• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pemisahan Kimia Pene

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Pemisahan Kimia Pene"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERCOBAAN II

“Penentuan Koefisen Dsitrsbuis ”

Oleh :

Nama

: Rukmana

Stambuk

: G 301 12 008

Kelompok

: III

Asisten

: Aini Khoiriyah

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2013

PERCOBAAN II

(2)

I. TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan koefisien distribusi zat terlarut NaOH dalam system n-Heksan air berdasarkan ekstraksi pelarut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur , seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan nya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbada dalam kedua fase pelarut.Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran berdasarkan proses distribusi terhadap dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Ekstraksi pelarut umumnya digunakan untuk memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik agar kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercamupr satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalam corong pisah dengan jalan pengocokan beberapa kali (Khopkar, 2003).

(3)

disolvasi ke fase organik. Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstrksi ke fase organik. Sedangakan kategori terakhir merupakan ekstraksi sinergis . Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat pada penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.Tiga metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990).

Menurut Anonim (2012), proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap, yaitu :

1. Pembentukan Kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.

2. Distribusi dari kompleks yang terektraksi

3. Interaksinya yang mngkin dalam fase organik.

(4)

fase organik.Tahap berikutnya yang penting pada mekanisme ekstraksi adalah proses distribusi dari zat yang terekstraksi ke fase organik. Distribusi tergantung pada bermacam faktor, yaitu :

 Kebasaan ligan

 Faktor stereokimia

 Adanya garam pada sistem ekstraksi

Ada beberapa elektrolit yang mempunyai kemampuan mempertinggi ekstraksi dari kompleks. Peran utama dari elektrolit ini adalah :

1. Mempertinggi kosentrasi kompleks anion melalui mekanisme aksi massa sehingga akan menambahkan kosentrasi kompleks dan mempertinggi ekstraksi

2. Akibat ikatan molekul air dengan ion elektrolit menjadikan pelarut tidak bebas lagi.

3. Konstanta dielektrik dari fase akua berkurang dengan bertambahnya kosentrasi garam, selanjutnya akan mempertinggi pembentukan asosiasi ion.

Terakhir dalam pembahasan mekanisme ekstraksi adalah interahsi pada fase organik. Interaksi ini mempengaruhi kosentrasi kompleks dan tingkat ekstraksi yang dihasilkan. Pada ekstraksi dengan mekanisme solvasi , polimerisasi dapat terjadi. Pada kosentrasi yang besar , polimerisasi dapat terjadi . Pada kosentrasi besar , polimerisasi berlangsung cepat. Polimerisasi ini mengurangi aktivitas zat asosiasi ion dapat terjadi pada larutan polar yang encer sehingga menghasilkan pertambahan ekstraksi (Anonim, 2012).

(5)

distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur. Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu fasa tersebut. Pada penerapan praktis ekstraksi pelarut ini, terutama kalau kita perhatikan fraksi zat terlarut total dalam fasa yang satu atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara disosiasi, asosiasi atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut. Untuk memudahkan, diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau koefisien ekstraksi E) (Svehla, 1985).

III. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat-alat yang di gunakan dalam percobaan ini adalah corong pisah 50 ml,buret 25 ml,erlenmeyer 100 ml,statif dan klem,gelas ukur 25 ml,pipet tetes dan neraca analitik.

Adapun bahan-bahan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah aquadest,larutan NaOH 0,1 N,larutan HCl 0,1 N,heksan dan indikator phenolptalin (PP).

IV. PROSEDUR KERJA

(6)

Selanjutnya mengambil 5 ml fraksi NaOH dalam air ,lalu menitrasi dengan HCL sebanyak 6 ml dengan menggunakan indikator PP,Kemudian menghitung konsentrasi NaOH yang terdapat dalam larutan (a).

Selanjutnya mengambil 5 ml larutan NaOH 0,1 n,lalu menitrasi dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan indikator PP,lalu menghitung konsentrasi NaOH dalam larutan awal (o). Selanjutnya menentukan koefisien distribusi (Kd) .

Kd = (NaOH)o

(NaOH)a Atau Kd =

(7)

V. HASIL DAN PEMBAHASASN 5.1. Hasil Pengamatan

No. Volume (mL) Keterangan

1 5,88 NaOH 0,1 N + ind. pp

2 5,42 Frakksi NaOH dalam n-heksan dalam air + ind.

pp

5.2. Analisis Data

 [NaOH]awal

[NaOH]awal=vNaOH awal[HCl]. vHCl

¿[0,1N5].5,88mL mL

¿0,1176N

 [NaOH]organic

[NaOH]organik=vNaOH organik[HCl]. vHCl

¿[0,1N5].5,42mL mL

¿0,1082N

 Koefisien Distribusi

KD=[[NaOH]organik]

[NaOH]air

¿0,10840,1176NN

¿0,9217

(8)

Ekstraksi adalah proses partisi yang meliputi pemisahan atau distribusi suatu zat terlarut antara dua fase cair yang tidak salinng bercampur, dimana bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa dalam berbagai sifat kimia yang berbeda. Sedangkan ekstraksi yang menggunakan dua fase cair yang berperan sebagai pelarut diseburt ekstraksi pelarut.

Nerst pertama kalinya memberikan pernyataan yang jelas mengenai hokum distribusi pada tahun 1981. Berdasarkan hokum Nerst, jika suatu larutan dalam air mengandung zat organic A yang tidak bercampur dengan air maka zat A akan terdistribusi baik kedalam lapisan air dan lapisan organic. Dimana pada saat terjadi kesetimbangan perbandingan konsentrasi zat terlarut A didalam kedua fase, organic-air adalah pada temperature tetap.

