• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI A. MAPPIJANCI K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI A. MAPPIJANCI K"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KELAS IXA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)

DALAM PEMBELAJARAN MENGGAMBAR BENTUK SMP NEGERI 1 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana PendidikanPada Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

A. MAPPIJANCI K 10541067113

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA JANUARI 2016

(2)
(3)
(4)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : A. MAPPIJANCI

NIM : K10541067113

Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Setelah diperiksa dan diteliti secara seksama, maka skripsi ini sudah layak memenuhi persyaratan untuk diajukan dalam ujian skripsi.

Makassar, Januari 2016 Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Andi Baetal Mukaddas, S.Pd.,M.Sn Muh. Faisal, S. Pd., M.Pd. NBM: 431 879 NIDN: 0927027904

Diketahui :

Dekan FKIP Ketua Prodi

UNISMUH Makassar Pendidikan Seni Rupa

Dr. Andi Sukri Syamsuri, M. Hum. Andi Baetal Mukaddas, S.Pd.,M.Sn. NBM. 858 610 NBM. 431 879

(5)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

iv

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : A. MAPPIJANCI

Stambuk : K10541067113

Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Judul Skripsi : Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas IXA Melalui

Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Menggambar Bentuk SMP Negeri 1 Lappariaja Kabupaten Bone

Dengan ini menyatakan Perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai selesainya skripsi ini. Saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuat oleh siapapun). 2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti yang tertera pada butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian surat perjanjian ini saya buat dengan sebanarnya dan penuh kesadaran. Makassar, Januari 2016 Yang Membuat Perjanjian

A. MAPPIJANCI

NIM : K10541067113

(6)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

v

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : A. MAPPIJANCI

Stambuk : K10541067113 Jurusan : Pendidikan Seni Rupa

Judul Skripsi : Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas IXA Melalui

Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Menggambar Bentuk SMP Negeri 1 Lappariaja Kabupaten Bone

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Januari 2016 Yang Membuat Pernyataan

A. MAPPIJANCI NIM: K10541067113

(7)

vi

Jangan batasi dirimu dengan kata 'menyerah'. Kegagalan hanya sementara. Percaya diri, terus berusaha dan katakan 'aku bisa!

Sukses berarti melakukan yg terbaik yg kita bisa dengan apa yg kita miliki. Bukan dengan menginginkan apa yg orang lain miliki.

Hidup ini pilihan. Kamu yg sekarang adalah pilihan yg kamu ambil di masa lalu. Bijaklah dalam memilih langkahmu selanjutnya.

Dalam Perjalanan mungkin anda akan Merasakan Kepahitan , tapi ingatlah tujuan akhir anda adalah Kebahagiaan

(8)

vii

Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Menggambar Bentuk SMP Negeri 1 Lappariaja Kabupaten Bone. Skripsi. Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Bapak Andi Baetal Mukaddas, S. Pd., M. Sn dan pembimbing II

Bapak Muh. Faisal, S. Pd., M.Pd.

Dalam proses belajar mengajar seni budaya sangat diperlukan kreatifitas. Proses di dalam kreatif berada di dalam benak, yang pada awalnya banyak melibatkan intuisi dan bawah sadar, imajinasi , dan emosi, selanjutnya melibatkan logika dan tindakan untuk solusi dan realisasinya. Dari temuan pra ahli neuropsikologi setiap orang memiliki kapasitas kreatif hanya kadarnya yang berbeda oleh karenanya dapat dikembangkan atau dimaksimalkan melalui berbagai pendekatan, salah satunya adalah pendekatan Kontextual Teaching Learning (CTL) melalui latihan yang terstruktur.

Pendekatan kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ) yang lebih terkenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IXA SMP Negeri 1 Lappariaja

Kab. Bone tahun ajaran 2015/2016. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Lappariaja Kabupaten Bone tahun ajaran 2015/2016 yang

berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan.

Dari Siklus I diketahui bahwa nilai rata-rata siswa masih rendah dan belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini terlihat dari rendahnya nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 69,50. Jumlah siswa memperoleh nilai

70 hanya 13 orang atau 54,17% dari jumlah siswa secara keseluruhan dan siswa yang belum berhasil sebanyak 11 orang atau 45,83% dari jumlah siswa keseluruhan, artinya tindakan yang diberikan pada siklus I belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari Siklus II diketahui bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah mengalami peningkatan dari siklus I. Ini dapat diketahui dari hasil belajar siklus II yang diikuti oleh 24 siswa. Nilai rata-rata yang diperoleh meningkat dari 54,17 pada siklus I menjadi 72,50pada siklus II. Dan jumlah siswa memperoleh nilai

70 sebanyak 18 orang, ini berarti keberhasilan klasikal telah mencapai 75%.

(9)

viii

mengalami peningkatan. Ini dapat diketahui dari siklus I yang diikuti oleh 24 orang siswa, nilai rata-rata yang diperoleh meningkat dari 69,6 pada siklus I menjadi 72,5pada siklus II dan meningkat menjadi 77,6 pada siklus III. Siswa yang memperoleh nilai

70 sebanyak 23 orang. Ini berarti keberhasilan klasikal mencapai 95,83% sedangkan siswa yang belum berhasil sebesar 4,17%. Angka keberhasilan ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat dikatakan berhasil.

Keywords: Kreativitas Siswa, Contekstual Teaching Learning (CTL), Menggambar Bentuk

(10)

ix

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas IXA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning

(CTL) Dalam Pembelajaran Menggambar Bentuk SMP Negeri 1 Lappariaja Kabupaten Bone”.

Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sang revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh ummat beliau yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis, oleh karena itu di samping rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

(11)

x

mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu khususnya di bidang pendidikan Seni Rupa.

Amin Yaa Rabbal Alamin.

Wassalam

Makassar, Januari 2016

(12)

xi

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5 E. Definisi Istilah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kreativitas ... 8

B. Kerangka Pikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 39

(13)

xii

D. Subyek Penelitian ... 41

E. Instrumen Penelitian ... 42

F. Pengumpulan Data ... 42

G. Cara Pengambilan Data ... 42

H. Analisis Data ... 43

I. Indikator Keberhasilan ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45 B. Pembahasan ... 54 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 62 B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN

(14)
(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat 5 disebutkan dengan jelas bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan Bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia dan undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 2 dan pasal 3 tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional serta untuk mensukseskan wajib belajar 9 tahun dan menyongsong kurikulum 2004 yang populer dengan nama kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Pembelajaran merupakan unsur penting dalam kegiatan pendidikan. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan dimasa yang akan datang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat, seperti yang tercantum dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2003 “Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui masyarakat”. (www.Depdiknasgo.2003)

Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebab pendidikan merupakan jalur yang

(16)

sangat strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, merubah prilaku, serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik.

Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang telah dilalui. Salah satu kepedulian pemerintah tentang pendidikan adalah setiap 10 tahun merevisi kurikulum sebagai acuan bagi para penyelenggara pendidikan agar tujuan pendidikan nasional tercapai. Sebagaimana kita ketahui bahwa pada tahun 2004 pemerintah melakukan revisi kurikulum yang kita kenal Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) kemudian disempurnakan menjadi KurikulumTingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) dimana seni budaya termasuk salah satu mata pelajaran utama yang siswa harus pelajari.

Upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan pelaksanaan pembelajaran menjadi kebutuhan yang signifikan. Tujuan dari keseluruhan pembelajaran ditunjukkan oleh prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Namun kenyataannya dalam proses belajar mengajar untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tidaklah mudah. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering dijumpai beberapa masalah yaitu masih banyak dijumpai siswa yang mempunyai nilai rendah dalam sejumlah mata pelajaran, khususnya pembelajaran seni budaya. Prestasi belajar yang dicapai belum

(17)

memuaskan mengingat masih banyak siswa yang memperoleh nilai seni budaya di bawah standar yang ditetapkan.

Dalam proses belajar mengajar seni budaya sangat diperlukan kreatifitas. Proses di dalam kreatif berada di dalam benak, yang pada awalnya banyak melibatkan intuisi dan bawah sadar, imajinasi , dan emosi, selanjutnya melibatkan logika dan tindakan untuk solusi dan realisasinya. Hal ini sesuai dengan temuan para ahli neuropsikologi, bahwa kemampuan intuisi, kreatifitas dan emosi yang berada pada hemisphere otak sebelah kanan berinteraksi dengan kemampuan logika, analitis yang berada pada hemisphere otak sebelah kiri. Oleh karena itu kemampuan kreatif tidak dapat berdiri sendiri tanpa melibatkan kemampuan logika analitis dan tindakan nyata untuk merealisasikannya. Dari temuan pra ahli neuropsikologi setiap orang memiliki kapasitas kreatif hanya kadarnya yang berbeda oleh karenanya dapat dikembangkan atau dimaksimalkan melalui berbagai pendekatan, salah satunya adalah pendekatan Kontextual Teaching

Learning (CTL) melalui latihan yang terstruktur.

Metode pembelajaran yang dipakai guru juga akan berpengaruh pula terhadap cara belajar siswa, yang mana setiap siswa yang mempunyai cara belajar yang berbeda antar siswa satu dengan yang lain. Oleh karena itu metode belajar yang dipilih sebaiknya metode yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan kreatif dalam belajar. Biasanya gagasan kreatif muncul secara intuitif berupa gambaran sepintas yang belum jelas, kemudian dihubungkan dengan persepsi sadar, sejak itu gagasan bukan lagi besifat

(18)

intuitif tetapi sudah merupakan pengalaman alam sadar. Untuk memperoleh gagasan kreatif perlu aktif, tidak ada gagasan muncul tanpa suatu upaya

Keberhasilan pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh metode pembelajaran tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kreatif siswa. Siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar dimungkinkan memiliki prestasi belajar yang tinggi karena lebih mudah mengikuti pembelajaran sedangkan siswa yang pasif cenderung lebih sulit mengikuti pembelajaran. Pada kenyataannya tidak sedikit dijumpai siswa berprestasi tinggi namun memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah. Ini dikarenakan banyak siswa mencapai keberhasilan akademis tetapi hanya sedikit menunjukkan kemampuan kreatifitas dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud mengankat judul penelitian “Peningkatan Kreativitas siswa kelas IXA melalui Pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL) dalam pembelajaran Menggambar Bentuk SMP Negei 1 Lappariaja Kabupaten Bone”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

a. Bagaimana kesiapan siswa menentukan posisi melihat objek benda?

b. Bagaimana pemanfaatan benda dalam objek bentuk?

c. Bagaimana penentuan gelap terang objek sehingga dapat lebih hidup?

(19)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas yang ingin diteliti dan informasi yang diharapkan maka penelitian ini bertujuan yaitu:

a. Untuk mengetahui kesiapan siswa menentukan posisi melihat objek benda

b. Untuk mengetahui pemanfaatan benda dalam objek bentuk

c. Untuk mengetahui penentuan gelap terang objek sehingga dapat lebih hidup

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka diharapkan hasil penelitian memberikan manfaat kepada pihak :

1. Siswa

a. Meningkatkan kreativitas siswa dalam menggambar bentuk pada khususnya dan mata pelajaran Seni Budaya pada umumnya

b. Meningkatkan kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan berpikir aktif dan kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2. Guru

a. Untuk mendapatkan gambaran tentang kreativitas siswa melalui pendekatan CTL dalam pembelajaran menggambar bentuk .

b. Mengembangkan profesionalisme guru dalam mengajar sebagai upaya mewujudkan pembelajaran berpusat pada siswa melalui inovasi dan kreativitas.

(20)

3. Kepala Sekolah

a. Merupakan informasi yang dapat dijadikan bahan pembanding dalam pelaksanaan pembelajaran.

b. Memberikan konstribusi untuk meningkatkan mutu sekolah. 4. Dinas Pendidikan

a. Dapat dijadikan rekomendasi kepada guru seni budaya dalam pembelajaran menggambar bentuk

b. Dapat dijadikan rekomendasi untuk lebih mengaktifkan pelaksanaan MGMP

E. Definisi Istilah

Penegasan istilah dari judul skripsi dimaksudkan untuk memperjelas istilah-istilah dan memberi batasan ruang lingkup penelitian sehingga tidak menimbulkan penafsiran lain. Adapun penegasan istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Kreativitas

Kreativitas diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

2. Contextual Teaching Learning

Pendekatan kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.

(21)

3. Seni Lukis ( Gambar )

Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari obyek tiga dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film didalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan

4. Menggambar bentuk

Menggambar bentuk merupakan proses perekaman obyek di atas bidang dua dimensi melalui media dengan ketentuan ketepatan/kemiripan bentuk, dan warna dengan memperhatikan perspektif, proporsi, komposisi, gelap terang, serta bayang-bayang.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka 1. Kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow dalam Munandar, 2009). Pada dasrnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat. Walaupun ada pengakuan ilmiah terhadap pentingnya kreativitas namun hingga kini hanya sedikit sekali penemuan yang telah dilakukan. Hal ini disebabkan adanya kesulitan metodoli dan karena adanya keyakinan bahwa kerativitas adalah suatu faktor baeaan individu sehingga hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk mengendalikannya.

a. Pengertian kreativitas

Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and

Cultural Education) dalam (Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas

imaginatif yang menghasilakan hasil yang baru dan bernilai. Menurut Munandar (1985), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Selain itu Csikszentmihalyi dalam (Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produ yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.

(23)

Menurut Utami Munandar (1995:25) menyatakan kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang suah ada sebelumnya. Sedangkan Sterberg (1988), menyatkan bawhwa kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Selanjutnya Clark Moustakis (1967) ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam,dan denganorang lain.

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna dari kreativitas adalah kemampuan seseorang menciptakan sesuatu produk yang baru atau kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya yang didasari oleh intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi melalui proses konsruksi ide yang berguna, serta dapat dimengerti.

Adapun definisi kreativitas ditinjau dari segi penekanannya dapat dikategorikan kedalam empat jenis dimensi (Four P’s Creativity) yaitu dimensi person, dimensi proses, dimensi press dan dimensi product

a. Kreativitas dalam dimensi person

Definisi kreativitas dalam dimensi person adalah upaya mendefinikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang

(24)

disebut kreatif. Menurut Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang adam diri seseorang, hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat. Sedangakn Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan. Definisi kreativitas dari dua pakar tersebut diatas lebih berfokus pada segi pribadi.

b. Kreativitas dalam dimensi proses.

Definisi kreativitas dalam dimensi proses adalah upaya mengdefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif. Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, ( fleksibilitas ), dan orisinalitas dalam berpikir, sera kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci), suatu gagasan.

c. Kreativitas dalam dimensi press

Definisi kreativitas dalam dimensi press adalah pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial psikologis. d. Kreativitas dalam dimensi product

Definisi kreativitas dalam dimensi product merupakan upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah

(25)

elaborasi/ penggabungan yang inovatif. Definisi ini berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukan oleh Baron (1969) yang menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Dari berbagai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas sehingga peneliti menyimpukan bahwa : Kreativitas adalah proses konstruksi ide yan orisinil (asli), bermanfaat, variatif ( bernilai seni ) dan inovatif (berbeda/lebih baik)

b. Ciri-Ciri Kreativitas

Guilford dalam (Munandar,2009) mengemukakan ciri-ciri dari kreativitas antara lain:

1. Kelancaran berpikir ( fluency of thinking) , yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kualitas, dan bukan kualitas.

2. Keluwesan berpikir (flexibility), yaitu kemampuan untu memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat sesuatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari altenatif atau arah yang berbeda-beda, serta manpu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat mreninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.

(26)

3. Elaborasi (elaboration) , yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detai-detail dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

4. Originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas

Menurut Rogers dalam (Munandar, 2009) , faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya :

1. Dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik)

Menurut Rogers dalam (Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubngan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya. Hal ini didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian , dorongan dan pelathan dari lingkungan. Adapun kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untukberkreasi diantaranya :

(27)

2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)

3) Kemampuan untuk bereksperimen atau ”bermain” dengan konsep-konsep.

2. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik )

Munandar (2009)mmengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang penting dan merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Adapun kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya :

1) Kemampuan psikologis

Kemampuan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu :

a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya

(28)

b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evauluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam).

c) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.

2) Kebebasan psikologis

Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Menurut Munandar dalam (Zulkarnain, 2002) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampian. Sedangkan faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan sifat asertif. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat berbagai faktor lain yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, menurut Hurlock (1993) yaitu : jenis kelamin, status sosial ekonomi,

(29)

urutan kelahiran, ukuran keluarga, lingkungan kota vs lingkungan pedesaan serta inteligensi.

d. Tahap-Tahap Perkembangan Kreativitas

Menurut Cropley (1999) terdapat 3 tahapan perkembangan kreativitas diantaranya :

a. Tahap prekonvensional (Preconventional phase)

Tahap ini terjadi padausia 6 – 8 tahun. Pada tahap ini, individu menunjukkan spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya, yang kemudian mengarah kepada hasil yang aestetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru tanpa memperhatikan aturan dan batasan dari luar.

b. Tahap konvensional (Comventional phase)

Tahap ini berlangsung pada usia 9 – 12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi kaku. Selai itu, pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluatif juga berkembang.

c. Tahap poskonvensional (Posconventional phase)

Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun sampai dewasa. Pada tahap ini individu sudah mampu menghasilkan karya-karya baru yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan eksternal dan nilai-nilai komvensional yang ada di lingkungan.

(30)

2. Contextual Teaching And Learning (CTL)

Istilah intruction pembelajaran) seperti yang dikemukakan oleh Romiszoowski (1981:4) merujuk pada proses pengajaran berpusat pada tujuan atau goal directed teaching process yang dalam banyak hal dapat di rencanakan sebelumnya (pre planed) karena sifat dari proses tersebut, maka proses belajar yang terjadi adalah proses perubahan perilaku dalam konteks yang memang sebagian besar telah dirancang. Sedangkan dari sudut pandang Gagne (19:…) berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh dua hal yakni variable dari diri individu dan diluar individu yang saling berinteraksi. Dan John Dewey pada awal abad 20 menyatakan bahwa kurukulum dan metode mengajar terkait dengan pengalaman dan minat siswa yang dikenal dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual mengakui bahwa belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan multi dimensi yang jauh melampaui berbagai metodologi yang hanya berorientasi pada latihan dan Stimulus – Respon. Berdasarkan teori pembelajaran kontekstual belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai kerangka berfikir yang dimilikinya (ingatan, pengalaman, dan tanggapan). Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan siswa menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai tatanan dalam sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah dunia nyata atau masalah-masalah yang disimulasikan.

(31)

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lebih terkenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut :

1. Proses Belajar.

1. Belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

2. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola – pola bermagna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

3. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencermingkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan (subject matter)

4. Pengetahuan tidak dapat dipisah –pisahkan menjadi fakta – fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

5. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

(32)

6. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah,menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide – ide.

2. Transfer Belajar

1. Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain 2. Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang

terbatas (sempit) ,sedikit demi sedikit.

3. Penting bagi siswa tahu “ untuk apa “ ia belajar, dan “ bagaimana “ ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.

3. Siswa Sebagai Pembelajar.

1. Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal – hal baru.

2. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi untuk hal – hal yang sulit,strategi belajar sangat penting.

3. Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.

4. Tugas guru menfasilitasi : agar informasi baru bermakna,memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

(33)

4. Pentingnya Lingkungan Belajar.

a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada

siswa. Dari “ guru akting di depan kelas, siswa menonton “ ke “

siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.”

b. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

c. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar.

d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Menurut Zahorik dalam Departemen Pendidikan Nasional (2003 : 8) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual :

1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) 2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara

mempelajari secara keseluruhan dulu,kemudian memperhatikan detailnya.

3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis),melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut direvisi dan dikembangkan .

(34)

4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge)

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

Ada tujuh komponen utama dalam penerapan pendekatan CTL dalam kelas yaitu :

a) Konstruktivisme (Constructivism)

1. Membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman – pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal.

2. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman – pengalaman belajar bermakna.

b) Inquiry (Menemukan)

1. Pembelajaran diawali dengan pengamatan dalam rangka untuk memahami suatu konsep

2. Siklus yang tediri dari kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa dan merumuskan teori baik secara individu maupun bersama – sama dengan teman lainnya.

3. Mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir kritis.

c) Questioning (Bertanya)

1. Digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa

(35)

d) Learning Community (Masyarakat Belajar)

1. Berbicara dan membagi pengalaman dengan orang lain.

2. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan bekerja sendiri.

e) Modeling (Pemodelan)

1. Berpikir sambil mengucapkan proses berpikir anda sendiri.

2. Mendemonstrasikan bagaimanas anda menginginkan para siswa untuk belajar.

3. Melakukan apa yang anda inginkan agar siswa melakukannya.

f) Reflection (Refleksi)

1. Cara – cara berpikir tentang apa-apa yang telah kita pelajari.

2. Merevisi dan merespon kejadian,aktivitas dan pengalaman.

3. Mencatat apa yang telah kita pelajari,bagaimana kita merasakan ide

– ide baru.

4. Dapat berupa berbagai bentuk : jurnal ,diskusi, maupun hasil karya /

seni.

g) Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)

1. Mengukur pengetahuan atau keterampilan siswa.

2. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau keterampilan. 3. Penilaian produk atau kinerja.

4. Tugas – tugas kontekstual dan relevan

(36)

Sedangkan strategi pengajaran yang berasosiasi dengan CTL adalah CBSA, Pendekatan Proses, Pendidikan kecakapan hidup (Life Skills

Education), Pembelajaran yang sebenarnya (Authentic Insruction),

Pembelajaran berdasarkan Penemuan (Inquiry- Based Learning) , Pembelajaran yang berdasarkan masalah (Solving – Problem), Belajar Kelompok (Cooperative Learning) dan Pelayanan Pembelajaran (Service

Learning) dan strategi – strategi belajar mengacu pada prilaku dan proses –

proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang mempegaruhi apa yang dipelajari termasuk proses memori dan metakognitif.

Menurut Blancard dalam Margaretha dkk (2003 : 1) strategi-strategi pengajaran yang sesuai dengan Contextual Teaching and Learnig sebagai berikut :

1. Menekankan pada pemecahan masalah.

2. Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks seperti di rumah, masyarakat dan pekerjaan.

3. Mengajar siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, sehingga mereka menjadi pebelajar yang mandiri.

4. Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.

5. Mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama.

(37)

3. Seni Rupa

Seni dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai pengertian (1) halus, kecil dan halus, tipis dan halus, lembut dan dan enak didengar, mungil dan elok; (2) keahlian membuat karya yang bermutu; (3) kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi; orang yang bekesanggupan luar biasa. Menurut Plato seni adalah peniruan terhadap alam, sehingga karya seni merupakan tiruan dari bentuk lam seperti manusia, binatang dan tumbuhan. Dan ditambahkan olek Aristoteles bahwa seni adalah peniruan terhadap alam itu harus ideal, serba baik, misalnya menggambar bentuk harus sempurna, membuat patung manusia harus yang baik. Menurut Akhdiat K. Miharja mengatakan bahwa seni adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan realitas dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunayai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya. Sedangkan Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa seni itu merupakan perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. Dari pendapat para ahli tentang seni maka dapat disimpulkan bahwa seni merupakan kegiatan ekspresi rohani/ jiwa/ gagasan/ perasaan, kemahiran/ keterampilan/kelakuan manusia yang luar biasa yang menghasilkan karya yang memiliki estetis serta memilik makna simbolis.

Adapun cabang seni yaitu seni rupa ,seni musik, seni tari, dan seni drama. Seni musik, seni tari, dan seni drama termasuk dalam satu jenis seni pertunjukkan. Seni rupa adalah ungkapan gagasan atau perasaan yang

(38)

estetis dan bermakna yang mewujudkan melalui media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu. Seni rupa yang sering kita lihat di kehidupan sehari-hari itu di bagi dua menurut kegunaannya. Yakni seni rupa murni dan seni rupa terapan. Sedangkan ragam seni rupa nusantara dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu seni rupa berdimensi dua seperti gambar,lukisan,grafis dan seni rupa berdimensi tiga seperti patung, kriya dan desain.

1. Seni lukis ( gambar )

Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari obyek tiga dimensi untuk mendapatkan kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film didalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imajinasi tertentu kepada media yang digunakan. Secara historis, eni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahn yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan

(39)

tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwarna-warni di dinding-dinding gua yan masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar ( dan selanjutnya lukisan ) untuk berkembang lebih cepat dari pada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.

Adapun obyek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesangkan dari seekor banteng. Karena itanggap tanduk adalah bagian paling mengesangkan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerah.

Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukann hal itu sehingga mereka menjadi semakin

(40)

ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni. Pada zaman klasik seni lukis bertujuan untuk mestisme sebagai akibat belum berkembangnya agama dan sebagai propaganda sebagi contoh grfiti di reruntuhan kota Pompeii. Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal.

Pada zaman pertengahan seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan akibat terlalu kuatnya pengaruh agama pada zaman itu. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan, sehingga seni lukis tidak bisa lagi sejalan dengan realitas. Kebanyakan lukisan pada zaman ini berupa simbolisme, bukan realisme, sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan ” bagus ”. Lukisan pada masa ini digunakan sebagi alat propaganda dan religi. Beberapa agam yang melarang menggambar hewan dan manusia yang mendorong perkembangan abstrakisme ( pemisahan unsur bentuk yang ” benar ” dari benda). Berawal dari kota Firenze setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ilmuan dan budayawan ( termasuk pelukis ) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari keluarga De Medici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi

(41)

keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaanyang dirampas oleh Turki, dan akhirnya pengaruh seni di kota Fierenze menyebar keseluruh Eropa hingga Eropa Timur. Tokoh-tokoh seni yang banyak dikenal pada itu seperti Tomassi, Donatello, Leonardo da Vinci, Michaelangelo dan Raphael.

Pada peradaban islam mulai muncul di permukaan yaitu ketika terjadi hubungan timbal balik antara peradaban orang-orang Arab dengan non-Arab. Pada mulanya islam tidak memerlukan uatu bentuk kesenian tetapi bersama jalannya sang waktu, kaum muslimin menjadikan karya-karya seni sebagai media untuk mengekspresiasikan pandangan hidupnya. Mereka membangun bentuk-bentuk seni yang kaya sesuai dengan perspektif kesadaran nilai islam dan secara perlahan mengembangkan gaya mereka sendiri serta menambah sumbangan kebudayaan di lapangan kesenian.

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu adalah aliran romantisme yang membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya tidak melalui tahapan yang sama. Pada era revolusi

(42)

Indonesia banyak pelukis Indonesia yang beralih dari tema romantisme menjadi cenderung ke arah ” kerakyatan ” yaitu cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana sehingga melahirkan abstraksi. Perjalanan seni lukis Indonesia sejak perintisan Raden Saleh sampai awal abad XXI ini terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi. Aliran seni lukis yang menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi atau dari gudang bawah sadar manusia adalah aliran surrealisme dimana pelukis berusaha untuk membebaskan fikirannya dari bentuk fikiran logis kemudian menuangkan setiap bagian dari obyek untuk menghasilkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh yang populer dalam aliran ini adalah Salvador Dali. Pablo Picasso adalah salah tokoh aliran kubisme dimana aliran ini cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap obyek ke dalam bentuk-bentuk geometri atau bentuk balok-balok untuk mendapatkan sensasi tetentu. Sedangkan Raden Saleh adalah tokoh pelukis Indonesia yang mengikuti aliran romantisme dimana aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap obyek.

2. Gambar Bentuk

Menggambar merupakan pola kelakuan manusia atau kegiatan yang melibatkan kemampuan penglihatan dan kemahiran tangan. Koordinasi antara kemampuan penglihatan dan kemahiran tangan yang baik dapat mewujudkan karya gambar yang baik. Menggambar sebagai bagian dari pola kelakuan seni rupa dapat juga diartikan sebagai media pengungkapan gagasan. Pemahaman ini sesuai dengan konsep yang mengatakan bahwa

(43)

seni rupa adalah gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip tertentu sehingga menghasilkan karya yang estetis dan bermakna.

