PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA
I Md Dyatma Dipayana
1, I Gst. Ngr. Japa
2, I Md. Suarjana
31,2,3
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e–mail: {ddipayana, ngrjapa_pgsd, pgsd_undiksha}
@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, 2) hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran rotating trio exchange (RTE), 3) perbedaan yang signifikan pada hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran rotating trio exchange (RTE) dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD gugus VIII Kecamatan Blahbatuh. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dan menggunakan desain post-test only control group design. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus VIII Kecamatan Blahbatuh Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 158 orang. Tehnik pengambilan sampel adalah tehnik random sampling. Data dikumpulkan dengan instrumen tes berupa tes objektif. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji- t). Hasil penelitian ini adalah: 1) skor hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional tergolong sedang, dengan mean 14,31, 2) skor hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan stategi pembelajaran rotating trio exchange (RTE) tergolong sangat tinggi, dengan mean 22,91, 3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran rotating trio exchange dengan kelompok yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus VIII kecamatan Blahbatuh, dengan thit > ttab (thit = 5,37 > ttab = 1,658). Hal ini berarti terdapat pengaruh strategi pembelajaran rotating trio exchange (RTE) terhadap hasil belajar matematika.
Kata kunci: Rotating Trio Exchange, Hasil Belajar.
Abstract
This study aimed to determine: 1) sudents’ mathematics learning outcomes who learned with conventional learning, 2) sudents’ mathematics learning outcomes who learned with rotating trio exchange (RTE), 3) significant influence in the sudents’ mathematics learning outcomes among groups of students who learned with rotating trio exchange (RTE) with a group of students who learned with conventional learning on the fifth grade students in the academic year 2013/2014 in primary schools in the cluster VIII of Blahbatuh district. This study was a quasi-experimental research design and used post-test only control group design . The subjects were all the fifth grade students in primary schools in the cluster VIII of Blahbatuh district in the academic year 2013/2014 which amounts to 158 students. The sampling technique was random sampling technique. Data were collected with test in the form of objective test. The data collected were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics (t-test). The results of this study found that: 1) sudents’ mathematics learning outcomes who learned with conventional learning tend to be low, with a mean of 14,31, 2) score of sudents’ mathematics learning outcomes who learned with rotating trio exchange
(RTE) tend to be high, with a mean of 22,91, 3) there was significant influence in the sudents’ mathematics learning outcomes among groups of students who learned with rotating trio exchange (RTE) with a group of students who learned with conventional learning on the fifth grade students in the academic year 2013/2014 in primary schools in the cluster VIII of Blahbatuh district, with tarithematic > ttable (tarithematict = 5,37> ttable = 1,658). This means that there are significant learning strategy rotating trio of exchange (RTE) toward math learning outcomes.
Key words: Rotating Trio Exchange, learning outcomes.
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang tidak dapat menghindar dari perkembangan teknologi yang memberi pengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan bagi negara yang sedang berkembang merupakan suatu media yang sangat berperan dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nasution (2009:15-16) yang menyebutkan bahwa “negara-negara yang sedang berkembang memandang pendidikan sebagai alat yang paling ampuh untuk menyiapkan tenaga yang terampil dan ahli dalam segala sektor pembangunan”.
Kesuksesan dalam sektor pembangunan tidak hanya dipengaruhi kemampuan dalam bidang ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh kualitas SDM yang menjalankan proses pembangunan tersebut. Melalui pendidikan diharapkan dapat tercapai pembangunan yang utuh, sehingga terjadi peningkatan taraf kehidupan manusia ke arah yang lebih sempurna. Untuk itu perlu dilakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu dengan tetap berpegangan pada perkembangan teknologi informasi dan tantangan masa depan yang penuh persaingan
Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ditandai dengan perubahan pola pikir masyarakat, tuntutan adanya kurikulum yang sesuai dengan zamannya menjadi relevan (Suparno, 2002:69). Menjawab tuntutan tersebut, perubahan kurikulum dirasa perlu dilakukan, hal ini dibuktikan dengan makin disempurnakanya kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 atau kurikulum Berbasis kompetensi (KBK). Bahkan, sekarang KBK sudah semakin disempurnakan dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). KTSP dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik (Mulyasa, 2006:8). Dengan diberlakukannya KTSP ini diharapkan proses pembelajaran yang mulanya hanya berpusat pada guru (teacher-centered) akan berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered).
