• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 4, Nomor 03:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 4, Nomor 03:"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Education of Batanghari

Jurnal Education of Batanghari 4 (03): 012-033 (2021

)

P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENELAAH UNSUR-UNSUR BUKU

FIKSI DAN NONFIKSI MELALUI METODE INQUIRY DI KELAS 7.2 SMPN 2

BATANGHARI SEMESTER II T.P. 2018/2019

Oleh:

Ernita, 2019. SMP Negeri 2 Batanghari

E-mail :

[email protected]

Abstrak :

Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa komunikasi utama rakyat Indonesia. Pada dasarnya bahasa sudah menyatu dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi. Ide,keinginan, gagasan dll disampaikan lewat bahasa. Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Salah satu model pembelajaran yang tepat pada pembelajaran bahasa Indonesia yaitu Metode Pembelajaran Inquiry. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah melalui penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia Siswa kelas 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari? Tujuan dari penelitian tindakan ini untuk meningkatkan hasil belajar menelaah unsur-unsur buku fiksi dan nonfiksi melalui penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry pada Siswa 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif. Dari hasil analisis Metode Pembelajaran Inquiry memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar Siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar Siswa dalam setiap siklus, yaitu pra siklus (46,67 %), siklus I (73,33 %), siklus II (86,67%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah Metode Pembelajaran Inquiry mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa Siswa tertarik dan berminat dengan Metode Pembelajaran Inquiry sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Kata Kunci: buku fiksi dan nonfiksi, Inquiry

Abstract :

Indonesian is one of the main communication languages of the Indonesian people. Basically, language is integrated in human life. Humans as social beings need language to communicate. Ideas, wishes, ideas, etc. are conveyed through language. The success of learning objectives is determined by many factors including the teacher's factor in carrying out the teaching and learning process, because the teacher can directly influence, foster and improve the intelligence and skills of students. One of the appropriate learning models for learning Indonesian is the Inquiry Learning Method. The problem that wants to be studied in this research is whether through the use of the Inquiry Learning Method can improve the learning outcomes of Indonesian students in grade 7.2 of SMP Negeri 2 Batanghari? The purpose of this action research is to improve learning outcomes in examining the elements of fiction and non-fiction books through the use of the Inquiry Learning Method for Students of 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari. This study uses two cycles of classroom action research. Each cycle consists of four stages, namely planning, implementation, observation, reflection. The target of this research is grade 7.2 students of SMP Negeri 2 Batanghari. The data obtained are quantitative and qualitative data. From the results of the analysis the Inquiry Learning Method has a positive impact on improving student learning outcomes which is marked by an increase in student learning mastery in each cycle, namely pre-cycle (46.67%), cycle I (73.33%), cycle II (86.67 %). The conclusion of this

(2)

Jurnal Education of Batanghari

study is the Inquiry Learning Method has a positive influence, which can improve student learning outcomes as indicated by the average student answers stating that students are interested and interested in the Inquiry Learning Method so that they become motivated to learn.

Keywords: fiction and nonfiction books, Inquiry

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta mennggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar Kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi siswa untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intektual manusia Indonesia.

Namun berdasarkan data, bagi sebagian siswa banyak yang beranggapan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang tidak begitu penting dan membosankan. Hal ini terbukti dari data ulangan harian siswa tanggal 31 Januari 2019, hanya sebesar 46,67 % (14 orang) yang mendapatkan nilai di atas KKM (75) dari 30 siswa kelas 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari yang terdiri dari 15 laki-laki dan 15 perempuan

Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia, diduga disebabkan oleh tidak adanya keseriusan siswa yang selalu beranggapan bahwa pelajaran bahasa Indonesia adalah hal yang tidak penting, terutama dalam berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini juga terlihat dari beberapa siswa yang belum lancar membaca. Hal ini disebabkan ketidaksesuaian penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengerjakan suatu materi dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, masih ada guru yang menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Sehingga proses pembelajaran menjadi monoton. Hal tersebut dapat menyebabkan hasil belajar Siswa menjadi menurun. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memahami dan menerapkan beragam metode pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif dalam proses belajar. Salah satu model pembelajaran yang tepat pada pembelajaran bahasa Indonesia yaitu Metode Pembelajaran Inquiry. Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring siswa untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234). Metode ini berpusat pada kegiatan siswa, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring siswa untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada siswa.

(3)

Jurnal Education of Batanghari

Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menelaah Unsur-Unsur Buku Fiksi dan Nonfiksi Melalui Metode Pembelajaran Inquiry pada Siswa Kelas 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah melalui penggunaan metode pembelajaran Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar menelaah unsur-unsur buku fiksi dan nonfiksi siswa kelas 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar menelaah unsur-unsur buku fiksi dan nonfiksi melalui penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry pada Siswa 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis PTK ini bertujuan untuk mendapatkan teori-teori baru tentang peningkatan hasil belajar menelaah unsur-unsur buku fiksi dan nonfiksi melalui penggunaan metode pembelajaran Inquiry pada siswa 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari. Di samping itu hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar/referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Siswa

Pelaksanaan PTK ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan motivasi, aktivitas proses belajar siswa, sehingga hasil belajarnya dapat ditingkatkan.

b. Manfaat bagi guru

PTK ini bermanfaat bagi guru untuk dijadikan penelitian yang relevan untuk melaksanakan kajian pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang diteliti.

c. Manfaat bagi sekolah

Bagi sekolah PTK ini bermanfaat bahwa hasil PTK ini dapat dijadikan masukan atau input untuk menetapkan kebijakan-kebijakan baru guna peningkatan dan penjaminan Mutu Pendidikan di satuan pendidikan.

d. Manfaat bagi penulis

PTK merupakan salah satu kegiatan pengembangan profesi penulis yang akan diajukan guna memperoleh angka kredit untuk setingkat yang lebih tinggi ke IV/b.