Menggambar bentuk secara umum merupakan kegiatan menggambar yang obyek gambarnya berupa bentuk benda. Di dalam penggambarannya, obyek benda tersebut hendaklah digambarkan secara tepat sesuai dengan keadaannya baik bentuk maupun warnanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gambar bentuk adalah gagasan bentuk yang diwujudkan diatas bidang gambar melalui kemahiran tangan dengan media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang dibuat dengan memperhatikan ketepatan bentuk dan perspektif, proporsi, serta komposisi sehingga menghasikan karya yang indah. Dengan perkataan lain menggambar bentuk sama halnya memotret bentuk benda dengan kemampuan penglihatan dan kemahiran tangan atau menggambar bentuk adalah membuat karya dua dimensi dengan meniru obyek atau benda dan mengutamakan kemiripan bentuk seperti apa yang kita lihat. Sehingga menggambar bentuk harus mempunyai benda atau obyek yang digambar atau ditiru. Dalam kegiatan menggambar obyek seringkali disebut benda atau model. Obyek gambar bentuk adalah benda dengan berbagai macam bentuk seperti benda-benda mati, flora, fauna, manusia,atau alam sekitar.Sehingga menggambar bentuk sering disebut juga menggambar alam benda (still life), sedangkan obyek untuk menggambar model biasanya

(44)

berupa manusia. Bentuk benda yang menjadi obyek gambar bermacam-macam. Bentuk benda dapat dibedakan antara geometris dan nongeometris. Bentuk geometris merupakan bentuk beraturan dan bentuk dasar benda. Yaitu : kubus, balok, piramid/limas, silinder, kerucut, dan bola. Sedangkan nongeometris merupakan bentuk yang tidak beraturan. Bentuk ini terdapat pada berbagai benda alam. Selain itu benda dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu :

a. Bentuk kubistis

Bentuk kubistis adalah betuk-bentuk yang menyerupai kubus atau benda yang bentuk dasarnya kubus dan balok seperti lemari, meja, kursi, kardus, kulkas dan pesawat TV.

b. Bentuk Silindris

Bentuk silindris adalah benda yang bentuk dasarnya menyerupai silinder atau bulat seperti gelas, botol, kendi, teko, ember, guci, cangkir, kaleng, dan piring.

c. Bentuk bebas

Bentuk bebas adalah benda yang bentuknya tidak beraturan atau yang tidak termasuk kubinis dan silindris seperti kain, buah-buahan, sayur-sayuran, dan busana.

Dalam menggambar bentuk ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Tujuannya adalah agar gambar yang dibuat lebih tepat/mirip dengan obyek yang digambar. Prinsip-prinsip tersebut adalah perspektif, proporsi, komposisi, gelap terang (half-tone), bayang-bayang (shadow).

(45)

a. Perspektif

Perspektif merupakan prinsip atau kaidah yang penting dalam menggambar bentuk atau melukis corak realis dan karenanya harus dipenuhi. Menurut prinsip ini obyek yang digambar hendaknya sesuai dengan tampakan yang sebenarnya, yaitu obyek gambar yang dekat dengan penggambar akan kelihatan lebih besar, lebih tinggi, dan lebih jelas sedangkan obyek gambar yang jauh dari si penggambar akan tampak lebih kecil, lebih pendek, dan kurang jelas.

b. Proporsi

Yang dimaksud dengan prinsip proporsi dalam menggambar bentuk adalah perbandingan bagian per bagian atau bagian keseluruhan. Dengan menerapkan prinsip proporsi ini obyek gambar yang satu dengan obyek yang lain harus tampak wajar.

c. Komposisi

Komposisi dalam menggambar bentuk diartikan sebagai susunan atau letak obyek gambar. Letak obyek gambar yang satu dengan obyek gambar yang lain hendaknya tidak berjauhan sehingga tidak tampak terpisah.

d. Gelap – Terang (Half – Tone)

Dalam menggambar bentuk agar kelihatan realis atau seperti tiga dimensi hendaknya memperhatikan nada gelap terang atau sering disebut half-tone . Bagian benda yang terang hendaknya diberi warna yang muda atau dibiarkan warna putih kertas, bagian benda setengah

(46)

terang atau setengah gelap diberi warna sedang atau diarsir sedang, dan bagian benda yang tampak gelap diberi warna tua atau diarsir warna hitam pekat.

e. Bayang-bayang (Shadow)

Dalam menggambar bentuk, peranan bayang-bayang akan menentukan terciptanya kesan tiga dimensi (realis). Oleh karena itu, bayang-bayang meskipun agak samar-samar harus ada. Bayang-bayang itu jatuh tidak jauh dari benda yang terkena cahaya.

Untuk menggambar bentuk memerlukan teknik. Teknik ini adalah cara-cara yang lazim dipergunakan untuk menggambar. Adapun teknik dalam menggambar adalah sebagai berikut :

1) Linear

Teknik linear merupakan cara menggambar obyek gambar dengan garis sebagai unsur lurus maupun garis lengkung.

2) Blok

Teknik blok merupakan cara menggambar dengan menutup obyek gambar menggunakan satu warna, sehingga hanya tampak bentuk globalnya (siluet)

3) Arsir

Teknik arsir merupakan cara menggambar dengan garis-garis sejajar atau menyilang untuk menentukan gelap-terang obyek gambar sehingga tampak seperti tiga dimensi.

(47)

4) Dusel

Teknik dusel merupakan cara menggambar yang penentuan gelap – terang obyek gambar menggunakan pensil gambar yang digoreskan dalam posisi miring (rebah)

5) Pointilis

Teknik pointilis merupakan cara menggambar yang dalam menentukan gelap – terang obyek gambar menggunakan pensil atau pena gambar dengan dititik – titikan.

6) Aquarel

Teknik aquarel merupakan cara menggambar dengan menggunakan cat air dengan sapuan warna yang tipis, sehingga hasilnya tampak transparan atau tembus pandang.

7) Plakat

Teknik plakat merupakan cara menggambar dengan menggunakan bahan cat poster atau cat air dengan sapuan warna yang tebal sehingga hasilnya tampak pekat dan menutup.

