5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. oleiferadan E. odora berasal dari kawasan Amerika Selatan sedangkan speseis E. guineensis berasal dari Afrika. Kelapa sawit merupakan subfamili Cocoideae yang paling besar habitusnya (Pahan, 2007).
Secara garis besar, Tanaman kelapa sawit memiliki klasifikasi:
Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae Sub Famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : E. guneensis. Jacq
2.1.1. Akar
Akar tanaman kelapa sawit bermula tumbuh dari calon akar yang keluar dari benih kelapa sawit yang dikecambahkan atau yang disebut dengan radikula.Panjang radikula kira-kira 10 - 15 mm. Radikula berkembang menjadi akar primer. Akar primer tumbuh dari pangkal batang (bole) dan mempunyai diameter antara 8 - 10 mm serta panjangnya dapat mencapai 18 m. Akar sekunder tumbuh dari akar primer dan mempunyai diameter antara 2 - 4 mm. Dari akar sekunder tumbuh akar tersier dan mempunyai diameter 0.7 - 1.5 mm serta panjangnya sekitar 15 cm. Akar kuarter berdiameter 0.1- 0.5 mm tumbuh dari akar tersier dan panjangnya sekitar 1 - 4 mm. Akar tersier dan kuarter berjumlah sangat banyak dan membentuk masa yang sangat lebat dekat
6
permukaan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak mempunyai rambut akar, sehingga diperkirakan bahwa penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar kuarter (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
2.1.2. Batang
Kelapa sawit tergolong tanaman yang memiliki biji keping satu (monokotil) oleh karenanya batang kelapa sawit tidak berkambium dan pada umumnya tidak tumbuh bercabang, kecuali pada tanaman yang tumbuh abnormal. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan dibungkus oleh pelepah daun. Bagian bawah batang umumnya lebih besar dibanding bagian atasnya. Hingga umur tanaman tiga tahun, batang kelapa sawit masih belum dapat terlihat karena masih terbungkus oleh pelepah daun.
Batang kelapa sawit tumbuh tegak ke atas dengan diameter batang antara 40 - 60 cm. Pohon kelapa sawit hanya memiliki satu titik terminal ujung batang berbentuk kerucut diselimuti oleh daun-daun muda yang masih kecil dan lembut (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Menurut Fauziet al.,(2008)pertambahan tinggi batang baru terlihat secara jelas sesudah tanaman berumur empat tahun.
Pertambahan tinggi tanaman kelapa sawit dapat mencapai25 - 45 cm pertahun.
2.1.3. Daun
Daun pertama kelapa sawit yang tumbuh pada stadia bibit berbentuk lanset, kemudian tumbuh daun berbelah dua (bifurcate)dan menyusul bentuk daun menyirip (pinnate). Pada bibit yang berumur 5 bulan akan dijumpai 5 daun yang berbentuk lanset, 4 daun berbelah dua dan 10 daun berbentuk menyirip (Fauziet al., 2008). Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2008), daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang daun sejajar.Panjang pelepah daun dapat mencapai 7.5 - 9 m jumlah anak daun perpelepah adalah 250 - 400 helai. Pertumbuhan pelepah daun
7
mempunyai filotaksi 1/8, yang artinya setiap satu kali berputar melingkari batang terdapat 8 pelepah daun.Produksi daun per tahun tanaman dewasa dapat mencapai 20 - 24 helai.
2.1.4. Bunga
Kelapa sawit tergolong tumbuhan berumah satu (monoceous) yang berarti bunga betina dan bunga jantan terdapat dalam satu pohon, namun tidak berada pada tandan yang sama. Walau demikian, kadang- kadang dijumpai pada satu tandan terdapat bunga jantan dan juga bunga betina (hermafrodit). Bunga sawit muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk).
Biasanya, beberapa bakal infloresen gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresens.Perkembangan infloresen dari proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun memerlukan waktu 2.5-3 tahun. Infloresen akan muncul dari ketiak daun beberapa saat menjelang antesis (penyerbukan). Pada tanaman muda (2-4 tahun), anthesis biasanya terjadi pada infloresen diketiak daun nomor 20, sedangkan pada tanaman tua (> 12 tahun ) biasanya terjadi pada daun lebih muda, yaitu sekitar infloresen pada daun nomor 15.
Bunga kelapa sawit merupakan bunga mejemuk yang terdiri dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Bunga jantan maupun bunga betina mempunyai ibu tangkai bunga (peduncle/rachis) yang merupakan struktur pendukung spikelet. Umumnya dari pangkal rachis muncul sepasang daun pelindung spikelet. Umumnya, dari pangkal rachis muncul sepasang daun pelindung (spathes) yang membungkus infloresen sampai dengan saat-saat menjelang terjadinya antesis. Dari rachis ini, terbentuk struktur triangular bract yang kemudian membentuk tangkai-tangkai bunga (spikelets).
8
Infloresen dibedakan berdasar morfologi spikelet. Walaupun infloresen digolongkan sebagai “jantan” dan “betina”, kenyataannya infloresen betina juga menghasilkan bunga-bunga jantan; sedangkan infloresen jantan biasanyamempunyai beberapa bunga betina pada bagian dasar spikelet. Berdasarkan irisan pada bunga yang belum mekar (immature), infloresen jantan dan infloresen betina berasal dari satu struktur yang sama. Inisiasi primordia stamen (organ jantan) dan karpel (organ betina) terbentuk secara bersamaan. Pada masa 3 bulan sebelum antesis, pertumbuhan salah satu bagian dari eklamin bunga akan terhenti sehingga satu jenis bunga yang dihasilkan dalam inflouresen. Dalam beberapa kejadian, kadang-kadang gynoecium (organ betina) dapat berkembang bersama-sama dengan androecioum (organ jantan) pada spikelet jantan. Infloresen tersebut dinamakan infloresen andromorphous. Hal ini terutama terjadi pada tanaman-tanaman muda.
Tipe infloresen hermafrodit yang lain kadang-kadang ditemukan pada spikelet jantan meupun spiket betina. Selain itu, infloresen hermaflodit juga bisa berupa infloresen yang membentuk spikelet betina pada bagian bawah, sedangkan pada bagian ujungnya berupa spikelet jantan.
Infloresen campuran hanya terjadi selama perubahan siklus pembungaandari fase betina ke fase jantan, di mana infloresen andromorphous biasanya muncul. Infloresen campuran dapat terjadi baik pada akhir fase jantan maupun fase betina.
2.1.5. Buah
Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan dapat mencapai 1 600 buah, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah berkisar 2 - 5 cm beratnya sampai 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (kulit buah), mesokarp (sabut), dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp sedangkan biji terdiri atas endokarp (cangkang) dan inti (kernel). Inti (kernel)terdiri atas endosperm (putih
9
lembaga) dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), haustorium, dan bakal akar (radikula). Bagian-bagian buah yang menghasilkan minyak adalah mesokarp dan inti. Buah kelapa sawit mencapai kematangan (siap untuk panen) sekitar 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan.Warna buah bergantung pada varietas dan umurnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).
2.2. Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan merupakan kegiatan menumbuhkan dan merawat kecambah hingga menjadi bibit yang siap untuk ditransplanting ke lapangan. Tujuan dari pembibitan adalah untuk memastikan secara seksama bahwa bibit yang ditanam di lapangan adalah bibit yang sesuai dengan standar dan prosedur manajemen kebun. Fairhust dan Rankine (2009) menyatakan tujuan pembibitan kelapa sawit adalah untuk menghasilkan bibit berkualitas tinggi yang harus tersedia pada saat penyiapan lahan tanam yang telah selesai.
Pembibitan yang terdiri dari 2 tahap, tahap pertama adalah tahap pembibitan awal (pre nursery) dan tahap kedua pada pembibitan utama (main nursery).
Dalam pembibitan tanaman kelapa sawit pemberian air memegang peranan yang sangat penting di dalam pertumbuhannya selain pengaturan masuk intensitas matahari. Pemberian air dalam pembibitan kelapa sawit diberikan pada pagi dan sore hari, hal ini menyulitkan pengadaan bibit pada areal yang langka air. Untuk mengatasi hal ini perlu diusahakan mengurangi frekuensi pemberian air pada pembibitan tanaman kelapa sawit, dengan memberi suatu bahan yang dapat menyimpan air.
2.2.1. Pembibitan Awal ( Pre Nursery )
Pembibitan awal atau pre nursery dapat dilakukan pada bedengan- bedengan yang tanahnya ditinggikan sampai mencapai 35 cm atau bibit
10
ditanam dalam polybag kecil berupa tanah bagian atas (top soil) yang sudah dibersihkan. Ciri utama pembibitan awal adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan kantong plastik berukuran kecil sehingga jumlah bibit
per ha areal pembibitan menjadi banyak
2. Areal pembibitan dipilih lahan yang rata dan datar (tidak miring) 3. Berdrainase lancer
4. Dekat dengan sumber air tetapi tidak rawan banjir
Agar bibit dapat diletakkan dengan baik dan teratur maka perlu dibuat bedengan dari kayu, bambu, papan dengan lebar 1,60 m x 20 m tiap bedengan dan jarak tiap jarak 0,80 m yang akan dipergunakan sebagai jalan atau parit drainase. Bedengan akan dilindungi dengan naungan yang terbuat dari daun pelepah kelapa sawit (Lubis, 2008).
Pada pre nursey bibit ditanam dan disusun rapat sampai berumur 3-4 bulan. Dalam waktu 3-4 bulan pertama dari pertumbuhan bibit diperlukan naungan agar intensitas cahaya yang diterima bibit sekitar 40%. Bibit ditanam pada kantong plastik kecil berukuran 14 x 22 cm rata dengan tebal 0.07 mm. Kecambah yang ditanam dengan plumula menghadap ke atas dan radikula menghadap ke bawah. Pemeliharaan bibit di pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polybag, alih tanam, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit. Setelah pembibitan awal, bibit akan dipindahkan ke pembibitan utama ( main nursery )
2.2.2. Pembibitan Utama ( Main Nursery )
Bibit tidak dapat langsung ditanam dilapangan karena bibit masih terlalu kecil sehingga mudah terganggu pertumbuhannya oleh hama dan penyakit. Selain itu, pertumbuhan bibit tidak seragam terutama untuk
11
bibit yang masih muda. Bibit yang akan ditanam di pembibitan dapat berasal dari persemaian polibag (Fauzi, et al., 2012).
Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40cm x 50cm x 60cm, tebal 0.11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15-30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di persemaian bibit.
Pada Main Nursery bibit diletakkan dengan jarak tanam 90cm x 90cm x 90cm atau dalam 1ha berisi sebanyak 12.000 bibit. Pemeliharaan bibit di pembibitan utama hamper sama dengan pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan penyusunan polybag, ahli tanam, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit.
2.3. Pupuk
Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah : C, H, O ( Ketersediaan di alam ), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro).
2.3.1. Sejarah Penggunaan Pupuk
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian itu sendiri. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah mulai pada permulaan dari manusia mengenal bercocok tanam >5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari pemupukan untuk memperbaiki
12
kesuburan tanah terdapat pada kebudayaan tua manusia di negeri-negeri yang terletak di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, di Cina, Amerika Latin, dan sebagainya. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun.
John Bennet Lawes, seorang pengusaha Inggris, memulai percobaannya pada efek dari berbagai kotoran hewan untuk pupuk pada tanaman yang tumbuh dalam pot pada tahun 1837, dan satu atau dua tahun kemudian percobaan diperluas ke tanaman di lapangan. Pada 1842 ia mematenkan kotoran hewan yg dicampur dengan fosfat dengan asam sulfat, inilah untuk yang pertama kalinya menciptakan industri pupuk buatan. Pada tahun berikutnya ia meminta bantuan dari Joseph Henry Gilbert, yang pernah belajar di Liebig di University of Giessen, sebagai direktur penelitian di Experimental Station Rothamsted yang didirikan di tanah miliknya. Sampai hari ini. Stasiun penelitian Rothamsted masih menyelidiki dampak dari pupuk anorganik, organik dan jika keduanya dicampurkan terhadap hasil panenan.Jadi di Inggris sendiri, tempat dimana awal sejarah pemupukan saja masih mencampur antara pupuk organik dan anorganik.
Di Indonesia sebenarnya pupuk organik itu sudah lama dikenal para petani. Mereka bahkan hanya mengenal pupuk organik sebelum Revolusi Hijau turut melanda pertanian di Indonesia. Setelah Revolusi Hijau kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah karena di subsidi, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung kepada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan
13
produksi pertanian, ketika terjadi kelangkaan pupuk dan harga pupuk naik karena subsidi pupuk dicabut.
Tumbuhnya kesadaran akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan pada sebagian kecil petani telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik. Pertanian jenis ini mengandalkan kebutuhan hara melalui pupuk organik dan masukan-masukan alami lainnya. Penggunaan pupuk hayati untuk membantu tanaman memperbaiki nutrisinya sudah lama dikenal. Pupuk hayati pertama yang dikomersialkan adalah rhizobia, yang oleh dua orang ilmuwan Jerman, F. Nobbe dan L. Hiltner, proses menginokulasi benih dengan biakan nutrisinya dipatenkan. Inokulan ini dipasarkan dengan nama Nitragin, yang sudah sejak lama diproduksi di Amerika Serikat.
2.3.2. Jenis Pupuk
Pupuk terdiri atas 2 macam yaitu pupuk alami dan pupuk buatan dimana pengaruh pemberian pupuk alami pada tanah dapat memperbaiki kealamian tanah seperti mineral dan unsur hara.
Sedangkan pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh manusia dalam industri, yang mengandung kandungan tertentu seperti unsur-unsur hara. Dan ada dua pupuk buatan yakni pupuk tunggal yang hanya mengandung satu unsur hara yang berfungsi sebagai penambah kesuburan, dan sebaliknya untuk pupuk majemuk.
Unsur – unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman unsur dasar penyusun senyawa organik dalam tumbuhan antara lain Karbon, Hidrogen, dan Oksigen peristiwa tumbuhan menyerap unsur-unsur ini adalah peristiwa fotosintesis. Sebelum diberikanya pupuk pada tanah, terlebih dahulu melakukan pengolahan tanah, pengelolahan tanah ini dilakukan dengan cara mengemburkan tanah tersebut, ini bertujuan agar pupuk yang diberikan kepada tanah dapat merata keseluruh bagian
14
tanah, agar fungsi dari pupuk tersebut yang memberi nutrisi pada tanah dan dapat diresap oleh tanah dengan baik, sehingga tanaman yang tumbuh di atasnya dapat tumbuh dengan baik.
2.3.3. Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan organik seperti tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman (Munawar, 2011). Bahan organik dapat berbentuk padat atau cair (Simanungkalit dan Suriadikarta, 2006).
Bahan organik mampu mengubah sifat fisik tanah, sifat kimia dan sifat biologi tanah serta mampu mengaktifkan senyawa zat pengatur tumbuh (ZPT) (Lubis dan Widanarko, 2012). Sifat fisik tanah yang diperbaiki diantaranya struktur, aerasi dan kemampuan menahan air. Sifat kimia yang diperbaiki diantaranya meningkatkan pH, kadar C dan N, basa tukar (K, Ca dan Mg), KTK, kejenuhan basa dan P-tersedia serta menurunkan Al-dd tanah (Koedadiri et al., 2007). Pemberian bahan organik dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah (Mukhtaruddin et al., 2015; Hakim et al., 1986).
2.4. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur yang berbentuk larutan. Keuntungan dari pupuk organik ini adalah mampu mengatasi defisiensi hara secara cepat, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan juga mampu menyediakan hara secara cepat. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman meskipun sudah digunakan
15
sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki 18bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman (Hadisuwito, 2012).
Pupuk organik cair tidak menimbulkan efek buruk bagi kesehatan tanaman karena bahan dasarnya alamiah, sehingga mudah diserap secara menyeluruh oleh tanaman. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik).
Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosa sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan menyerap nitrogen dari udara (Yusuf, 2010).
Pupuk organik cair dari bahan limbah kopi mempunyai kandungan yang bisa memberikan pengaruh yang baik untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit.
Kandungan dari limbah kopi tersebut adalah C-organik (44,87%), pH (5,6,), N(1,69%), P (0,18%), K (2,49%) dan Na (0,04%) ( Kasongo et al, 2011).
Dengan demikian diharapkan Pupuk organik cair dari bahan limbah kopi ini dapat menggantikan peran Pupuk Majemuk NPK . Selain dari segi biaya yang lebih murah , penggunaan pupuk ini lebih ramah terhadap lingkungan sehingga lingkungan lebih tampak bersih.
2.5. Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara.
Pupuk majemuk berbentuk butiran yang seragam (Hardjowigeno, 2007).
Pupuk majemuk digunakan pada tahapan pembibitan dan tanaman belum menghasilkan karena kandungan unsur hara pada pupuk majemuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman pada fase tersebut. Penggunaan pada tanaman
16
menghasilkan tidak dianjurkan karena harganya mahal dan manajemen aplikasinya lebih sulit (Poeloengan et al., 2007)
Pupuk NPK majemuk dapat menjadi alternatif pupuk untuk tanaman kelapa sawit fase tanaman belum menghasilkan (Sukmawan et al., 2015).
Keunggulan pupuk majemuk yaitu lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan dan aplikasinya di lapangan karena satu jenis pupuk majemuk mengandung keseluruhan atau sebagian besar hara yang dibutuhkan tanaman (Poeloengan et al., 2007 ). Pupuk majemuk dapat diberikan dalam satu rotasi pemupukan (Winarna et al., 2007). Kelemahan pupuk majemuk adalah harga per unit hara lebih mahal, manajemen aplikasinya juga lebih sulit (Sutarta dan Darmosarkoro, 2007).
Pupuk majemuk umumnya dibuat dalam bentuk butiran yang seragam sehingga memudahkan penaburan yang merata. Butir-butirnya umumnya agak keras dengan permukaan licin sehingga dapat mengurangi sifat menarik air (higroskopis) dari udara lembab. Dikenal tiga jenis butir yaitu kasar, sedang dan halus atau prill. Prill ini keras, bulat, permukaan licin dan besar butirnya seragam.
2.6. Peran Unsur Hara terhadap tanaman
Setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur (ada yang menyebutkan zat) agar pertumbuhan tanaman normal. Dari ke-16 unsur tersebut, 3 unsur, yaitu: Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen(O) diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur lagi disediakan oleh tanah. Jadi tanah sebagai dapur bagi tanaman setidaknya harus tersedia 13 menu agar pertumbuhan tanaman normal. Ke-13 unsur tersebut adalah nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur atau belerang (S), klor (Cl), ferum atau besi (Fe), mangan (Mn), kuprum atau pembaga (Cu), zink atau seng (Zn), boron (B) dan molibdenum (Mo). Tetapi pada penelitian ini lebih dikhusukan pada unsur hara N, P dan K dikarenakan unsur yang terdapat pada pupuk organik dari limbah kopi yaitu unsur N, P dan K.
17
Berikut akan diuraikan manfaat dan kegunaan unsur-unsur ini, untuk dapat menghasilkan tanaman sesuai harapan pelaku utama (petani). Unsur-unsur dan kegunaan seperti :
1. Nitrogen (N)
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
2. Fosfor (P)
Unsur fosfor (P) bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu; membantu asimilasi dan pernapasan; serta mempercepat pembungaan, pemasalan biji, dan buah.
3. Kalium (K)
Fungsi utama Kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tidak bisa dilupakan ialah Kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit.
gan unsur besi. Selain sebagai komponen untuk memperlancar proses asimilasi, unsur ini pun merupakan komponen penting dalam berbagai enzim.
2.7. Penelitian Terdahulu
Dalam melaksanakan penelitian saya ini, saya mengambil beberapa sumber referensi dari penelitian-penelitian orang yang sudah duluan melakukan penelitian menggunakan pupuk organic cair ini.Tujuannya adalah agar pada saat saya menentukan dosis yang akan saya gunakan untuk mengaplikasikan pupuk organik cair yang saya buat saya memiliki acuan dalam menentukan dosis tersebut.
18 1. Penelitian 1
Penelitian dilakukan oleh seorang mahasiswa bernama Heru Kurniawan yang berkampus di Universitas Medan Area (UMA) Sumatera Utara.
Judul penelitiannya adalah PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK CAIR KELAPA SAWIT DAN PUPUK HAYATI M-BIO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculentus L. Moench). Pada penelitiannya dia menggunakan bahan Pupuk Organik Cair dari bahan limbah cair kelapa sawit dengan dosis pupuk organik cair sebanyak 1 liter/plot, 2 liter/ plot dan 3 liter/plot.Hasil penelitiannya yaitu interaksi terbaik yaitu pada perlakuan pupuk organic cair dengan dosis 3 liter/plot.
2. Penelitian 2
Penelitian dilakukan oleh beberapa mahasiswa yaitu Indah Safitri Adnan, Bambang Utoyo dan Any Kusumastuti yang berkampus di Politeknik Negeri Lampung. Judul penelitiannya adalah Pengaruh Pupuk NPK dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery. Pada penelitiannya, mereka menggunakan Pupuk Organik Organonitrofos (kombinasi pupuk kotoran sapi dengan batuan fosfat alam) dan dosis pupuk organik sebanyak 0 gram , 18 gram (setara dengan 2000 kg ) dan 36 gram (setara dengan 4000 kg . Dan pada pupuk NPK mereka menggunakan dosis sebanyak 142 gram, 71 gram dan 35,5 gram. Hasil penelitiannya yaitu interaksi terbaik yaitu pada perlakukan pupuk NPK 50% dan pupuk organik 36 gram .
3.
Penelitian 3Penelitian dilakukan oleh seorang mahasiswa bernama Kardi Yanto yang berkampus di Universitas Riau. Judul penelitiannya adalah PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA PEMBIBITAN UTAMA. Pada penelitiannya, dia menggunakan Pupuk Organik Cair NASA (mengandung hormon auksin,giberelin, dan sitokinin yang
19
membantu merangsang pertumbuhan tanaman.) dosis pupuk organik cair sebanyak 3ml / liter air ,6 ml/ liter air, 9 ml/ liter air dan 12 ml/ liter air.Hasil penelitiannya yaitu interaksi terbaik yaitu pada perlakuan Pemberian Pupuk Organik Cair pada konsentrasi 6 ml/ liter air.