Perbaikan kualitas Pembelajaran juga tidak terlepas dari peran guru dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai untuk terciptanya suasana belajar yang kondusif dan interaktif, sehingga dapat meningkatkan pemecahan masalah siswa dalam belajar, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu pendidikan. Peranan guru dalam proses pembelajaran sangat penting karena guru harus merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukannya. Dalam merancang suatu pembelajaran, seorang guru harus memperhatikan tujuan diselenggarakannya pembelajaran itu sendiri, termasuk di dalamnya pembelajaran matematika.
Matematika mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika diberikan kepada siswa untuk membantu siswa agar tertata nalarnya, terbentuk kepribadiannya dan terampil menggunakan matematik maupun penalarannya dalam kehidupan kelak. Terkait dengan tujuannya, pembelajaran matematika di sekolah mempunyai beberapa tujuan penting yang secara umum tercantum dalam Permen Depdiknas No. 22 Tahun 2006 meliputi empat tujuan sebagai berikut.
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam bentuk menarik kesimpulan.
2. Mengembangkan aktifitas yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, rasa ingin tahu, prediksi dan dugaan serta mencoba- coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan.
Namun kenyataannya keempat tujuan tersebut tidak dapat di wujudkan dalam proses dan kegiatan belajar- mengajar karena kurang kreatifnya guru dalam mengemas dan memilih metode mengajar yang menyenangkan bagi siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal yang di lakukan, model pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah masih dominan dipakai dalam pembelajaran matematika terutama di SD. Model pembelajaran tersebut dirasa kurang efektif karena model pembelajaran tersebut kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Akibatnya kreatifitas dan kemampuan berpikir matematika siswa tidak dapat berkembang secara optimal. Akhirnya akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika mengenai rata-rata nilai ulangan akhir semester (UAS), diketahui bahwa nilai rata- rata UAS di beberapa sekolah masih tergolong rendah karena berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan sama dengan KKM. Adapun rata-rata nilai UAS mata pelajaran matematika siswa kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Blahbatuh, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Rata-Rata UTS matematika siswa kelas V Gugus VII Kematan Blahbatuh.
Rata-rata nilai UAS di atas, Nama SD
Juml ah Siswa
Nilai Rata-Rata
SD N. 1 Bona 13 68,23
SD N. 2 Bona 32 65,75
SD N. 3 Bona 28 69,06
SD N. 1 Belega 33 68,67 SD N. 2 Belega 22 68,68 SD N. 3 Belega 31 69,04
Rata-rata nilai UAS di atas, memperlihatkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas V masih belum maksimal. Kurang maksimalnya hasil belajar siswa tersebut akibat dari pemilihan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan siswa. Kegiatan Belajar mengajar di SD masih dominan menggunakan model pembelajaran konvensional yang dirasakan tidak terlalu efektif karena meminimalkan keterlibatan siswa dalam menemukan konsep-konsep sehingga dalam kegiatan belajar mengajar siswa cenderung pasif.
Kebiasaan bersikap pasif dalam suatu pembelajaran dapat mengakibatkan siswa takut dan malu bertanya kepada guru mengenai materi yang kurang dipahami.
Pengetahuan yang dimiliki peserta didik tidak bersifat “long term memory” sehingga tidak jarang ada peserta didik yang sudah melupakan pembelajaran dengan begitu cepat karena konsep yang dimiliki hanya bersifat hafalan, bukan pemahaman.
Suasana belajar di kelas menjadi monoton dan kurang menarik. Kondisi seperti ini akan mengakibatkan berkurangnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajara. Dengan demikian dipandang perlu adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang memberikan keaktifan bagi siswa untuk belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah rotating trio exchange (RTE). Silberman (2005:92) menyatakan bahwa “Merotasi pertukaran pendapat kelompok tiga orang merupakan cara terperinci bagi siswa untuk mendiskusikan permasalahan dengan sebagian (dan biasanya memang tidak semua) teman sekelas mereka. Pertukaran pendapat ini bisa dengan mudah diarahkan kepada materi yang akan diajarkan di kelas.” Adapun keunggulan dari Stategi pembelajaran RTE yaitu sebagai berikut. 1) struktur yang jelas yang dapat memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan dalam kelompoknya dengan
waktu yang teratur. 2) siswa mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi yang diperoleh. 3) tidak terdapat kebosanan pada saat proses pembelajaran karena siswa akan dirotasi. Oleh karena itu, pembelajaran tipe ini sangat membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Dengan demikian penggunaan strategi RTE dalam proses pembelajaran memungkinkan siswa berinteraksi bukan hanya dengan kelompoknya melainkan dengan kelompok-kelompok lain dalam suatu pembelajaran. Sehingga diharapkan kegiatan belajar akan dirasakan lebih menyenangkan untuk siswa serta menambah motifasi siswa dalam belajar.
Mengingat masalah tersebut sangat penting, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui: 1) deskripsi hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan stategi pembelajaran RTE, 2) deskripsi hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, dan 3) pengaruh yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran RTE dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional di SD kelas V Gugus VIII Kecamatan Blahbatuh.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen semu (quasi experimen). Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Gugus VIII Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar pada rentang waktu semester I (ganjil) tahun pelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Gugus VIII Kecamatan Blahbatuh. Jumlah SD keseluruhannya sebanyak 6 SD dengan jumlah seluruh siswa adalah 158 siswa.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling. Teknik ini dilakukan dengan mencampur subjek- subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama dan mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Agung, 2010).
Sampel yang dirandom dalam penelitian ini
adalah kelas, karena dalam eksperimen tidak memungkinkan untuk merubah kelas yang ada. Kelas yang dirandom merupakan kelas dalam jenjang yang sama. Kelas- kelas tersebut adalah kelas V dari masing- masing sekolah dasar di Gugus VIII Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar.
Sebelum melakukan pengundian dilakukan uji kesetaraan untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas V masing- masing SD setara atau tidak. Uji kesetaraan pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis nilai ulangan akhir semester (UAS) mata pelajaran matematika siswa kelas V pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 di SD gugus VIII Kecamatan Blahbatuh. Uji kesetaraan dilakukan dengan menggunakan uji ANAVA satu jalur.
Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA satu jalur pada taraf signifikansi 5%
diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,8 sedangkan nilai Ftab pada dbantar = 5 dan dbdalam = 153 adalah 2,26. Dengan demikian terlihat bahwa harga Fhitung < Ftabel, sehingga H0
diterima. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkkan bahwa H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil ulangan tengah semester siswa kelas V pada mata pelajaran matematika SD di gugus VIII Kecamatan Blahbatuh adalah di terima. Dengan kata lain bahwa kemampuan siswa kelas V di SD gugus VIII Kecamatan Blahbatuh adalah setara
Dari enam sekolah dasar yang ada di Gugus VIII Kecamatan Blahbatuh, dilakukan pengundian untuk diambil dua kelas yang dijadikan sampel penelitian.
”Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Arikunto, S, 2002:109).
Berdasarkan hasil random sampling, diperoleh siswa kelas V SD N. 2 Bona yang berjumlah 32 orang dan siswa kelas V SD N. 3 Belega yang berjumlah 31 orang sebagai sampel penelitian.Berdasarkan hasil pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh siswa kelas V SD N. 2 Bona sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD N. 3 Belega sebagai kelas kontrol.
Kelas eksperimen diberikan perlakuan strategi pembelajaran rotating trio exchange
(RTE) dan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental yang meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu atau lebih variabel pada satu atau lebih kelompok eksperimental. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (tidak dimanipulasi). Pada penelitian ini, tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, dengan kata lain tidak mungkin memanipulasi semua variabel yang relevan, sehingga penelitian ini dikategorikan penelitian eksperimen semu atau quasi experiment. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan perbedaan strategi pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE) dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Matematika.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only Control Group Design. Myers (2006) menyatakan bahwa tujuan penggunaan desain penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu perlakuan dengan membandingkan perilaku sampel. Walaupun tidak dilakukan tes awal, desain penelitian ini dianggap terhindar dari variabel bebas karena kemampuan awal siswa di masing-masing kelompok telah diuji kesetaraannya dan dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa kemampuan awal kelompok sampel setara.