II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1.

Hakikat Hasil Belajar

Menurut Hariyanto (2012 : 9) Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengatahuan, meningkatkan keterampilan memperbaiki prilaku sikap dan mengkokohkan kepribadian sedangkan menurut Syah ( 2005 : 68) belajar adalah seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan ineteraksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkat laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010 : 2). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan baru untuk meningkatkan keterampilan dan sebagai perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

Menurut Bloom yang dikutip Sudjana (2002: 22-23) menyatakan bahwa: hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

(4)

Jurnal Education of Batanghari

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki Siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2002 : 22). Hasil belajar terwujud dalam perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Arikunto (1992 : 7) yang menyatakan bahwa “Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui apakah materi yang sudah dipahami oleh Siswa dan apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum”.

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Hasil belajar menurut Kingsley adalah “perubahan khas yang dihasilkan dari kegiatan belajar”. Hasil belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dari uraian di atas, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki Siswa setelah menerima proses pembelajaran dimana dinilai berdasarkan nilai koqnitif, afektif dan psikomotorik.

2.

Hakikat Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta mennggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar Kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi siswa untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1)

Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2)

Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3)

Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4)

Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5)

Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6)

Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intektual manusia Indonesia.

3.

Metode Pembelajaran Inquiry

Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring siswa untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234). Metode ini berpusat pada kegiatan siswa, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring siswa untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada siswa. Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.

Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut siswa berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut siswa memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam

(5)

Jurnal Education of Batanghari

kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui metode ini siswa dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.

Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235). Strategi pelaksanaan inquiry adalah:

a. Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan.

b. Memberikan tugas kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.

c. Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan siswa.

d. Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya.

e. Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).

Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.

Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Siswa dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry.

Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. (b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. (c) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka. (d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. (f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan. (g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. (h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. (i) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. (j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.

(6)

Jurnal Education of Batanghari

4.

Buku Fiksi dan Buku Nonfiksi a. Pengertian Buku Fiksi

Buku fiksi adalah sebuah karya yang dihasilkan oleh penulis berdasarkan imajinasi. Isi sebuah buku fiksi merupakan hasil imajinasi, khayalan atau rekaan. Yang berarti cerita yang dibangun oleh penulis bersifat fiktif. Contoh buku-buku fiksi : novel, legenda, fabel, cerpen.

b. Unsur-Unsur Buku Fiksi 1) Tema

Tema adalah ide pokok atau gagasan utama dalam sebuah tulisan. Jika diibaratkan sebuah rumah, tema merupakan pondasinya. Sebab pada setiap tulisan, pasti ada tema yang membengun isi tulisan tersebut.

2) Latar

Latar adalah keterangan mengenai tempat, waktu dan suasana dalam sebuah cerita. Selain itu, latar juga bisa dikatakan sebagai keterangan.

3) Tokoh

Tokoh adalah setiap individu yang ada di dalam cerita dengan karakternya masing-masing. Terdapat karakter protagonis, antagonis dan trita gonis. Protagonis merupakan tokoh yang menggambarkan watak baik dan positif. Sebaliknya, antagonis menggambarkan watak yang buruk atau negatif. Sedangkan tritagonis adalah karakter penengah.

4) Alur

Alur adalah rangkaian kejadian atau peristiwa yang membentuk jalan cerita. Di dalam alur terdapat konflik yang menggambarkan pertentangan setiap tokoh dalam cerita yang menghasilkan ketegaangan. Adanya konflik membuat jalan cerita menjadi lebih menarik karena terdapat proses klimaks dan antiklimaks.

5) Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara penulis menyampaikan ceritanya. Biasanya terdapat majas-majas tertentu yang digunakan oleh penulis. Seperti majas perbandingan, sindiran, pertentangan dan penegasan.

6) Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui cerita tersebut. Salah satu yang membedakan buku fiksi adalah adanya amanat yang terkandung di dalamnya. Amanat diambil dari keseluruhan isi cerita yang dibangun.

c. Ciri-Ciri Buku Fiksi 1) Imajinatif

Isi dari tulisan fiksi ini berdasarkan rekaan atau imajinasi pengarang. Penulis bebas mengutarakan imajinasinya ke dalam tulisan yang dikehendakinya.

2) Kebenarannya Relatif

Karena bersifat imajinatif, maka kebenaran tulisan fiksi itu relatif. Maksudnya belum tentu tulisan itu benar-benar terjadi. Sebab itu hanya merupakan pikiran atau imajinasi penulis.

3) Bahasanya Bersifat Konotatif

Umumnya fiksi menggunakan bahasa yang bersifat konotatif atau bukan sebenarnya. hal itu digunakan penulis untuk memperindah tulisannya, sebab bahasa konotatif ini menambah nilai rasa.

4) Tidak ada Sistematika Baku

Karya fiksi tidak memiliki sistematika yang baku. Sebab, pilihan kata karya fiksi cenderung bebas. Penulis bisa mengekspresikan gagasannya dalam membuat tulisan dan menyusun kata-katanya.

