• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA 2018 MANDATORI ROTASI AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.1 LAPORAN ANTARA PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA 2018 MANDATORI ROTASI AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT DI INDONESIA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 LAPORAN ANTARA

PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA 2018

MANDATORI ROTASI AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT DI INDONESIA

Diajukan untuk pengusulan penelitian individual yang dibiayai oleh BOPTN Penelitian DIPA IAIN Surakarta Tahun Anggaran 2018

Oleh:

Peneliti:

Nama : Wahyu Pramesti, S.E., M.Si., Ak NIP : 19871007 201403 2 004

Prodi/ Jurusan : Akuntansi Syariah

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Mahasiswa Pembantu Penelitian:

Nama : Siti Faizah Dyah Khusnul Khotimah

NIM : 155121150

Prodi/ Jurusan : Akuntansi Syariah

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

TAHUN 2018

(2)

FORMULIR PENDAFTARAN PENELITIAN Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan ini saya,

Nama : Wahyu Pramesti, SE., M.Si., Ak

NIP : 19871007 201403 2 004

Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

Golongan /Ruang : III/b (Penata Muda)

No HP : 08562915176

Jurusan : Akuntansi Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam Perguruan Tinggi : IAIN Surakarta

Bersamaan ini saya mengajukan proposal penelitian untuk mendapatkan pembiayaan dari anggaran BOPTN Penelitian IAIN Surakarta Tahun Anggaran 2018, dengan Judul

MANDATORI ROTASI AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT DI INDONESIA Demikian pendaftaran saya buat agar dapat diproses dalam tahapan kegiatan penelitian selanjutnya.

Surakarta, 6 Oktober 2017 Yang membuat pernyataan,

Peneliti

Wahyu Pramesti, SE., M.Si., AK

NIP. 19871007 201403 2 004

(3)

SURAT PERNYATAAN PENELITI

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Wahyu Pramesti, SE., M.Si., Ak

Tempat, tanggal lahir : Madiun, 07 Oktober 1987

NIP : 19871007 201403 2 004

Pangkat/Gol : III/ B

Jabatan Fungsional : Asisten Ahli Bidang Keahlian Fungsional : Akuntansi

Program Studi : Akuntansi Syariah

Judul : Mandatori Rotasi Auditor dan Kualitas Audit di Indonesia

Menyatakan bahwa:

1. Penelitian yang saya usulkan ini tidak sedang diusulkan untuk mendapatkan bantuan pada pihak manapun.

2. Usulan penelitian ini belum pernah dilaksanakan penelitian sebelumnya.

3. Penelitian ini original hasil karya saya sendiri dan bukan plagiasi. Saya bertanggungjawab jika di kemudian hari timbul gugatan atas hasil penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 6 Oktober 2017 Yang membuat pernyataan,

Peneliti

Wahyu Pramesti, SE., M.Si., Ak

NIP. 19871007 201403 2 004

(4)

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

NO KEGIATAN BULAN KE-

1

BULAN KE- 2

BULAN KE- 3

BULAN KE- 4

PEKAN KE- PEKAN KE- PEKAN KE- PEKAN KE-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penanda

tangangan kontrak

2 Rapat pengkajian teori

3 Pengumpulan data penelitian 4 Seleksi data

penelitian 5 Analisis content

annual report 6 Tabulasi data 7 Analisis data 8 Penyusunan hasil

penelitian 9 Rapat pengkajian

hasil penelitian 10 Revisi hasil

penelitian 11 Penyusunan

laporan final penelitian 12 Penyampaian

laporan

penelitian ke

LP2M

(5)

BAB I PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak dari mandatori rotasi auditor terhadap kualitas audit. Hal tersebut didasarkan pada sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 tentang Jasa Akuntan Publik, sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik.

Dimulai tahun 2002, diaturlah mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 5 tahun buku berturut-turut. Sedangkan oleh seorang akuntan publik paling lama 3 tahun buku berturut-turut.

Dengan adanya pembaruan aturan di tahun 2008 maka terdapat perubahan lama perikatan perusahaan dengan KAP maksimal menajdi 6 tahun. Sedangkan untuk akuntan publik masih tetap sama yakni selama 3 tahun.

Dengan adanya pembatasan masa perikatan tersebut memungkinkan suatu KAP

melakukan perubahan nama dengan mengubah komposisi akuntan publik sehingga

jumlah akuntan publiknya melebihi 50% dari akuntan publik yang telah menjadi

partner sebelumnya, maka KAP tersebut dapat dikatakan sebagai KAP baru selanjutnya

kliennya dianggap sebagai klien baru dan KAP tersebut dapat terus memberikan jasa

(6)

audit kepada perusahaan tersebut Fitriyani, et al (2015). Dengan aturan ini, banyak KAP menyiasatinya dengan mengubah komposisi partner.

Masa setelah terjadinya kasus Enron, beberapa negara memandatorikan periode rotasi untuk perikatan audit dengan tujuan untuk meningkatkan independensi audit sekaligus kualitas audit. Sebagai contoh, Sarbanes-Oxley Act memandatorikan partner audit untuk melakukan rotasi terhadap kliennya setiap 5 tahun. Sedangkan European Union menyaratkan Kantor Akuntan Publik untuk mengganti partner audit yang terlibat dengan perikatan dengan perusahaan Go Publik setiap 7 tahun.

Konsekuensi dari mandatori rotasi auditor, baik di tingkat partner maupun Kantor Akuntan Publik, terhadap kualitas audit tergantung dari trade off dari peningkatan independensi audit dengan kelemahan atas pengalaman audit pada jenis industri tertentu klien (Kinney and Mc Daniel, 1996; Mautz and Sharaf, 1961).

Dari satu sisi, pandangan terbaru mengenai perikatan audit dengan rotasi pada partner audit meningkatkan independensi audit sekaligus kualitas audit. Namun disisi yang lain, rotasi partner audit akan menurunkan kesempatan bagi partener audit untuk memiliki keahlian di bidang spesifik klien dan kurangnya pengalaman partner audit dapat menurunkan kualitas audit.

Dampak terakhir dari mandatori rotasi auditor terhadap kualitas audit adalah isu

empiris mengenai trade off. Bukti empiris hubungan antara mandatori rotasi auditor

dan kualitas audit menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian di Taiwan

menunjukkan baik tidak berpengaruh maupun berpengaruh negatif atas mandatori

(7)

rotasi audit terhadap kualitas audit (Chen, C., Lin, C., and Lin, Y., 2008; Chi, W., and Huang, H., 2005; Chi, W., Huang, H., Liao, Y., and Hong, X., 2009).

Sedangkan hasil penelitan yang dilakukan di Australia (Carey and Simnet, 2006)

menunjukkan bukti bahwa mandatori rotasi auditor cenderung untuk meningkatkan

kualitas audit. Bukti eksperimen (Dopuch, King, and Schwarts, 2001; Tan, 1995) juga

menunjukan bahwa mandatori rotasi auditor meningkatkan kulaitas audit.

(8)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Audit

DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan probabilitas gabungan kemampuan auditor dalam mendeteksi dan menemukan salah saji dalam laporan keuangan kliennya dan selanjutnya melaporkan temuan salah saji tersebut.

Kualitas audit merupakan suatu hal yang sulit diobservasi dan bersifat multidimensi, sehingga memeunculkan banyak penelitian yang meneliti tentang kualitas audit dengan menggunakan instrumen pengukuran yang berbeda-beda.

Mayoritas pengukuran kualitas audit menggunakan pengukuran tunggal.

Penelitian ini merujuk pengukuran kualitas audit dari Herusetya (2012) dengan menggunakan pengukuran multidimensional disebut Audit Quaity Metric Score (AQMS). Pengukuran ini mewakili dimensi kompetensi dan dimensi independensi.

B. Rotasi Auditor

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dampak mandatori rotasi auditor tehadap kualitas audit sebagai hasil dari trade off antara rotasi auditor akan meningkatkan independensi auditor sekaligus kualitas audit dan pendangan baru bahwa mandatori rotasi auditor akan menurunkan kualitas audit karena dengan rotasi waktu yang singkat akan menurunkan tingkat spesialiasi auditor pada suatu bidang tertentu.

Mengingat bahwa independensi audit adalah probabilitas gabungan yang dimiliki

(9)

auditor yakni antara menemukan pelanggaran pada sistem akuntansi klien dan melaporkan pelanggaran tersebut (DeAngelo, 1981).

Rotasi partner audit baru yang masuk akan memungkinkan untuk mengurangi keraguan dalam melaporkan pelanggaran dibandingan dengan parter audit lama. Hal tersebut dikarenakan partner audit tidak akan memiliki cukup waktu untuk membangun hubungan dengan klien. Hal ini yang akan meningkatkan independensi audit dan sekaligus kualitas audit (Bandyopadhyay, S, P,. Chen, C., and Yu, Y., 2013).

Namun demikian, dampak mandatori rotasi auditor terhadap kemungkinan menemukan pelanggaran menunjukkan hal yang tidak cukup jelas. Di satu sisi, partner baru, dengan pandangan baru (Mautz and Sharaf, 1961), mungkin menemukan pelanggaran dengan lebih mudah dibandingan dengan partner lama. Di sisi lain, partner baru mungkin belum memiliki pemahaman yang baik untuk jenis industri klien baru.

Hal ini membuat partner baru harus bekerja keras untuk mendeteksi pelanggaran.

Bukti lain mengenai dampak mandatori rotasi auditor terhadap kualitas audit, yang berdasarkan pada penelitian empiris data audit di Australia (Carey and Simnett, 2006) dan di Taiwan (Chen et al., 2008; Chi et al., 2009) menunjukkan hasil yang beragam. Studi eksperimen, di sisi lain, menunjukkan dampak positif antara mandatori rotasi auditor terhadap independensi audit (Dopuch et al, 2001) dan kualitas audit (Tan, 1995).

Berdasarkan teori dan bukti empiris, maka hipotesis penelitian ini.

(10)

H1: Mandatori rotasi Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap kualitas audit.

H2: Mandatori rotasi partner auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.

(11)

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengukur dampak rotasi auditor terhadap kualitas audit di Indonesia.

B. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2015 – 2017. Sampel dipilih secara purposive sampling dengan kriteria:

1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Menyajikan laporan keuangan pada tahun 2015 – 2017 berturut-turut.

3. Menyajikan informasi mengenai rotasi auditor dan kualitas audit.

C. DEFINISI OPERASIONAL 1. Kualitas Audit

Variabel kualitas audit sebagai variabel dependen dalam penelitian ini. Kualitas audit diukur dengan menggunakan ukuran multidimensi yang merujuk pada Herusetya (2012). Ukuran tersebut disebut dengan AQMS. AQMS diukur dengan menjumlahkan skor dari 5 proksi kualitas audit. Ke-5 proksi tersebut yakni:

Tabel 3.1

(12)

Kriteria Pengukuran AQMS No Proksi Kriteria Pengukuran

A Dimensi Kompetensi

1 BIG 4 Skor 1 jika diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan KAP BIG 4, dan nilai 0 jika lainnya

2 SPCL SPCL adalah spesialisasi industri KAP. Skor 1 jika memiliki industri share terbesar dan diukur dengan rasio jumlah aset klien KAP dalam industri tertentu dibagi dengan jumlah aset seluruh klien seluruh KAP dalam satu industri, dan skor 0 jika lainnya.

3 TENURE TENURE adalah masa penugasan audit KAP pada perusahaan tertentu. Skor 1 jika interval masa penugasan KAP lebih dari 3 tahun dan kurang dari 9 tahun, skor 0 jika lainnya.

B Dimensi Independensi

4 CI CI adalah ukuran tingkat ketergantungan ekonomi KAP pada klien. Skor 1 jika KAP tidak memiliki ketergantungan ekonomi terhadap klien yaitu jika nilai rasio CI KAP berada pada interval µ ± σ, dengan µ adalah rerata CI seluruh KAP ada tahun tertentu dan σ adalah standar deviasinya, dan skor 0 jika lainnya. Rasio CI KAP dihitung dengan

𝐶𝐼 𝑖𝑡 = 𝑆𝐼𝑍𝐸 𝑖𝑡

𝑆𝐼𝑍𝐸 𝑖𝑡 𝑥 𝑖=𝑡

5 RQA RQA adalah kesediaan dan keakuratan pelaporan opini audit going concern (GC) yang diberikan oleh KAP. Skor 1 jika memenuhi salah satu kriteria berikut, dan skor 0 jika lainnya. Kriteria RQA: (i) jika KAP memberikan opini GC pada tahun t dan klien i pada tahun t+1 mengalami arus kas operasi negatif atau rugi bersih sebagai indikasi adanya kondisi financial distress; dan (ii) jika KAP tidak memberikan opini GC pada tahun t dan klien i pada tahun t+1 tidak mengalami arus kas operasi negatif atau rugi bersih.

C Formula

AQMS Jumlah skor dari ke-5 proksi kualitas audit KAP terhadap klien i tahun t.

