Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85810/PP/M.IIB/12/2017
Jenis Pajak : PPh Pasal 23 Tahun Pajak : 2012
Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi atas Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 23 Masa Pajak Maret 2012 sebesar Rp2.902.836.100,00; yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;
Menurut Terbanding : 1. Sengketa Dasar Hukum Penerbitan SKPKB Berdasarkan Verifikasi
bahwa Pemohon Banding mempermasalahkan dasar penerbitan SKP adalah keliru dan tidak tepat mengingat verifikasi tidak diatur oleh Undang-Undang;
bahwa Terbanding menanggapi pendapat Pemohon Banding bahwa penerbitan SKP telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 146/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Verifikasi dapat diketahul bahwa proses verifikasi dalam rangka penerbitan surat ketetapan pajak olehTerbanding sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) , Pasal 13 ayat (2) , dan Pasal 14 huruf d ketentuan dimaksud;
b. Terkait dengan pelaksanaan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 73 P/HUM/2013 yang mengabulkan permohonan judicial review dari Pemohon Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia), maka sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-741PJ/2015 tanggal 04 Desember 2015 tentang Pelaksanaan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Republik Indonesia Nomor 73 P/HUM/2013 tentang Uji Materill Terhadap Pasal-Pasal Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan HaK dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, ditegaskan beberapa hal sebagai berikut :
i. Bahwa surat edaran tersebut disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman terkait dengan implikasi atas Putusan Mahkamah Agung Nomor 73 P/HUM/2013 sehingga dapat memberikan keseragaman dan kepastian hukum dalam pelaksanaan putusan dimaksud;
ii. Terkait dengan saat berlakunya Putusan Mahkamah Agung di atas maka sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil diatur bahwa dalam hal 90 (sembilan puluh) hari setelah Putusan Mahkamah Agung tersebut dikirim kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan peraturan perundang-undangan tersebut, ternyata pejabat yang bersangkutan tidak melaksanakan kewajibannya, demi hukum peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak mempunyai kekuatan hukum;
iii. Berdasarkan laman (website) resmi dari Mahkamah Agung, diperoleh informasi bahwa sengketa uji materiil yang diajukan KADIN Indonesia atas pasal-pasaf dalam PP 74 Tahun 2011 dengan nomor perkara 73 P/HUM/2013 telah diputuskan dikabulkan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung pada tanggal 30 Juni 2014 dan dikirimkan kepada para pihak pada tanggal 1 Juli 2015;
c. Berdasarkan hasil penelitian atas berkas Laporan Hasil Verifikasi dan penerbitan surat ketetapan pajak dapat diketahui bahwa Laporan Hasil Verifikasi Dalam Rangka Penerbitan Surat Ketetapan Pajak oleh Terbanding diselesaikan tanggal 09 Maret 2015 dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Pasal 23 diterbitkan pada tanggal 13 Maret 2015;
d. Dengan demikian maka pelaksanaan verifikasi dan penerbitan surat ketetapan pajak tersebut di atas diterbitkan tidak melebihi jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari setelah pengiriman putusan judicial review yang baru dikirimkan pada tanggal 1 Juli 2015 maka sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2011 pelaksanaan verifikasi paling lambat tanggal 29 September 2015;
2. Sengketa Dasar Pengenaan Pajak
a. Dalam Surat Banding disampaikan fakta bahwa pembayaran yang dilakukan oleh Pemohon Banding kepada MPS adalah untuk pembayaran :
- Jasa Maklon
- Penggantian (reimbursement) atas biaya produksi (production cost) yang termasuk didalamnya adalah gaji yang dibayarkan MPS kepada karyawannya terkait pekerjaan maklon;
b. Hasil penelitian atas sengketa penentuan DPP PPh Pasal 23 atas pembayaran tagihan kepada
SEKRETARIAT
PENGADILAN
PAJAK
pihak MPS yang terdaftar di KPP Pratama Bantul sebagai berikut:
i. Pembayaran oleh Pemohon Banding kepada MPS pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian sebagai berikut:
a) Penggantian biaya gaji atas pekerja yang bekerja untuk menghasilkan produk rokok dari Pemohon Banding; dan
b) Biaya atas jasa manajemen yang dilakukan oleh MPS yang berkaitan dengan jasa menyediakan dan mengatur para pekerja yang bekerja untuk menghasilkan rokok;
ii. Menurut Pemohon Banding, perusahaan mitra (MPS) tidak menyediakan bahan baku ataupun tambahan (penolong) sehubungan dengan jasa yang diberikan kepada Pemohon Banding, sehingga tidak ada tagihan bahan baku ataupun tambahan (penolong) dan perusahaan MPS tidak bertanggung jawab atas hasil kerja para pekerja dalam memproduksi rokok;