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar matematika dalam penelitian ini berupa tes objektif (pilihan ganda) dengan satu jawaban benar yang berjumlah 40 butir soal. Sebanyak 40 butir soal tersebut diberikan kepada siswa kelas VI dengan tujuan validasi butir tes. Hasil validasi tes sebanyak 30 butir diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai post–test.
Berdasarkan hasil penghitungan reliabilitas tes hasil belajar matematika dengan banyak butir tes (k) 40 adalah 0,75 dengan derajat reliabilitas tes tergolong tinggi. Dari uji validitas yang telah dilakukan terdapat 30 butir soal yang valid, kemudian dilakukan penghitungan reliabilitas dengan
harga reliabilitas tes hasil belajar matematika adalah sebesar 0,80 dengan kriteria reliabilitas tes tergolong sangat tinggi. Banyak butir tes yang digunakan untuk post–test adalah 30, dengan reliabilitas tes hasil belajar matematika adalah sebesar 0,75 dengan kriteria reliabilitas tes tergolong tinggi.
Setiap soal disertai dengan empat alternatif jawaban (a, b, c, dan d) yang akan dipilih siswa. Setiap butir item akan diberikan skor 1 untuk siswa yang menjawab benar (jawaban dicocokkan dengan kunci jawaban) dan skor 0 untuk siswa yang menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar matematika. Rentang skor ideal yang mungkin diperoleh siswa adalah 0–30.
Skor 0 merupakan skor minimal ideal dan skor 30 merupakan skor maksimal ideal tes hasil belajar matematika.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, dan statistik inferensial (uji-t), yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik poligon.
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak.
Kedua prasyarat tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu, maka untuk memenuhi hal tersebut dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil belajar matematika yang diperoleh melalui post–test terhadap 32 orang siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 16. Sedangkan data hasil belajar matematika yang diperoleh melalui post–
test terhadap 31 orang siswa menunjukkan
bahwa skor tertinggi adalah 27 dan skor terendah adalah 6
Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Deskripsi hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Mean 22,91 14,31
Median 23,86 14,17
Modus 24,00 14,07
Varians 17,77 28,13
Standar Deviasi
4,22 5,30
Data hasil post–test kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Polygon Data Hasil Post–
Test Kelompok Eksperimen
Berdasarkan kurve poligon pada Gambar 1, Mo>Md>M. Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor hasil belajar matematika cenderung tinggi.
Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Post–
test Kelompok Kontrol
Berdasarkan kurva poligon di atas, diketahui Mo<Md<M. Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah.
Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap data tes hasil belajar matematika. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi normal.
Adapun hasil perhitungan dari uji normalitas dapat disajikan pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data hasil belajar matematika
Kelompok Data hasil belajar matematika
2 hitung
2 tabel
Kelompok eksperimen
2,72 5,591
Kelompok kontrol
2,92 7,815
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh
2hitung hasil post-test kelompok eksperimen adalah 2,72 dan
2tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 2 adalah 5,591. Hal ini berarti,
2hitung hasil post-test Mo = 24,00Md = 23,86 M = 22,91
Mo = 14,07
Md = 14,17 M = 14,31
kelompok eksperimen lebih kecil dari
2tab(
2hit
2tab), sehingga data hasil post- test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakuka uji prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas. Uji homogenitasvarians data hasil belajar matematika dianalisis dengan uji F dengan kriteri kedua kelompok memiliki varians homogen jika F
hitung < F tabel. Hasil uji homogenitas varians data hasil belajar Imatematika dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Data hasil belajar matematika Sumber Data F hitung F tabel Status Hasil belajar kelompok
Eksperimen dan Kontrol 1,47 2,18 Homogen
Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung hasil post–test kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,47. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 31, dbpenyebut = 30, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,18. Hal ini berarti, varians data hasil post–test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen
Hipotesis penelitian yang diuji adalah adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa antara kelompok yang di belajarkan dengan strategi pembelajaran Rotating Trio Exchange dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus VIII kecamatan Blahbatuh.
Uji hipotesis ini menggunakan uji–t independent “sampel tak berkorelasi”.
Pada tabel 3 di atas telah disampaikan bahwa data hasil belajar matematika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah normal. Pada tabel 4 di atas juga telah disampaikan bahwa homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.
Selain itu jumlah siswa pada tiap kelas sama, baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol, maka pada uji-t sampel tak berkorelasi ini digunakan rumus uji-t separated varians. Adapun hasil analisis untuk uji-t dapat disajikan pada tabel 5
Tabel 5. Hasil uji Hipotesis Hasil belajar
matematika N X Db thitung ttabel Kesimpulan Kelompok
Eksperimen 32 23,91
61 5,37 1,658 H0 ditolak Kelompok Kontrol 31 14,31
Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji–t di atas, diperoleh thitung sebesar 5,37.
Sedangkan, ttabel dengan db = 32 + 21 – 2
= 61 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,658. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari
tabel
t (thitung ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran rotating trio exchange (RTE) dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di Gugus VIII Kecamatan Blahbatuh.
Secara deskriptif, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Strategi Pembelajaran rotating trio
exchange (RTE) memiliki hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar siswa.
Rata-rata skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan skor hasil belajar kelompok kontrol. Jika skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian skor siswa cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, jika skor hasil belajar siswa digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran RTE dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah- langkah pembelajaran dan proses dalam penyampaian materi. Pembelajaran dengan strategi RTE menekankan pada aktivitas siswa melalui pertukaran kelompok tiga (trio).
Dari perbedaan perlakuan yang diberikan pada kedua kelas yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol maka diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran RTE dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, yang artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Adanya struktur yang jelas dalam strategi pembelajaran RTE dapat memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan dalam kelompoknya dengan waktu yang teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam kerjasama dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi yang diperoleh. Hal lain dari keunggulan dari RTE adalah tidak terdapat kebosanan pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa dirotasi
sebanyak jumlah soal sehingga siswa banyak memperoleh pendapat dengan anggota yang baru dari pertanyaan yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, RTE adalah strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang baik.
Berbeda halnya dengan strategi pembelajaran RTE, dalam pembelajaran konvensional tidak menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka sendiri tentang pengetahuan yang dipelajarinya, tetapi guru langsung memberikan segala informasi yang dianggap penting oleh guru sehingga siswa akan berperan pasif dalam proses pembelajaran. Guru berasumsi bahwa keberhasilan dalam program pembelajaran dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yag ada dalam kurikulum. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi dalam pembelajaran konvensional kurang menekankan pada keterampilan proses.
Hal tersebut didukung pendapat Tarmizi Ramadhan (2009) yang menyebut menyebutkan bahwa “Penerapan teknik merotasi pertukaran pendapat kelompok tiga orang/RTE ini, diyakini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, karena siswa diajak untuk berfikir secara aktif dalam menyelesaikan soal dari guru.” Pertukaran pendapat ini diarahkan pada materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas. Ini termasuk salah satu strategi pembelajaran langsung yang dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Sejalan dengan itu, Penelitian tentang penerapan strategi pembelajaran RTE juga telah dilaksanakan oleh Pande Gede Subiksa Radharani pada siswa kelas VIIG SMPN 1 Sawan yang bejudul
“Penerapan strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) Berbantuan LKS Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIIG Semester II SMPN 1 Sawan” menunjukan bahwa aktivitas dan prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan. Rata-rata skor aktivitas belajar siswa meningkat dari 52, 89 pada siklus I menjadi 67,25 pada siklus III yang berada dalam kategori aktif. Rata- rata prestasi, daya serap, dan ketuntasan belajar siswa telah memenuhi kriteria keberhasilan pada siklus III yaitu sebesar 72,5%, dan 78,13% yang berada dalam kategori tuntas. Respon siswa terhadap pembelajaran berada dalam kategori sangat positif.
Sementara itu, Santyasa (2005:36) menyatakan bahwa “pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang lazim diterapkan seperti kegiatan rutinitas sehari–hari”. Pesan pembelajaran ini mengutamakan informasi konsep dan prinsip, latihan soal–soal, dan tes. Hal tersebut hanya menekankan pada tuntutan kemampaun pada ranah kognitif, sehingga pembelajaran cenderung mengarah ke product oriented ketimbang process oriented. Pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan konsep–konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan untuk mampu untuk melakukan sesuatu dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Hal ini bisa terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu. Model pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru (teacher centered). Sudjana (2005) menyatakan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan peserta didik. Peserta didik berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan. Ciri-ciri dari pembelajaran konvensional adalah 1) didominasi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peserta didik bersifat pasif dan hanya melakukan kegiatan melalui perbuatan pendidik, 2) bahan ajar terdiri atas konsep–konsep dasar atau materi belajar yang tidak dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa sehingga peserta
didik membutuhkan informasi yang tuntas dari guru, 3) pembelajaran tidak dilakukan secara berkelompok, dan 4) pembelajaran tidak dilaksanakan melalui kegiatan laboratorium. Hal ini mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh siswa menjadi kurang maksimal.
Meskipun temuan dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dan teori pendukungnya, namun ada beberapa hal yang memerlukan pembahasan lebih lanjut mengenai hasil belajar yakni faktor- faktor yang menyebabkan pencapaian hasil belajar matematika belajar siswa pada kelompok eksperimen belum sepenuhnya optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yakni, pertama karakteristik RTE yang sangat unik yang menyebabkan siswa belum terbiasa dengan strategi tersebut. Kedua, terdapat kencendrungan topic atau materi permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan bahasan. Ketiga, kemungkinan adanya didominasi hanya seorang siswa yang mengakibatkan siswa lain menjadi pasif, dan siswa kebingungan dalam pertukaran anggota kelompok.
Keempat, jumlah siswa yang telalu banyak membuat siswa tidak dapat bekerja secara maksimal saat kegiatan pembelajaran.
Implikasi yang ditimbulkan pada pembelajaran dikelas akibat penerapan strategi pembelajaran RTE adalah Pertama, temuan dalam penelitian ini membuktikan bahwa secara umum hasil belajar matematika yang menggunakan strategi pembelajaran RTE lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
Kedua, adalah tidak terdapat kebosanan pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa dirotasi sebanyak jumlah soal sehingga siswa banyak memperoleh pendapat dengan anggota yang baru dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) hasil belajar matematika pada siswa yang
dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di gugus VIII Kecamatan Blahbatuh tergolong kriteria sedang . Hal ini dapat dilihat dari data hasil post–test siswa, skor rata-rata hasil belajar matematika siswa tergolong sedang yakni 14,31. 2) hasil belajar matematika pada siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran rotating trio exchange (RTE) tergolong kriteria sangat tingi. Hal ini dapat dilihat dari data hasil post–test siswa, skor rata-rata hasil belajar matematika siswa tergolong sangat tingi yakni 22,91
.
3. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji–t diperoleh thitung sebesar 5,37. Sedangkan, ttabel dengan db= 32 + 21 – 2 = 61 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,658. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model rotating trio exchange (RTE) dan kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Hal ini berarti terdapat pengaruh strategi pembelajaran rotating trio exchange (RTE) terhadap hasil belajar matematika.
Saran disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Disarankan kepada guru pengajar agar menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini adalah metode pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif di dalam pembelajaran di kelas. 2. Disarankan bagi mahasiswa dan lulusan PGSD yang nantinya memiliki kompetensi dalam hal rekayasa pembelajaran, agar lebih inovatif dalam menemukan maupun menerapkan model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. 3. Bagi peneliti lain, jika meneliti permasalahan ini dalam lingkup yang lebih luas maka kelemahan-kelemahan penelitian ini perlu diperhatikan sehingga akan diperoleh
sumbangan ilmu yang lebih baik dan sesuai perkembangan zaman. 4.
Disarankan bagi pembaca agar lebih kritis menyikapi hasil penelitian ini, sebab peneliti merupakan peneliti pemula yang jauh dari kata sempurna.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Undiksha.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Prektek.
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Depdiknas. 2006. Panduan
pengembangan silabus sekolah dasar mata pelajaran matematika.
Jakarta: Depdiknas.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum tingkat satuan pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Myers. 2006. Experimental Psycology.
Belmont: Thomson Wadsworth.
Nasution. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Silberman.2005.101 Ways to Make Training Active.USA:Pfeiffer.
Suparno, P. 2002. Filsafat konstrukvisme dalam pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.