Sumber: Herusetya (2012)

(13)

2. Rotasi Kantor Akuntan Publik

Rotasi Kantor Akuntan Publik merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Pengukuran rotasi Kantor Akuntan Publik (RKAP)menggunakan variabel dummy yakni diberi angka 1 jika terjadi rotasi Kantor Akuntan Publik dalam suatu periode yang diobservasi dan diberi angka 0 jika sebaliknya.

3. Rotasi Partner Auditor

Rotasi partner auditor merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Pengukuran rotasi partner auditor (RPA) menggunakan variabel dummy yakni diberi angka 1 jika terjadi rotasi partner auditor dalam suatu periode yang diobservasi dan diberi angka 0 jika sebaliknya.

D. ANALISIS DATA

Teknik analisis data menggunakan analisis regresi untuk menguji kekuatan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Ghozali (2016) menjelaskan bahwa dalam analisis regresi tidak hanya menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih namun juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.

Persamaan regresi:

AQMS = β 0 + β 1 RKAP + β 2 RPA + ε Keterangan:

AQMS : Audit Quality Metric Score

RKAP : Rotasi Kantor Akuntan Publik

RPA : Rotasi Partner Auditor

(14)

β 0 : konstanta

β 1 β 2 : koefisien regresi ε : error

Dalam analisis regresi sangat penting menaksir nilai aktual dengan mengukur

Goodness of fit yakni mengukur koefisien determinasi nilai F dan nilai t

(Ghozali, 2016).

(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data perusahaan yang mengungkapkan adanya perputaran auditor dan perputaran kantor akuntan publik.

Penelitian ini menggunakan 413 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013 hingga 2015. Dari 413 perusahaan hanya 292 perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel, sehingga diperoleh data sebanyak 876.

B. Analisa Data

1. Statistika Deskriptif

Statistika deskriptif merupakan gambaran deskriptif mengenai data-data di dalam penelitian. Statistika deskriptif berisi angka-angka mengenai data yang nanti harus diinterpretasikan makna di dalamnya.

Tabel 4.1 Statistika Deskriptif Rotasi

KAP

Rotasi Auditor

Ukuran Perusahaan

Leverage AQMS

N 876 876 876 876 876

Mean 0.13 0.50 28.64323 0.53400 2.26

Std.

Deviation

0.339 0.500 1.832710 0.368172 1.413

Sumber : SPSS diolah, 2018

(16)

Bedasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa data yang diobservasi berjumlah 876 yang diperoleh dari 292 perusahaan sampel. Besarnya standar deviasi masing-masing variabel termasuk dalam kategori kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa sampel bersifat homogen sehingga data sampel mampu merepresentasikan data yang ada.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya variabel pengganggu atau apakah suatu data tersebut terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Tabel 4.2

Uji Normalitas Saat terjadi Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Tabel 4.3

Uji Normalitas Setelah Pengobatan Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Variabel K-S Signifikansi (2-tailed)

Kriteria Hasil

Unstandardised resudial

1,117 0,165 Prob > 0,05 Data residual terdistribusi normal

Variabel K-S Signifikansi (2-tailed)

Kriteria Hasil

Unstandardised resudial

0.836 0,487 Prob > 0,05 Data residual

terdistribusi normal

(17)

Berdasarkan hasil uji normalitas di atas diketahui bahwa baik sebelum maupun sesudah pengobatan autokorelasi data tetap terditribusi dengan normal.

Hal tersebut diindikasikan dengan nilai signifikansi di atas 0,05. Pengujian normalitas dilakukan dua kali karena data mengalami masalah autokorelasi.

b. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk melihat apakah di dalam suatu model regresi terdapat korelasi atau hubungan antar variabel independen.

Pengujian multikolonieritas dapat dilihat dari nilai VIF dan tolleranace. Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nlai tollerance lebih dari 0,1 maka tidak terjadi multikolonieritas.

Tabel 4.4

Uji Multikolonieritas Saat terjadi Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Variabel VIF Tollerance Keterangan

Rotasi KAP 1,206 0,829 Tidak terdapat multikolinieritas

Rotasi Auditor 1,176 0,850 Tidak terdapat multikolinieritas

Ukuran Perusahaan 1,059 0,944 Tidak terdapat multikolinieritas

Leverage 1,028 0,973 Tidak terdapat multikolinieritas

(18)

Tabel 4.5

Uji Multikolonieritas Setelah Pengobatan Autokorelasi

Sumber: SPSS diolah,2018

Berdasarkan hasil olah data di atas dapat terlihat bahwa baik sebelum maupun sesudah pengobatan autokorelasi nilai VIF dan tollerance masih berada di bawah angka batas. Sehingga tidak terjadi multikolonieritas atau dapat dikatakan bahwa variabel independen tidak memiliki hubungan satu sama lain.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah di dalam sebuah persamaan regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji glejser.