Dalam menggambar bentuk ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan dengan model dan pendekatan tanpa model. a. Pendekatan dengan model

Yang dimaksud dengan model adalah benda atau obyek yang akan digambar, misalnya kendi, gelas, buah-buahan, kursi, keramik dan sebagainya. Menggambar dengan pendekatan model maksudnya dalam kegiatan menggambar harus ada model. Dengan adanya model,

(48)

penggambar lebih banyak memperoleh kemudahan antara lain : obyek gambar lebih jelas, tidak perlu mencari-cari obyek gambar, pengambar dapat mengontrol gambar dan model sesering mungkin serta ketepatan sudut gambar lebih terjamin.

b. Pendekatan Tanpa Model

Pendekatan ini bertolak belakang dari pendekatan dengan model. Menggambar bentuk tanpa model banyak kekurangan, terutama bagi siswa yang masih menggambar. Bagi yang belum mahir, model diperlukan untuk menghasilkan gambar yang baik, sebab tuntutan keberhasilan dengan menggambar bentuk adalah ketepatan gambar dengan obyek yang digambar.

Adapun langkah-langkah dalam menggambar bentuk dengan pendekatan model adalah pengamatan, sketsa, menentukan gelap terang, menentukan teknik dan sentuhan akhir.

3. Ciri – ciri kreativitas

Seseorang dikatakan kreatif tentu ada indikator-indikator yang menyebabkanseseorang itu disebut kreatif. Indikator sebagai ciri dari kreativitas dapat diamatidalam dua aspek yakni aspek aptitute dan nonaptitute. Ciri-ciri aptitute adalahciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitute adalah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.

Menurut David Cambell ciri-ciri kreativitas ada tiga kategori:

1. Ciri-ciri pokok : kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan,cara baru, penemuan.

(49)

2. Ciri-ciri yang memungkinakan : yang membuat mampu mempertahankanide-ide kreatif, sekali sudah ditemuka tetapi tetap hidup.

3. Ciri-ciri sampingan : tidak langsung berhubungan dengan penciptaan ataumenjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi kerap mempegaruhi perilaku orang-orang kreatif.

Tabel 1.1 Penjelasan ciri-ciri kreativitas Ciri-ciri Pokok Ciri-ciri yang

Memungkinkan Ciri-ciri Sampingan 1. Berpikir dari segala arah (convergent thingking) 2. Berpikir kesegala arah (divergent thingking) 3. Fleksibilitas konseptual (kemampuan secara spontan mengganti cara memandang, pendekatan, kerja yang tak jalan) 4. Orisinilitas (kemampuan menelorkan ide yang asli bahkan mengejutkan) 5. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas 6. Latar belakang hidup yang merangsang (hidup dalam 1. Kemampuan untuk bekerja keras 2. Berpikir mandiri 3. Pantang menyerah 4. Mampu berkomunikasi dengan baik

5. Lebih tertarik pada konsep daripada detail

6. Keingin tahu intelektual

7. Kaya humor dan fantasi

8. Tidak segera menolak ide atau gagasan baru

9. Arah hidup yang mantap

1. Tidak mengambil pusing apa yang dipikirkan orang lain

2. Kekacauan psikologis

(50)

lingkungan yang dapat menjadi contoh) 7. Kecakapan dalam banyak hal (multiple skills)

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan indikator kreativitasdikemukan oleh Munandar, S. C. U (1992) sebagai berikut : 1. Dorongan ingin tahu besar.

2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.

3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah. 4. Bebas dalam menyatakan pendapat.

5. Mempunyai rasa keindahan.

6. Menonjol dalam salah satu bidang seni.

7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudahterpengaruh orang lain.

8. Rasa humor tinggi. 9. Daya imajinasinya kuat.

10. Keaslian / orisinilitas tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan karangandan sebagainya, dalam memecahkan masalah menggunakan cara-caraorisinil yang belum pernah diungkapkan orang lain).

11. Dapat bekerja sendiri.

12. Senang mencoba hal-hal baru.

13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan(kemampuan elaborasi)

(51)

Dari uraian mengenai ciri-ciri kreativitas diatas maka dapat dipahami bahwaseseorang dikatakan kreatif apabila dalam interaksinya dengan lingkungan ciri-ciridari kreativitas mendominasi dalam aktivitas kehidupannya, dan melakukansegalanya dengan cara-cara yang unik. Semua ciri-ciri tersebut secara konstruktif dapat dimunculkan dalam diri setiap individu, sebab setiap individu memiliki potensi kreatif. B. Kerangka Pikir

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lebih terkenal dengan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Untuk memudahkan pemahaman terhadap penulisan ini, maka digambarkan alur berpikir penulis seperti pada gambar 2.1 berikut:

(52)

Gambar 2.1 Model CTL Hasil Belajar Siswa

Meningkat Sebelum Perlakuan

Hasil Belajar Yang Rendah

Kegiatan Belajar Mengajar

Guru Peserta

Didik Penerapan Pembelajaran Pendekatan CTL

1. Membangun pengalaman siswa berdasarkan pengalaman awal.

2. Mengembangkan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir kritis siswa.

3. Mendorong dan membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.

4. Bekerja sama dengan siswa lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan bekerja sendiri.

5. Mengikuti keinginan siswa dalam pembelajaran. 6. Merevisi dan merespon kejadian, aktivitas dan

pengalaman siswa.

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari siklus I, siklus II dan siklus III. Setiap siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi Seni budaya yang mengajar di kelas tersebut. Pada setiap siklus memiliki tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan tahapan-tahapan dalam tindakan kelas yang dikemukakan oleh Anonym (2001). Tahapan-tahapan yang dimaksud ialah: 1). perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (acting), 3) observasi dan evaluasi, 4) analisis dan refleksi.

