus (Sitorus dan Agusta, 2005)
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian
Kajian pengembangan kapasitas kelembagaan koperasi penyandang tuna netra dilakukan di Kelurahan Pasirkaliki, Keo::amatan Cieendo, Kota Bandung, Propinsi Jawa Bara!. Pemilihan terhadap kelurahan tersebu! dilakukan seeara sengaja dengan maksud menemukan tempa! yang relevan dengan tujuan penelitian. Dasar pertimbangan dari pemilihan Kelurahan Pasirkaliki sebagai lokasi kajian antara lain sebagai beriku! :
(1) Kelurahan tersebut merupakan kelurahan yang banyak diminati untuk tempat tinggal penyandang tuna netra. Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan, terdapat 102 penyandang tuna netra tinggal dikelurahan Pasirkaliki.
(2) Koperasi penyandang tuna netra merupakan koperasi yang dibentuk mumi dari a3pirasi dan dorongan kominitas penyandang tuna netra yang ada pada kelurahan tersebut.
(3) Penulis mempunyai pengalaman yang cukup dalam mengenal wilayah serta komunitas penyandang tuna netra yang ada di kelurahan tersebut sehubungan dengan pekeljaan penulis sebagai Pekelja So sial di Panti Sosial Sina Netra Wyata Guna yang berdomisili di kelurahan Pasirkaliki.
Waktu kajian dHakl!kan secara bertahap dan telah diawali cfengan pemetaan so sial masyarakat Kelurahan Pasirkaliki pada bulan Nopember 2005 dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi program pengembangan masyarakat yang berkenaan dengan pengembangan kelembagaan koperasi penyandang tuna netra pad a bulan Maret 2006. Sedangkan kajian mendalam tentang pengembangan kelembagaan koperasi serta penyusunan program kegiatan dilaksanakan pad a bulan Juli sampai Agustus 2006.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam kajian lapangan adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dali informan dan hasil pengamatan lapangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dali data statistik, dokumenllaporan atau publikasi yang diperoleh dali kelurahan atau instansi teknis terkait serta kcperasi, seperti monografi kelurahan, laporan tahunan dan dokumen lainnya.
3.3.1. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan langsung di lapangan yaitu mengamati kondisi fisik saran a dan prasarana koperasi, pengelolaan organisasi, serta aktivitas pengurus dan anggota dalam berkoperasi. Observasi langsung menu rut Adimihalja dan Hikmat (2004), merupakan metode perolehan informasi yang mengandalkan pengamatan langsung di lapangan, baik menyangkut objek, kejadian, proses, hubungan maupun kondisi masyarakat dan lingkungan alam yang berkaitan dengan proses dialog. Observasi langsung ke lokasi penelitian dilaksanakan hingga data dirasakan cukup terpenuhi.
Melalui kegiatan observasi pengkaji dapat memperoleh data bahwa hubungan sosial yang terjadi antara pengurus dan anggota telah be~alan dengan baik. Ada kepercayaan yang kuat dari anggota kepada pengurus demikian juga dari pengurus kepada anggola. Koperasi penyandang tuna netra ini belum bisa berfungsi dan berjalan dengan baik dikarenakan adanya masalah-rnasalah yang belum dapat teratasi baik masalah yang berasal dari dalam koperasi maupun yang berasal dari luar koperasi. Masalah-masalah tersebut diantaranya kesulitan pen gurus untuk bisa meningkatkan modal baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar. Manajemen koperasi belum bisa dikerjakan dengan benar karena keterbatasan pengetahuan pengurus. Kegiatan usaha koperasi hanya satu jenis yaitu simpan pinjam sedangkan untuk membuka us~ha lain masih sulit untuk dapat direalisasikan. Jaringan pengurus dengan pihak luar belum dapat dilakukan karena keterbatasan pengurus dalam memperoleh informasi untuk dapat menjangkau akses.
3.3.2. Wawancara
Wawancara mendalam, yaitu cara pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan kajian melalui temu muka atau temu wicara yang dilakukan pengkaji dengan tineliti ~nforman). Pertanyaan yang diajukan tidak berdasarkan struktur tertentu tetapi terpusat pada satu pokOk tertentu. Menurut Sitorus dan Agusta (2005), wawancara mendalam merupakan proses temu muka berulang antara peneliti dan subyek tineliti. Melalui wawancara mendalam yakni menggali informasi secara mendalam dari subyek informan yang dipilih sehingga mendapat data yang lengkap. Untuk melaksanakan hal tersebut, pengkaji terjebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara yang berkenaan dengan informasi yang ingin diperoleh dari subyek kajian.
