• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai Tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai Tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BANDUNG KAYUN-YUN DI DESA CIHIDEUNG HILIR

KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

RAHMA FITRI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai Tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Rahma Fitri

(3)

ABSTRAK

RAHMA FITRI. Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai Tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.

Industri kecil merupakan bagian dari sektor UKM yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Salah satu industri kecil yang potensial untuk dikembangkan yaitu industri yang berbasis kedelai seperti industri tahu. Adanya kenaikan harga kedelai yang terjadi pada tahun 2013 mempengaruhi industri kecil tahu khususnya usaha Tahu Bandug Kayun-Yun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap profitabilitas dan nilai tambah usaha tahu bandung Kayun-Yun. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Ciampea merupakan salah satu satu sentra produksi tahu. Hasil penelitian menunjukkan setelah kenaikan harga kedelai, total biaya meningkat Rp 44 957 794 per bulan, volume penjualan adalah tetap 6700 potong per hari, perbedaan harga pokok produksi sebesar Rp 206/potong tahu ukuran 4 cm dan Rp 254/potong tahu ukuran 5 cm, titik impas dalam nilai barang sebesar 586 potong ukuran 4 cm dengan nilai rupiah Rp 175 873 dan 330 potong ukuran 5 cm dengan nilai rupiah Rp 175 873 dan Rp 115 557. Nilai profitabilitas meningkat sebesar 30.25% untuk ukuran 4 cm dan 29.36 persen untuk tahu ukuran 5 cm. Hasil nilai tambah juga meningkat sebesar Rp 8 672/kg untuk tahu yang ukuran 4 cm dan Rp 8 195/kg untuk tahu yang ukuran 5 cm.

Kata Kunci: Kedelai, Usaha tahu bandung Kayun-Yun, profitabilias, nilai tambah.

ABSTRACT

RAHMA FITRI. The Effect of Soybean Price Increase on Profitability and Added Value of Usaha tahu bandung Kayun-Yun in Cihideung Hilir Village Ciampea Subdistricts Bogor Districts. Supervised by TINTIN SARIANTI.

Small industries is part of SME (Small Medium Enterprise) sector that gives an important role in Indonesia’s economic development. One of small industry that potentially to be developed is soybean industries such as tofu industries. Soybean price increase that occurred in 2013 affects tofu small industrial especially Usaha tahu bandung Kayun-Yun. The purpose of this research was to analyze the effect of soybean price increase on profitability and added value of Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun. Research location was selected with the considerations that Ciampea subdistricts is one of the all subdistricts in Bogor district that known as tofu production centers. The results showed after soybean prices increased, the total cost increased by 44 957 794 per month, sales volume is still in 6700 pieces per day, the difference in cost of production in the amount of Rp 206/piece for 4 cm tofu and Rp 254/piece for 5 cm tofu, break-even point in goods value for 4 cm tofu in the amount of 586 pieces with 175 873 rupiah IDR and for 5 cm in the amount of 330 pieces with 115 557 rupiah IDR. Profitability value showed an increase of 30.25 % for 4 cm and 29.36 % for 5 cm tofu. The result of the added value also increased by Rp 8 672/kg for 4 cm tofu and Rp 8 195/kilogram for 5 cm tofu.

(4)

KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

RAHMA FITRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Pengaruh Kenaikan Harga Kedelai terhadap Profitabilitas dan Nilai Tambah Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Nama : Rahma Fitri NIM : H34100167

Disetujui oleh

Tintin Sarianti SP, MM Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(6)
(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema dalam skripsi ini adalah profitabilitas dan nilai tambah, dengan judul Pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap profitabilitas dan nilai tambah usaha tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan sejak Desember 2013 hingga Januari 2014.

Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, nasehat, motivasi dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing ibu Tintin Sarianti SP, MM atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih kepada dosen penguji utama ibu Eva Yolynda Aviny SP, MM dan kepada dosen penguji komisi pendidikan ibu Anita Primaswari Widhiany SP, Msi atas saran dan masukan kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM, ibu Dr. Ir. Rr. Heny K.S. Daryanto, M.Ec, Ibu Tintin Sarianti SP, MM, Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP. M.Agribus sebagai tim penelitian pada penelitian Strategi Nasional yang berjudul “Analisis Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja Wirausaha pada Unit Usaha Kecil-Menengah (UKM) di Provinsi Jawa Barat” atas kesempatannya menjadi enumerator sehingga dapat menjadi bahan penelitian pada skripsi ini. Terima kasih kepada ibu Ir Juniar Atmakusuma SP, Msi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan yang telah diberikan selama perkuliahan. Disamping itu juga, ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Uun selaku pemilik usaha tahu bandung Kayun-Yun yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan meluangkan waktunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Pemerintah Aceh yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Terima kasih kepada teman satu bimbingan Feby Rizky Hadiyanti, Nci, Intan, Narita, Nisa yang selalu memberikan motivasi dan doa. Terima kasih kepada teman-teman Arina Pradiahsari, Febritesa, Nur, Rahmawati, Khairunnisa Rahmah dan seluruh rekan-rekan Agribisnis 47 atas motivasi, saran, nasehat dan doa. Terima kasih kepada Husnul Susanto dan teman-teman IMTR Aceh lainnya yang selalu memberikan motivasi kepada penulis. Terima kasih kepada teman-teman Gladikarya Desa Cigugur Girang atas motivasi dan doa kepada penulis. Terima kasih kepada teman Asrama Putri Aceh Pocut Baren Rahmah Dara Ayunda, Amelia Rahmawaty, Kak Nur, Kak Ollin, Kak Salma yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada penulis. Terima kasih kepada UKM Bola Voli IPB dan seluruhnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selau memberikan motivasi, dorongan dan doa kepada penulis.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan masukan yang baik bagi subjek penelitian yaitu usaha tahu bandung Kayun-Yun maupun masyarakat luas.

Bogor, Maret 2014

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritis 8

Konsep Biaya 9

Konsep Harga Pokok Produksi 10

Proporsi Biaya Bersama 12

Konsep Titik Impas 13

Konsep Profitabilitas 15

Konsep Nilai Tambah 16

Kerangka Pemikiran Operasional 17

METODE PENELITIAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Pengumpulan Data 19

Metode Pengolahan Data 19

Analisis Biaya Produksi 20

Analisis Harga Pokok Produksi 20

Analisis Titik Impas (Break Even Point) 21

Analisis Profitabilitas Usaha 21

Analisis Nilai Tambah 22

GAMBARAN UMUM USAHA 22

Peralatan Produksi Tahu 24

PEMBAHASAN 27

Analisis Biaya 27

(9)

Penentuan Harga Pokok Produksi 33

Analisis Titik Impas 35

Analisis Profitabilitas 37

Analisis Nilai Tambah 39

SIMPULAN DAN SARAN 43

Simpulan 43

Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 46

(10)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha tahun

2010-2011 atas Harga Dasar Berlaku 1

2 Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun

2010-2011 2

3 Produksi Kedelai Nasional pada tahun 2010-2013 3

4 Impor Kedelai per Negara Asal Tahun 2012 3

5 Perkembangan harga kedelai impor tahun 2009 – 2013 4 6 Kebutuhan Kedelai Anggota KOPTI Kabupaten Bogor Tahun 2012a 5

7 Prosedur analisis nilai tambah metode Hayami 22 8 Kebutuhan Bahan Baku Produksi Tahu per hari 23 9 Gambar dan fungsi pealatan usaha tahu bandung Kayun-Yun 25 10 Peralatan produksi usaha tahu bandung Kayun-Yun 27

11 Biaya Investasi Tahu Bandung Kayun-Yun 28

12 Biaya non produksi usaha tahu bandung kayun-yun tahun 2013 29 13 Biaya variabel sebelum dan setelah kenaikan harga kedelai per bulan tahun 2013 30 14 Total Biaya Usaha Tahu Bandung Kayun-Yun sebelum dan sesudah kenaikan

harga kedelai per bulan tahun 2013 31

15 Volume penjualan usaha Tahu Bandung Kayun-Yun per hari sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai tahun 2013 32

16 Perhitungan harga pokok produksi usaha Tahu Bandung Kayun-Yun tahun 2013 34 17 Marjin antara harga jual tahu per potong dengan harga pokok produksi per potong

usaha Tahu Bandung Kayun-Yun tahun 2013 35

18 Perhitungan titik impas (BEP) tahu bandung Kayun-Yun sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai tahun 2013 36

19 Tingkat profitabilitas usaha tahu bandung Kayun-Yun sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai tahun 2013 37

20 Perhitungan nilai tambah usaha tahu bandung Kayun-Yun sebelum dan setelah

kenaikan harga kedelai tahun 2013 40

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva Biaya Rata-Rata 9

2 Unsur harga pokok produksi dengan metode full costing 11 3 Unsur harga pokok produksi dengan metode variabel costing 12

4 Titik impas, laba dan volume penjualan 15

5 Kerangka pemikiran operasional 18

6 Proses produksi tahu bandung Kayun-Yun 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 Biaya Penyusutan Peralatan Tahu Bandung Kayun-Yun tahun 2013 46 2 Rincian Total Biaya bersama pada perhitungan harga pokok produksi sebelum dan

setelah kenaikan harga kedelai tahun 2013 46

(11)
(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar1.

Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu sektor yang memberikan sumbangan terhadap pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) perekenomian Indonesia. Menurut Statistik Depkop tahun 2011, kontribusi UKM terhadap PDB mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 3 466 393.3 atau 57.12 persen meningkat menjadi 4 303 571.5 atau 57.95 persen. Hal ini menandakan bahwa kontribusi UKM terus meningkat terhadap kinerja perekonomian. Kontribusi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha tahun 2010-2011 atas harga dasar berlaku dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1 Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha tahun 2010-2011 atas Harga Dasar Berlakua

Skala Usaha Tahun 2010 Tahun 2011 Perkembangan

Nilai Pangs

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga menjadi faktor pendorong dalam terciptanya pembangunan ekonomi nasional karena memacu pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Terbukti dalam mengatasi krisis ekonomi saat sektor besar mengalami kebangkrutan namun UKM masih dapat bertahan ditengah krisis Melihat kondisi tersebut maka pengembangan UKM diperlukan perhatian pemerintah maupun masyarakat agar dapat tumbuh dan berkembang lebih kompetitif dibanding sektor usaha lainnya (Adinigsih, 2011). Kontribusi dari UKM

1

(13)

yang setiap tahunnya meningkat terlihat dari jumlah penyerapan tenaga kerja yang diserap oleh sektor UKM.

Tabel 2 Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2010-2011

Skala Usaha Tahun 2010 Tahun 2011 Perkembangan

Jumlah Pangsa

Penyerapan tenaga kerja dalam sektor UKM mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tenaga kerja yang terserap pada UKM merupakan yang terbesar dengan jumlah sebanyak 99 401 775 orang dengan pangsa 97.22% pada tahun 2010 meningkat menjadi 101 722 458 orang dengan pangsa 97.24%. Pada Usaha Kecil terjadi peningkatan dari 3.55 persen meningkat menjadi 3.75 persen dan pasa usaha menengah terjadi peningkatan dari 2.70 persen menjadi 2.72 persen. Besarnya jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha pada tahun 2010-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.

Agroindustri merupakan kegiatan yang meningkatkan nilai tambah, menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan atau dimakan, meningkatkan daya simpan dan menambah pendapatan dan keuntungan produsen (Hicks, 1995). Pembangunan agroindustri di Indonesia merupakan salah satu agenda dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM). Pengembangan UKM diharapkan dapat menyerap kesempatan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan bagi pelaku UKM.

Sebagai bagian dari agroindustri, industri kecil merupakan salah satu bagian yang sangat berperan penting. Salah satu yang sangat potensial untuk dikembangkan yaitu industri yang berbasis kedelai seperti industri kecil tahu atau tempe. Tahu dan tempe merupakan salah satu jenis makanan olahan yang berbahan baku kedelai yang merupakan sumber gizi protein nabati utama yang dibutuhkan oleh tubuh. Saat ini, peningkatan akan kedelai terus meningkat karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebutuhan protein dan gizi. Konsumsi kedelai Indonesia pada tahun 2012 mencapai 2,5 juta ton2. Sementara

produksi di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai yang dibutuhkan, hal ini dapat dilihat secara jelas pada Tabel 3.

2

(14)

Tabel 3 Produksi Kedelai Nasional pada tahun 2010-2013a

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ku/Ha)

2010 660 823 907 031 13.73

Tahun 2010 produksi kedelai mencapai 907 031 ton dengan luas panen 660 823 Ha dan produktivitas 13.73 ku/ha Tahun 2010-2013 luas panen dan produksi kedelai terus mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Tahun 2013 luas panen kedelai menurun hingga mencapai 567 624 Ha dengan produksi sebesar 843 153 Ton meskipun produktivitasnya mengalami peningkatan menjai 14.00 Ku/Ha namun peningkatannya sangat lambat. Jumlah produksi yang menurun disebabkan petani tidak tertarik menanam kedelai karena keuntungan menanam kedelai yang rendah akibat harga impor yang lebih rendah dibandingkan dengan harga kedelai dalam negeri sehingga kedelai dalam negeri tidak dapat bersaing dengan kedelai impor. Selain itu produktivitas rata-rata kedelai petani Indonesia juga masih rendah terbukti pada tahun 2013 produktivitas hanya mencapai 14.00 ku/ha atau 1,4 ton/ha sedangkan produktivitas optimum sebesar 2 ton/ha (Amang, 1996). Oleh karena itu Indonesia sangat membutuhkan kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dimana volume impor dapat dilihat jelas pada Tabel 4.

Tabel 4 Impor Kedelai per Negara Asal Tahun 2012a

Negara Volume (Kg) Nilai(US$)

United States 1 989 251 940 1 231 083 665

Tabel 4 menunjukkan bahwa volume impor kedelai di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 2 128 763 240 kg dengan nilai US$ 1 339 963 599 dengan negara pengekspor terbesar adalah Amerika Serikat. Berdasarkan data tersebut, Indonesia mengalami ketergantungan pasokan kedelai impor yang sangat tinggi. Akibatnya, apabila negara pengekspor mengalami masalah akan berpengaruh terhadap harga kedelai di Indonesia seperti yang terjadi pada tahun 2013 harga kedelai meningkat dari dari Rp 6000 menjadi Rp 9000 per kilogram, sehingga banyak industri tahu dan tempe melakukan mogok produksi, mengalami kerugian dan menghentikan usahanya3.

Indonesia pernah mencapai puncak kejayaan produksi kedelai pada tahun 1992, karena adanya swasembada kedelai dengan produksi mencapai 1.6 juta ton (Amang, 1996). Namun angka tersebut terus menurun karena areal pertanian semakin berkurang hingga produksi saat ini mencapai 800 ton pertahun. Anjloknya produksi kedelai ini disebakan karena regulasi impor yang dikeluarkan tahun 1998 bahkan sampai saat ini kebijakan pemerintah yang membebaskan bea masuk impor menyebabkan semakin

3 Suprapto, Hadi. 2013. Mengapa kedelai kerap jadi masalah. Viva News. [Internet]. [diunduh 2013

(15)

menurunnya kegairahan petani untuk menanam kedelai. Petani kedelai merasa dirugikan karena harga kedelai lokal akan ikut turun4. Dengan demikian menyebabkan melonjaknya

impor kedelai dan persaingan antara perusahaan-perusahaan swasta impor kedelai. Kedelai di Indonesia sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk produk olahan seperti tahu, tempe, kecap, tauco dan susu kedelai. Industri yang berbasis kedelai seperti tahu atau tempe merupakan salah satu industri pengolahan pangan dalam bentuk skala kecil namun sangat potensial untuk dikembangkan. Karena usaha tahu atau tempe dapat dimulai dengan modal yang relatif kecil, teknologi yang sederhana dan tidak terlalu membutuhkan keahlian yang tinggi. Selain itu juga sebagai alternatif penyedia lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan bagi rumah tangga

Perumusan Masalah

Harga kedelai yang terus melonjak di beberapa tahun terakhir ini dari tahun 2009 hingga 2013. Adanya kenaikan harga kedelai menyebabkan usaha atau tempe mengalami gangguan pada usahanya. Berikut adalah perkembangan harga kedelai dari tahun 2009 hingga 2013 menurut Deptan (2013) pada Tabel 5 yaitu :

Tabel 5 Perkembangan harga kedelai impor tahun 2009 – 2013a Tahun Harga kedelai impor (Rp/kg)

2009 7 954

2010 8 096

2011 8 302

2012 8 353

2013 9 000 – 9 5001

Status angka : 1 = angka sementara

a Sumber : www.deptan.go.id

Berdasarkan data pada Tabel 5 adanya kenaikan harga kedelai yang terjadi dari tahun 2010 hingga 2013. Beberapa penyebab terjadinya kenaikan harga kedelai setiap tahunnya, seperti yang terjadi pada tahun 2012 kenaikan harga kedelai disebabkan kemarau panjang yang terjadi di Amerika sehingga impor kedelai terganggu. Sedangkan pada tahun 2013, kenaikan harga impor kedelai disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan adanya permasalahan disisi suplai5.

