• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK EKSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK EKSTRAK"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

EKSTRAKSI

NAMA : DEFI ANGELIN TUNGRIANI (H311 08 ) DESILIANA T.P. ALLO (H311 08 274) SYADZA FIRDAUSIAH (H311 08 276) IMRAN (H311 08 28 )

KELOMPOK : IV

TGL.PERC. : 2 DESEMBER 2011

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diantara berbagai jenis pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga estraksi

air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan utamanya

adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun

mikro. Seseorang tidak perlu memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali

sebuah corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut

dengan perbandingan tertentu anatara dua pelarut yang tidak saling campur.

Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam

kedua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk preparative, pemurnian,

pemisahan serta analisis pada semua skala kerja.

Ektraksi pelarut dapat diterapkan pada pemisahan dua fase yang berbeda

karena kepolaran seperti pada fase organik dan fase pelarut air. Metode ini dapat juga

digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion

logam dalam jumlah makro. Dan untuk mempelajari lebih dalam mengenai ektrasksi

ini dilakukan percobaan menentukan kadar logam yang ada pada larutan dengan

metode pengompleksan dan pengukuran absorban, dalam hal ini digunakan logam

Fe3+ yang membentuk kompleks dengan 8-hidroksiquinolin kemudian dipisahkan

(3)

1.2 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui teknik pemisahan suatu

zat dari larutan sampel dengan metode ekstraksi.

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan konsentrasi besi dalam

suatu sampel dengan mengomplekskan besi dengan 8-hidroksiquinolin dengan

menggunakan metode ekstraksi dan pengukuran asborbansi.

I.4 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kadar besi dalam suatu sampel

secara spektrofotometri dimana besi(III) dikomplekskan dengan 8-hidroksiquinolin,

kemudian diekstraksi dengan kloroform dan dipisahkan dari fase airnya, lalu diukur

absorban fase organiknya dengan menggunakan spektronik kemudian dihitung

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Diantara berbagai jenis metode pemisahan ekstraksi pelarut atau disebut juga

ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan

utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro

maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat khusus atau canggih kecuali corong

pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut yang tidak saling

bercampur, seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah

zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.

Teknik ini dapat digunakan untuk keperluan preapartif, pemurnian, memperkaya,

pemisahan ion serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal

dalam kimia analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana,

cepat, dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai trace

(pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makrogram (Khopkar, 1990).

Partisi zat-zat terlarut antara dua kation yang tidak dapat campur (immiscible)

menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk penelitian analitis. Bahkan

tujuan primernya bukanlah analitis namun preparative, ekstraksi pelarut dapat

merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju kesuatu produk

murninya dalam laboratorium organik, anorganik, atau biokimia. Meskipun

kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit, namun seringkali hanya diperlukan sebuah

corong pisah. Seringkali pemisahan ekstraksi suatu pelarut dapat diselesaikan dalam

(5)

lebar, dan telah digunakan secara meluas untuk isolasi kuantitas yang luar biasa

sedikitnya dari isotop-isotop bebas pengemban yang diperoleh dengan transmutasi

nuklir, demikian pula isolasi bahan industri yang diproduksi berton-ton. Pemisahan

ekstraksi pelarut biasanya “bersih” dengan arti tidak ada lagi analogi kopresipitasi

dengan sistem semacam itu. (Day dan Underwood, 2002).

Extraction is another separation method that is readily performed in a flow-injection

apparatus. Most commonly, in aquecus solution of the analyte is mixed with on

immiscible organic solvent, such as hexane of chloroform, which result in transfer of

analyte (or the interferents) into the organic layer. After passing the mixture through a

coil of turbing in which the extraction is given time to occur, the more dense liquid is

separated from the base dense and one or the after of two phases is passed into a

detector for completion of the analysis (Scoog, 1996).

Ekstraksi adalah salah satu cara lain metode pemisahan yang siap

dilakukan pada suatu peralatan injeksi-alir. Pada umumnya, analisis dalam larutan air

biasanya tercampur dengan pelarut organik yang tak larut, seperti kloroform dan

heksana, yang mana analit akan masuk pada lapisan organik. Setelah campuran

melewati putaran/pengocokan yang mana telah terjadi ekstraksi , cairan yang lebih

rapat akan dipisahkan dari cairan lainnya dan satu fase tersebut dilewatkan pada

detector untuk melengkapi analisis (Scoog, 1996).

Cukup diketahui bahwa zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam

pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut-pelarut-pelarut lain. Jadi iod jauh lebih dapat

larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau karbon tetra klorida daripada dalam air.

(6)

air, dikocok bersama-sama dalam suatu bejana dan campuran kemudian dibiarkan,

maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. Cairan-cairan semacam itu

dikatakan sebagai tak dapat campur (karbon disulfide dan air) atau setengah campur

(eter dan air), bergantung pada apakah satu ke dalam yang lain tak dapat larut atau

setengah dapat larut. Jika iod dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida dan

air kemudian didiamkan, iod akan dijumpai terbagi dalam kedua pelarut itu. Suatu

keadaan kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam karbon disulfida dan larutan

iod dalam air. Ternyata bila banyaknya iod diubah-ubah, angka banding

konsentrasi-konsentrasi itu selalu konstan asal temperature konstan. Yakni :

Konsentrasi iod dalam karbon disulfida = C1 = Kd

Konsentrasi iod dalam air C2

Tetapan Kd dikenal sebagai koefisien distribusi atau partisi. Penting untuk mencatat

bahwa angka banding c1/c2 hanya konstan bila zat yang terlarut mempunyai massa

molekul relatif yang sama untuk kedua pelarut itu. Hukum distribusi dan partisi dapat

dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tak dapat

campur, maka pada suatu temperature yang konstan untuk tiap spesi molekul terdapat

angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut itu, dan angka banding

distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain apapun yang mungkin ada.

Harga angka banding berubah dengan sifat dasar kedua pelarut, sifat dasar zat

terlarut, dan temperatur (Svehla, 1990).

Suatu contoh yang lazim dari suatu sistem ekstraksi yang memberikan

pembentukan pasangan ion dalam fasa organiknya dijumpai dalam penggunaan

(7)

dari air ke kloroform. Spesi yang berpindah ke dalam fase organik adalah suatu

pasangan ion, [(C6H5)4As+, ReO4-]. Serupa pula ion uranil, UO22+, dari dalam larutan

nitrat berair ke dalam pelarut seperti eter (sebuah proses penting dalam kimia

uranium) melibatkan suatu asosiasi dari [UO22+, 2NO3-]. Diduga bahwa ion uranil

disolvasi baik oleh eter maupun oleh air, suatu fakta yang tak diragukan lagi

mempermudah pemisahan fase organik oleh suatu pasangan ion yang kemudian

menyesuaikan diri lebih ke karakter dari pelarut itu (Day dan Underwood, 2002).

Oksin merupakan pereaksi oeganik yang serbaguna dan membentuk khelat

dengan banyak ion logam. Kelat dari ion logam bermuatan dua atau tiga memiliki

rumus umum M(C9H5ON)2 dan M(C9H6ON)3. Oksinat logam dengan muatan lebih

besar dapat memiliki perbedaan komposisi. Oksin umumnya digunakan sebagai

larutan 1 persen dalam kloroform, namun konsentrasi yang tinggi sekitar 10 persen

baik digunakan dalam beberapa kasus seperti analisis stronsium. 8-hidroksiquinolin,

memiliki gugus hidroksil fenolik dan atom hitrogen, sehingga bersifat amfoter.

Senyawa ini dapat diekstrak sempurna dengan kloroform pada pH < 5 dan pH > 9.

Koefisien distribusi senyawa netral antara kloroform dan air adalah 720 pada 18 oC

(Jeffery, dkk., 1989)

(8)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain corong pisah 125 mL,

gelas kimia 250 mL, gelas kimia 600 mL, gelas ukur 100 mL, gelas ukur 50 mL,

pipet volume 10 mL, pipet volume 5 mL, labu takar 50 mL, labu takar 100 mL, statif

+ ring, batang pengaduk, neraca, spectronik 20D+, kuvet 1 cm, pipet tetes, pipet

skala.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain sampel Sangobion, larutan ammonium

besi(III) sulfat, asam nitrat, oksin 1% dalam kloroform, aquades, dan kertas pH.

(9)

Bagan Kerja

Sampel

- Dipipet 5 mL

- Diencerkan dengan aquades

- Ditambahkan asam nitrat hingga pH 2 - Diencerkan sampai tanda batas

- Dipipet 50 mL ke dalam corong pisah - Ditambahkan 10 mL oksin 1% dalam

kloroform.

- Dikocok selama 1 menit

- Dipisahkan fasa organic dan fasa cair

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

4.1.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Panjang Gelombang (nm) Absorbansi

4.1.2 Pengukuran absorbansi

(11)

4.2 Perhitungan

Ppm larutan intermediate = ppm induk x VV 1

(12)

V2 = V1ppmx ppm1

2 =

5. Volume untuk 8 ppm

V2 = V1ppmx ppm1

2 =

(13)

4.3 Reaksi

4.4 Pembahasan

Pada percobaan ekstraksi ini dilakukan pengompleksan larutan induk Fe3+

dengan larutan 8-hidroksiquinolin atau oksin dalam suasana asam.

Setelah larutan dimasukkan ke corong pisah, larutan ditambah oksin 1%

dalam kloroform untuk pembentukan kompleks dan pemisahan dari fasa cair. Fe3+

akan membentuk kompleks dan akan larut dalam pelarut organik karena bersifat non

polar dan akan terpisah dari air yang bersifat polar. Pengocokan larutan akan

mempercepat pemisahan dua fase tersebut sehingga fase air yang berat jenisnya lebih

rendah akan berada diatas, sedangkan fase organik berada dibawah sehingga mudah

dipisahkan dalam corong pisah.

Fase organik dalam kuvet diukur absorbannya dengan spectronik 20D+

dengan menggunakan panjang gelombang maksimum. Spectronic 20 dapat membaca

absorban karena adanya panjang gelombang tertenu yang mengenai absorbannya.

Panjang gelombang ini sebagian diserap dan sebagian dipantulkan yang nantinya

(14)
(15)

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah didapatkan konsentrasi Fe3+ dalam

sampel sangobion adalah ppm.

5.2 Saran

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Basset J., dkk, 1994, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, ECG, Jakarta.

Day R., dan Underwood., 1986, Analisa Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta.

Jeffery, G.H., Bassett, J., Mendham, J., Denney, R.C., 1989, Vogel’s Tekstbook of Quantitative Chemical Analysis, John Wiley and Sons, Inc., New York.

Khopkar S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.

Scoog, A.D., West D.M., Holler F.J., 1996, Fundamental of Analyitical Chemistry 7th,

Saunders College Publishing, Philadelphia.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses ekstraksi pelarut bertujuan untuk mengekstrak zat terlarut dari satu fase cair yang lain. Hal ini dapat dilakukan untuk memisahkan dua zat terlarut yang berbeda untuk

A. Latar Belakang Kelarutan suatu senyawa dalam zat pelarut tergantung sifat fisik dan kimia dari zat terlarut tersebut.

Pada uji pertama 10ml NaCl Pada zat uji yang kedua dengan berat sampel adalah 10 ml NaCl, dengan volume titrasi yang di dapatkan adalah 13,5 ml, dengan perubahan warna yang

Setelah proses ekstraksi tahap selanjutnya ialah proses pemurnian pelarut dari minyak jahe yang terlarut di dalamnya, pada proses pemurnian ini digunakan metode penguapan

kesetimbangan heterogen, zat zat tersebut berada dalam fase berbeda.Reaksi keetimbangan homogen terjadi jika

Setelah proses ekstraksi tahap selanjutnya ialah proses pemurnian pelarut dari minyak jahe yang terlarut di dalamnya, pada proses pemurnian ini digunakan metode penguapan

kesetimbangan heterogen, zat zat tersebut berada dalam fase berbeda.Reaksi keetimbangan homogen terjadi jika

Zat – zat kimia yang kami gunakan sebagai terlarut yakni bubuk Natriumthiosulfat dan zat pelarutnya adalah Aquades.Berdasarkan dasar teori yang penulis