Wawancara mendalam dilaksanakan kepada penyandang tuna netra selaku anggota dan pengurus koperasi, masyarakat yang mempunyai pengalaman dalam berkoperasi, lembaga-Iembaga baik yang ada di masyarakat, pemerintah maupun swasta yang terkait dengan usaha pengembangan koperasi. Seperti dengan Kelurahan Pasirkaliki, P2KP Kelurahan Pasirka.liki, Dinas Koperasi, Dinas Sosial, PT Bio Farma, BK3S Propinsi Jawa Barat, Koperasi PSBN Wyata Guna, Hotel Griya Indah dan Koperasi PERTUNI Jawa Barat.
memperoleh informasi secara kasar atau mengecek informasi yang telah diperoleh dari pihak lain. Sedangkan secara individual dimaksudkan untuk memperoleh informasi lebih dalam yang tidak didapat pad a wawancara kelompok.
3.3.3. Diskusi KeJompok Terarah
Saharudin (2005) menjelaskan bahwa diskus; kelompok terarah atau
Focus Group Discussion merupakan suatu forum yang dibentuk untuk saling membagi informasi dan sebagai pengalaman diantara para peserta diskusi dalam satu kelompok untuk membahas masalah khusus.
Kegiatan diskusi kelompok terarah diiaksanakan berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada saat wawancara. Dalam kajian ini FGD dilaksanakan sebanyak dua kali. Yang pertanra diskusi kelompok terarah yang diikuti oleh pengurus dan anggota koperasi. Kegiatan ini dipandu oleh salah seorang peserta diskusi yattu ketua koperasi Indera Raba. Yang menjadi topik bahasan dalam diskusi ini adalah: (1) bagaimana keragaan koperasi saat ini, (2) permasalahan-permasalahan yang ada baik yang dihadapi oleh anggota maupun oleh pengurus, serta (3) harapan-harapan dari anggota maupun pengurus tentang koperasi di masa yang akan datang.
Topik bahasan dalam diskusi kedua adalah: (1) pengungkapan kembali apa yang menjadi permasalahan dan harapan yang ingin dicapai baik oleh anggota, pengurus koperasi maupun stakeholder, (2) membuat rumusan masalah dan prioritas masalah, dan (3) me:mbuat rencana pemecahan masalah.
Setelah kegiatan diskusi kedua berakhir kegiatan dilanjutkan dengan mengadakan lokakarya yang menghadirkan stakeholder. Dalam kegiatan lokakarya ini dipaparkan apa yang menjadi masalah dan solusi pemecahan masalah dalam pengembangan koperasi. Dengan adanya lokakarya
stakeholder dapat memahami rencana pemecahan dan peranan mereka dalam rencana program tersebut, sehingga kemungkinan program dapat diwujudkan lebih memungkinkan.
Rincian data, sumber data, teknik yang digunakan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dapat dilihat pad a Tabel 1, berikut ini:
Tabel 1: Tujuan, Variabel, Parameter, Sumber, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data.
No Tujuan Variabel Parameter Sumber Data Teknik Instrumen
1. Mengetahui ~ Modal - Pengumpulan, Pengurus - Observasi Pedoman
permasalahan - Manajemen penggunaan Anggota - WalN'ancara wawancara
dan keragaan - Kegiatan modal
koperasi usaha
-
Perencanaan, - Jaringan pengorga-nisasjan dan pengawasan - Jenis dan perkembangan usaha - jejaring dengan pihak luar2. Mengetahui - Kapasitas
-
Pengetahuan, - Pengurus - Observasi Pedomanfaktor-faktar pengurus keterampilan - Anggota -Wawancara Wawancara
yang - Kapasitas dan sikap
-
Kelurahanmempengaruhi anggota pengurus dim Pasirkaliki
keragaan
-
Dukungan mengelola-
Dinaskoperasi pemerlntah, koperasi Koperasi
masyarakat - Pengetahuan
-
PSBN dan swasta dan sikap Wyataanggota Guna dalam
-
PTBio mengikuti Farma koperasi-
BKM-
Partisipasi P2KP dan bantuan yang diberikan oleh pemerintah, masyarakat dan swasta3. Menyusun
-
Data-
Malisis - Pengurus Diskusi Pedomanprogram aksi patensl patensi - anggota Kelompok diskusi pengembang- dan dan masalah - Pegawai Terarah
an masalah pengurus kelurahan kelembagaan pengurus dan - Ketua
koperasi dan ang90ta P2KP
an9gota - Penetapan - Staf
- Potensi alternatif Dinas dan masalah Koperasl masalah
-
Analisis - Pengurus koperasi atternatif Koperasi-
Rencana program PSBNke~a
-
Penentuan Wyataprogram aksi Guna
-
Pelaksanaan - Pengurusprogram aksi Koperasi masyarakat
- Pegawai
PTBio Farma
3.5. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah memasukan data ke tabuiasi atau komputer serta dibuat tabel frekuensi dan tabel silang. Sebelumnya data sudah harus diedi: baik pad a tahap pengisian kuesioner, pengkodean, maupun pada tahap pemindahan lembaran kode ke komputer (Sitorus dan Agusta, 2005). Dengan demikian pengolahan data disesuaikan dengan kebutuhan dari kajian. Untuk menganalisis penguatan kapasitas koperasi digunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode analisi kualitatif akan menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan dan orang-orang atau perilaku yang dapat diamati di lapangan. Pendekatan kuantitatif adalah dengan mengolah dan menganalisis data dengan menggunakan tabulasi frekwensi, seperti data jumlah penduduk menurut umur, tingkat pendidikan, disajikan menggunakan tabel.
Sitorus dan Agusta (2004) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif meliputi tiga jalur, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dalam melakukan reduksi data pengkaji berusaha memilah dari data-data yang terkumpul dengan cara menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang atau mengabaikan data yang tidak perlu. Pemilihan ini didasarkan kepada tujuan dari pen gada an penelitian. Dengan melakukan reduksi data maka pengorganisasian data dan kesimpulan akhir dapat diambil.
Dalam membuat penarikan kesimpulan pengkaji tenebih dahulu melakukan verifikasi atas kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan tersebut diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara: (1) memikir ulang selama penulisan, (2) tinjauan ulang pad a catatan-catatan lapangan, (3) peninjauan kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubyektif.
3.6. Metode Perancangan Program
Metode perancangan program dalam kajian ini menggunakan metode
Logical Framework Analysis (LFA), seperti yang dikemukakan oleh Sumardjo dan Saharudin (2005) dengan tahapan kegiatan yang dilakukan, sebagai berikut:
Tahap pertama: Melaksanakan analisis masalah melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah dan Partisipatory Assesment Method yang menghasilkan prioritas masalah. Pada tahap ini dilakukan identifikasi potensi dan penmasalahan yang dihadapi pengurus, anggota dan pihak luar (pemerintah, masyarakat dan swasta). Pertemuan dilakukan secara terpisah antara
pengurus,anggota, tokoh masyarakat, aparat pemerintah kelurahan, pihak Dinas Koperasi, pihak PT BIO Farma dan pihak Hotel Grya Indah. Selanjutnya data yang sudah terkumpul diutarakan pad a saat diskusi kelompok sGsuai dengan identifikasi masalah tersebut.
Tahap kedua: Melaksanakan analisis tujuan. Analisis yang telah dirumuskan, maka langkah selanjutnya melaksanakan analisis tujuan melalui Partisipatory Assesment Method dan diskusi kelompok parsial serta diskusi kelompok seluruh anggota dan pengurus, sehingga memperoleh analisis tujuan yang akan dirumuskan bersama.
Tahap ketiga: Melaksanakan analisis alternatif berdasarkan anaiisis tL~juan yang dirumuskan pada tahap pendahuluan. Pada tahap ini dirancang bersama pengurus dan anggota. Analisis alternatif untuk memilih beberapa pokok kegiatan penting dari beberapa aHematif yang ada. Kegiatan dilakukan melalui diskusi kelompok yang selanjutnya dilaksanakan melalui Partisipatory
Assesment Method .
Tahap keempat: Menyusun analisis stakeholder berdasarkan identifikasi yang sudah dilakukan pada tahap wawancara. Pada tahap ini disusun matrik mengenai siapa saja pihak terkait (stakeholder) yang dimanfaatkan dan dilibatkan dalam perancangan program serta dianalisis mengenai kekuatan masing-masaing stakeholder.
Tahap kelima: Menyusun perencanaan program berdasarkan hasil diskusi dan tanggapan hasil diskusi tersebut. Penyusunan program dilakukan dengan menggunakan metode diskusi yang melibatkan pengurus, anggota, tokoh masyarakat, Dinas Sosial, Dinas Koperasi, PT Bio Fanma dan BKM P2KP Kelurahan Pasirkaliki. Kegiatan diskusi dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu pertama dilaksanakan di Panti Pijat Indera Raba pad a hari kamis, 22 Juli 2005, kedua dilaksanakan hari Sabtu, 14 Agustus 2005 di gedung pertemuan PSBN Wyata Guna. Dalam pertemuan ini peserta diberi kesempatan untuk menanggapi topik pembahasan kemudia'l dilanjutkan dengan kegiatan diskusi kelompok terarah. Dalam forum tersebut peserta diminta mengungkapkan kegiatan yang diinginkan sehubungan dengan penguatan kapasitas koperasi. Setelah kegiatan teridentifikasi kemudian merancang waktu pelaksanaan program dan sumber biaya kegiatan. Dalam melaksanakan kajian ini pengkaji berperan sebagai fasilitator untuk menghimpun data dan informasi serta