Kenaikan harga kedelai yang terjadi beberapa tahun ini mempengaruhi para pengrajin UKM tahu dan tempe karena bahan baku yang digunakan merupakan kedelai impor. Ketergantungan terhadap kedelai impor karena produksi kedelai dalam negeri yang tidak dapat bersaing dengan kedelai impor salah satunya seperti produktivitas yang rendah sehinggasehingga sekalipun harga kedelai melonjak tajam namun produsen tahu dan tempe tetap menggunakan kedelai impor. Dengan permintaan kedelai yang terus meningkat dan produksi dalam negeri tidak mampu untuk memenuhi konsumsi kedelai dalam negeri sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan menurunkan tarif impor bahkan menghapuskan bea impor kedelai sehingga harga kedelai impor dapat lebih murah.

4 Cipto. 2013. Ini salah satu sebab Indonesia krisis kedelai. Warta Ekonomi. [Internet]. [diunduh 2013

Oktober 4]. Tersedia pada : www.wartaekonomi.co.id

5 Runiasari, Kartika. 2013. Harga kedelai internasional turun, di Indonesia justru naik. Suara Merdeka.

(16)

Permasalahan kenaikan harga kedelai mempengaruhi para pengrajin tahu dan tempe nasional, dan salah satu daerah yang terkena dampak kenaikan harga kedelai terhadap para pengrajin tahu dan tempe adalah Kabupaten Bogor. Berdasarkan data dan wawancara dengan salah satu staff dari KOPTI Kabupaten Bogor banyak para anggota KOPTI yang mengeluh akibat kenaikan harga yang terjadi dan terjadi penurunan jumlah pembelian kedelai oleh anggota KOPTI bahkan membuat para pengrajin berhenti produksi. Banyaknya jumlah anggota KOPTI di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kebutuhan Kedelai Anggota KOPTI Kabupaten Bogor Tahun 2012a

No Wilayah Pelayanan Jumlah Anggota Jumlah Tenaga

Kerja

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah anggota KOPTI pada tahun 2012 sebesar 1373 orang dan jumlah tenaga kerja sebesar 5859 orang. Menurut KOPTI Kabupaten Bogor kebutuhan kedelai Kabupaten Bogor tahun 2010 hingga 2013 sebesar 118 800 000 kg. Untuk suplai kedelai di Kabupaten Bogor tahun 2010 – 2013 tersedia dan relatif cukup tidak ditemukan adanya kelangkaan kedelai. Salah satu Kecamatan yang memiliki kebutuhan kedelai terbesar perbulan adalah Kecamatan Ciampea sebesar 130 350 ton. Berdasarkan keterangan tersebut maka penelitian ini dilakukan pada wilayah kecamatan tersebut dengan mengambil salah satu usaha sebagai subjek studi kasus penelitian.

(17)

terkait dengan kenaikan harga kedelai yang terjadi pada beberapa bulan ini secara tiba-tiba usaha Bapak Uun mengalami sedikit gangguan, terutama dalam hal biaya dan keuntungan yang diterima. Namun data produksi dan penjualan usaha yang menjadi objek penelitian tidak dapat ditampilkan karena tidak adanya pencatatan secara detail.

Berdasarkan berbagai permasalahan yang diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini akan dibahas beberapa hal terkait dengan dampak kenaikan harga kedelai yaitu : 1. Apakah kenaikan harga kedelai menurunkan tingkat profitabilitas usaha tahu bandung

Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

2. Apakah kenaikan harga kedelai menurunkan nilai tambah usaha tahu bandung Kayun-Yun di Desa Cihedeung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap tingkat profitabilitas usaha tahu bandung Kayun-Yun di Desa Cihedeung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap nilai tambah usaha tahu bandung Kayun-Yun di Desa Cihedeung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk pengrajin tahu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, infromasi dan pertimbangan dalam menjalankan usahanya.

2. Untuk civitas akademika penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan sebagai bahan perbandingan serta acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 3. Untuk masyarakat luas penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam mengetahui

keadaan industri kecil tahu khususnya yang berada di Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini memerlukan suatu sumber informasi yang digunakan sebagai referensi yaitu melalui penelitian-penelitian terdahulu mengenai nilai tambah dan profitabilitas. Hal yang dikaji dalam penelitian terdahulu adalah subjek yang diteliti, alat analisis yang digunakan. Ada lima penelitian terdahulu yang dikaji dalam penelitian ini antara lain, Tunggadewi (2009) melakukan penelitian mengenai profitabilitas dan nilai tambah tahu dan tempe di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor. Nursiah (2013) melalukan penelitian pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap kinerja di Desa Citeureup Kabupaten Bogor. Putri (2013) melakukan penelitian tentang kelayakan usaha dan nilai tambah olahan jamur tiram putih di Bekasi. Putriyana (2008) dalam penelitiannya tentang analisis biaya dan profitabilitas produksi roti pada Bella Bakery di Pondok Gede, Bekasi. Damayanti (2004) tentang penetapan harga pokok produksi menggunakan metode Full Costing.

(18)

Tunggadewi (2009) meneliti terkait dengan nilai tambah dengan menggunakan metode hayami dan menentukan profitabilitas menggunakan break even point. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai tambah dan tingkat keuntungan yang diperoleh dari usaha tahu dan tempe akibat adanya kenaikan harga bahan baku kedelai. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas usaha yang lebih tinggi adalah usaha tahu sebesar 38 persen, sedangkan usaha tempe sebesar 28 persen. Perhitungan analisis nilai tambah juga menunjukkan bahwa usaha yang memiliki nilai tambah lebih besar adalah usaha tahu dengan nilai sebesar Rp 6881, sedang untuk menjadi tempe sebesar Rp 4947. Berdasarkan itu maka perlu dilakukan penghematan biaya pada usaha tempe agar struktur biayanya lebih efisien dan mendapatkan keuntungan lebih besar. Salah satunya dengan menghemat biaya perawatan, menggunakan peralatan produksi yang lebih tahan lama dan menjaga kebersihan peralatan, khusus untuk usaha tempe biaya pengemasannya dapat dihemat dengan menggunakan kemasan daun pisang untuk seluruh produknya.

Penelitian analisis nilai tambah yang dilakukan oleh Putri (2013) terhadap dua produk olahan yaitu jamur crispy dan nugget jamur dengan menggunakan metode

Hayami. Nilai tambah yang dihasilkan pada produk jamur crispy dan nugget jamur adalah Rp 25 544.07 dan Rp 54 295.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan padat modal karena pendistribusian nilai marjin terbesar pada keuntungan yang diterima perusahaan dibandingkan pendapatan tenaga kerja.

Putriyana (2008) dalam penelitiannya tentang analisis biaya dan profitabilitas produksi roti pada Bella Bakery di Pondok Gede, Bekasi dengan menggunakan metode

full costing, titik impas dan profitabilitas. Bella Bakery mengalami kendala dalam biaya produksi seperti meningkatnya harga bahan baku utama yang berpengaruh terhadap tingkat penerimaan dan profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan struktur biaya untuk menganalisis profitabilitas yang dicapai perusahaan. Nilai MOS untuk kedua produk benilai cukup besar sehingga batas toleransi penurunan produksi juga besar. Perusahaan juga mempunyai hasil penjualan yang tinggi untuk menutupi biaya tetap dan variabel yang ditunjukkan dengan nilai MIR yang besar. Tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan, volume penjualan, dan harga jual.