iii. Pemohon Banding menyatakan bahwa atas imbalan jasa dalam menyediakan dan mengatur pekerja yang bekerja untuk menghasilkan produk rokok, Pemohon Banding telah melakukan pemotongan PPh Pasal 23 dan hal ini sudah sesuai dengan surat penjelasan pengenaan PPh dan PPN sehubungan dengan kerjasama antara Pemohon Banding dengan perusahaan MPS yang dikeluarkan oleh Kantor Wilayah DJP Wajib Pajak Besar Nomor S-361IWPJ.19/2005 tanggal 24 Oktober 2005 dan Surat Nomor S- 368/WPJ.19/2005 tanggal 26 Oktober 2005;
iv. Berdasarkan penelitian atas data SPT Tahunan Pajak Penghasilan dari PT CMPN dan PT YTI dan data Laporan Keuangan perusahaan tersebut, diketahui bahwa perusahaan tersebut telah mengakui pembayaran imbalan yang dibayarkan oleh Pemohon Banding sebagai Pendapatan Penggantian Biaya Produksi dan Pendapatan Jasa MakIon;
v. Data pada Laporan Keuangan (Laporan Perhitungan Laba/Rugi) pada 2 perusahaan MPS tersebut menunjukkan bahwa antara pembayaran atas penggantian biaya produksi oleh Pemohon Banding dan biaya produksi yang telah dibebankan oleh perusahaan MPS tidak sama/terdapat selisih yang diakui oleh perusahaan mitra/ MPS sebagai Laba Kotor (Gross Profit). Hal ini menunjukkan bahwa atas penggantian biaya produksi yang diterima oleh perusahaan MPS tidak semata-mata hanya untuk penggantian biaya tenaga kerja yang merupakan karyawan dari perusahaan MPS sehingga terdapat margin bagi perusahaan MPS;
vi. Dengan demikian maka sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 sebagaimana telah diatur lebih lanjut dalam 53/PJ/2009 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan jumlah bruto (tidak termasuk PPN) yang wajib dipotong PPh Pasal 23 adalah seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri Iainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap tidak termasuk:
a) Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
b) Pembayaran atas pengadaanlpembelian barang atau material;
c) Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan kepada pihak ketiga;
d) Pembayaran penggantian biaya (reimbursement), yaitu penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga Dalam hal pembayaran penggantian biaya (reimbursement) maka harus dilampiri dengan penggantian pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oteh pihak MPS kepada pihak ketiga hal ini sesuai dengan lampran SE-53/PJ/2009;
vii Berdasarkan penelitian atas dokumen Perhitungan TPO/MPS Fee, Kuitansidnvoice, dan Faktur Pajak dari perusahaan MPS dapat diketahui bahwa pembayaran imbalan oleh PT.
HMS Tbk kepada perusahaan MPS terdiri dari
a) Penggantian biaya produksi yang dihitung dari rekap output harlan atas produksi rokok (dihitung output jumlah batang, jumlah box, dan dikalikan jumlah imbalan per box);
b) Pembayaran atas Jasa Maklon (dihitung dari jumlah output/jumlah box produksi dikalikan dengan pembayaran atas jasa meklon per box). Perhitungan penggantian biaya produksi bukan berdasarkan jumlah yang nyata-nyaya dibayarkan kepada pihak ketiga namun berdasarkan jumlah imbalan yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian;
viii. Dengan demikian maka jumlah bruto yang seharusnya menjadi Dasar Pengenaan Pajak
SEKRETARIAT
PENGADILAN
PAJAK
PPh Pasal 23 sesuai dengan ketentuan di atas adalah atas keseluruhan imbalan yang dibayarkan oleh Pemohon Banding kepada perusahaan MPS karena pembayaran imbalan tersebut tidak bersifat penggantian (reimbursement) atas biaya produksi MPS dan tidak merupakan penggantian atas pembayaran gaji, upah, ataupun honorarium karena dokumen penagihan/invoice yang diterbitkan oleh perusahaan MPS tidak dilampiri dengan kontrak kerja dan daftar pembayaran gaji, upah, honorarium;
3. Sengketa Tempat Terutang PPh Pasal 23
bahwa Terbanding menetapkan tempat terutang pembayaran PPh Pasal 23 atas transaksi Jasa Maklon tersebut pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul dengan penjelasan sebagai berikut : a. Pemohon Banding menyatakan bahwa telah melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 sesuai peraturan perpajakan yang berlaku atas imbalan jasa yang dibayarkan kepada MPS dan melaporkannya ke KPP Madya Surabaya;
b. Bahwa menurut Pemohon Banding pelaksanaan kewajiban terkait dengan PPh Pasal 23 atas imbalan yang dibayarkan kepada MPS sudah sesuai ketentuan SE-12/PJ.4/1996 tentang Pelaksanaan Pemotongan PPh Pasal 23 dan atas hal ini menurut Pemohon Banding juga sudah mendapatkan penegasan dari KPP Madya Surabaya melalui surat nomor S- 3749/WPJ.11/KP.11/2015 tanggal 17 Februari 2015 dengan Intl penegasan sesuai dengan ketentuan SE-12/PJ.4/1996.
c. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) huruf c Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 12/PJ./2008 diatur bahwa kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang diadministrasikan pada KPP Madya meliputi kewajiban perpajakan Pemotongan dan Pemungutan PPh akibat dari transaksi yang dilakukan kantor pusat dan/atau cabang Wajib Pajak yang berdomisiii di wilayah Kota Surabaya untuk Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Madya Surabaya;
d. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 12/PJ./2008 diatur bahwa Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak yang tetap diadministrasikan pada KPP Lama selain KPP Madya meliputi kewajiban Pemotongan dan Pemungutan PPh akibat dari transaksi yang dilakukan Kantor Pusat danfatau Cabang Wajib Pajak selain dari transaksi sebagaimana diatur dalam ayat (1) huruf c, PBB, dan BPHTB;
e. Berdasarkan uraian di atas, Terbanding berpendapat bahwa transaksi penyerahan jasa PT CMPN dan PT YTI kepada Pemohon Banding yang terjadi di wilayah Bantul diadministrasikan di KPP Pratama Bantul;
f. Berdasarkan hasil penelitian atas data dan dokumen terkait dengan pembayaran yang dilakukan oleh Pemohon Banding kepada MPS di Bantul dapat diketahui bahwa berdasarkan bukti transaksi/kuitansi bermeterai menunjukkan bahwa pembayaran dilakukan di Bantul sebagai lokasi dari MPS.
Menurut Pemohon : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan Koreksi Positif atas Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 23 sebesar Rp2.902.836.100,00 dengan alasan sebagai berikut:
bahwa Pemohon Banding mengikat kerja sama kemitraan dengan tujuan agar ada pergerakan ekonomi di daerah tersebut, dalam kasus ini daerah Bantul. Kerja sama kemitraan terkait dalam bentuk kerjasama maklon, Dalam hal ini Pemohon Banding bermitra dengan PT CMP dan PT YTI yang selanjutnya disebut Mitra Produksi Sigaret atau MPS. Antara Pemohon Banding dengan MPS memiliki perjanjian kerja sama sebagai berikut Pemohon Banding menyediakan bahan baku, peralatan untuk memproduksi sigaret kretek tangan, dan tenaga pengontrol terkait kualitas produk, sedangkan pihak MPS menyediakan tempat kerja (Pabrik) dan tenaga kerja. dengan proses kerja sebagaimana tersebut maka Pemohon Banding menolak koreksi terbanding dengan alasan sebagai berikut:
a. Penagihan yang dilakukan oleh MPS hanya sebatas jasa maklon, diluar penagihan jasa maklon yang dilakukan oleh MPS, Pemohon Banding melakukan penggantian (reimbursement) atas biaya produksi (production cost) yang termasuk didalamnya adalah gaji yang dibayarkan MPS kepada karyawannya terkait pekerjaan maklon;
b. Pemohon Banding telah melakukan pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 23 di Kantor Pusat Pemohon Banding yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Surabaya;
c. Pemohon Banding beranggapan terdapat potensi pengenaan pajak berganda;
d. Pemohon Banding berpendapat Terbanding tidak mempertimbangkan fakta bahwa ketentuan Pasal 23 atas jasa yang ditagihkan semata dan penggantian biaya bukan merupakan objek pengenaan PPh Pasal 23;
e. Pemohon Banding berpendapat Terbanding tidak memberikan keadilan dalam proses keberatan yang diajukan oleh Pemohon Banding;
f. Pemohon Banding berpendapat bahwa penerbitan SKP adalah keliru dan tidak tepat mengingat verifikasi tidak diatur oleh Undang-Undang;
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan keterangan/pernyataan sebagai berikut:
bahwa menurut Pemohon Banding, koreksi yang dilakukan Terbanding terkait dengan pihak yang berkewajiban untuk mengadministrasikan kewajiban perpajakan PPh Pasal 23 yang sudah Pemohon Banding administrasikan di KPP Madya Surabaya. Menurut Terbanding kewajiban perpajakan PPh Pasal 23 seharusnya di administrasikan di KPP Pratama Bantul bukan di KPP Madya Surabaya; SEKRETARIAT
PENGADILAN
PAJAK
bahwa berdasarkan Surat Edaran Nomor SE-12/PJ.4/1996 tentang Pelaksanaan Pemotongan PPh Pasal 23 (Seri PPh Ps. 23 Nomor 7) yang menegaskan bahwa kewajiban PPh Pasal 23 melekat pada tempat yang melakukan pembayaran dimana yang melakukan pembayaran adalah kantor pusat Pemohon Banding;
bahwa Pemohon Banding telah meminta surat penegasan kepada KPP Madya Surabaya (Terbanding) untuk mengkonfirmasi apakah perlakuan perpajakan yang telah dilakukan Pemohon Banding adalah benar adanya dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Terhadap permintaan Pemohon, pihak KPP Madya Surabaya memberikan klarifikasi melalui surat nomor S-3749/WPJ.11/KP/11/2015 tertanggal 17 Februari 2015 dimana dalam surat tersebut ditegaskan bahwa perlakuan perpajakan yang telah dilakukan Pemohon Banding adalah benar;
bahwa Pemohon Banding telah diperiksa oleh Tim Pemeriksa dari DJP Pusat untuk tahun pajak 2008, 2010 dan 2011 namun tidak ada koreksi atas DPP PPh Pasal 23 sebagaimana yang menjadi koreksi dalam sengketa banding ini;
bahwa Pemohon Banding mempunyai kerjasama dengan 35 Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang merupakan lawan transaksi Pemohon Banding yang tersebar di lebih dari 20 KPP. Sejak tahun 1990 sampai saat ini tidak ada masalah terkait pemotongan PPh Pasal 23 karena Pemohon Banding melakukan hal yang seragam kecuali untuk KPP Bantul;
bahwa kerjasama dengan MPS yang berada di KPP Bantul sudah berlangsung lama namun baru untuk tahun pajak 2010 dilakukan koreksi oleh KPP Bantul;
bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyerahkan penjelasan tertulis atas permohonan banding Nomor 120/DDTC-LIT/IV/2017 tanggal 20 April 2017 sebagai berikut :
bahwa Pemohon Banding memberikan penjelasan tertulis terkait argumentasi dan pembuktian atas permohonan banding yang disampaikan oleh Pemohon. Dikarenakan keseluruhan sengketa yang diajukan banding memiliki dasar koreksi yang sama, untuk itu Pemohon Banding untuk menyampaikan Penjelasan Tertulis ini untuk mewakili keseluruhan berkas sengketa tersebut, yaitu sebanyak 46 (empat puluh enam) berkas dengan rincian nomor sengketa sebagai berikut:
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Jan 11 12-105830-2011 Jan 12 12-105842-2012 Jan 13 12-105854-2013 Feb 10 12-105789-2010 Feb 11 12-105831-2011 Feb 12 12-105843-2012 Feb 13 12-105855-2013 Mar 10 12-105790-2010 Mar 11 12-105832-2011 Mar 12 12-105789-2012 Mar 13 12-105856-2013 Apr 10 12-105791-2010 Apr 11 12-105833-2011 Apr 12 12-105845-2012 Apr 13 12-105857-2013 Mei 10 12-105792-2010 Mei 11 12-105834-2011 Mei 12 12-105846-2012 Mei 13 12-105858-2013 Jun 10 12-105793-2010 Jun 11 12-105835-2011 Jun 12 12-105847-2012 Jun 13 12-105859-2013 Jul 10 12-105794-2010 Jul 11 12-105836-2011 Jul 12 12-105848-2012 Jul 13 12-105860-2013 Agust 10 12-105795-2010 Agust 11 12-105837-2011 Agust 12 12-105849-2012 Agust 13 12-105861-2013 Sept 10 12-105796-2010 Sept 11 12-105838-2011 Sept 12 12-105850-2012 Sept 13 12-105862-2013 Okt 11 12-105839-2011 Okt 12 12-105851-2012 Okt 13 12-105863-2013 Nov 10 12-105797-2010 Nov 11 12-105840-2011 Nov 12 12-105852-2012 Nov 13 12-105864-2013 Des 10 12-105798-2010 Des 11 12-105841-2011 Des 12 12-105853-2012 Des 13 12-105865-2013