• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu fenomena dalam dunia pendidikan yang diamati oleh guru saat ini adalah bagaimana kecenderungan siswa malas untuk melakukan kegiatan menulis tangan. Kecenderungan dan meningkatnya intensitas siswa dalam menggunakan media pengetikan komputer maupun keyboard telepon genggam menimbulkan rasa ketergantungan yang pada akhirnya membuat siswa malas dalam berlatih untuk menulis tangan. Imbasnya dapat kita lihat pada menurunnya kualitas dalam tulisan tangan siswa beberapa tahun terakhir. Beberapa dari siswa malah telah terbiasa dengan kondisi tersebut, memaklumi tulisan tangannya yang buruk dan pada akhirnya malas berlatih karena semakin canggihnya kemajuan teknologi yang ada sebagai alat untuk mempermudah aktivitas manusia khususnya dalam hal menulis.

Fenomena tersebut ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara lain khususnya Amerika Serikat yang coba dibahas dan ditanggulangi oleh Brown (2004: 221) dengan melakukan dan mengupayakan pembelajaran menulis di kelas. Brown mengupayakan bagaimana pembelajaran di kelas harus lebih terorganisir dengan baik dalam hal penyampaian materi, pemberian tugas, maupun proses penilaian yang dilakukan. Negara Indonesia harus turut serta memperbaiki hal tersebut jika tidak ingin keadaan ini semakin parah dengan pesatnya kemajuan teknologi yang ada pada saat ini dan di masa yang akan datang.

Jika ditelisik lebih jauh, menulis tangan merupakan keterampilan yang sepertinya sudah mulai tertinggal di belakang. Sementara dalam aktualisasi kehidupan, masih banyak perusahaan-perusahaan besar yang menggunakan penulisan tangan sebagai syarat dalam menulis formulir berkas melamar pekerjaan. Dalam beberapa kasus lain, menulis juga dijadikan sebagai tolak ukur kepribadian dan inteligensi berpikir seseorang. Hal ini tidak lagi hanya merujuk pada baik tidaknya tulisan tangan, tetapi juga

(2)

bagaimana seseorang memfokuskan pokok pikiran dan mengorganisasi tulisan dengan baik sehingga apa yang ingin disampaikan dapat dengan baik diterima oleh pembaca.

Kurang baiknya tulisan tangan siswa pada akhirnya membuat siswa banyak yang malas untuk melakukan kegiatan menulis. Hal itu menjadi suatu momok yang bagi siswa untuk tidak melakukan kegiatan menulis karena menganggap tulisan tangan yang mereka miliki tidak baik dan terkesan buruk. Kurang intensif dan seriusnya siswa dalam setiap kegiatan menulis sekalipun pada ranah pembelajaran membuat masalah yang ada semakin parah. Akhirnya hal tersebut merambah pada aspek dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan maupun pikiran.

Masalah tersebut pada akhirnya diketahui juga merambah siswa dari dalam negeri khusunya kota Samarinda. Sebuah rubrik di harian Samarinda Pos pada tanggal 15 Mei 2015 mengungkapkan bahwa tidak ada nilai 100 yang didapat oleh siswa SMA di Samarinda. Keadaan ini memiliki ketimpangan ketika dibandingkan dengan nilai di kota Balikpapan yang notabene merupakan kota satu provinsi dengan Samarinda. Bahkan kota Balikpapan yang bukan merupakan ibukota provinsi seperti halnya Samarinda memiliki nilai yang lebih baik dalam bidang bahasa Indonesia. Setelah ditelisik sedikit lebih jauh sesuai dengan data terakhir dari Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) mengungkapkan masalah yang dihadapi siswa khususnya Kalimantan Timur ialah dalam hal mengungkapkan gagasan maupun mencari ide pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas yang ada pada suatu paragraf.

Pembelajaran menulis cerita pendek merupakan salah satu alternatif pilihan yang dimiliki oleh bidang bahasa dan sastra dalam menggali potensi yang dimiliki siswa. Pembelajaran tersebut menekankan pada penggunaan kemampuan berpikir analitis dalam mengemukakan gagasan berupa ide dan tema yang akan diangkat menjadi sebuah cerita. Penelitian oleh Karabutova (2015: 1662) mengungkapkan bahwa pembelajaran cerita pendek sangat baik digunakan dalam pembelajaran menulis karena mencakup aspek yang penting dalam mengungkapkan pemikiran siswa khususnya pada tatabahasa yang digunakan. Pembelajaran cerita pendek juga terbukti meningkatkan motivasi siswa dalam menggunakan kemampuan komunikatif yang dimiliki. Hal ini tentu merupakan

(3)

langkah yang sangat baik dalam memunculkan kembali kemampuan berpikir untuk mengungkapkan gagasan yang dimiliki oleh siswa.

Jika beberapa guru masih menyepelekan pentingnya pembelajaran menulis, ditakutkan siswa hanya akan berkutat pada hal-hal yang bersifat logis dan kurang mementingkan kemampuan siswa dalam mengembangkan kemampuan menulis yang dimiliki, akan terjadi kemerosotan yang semakin dalam pada kemampuan berbahasa siswa di beberapa aspek. Hal ini tentu harus diantisipasi dan ditangani sejak dini sebelum siswa lebih tidak menghargai kemampuan berbahasa sampai pada tingkat yang lebih memrihatinkan lagi. Paling tidak, dengan adanya penelitian ini akan menjadi salah satu upaya untuk membangkitkan lagi gairah siswa dalam keterampilan menulis khususnya dengan pembelajaran inovatif yang telah ditawarkan oleh beberapa ahli kepada guru sebagai alternatif pilihan. Alternatif pilihan yang ada tentu juga harus dilihat guru dari sudut kesesuaian isi pembelajaran dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan yaitu menulis cerita pendek.

Minat membaca juga akan menjadi hal yang akan dilihat seberapa kuat pengaruhnya dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Selain membutuhkan keterampilan menulis yang baik, seseorang yang memiliki minat membaca secara teori akan terus-menerus melakukan kegiatan tersebut tanpa diperintah dan dengan kemamuan sendiri. Minat membaca secara teori juga akan berpengaruh pada kemampuan menulis cerita pendek siswa jika ditinjau dari penguasaan kalimat, keteraturan isi cerita pendek, dan lain sebagainya. Diduga, minat membaca memberikan pengaruh yang kuat dalam kemampuan berpikir siswa untuk memproduksi bahasa. Pada akhirnya minat membaca akan membuat produksi kosakata dan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek akan semakin baik.

Penjelasan di atas seakan dikukuhkan oleh penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Epting et al (2013: 252) dengan judul “Read and think before you write: Prewriting

time and level of print exposure as factors in writing and revision” pada Journal of Writing Research. Penelitian tersebut melakukan uji pada dua kelompok siswa, siswa

yang diberi waktu berpikir dan juga membaca buku cetak sebelum menulis untuk mendapat inspirasi mengenai hal yang akan ditulis. Waktu berpikir (prewriting time)

(4)

diberikan pada dua kelompok siswa, kelopok pertama mendapat waktu 10 detik sedangkan kelompok kedua mendapat waktu 70 detik. Selain itu dibedakan pula siswa dari bahan bacaan yang pernah dibaca, ada siswa yang jarang membaca buku dan siswa yang sering membaca buku. Hasil penelitian tersebut mendapati bahwa siswa yang mendapat waktu 70 detik sebelum menulis mendapat nilai rata-rata lebih tinggi dari siswa yang hanya mendapat waktu 10 detik. Selain itu, waktu jeda yang digunakan serta kesalahan kata yang dibuat oleh siswa dengan waktu 70 detik sebelum menulis lebih sedikit daripada siswa dengan waktu 10 detik sebelum menulis. Hasil memuaskan pada penelitian tersebut juga didapat pada siswa yang memiliki intensitas membaca tinggi daripada siswa dengan intensitas membaca rendah.

Semakin banyak siswa membaca, maka akan semakin kaya pula pengetahuan yang dimiliki sebagai bahan penulisan. Penelitian oleh McCutchen (2011: 58) yang berjudul

“From novice to expert: Implication of language skills and writing-relevant knowledge of writing skill” menjelaskan pentingnya kemampuan berbahasa dan pengetahuan

tentang hal yang akan ditulis. Untuk memulai suatu tulisan, dua hal itu merupakan hal vital yang harus sangat diperhatikan. Kemampuan berbahasa yang cukup akan membuat tulisan mudah dimengerti dan dipahamai oleh pembaca. Pengetahuan mengenai hal yang ingin ditulis nantinya akan menjadi sumber inspirasi dalam penemuan ide. Selain itu, pengatahuan mengenai hal yang akan ditulis juga sebagai bahan dari tubuh tulisan yang ada. Bukan hanya sebagai sarana menemukan ide, namun juga menjadi rangkaian isi yang saling menjali di dalam sebuah tulisan.

Mengamati beberapa pokok bahasan yang telah diungkapkan di atas, maka diputuskan judul dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Metode Mengajar Inquiry dan Minat Membaca Terhadap Kemampuan Menulis Cerita Pendek Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Sekota Samarinda”.

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan kemampuan menulis cerita pendek antara yang diajar dengan metode mengajar inquiry dan metode mengajar two stay two stray? 2. Apakah ada perbedaan kemampuan menulis cerita pendek antara yang memiliki

minat membaca tinggi dan minat membaca rendah?

3. Apakah ada interaksi antara metode mengajar dan minat membaca terhadap kemampuan menulis cerita pendek?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan menulis cerita pendek antara yang diajar dengan metode mengajar inquiry dan metode mengajar two stay two

stray.

2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan menulis cerita pendek antara yang memiliki minat membaca tinggi dan minat membaca rendah.

3. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara metode mengajar dan minat membaca terhadap kemampuan menulis cerita pendek.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberi kelengkapan khazanah teori yang berkaitan dengan metode mengajar kontekstual dan inquiry dan minat membaca, pengaruhnya terhadap kemampuan menulis cerita pendek siswa. Dengan mengetahui kadar kekuatan pengaruh tersebut diharapkan dapat menunjukkan pentingnya variabel yang ada terhadap kemampuan menulis cerita pendek siswa.

(6)

2. Manfaat Praktis

Bagi siswa, manfaat penelitian eksperimen ini ialah untuk mengetahui seberapa tinggi keterampilan menulis cerita pendek siswa mereka setelah penggunaan metode mengajar inquiry diterapkan oleh guru dalam pembelajaran yang ditinjau dari seberapa tinggi minat membaca yang dimiliki siswa.

Bagi guru, manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian eksperimen ini adalah agar para guru dapat mengembangkan pembelajaran menulis dengan menggunakan metode mengajar inquiry sehingga diharapkan keterampilan menulis cerita pendek siswa dapat ditingkatkan.

Bagi kepala sekolah, manfaat yang dapat diambil melalui penelitian eksperimen ini adalah sebagai masukan guna mengefektifkan pembinaan kepada para guru agar dapat meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan jalan melakukan penelitian semacam ini.

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi dan hasil belajar siswa untuk pelajaran biologi masih rendah seperti halnya di kelas VIIE MTs N Surakarta II dikarenakan, dalam kegiatan belajar mengajar guru masih

Adapun hasil evaluasi penawaran administrasi, teknis dan harga untuk paket dimaksud adalah sebagai berikut :..

Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk dapat berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa, dengan fokus pada kegiatan ekonomi utama makanan

[r]

Bedasarkan faktor-faktor tersebut, maka ketiadaan hubungan paparan debu terhirup dengan kapasitas vital paru pada pekerja penyapu pasar Johar kota Semarang, tidak

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk