• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan hak asasi manusia adalah satu. 1. HAM disebut universal dikarenakan hak-hak ini yang bersifat kemanusiaan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. hukum dan hak asasi manusia adalah satu. 1. HAM disebut universal dikarenakan hak-hak ini yang bersifat kemanusiaan."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia diakui dalam hukum dunia sebagai subjek hukum yang dimana merupakan pendukung hak menjalankan kewajiban hukum. Jika ditarik dari garis hukum secara formal mengakui hak asasi manusia, maka persoalan hukum dan hak asasi manusia adalah satu. 1

Indonesia sebagai Negara hukum sangat memperkuat hak asasi manusia. Hak asasi manusia yang terdapat diindonesia bersifat universal yang dimana tidak melihat dari bentuk fisk, kulit ras dan Negara mana ia berasal. HAM disebut universal dikarenakan hak-hak ini yang bersifat kemanusiaan. 2

Pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga Negara Indonesia sebagaimana terdapat dalam pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan “ tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.3 Dalam amandemen UUD 1945 tentang ketenagakerjaan juga diamatakan yang terdapat dalam pasal 28 ayat (2) UUD 1945. Hal tersebut berimplikasi pada kewajiban Negara untuk memfasilitasi warga Negara agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak sesuai dengan hak asasi manusia dan uu ketenagakerjaan.4

1 A. Masyhur Effendi S.H , tempat hak-hak azazi manusia dalam hukum

internasional/nasional, (Bandung, ofseet alumni, 1980) hal 14

2 Istifarroh, Widhi Cahyo Nugroho, 2019 , perlindungan hak disabilitas mendapatkan

pekerjaan di perusahaan swasta dan perusahaan milik Negara, jurnal Mimbar Keadilan

Volume 12 Nomor 1 , hal 1

3 Lihat pasal 27 ayat 2 Undang Undang Dasar 1946

4 Erwin Gope,Skripsi,perlindungan hukum terhadap penyandang disabilitas di daerah

(2)

2

Pengakuan dan penghargaan terhadap hak asasi manusia yang tertuang dalam TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang hak asasi manusia harus di wujudkan atau di tegakan dalam bidang ketenagakerjaan dalam mendapatkan perlakuan yang baik dan adil. 5

Probelematika ketenagakerjaan sepanjang masa tidak pernah selesai dari hal pengupahan, perlindungan, kesejahteraan maupun hubungan industrial, pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan. Dalam hal ini sudah terlihat bahwa lemahnya pengimplememntasian pemerintah terhadap undang-undang dan peraturan yang ada. Hal ini terlihat kurangnya kordinasi antara tenaga kerja antar lembaga pemerintah yang belum optimal dan maksimal dalam pelaksanaannya terutama terhadap pekerja penyandang disabilitas masih sangat terlihat adanya diskriminasi.

Jika dilihat dalam tujuan hukum ketenagakerjaan menurut Manulag yaitu :

a. Untuk mencapai/melaksanakan keadilan social dalam bidang ketenagakerjaan

b. Untuk melindungi tenagakerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari penguasa 6

Dalam hal penempatan pekerjaan diatur dalam pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dimana didalam pasal ini dijelaskan bahwa harus termuat beberapa asas diantaranya :

5 Lihat pasal 9 Majelis permusyawaratan rakyat Republik Indonesia Nomor

XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

(3)

3

1. Asas terbuka 2. Asas bebas 3. Asas objektif

4. Asas adil dan setara tanpa Diskriminasi7

Menurut Goffman sebagaimana dikemukakan oleh Johnson, mengungkapkan bahwa masalah sosial utama yang dihadapi penyandang cacat “disabilitas” adalah bahwa mereka abnormal dalam tingkat yang sedemikian jelasnya sehingga orang lain tidak merasa nyaman atau tidak mampu berinteraksi dengannya. Lingkungan bermasyarakat telah memberikan stigma kepada penyandang Disabilitas, bahwa mereka dipandang tidak mampu dalam segala hal merupakan penyebab dari berbagai masalah. Dalam keadaan yang serba terbatas dan asumsi negatif dari orang lain, ada sebagian dari mereka yang terus berusaha untuk tidak selalu bergantung pada orang lain.8

Menurut UU Penyandnag disabilitas yang terdapat dalam pasal 1 ayat (1) Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang dimana mengalami keterbatan fisik, intelektual, mental dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk beradaptasi secara langsung penuh dan efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak9Penyandang disabilitas merupakan

kelompok minoritas yang sedikitnya 10% populasi dunia , atau sekitar 650 juta orang hidup dengan keterbatasan baik fisik maupun mental yang sering

7 Abdul Khakim. S.H, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia berdasarkan UU Nomor 13 tahun

2003, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2003) hal 16

8 Istifarroh, Widhi Cahyo Nugroho, Opcit, hal 22

(4)

4

mengalamin perlakuan diskriminasi. Berkembangnya jumlah penyandang disabilitas tersebut, salah satu kewajiban negara terhadap hak asasi manusia bagi penyandang disabilitas adalah memberikan mereka perlindungan secara penuh dan adil dan berhak memberikan pemenuhan hak-hak nya.

Menjadi penyandang Disabilitas sering diidentikkan dengan ketidak beruntungan dalam hidup karena kesulitan dalam mendapatkan keadilan dan persamaan hak baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan akses terhadap sarana prasarana bangunan atau gedung. Keadaan seperti ini menyebabkan kelompok disabel menjadi kelompok minoritas yang kadang terlepas dari jangkauan pemerintah.10

Dilansir dari data WHO, Bank Dunia dan ILO bahwa pada saat ini data jumlah penyandang disabilitas diperkirakan sebanyak 15 persen dari jumlah penduduk dunia atau setara sebesar 1 milyar orang. 11 Jumlah penyandang Disabilitas di Indonesia tidaklah sedikit, banyak dari penyandang disabilitas yang usia sudah cukup untuk bekerja . Hal ini menguatkan bahwa penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban dalam hal ketenagakerjaan. Penyandang disabiitas mempunyai hak yang sama, tidak boleh diperlakukan secara berbeda atau diskriminasi.

Jumlah tenaga kerja penyandang disabilitas di perusahaan formal BUMN dan swasta terus meningkat. Berdasarkan data Kementrian Ketenagakerjaan Republik Indonesia tahun 2020, jumlah tenaga kerja difabel

10 Utami Dewi, 2015 “ implementasi kebijakan kuota bagi penyandang disabilitas untuk

mendapatkan pekerjaan dikota Yogyakarta” , jurnal kajian Ilmu Administrasi Negara,

Vol 3 no.2 , Hal 67-83

(5)

5

tahun 2020 adalah 4.477 orang. Jumlah tersebut menyumbang 0,83 persen dari total jumlah tenaga kerja di Indonesia. Sementara Untuk Jawa Tengah, Boyolali sebanyak 56 Pekerja Penyandang disabilitas yang terdapat di 4 perusahaan.

Keberadaan pekerja penyandang disabilitas yang masih tersisihkan dari dunia kerja yang dimana hal tersebut menjadi suatu kendala dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Kendala mendapatkan pekerjaan disebabkan oleh kekurangan fisik yang dimiliki, akibat dari ketidaksempurnyaanya sering kali penyandnag disabilitas mendapatkan perlakuan diskriminasi. 12

Hak-hak penyandang disabilitas merupakan suatu perwujudan dari keikut sertaan peran pemerintah dalam mewujudkan ketenagakerjaan yang setara sebagai pelaksanaan perlindungan bagi seluruh warga negara yaitu tenaga kerja yang berstatus sebagai penyandang disabilitas.13

Setiap tenaga kerja berhak memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama seperti yang tertuang dalam Pasal 5 UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan:

“Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.” 14

12 Maria Nurma Septi Arum Kusumastuti, 2016, “ Perlindungan Hukum dari Diskriminasi

bagi Penyandang Disabilitas dalam Dunia Kerja”, Jurnal Hukum Program Kekhususan

Hukum Ekonomi dan Bisnis Fakultas hukum Universitas Atma Jaya (UAJY), Yogyakarta, hal. 1.

13 Made Udiana, 2016, “Kedudukan dan Kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial” ,

Udayana University Press, Denpasar, hal 3.

(6)

6

Dalam pasal 5 UU No 13 Tahun 2003 dijelaskan setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan miuat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang disabilitas.15

Ketentuan pasal 53 UU no 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas: a) Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling sedikit 2% (dua persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja. b). Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% (satu persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja.16 Jika melanggar, akan diberlakukan ancaman pidana maksimal 6 bulan dan/atau denda maksimal 200 juta rupiah.17

Pemenuhan kuota bagi penyandang disabilitas untuk bekerja di kabupaten Boyolali sudah tercatat terdapat 4 perusahaan yang mempekerjakan pekerja penyandang disabilitas diberbagai bidang dan penempatan kerja yang sesuai. Diantara 4 perusahaan swasta tersebut yaitu PT Primayudha Mandirijaya yang mempekerjakan pekerja penyandang disabilitas sebanyak 16 pekerja penyandang disabilitas dengan keterbatasan fisik pada bagian tubuh kaki dan kanan, sejak perusahaan didirikan.

Perusahaan swasta yang diamantkan Undang-Undang untuk mempekerjakan minimal 1% pekerja penyandang disabilitas dari jumlah pekerja keseluruhan, harus berupaya optimal untuik membangun kordinasi

15 Lihat penjelasan Pasal 5 Undang-Undang no 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 16 Lihat Pasal

17 Geminastiti Purinami A, Nurliana Cipta Apsari, Nandang Mulyana, 2018 , “Penyandang

(7)

7

kepada pihak ke-3 seperti Dinas Ketenagakerjaan maupun Dinas Sosiual untuk memnuhi kuota yang telah diamatkan oleh Undang - Undang

Dalam kenyataannya, kebijakan kuota satu persen bagi penyandang disabilitas seakan masih jauh dari kenyataan. Masih banyak perusahaan yang meski mempekerjakan lebih dari 100 orang ternyata tak mempekerjakan satu orang pun penyandang disabilitas atau pun hanya mempekerjakan satu orang saja, padahal perusahaan tersebut memiliki lebih dari 200 orang pekerja.

Peraturan tentang diskriminasi penyandang Disabilitas sudah berlaku sampai saat ini akan tetapi jika dilihat dalam kehidupan masyarakat khusus nya dunia kerja masih terdapat diskriminasi dan tidak diakui. Banyak perusahaan-perusaahn yang tidak ingin menerima calon pekerja penyandang disabilitas dalam perusahaannya dikarena keterbatasan fisiknya karena perusahaan-perusahaan menganggap bahwa dengan keterbatasan fisik mereka tidak bisa menjalankan suatu pekerjaan dengan baik.

Ketentuan dalam pasal 67 UU Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan bahwa pengusaha yang mempekerjakan penyandang disabilitas wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.18 Diatur juga dalam UU No. 8 tahun 2016 tentang penyandang Disabilitas dalam Undang-Undang tersebut mengatur tentang kedudukan dan hak-hak penyandang disabilitas,

Penempatan tenaga kerja merupakan titik yang sulit untuk upaya penangannnya masalah ketenagakerjaan. Prinsip penempatan tengaa kerja

(8)

8

bahwa hak dan kesempatan yang sama yang diberikan setiap tenaga kerja untuk memilih, mendapatkan, atau pindah kerja dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau diluar negeri yang telah diatur dalam pasal 31 Undang–Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan19

Peran penyandang disabilitas dalam pembangunan nasional harus ikut berperan aktif atau ditingkatkan seoptimal mungkin dalam pemenuhan hak-hak kedudukannya dalam mendapatkan suatu pekerjaan dan perlindungan hukum dalam hal pekerjaan dengan disediakannya fasilitas yang memadai.

Perlakuan yang diskrimantif terhadap kaum disabilitas masih mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari kita. Pembangunan fisik insfrastruktur kota masih banyak yang belum responsif bagi kaum disabilitas, masih bnyak ditemukan kebijakan pemerintah yang belum memberikan ruang-ruang partisipasi publik bagi kaum disabilitas tersebut. Masih banyak aksabilitas yang tidak terpenuhi dalam fasilitas umum agar mempermudah penyandang disabilitas, lebih terkhusus lagi dalam dunia kerja masih banyak perusahaan yang tidak memberikan fasilitas sesuai dengan derajat kecacatanya. Hal tersebut mempersulit pekerja penyandsng disabilitas mendapatkan perlindungan hak nya dalam dunia pekerjaan yang sesuai dengan amanat Undang-Undang. 20

19 Abdul Khakim. S.H, Opcit hal 15

20 Abdul Latief Danu Aj, Tiyas Nur Haryan, 2017, “Diversitas dalam Dunia Kerja: Peluang

(9)

9 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemenuhan hak-hak pekerja penyandang disabilitas di PT Primayudha Mandirijaya Boyolali ?

2. Bagaimana Implementasi terhadap ketentuan pasal 67 UU Nomor 13 tahun 2003 tentang perlindungan pekerja PT Primayudha Mandirijaya Boyolali? C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pemenuhan hak-hak untuk pekerja penyandang disabilitas

2. Untuk mengetahui perlindungan pekerja penyandang disabilitas di sebuah perusahaan

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian sangat diharapkan bermanfaat baik secara teotitis maupun praktis.

Hasil penelitian secara teoritis dapat dijadikan sebagai sumber informasi ilmu hukum, khusunya dalam bidang ketenagakerjaan

Hasil secara praktis dapat memberikan suatu masukan ataupun sumber kontrsibusi bagai pengembang hukum dalam bidang ketenagakerjaan, agar tidak adanya diskriminasi dalam dunia kerja terhadap penyandang Disabilitas. E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian hukum ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Bagi Penulis

Secara objektif, penelitian ini dapat memberikan dan meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan terkait tentang pelaksanaan perlindungan

(10)

10

pekerja disabilitas yang ada di Indonesia. Di samping itu, manfaat penelitian secara subyektif yaitu sebagai syarat untuk Penulisan Tugas Akhir dan menyelesaikan studi Srata-1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang dengan gelar Sarjana Hukum.

b) Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk mengetahui dan memperbaiki kekurangan dan kelemahan dalam hal pelaksanaan pemenuhan hak-hak pekerja disabilitas yang ada di Indonesia saat ini.

c) Bagi Masyarakat

Hasil peneltian ini diharapakan mampu menjadi literatur bagi masyarakat agar sadar berkaitan dengan pelaksanaan perlindungan pekerja disabilitas kala haknya merasa dirugikan

d) Bagi Pengusaha/Pemberi kerja

Memberikan pengetahuan bagi perusahaan bagaimana konsep perlindungan dan pemberian hak-hak pekerja disabilitas yang paling aman yang tidak memberikan kerugian pada perusahaan pemberi kerja, apabila terjadi suatu permasalahan ketenagakerjaan antara perusahaan dan pekerjanya.

F. Metode Penelitian

1) Metode Pendekatan Penelitian

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga

(11)

11

mencapai tujuan penelitian atau penulisan.21 Dengan cara wawancara dan observasi yang bersifat deskritif Kualitatif, dimana proses penelitian menggambarkan kondisi yang ada di tempat penelitian ntanpa adanya manipulasi data yang di teliti. Dalam hal ini penulis melakukan Penelitian menggunakan metode pendekatan secara yuridis sosiologis (social legal research), yakni melihat hukum yang didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan dikaitkan pada teori hukum dan dengan melihat kenyataan atau realita yang ada dalam masyarakat dan juga pembahasan berdasarkan fakta umum yang terjadi dilapangan.22

Penulis dalam hal ini akan menganalisis penerapan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Permasalahan yang terjadi dimasyarakat masih banyak diskriminasi yang terjadi pada penyandang disabilitas dalam mendapatkan suatu pekerjaan dan pemenuhan hak-haknya.

2) Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis adalah di PT Primayudha Mandirijaya, Jl Dusun3, NGadirojo, Kec, Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Adapun alasan memilih tempat tersebut atas

21 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung, hlm.11.

22Fakultas Hukum UMM. 2016. Pedoman Penulisan Hukum Socio Legal Research.

(12)

12

rekomendasi Kementrian Ketenagakerjaan Republik Indonesia dan benar adanya pekerja penyandang disabilitas setelah saya menghubungi salah satu staff yang ada di PT Primayudha Mandirijaya Boyolali.

3) Jenis dan Sumber Data

Data merupakan segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan erat dengan adanya tujuan penelitian

(1) Sumber data

a. Sumber data primer

Sumber data premier yaitu hasil wawancara dengan responden dan Observasi tempat penelitian yang terkait yang ada di perusahaan. 23

b. Data sekunder

i. Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

ii. Undang-Undang Ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003 iii. Undang-undang penyandang disabilitas Nomor 8 tahun 2016 iv. Undang-Undang Tentang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020 v. Tap MPR NOMOR XVII /MPR/1998 tentang HAM

c. Data Tersier yaitu yang diperoleh dari buku-buku ilmiah dan hasil dari penelitian.

(2) Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

23 Amiruddin, 2006, pengantar metode Penelitian Hukum, Jakarta PT. Raja Grafindo

(13)

13

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait dan yang di anggap mengetahui pada permasalahan yang di angkat oleh penulis. Wawancara dilakukan terhadap narasumber pihak yang berkait. responden penulis yaitu :

1. Pak Joko Warsito, HRD manager PT

2. Bu Dwi Winarsih , staff HRD perwakilan dari Pekerja Non penyandang

3. Pak Joko dan Ibu Kenik sebagai pekerja penyandang disabilitas dari lahir sementara pak Yulianto sebagai pekerja penyandang Disabilitas yang diakibatkan karena kecelakaan kerja di PT Primayudha Mandirijaya Boyolali, dalam hal ini pekerja penyandang disabilitas sebagai populasi sekaligus sampel responden yang disebut purposive sampling.

4. Annissa, Reza dan Pak Heri sebagai Pekerja non disabilitas

Dalam hal ini, penulis melakukan pengamatan secara langsung pada obyek lokasi penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini.

2. Observasi

Observasi Menurut Sugiyono observasi merupakan kegiatan pemuatan penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi partisipan dan non-partisipan. Observasi dalam

(14)

14

penelitian ini melihat tempat prasarana terkait aksebilitas pekerja penyandang disabiliutas.

3. Dokumentasi

Berupa pengumpulan data-data yang dimiliki oleh para pihak yang terkait dengan proses penelitian serta ditambah dengan penelusuran perundang-undangan.

4. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur yang berhubungan dengan penulisan ini dan menjadikan hal tersebut menjai landasan teoritis.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini disusun menjadi 4 bab dan masing-masing terdiri dari sub sub bab. Adapun sistematika penulisan yang dilakukan penulis yakni :

Bab I PENDAHULUAN

Pendahuluan yang menjelaskan mengenai mengapa penelitian ini dibuat dan dibahas menjadi suatu objek penelitian serta untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Bab II TINJAUAN PUSTAKA

yaitu menjelaskan tinjauan umum yang dijadikan sebagai alat untuk menganalisis objek penelitian diantaranya mengenai, pemenuhan hak asasi manusia, hak atas pekerjaan, dan hak bagi penyandang disabilitas. Bab III PEMBAHASAN

(15)

15

yaitu pembahasan dan analisis dataterhadap bjek penelitian yang kemudian dijadikan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya di bab I

Bab IV PENUTUP

Pada bab IV ini berisi penutup mengenai kesimpulan yang diajukan untuk saran sebagai sumbanga pemikitran yang diangkat oleh penulis

24

Referensi

Dokumen terkait

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL JEMPARINGAN MATARAM JAWI LANGENASTRO YOGYAKARTA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION diajukan oleh Diptya Aristo

Dari wawancara, observasi, dan kajian pustaka, upacara seba dapat diartikan sebagai berikut: (1) kegiatan puncak dari ritual religius masyarakat Baduy, setelah

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji jarak Berganda Duncan pada variabel pengamatan lebar daun yang dipengaruhi perlakuan media tanaman umur 15, 30, 45 dan 60 hst, perlakuan M1 (Arang

masyarakat Mandar di Kecamatan Sendana Kabupaten Majene ialah diantaranya: (1) penentuan calon dilihat dari akhlaknya yang baik (agama); (2) penjajakan dengan maksud

Bila dibandingkan dengan hasil pengujian tanpa beban, pengujian berbeban resistif, dan pengujian berbeban induktif maka penambahan beban resistif induktif mengakibatkan

dilakukan terhadap daya kecambah, kecepatan tumbuh, jumlah daun, penambahan jumlah daun, tinggi tanaman, luas daun, bobot segar, nisbah pupus akar, dan bobot

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) lebih baik dibandingkan dengan

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan model media pembelajaran interaktif piranti aktuator, mengetahui kelayakan dari media pembelajaran interaktif piranti aktuator, dan