Variabel VIF Tollerance Keterangan

Rotasi KAP 1,234 0,811 Tidak terdapat multikolinieritas

Rotasi Auditor 1,212 0,825 Tidak terdapat multikolinieritas

Ukuran Perusahaan 1,031 0,970 Tidak terdapat multikolinieritas

Leverage 1,009 0,991 Tidak terdapat multikolinieritas

(19)

Tabel 4.6

Uji Hetroskedastsitas Saat Terjadi Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Tabel 4.7

Uji Heteroskedastisitas Setelah Pengobatan Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Berdasarkan hasil olah data di atas dapat diketahui bahwa sebelum terjadinya pengobatan autokorelasi data mengalami heteroskedastisitas dilihat dari nilai signifikansi Rotasi KAP dan Rotasi Auditor yang berada di bawah 0,05.

Namun, setelah pengobatan autokorelasi semua variabel tidak mengalami heteroskedastisitas karena semua nilai signifikansinya di atas 0,05.

d. Uji Autokorelasi

Variabel Signifikansi Keterangan

Rotasi KAP 0,00 Terjadi heteroskedastisitas Rotasi Auditor 0,013 Terjadi heteroskedastisitas Ukuran Perusahaan 0,307 Tidak terjadi heteroskedastisitas Leverage 0,936 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Variabel Signifikansi Keterangan

Rotasi KAP 0,413 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Rotasi Auditor 0,482 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Ukuran Perusahaan 0,620 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Leverage 0,695 Tidak terjadi heteroskedastisitas

(20)

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah terjadi kesalahan pengganggu antara periode pengujian dengan periode sebelumnya. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametik run test.

Tabel 4.8

Uji Autokorelasi Sebelum Pengobatan Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Tabel 4.9

Uji Autokorelasi Setelah Pengobatan Autokorelasi

Sumber : SPSS diolah, 2018

Berdasarkan hasil olah data di atas diketahui bahwa baik sebelum maupun sesudah pengobatan autokorelasi data tetap tidak random. Hal ini dapat terjadi karena regulasi rotasi KAP dan rotasi auditor dilakukan antara 3 sampai 6 tahun sedangkan periode pengujian selama 3 tahun. Hal tersebut akan menyebabkan data memiliki kecenderungan sama atau tidak random.

Variabel Test value Signifikansi (2-tailed)

Kriteria Hasil Unstandardised

resudial

-0,07515 0,000 Prob > 0,05 Data residual tidak random

Variabel Test value Signifikansi (2-tailed)

Kriteria Hasil Unstandardised

resudial

-0,01122 0,011 Prob > 0,05 Data

residual

tidak

random

(21)

3. Uji Ketepatan Model a. Uji Statistik F

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah model persamaan yang dibuat telah tepat. Uji F dapat dilakukan dengan melihat nilai F apabila nilai F lebih dari 4 pada tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka model persamaan telah tepat.

Tabel 4.10

Uji Statistik F Sebelum Pengobatan Autokorelasi

Model F Signifikansi

Regression 89,146 0,000

Sumber : SPSS diolah, 2018

Tabel 4.11

Uji Statistik F Setelah Pengobatan Autokorelasi

Model F Signifikansi

Regression 66,625 0,000

Sumber : SPSS diolah, 2018

Berdasarkan hasil olah data di atas diketahui bahwa model persamaan telah tepat. Hal tersebut diindikasikan dengan nilai F baik sebelum maupun sesudah pengobatan autokorelasi lebih dari 4 dengan tingkat signifikansi 0,000.

b. Koefisien Determinasi (R 2 )

Koefisien determinasi merupakan pengujian yang dilakukan untuk

menentukan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel

(22)

dependen. Semakin besar nilai adjusted R 2 maka semakin kuat pula pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.12

Koefisien Determinasi Sebelum Pengobatan Autokorelasi

Sumber: SPSS diolah, 2018

Tabel 4.13

Koefisien Determinasi Setelah Pengobatan Autokorelasi

Sumber: SPSS diolah, 2018

Berdasarkan hasil olah data di atas diketahui bahwa sebelum terjadinya pengobatan autokorelasi nilai adjusted R square 0,287, namun setelah pengobatan autokorelasi nilai adjusted R square menjadi 0,231. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen sebesar 23,1 %. Rendahnya nilai adjusted R square mungkin saja bisa terjadi karena beberapa variabel yang dinilai mampu mempengaruhi variabel dependen atau kualitas audit sudah dijadikan proxy untuk kualitas audit itu sendiri.

