7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Analisis Penerapan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK-ETAP telah diteliti oleh Panomban dkk. (2016) yang dilakukan pada CV. Bahu Bahtera Indah Manado dengan hasil penyajian laporan keuangan CV. Bahu Bahtera Indah Manado masih banyak perbedaan atau ketidaksesuaian dengan SAK- ETAP (2009). Bahkan ada juga laporan-laporan keuangan yang tidak di terbitkan oleh CV. Bahu Bahtera Indah Manado padahal perlu di terbitkan menurut SAK-ETAP (2009) yaitu pada laporan arus kas uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain. Laporan keuangan CV. Bahu Bahtera Indah Manado dari tahun 2015 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Laporan yang diterbitkan oleh CV. Bahu Bahtera Indah Manado adalah Laporan Arus Kas dan Laporan Laba Rugi. Penelusuran yang ada belum sesuai dengan SAK-ETAP (2009).
Siagian & Pangemanan (2016) dengan hasil analisis dari Koperasi Karyawan – PT. Bank Sulut Go mengenai penyajian laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan masih terdapat beberapa ketidaksesuaian dengan kaidah penyajian laporan keuangan menurut SAK ETAP. Adapun hal-hal yang membuat koperasi ini memiliki kekurangan dalam menyajikan laporan keuangannya berdasarkan SAK ETAP adalah karena minimnya pengetahuan mengenai SAK ETAP itu sendiri dan kurangnya kesadaran manajemen akan pentingnya laporan keuangan.
Pratiwi dkk. (2014) dengan hasil analisis pada PT. Nichindo Manado Suisan mengenai penerapan SAK ETAP pada penyajian laporan keuangan belum menyusun laporan keuangan lengkap menurut SAK ETAP. Ditemukan bahwa terjadi inkonsistensi pada beberapa pos dalam Penyajian Neraca PT.
Nichindo berdasarkan Neraca 2011 dan 2012 pada Aser Lancar, Aset Tidak Lancar, dan Hutang Jangka Pendek. PT. Nichindo belum sepenuhnya mematuhi SAK ETAP karena tidak ada pernyataan eksplisit dan secara penuh mengenai kepatuhan tersebut pada catatan atas laporan keuangan dan tidak adanya pengungkapan seluruh kebijakan akuntansi signifikan yang seharusnya tercantum pada catatan atas laporan keuangan.
Menurut Eva dan Arlina (2018) dengan hasil analisis pada Koperasi Pegawai Negeri SMPN 7 Pematang Siantar mengenai penerapan SAK ETAP Laporan keuangan yang disajikan oleh Koperasi Pegawai Negeri SMPN 7 P.Siantar belum sesuai dengan SAK ETAP. Jenis dan format laporan keuangan yang disajikan oleh Koperasi Pegawai Negeri SMPN 7 P.Siantar hanya sebatas neraca dan perhitungan sisa hasil usaha (Laporan Laba Rugi).
Ayu dan Nurul (2018) analisis SAK ETAP pada laporan keuangan koperasi karyawan industri kemasan semen gresik belum sepenuhnya menerapkan SAK ETAP pada Laporan keuangan yang dibuat. Hal ini dapat ditunjukkan Pada pos asset sesuai dengan yang disyaratkan oleh SAK ETAP, kecuali pada pos properti; investasi, asset tidak berwujud. Hal ini, dikarenakan dalam KopKar IKSG memang tidak mempunyai asset dan kewajiban seperti yang dijelaskan dalam SAK ETAP. Pada pos kewajiban, KopKar IKSG sudah
mengklasifikasikannya menurut kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang sesuai dengan ketentuan penyajian kewajiban yang ada dalam SAK ETAP. Untuk ekuitas, KopKar IKSG sudah menerapkan perhitungan dan pengakuan yang ada dalam SAK ETAP pada bab ekuitas untuk koperasi. Untuk laba rugi, informasi yang disajikan dalam laporannya sudah mencakup minimal pos-pos yang disyaratkan oleh SAK ETAP. Untuk pengakuan dan pengukuran pendapatannya. Laporan arus kas yang dibuat oleh KopKar IKSG tidak sesuai dengan ketetapan SAK ETAP yang harus menunjukkan perubahan kas berdasarkan aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
B. Tinjauan Pustaka 1. Laporan Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia(IAI) dalam PSAK No. 1 (2015: 1) menyatakan Laporan keuangan adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan ini menampilkan sejarah entitas yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Wahyudiono (2014:10) laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak luar perusahaan.
Pengertian laporan keuangan dalam PSAK No.1 (2015:2) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Dalam PSAK No.1 (2015:3) tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: “asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Berdasarkan SAK ETAP (2009) karateristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna yang dimaksud adalah masyarakat yang mengerti tentang ekonomi dan keuangan.
2. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan cara membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3. Materialitas
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
4. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
5. Pertimbangan Sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah.
6. Kelengkapan
Informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi ditinjau dari segi relevansi.
7. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan entitas antar periode atau antar entitas untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.
8. Tepat Waktu
Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu pengambilan keputusan.
9. Substansi mengungguli bentuk
Transaksi, peristiwa dan kondisi lain dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang dinikmati oleh pengguna eksternal.
4. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Dalam SAK ETAP (2009) Laporan keuangan entitas meliputi:
1. Laporan Posisi Keuangan/ Neraca;
2. Laporan Laba Rugi;
3. Laporan Perubahan Ekuitas; Laporan perubahan ekuitas menunjukkan:
a. Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau
b. Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik;
4. Laporan Arus Kas;
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
5. Standar Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari perbankan. SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK Umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya historis; mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun.
6. Penerapan Standar Akuntansi Untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP)
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP, tetapi berdasarkan PSAK Non-ETAP. Sepanjang diterapkan secara konsisten, entitas tersebut tidak diperkenankan untuk
kemudian menerapkan SAK ETAP dalam penyusunan laporan keuangan berikutnya. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan sebagai entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP, melainkan wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK non- ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP.
SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011, penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP diterapkan dini, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010.
7. Pengukuran Berdasarkan Standar Akuntansi tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP)
SAK ETAP (2009) menjelaskan bahwa pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk mengukur aset, kewajiban, penghasilan, dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini termasuk pemilihan dasar tertentu. SAK ETAP (2009) menyatakan Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar:
1. Biaya Historis
Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar kas atau setara kas yang , atau diterima atau
sebesar nilai wajar dari aset non-kas yang diterima sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban.
2. Nilai Wajar
Adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau untuk menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan yang memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.
8. Pengakuan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP)
1) Aset
SAK-ETAP (2009) menyatakan aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya di masa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan.
Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.
2) Kewajiban
SAK-ETAP (2009) menyatakan kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
3) Penghasilan
SAK-ETAP (2009) menyatakan pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
4) Beban
SAK-ETAP (2009) menyatakan pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
5) Laba atau Rugi
SAK-ETAP (2009) menyatakan Laba atau rugi merupakan selisih aritmatika antara penghasilan dan beban. Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.
9. Penyajian Wajar Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP)
SAK ETAP (2009) menyatakan laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan beban, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan,
menghasilkan laporan keuangan yang wajar atas posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas. Pengungkapan tambahan diperlukan ketika kepatuhan atas persyaratan tertentu dalam SAK ETAP tidak memadai bagi pemakai untuk memahami pengaruh dari transaksi tertentu, peristiwa dan kondisi lain atas posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas.