1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Saat ini pertumbuhan industri percetakan berkembang pesat di Indonesia, baik dalam skala besar, menengah, maupun skala kecil. Berdasarkan data BPS pada tahun 2014, nilai ekspor komoditi barang cetakan dan grafika sebesar 201 juta dollar Amerika Serikat. Hal ini pula yang mendorong terjadinya peningkatkan persaingan antar perusahaan yang bergelut di industri percetakan. Perusahaan harus dapat meyakinkan para konsumen dengan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan agar bisnis perusahaan semakin berkembang. Tingginya produktivitas dan performansi yang baik dari perusahaan, maka akan membuktikan kepada para konsumen jika perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan percetakan lainnya.
PT ABC merupakan salah satu perusahaan industri percetakan di Indonesia yang terletak di Soekarno Hatta, Bandung yang berdiri sejak tahun 1970. PT ABC sudah mendapatkan standar ISO 9001:2008. Proyek-proyek besar juga sudah biasa ditangani oleh perusahaan ini sehingga sudah banyak pelanggan yang percaya akan hasil cetakan PT ABC. Perkembangan industri bidang percetakan ini sangat terpengaruh dari pihak konsumen yang memberikan order.
Dalam proses produksinya, PT ABC menerapkan sistem make to order sehingga produk yang diproduksi selalu sesuai dengan banyaknya order dari konsumen.
Berbagai order yang pernah ditangani oleh perusahaan adalah pencetakan buku pelajaran, soal Ujian Nasional, kalender, notes, Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
PT ABC adalah induk dari penerbit Grafindo, maka order perusahaan lebih banyak untuk mencetak buku-buku pelajaran sekolah SD, SMP, dan SMA.
Seiring perkembangan perusahaan, maka order yang diterima dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar I.1 data order PT ABC tahun 2010 – 2014.
2
Gambar I.1Data Produksi PT ABC Tahun 2010 – 2014
Pada Gambar I.1 order yang diterima perusahaan pada tahun 2010 – 2013 meningkat. Hanya saja pada tahun 2014 mengalami penurunan produksi yang cukup besar. Berdasarkan data yang didapat dari Asisten Manager Technical Support, penurunan jumlah produksi dikarenakan kurangnya kapasitas produksi mesin pada PT ABC sehingga banyak permintaan yang tidak diambil. Hal ini disebabkan banyaknya produksi pada tahun 2014 yang tidak terlaksana.
Tahapan proses produksi pada PT ABC yaitu dilakukan proses pracetak, kemudian proses cetak, dan selanjutnya proses finishing. Pada proses pracetak, input yang dibutuhkan yaitu file produk, plate, kertas, tinta dan lem. Hasil plate yang telah diproses di pracetak kemudian masuk keproses cetak yang nantinya menghasilkan lembaran-lembaran. Sementara untuk proses cetak terbagi menjadi dua bagian, yaitu cetak sheet dan cetak web. Cetak sheet digunakan untuk cetak cover dan isi buku, sedangkan untuk cetak web hanya digunakan untuk cetak isi.
Proses terakhir yaitu proses finishing, yang terdiri dari proses pemotongan, pelipatan, serta packaging. Pembentukan buku dilakukan pada proses finishing.
Lembaran-lembaran yang sudah ada dilipat kemudian dipotong sesuai ukuran buku yang diinginkan.
0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 300,000,000 350,000,000 400,000,000
2010 2011 2012 2013 2014
JUMLAH PRODUKSI (EKSEMPLAR)
TAHUN
Data Produksi PT ABC
3
Hampir seluruh proses produksi yang dilakukan pada PT ABC menggunakan mesin. Jumlah mesin yang dimiliki PT ABC dalam proses produksi berjumlah dua puluh mesin, yang terbagi atas tiga tahapan proses, yaitu proses pracetak yang memiliki satu mesin, proses cetak yang memiliki sepuluh mesin, dan proses finishing yang memiliki sembilan mesin. Jumlah mesin yang terdapat di PT ABC dapat dilihat pada Tabel I.1.
Tabel I.1 Jumlah Mesin pada PT ABC
No Proses Jenis Mesin Jumlah
1 Pracetak Plate 1
2 Cetak Web 6
Sheet 4
3 Finishing
Binding 3
Lipat 2
Jahit Benang 2
Jahit Kawat 2
Total 20
Seperti yang terlihat pada Tabel I.1, jumlah mesin pada proses cetak dengan jenis sheet yaitu empat mesin. Proses cetak jenis sheet merupakan mesin yang mencetak tiap lembar. Mesin jenis ini biasanya digunakan dalam mencetak cover buku ataupun isi buku yang memang dicetak dalam kualitas yang cukup tinggi.
Nama mesin yang digunakan untuk cetak sheet yaitu mesin Mitsubishi, mesin Oliver 72, mesin Beiren, dan mesin Komori. Gambar I.2 menunjukkan jumlah produksi mesin sheet pada tahun 2010 – 2014.
4
Gambar I.2 Produksi Mesin Sheet pada Tahun 2010 – 2014
Gambar I.2 menunjukkan bahwa jumlah produksi yang tinggi pada setiap tahunnya yaitu mesin Komori LS440. Pada proses cetak terutama jenis sheet sering mengalami kendala yang diakibatkan oleh mesin yang tidak bekerja secara optimal, sehingga mengakibatkan terhambatnya pada proses produksi. Gambar I.3 akan menunjukkan perbandingan downtime pada setiap mesin yang terjadi pada tahun 2014.
Gambar I.3 Downtime pada Mesin Tahun 2014
0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000
2010 2011 2012 2013 2014
JUMLAH PRODUKSI
TAHUN PRODUKSI OLIVER 72 BEIREN KOMORI MITSUBISHI
0 20 40 60 80 100 120 140 160
SAKURAI BEIREN KOMORI MITSUBISHI
Waktu (Jam)
Mesin Sheet
Downtime Mesin Sheet 2014
5
Gambar I.3 membuktikan frekuensi terjadinya downtime pada mesin Komori LS440 adalah yang paling tinggi. Ketika mesin Komori LS440 mengalami kerusakan, maka akan berpengaruh besar terhadap proses produksi perusahaan karena produksi untuk membuat cover ataupun isi lebih sering menggunakan mesin Komori LS440. Ketika produksi mengalami keterlambatan maka PT ABC dapat dikenakan penalty karena proyek tidak dilakukan tepat waktu. Hitungan penalty yang harus dibayar perusahaan tergantung pada kesepakatan awal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (perusahaan dan konsumen). Sebagai contoh, pada salah satu proyek dengan pemerintahan, penalty yang disepakati adalah Rp 45.000.000/hari. Kerugian sebesar itu tentunya terbilang besar untuk perusahaan. Mesin harus memiliki performansi yang baik agar tidak terjadi keterlambatan penyelesaian proyek yang mengakibatkan perusahaan dapat merugi tiap harinya, sehingga diperlukan perhatian lebih pada mesin Komori LS440 agar mesin dapat bekerja secara optimal, yaitu salah satunya dengan cara mengurangi downtime.
Mesin yang tidak dapat beroperasi pada saat perusahaan memiliki proyek yang besar akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Mesin juga akan terus mengalami penuaan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengetahui pemakaian umur mesin yang optimal agar perusahaan dapat mengambil keputusan untuk tidak memaksakan lagi mesin terus bekerja setelah melampaui batas optimalnya.
Dengan diketahuinya umur mesin yang optimal akan menghindari biaya maintenance yang lebih tinggi lagi sehingga perusahaan akan mendapatkan biaya pengeluaran yang minimal.
Kegiatan maintenance pada PT ABC dilakukan oleh maintenance crew. Pada bagian cetak sheet terdapat beberapa orang yang bertugas melakukan perawatan mesin. Jumlah maintenance crew ini sangat penting, karena jika terjadi down pada mesin, maka masalah tersebut harus cepat ditangani oleh maintenance crew yang sedang bertugas. Jika jumlah maintenance crew yang tersedia jumlahnya tidak terpenuhi, maka mesin akan memiliki downtime yang lebih lama. Di lain sisi, jika maintenance crew jumlahnya terlalu banyak akan menimbulkan cost. Dengan banyaknya tim kerja akan mengakibatkan biaya overhead yang meningkat.
6
Namun, kurangnya tim kerja dan perangkat juga akan berdampak pada cost yang tinggi karena akan mengakibatkan downtime yang lama dan akan mengurangi profit perusahaan. Untuk dapat membantu perusahaan mengetahui berapa jumlah maintenance crew yang optimal, maka perlu dianalisis jumlah maintenance crew existing saat ini apakah sudah mencapai optimal atau belum.
Dalam menganalisis faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk melakukan maintenance mesin Komori, maka langkah yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengatasi permasalahan yang sedang terjadi di PT ABC akan dilakukan analisis pendekatan biaya, yaitu dengan menggunakan metode Life Cycle Cost (LCC). Model LCC merupakan sebuah pendekatan total biaya yang dikeluarkan dari awal sampai akhir yang mempertimbangkan berbagai variabel karena pada metode ini dilakukan perhitungan terhadap maintenance cost, operating cost, shortage cost, population cost dan purchasing cost (Barringer, 1996).
Dari Gambar I.3 pada grafik downtime yang terjadi dapat diketahui bahwa downtime pada mesin Komori LS440 lebih tinggi dibanding dengan mesin lainnya. Hal ini tentu dapat merugikan perusahaan dan dapat membuat perusahaan tidak dapat menyelesaikan target produksi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dengan adanya perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE), perusahaan harus dapat mengetahui tingkat keefektifan dari penggunaan equipment secara menyeluruh. Overall Equipment Effectiveness (OEE) dapat diketahui dengan memperhitungkan Availability, Performance Efficiency, dan Rate of Quality Product (Davis, 1995). Setelah efektifitas mesin diketahui, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi masalah yang menyebabkan rendahnya produktivitas equipment dengan melihat pada six big losses yang menimbulkan dampak kerugian untuk perusahaan.
7 I.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan diangkat pada penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa life cycle cost dari mesin Komori LS440?
2. Berapa retirement age yang optimal pada mesin Komori LS440 berdasarkan metode life cycle cost di PT ABC?
3. Berapa jumlah maintenance set crew yang optimal pada mesin Komori LS440 berdasarkan metode life cycle cost di PT ABC?
4. Berapa overall equipment effectiveness dari mesin Komori LS440 berdasarkan metode overall equipment effectiveness di PT ABC?
5. Apa faktor-faktor dalam six big losses yang menyebabkan penurunan efektifitas pada mesin Komori LS440 di PT ABC?
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian tugas akhir ini yaitu :
1. Menghitung dan menentukan life cycle cost dari mesin Komori LS440 di PT ABC.
2. Menentukan retirement age yang optimal pada mesin Komori LS440 berdasarkan life cycle cost di PT ABC.
3. Menentukan jumlah maintenance set crew optimal pada mesin Komori LS440 berdasarkan metode life cycle cost di PT ABC.
4. Menghitung dan menentukan nilai overall equipment effectiveness pada mesin Komori LS440 berdasarkan metode overall equipment effectiveness di PT ABC.
5. Mengetahui faktor-faktor six big losses yang berpengaruh terhadap penurunan efektifitas pada mesin Komori LS440 di PT ABC.
8 I.4 Batasan Penelitian
Batasan penelitian pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada mesin Komori LS440 di PT ABC.
2. Data yang digunakan untuk kerusakan mesin dalam penelitian tugas akhir ini adalah data dalam kurun waktu 2010 sampai 2014.
3. Data yang digunakan untuk order dari konsumen dalam penelitian tugas akhir ini adalah data dalam kurun waktu 2010 sampai 2014.
4. Pada perhitungan probabilitas kegagalan untuk dapat memperkirakan kebutuhan dari jumlah maintenance crew yang harus disediakan, maka penurunan MTTF diasumsikan mengalami penurunan sebesar 5% dan MTTR diasumsikan mengalami kenaikan sebesar 5%.
5. Dalam perhitungan biaya menggunakan metode life cycle cost, untuk biaya- biaya yang tidak didapatkan dari perusahaan akan menggunakan asumsi.
6. Aspek teknik seperti pada cara melakukan perbaikan mesin, cara pembongkaran mesin, cara pemasangan komponen tidak termasuk kedalam pembahasan tugas akhir.
I.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut.
1. PT ABC dapat mengetahui dan menghitung life cycle cost pada mesin Komori LS440 sehingga mendapatkan total biaya yang paling minimum.
2. Penelitian ini dapat memberikan usulan retirement age yang optimal pada mesin Komori LS440 sehingga dapat digunakan sebagai dasar penggantian mesin.
3. Penelitian ini dapat memberikan usulan jumlah maintenance set crew yang dibutuhkan sehingga dapat meminimasi biaya pengeluaran dalam kegiatan perawatan mesin.
4. Perusahaan mendapatkan informasi mengenai nilai overall equipment effectiveness pada mesin Komori LS 440.
9 I.6 Sistematika Penulisan
Penelitian tugas akhir ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dari penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Pada bab ini berisi sumber dan literatur yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Selain itu, pada bab ini akan dibahas hubungan antar konsep yang dijadikan kajian penelitian dan uraian kontribusi penelitian. Kajian yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah mengenai manajemen perawatan mesin, dengan metode Life Cycle Cost (LCC) dan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE).
Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan secara rinci meliputi : tahap merumuskan masalah penelitian, mengembangkan model penelitian, merancang pengumpulan dan pengolahan data, merancang analisis pengolahan data, dan mengambil kesimpulan yang dilakukan dengan menggunakan metode Life Cycle Cost (LCC) dan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE).
Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada bab ini dijelaskan semua data yang diperlukan untuk penelitian beserta cara pengolahannya, serta hasil dari pengolahan data yang nantinya akan di analisis pada bab berikutnya.
Bab V Analisis
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengumpulan dan pengolahan data yang terdapat pada bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan meliputi perhitungan LCC dan perhitungan OEE.
10 Bab VI Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Bab ini juga berisi saran bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya sebagai masukan untuk perbaikan di masa yang akan datang.