R R Square Adjusted R Square

0,539 0,290 0,287

R R Square Adjusted R Square

0,484 0,234 0,231

(23)

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang sudah dibuat. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat uji statistik t. Apabilai nilai signifikansi masing-masing variabel di bawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.14

Uji Statistik t Sebelum Pengobatan Autokorelasi

Model T Signifikansi Keterangan

Konstanta -11,171 0,000

Rotasi KAP -9,046 0,000 Berpengaruh Negatif

Rotasi Auditor 4,786 0,000 Berpengaruh Positif Sumber : SPSS diolah, 2018

Tabel 4.15

Uji Statistik t Setelah Pengobatan Autokorelasi

Model T Signifikansi Keterangan

Konstanta -11,087 0,000

Rotasi KAP -5,835 0,000 Berpengaruh Negatif

Rotasi Auditor 3,243 0,001 Berpengaruh Positif Sumber : SPSS diolah, 2018

Berdasarkan hasil olah data di atas saat dapat diketahui bahwa:

a. Rotasi KAP

Variabel rotasi KAP baik sebelum maupun sesudah pengobatan autokorelasi

tingkat signifikansinya berada di bawah 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa rotasi

KAP berpengaruh terhadap kualitas audit dengan arah negatif. Dimana semakin

(24)

sering terjadi pergantian kantor akuntan publik maka dapat mengurangi kualitas audit laporan keuangan perusahaan.

b. Rotasi Auditor

Variabel rotasi auditor baik sebelum maupun sesudah pengobatan autokorelasi tingkat signifikansinya berada di bawah 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa adanya rotasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit dengan arah positif. Dimana apabila perusahaan melakukan rotasi auditor maka dapat meningkatkan kualitas audit laporan keuangan perusahaan.

5. Pembahasan Hasil Pengujian

Berlandaskan pada hasil pengujian ditemukan bukti bahwa adanya rotasi KAP mampu mempengaruhi kualitas audit namun arah hubungan antara rotasi KAP dengan kualitas audit berlawanan. Apabila rotasi KAP dilakukan maka kualitas audit akan menurun. Terdapat beberapa argumen yang mendasari hubungan negatif antara rotasi KAP terhadap kualitas audit.

Pertama, rotasi KAP mungkin saja dilakukan secara semu yaitu hanya untuk

memenuhi regulasi saja. Mayoritas perusahaan sampel hanya melakukan rotasi pada

batas waktu yang sudah diatur dan akan kembali kepada KAP sebelumnya. Hal tersebut

dapat menyebabkan adanya penurunan kualitas audit. Bagi KAP pengganti mereka

tidak cukup waktu untuk memahami bisnis klien dan spesifikasinya. Bagi KAP

pertama, perusahaan dan KAP tetap saja akan memiliki perikatan yang lama yang dapat

mengurangi independensi auditor.

(25)

Kemungkinan kedua, hubungan negatif antara rotasi KAP dan kualitas audit terjadi karena pelaksanaan rotasi KAP ini dinilai kurang efektif. Dimana rotasi KAP lebih banyak mengeluarkan biaya daripada manfaat yang diperoleh. Baik itu perusahaan maupun KAP akan lebih banyak mengeluarkan biaya apabila mereka melakukan perikatan yang baru, sehingga adanya rotasi KAP ini dinilai kurang efisien (Nadia, 2015).

Sedangkan adanya rotasi audit partner dapat mempengaruhi kualitas audit dengana arah hubungan positif. Dimana adanya rotasi audit partner akan meningkatkan kualitas audit yang ada. Hal ini sejalan dengan tujuan regulasi yang ditetapkan yaitu adanya batasan penggunaan jasa auditor yang sama maksimal 3 tahun berturut-turut. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir adanya familiaritas hubungan antara auditor dengan perusahaan sehingga akan tercipta hubungan yang berintegritas dan menjunjung tinggi independensi.