Selain itu, penelitian lain oleh Damayanti (2004) tentang penetapan harga pokok produksi dalam kaitannya dengan titik impas dan profitabilitas perusahaan perkebunan teh XYZ. Pada penelitian ini penetapan harga pokok produksi yang digunakan menggunakan metode full costing karena memperhitungkan seluruh seluruh biaya produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan dari titik impas dan profitabilitas perusahaan akibat penerapan metode penetuan harga pokok alternatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan XYZ masih kurang tepat dalam penentuan harga pokok produksinya. Adanya perubahan pada metode penetapan harga pokok produksi berpengaruh terhadap titik impas dimana titik impas menjadi lebih kecil dari sebelumnya. Begitu juga dengan profitabilitas perusahaan. Dengan menggunakan metode

full costing tingkat profitabiltas perusahaan menjadi lebih besar dari sebelumnya.

(19)

sebelum dan setelah adanya kenaikan harga kedelai. Sementara, adanya kenaikan harga kedelai menyebabkan keuntungan yang diterima menjadi menurun disebabkan tidak adanya pilihan lain yang dilakukan pengrajin tempe di Desa Citeureup. Dengan demikian menunjukkan adanya kenaikan harga kedelai menurunkan kinerja pengrajin tempe di Desa Citeureup.

Analisis nilai tambah yang dilakukan oleh Tunggadewi (2009) dan Putri (2013) melihat bagaimana sejauh mana atau seberapa besar bahan baku mendapatkan suatu perlakuan sehingga mengalami perubahan nilai yang dapat berupa perubahan bentuk

(form utility), tempat (place utility), waktu (time utility) dan kepemilikkan. Sedangkan penelitian terdahulu terkait dengan profitabilitas yang dilakukan oleh Putriyana (2008), Damayanti (2004) menganalisis bagaimana penetapan harga pokok produksi menggunakan metode full costing, titik impas (break even point), dan analisis profitabilitas. Analisis pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap kinerja usaha tempe dilakukan oleh Nursih (2013) yang ditinjau dari segi biaya, keuntungan dan penerimaan. Penelitian ini mengambil subjek penelitian yang sama dengan Tunggadewi (2009) yaitu usaha tahu. Perbedaannya yaitu Tunggadewi membandingkan antara usaha tahu dan tempe di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur, sementara penelitian ini membandingkan antara sebelum dan sesudah kenaikan harga kedelai pada industri kecil tahu Bandung Kayun-yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea. Penelitian ini menganalisis hal yang sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Nursiah (2013) yang berkaitan dengan pengaruh kenaikan harga kedelai terhadap kinerja usaha. Perbedaannya pada penelitian ini kinerja yang ditinjau berdasarkan tingkat profitabilitas sedangkan pada penelitian Nursiah (2013) analisis kinerja ditinjau dari biaya, keuntungan dan penerimaan. Selain itu, perbedaan juga terdapat pada subjek yang diteliti. Pada penelitian ini subjek penelitian pada usaha tahu sedangakan pada penelitian Nursiah (2013) pada usaha tempe.

Alat analisis nilai tambah yang digunakan sama seperti yang dilakukan oleh Tunggadewi (2009) dan Putri (2013) yaitu menggunakan metode Hayami. Hal ini dikarenakan produk dalam objek penelitian merupakan produk olahan yang sama dengan produk pada penelitian terdahulu. Alat analisis penetuan harga pokok produksi sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Putriyana (2008) dan Damayanti (2004) yaitu menggunakan metode full costing. Metode full costing dipilih karena memperhitungkan semua unsur biaya produksi dan non produksi ke dalam harga pokok produk. Alat analisis profitabilitas juga sama seperti yang dilakukan dengan oleh Tunggadewi (2009), Putriyana (2008), Damayanti (2004) yaitu dengan melihat nilai MOS dan MIR. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Putriyana (2008) dan Damayanti (2004) yaitu pada subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada industri kecil tahu bandung Kayun-Yun di Kabupaten Bogor.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

(20)

konsep harga, konsep titik impas (Break Even Point), konsep nilai tambah dan konsep profitabilitas.

Konsep Biaya

Kegiatan memproduksi barang atau jasa dengan menggunakan nilai input tertentu disebut dengan biaya (Lipsey, 1995). Mankiw (2003) mendefinisikan biaya sebagai segala sesuatu yang dikorbankan agar mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Rony (1990) menyatakan pengertian lain tentang biaya yaitu pengeluaran untuk memperoleh barang atau jasa yang mempunyai manfaat bagi perusahaan lebih dari satu periode operasi. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan didirikan suatu usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan disamping memiliki tujuan lain yang bersifat sosial seperti memberi kesempatan kerja atau memenuhi suatu kebutuhan. Dalam menentukan keuntungan yang diperolah selama jangka waktu tertentu, maka pihak manajemen perlu mengetahui berapa hasil yang diperoleh dari penjualan dan biaya-biaya yang harus dipertimbangkan.

Menurut Lipsey (1995) biaya total (total cost) merupakan biaya yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Biaya total dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap total (total fixed cost) dan biaya variabel total (total variabel cost). Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah meskipun output yang dihasilkan berubah sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang bertambah jika output yang dihasilkan bertambah dan biaya berkurang dengan menurunnya produksi yang dihasilkan.

Dalam melakukan produksi, harga input variabel mempengaruhi total biaya yang dikeluarkan produsen, adanya kenaikan harga input menyebabkan total biaya variabel meningkat. Apabila total biaya variabel meningkat maka akan menyebabkan biaya total juga akan meningkat Adanya fungsi biaya yang menggambarkan hubungan antara besarnya biaya produksi dengan tingkat produksi dapat dilihat pada Gambar 1

Rp

MC

ATC

AVC

AFC

Output

Gambar 1 Kurva Biaya Rata-Rata Sumber : Lipsey (1995)

Gambar 1 diatas menunjukkan kurva biaya rata-rata dimana biaya rata-rata diperoleh dari total biaya dibagi jumlah output yang dihasilkan. Saat terjadi kenaikan harga input menyebabkan terjadinya peningkatan biaya total sehingga kurva biaya total rata-rata (ATC) akan bergeser ke atas. Adanya pergeseran yang terjadi akan mempengaruhi keuntungan yang akan diterima dalam suatu usaha sehingga menyebabkan keuntungan yang diperoleh menurun.

(21)

mengalami titik kritis pada saat suatu usaha mampu menutupi biaya variabel tetapi tidak mampu untuk menutupi biaya tetap pada saat P = AVC. Usaha akan mengalami kerugian bahkan gulung tikar pada saat P < AVC.

Konsep Harga Pokok Produksi

Menetapkan harga jual merupakan suatu hal yang penting karena kesalahan dalam penentuan harga jual akan berdampak langsung terhadap keberhasilan suatu usaha. Penetapan harga jual yang terlalu tinggi menyebabkan produk tidak dapat bersaing dengan produk sejenis karena dalam persaingan bisnis konsumen akan menginginkan produk dengan kualitas yang sama namun dengan harga jual yang lebih rendah. Sedangkan penetapan harga jual yang terlalu rendah menyebabkan usaha mengalami kerugian karena pendapatan yang diperoleh tidak mampu untuk menutupi semua biaya yang dikeluarkan. Oleh itu diperlukan suatu perhitungan harga pokok agar harga jual yang ditetapkan kepada suatu produk adalah tepat. Harga pokok merupakan faktor yang penting dalam pertimbangan untuk menetapkan harga jual yang nantinya akan memperoleh laba (Gayatri, 2013). Menurut Mulyadi (2002) harga pokok merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan.

Dalam penetuan harga jual setiap pengusaha harus memperoleh jaminan bahawa harga jual produk atau jasa yang dijual dipasar harus dapat menutupi biaya penuh untuk menghasilkan produk atau jasa dan mendapatkan laba yang sesuai. Menurut Mulyadi (2001) adanya permintaan konsumen, selera konsumen, jumlah pesaing yang memasuki pasar, dan harga jual yang ditentukan pesaing merupakan suatu hal yang sulit untuk diramalkan sehingga adanya ketidakpastian dalam penetuan harga jual. Oleh karena itu satu-satunya faktor yang memiliki kepastian relatif tinggi yang berpengaruh dalam penentuan harga jual adalah biaya.

Salah satu penetuan harga jual yang memiliki tingkat kepastian relatif tinggi adalah harga pokok produksi. Harga pokok produksi dibentuk oleh biaya produksi dan non produksi yang juga merupakan komponen biaya yang penting dalam pembuatan suatu produk. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum (Mulyadi, 2002). Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang dapat digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang masih dalam proses. Menurut Mulyadi (2002) tujuan dilakukan perhitungan harga pokok produksi yaitu sebagai berikut:

1. Untuk menentukan harga jual

2. Untuk menetapkan efisien tidaknya suatu perusahaan 3. Untuk menentukan kebijakan dalam penjualan

4. Sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru 5. Untuk perhitungan neraca

(22)

produksi, menghitung laba atau rugi periodik dan menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.

Metode penentuan harga pokok produksi merupakan cara memperhitungan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur-unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing dan metode variabel costing.

1. Metode Full Costing

Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Metode full costing ini untuk digunakan manajemen dalam pembuatan keputusan jangka panjang. Berikut adalah Gambar 2 yang menunjukkan unsur harga pokok produksi dalam menggunakan metode full costing.

Biaya non produksi

Gambar 2 Unsur harga pokok produksi dengan metode full costing

Sumber : Mulyadi (2005) 2. Metode Variabel Costing

Metode variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Metode variabel costing baik digunakan manajemen dalam pembuatan keputusan jangka pendek. Berikut adalah gambar 3 yang menggambarkan unsur harga pokok produksi dengan metode variabel costing.

Biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja

Biaya overhead pabrik tetap

Biaya oerhead pabrik variabel

Harga Pokok Produksi

Biaya adm. dan umum

Biaya pemasaran

(23)

Biaya periode

Gambar 3 Unsur harga pokok produksi dengan metode variabel costing

Sumber : Mulyadi (2005)

Proporsi Biaya Bersama

Dalam pengolahan satu atau beberapa bahan baku dalam suatu proses produksi dapat menghasilkan dua jenis produk atau lebih. Produk yang dihasilkan disebut dengan produk bersama. Produk bersama merupakan produk yang dihasilkan secara bersamaan dari satu proses produksi ataupun melalui tahapan proses produksi (Rony, 1990). Dalam pengertian ini menekankan bahwa dari suatu proses produksi tercipta beberapa produk yang memiliki hubungan kuantititas tertentu. Produk bersama dapat dapat dikelompokkan menjadi produk utama (main product) dan produk sampingan (by product). Produk utama umumnya dipakai untuk menunjukkan jumlah atau nilai yang relatif besar dibandingkan dengan produk sampingan dipakai untuk menunjukkan nilai yang relatif lebih kecil.

Adanya proses produksi bersama yang digunakan untuk menghasilkan produk bersama menimbulkan biaya bersama yang harus dialokasikan ke masing-masing produk. Menurut Rony (1990) biaya bersama merupakan sejumlah biaya yang terjadi karena adanya suatu proses bersama atas material atau input tertentu yang menghasilkan dua atau lebih produk. Mulyadi (2002) mendefinisikan biaya bersama merupakan biaya yang dikeluarkan sejak saat bahan baku mula-mula diolah sampai dengan berbagai macam produk dipisahkan identitasnya yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Ciri pokok biaya produksi bersama yaitu biaya yang terjadi untuk beberapa jenis produk yang berbeda dan merupakan jumlah keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan, hal itu berbeda dibandingkan terhadap jumlah masing-masing untuk setiap produk. Biaya produksi dapat dipisahkan dan mudah diidentifiksai untuk masing-masing produk dan pada umumnya tidak membutuhkan alokasi biaya, sebaliknya biaya produksi bersama memerlukan alokasi dan pendistribusian pada masing-masing produk.

Biaya bahan baku

Biaya tenaga kerja

Biaya overhead pabrik variabel

Harga pokok produksi variabel

Biaya adm. dan umum variabel

Biaya pemasaran variabel

Biaya overhead pabrik tetap

Biaya adm. dan umum tetap

Biaya pemasaran tetap

(24)

Dalam mengalokasikan biaya bersama agar dapat diidentifikasikan satu produk dengan produk lain dengan menggunakan salah satu dari empat metode berikut (Mulyadi, 2002 dan Rony 1990) :

1. Metode nilai jual relatif

Metode ini paling banyak digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama kepada produk bersama dengan alasan bahwa nilai jual merupakan ukuran yang paling logis terhadap biaya yang diperlukan bagi masing-masing produk atau karena adanya korelasi antara harga jual suatu produk dengan biaya untuk memproduksinya. Jika salah satu produk terjual lebih tinggi dibandingkan produk yang lain disebabkan biaya yang dikeluarkan untuk produk tersebut lebih besar dibandingkan dengan produk yang lainnya. 2. Metode satuan fisik atau kuantitas

Metode satuan fisik menentukan harga pokok produk bersama sesuai dengan manfaat uang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini biaya bersama dialokasian kepada produk atas dasar koefisien fisik yaitu kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk yang dinyatakan dalam satuan unit atau fisik seperti kilogran, ton, pon dan ukuran lainnya, yang berarti bahwa produk bersama yang dihasilkan harus diukur dengan satuan ukuran produk yang sama. Namun jika produk mempunyai ukuran yang berbeda, harus ditentukan koefisien fisik yang digunakan untuk mengubah berbagai satuan tersebut menjadi ukuran yang sama.

3. Metode biaya rata-rata per unit

Metode ini hanya dapat digunakan apabila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Umumnya metode ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk yang sama dari suatu proses produksi tapi mutu yang dihasilkan berlainan. Perhitungan harga pokok maisng-masing produksi sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi.

4. Metode rata-rata tertimbang

Dalam metode ini diperlukan memasukkan faktor bobot untuk setiap unit produk yang dihasilkan karena adanya perbedaan ukuran produk, kesukaran dalam prosessing, waktu yang dibutuhkan dalam menghasilkan setiap unit produk, buruh yang diperkerjakan dan material yang dipakai serta unsur-unsur lainnya. Metode ini menginginkan agar perbedaan yang ada dapat dihindari dengan cara mengalikan setiap jenis produk terhadap faktor bobotnya sehingga pengalokasian biaya produksi lebih mencerminkan beban setiap unit produk.

Konsep Titik Impas

Titik impas memiliki hubungan terhadap biaya, volume dan keuntungan yang merupakan sarana bagi manajemen dalam mempersiapkan perencanaan keuntungan, penetapan harga jual dan alat dalam pengambilan keputusan. Menurut Rony (1990) analisis titik impas bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara yang berbeda namun tetap berkaitan yaitu : 1. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan tingkat penjualan yang harus

dicapai agar perusahaan memperoleh laba

2. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat operasional 3. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya variabel

(25)

tidak memperoleh keuntungan atau kerugian, dengan kata lain labanya sama dengan nol (Rony, 1990). Terdapat beberapa asumsi dalam menggunakan analisa titik impas (Mulyadi, 2001) antara lain :

a. Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan yang terkait dapat diidentifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap

b. Biaya tetap adalah konstan

c. Biaya variabel bertambah dengan bertambahnya volume produksi d. Harga jual per unit tetap

Dalam menentukan titik impas atau Break Even Point (BEP) dapat diperoleh dengan dua cara yaitu :

1. Pendekatan Teknis Persamaan

Secara matematis titik impas produktivitas dapat dihitung sebagai berikut :

� = − � +

Keadaan impas adalah jika π (keuntungan) = 0, maka :

(PQ) – (TVC + TFC) = 0 BEP → TC = TR

(PQ) = (TVC + TFC) (PQ) – TVC = TFC

(PQ) – (AVCQ) = TFC Q (P – AVC) =TFC BEP (Impas dalam unit) = ���

−���

BEP (Impas dalam rupiah) = ��� −��� Keterangan :

BEP : Nilai Impas Produksi (unit atau Rupiah) P : Harga jual produk per unit (Rp/unit) TVC : Biaya variabel total (Rp)

TFC : Biaya tetap total (Rp)

AVC : Biaya rata-rata variabel per unit (Rp/unit) Π : Laba (Rp)

2. Pendekatan Grafis

(26)

Pendapatan, Biaya

TR

TC A

P TVC

TFC B

O Volume Penjualan

Q

Gambar 4 Titik impas, laba dan volume penjualan Sumber : Mulyadi (2001)

Keterangan :

TR = Penerimaan total TC = Biaya total

TVC = Biaya variabel total TFC = Biaya tetap total

Daerah A = Daerah laba atau untung Daerah B = Daerah rugi

P = Pendapatan, biaya Q = Volume penjualan

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa titik impas terjadi pada perpotongan TR dan TC yang ditunjukkan oleh tingkat output Q. Jika tingkat penjualan lebih kecil dari OQ, maka perusahaan akan mengalami kerugian karena hasil penjualan tidak dapat menutupi biaya total yang telah dikeluarkan. Sebaliknya jika penjualan lebih besar dari OQ perusahaan akan mendapatkan keuntungan. Titik impas dapat berubah karena adanya perubahan harga, input, output, dan teknologi.

Menurut Rony (1990) ada beberapa hal yang harus dipahami dalam menggunakan alat analisis titik impas yaitu :

1. Perubahan dalam biaya variabel per unit mengakibatkan perubahan dalam kontribusi marjin dan titik impas

2. Perubahan dalam harga jual per unit mengakibatkan perubahan dalam kontribusi marjin dan titik impas

3. Perubahan dalam jumlah biaya tetap mengakibatkan perubahan dalam kontribusi marjin dan titik impas

4. Kombinasi perubahan biaya tetap dan biaya variabel pada arah yang sama mengakibatkan perubahan tajam dan ekstrim pada titik impas

Konsep Profitabilitas

(27)

periode akuntansi tertentu Profitabilitas dapat ditentukan oleh besarnya nilai Marjin of Safety (MOS) dan nilai Marjinal Income Ratio (MIR).

Menurut Mulyadi (2002) Marjin of Safety merupakan selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dari volume penjualan dengan tingkat penjualan pada saat titik impas. Marjin of Safety menunjukkan tingkat penurunan produksi atau penjualan yang dapat ditoleransi sehingga usaha tidak menderita kerugian. Semakin besar nilai MOS semakin baik bagi perusahaan karena semakin besar tingkat keamanan bagi perusahaan untuk dapat melakukan penurunan volume produksi atau penjualannya.

Marjinal Income Ratio merupakan bagian dari hasil penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan laba. Semakin besar nilai MIR semakin baik untuk perusahaan dalam memperoleh laba Nilai Marjinal Income Ratio diperoleh dari selisih antara penjualan dan biaya variabel total (Munawir, 1995).

Konsep Nilai Tambah

Menurut Hayami et al (1987) nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komiditi yang bersangkutan Input fungsional tersebut dapat berupa proses perubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), perubahan waktu (time utility) dan kepemilikkan (possition utility) Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran (Ngamel, 2012).

Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan faktor non teknis Faktor teknis terdiri dari jumlah dan kuantitas bahan baku, kapasitas produksi, dan tenaga kerja, modal sedangkan faktor non teknis yang berpengaruh terdiri dari harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, modal investasi, informasi pasar dan nilai input lain. Adanya komponen pendukung dalam nilai tambah yaitu faktor konversi, faktor koefisien, tenaga kerja dan nilai produk. Pada faktor konversi tenaga kerja menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu satuan input. Faktor koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai produk menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input.

Menurut Sudiyono (2002) pada kegiatan subsistem pengolahan alat analisis yang sering digunakan adalah analisis nilai tambah. Analisis nilai tambah yang paling sering digunakan merupakan analisis metode nilai tambah Hayami. Kelebihan dari analisis metode nilai tambah Hayami adalah:

1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian 2. Dapat diketahui produktivits produksi (rendemen dan efisiensi tenaga kerja) 3. Dapat mengetahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi

4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan Sedangkan kelemahan dari Metode Hayami (Furqanti, 2003) yaitu :

1. Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku

2. Tidak dapat menjelaskan nilai output atau produk sampingan

3. Sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk mengatakan apakan balas jasa terhdap pemilik faktor produksi tersebut sudah layak

Selain itu, analisis nilai tambah dengan metode Hayami juga menghasilkan beberapa informasi penting yaitu :

1. Perkiraan nilai tambah (dalam rupiah

(28)

3. Imbalan jasa tenaga kerja (dalam rupiah) 4. Bagian tenaga kerja (dalam persen)

5. Keuntungan yang diterima perusahaan (dalam rupiah) 6. Tingkat keuntungan perusahaan (dalam persen)

Kerangka Pemikiran Operasional

Industri kecil tahu Bandung Kayun-Yun merupakan salah satu usaha pengolahan makanan yang berbasis kedelai yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan, meningkatkan volume produksi untuk ekspansi usaha. Adanya kenaikan harga bahan baku tahu namun tidak diiringi oleh kenaikan harga jual menyebabkan usaha ini memiliki sedikit gangguan terutama dalam hal kinerja usaha. Analisa kinerja usaha dapat dilihat berdasarkan pada biaya, penetapan harga jual dan volume penjualan. Dari adanya analisa tersebut dapat dilihat bagaimana kinerja usaha yang ditinjau dari analisis profitabilitas dan nilai tambah pada usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihideung Hilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.

Analisa profitabilitas juga dipengaruhi oleh nilai titik impas (break even point).

Analisa titik impas digunakan untuk melihat bagaimana nilai impas atau pada titik berapa hasil penjualan yang harus dicapai agar sama dengan jumlah biaya sehingga usaha dikatakan tidak untung atau tidak rugi. Analisis profitabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan usaha tahu yang menjadi objek penelitian dapat memperoleh keuntungan atau laba. Analisis profitabilitas dapat dilihat melalui nilai MOS dan MIR usaha yang menjadi objek penelitian yang dihitung berdasarkan nilai impas.

(29)

Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional

 Struktur biaya

 Volume Penjualan

 Penetapan harga jual

Analisis Nilai Tambah metode

Hayami

Analisis Titik Impas

Analisis Profitabilitas

Kebijakan pemilik Usaha tahu bandung

Kayun-Yun

Pengaruh kenaikan harga kedelai Usaha tahu bandung Kayun-Yun

Apakah kenaikan harga kedelai menuruunkan nilai tambah?

Apakah kenaikan harga kedelai menurunkan profitabilitas?

Kondisi laba usaha Kondisi nilai

tambah tahu

(30)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu industri kecil tahu dengan nama usaha Tahu Bandung Kayun-Yun di Desa Cihedeung Hilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Pemilihan lokasi penelitian dengan pertimbangan Kecamatan Ciampea merupakan sentra produksi tahu di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 hingga Januari 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Adapun data primer yang diperoleh yaitu gambaran umum dan karakteristik usaha, aktivitas produksi dan penjualan, serta data primer lainnya yang diperlukan. Sedangkan data sekunder, teknik pengumpulan data berasal dari instansi atau lembaga terkait seperti, KOPTI Kabupaten Bogor, Departemen Koperasi dan UKM, Departemen Pertanian, serta Perpustakaan LSI IPB. Selain itu, data sekunder juga dapat diperoleh dari studi literatur, penelusuran internet dan literatur-literatur terkait lainnya.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam analisis nilai tambah dan profitabilitas menggunakan metode observasi, wawancara langsung dan mendalam dengan pemilik usaha yang terkait. Pengambilan responden dilakukan kepada pemilik usaha dan pegawai pada usaha tahu bandung Kayun-Yun untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Pemilihan usaha yang mengolah kedelai adalah usaha yang lebih kecil sebagai subjek penelitian karena usaha yang kecil lebih rentan terhadap kenaikan harga kedelai yang terjadi dan memiliki dampak yang besar terhadap keberlanjutan usahanya yang dilihat dari biaya dan keuntungan yang diperoleh.

Penelitian analisis nilai tambah dan profitabilitas pada usaha tahu menggunakan metode studi kasus yang dilakukan pada salah satu usaha tahu di Kabupaten Bogor dengan tujuan agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan mendetail. Oleh sebab itu, hasil perhitungan pada penelitian ini nantinya bukan merupakan gambaran industri tahu secara keseluruhan, penelitian yang akan dilakukan ini hanya menggambarkan bagaimana kondisi disalah satu usaha tahu di Kabupaten Bogor dengan adanya kenaikan harga bahan baku yaitu kedelai.

Metode Pengolahan Data

(31)

Analisis Biaya Produksi

Tujuan didirikannya suatu usaha untuk mendapatkan keuntungan, namun dalam menetapkan keuntungan dalam jangka waktu tertentu peerlu dilakukan perencanaan suatu usaha. Menurut Munawir (1995) perencanaan suatu usaha diperlukan untuk memberikan taksiran penghasilan yang akan diperoleh dan biaya-biaya yang mungkin terjadi untuk memperoleh penghasilan tersebut.

Biaya merupakan hal yang penting dalam menentukan tingkat penghasilan yang akan diperoleh dari suatu usaha. Dalam analisis industri kecil tahu memperhitungkan semua unsur biaya produksi. Menurut Rony (1990) biaya produksi dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya pabrikasi lainnya yang kemudian diklasifikasikan menurut perilakunya menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan total biaya produksi adalah sebagai berikut :

Total Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Variabel

Dalam perhitungan biaya tetap salah satu komponen yang penting adalah biaya penyusutan dari peralatan produksi. Perhitungan biaya penyusutan dilakukan dengan menghitung persentase penyusutannya per tahun. Perhitungan biaya penyusutan dilakukan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus dimana metode ini menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap. Beban biaya dihitung dengan cara selisih nilai perolehan dan nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis suatu aktiva tetap. Adapun rumus menghitung penyusunan dengan metode garis lurus (Fess, 2005) yaitu :

Penyusutan = (Nilai perolehan aktiva tetap – Nilai sisa) Umur ekonomis

Analisis Harga Pokok Produksi

Dalam perhitungan harga pokok produksi menggunakan unsur biaya produksi dan biaya non produksi. Karena produk yang dihasilkan terdiri dari tahu yang berukuran 4 cm dan tahu yang berukuran 5 cm sehingga perhitungan biaya produksi dan non produksi menggunakan perhitungan biaya bersama. Dari ke empat metode yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dipilih proporsi perhitungan biaya bersama menggunakan metode fisik atau kuantitatis. Dalam metode ini biaya bersama dialokasian kepada produk atas dasar koefisien fisik yaitu berdasarkan kuantitas bahan baku yang digunakan dalam masing-masing produk yang dinyatakan dalam satuan unit atau fisik.

Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing. Metode ini dipilih karena memperhitungkan seluruh biaya produksi, biaya overhead pabrik baik yang bersifat tetap dan biaya variabel serta biaya non produksi. Komponen biaya dalam perhitungan harga pokok produksi terdiri dari yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun yang tetap ditambah dengan biaya non produksi yaitu biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum. Menurut Mulyadi (2002) harga pokok produksi menggunakan metode full costing terdiri dari yaitu :

Biaya bahan baku Rp XX

(32)

Biaya overhead pabrik variabel Rp XX Biaya overhead pabrik tetap Rp XX + Harga pokok produksi Rp XX Biaya administrasi umum Rp XX

Biaya pemasaran Rp XX +

Harga pokok produk Rp XX

Analisis Titik Impas (Break Even Point)

Analisis titik impas pada industri kecil tahu diperlukan untuk mengetahui pada titik berapa penjualan harus sama dengan biaya sehingga usaha tidak memperoleh keuntungan atau kerugian. Analisis titik impas dapat dihitung dalam dua bagian yaitu dalam unit dan dalam rupiah. Rumus titik impas (break even point) (Rony, 1990) adalah sebagai berikut :

a. Titik impas atau BEP dalam unit

= − � b. Titik impas atau BEP dalam rupiah

=

− �

Keterangan :

Q = Jumlah produk (Unit)

P = Harga jual produk per unit (Rp/unit) TFC = Biaya total tetap (Rp)

AVC = Rata-rata biaya variabel (Rp)

Analisis Profitabilitas Usaha

Analisis profitabilitas dilakukan untuk melihat kemampuan usaha tahu dalam memperoleh laba (profitabilitas) yang besarnya ditentukan oleh nilai Marjin of Safety

(MOS) dan Marjinal Income Ratio (MIR). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung profitabilitas usaha adalah sebagai berikut :

� % = − � %

�� % = − � � %

� % = � � �� Keterangan :

MOS = Marjin of Safety (%) TR = Penerimaan total (Rp)

BEP = Nilai impas produksi (unit atau Rp) VC = Biaya variabel (Rp/unit)

MIR = Marjinal Income Ratio (%)

(33)

Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah yang diperoleh dari industri kecil tahu ditentukan dengan menggunakan metode Hayami. Metode Hayami digunakan karena dapat digunakan dalam menganalisis nilai tambah pada sub sistem pengolahan atau produksi sekunder. Hasil yang dapat diperoleh berupa produktivitas produksi, nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga kerja, dan keuntungan pengolahan. Prosedur analisis nilai tambah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Prosedur analisis nilai tambah metode Hayami

No Variabel Nilai

7 Upah tenaga kerja langsung (Rp/HOK) G

II Penerimaan dan Keuntungan

III Balas Jasa Pemilik Faktor-faktor Produksi

14 Marjin (Rp/Kg) Q = J – H Uun yang beralamat di Desa Cihideung Hilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Usaha tahu bapak Uun dimulai pada tahun 2004 hingga saat ini usaha tahu Bapak Uun masih bertahan dan menghasilkan keuntungan dengan produksi yang meningkat. Usaha tahu Bapak Uun saat ini telah memiliki nama usaha yaitu “Usaha Tahu Bandung Kayun

-Yun”. Setiap harinya usaha tahu bandung Kayun-Yun mengolah 120 kilogram dengan 70

kilogram untuk tahu yang berukuran 4 cm dan 50 kilogram untuk tahu yang berukuran 5 cm. Pengolahan 70 kilogram kedelai menghasilkan 4200 potong tahu ukuran 4 cm dan pengolahan kedelai 50 kilogram menghasilkan 2500 potong tahu ukuran 5 cm. Selain itu juga dibutuhkan bahan baku penunjang lainnya yang dibutuhkan dalam memproduksi tahu yaitu garam dan kunyit.

(34)

produksi tetap stabil. Berikut adalah Tabel 8 terkait dengan kebutuhan bahan baku dan bahan baku penunjang produksi tahu pada Usaha tahu bandung Kayun-Yun setiap harinya.

Tabel 8 Kebutuhan Bahan Baku Produksi Tahu per hari

No Uraian Jumlah

1 Kedelai 120 kg

2 Garam 12 kg

3 Kunyit 3 kg

Berdasarkan data pada Tabel 8 bahwa dalam satu hari usaha Tahu Bandung Kayun-Yun berproduksi sebanyak 120 kilogram kedelai dengan menggunakan bahan baku penunjang lainnya adalah garam dan kunyit. Garam yang digunakan adalah sebanyak 12 kilogram dan kunyit sebanyak 3 kilogram untuk setiap produksi. Selain itu juga menggunakan air biang yang telah didinginkan selama satu malam yang digunakan sebagai pengggumpal untuk menjadi tahu. Air biang diperoleh dari rekan pemilik usaha yang juga melakukan produksi tahu. Proses pembuatan tahu dari awal yang menggunakan kacang kedelai hingga menjadi tahu dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Proses produksi tahu bandung Kayun-Yun

Berdasarkan pada Gambar 6 bahwa terdapat beberapa tahapan dalam mengolah kedelai menjadi tahu dimulai dari melakukan pencucian agar segala kotoran yang melekat

Kedelai Perendaman hingga

kedelai mekar

Ditiriskan

Penggilingan kacang kedelai menggunakan mesingiling

Pengrebusan Penyaringan

Disiram menggunakan air biang (koagulan)

Pencetakan tahu Di potong dengan menggunakan mistar

sesuai dengan ukuran

Perebusan dengan menggunakan air kunyit

(35)

pada kedelai dapat dihilangkan. Setelah itu kedelai direndam selama kurang lebih satu jam hingga kedelai tersebut mekar dan dilakukan pencucian kembali agar kebersihan tetap terjaga. Selanjutnya kedelai ditiriskan, untuk kemudian dilakukan penggilingan dengan menggunakan mesin penggiling hingga menjadi bubur.

Kedelai yang sudah digiling menjadi bubur kemudian direbus hingga mendidih sampai tiga kali mendidih dengan suhu 800C. Setelah mendidih, bubur kedelai disaring

dengan menggunakan tanggok bambu sehingga dapat dipisahkan antara pati dan ampas lalu disiram dengan air biang secukupnya. Air biang merupakan air hasil proses produksi yang telah didiamkan selama satu malam. Setelah air biang ditambahkan secukupnya didiamkan hingga bubur kedelai dapat menggumpal sehingga bisa dibentuk dan dicetak. Ampas yang merupakan sisa hasil saringan dapat dijual oleh Bapak Uun dengan para peternak. Tahu yang telah dicetak kemudian dipotong dengan menggunakan mistar sesuai dengan ukuran yang akan dijual. Setelah dipotong tahu direbus dengan menggunakan air kunyit. Air kunyit berfungsi untuk memberikan warna pada tahu sehingga warna tahu menjadi kuning. Tahu direbus hingga mendidih dan menghasilkan tahu Bandung Kayun-Yun.

Adanya kenaikan harga kedelai yang terjadi secara tiba-tiba pada akhir tahun 2013 diakui Bapak Uun cukup mempengaruhi usahanya, namun saat ini sudah teratasi dengan musyawarah dengan para pengrajin tahu lainnya dan dengan manajemen yang baik dari Bapak Uun sebagai pemilik usaha. Pada sisi legalitas, usaha ini belum memiliki berbagai perijinan seperti izin usaha, Departemen Kesehatan dan sertifikat halal MUI dimana hal ini sebenarnya merupakan hal yang penting agar suatu produk memiliki nilai tersendiri dimata konsumen. Adapun jumlah tenaga kerja yang bekerja pada usaha Tahu Bapak Uun berjumlah tiga orang, dua orang merupakan tenaga kerja luar keluarga sedangkan satu orang merupakan tenaga kerja keluarga dengan jam kerja kurang lebih 10 jam per hari.

Pada usaha tahu Bandung Bapak Uun memiliki dua investasi penting yaitu kendaraan operasional untuk membeli bahan baku dan memasarkan tahu dan bangunan yang digunakan untuk tempat produksi. Tanah yang saat ini digunakan merupakan tanah sewa yang disewakan pada tahun 2010 dengan luas tempat usaha yaitu 300 m2 dengan

harga sewa per tahunnya adalah Rp 6000000. Untuk bangunan yang digunakan sebagai tempat produksi merupakan milik pribadi Bapak Uun dengan harga pabrik pada saat dibangun adalah Rp 25000000. Kendaraan operasional yang digunakan oleh Bapak Uun untuk memperlancar kegiatan usahanya dalam membeli bahan baku dan memasarkan tahu berupa mobil pick up seharga Rp 70000000.

Peralatan Produksi Tahu

(36)

Tabel 9 Gambar dan fungsi pealatan usaha tahu bandung Kayun-Yun

Nama peralatan Gambar Fungsi

Mesin penggiling (Molen) Menggiling kedelai untuk

menjadi bubur.

Mesin diesel Menambah energi listrik yang

dibutuhkan dalam memproduksi tahu.

Tungku semen dan bak semen Bak semen berfungsi sebagai

tempat perebusan kedelai

menjadi bubur dan tungu semen sebagai tempat pelindung untuk menjaga agar api dalam keadaan hidup dan baik selama proses perebusan.

Tanggok bambu Sebagai penyaring yang

memisahkan antara pati dan ampas tahu.

Pompa air Sebagai pemompa air yang

dibutuhkan dalam proses produksi tahu.

Cetakan Sebagai pencetak kedelai yang

telah diolah menjadi tahu.

Tahang kayu Sebagai tempat untuk

(37)

Tampir sebagai tempat untuk meletakkan tahu yang telah selesai direbus.

Saringan Sebagai penyaring kedelai yang

sudah direbus untuk

memisahkan antara pati dan ampas tahu.

Rak bambu Untuk meletakkan tahu yang

sudah dicetak dan direbus dengan kunyit.

Ember plastik Untuk meletakkan kedelai dan

pencucian kedelai.

Tong plastik Sebagai tempat penjualan tahu

dan tempat perendaman kedelai.

Box plastik Sebagai tempat penjualan tahu

kepada para pedagang keliling.

Mistar Sebagai alat pengukur untuk

pemotongan tahu sehingga

sesuai dengan ukuran tahu yang akan dijual.

Bak plastik biru Sebagai tempat meletakkan air.

(38)

Tabel 10 Peralatan produksi usaha tahu bandung Kayun-Yun

No Jumlah Jumlah (Unit) Biaya (Rp/Unit) Total (Rp)

1 Mesin penggilingan (molen) 1 2 000 000 2 000 000

2 Mesin diesel 1 3 000 000 3 000 000

3 Tungku semen 2 1 000 000 2 000 000

4 Bak semen 2 200 000 400 000

5 Tanggok bambu 1 200 000 200 000

6 Pompa air 1 300 000 300 000

7 Cetakan 6 150 000 900 000

8 Tahang kayu 3 600 000 1 800 000

9 Tampir 20 25 000 500 000

10 Saringan 1 30 000 30 000

11 Ayakan 3 15 000 45 000

12 Serok 2 150 000 300 000

13 Rak bambu 1 50 000 50 000

14 Ember Plastik 12 5 000 60 000

15 Tong plastik 20 40 000 800 000

16 Box plastik 10 60 000 600 000

17 Mistar 2 10 000 20 000

18 Bak plastik biru 1 200 000 200 000

Total Biaya Peralatan Produksi Tahu Bandung Kayun-Yun 13 205 000

Berdasarkan data pada Tabel 10 bahwa terdapat beberapa peralatan yang digunakan dalam memproduksi tahu yang terdiri dari mesin diesel, mesing giling, tungku semen, bak semen, tanggok bambu, pompa air, cetakan, tahang kayu, tampir, saringan, ayakan, serok, rak bambu, ember plastik, tong plastik, box plastik, mistar dan bak plastik biru. Total biaya peralatan produksi secara keseluruhan adalah Rp 13 205 000. Untuk menjaga agar usaha tetap berkelanjutan dan pelatan produksi tetap bertahan sehingga dilakukan perawatan dan pemeliharaan. Perawatan dan pemeliharaan dilakukan oleh pemilik usaha dengan cara mengganti berbagai peralatan yang telah rusak dan perawatan pada mesin.

PEMBAHASAN

Analisis Biaya

Dalam menjalankan suatu usaha tidak terlepas dari penggunaan biaya, begitu pula dalam usaha tahu Salah satu biaya yang sangat berperan penting dalam menjalankan usaha tahu merupakan biaya produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang diperhitungkan dalam penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan suatu produk tertentu dalam hal ini yaitu tahu. Komponen dalam biaya produksi dapat dikelompokkan sebagai biaya variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya penunjang lainnya sedangkan komponen biaya tetap yang diklasifikasikan sebagai biaya tidak langsung yaitu biaya penyusutan peralatan.

Gambar

Tabel 1  Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) menurut skala usaha
Tabel 2  Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2010-2011
Tabel 4  Impor Kedelai per Negara Asal Tahun 2012a
Tabel 6  Kebutuhan Kedelai Anggota KOPTI Kabupaten Bogor Tahun 2012a
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen waktu yang terdapat dalam proyek ini dapat dikatakan masih belum begitu baik, hal ini dapat dilihat dari adanya kesimpangan antara jadwal yang direncanakan dengan

Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengamankan data tersebut adalah dengan meng-enkripsi data tersebut sehingga pihak tertentu yang ingin mencoba

1. Kemampuan mengungkapkan perasaan positif. Dapat mengungkapkan perasaan positif pada orang lain dengan cara asertif adalah keterampilan yang sangat penting. Dapat memberi pujian

Pemerintah Provinsi Riau telah berkomitmen untuk menjadikan Agenda SDGs sebagai bagian integral dari agenda pembangunan daerah dengan mengikut sertakan seluruh

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan infeksi STH dengan prestasi belajar pada siswa SDN 169 Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Kota Palembang.. Jenis

Panitia Pengadaan Non Konstruksi APBD Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi secara

Tradhisi siraman iki minangka sawijine pakulinan kang ditindakake dening masyarakat Nganjuk ing wulan Sura. Tradhisi siraman iki wis tau ditliti saka aspek

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa faktor dari ibu yang terdiri dari pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, status pekerjaan ibu dan masalah menyusui, faktor dari bayi dan