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan koefisien distribusi zat terlatut NaOH dalam system n-heksan air berdasarkan ekstraksi pelarut. Pelarut yang digunakan pada percobaan ini yaitu air dan heksan karena keduanya memiliki sifat kepolaran yang berbeda dimana air merupakan senyawa polar sedangkan n-heksan merupakan senyawa non-polar. Sehingga pada akhirnya akan dihasilkan larutan dengan dua fase.

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur , tergantung pada interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul. Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling bercampur . jika kelebihan campuran atau zat padat ditambahkan kedalam cairan yang tidak saling bercampur tersebut maka zat tersebut akan mendistribusikan diri diantara dua fase sehingga mmasing-masing menjadi jenuh.

(9)

pengocokan ini adalah terjadinya distribusi NaOH 0,1 N kedalam fase air dan fase organic., serta untuk memperluas permukaan untuk mempercepat proses distribusi. Selain itu, fungsi pengocokan juga adalah untuk mencapai kesetimbangan antara zat terdistribusi dalam air dan dalam n-heksan. Pengocokan dilakukan dengan kuat agar gugus polar dan non-polar dapat bereaksi.

Setelah pencampuran dan pengocoakan terjadi penurunan temperature larutan yang menyebabkan larutan terasa dingin. Setelah itu mendiamkan larutan selama 25-30 menit agar terjadi pemisahan yang sempurna. Pemisahan larutan dapat terjadi karena campuran telah mencapai kesetimbangan. Pemisahan lapisan larutan menghasilkan 2 lapisan larutan , dimana pada bagian bawah merupakan larutan NaOH dalam air sedangkan dibagian atas merupakan NaOh dalam n-heksan. Pemisahan lapisan larutan ini menunjukkan bobot molekul dari larutan yang terpisah, dimana larutan yang memiliki bobot molekul lebih berat akan berada pada bagian bawah dan yang memiliki bobot molekul yang ringan akan berada pada bagian atas. Menurut Anonim (2011), larutan n-heksan memiliki bobot molekul 0,68 g/cm3 sedangkan air memiliki bobot molekul 1 g/cm3 sehingga dapat dipastikan bahwa larutan pada bagian atas merupakan NaOH dalam n-heksan dan pada bagian bawah adalah NaOH dalam air.

(10)

terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya dan kemudian dengan menghilangnya proton kedua dari indicator ini menjadi ion terkonjugat maka akan dihasilkan warna merah muda. Jadi tanda telah tercapainya titik akhir tirasi yaitu berubahnya larutak menjadi merah muda. Tiitik akhir titrasi adalah titik pada titrasi dimana telah terjadi perubahan warna dan titrasi larutan harus dihentikan dan titik ekuivalen adalah titik dimana titrant dan analit tepat bereaksi atau jumlah volume larutan titrant dengan mol tertentu telah sama dengan mol larutan analit.

Setelah ditiitrasi dengan 5,88 mL HCl 0,1 N diperoleh konsentrasi awal NaOH 0,1176 N, dan setelah dititrasi dengan 5,42 mL HCl 0,1 N diperoleh konsentrasi awal fraksi NaOH dalam air dalam n-heksan sebesar 0,1084 N. adapun pebedaan konsentrasi disini disebabkan pebedaan volume HCl yang digunakan pada proses titrasi. Volume HCl untuk mentitrasi NaOH awal lebih banyak karena pada fase air sudah terdistribusi dengan larutan n-heksan. Menurut Anonim (2011), hal tersebut dikarenakan n-heksan memiliki koefisien distribusi yang besar.

Setelah melakukan perhitungan diperoleh nilai koefisien distribusi (KD) pada percobaan ini adalah sebesar 0,9217.

(11)

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode ekstraksi

pelarut.

2. Ekstraksi pelarut adalah proses partisi yang meliputi pemisahan atau distribusi suatu zat terlarut antara dua fase csir yang tidak saling bercampur dimana menggunakan dua fase cair sebagai pelarut.

3. Koefisien distribusi adalah koefisien pada saat terjadi kesetimbangan perbandingan konsentrasi zat terlarut A didalam suatu fasa. Dimana pada percobaan ini konsentrasi zat terlarut pada air adalah 0,1176 N, dan dalam n-heksan adalah 0,1084 N.

4. Zat terlarut NaOH lebih terdistribusi ke n-heksan disbanding ke air karena koefisien distribusinya lebih besar.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Mekanisme ekstraksi(www.scribd.com). Diakses pada tanggal 05 Desember 2013. Palu.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Ekstraksi pelarut adalah mengambil suatu zat terlarut dari dalam air oleh suatu pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air, sehingga dapat dipisahkan dalam hal ini pelarut

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada interaksi fisik dan

Ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan

Untuk pelarut heksana semua zat terlarut tidak dapat larut, karena dari ke empat zat terlart hampir semuanya senyawa ionik dan kovalen polar yang akan mudah larut dalam pelarut

dibawah titik beku pelarut murni yang semula yaitu dibawah 0°C, zat terlarut akan berpengaruh pada penurunan titik beku larutan karena pada suatu pelarut murni, zat

Absorpsi adalah proses perpindahan massa zat-zat yang terlarut dalam fase gas industri.. Absorpsi adalah proses perpindahan massa zat-zat yang terlarut dalam fase gas ke

Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume (berat

Terdiri dari 2 fase yang tidak saling bercampur yaitu fase terdispersi (zat padat) dan fase pendispersi (pelarut – air). Suspensi yang baik meliputi sifat-sifat zat yang