Data sampel juga menunjukkan bahwa kebanyakan perusahaan sudah banyak melakukan rotasi audit partner bahkan kurang dari jangka waktu yang ditentukan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan maupun auditor sadar akan pentingnya rotasi audit partner yang dapat membawa dampak positif bagi kedua belah pihak. Bagi

auditor adanya peningkatan kualitas audit akibat terjadinya rotasi audit partner akan

menambah kredibilitas auditor dan KAP. Bagi perusahaan klien kualitas audit yang

meningkat akan menambah kredibilitas dan validitas laporan keuangan perusahaan.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Bandyopadhyay, S, P,. Chen, C., and Yu, Y., (2013). Mandatory Audit Partner Rotation, Audit Market Concentration, and Audit Quality: Evidence from China.

Advances in Accounting, Incorporating Advances in International Accounting.

Carey, P., and Simnett, R., (2006). Audit Partener Tenure and Audit Quality. The Accounting Review, 81(3), 653-676.

Chen, C., Lin, C., and Lin, Y., (2008). Audit Partener Tenure, Audit Firm Tenure, and Discretionary Accrual; Does Long Auditor Tenure Impair Earning Quality?

Contemporary Accounting Research, 25(2), 415-445.

Chi, W., and Huang, H., (2005). Discretionary Accrual, Audit-Firm Tenure and Auditor Tenure; An Empirical Case in Taiwan. Journal of Contemporary Accounting and Economics, 1(1), 65-92.

Chi, W., Huang, H., Liao, Y., and Hong, X., (2009). Mandatory Audit Partener Rorartion, Audit Quality, and Market Perception; Evidence from Taiwan.

Contemporary Accounting Research, 26(2), 359-391

DeAngelo, L., (1981). Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting And Economics, 3(3), 183-199

Dechow, P, M., Sloan, R.G., and Sweeney, A, P., (1995). Detecting Earning Management. The Accounting Review. 70(2), 193-225

Dopuch, N., King, R, R., and Schwartz, R., (2001). An Experimental Investigation of Retention and Rotation Requirement. Journal of Accounting Research, 39 (1), 93-117

Fitriany, Sidharta Utama, Dwi Martani, and Hilda Rosietta. (2015). Pengaruh Tenure, Rotasi dan Sesialisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Kualitas Audit:

Perbandingan Sebelum dan Sesudah Regulasi Rotasi KAP di Indonesia. Jurnal Akuntandi dan Keuangan, 17(1), 12-27

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Herusetya, Antonius. (2012). Analisis Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Akuntansi: Studi Pendekatan Composite Measure Versus Conventional Measure.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 9(2), 117-135

Kinney, W., and McDaniel, L. (1996). How to Improve the Effectiveness of Substantive Analytical Procedures. CPA Journal, 66 (4), 52-54

Kothari, S, P., Leone, A, J., and Wasly, C, E., (2005). Performance Matched

Discretionary Accrual Measures. Journal of Accounting and Economics, 39(1), 163-

197

(27)

Mautz, R, K., and Sharaf, H, A., (1961). The Philosophy of Auditing. Monograph, 6, Sarasota, FL: America Accounting Association.

Tan, H, T., (1995). Effect of Expecttations, Prior Involvement, and Review

Awareness on Memory for Audit Evidence and Judgement. Journal of Accounting

Research, 33 (1), 113-13

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, perlu adanya pembentukan klaster industri pada olahan apel terutama pada produk keripik apel untuk meningkatkan daya saing UKM keripik apel di Kota

Puji syukur Kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model STAD (Student Teams

Sistem pada persamaan (L.4) dikatakan state controllable pada saat jika ada sinyal pengontrol u yang dapat mentransfer nilai awal dari suatu keadaan ke nilai keadaan yang stabil di

[r]

Pompa jenis ini hanya dapat digunakan untuk tekanan pada saluran kempa lebih rendah dari tekanan pada saluran isap dan bila zat cair yang dipompa

Lubis, SpA(K), DTM&H, Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara pada saat saya diterima sebagai peserta program pendidikan Magister Kedokteran Klinik konsentrasi Ilmu Kesehatan

melakukan sosialisasi menenai vasektomi kepada masyarakat melalui paguyuban Prio Utomo Ngudi Rahayu. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan implementasi sebuah kebijakan

(1) Pernyataan untuk menjadi Warga Negm Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disampaikan oleh Pemohon secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas