• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Lombok sebagai Destinasi MICE (Studi Kasus Event Asia Pacific Geoparks Network 2019 di Lombok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Potensi Lombok sebagai Destinasi MICE (Studi Kasus Event Asia Pacific Geoparks Network 2019 di Lombok)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp)

Volume 1, Nomor 2, Juni 2021, Hal (75-84)

75

Potensi Lombok sebagai Destinasi MICE

(Studi Kasus Event Asia Pacific Geoparks Network 2019 di Lombok)

Anisa

Program Studi Pariwisata, STIPAR Soromandi Bima, Nusa Tenggara Barat E-mail: [email protected]

Article History: Received: 2021-04-02 || Revised: 2021-04-20 || Published: 2021-06-01 Sejarah Artikel: Diterima: 2021-04-02 || Direvisi: 2021-04-20 || Dipublikasi: 2021-06-01

Abstrak

MICE is a tourism industry business that is growing with a very fast growth rate, the development of science and technology that is rapidly giving a big impact on the tourism business in each country. This research was conducted to evaluate the development of the Lombok area as a MICE destination in the province of West Nusa Tenggara. This study uses a qualitative descriptive method by collecting data through observation, in-depth interviews with related parties and documentation studies. This research uses the theory of sustainable development, carrying capacity and uses guidelines issued by the Indonesian Minister of Tourism regarding Organizing Meetings, Incentive Travel, Conventions, and exhibitions which include accessibility, amenities, attractions, stakeholders. The results of the study show that the development of Lombok as a MICE destination in terms of amenities and accessibility has not yet adequately with the standards for organizing, meeting, incentive travel, conventions and exhibitions.

Cooperation between the government, the community and tourism businesses can provide the best solution in overcoming the existing deficiencies.

Keywords: MICE, Event Asia Pacific Geoparks Network 2019 in Lombok, Sustainable Tourism

Abstract

MICE merupakan bisnis industri pariwisata yang sedang berkembang dengan angka pertumbuhan yang sangat cepat, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat memberikan dampak besar terhadap bisnis pariwisata di setiap negara. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengembangan daerah Lombok sebagai destinasi MICE yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam kepada pihak-pihak terkait dan studi dokumentasi. Peneliatan ini menggunakan teori sustainable development, carrying capacity dan menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh Menteri Pariwisata Indonesia tentang Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi, dan pameran yang meliputi aksesibilitas, amenitas, atraksi, stakeholder. Hasil penelitian memunjukan bahwa Pengembangan Lombok sebagai destinasi MICE dari aspek amenitas dan aksesibilitas belum cukup memenuhi standar penyelenggaraan, Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi dan Pameran. Kerjasama pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha pariwisata dapat memberikan solusi terbaik dalam mengatasi kekurangan yang ada.

Kata kunci: MICE, Event Asia Pacific Geoparks Network 2019 di Lombok, Pariwisata Berkelanjutan

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki begitu banyak destinasi yang potensial, namun

ternyata jumlah destinasi potensial di Indonesia belum mampu menempati urutan atas sebagai destinasi

pilihan untuk event-event Internasional. Indonesia telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector,

bahkan sedang melakukan pengembangan pariwisata di 10 destinasi pariwisata prioritas, di antaranya

Tanjung Lesung (Banten), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Mandalika (Nusa Tenggara Barat),

Borobudur (Jawa Tengah), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Pulau Morotai (Maluku Utara), Bromo

Tengger Semeru (Jawa Timur) dan Komodo (Nusa Tenggara Timur), Danau Toba (Sumatera Utara),

Kepulauan Seribu (DKI Jakarta). Pariwisata adalah bidang yang saat ini banyak dibicarakan oleh banyak

pihak dan juga menjadi Trend dunia pariwisata karena memiliki sifat dinamis yang mengikuti

perkembangan zaman. Undang-undang tentang kepariwisataan mendefinisikan pariwisata sebagai

(2)

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp) 76 berbagai macam hal yang berhubungan dengan kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan/jasa yang disediakan oleh pihak-pihak terkait seperti masyarakat, pengusaha, pemerintah maupun pemerintah daerah. Keberadaan potensi pariwisata yang unik dan menarik di suatu daerah seharusnya dapat dimanfaatkan melalui pengembangan pariwisata yang baik.

MICE merupakan industri yang baru dan bahkan sedang berkembang dengan angka pertumbuhan yang cepat. Industri ini bersal dari Eropa dan Amerika Utara, dan sekarang menjadi industri internasional yang ditandai dengan adanya investasi lintas benua. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat, tentu membuat kegiatan MICE sangat diperlukan oleh banyak perusahaan untuk mengembangkan usahanya yang dapat dilakukan dengan cara bertukar informasi atau saling bekerjasama yang ditempuh dengan pertemuan-pertemuan yang dilakukan di suatu tempat yang dapat di jangkau dengan mudah. Banyaknya pertemuan-pertemuan yang di lakukan antar negara, maka munculah bisnis MICE dan semakin meluas keseluruh dunia karena adanya permintaan yang tinggi.

Permintaan tempat penyelenggaraan ini mulai banyak dibangun di hampir setiap negara karena secara ekonomi bisnis ini sangat memberikan dampak ekonomi dan kontribusi yang besar terhadap penyelenggaraan kegiatan ini. MICE di Indonesia dikenal juga dengan nama wisata konvensi, kegiatan wisata konvensi ini merupakan bagian dari kegiatan pariwisata, karena banyak sekali menggunakan fasilitas pariwisata dalam pelaksanaanya, sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan yang berkarakteristik padat karya, memberikan kontribusi baik dari sisi penyediaan tenaga kerja maupun dalam memberikan devisa negara. Meningkatnya wisata dunia ditandai dengan kenaikan jumlah peserta yang terus menerus, data WTO (World Tourism Organization) menunjuka peningkatan wisata dunia setiap tahunnya mencapai 4,9%. Dengan total jumlah wisatawan yang berkunjung ke Asia Pasifik sebesar 15% merupakan peserta-peserta konvensi yang menghadiri berbagai seminar, konvesi, kongres, konfrensi, dan sebagainya (Pendit, 1999)

Lombok adalah salah satu daerah di Provinsi Nusa Tengga Barat yang gencar dalam melakukan pengembangan sektor pariwisata. Dalam Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, dijelaskan bahwa pemerintah Kabupaten atau Kota memiliki otoritas untuk mengurus dan mengelola berbagai sektor pembangunan. Dengan adanya otonomi daerah ini tentu setiap kabupaten didorong untuk menggali potensi yang ada di wilayahnya untuk dijadikan sumber pendapatan asli daerah atau (PAD) sebagai alat untuk menyejahterakan penduduk di wilayah otonomi tersebut. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang banyak dipilih di berbagai wilayah adalah sektor pariwisata. Lombok memiliki beragam potensi wisata yang tersebar di lima kabupaten dan kota yang ada di Pulau Lombok. Sebagian besar dari produk wisata tersebut adalah obyek wisata yang belum dibangun dan dikembangkan dengan optimal, yaitu terdapat di wilayah Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara dan Kota Mataram. Lombok adalah salah satu pulau di Indonesia yang memiliki keindahan Geopark yang sangat Indah dan diakui oleh UNESCO. Menerut UNESCO pariwisata Lombok dapat berpotensi dan dapat dikembangkan sebagai pariwisata yang berkelanjutan. Sehingga pada tahun 2019 Lombok terpilih menjadi tuan rumah dalam ajang Event berkelas Asia Pacific Geoparks Network 2019. Dengan terpilihnya Lombok sebagai perwakilan Indonesia dalam ajang Asia Pacific Geoparks Networks, pemerintah daerah yang diwakili oleh Dinas Pariwisata menyiapkan segala sesuatu yang akan memudahkan masuknya investor dan juga sebagai ajang promosi berkelas dalam mengupayakan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan di Lombok.

Event Asia Pacific Geoparks Network ini adalah kegiatan yang dilaksanakan secara rutin setiap dua tahun sekali di wilayah Geopark yang telah menyandang status Global Geopark UNESCO.

penyelenggaraan simposium diawali dengan penyelenggaraan Simposium I di Langkawi Global Geopark

– Malaysia tahun 2009, Symposium II tahun 2011 diselenggarakan di Dong Van Karst Plateau Global

Geopark – Vietnam, Symposium III tahun 2013 dilaksanakan di Jeju Global Geopark – Korea Selatan,

Symposium IV tahun 2015 diselenggarakan di San’in Kaigan Global Geopark – Jepang, Symposium V

tahun 2017 silam dilaksanakan di Zhijindong Cave Global Geopark – China. Penunjukan Rinjani Lombok

UGGp sebagai tuan rumah Simposium ke-6 APGN merupakan hasil keputusan APGN Advisory

Committee di Zhijindong Cave Global Geopark yang mana pada saat itu ditandai dengan penyerahan

secara simbolis bendera APGN yang diterima oleh Pak H. Rosiady Sayuti selaku Sekda Provinsi Nusa

Tenggara Barat saat itu.

(3)

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp) 77 Event internasional ini dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus – 06 September 2019 ini mengangkat tema “Geopark Global UNESCO Menuju Masyarakat Berkelanjutan dan Mengurangi Risiko Geohazard".

Tema ini sangat sesuai dengan kebutuhan untuk mengimplementasikan konsep Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di kawasan Asia Pasifik. Lombok sendiri memiliki potensi Geopark Rinjani Lombok yang memiliki 22 situs situs geologi, 8 situs biologi, dan 17 situs budaya. Kehadiran ahli dan praktisi geopark dari berbagai belahan dunia dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan akan berkontribusi pada proses pembelajaran yang penting untuk mendukung pengembangan geopark berkelanjutan

II. METODE PENELITIAN

Analisis data ini menggunakan pendekatan Kualitatif, karena permasalahan dalam penelitian berkaitan dengan manusia yang secara fundamental bergantung pada pengamatan. Menurut Moleong (2011:6), bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian jenis studi kasus (case study). Study kasus merupakan rancangan penelitian yang ditemukan di banyak bidang, khususnya evaluasi, dimana peneliti mengembangkan analisis mendalam tentang suatu kasus, sering kali program, peristiwa, aktivitas, proses, atau suatu individu atau lebih. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Stake, 1995; Yin, 2009, 2012) dalam Creswell (2019). Pada penelitian ini penulis mengangkat Event Asia Pacific Geoparks Network 2019 di Lombok sebagai studi kasus untuk mengevaluasi pengembangan Lombok sebagai destinasi MICE, dimana peneliti akan mencari tahu pengembangan Lombok dari berbagai aspek.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lombok memiliki dua atraksi wisata andalan, yakni keindahan wisata alam dan keunikan budaya masyarakatnya. Lombok memiliki wisata alam yang tersebar di seluruh bagian pulau, mulai dari ketinggian Gunung Rinjani hingga hamparan pantai di sekelilingnya. Alam Lombok tidak hanya menyajikan pemandangan dan topografi seperti pantai, gunung, air terjun, sungai, dan danau, tetapi juga peristiwa alam yang tidak ditemukan di destinasi lain. Peristiwa alam unik yang hanya terjadi di Lombok antara lain munculnya nyale, sejenis cacing laut, setiap musim hujan di pantai selatan munculnya kelompok ikan pari manta di pantai barat dan utara setiap pergantian musim, keindahan matahari terbit dan matahari tenggelam dari puncak Rinjani serta berbagai keunikan peristiwa alam di sekitar Gunung Rinjani. Keberadaan sumber daya alam serta sumber daya manusia yang ada di Lombok perlu sekali adanya dorongan terkait keberadaan Infrakstruktur, karena bagaimanapun dalam menyelenggarakan sebuah perhelatan tentu keberadaan Infrakstruktur maupun fasilitas daerah adalah penunjang kenyamanan dan kebutuhan dari para wisatawan yang datang. Penulis akan mencoba menganalisis faktor pendukung baik dari segi Infrakstruktur maupun penunjang lainnya dalam kegiatan Meeting, Incentive, Convention dan Exhinition (MICE) di Lombok. Adapun beberapa hasil pengumpulan data serta analisis terkait beberapa faktor penunjang terselenggaranya beberapa kegiatan, sebagai berikut:

1. Dalam menunjang kegiatan Meeting, tentu Lombok harus memenuhi beberapa kriteria baik dari segi

fasilitas dan kapasitas kegiatan pertemuan bahkan hingga penginapannya. Dari data yang didapat,

Lombok memiliki 129 Hotel berbintang namun tidak semua Hotel menyediakan fasilitas untuk

menunjang kegiatan MICE. Dari sekian banyak Hotel, Hotel yang menyediakan fasilitas untuk

mendukung kegiatan MICE sebanyak 20 Hotel. Menurut Andiani dalam Pengelolaan Wisata Konvensi

(2014 : 90) Kegiatan Meeting seharusnya didukung dengan fasilitas yaitu :

(4)

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp) 78 Tabel 1. Penilaian kriteria Variabel Meeting

Aspek Penilaian Indikator

Meeting

Kurang

1. Microphone input mixer dengan saluran sesuai kebutuhan 2. Microphone switchboard

3. Vidio projector 4. Slide projector

5. Projector untuk bahan opac

6. Layar portable atau terpasang ditembok ( wall screen )

Cukup

1. Microphone input mixer dengan saluran sesuai kebutuhan 2. Microphone switchboard

3. Vidio projecto 4. Slide projector 5. Komputer 6. Slide 7. Scanner

Sangat Cukup

1. Part & tilt cameras untuk pendukung pembicara 2. Vidio Recorder / Player

3. Multi disc Player 4. Komputer 5. Slide 6. Scanner

2. Pada analisis ini menjelaskan mengenai dampak insentif yang terdapat di Lombok, analisis mencakupi analisis Kumudahan Pencapaian / Aksesbilitas, Kualitas Teknologi informasi, penyediaan tempat penginapan, penyesuaian perjalanan insentif dan banyaknya objek wisata. Aksesbilitas, Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan perlengkap dan perlengkapnya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/ air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel ( Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 ). Jalan raya adalah jalur – jalur tanah diatas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran – ukuran dan jenis kontruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Clarkson H. Oglesby,1999). Dalam hal ini Lombok sudah mengakomodir beberapa kesiapan dari segi Incentive, namun memang untuk jalur kereta Lombok belum ada, tetapi dari segi udara, laut dan darat untuk kesiapan jalur Lombok sangat memenuhi kriteria dalam menunjang kegiatan Incentive dalam penyelenggaraan MICE

3. Kegiatan Conference yang pernah diselenggarakan yaitu Konferensi Internasional Pariwisata Halal

pada tanggal 28 juli 2018 dan Lombok menjadi Tuan Rumah dalam Penyelenggaraan Event Asia

Pacific Geoparks Newtorks pada tanggal 31 Agustus 2019 - 06 September 2019 yang diadakan oleh

Unesco Global Geopark. Jika dilihat dari kesiapan Lombok dalam menyelenggarakan beberapa

kegiatan Konferensi tentu hal ini memberikan dampak yang besar bahwa Lombok memiliki potensi

dalam menyelenggarakan perheletan, terutama dalam kegiatan yang sudah berlangsung Lombok

mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Lombok perlu dipersiapkan lagi kematangannya

dalam mengadakan perhelatan mendatang, apalagi di tahun 2022 akan ada perhelatan MotoGP

pertama di Indonesia dimana Lomboklah yang terpilih menjadi tuan rumahnya.

(5)

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp) 79 4. Hotel yang menyediakan fasilitas Exhibition saat penyelenggaraan event nasional maupun

internasional yaitu Hotel Lombok Raya, Hotel Montana, premier senggigi Hotel Aston Inn, Hotel Aruna Senggigi. Untuk potensi Exhibition di Lombok masih sangat banyak, karena masih banyaknya Hotel yang belom menyediakan fasilitas Exhibition, untuk masalah Exhibition yaitu kurangnya Hotel – Hotel penyedia fasilitas Exhibition di Lombok. Sarana dan prasarana wisata MICE sangat penting bagi pengelola dan juga peserta MICE karena dapat mempengaruhi keinginan untuk menghadiri atau menyelenggarakan suatu event. Menurut Crouch dan Louviere (2004) terdapat beberapa kategori dari faktor-faktor pemilihan lokasi MICE yang penting dalam menentukan kesiapan sarana dan prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan MICE disuatu destinasi. Faktor- faktor tersebut yaitu, Aksesbilitas, Amenitas, Atraksi, Aktifitas, akomodasi bahkan dukungan Lokal, Informasi, keadaan lokasi,dan indikator lainnya. Menteri Pariwisata Republik Indonesia sangat mendukung terkait penyelenggaraan MICE di setiap daerah yang berpotensi MICE, dengan demikian dikeluarkan Peraturan Menteri Pariwisata No.5 tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi dan Pameran sebagai standar dalam pengembangan sebuah daerah yang berpotensi sebagai destinasi MICE.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi NTB tahun 2020, tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Bintang bulan April 2020 mengalami penurunan dibandingkan bulan April 2020. TPK bulan April 2020 tercatat hanya sebesar 6,23 persen, turun sebesar 12,84 poin dibandingkan keadaan bulan Maret 2020, dengan TPK sebesar 19,07 persen. Jika dibandingkan dengan TPK bulan April 2019 juga mengalami penurunan sebesar 33,20 poin, dari TPK bulan Maret 2019, yaitu hanya sebesar 39,43 persen. Berdasarkan kelas hotel bintang, TPK tertinggi dicapai oleh hotel bintang 3 yaitu mencapai sebesar 13,13 persen, disusul Hotel Bintang 2 sebesar 3,76 persen. Sedangkan TPK pada hotel bintang 4 dan 5 hanya sebesar 1,06 persen dan 0,91 persen.

Tabel 2. Statistik Hotel Bintang Prov.NTB, April 2020

Hotel Bintang Tingkat Penghunian Kamar/TPK (Persen)

Rata-rata LamaTamu Menginap/RLM (Hari)

Jumlah tamu Menginap (Orang)

1 - - -

2 3,76 2,14 3832.039

3 13,13 3,12 289

4 1,06 2,26 79

5 0,91 2,90

Seluruhnya 6,23 2,89 2,790

Sumber:Berita Resmi Statistik Perhotelan NTB, 2 Juni 2020

Untuk lebih jelasnya seperti table 1.2 Perkembangan TPK Hotel Bintang menurut kelas seperti pada

grafik 1. TPK hotel bintang yang mengalami penurunan tertinggi terjadi pada hotel bintang 2, yaitu

sebesar 23,46 poin. Untuk hotel bintang 5, 4 dan 3 juga mengalami penurunan dibanding bulan

sebelumnya, yaitu sebesar 15,69 poin, 13,81 poin dan 6,64 poin. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

grafik berikut ini:

(6)

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp) 80 Grafik 1. Statistik Hotel Bintang

Sumber: Berita Resmi Statistik Perhotelan NTB, 2 Juni 2020 1. Jumlah Tamu Menginap

Jumlah tamu yang menginap di hotel bintang pada bulan April 2020 tercatat hanya sebanyak 2.790 orang yang terdiri dari 2.720 orang tamu dalam negeri (97,49 persen) dan hanya 70 orang tamu luar negeri (2,51 persen). Hotel Bintang 4 merupakan pilihan sebagian besar tamu baik tamu luar negeri maupun tamu dalam negeri.

Tabel 3. Statistik Hotel Bintang Prov.NTB, April 2020 Hotel

Bintang

Luar Negeri Dalam Negeri Jumlah

N % N % N %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 0 0.00 0 0.00 - 0.00

2 1 1.43 382 14.0 383 13.73

3 18 25.71 2.021 74.30 2,039 73.08

4 26 37.14 263 9.67 289 10.36

5 25 35.71 54 1.99 79 2.83

Jumlah 70 100.00 2.720 100.00 2,790 100.00

Sumber : Berita Resmi Statistik Perhotelan NTB, 2 Juni 2020

Jika dibandingkan dengan bulan April 2020, Jumlah tamu menginap di hotel bintang bulan

April 2020 berkurang sebanyak 39.176 orang atau turun sebesar 99,26 persen. Tamu luar negeri

berkurang sebanyak 9.833 orang, sedangkan tamu dalam negeri berkurang sebanyak 29.833

orang dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik Berikut ini:

(7)

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp) 81 Grafik 2. Lama Tamu Menginap

2. Rata-Rata Lama Menginap (RLM)

Rata-rata lama menginap (RLM) tamu di Hotel Bintang pada bulan April 2020 sebesar 2,89 hari. Ini berarti RLM April 2020 mengalami kenaikan 0,69 hari dibandingkan dengan RLM bulan Maret 2020 sebesar 2,20 hari. Untuk RLM paling lama terjadi pada hotel bintang 3 yaitu mencapai 3,12 hari dan terendah pada hotel bintang 5, yaitu hanya 2,90 hari

Tabel 4. Statistik Lama tamu menginap pada Hotel

Hotel Bintang

Rata-Rata lama Tamu Menginap

Tamu Luar Negri Tamu Dalam Negeri Tamu Luar & Dalam Negeri

(1) (2) (3) (4)

1 - - -

2 1.00 2.15 2.14

3 2.39 3.13 3.12

4 5.15 1.98 2.26

5 3.08 2.81 2.90

Seluruhnya 3.64 2.87 2.98

Sumber: Berita Resmi Statistik Perhotelan NTB, 2 Juni 2020

Jika dibandingkan dengan bulan lalu, RLM Hotel 2, 3 dan 5terlihat mengalami kenaikan, yaitu sebesar 0,47 hari,1,09 hari dan 0,09 hari. Sedangkan Penurunan RLM terjadi pada Hotel Bintang 4, yaitu sebesar 0,17 hari. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik Berikut ini:

Grafik 3. Jumlah Tamu Menginap

Sumber : Berita Resmi Statistik Perhotelan NTB, 2 Juni 2020

(8)

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp) 82 Dapat ditarik kesimpulan berdasarkan tabel dan grafik diatas bahwa:

a. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang pada bulan April 2020 mengalami penurunan sangat drastis dibandingkan bulan Maret 2020, yaitu mencapai sebesar 12,84 poin. TPK bulan April 2020 hanya sebesar 6,23 persen, sedangkan TPK hotel bintang bulan Maret 2020 mencapai sebesar 19,07 persen. Apalagi Jika dibandingkan dengan TPK hotel bintang bulan April 2019 penurunan lebih drastic lagi, yaitu sebesar 33,20 poin

b. Rata-rata lama menginap (RLM) tamu hotel bintang pada bulan April 2020 tercatat 2,89 hari. Ini mengalami kenaikan sebesar 0,69 hari dibandingkan dengan RLM bulan Maret 2020 sebesar 2,20 hari.

c. Jumlah tamu yang menginap di hotel bintang pada bulan April 2020 tercatat 2.790 orang yang terdiri dari 2.720 orang tamu dalam negeri (97,49 %) dan hanya 70 orang tamu luar negeri (2,51%).

Pengembangan Lombok sebagai Destinasi MICE dari aspek amenitas dan akomodasi belum cukup memenuhi standar penyelenggaraan, Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konvensi dan Pameran. Hal ini terlihat saat peneliti melakukan penelitian banyak kekurangan dari dua aspek tersebut, fasilitas meeting dan ketersediaan transportasi sebagai penunjang pelayanan peserta yang nyaman dan aman belum terpenuhi bahkan peneliti kesusahan mencari data terkait ketersediaan transportasi. Jaminan keamanan dalam kegaiatan kepariwisataan juga masih kurang karena jumlah pos keamanan di sekitar lokasi kegiatan kepariwisataan jarang terlihat, tentu hal ini perlu sangat di perlhatikan karena aspek keamanan adalah faktor penting sebagai penunjang keselamatan dan kenyamanan saat peserta mengikuti berbagai jenis kegiatan. Stakeholder atau SDM yang dimiliki daerah Lombok sudah terbilang berkembang dari sebelumnya, karena sudah lebih banyak masyarakat lokal yang dapat membuat atau menghasilkan kerajinan tangan maupun membantu dalam pengembangan pariwisata di setiap desanya. Aspek stakeholder atau peran SDM dalam pengembangan Lombok sudah terbilang cukup dan mampu membantu dari segi pengelolaan pariwisata, ketersediaan fasilitas pendukung dari segi pendidikan atau pelatihan kepariwisataan membuat sebagian besar masyarakat lokal Lombok memiliki pemahaman dan pandangan yang lebih baik dari sebelumnya, masyarakat lebih terampil dan mampu menciptakan ide dalam pengelolaan pariwisata, diharapkan keterampilan maupun pengetahuan yang dimiliki dapat mengoptimalkan pengembangan pariwisata lombok sebagai destinasi MICE dan berkelanjutan.

IV. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan analisis, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Lombok layak menjadi sebuah destinasi MICE atau tempat untuk menyelenggarakan kegiatan MICE walaupun masih terdapat beberapa kekurangan. Namun, dengan adanya strategi pengembangan dan pembangunan yang sedang dilakukan akan memberikan dampak yang baik terhadap Lombok dalam pengembangan pariwisatanya baik dari aspek infrastruktur, akomodasi, dan juga sistem pengelolaan destinasinya. Kelayakan Lombok sebagai destinasi MICE juga dapat dilihat dari citra destinasinya yang mampu berdaya saing, keunikan budaya serta kekayaan alam baharinya mendorong Lombok dalam mengembangkan kegiatan kepariwsataan yang berkelanjutan.

DAFTAR RUJUKAN

Alford, P. (2002). EIBTM European Meeting and Incentive Report, . Retrieved 2020, from Mintel International Group Ltd: www.mintel.com

Atriana Djabbar, & Anisa. (2021). Pemberdayaan POKDARWIS “Doro Mboha” Dalam Pengembangan

Desa Wisata Di Rora Donggo Bima. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang

(9)

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp) 83

Pariwisata, 1(1), 21–28. Retrieved from

http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/59

Atriana Djabbar, Jusram Rizal, & Elza Nova Rizaly. (2021). Dampak Keberadaan Sektor Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Home Creative “Lentera Donggo” Kecamatan Soromandi Bima NTB. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 14–20. Retrieved from http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/58

Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Teknologi Informasi untuk Mendukung Kemajuan Pariwisata Kab.

Dompu. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 39–47. Retrieved from http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/61

Budi, S. P. (2016). Model Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Yang Berdaya Saing Dan Berkelanjutan. Disertasi. Program Doktoral. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta., hal 44-53.

Convention Network. (2007). Retrieved from Convention Facilities Schematic:

www.conferenceonline.com

Cooper, C. F. (1998). Tourism Principle and Practice. Pearson Education Limited.

Elza Nova Rizaly, & Abdur Rahman. (2021). Pengembangan Sistem Informasi Pariwisata Berbasis Website Untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Terhadap Potensi Daerah Kabupaten Dompu. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 29–38. Retrieved from http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/60

Elza Nova Rizaly, Atriana Djabbar, & Jusram Rizal. (2021). Persepsi Guru Dan Dosen Tentang Homestay Dalam Melakukan Kegiatan Wisata Edukasi Sekolah. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian

Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 8–13. Retrieved from

http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/57

GSTC (2014). Global Sustainable Tourism Criteria (2009). Retrieved from Global Sustainable:

www.gstcouncil.

Hamzari, R. (2014). Analisis pembangunan ekowisata di kawasan tama hutan raya berbasis SIG studi kasus pada blok pembangunan wisata Ngata Baru. Warta Rimba Vol2. No 1, hal.41-52.

Hanafi, F. R. (2009). Penentuan Prioritas Pembangunan Pariwisata Di Pulau. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), hal.1-12.

Heidari Majid, A. A. (2014). Using The Analytic. International Journal Of Management (IJM), Volume 5(Issue 6), hal.40-51.

Jusram Rizal, Elza Nova Rizaly, & Atriana Djabbar. (2021). Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat dalam Pengembangan Wisata Pesisir. Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Bidang Pariwisata, 1(1), 1–7. Retrieved from http://journal.ainarapress.org/index.php/jppmp/article/view/56

Lawson, F. (1981). Conference, Convention and Exhibition Facilities. London: The Architectural Press.

Majdi, M. Z. (2011). Rencana pengembangan investasi pada kawasan strategis dalam mendukung percepatan dan. Paper presented at the Rapat Kerja dengan Tim Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara Barat.

Noor, A. (2007). Globalisasi Industri MICE. Bandung: Alfabet, cv.

(10)

Ainara-LPPIP (http://journal.ainarapress.org/index.php/jiepp) 84 Nurhayati, N. &. (2017). Pengaruh Citra Tujuan Wisata Dan Kepuasan Wisatawan Terhadap Intensi

Berkunjung Kembali Wisatawan Mancanegara Ke Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah. Vol. 11 No 2. Mei 2017., hal 60-90. http://ejournal.stipram.ac.id.

Nursastri, S. A. (2014). Ini Dia 7 Masalah Utama Pariwisata di Indonesia. Retrieved 2020, from http://m.detik.com

Pearce, D. (1983). Pengembangan Wisata: Topik Dalam Geografi Terapan. Inggris: Grup Longmand Terbatas.

Pendit S, N. (1987). Ilmu Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramita.

Pendit.N. (1999). Wisata Konvensi. Jakarta: PT. Grammedia Pustaka Utama.

Ridwan, M. (2012). perencanaan Pariwisata dan Pengembangan Pariwisata. Medan Polonia: PT.

Sofmedia.

Rogers, T. (2003). Conferences. A twenty-first Century Industry, Harlow, Addison Wesly

Longman.

Gambar

Tabel 3. Statistik Hotel Bintang Prov.NTB, April 2020  Hotel
Tabel 4. Statistik Lama tamu menginap pada Hotel

Referensi

Dokumen terkait

Dari penerjemahan langsung tersebut kemudian di analisis dengan kajian semantik yaitu menganalisis komponen makna kata dan frasa bahasa asing (bahasa Inggris) dalam wacana

Hasil-hasil tersebut semakin mempertegas bahwa komposisi bongkah paduan Fe-Cr adalah lebih homogen menggunakan serbuk paduan mikro Fe-Cr hasil perlakuan ultrasonik, dan juga

Pengembangan E-Learning Berbasis Moodle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Di Man Yogyakarta 1 The Development Of E-Learning Based Moodle To Improve

Mengingat pentingnya permasalahan yang terjadi pada remaja putri terkait dengan nyeri haid ( dysmenorrhea ) maka penulis tertarik untuk mengetahui perbedaan pengaruh

Kemudian mengenai pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi selama lima tahun terakhir terhitung mulai dari tahun 2013 sampai 2017 yang telah dianalisisi oleh penulis dan berdasarkan

Penelitian ini telah diawali dengan koleksi plasma nutfah okra dari kultivar lokal. Tahapan penelitian yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada bagan alir penelitian yang

Struktur IV menunjukkan bahwa igan anion karboksilat bertindakn sebagai ligan bidentat, tetapi kedua logam M terkoordinasi hanya pada satu atom O saja sedangkan atom O yang

Berdasarkan hasil wawancara dengan para santri dan ustadz menggambarkan bahwa praktek perilaku gasab merupakan salah satu bentuk perilaku yang bertentangan dengan