1. Perencanaan (planning)

Sebelum melaksanakan tindakan perlu membuat perencanaan terlebih dahulu. Bentuk kegiatan yang termasuk kedalam perencanaan adalah:

1. Membuat rencana pembelajaran

2. Mempersiapkan alat-alat pendukung yang diperlukan di kelas sesuai dengan rencana pembelajaran.

3. Membuat lembar observasi kreativitas siswa 4. Membuat lembar observasi kegiatan guru 5. Mendesain alat evaluasi

2. Pelaksanaan Tindakan (acting)

Setelah semua persiapan tindakan kelas selesai maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan ini pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat

(54)

pada persiapan tindakan. Secara umum tahapan dalam pelaksanaan tindakan ini antara lain adalah :

1. Memotivasi siswa untuk belajar

2. Melaksanakan kegiatan ini sesuai dengan rencana pembelajaran (RP) yang telah dipersiapkan pada perencanaan tindakan

3. Melakukan evaluasi

4. Menganalisis hasil evaluasi

5. Merefleksikan pelaksanan tindakan untuk menentukan perbaikan kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya

3. Observasi dan Evaluasi a) Observasi

Secara umum observasi adalah upaya mengamati dan mendokumentasi hal-hal yang diamati. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK), Observasi adalah cara yang digunakan untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Pemantauan terhadap pembelajaran menggunakan lembar pengamatan (observasi) yang hasilnya digunakan untuk menentukan jenis tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.

b) Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dari proses pelaksanaaan tindakan. Evaluasi dilaksanakan pada akhir siklus dengan memberikan tes akhir untuk melihat tingkat keberhasilan yang

(55)

telah diperoleh siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan.

4. Analisis dan Refleksi

Data tes dianalisis dengan perhitungan data penilaian hasil observasi mengenai aktivitas belajar siswa dan data mengenai hasil belajar siswa pada masing-masing siklus. Jika hasilnya belum seperti yang diharapkan maka masalah yang ada belum terselesaikan, akan diadakan perbaikan (revisi). B. Jenis Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research). PTK adalah penelitian yang merupakan perpaduan antara

tindakan (action) dan penelitian (research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.

C. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IXA SMP Negeri 1 Lappariaja Kab. Bone tahun ajaran 2015/2016.

D. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXA SMP Negeri 1 Lappariaja Kabupaten Bone tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 7 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan.

(56)

E. Instrumen Penelitian

Data tentang hasil belajar siswa diambil melalui karya-karya siswa yang diberikan setiap akhir siklus pembelajaran dalam bentuk proyek. Yaitu menggambar bentuk kubistis pada akhir siklus I, menggambar bentuk selindris pada akhir siklus II dan menggambar bentuk bebas pada akhir siklus III. Adapun kriteria penilaian karya siswa adalah :

1. Kemiripan 2. Kreativitas 3. Kebersihan 4. Kerapian 5. Kesesuaian Warna 6. Komposisi 7. Proporsi F. Pengumpulan Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini berupa :

1. Data Kualitatif yaitu data tentang kreativitas siswa dan kreativitas guru dalam proses belajar mengajar.

2. Data Kuantitatif yaitu data tentang hasil karya siswa setiap akhir siklus.

G. Cara Pengambilan Data

1. Data hasil karya siswa diambil dengan memberikan tugas proyek menggambar bentuk kepada siswa setiap akhir siklus

(57)

2. Data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh guru seni budaya.

H. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian digunakan beberapa teknik analisis data sebagai berikut :

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang digunakan untuk mengamati penilaian hasil karya siswa

2. Data Kualitatif

Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan kreativitas siswa dan lembar pengamatan kreativitas guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan adalah nilai hasil karya yang diperoleh siswa. Keberhasilan belajar dilihat berdasarkan hasil kerja yang diperoleh siswa. Tahap keberhasilan belajar dihitung berdasarkan kemampuan dalam menyelesaiakan tugas proyek mengenai materi pelajaran tersebut.

Adapun indikator keberhasilan siswa adalah sebagai berikut:

1. Seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah mencapai daya serap sekurang-kurangnya 70%. Hal ini sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di SMP Negeri 1

(58)

Lappariaja Kabupaten Bone untuk mata pelajaran Seni Budaya adalah 70.

2. Suatu kelas dikatakan berhasil dalam belajar apabila sekurang-kurangnya 85% siswa dikelas tersebut telah mencapai daya serap 70%.

Bila kriteria ini terpenuhi maka dalam menggambar bentuk dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan kreativitas siswa terutama dalam menggambar bentuk.

Gambar

Tabel 1.1 Penjelasan ciri-ciri kreativitas  Ciri-ciri Pokok  Ciri-ciri yang
Gambar 2.1 Model CTL Hasil Belajar Siswa
Tabel 4.3  Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Yang Diikuti Oleh 24 Orang Siswa
Tabel 4.5.  Hasil Observasi  Aktivitas  Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus  II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diana Arma, 2001, Eksistensi Sistem Hukum Adat Pidana Minangkabau dalam Kehidupan Masyarakat, Praktek Penegakan Hukum dan Pembaharuan Hukum Pidana di Indonesia,

Keinginan pihak STAIN Pekalongan untuk adanya kelas yang concern mengkaji studi hadis akhirnya tidak bisa terlaksana, karena minimnya peminat pada Prodi Ilmu

yang positif dan signifikan dari sistem pengendalian intern terhadap penerimaan kas Pemerintah Provinsi Jawa

Kelompok ini mempunyai pandangan bahwa yang terpenting dalam sebuah Negara bukanlah formalisme penerapan hukum Islam atau yang lainnya (yang mempunyai orientasi

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi jenis tanah dengan penambahan pupuk NPK Phonska yang memberikan pengaruh nyata

Hasil dari training di atas akan dimasukkan ke dalam Neural Networks yang akan digunakan untuk proses pembelajaran pengenalan not pada input data yang baru, serta proses

Pеnеlitian ini mеnggunakan analisis rеgrеsi liniеr bеrganda.Hasil pеngujian hipotеsis pada pеnеlitian ini dikеtahui F sig α (0,000 < 0,05) mеnunjukkan ada pеngaruh

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Pengetahuan Keluarga dalam Pertolongan Pertama Serangan Jantung / Infark Miokard di Poli Jantung RSUD DR.Harjono