5) Menyasar Emosi Pembaca

Umumnya karya fiksi menyasar emosi atau perasaan pembaca, bukan logika. Sebab buku fiksi ditulis dengan melibatkan emosi pembaca. Untuk menyasar emosi pembaca,

(7)

Jurnal Education of Batanghari

biasanya penulis mengembangkan alur dan memilih gaya bahasa yang lebih menyentuh hati pembaca.

d. Pengertian Buku Nonfiksi

Buku nonfiksi adalah sebuah karya yang dihasilkan oleh penulis berdasarkan fakta. Isi sebuah buku fiksi merupakan hasil pengalaman, pengetahuan dan penelitian. Contoh buku non fiksi adalah buku pelajaran, biografi, autobiografi, ensiklopedia, kamus.

e. Unsur-Unsur Buku Nonfiksi 1) Cover Buku

Pada cover atau sampul buku non fiksi terdapat informasi mengenai buku tersebut seperti judul dan nama penulis. Tak jarang buku non fiksi yang juga menyertakan tahun terbit serta edisi buku pada sampul.

2) Rincian Sub Bab Buku

Rincian sub bab buku berupa informasi sub bab dalam sebuah buku non fiksi. Biasanya, rincian sub bab buku non fiksi berisi gambaran umum dari sub bab bersangkutan. Rincian sub bab buku non fiksi bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi buku.

3) Judul Sub Bab

Judul sub biasanya terletak di halaman daftar isi pada buku non fiksi sehingga pembaca dapat lebih mudah menemukan bagian yang ingin dicari.

4) Isi Buku

Bagian ini akan menjelaskan secara rinci tentang isi keseluruhan buku non fiksi. Isi buku umumnya dijelaskan dalam bahasa yang baku agar dapat dipahami pembaca. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, isi buku harus berdasarkan fakta dan data yang dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis.

5) Cara Menyajikan Isi Buku

Unsur ini berupa daftar pusaka dari buku non fiksi. Daftar pustaka dibuat untuk menyertakan berbagai sumber referensi yang digunakan penulis dalam menyusun buku non fiksinya.

6) Bahasa yang Digunakan

Bahasa yang digunakan dalam penulisan buku non fiksi biasanya baku dan sesuai dengan KBBI. Jika ada kata serapan maupun kata asing yang jarang didengar masyarakat, biasanya penulis akan mencantumkannya di bagian glosarium sehingga jika pembaca yang tidak tahu kata tersebut bisa merujuk pada glosarium untuk mencari artinya. Selain itu, buku non fiksi harus menggunakan bahasa yang lugas, tidak bertele-tele, sehingga informasi yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh pembaca.

7) Sistematika Penulisan

Buku non fiksi harus ditulis secara sistematis. Setiap informasi yang ditulis harus terstruktur dengan baik dan runtut, tidak acak atau sembarangan agar tidak membingungkan pembaca.

B. Penelitian Yang Relevan

Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai Metode Pembelajaran Inquiry dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan Metode Pembelajaran Inquiry . Di antara penelitian yang pernah dilakukan adalah Ika Rahmawati (2012) yang berjudul Penerapan Metode Pembelajran Inquiri dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Tentang Konsep Perubahan Sifat Benda, mengatakan bahwa adanya peningkatan baik dari hasil dan proses pembelajaran, terlihat dari perencanaan yang berjaln sesuai dengan yang direncanakan, tapi pada pelaksanan terdapat kekurangan di siklus I, maka pada saat dianalisis menghasilkan refleksi dibutuhkan siklus II untuk memperbaikinya. Pada siklus I, rata – rata nilai kelas mencapi 69,70 dengan presentase 50%. Pada siklus II, nilai rata– rata 79,70 dengan persentase 93,33%.

PTK Dwi Purwanti (2013) yang berjudul Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya, mengatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri trebimbing dapat dilihat dari aktivitas guru dan siswa pada setiap siklusnya yang mengalami peningkatan.pencapaian hasil bbelajar kognitif siswa

(8)

Jurnal Education of Batanghari

pada siklus I mencapai rata – rata 63.07 dengan ketuntasan 59%, siklus II mencapai rata – rata 70.83% dengan ketuntasan 66.6% dan siklus III mencapai rata – rata 80,73 dengan ketuntsan 97.4%. adapun hasil belajar afektif siswa di siklus I mencapai 63.6%, siklus II mencapai 68.9% dan siklus III mencapai 75.7%. hasil belajar psikomotor siswa pada siklus I mencapai 67.7%, siklus II 70,4 dan siklus III mencapai 78.1%.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan teoritis yang telah diuraikan di atas terdapat kaitan erat antara pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tertentu terhadap hasil belajar dan dapat membangun motivasi siswa khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh sebab itu proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh model yang digunakan.

Demikian juga halnya dengan penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry dalam pembelajaran bahasa Indonesia akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menelaah unsur buku fiksi dan nonfiksi di SMP Negeri 2 Batanghari.

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian Tindakan Kelas

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2005 : 67). Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah hasil belajar bahasa Indonesia dapat meningkat melalui Metode Pembelajaran Inquiry Kelas 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Ciri utama dari penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah penelitian partisipan di mana peneliti terlibat secara langsung dan penuh dalam penelitian mulai dari awal sampai akhir penelitian.

B. Setting Penelitian

1.

Tempat Penelitian Kondisi Awal Kondisi Akhir Tindakan

Guru belum menggunakan Metode Inquiry

Ketuntasan belajarrendah

Guru : menggunakan Metode Pembelajaran

Inquiri

Siklus I

Siklus II

(9)

Jurnal Education of Batanghari

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Batanghari, dipilihnya sekolah ini sebagai tempat meneliti karena peneliti adalah sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP ini.

2.

Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2019 sampai dengan bulan Maret 2019 tahun pelajaran 2018/2019 pokok materi yang disampaikan adalah ”Menelaah unsur buku fiksi dan nonfiksi”

3.

Subjek Penelitian

Subjek yang dimaksud tindakan dalam penelitian ini adalah Siswa kelas 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari yang berjumlah 30 siswa. Mereka merupakan Siswa-siswi kelas 7.2 semester II tahun pelajaran 2018/2019, sedangkan partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah guru kelas dan teman sejawat lainnya. Jadwal penelitian dapat dilihat dalam table berikut:

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Hal ini disesuaikan dengan karakeristik penelitian tindakan kelas, yaitu masalah yang harus dipecahkan berasal dari persoalan praktik pembelajaran di kelas atau berangakat dari permasalahan praktik faktual. Model penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kemmis dan MC Taggart yang menguraikan bahwa tindakan yang digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis dari aspek perencanaan, tindakan (pelaksanaan), observasi (pengamatan), refleksi. Secara skematis model penelitian tindakan kelas yang dimaksud sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kegiatan Pelaksanaan

1) Tahap Persiapan

Langkah pertama yang peneliti lakukan sebagai guru kelas 7.2 melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 7.2 SMP Negeri 2 Batanghari yang dilakukan dalam kelas tanpa menggunakan Metode Pembelajaran Inquiry, sehingga dari hasil pengamatan kelas dilakukan kolaborasi dengan teman-teman tim peneliti, maka proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru akan diperoleh data tentang kondisi awal siswa. Data kondisi awal ini yang menjadi dasar bagi peneliti untuk membuat rencana tindakan pada siklus pertama. Kemudian peneliti membuat rencana pembelajaran dengan merancang tindakan kegiatan pembelajaran yang

No. Kegiatan Bulan/ Tahun 2019

Jan Feb Mar Apr

I Perencanaan

1. Pengumpulan data awal v 2. Penyusunan silabus pembelajaran v

3. Penyusunan RPP v

4. Penyusunan Instrumen penilaian v

II Pelaksanaan

1. Pelaksanaan tindakan pra siklus v 2. Perencanaan tindakan siklus I v 3. Pelaksanaan tindakan siklus I v 4. Obsevasi dan monitoring siklus I v

5. Refleksi siklus I v

6. Perencanaan tindakan siklus I v 7. Pelaksanaan tindakan siklus I v 8. Obsevasi dan monitoring siklus I v

9. Refleksi siklus I v

10. Analisis data v

III Penyusunan Laporan sementara v IV Seminar, Perbaikan dan

Penggandaan laporan penelitian

(10)

Jurnal Education of Batanghari

sesuai dengan menggunakan metode pembelajaran Inquiry dan menyusun lembar observasi pengamatan.

2) Tahap Perencanaan

Berdasarkan hasil pengalaman dan proses pengamatan sehari-hari dan refleksi dari proses belajar mengajar, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siswa. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan kemudian direncanakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan yang diperoleh, ditetapkan langkah-langkah tindakan kelas yang dimaksud sebagai berikut:

Gambar 2. Model Kemmis dan MC Taggart

perencanaan tindakan sebagai berikut:

1) Peneliti dengan pengamat mengadakan pertemuan untuk menentukan langkah- langkah yang harus dilaksanakan dalam penelitian ini.

2) Peneliti merencanakan sekenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan tingkat kemampuan awal siswa berdasarkan hasil kesepakatan bersama dengan pengamat untuk menyusun skenario pembelajaran. Adapun skenario pembelajaran sebagai berikut:

a) Menyiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. b) Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai.

c) Perencanaan kegiatan inti pembelajaran dengan meggguanakan format penilaian yang sudah ditentukan.

d) Merancang LKPD yang akan digunakan saat siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.

e) Menyiapakan materi pembelajaran yang diperlukan saat berlangsungnya pembelajaran.

f) Merencanakan metode pembelajaran yang akan digunakan saat berlangsungnya penelitian.

g) Menyiapkan format pengamatan proses pembelajaran saat berlangsungnya penelitian.

h) Menyiapkan format penilaian hasil belajar.

SIKLUS

I

PENGAMATAN PERENCANAAN REFLEKSI PELAKSANAAN SIKLUS I PENGAMATAN PERENCANAAN REFLEKSI DAN SETERUSNYA PELAKSANAAN

(11)

Jurnal Education of Batanghari

a) Tahap Pelaksanaan Siklus I 1. Rencana Tindakan

Tindakan pertama pada siklus ini, peneliti membuat perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan tema dan menyusun lembar observasi atau pengamatan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Sebelum melakukan kegiatan inti terlebih dahulu guru mengadakan apersepsi dengan melakukan tanya jawab kepada para siswa yang berguna untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang telah lalu. Setelah itu guru mulai menjelaskan sepintas materi yang akan dipelajari sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu, guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok . Masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian siswa mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya dalam kelompok. Setelah hasil kerja kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Hasil tersbut dilaporkan dalam diskusi kelas. Dari hasil diskusi kelompok yang telah dilaporkan kesimpulan dirumuskan sebagai hasil kerja penemuan kelompok. Dari kesimpulan terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilakukan, hal itu perlu diperhatikan oleh guru.

3. Tahap Pengamatan

Ketika sedang dilaksanakan tindakan pembelajaran, observer mengamati tentang keaktifan Siswa dalam proses pembelajaran sebagaimana yang terjadi, dengan menggunakan lembar observasi. Karena observasi merupakan satu kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana maupun akibat lainnya.

4. Refleksi

Setelah guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dan telah diamati oleh observer, maka guru dan observer melakukan diskusi data-data yang telah diperoleh baik dalam proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi dan hasil belajar siswa.

Dalam proses kegiatan refleksi tersebut, antara peneliti dengan tim peneliti mengadakan diskusi dan tanya jawab, dengan tujuan untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran bagi peneliti pada putaran berikutnya. Proses refleksi juga akan merupakan pengolahan data hasil pengamatan tim peneliti, sehingga akan diperoleh data-data yang sama dan tepat antara peneliti dengan tim peneliti. Dari pengolahan data hasil pengamatan tersebut, akan didapat data yang benar tentang hal-hal yang belum terlihat baik, sehingga peneliti akan mendapatkan masukan untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran pada putaran selanjutnya atau siklus ke II.

b) Tahap Pelaksanaan Siklus II 1. Rencana Tindakan

Pada siklus II direncanakan melanjutkan program dari siklus I dengan menambahkan tindakan yaitu dengan mengaktifkan para siswa. Pada saat terjadinya proses pembelajaran guru mengawasi siswa saat bekerja kelompok. Siswa saling bertanya jawab dan mendiskusikan materi yang sudah diberikan untuk dipresentasikan, sehingga terjadi proses belajar yang lebih aktif dan semua siswa dapat memahami materi. Guru berharap proses pembelajaran bahasa Indonesia pada siklus II ini dapat terlaksana dengan baik dan tidak membuat jenuh atau bosan para siswa dan mudah-mudahan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dan dapat mencapai target nilai yang telah ditetapkan.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Guru menjelaskan materi sesuai rencana pembelajaran yang telah dibuat, pada saat menjelaskan guru bersama-sama siswa ikut aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran, masing-masing kelompok juga aktif dan berdiskusi sangat baik. Tidak seperti pada siklus I siswa kurang berperan, siswa hanya melihat proses apa yang terjadi dan mengikutinya. Pada siklus II ini siswa ikut aktif dalam memaparkan pelajaran,

(12)

Jurnal Education of Batanghari

sehingga siswa dapat mengalami peristiwa secara langsung apa yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, sehingga para perserta didik dapat lebih fokus dalam proses pembelajaran. Setelah selesai siswa diwajibkan untuk mempresentasikan hasil karya mereka di depan kelas. Kelompok yang terbaik dalam hasil kerjanya dan memaparkan hasilnya akan diberi penghargaan. Pada akhir siklus II diadakan tes evaluasi II.

3. Tahap Pengamatan

Dalam pelaksanaan tindakan Siklus II guru beserta pengamat mengamati pelaksanaan proses pembelajaran apa yang terjadi di dalam kelas dengan menggunakan lembar observasi, lembar kerja siswa dan hasil belajar siswa, untuk mengetahui sudah sejauh mana hasil yang diperoleh pada siklus II ini apakah ada peningkatan dibandingkan dengan siklus I.

4. Refleksi

Setelah guru (peneliti) melaksanakan kegiatan belajar mengajar, peneliti megumpulkan dan menganalisis data hasil observer, baik peneliti maupun tim peneliti bersama-sama melakukan kegiatan refleksi.

Dalam proses kegiatan refleksi tersebut, antara peneliti dengan tim peneliti melakukan diskusi dan tanya jawab tentang proses tindakan yang dilakukan peneliti, dengan tujuan untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran bagi peneliti pada putaran berikutnya. Dalam refleksi akan dilakukan vertifikasi data hasil pengamatan tim peneliti, sehingga akan diperoleh data-data yang sama dan tepat antara peneliti dengan tim peneliti. Dari vertifikasi data hasil pengamatan tersebut, akan diperoleh data yang akurat mengenai poin-poin manakah yang sudah baik dan poin-poin manakah yang belum sepenuhnya baik pada proses belajar mengajar yang telah dilakukan oleh peneliti pada putaran kedua ini.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik catatan lapangan, lembar kerja siswa, tes tertulis, dan dokumen. Teknik pengumpulan data secara rinci adalah sebagai berikut :

1. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh informasi tentang rekaman kejadian-kejadian didalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan Metode Pembelajaran Inquiry.

2. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa ini digunakan untuk mengetahui keterampilan proses dan sikap para Siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan Metode Pembelajaran Inquiry yang dapat dilihat dari keterampilan siswa.

3. Tes

Tes ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana daya tangkap siswa dan mengukur kemampuan siswa baik kemampuan awal, perkembangan dan kemampuan pada akhir siklus tindakan. Tes ini digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang dianalisis dengan membuat tes formatif, kemudian dibuat prosentasenya untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 4. Observasi

Digunakan untuk mendapatkan informasi tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

5. Bukti dokumentasi

Digunakan untuk memperoleh bukti jalannya proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode inquiry berupa foto-foto.

E. Analisis Data

Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, maka teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang terkumpul adalah deskriptif kuantitatif dengan perhitungan persentasi kemampuan siswa dalam menjawab tes tertulis untuk mengetahui hasil sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Analisis data dalam penelitian ini melalui paparan data, dan penyimpulan hasil analisis. Untuk menghitung

(13)

Jurnal Education of Batanghari

persentasi hasil belajar siswa peneliti menggunakan patokan “Jumlah skor pencapaian dibagi skor maksimum dikali dengan 100”.

Dengan rumus Dengan: X = Nilai rata-rata Σx = Jumlah semua nilai siswa

Σn = Jumlah siswa

1) Untuk ketuntasan belajar

1. Tuntas secara individu (≥ KKM)

2. Ketuntasan Klasikal

NA = Jumlah Skor Perolehan x 100 %

Skor Maksimal

Jika dalam tindakan pertama belum berhasil, maka akan diteruskan ke tindakan kedua, dan seterusnya, sampai tampak benar lingkungan sekolah dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan kemampuan siswa mencapai hasil yang ditargetkan oleh peneliti sesuai dengan hasil intervensi tindakan yang diharapkan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi hasil pengamatan pengelolaan

pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Inquiry dimana pada proses

pembelajarannya siswa dituntut untuk aktif dan mandiri dalam belajar. Pengamatan aktivitas

siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.

Data hasil observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan

pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Inquiry , yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Siswa setelah diterapkan

menggunakan Metode Pembelajaran Inquiry .

A. Paparan Data Pra Siklus

Pra siklus merupakan kondisi awal siswa sebelum peneliti melakukan kegiatan

penelitian di dalam kelas, dengan menggunakan pola pembelajaran konvensional.

Selanjutnya, berdasarkan hasil data Pra Siklus yang diperoleh, peneliti bersama guru

lain melakukan evaluasi mengenai metode/model pembelajaran yang dianggap tepat,

sebagai bentuk tindakan perbaikan dari proses pembelajaran.

Kegiatan pengambilan data Pra siklus dilakukan pada tanggal 10 Januari 2019

di kelas 7.2 dengan jumlah siswa 30 orang. Prasiklus di lakukan peneliti dengan cara

melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode

ceramah yang diakhiri dengan pelaksanaan tes.

Hasil proses pembelajaran terlihat monoton dan berpusat pada guru, tingkat

partisipasi siswa dalam belajar rendah, kurang tremotivasi dalam belajar, banayak

siswa yang tidak memperhatikan ketika guru menerangkan pelajaran di depan kelas,

dan mengobrol bersama temannya.

Dampaknya hasil belajar siswa juga rendah, ini dibuktikna dari hasil ulangan

harian terakhir sebelum metode yang diterapkan dengan nilai tertinggi data

selengkapnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(14)

Jurnal Education of Batanghari

Tabel 4.1. Nilai Tes Formatif Pada Pra Siklus

Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Prasiklus

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebelum menerapkan metode ceramah

di peroleh rata – rata hasil belajar siswa yaitu 65,5 dengan presentase 46,67 % atau 14

siswa dari 30 siswa yang tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pra

siklus secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena hanya 14 siswa yang

memperoleh nilai ≥75 atau hanya sebesar 46,67 % yang mencapai kriteria ketuntasan

minimum (KKM). Sehingga, masih terdapat 16 dari 30 siswa yang belum tuntas

belajar atau sebanyak 53,33 %. hasil tersebut lebih kecil dari presentase ketuntasan

klasikal dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dikehendaki sebesar 85%.

Berdasarkan kenyataan- kenyataan di atas, peneliti dibantu oleh teman sejawat

melakukan kajian dan telaah yang akan dipergunakan sebagai dasar pertimbangan

memilih strategi pembelajaran yang tepat, dalam upaya melakukan tindakan

perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia. Setelah berdiskusi dan mempertimbangkan

berbagai alasan tersebut, peneliti memilih Metode Pembelajaran Inquiry. Model ini

dipergunakan dalam PTK yang akan dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses

pembelajaran di kelas 7.2

SMPN 2 Batanghari, yang diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa di kelas tersebut.

No. Nilai Keterangan No. Nilai Keterangan

Urut Urut

1 75 Tuntas 16 80 Tuntas

2 45 Tidak Tuntas 17 70 Tidak Tuntas

3 50 Tidak Tuntas 18 65 Tidak Tuntas

4 45 Tidak Tuntas 19 75 Tuntas

5 45 Tidak Tuntas 20 80 Tuntas

6 50 Tidak Tuntas 21 75 Tuntas

7 55 Tidak Tuntas 22 75 Tuntas

8 80 Tuntas 23 55 Tidak Tuntas

9 75 Tuntas 24 75 Tuntas

10 80 Tuntas 25 75 Tuntas

11 60 Tidak Tuntas 26 75 Tuntas

12 60 Tidak Tuntas 27 50 Tidak Tuntas

13 60 Tidak Tuntas 28 65 Tidak Tuntas

14 75 Tuntas 29 60 Tidak Tuntas

15 60 Tidak Tuntas 30 75 Tuntas

Jumlah Nilai = 1965 Jumlah Nilai Ideal = 3000 Rata-Rata Skor Tercapai = 65,5

Keterangan:

Jumlah siswa yang belum tuntas ═ 16

Jumlah siswa yang tuntas ═ 14

Klasikal ═ Belum Tuntas

No.

Uraian

Hasil Prasiklus

1.

Nilai rata-rata tes formatif

65,5

2.

Jumlah siswa yang tuntas

belajar

14

3.

Persentase

ketuntasan

belajar

(15)

Jurnal Education of Batanghari

B. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 1, LKPD 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada

tanggal 14 Februari 2019 di Kelas 7.2 dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam hal

ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu

pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan

belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan Siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus

I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus I

C.

Refleksi

Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang

baik adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, menghubungkan dengan

pelajaran sebelumnya, mengatur siswa dalam proses belajar, memberikan

evaluasi, pengolahan waktu dan siswa antusias. Keenam aspek yang mendapat

penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada

siklus I. Hasil pengamatan dan refleksi ini akan dijadikan bahan kajian untuk

No. Aspek Yang diamati Penilaian Rata-Rata

P1 P2

I. Pengamatan KBM A. Pendahuluan

1. Memotivasi Siswa 3 3 3,0

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2 3 2.5

3. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya 2 3 2.5 4. Mengatur Siswa dalam kelompok belajar 2 2 2,0

B. Kegiatan inti

1. Mempresentasikan langkah-langkah Metode Pembelajaran Inquiry

3 3 3,0

2. Membimbing Siswa melakukan kegiatan 3 3 3,0

3. Melatih keterampilan 3 3 3,0

4. Mengawasi setiap Siswa secara bergiliran 3 3 3,0 5. Memberikan bantuan kepada Siswa yang mengalami

kesulitan

3 3 3,0

C. Penutup

1. Membimbing Siswa membuat rangkuman 3 3 3,0

2. Memberikan evaluasi 2 3 2.5

II. Pengelolaan Waktu 2 3 2.5

III. Antusiasme Kelas

1. Siswa antusias 2 3 2.5

2. Guru antusias 3 3 3,0

Jumlah 36 41 38.5

Keterangan: Nilai Kriteria 1 Tidak Baik 2 Kurang Baik 3 Cukup Baik 4 Baik

(16)

Jurnal Education of Batanghari

revisi yang akan dilakukan pada siklus II. Hasil observasi berikutnya adalah

aktivitas guru dan Siswa seperti pada tabel berikut.

Tabel 4.4. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I

No. Aktivitas Guru yang diamati Persentase

1 Menyampaikan tujuan 2.50

2 Memotivasi siswa 2.50

3 Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya 2.50 4 Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi 3.50

5 Menjelaskan materi yang sulit 3.00

6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep

3.00

7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan

3.00

8 Memberikan umpan balik 3.00

9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 3.50

No. Aktivitas Siswa yang diamati Persentase 1 Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru 65.40

2 Membaca buku 67.90

3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 65.80 4 Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru 73.80

5 Menyajikan hasil pembelajaran 67.10

6 Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide 69.60 7 Menulis yang relevan dengan KBM 70.00

8 Merangkum pembelajaran 70.00

9 Mengerjakan tes evaluasi 72.90

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling

dominan pada siklus I adalah menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi,

memotivasi siswa dan mengkaitkam dengan pelajaran sebelumnya adalah 2,50

%.

Aktivitas lain yang rata - ratanya cukup besar adalah menjelaskan materi

yang sulit, membimbing dan mengamati siswa menemukan konsep, menyajikan

dan mendiskusikan hasil kegiatan, memberikan umpan balik yaitu 3.00.

Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah menyampaikan

materi/langkah-langkah/strategi pembelajaran dan merangkum pembelajaran

yaitu 3,5 %.

Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan

Metode Pembelajaran Inquiry sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran

guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan.

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel

berikut.

(17)

Jurnal Education of Batanghari

Tabel 4.5. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I

No. Nilai Keterangan No. Nilai Keterangan

Urut Urut 1 80 Tuntas 16 85 Tuntas 2 70 Tidak Tuntas 17 75 Tuntas 3 60 Tidak Tuntas 18 75 Tuntas 4 75 Tuntas 19 80 Tuntas 5 75 Tuntas 20 80 Tuntas 6 65 Tidak Tuntas 21 75 Tuntas 7 65 Tidak Tuntas 22 85 Tuntas 8 85 Tuntas 23 65 Tidak Tuntas 9 80 Tuntas 24 85 Tuntas 10 85 Tuntas 25 80 Tuntas 11 65 Tidak Tuntas 26 80 Tuntas 12 70 Tidak Tuntas 27 75 Tuntas 13 70 Tidak Tuntas 28 75 Tuntas 14 75 Tuntas 29 75 Tuntas 15 85 Tuntas 30 80 Tuntas Jumlah Nilai = 2275 Jumlah nilai Ideal = 3000 Rata-Rata Nilai Tercapai = 75,85

Keterangan:

Jumlah siswa yang belum tuntas ═ 8 Jumlah siswa yang tuntas ═ 22 Klasikal ═ Belum

Tuntas

Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus I

No. Uraian Hasil Siklus I

1. Nilai rata-rata tes formatif

75,85

2. Jumlah siswa yang tuntas belajar

22

3. Persentase ketuntasan belajar

73,33

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan Metode

Pembelajaran Inquiry diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 75,85

dan ketuntasan belajar mencapai 73,33 % atau ada 22 siswa dari 30 siswa sudah

tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara

klasikal Siswa belum tuntas belajar, karena Siswa yang memperoleh nilai ≥75

hanya sebesar 73,33 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki

yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan

(18)

Jurnal Education of Batanghari

belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan

Metode Pembelajaran Inquiry.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran

yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada

tanggal 25 Februari 2019. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada

siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar Siswa diberi tes formatif II dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar

mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif

II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 4.7 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II

No. Aspek Yang diamati Penilaian Rata-Rata

P1 P2 I. Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi Siswa 4,0 4,0 4,0 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4,0 4,0 4,0 3. Menghubungkan dengan pelajaran

sebelumnya

3,0 4,0 3.5 4. Mengatur Siswa dalam kelompok

belajar

3,0 4,0 3.5

B. Kegiatan inti

1. Mempresentasikan langkah-langkah Metode Pembelajaran Inquiry

4,0 4,0 4,0

2. Membimbing Siswa melakukan kegiatan

3,0 4,0 3.5 3. Melatih keterampilan 3,0 4,0 3.5 4. Mengawasi setiap Siswa secara

bergiliran

3,0 4,0 3.5 5. Memberikan bantuan kepada

Siswa yang mengalami kesulitan

4,0 4,0 4,0

C. Penutup

1. Membimbing Siswa membuat rangkuman

4,0 4,0 4,0 2. Memberikan evaluasi 4,0 4,0 4,0

II. Pengelolaan Waktu 4,0 4,0 4,0

III. Antusiasme Kelas

1. Siswa antusias 3,0 4,0 3.5

2. Guru antusias 4,0 4,0 4,0

Jumlah 50,0 56,0 53,0

Keterangan: Nilai Kriteria

1 Tidak Baik 2 Kurang Baik 3 Cukup Baik 4 Baik

(19)

Jurnal Education of Batanghari

Dari tabel di atas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar

mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan strategi

pembelajaran peningkatan hasil belajar mendapatkan penilaian yang cukup baik

dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang.

Namum demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal,

untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk

penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut

adalah menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya, mengatur Siswa dalam

kelompok belajar, membimbing siswa melakukan kegiatan, melatih

keterampilan, mengawasi setiap Siswa secara bergiliran dan siswa antusias.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan strategi

pembelajaran peningkatan hasil belajar diharapkan siswa dapat menyimpulkan

apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga

mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan. Berikut

disajikan hasil observasi aktivitas guru dan Siswa:

Tabel 4.8. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II

No. Aktivitas Guru yang diamati Rata - rata

1 Menyampaikan tujuan 3.00

2 Memotivasi Siswa 3.00

3 Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya 3.00 4 Menyampaikan materi/ langkah-langkah/

strategi

3.50

5 Menjelaskan materi yang sulit 3.50 6 Membimbing dan mengamati Siswa dalam

menemukan konsep

3.50

7 Meminta Siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan

3.50

8 Memberikan umpan balik 4.00

9 Membimbing Siswa merangkum pelajaran 4.00

No. Aktivitas Siswa yang diamati Persentase 1 Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru 70.00

2 Membaca buku 72.10

3 Bekerja dengan sesama anggota kelompok 72,10 4 Diskusi antar Siswa/ antara Siswa dengan guru 71.70 5 Menyajikan hasil pembelajaran 81.30 6 Menyajikan/ menanggapi pertanyaan/ ide 72.10 7 Menulis yang relevan dengan KBM 79.20

8 Merangkum pembelajaran 68.80

9 Mengerjakan tes evaluasi 75.00

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru pada siklus II

adalah menyampaikan tujuan, memotivasi siswa dan mengkaitkan dengan

pelajaran sebelumnya mencapai persentase 3,00. Menyampaikan materi/

langkah – langkah/ strategi, menjelaskan materi yang sulit, membimbing dan

mengamati siswa dalam menemukan konsep dan meminta siswa meyajikan dan

mendiskusikan hasil kegiatan persentasenya mencapai 3,50. Sedangkan aktivitas

guru yang rata – ratanya cukup besar adalah memberikan umpan balik dan

(20)

Jurnal Education of Batanghari

membimbing siswa merangkum pelajaran yaitu masing – masing 4.00

.

Sementara aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah

menyajikan hasil pembelajaran dan menulis yang relevan dengan KBM yaitu

81.30 %.

Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel

berikut.

Tabel 4.9. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

No. Nilai Ketera

ngan

No. Nilai Ketera

ngan Urut Urut 1 85 Tuntas 16 95 Tuntas 2 80 Tuntas 17 80 Tuntas 3 75 Tuntas 18 75 Tuntas 4 75 Tuntas 19 85 Tuntas 5 80 Tuntas 20 85 Tuntas 6 75 Tuntas 21 80 Tuntas 7 70 Tidak Tuntas 22 95 Tuntas 8 85 Tuntas 23 70 Tidak Tuntas 9 85 Tuntas 24 85 Tuntas 10 85 Tuntas 25 80 Tuntas 11 70 Tidak Tuntas 26 85 Tuntas 12 75 Tuntas 27 75 Tuntas 13 70 Tidak Tuntas 28 80 Tuntas 14 80 Tuntas 29 80 Tuntas 15 90 Tuntas 30 90 Tuntas Jumlah Nilai = 2420 Jumlah Nilai Ideal = 3000 Rata-Rata Nilai Tercapai = 80,67

Keterangan: Jumlah siswa yang

belum tuntas ═

4

Jumlah siswa yang tuntas ═

26

Klasikal ═ Tuntas

Tabel 4.10. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus II

No. Uraian Hasil

Siklus II 1. Nilai rata-rata tes formatif 80,67 2. Jumlah siswa yang tuntas

belajar

26

3. Persentase ketuntasan belajar

(21)

Jurnal Education of Batanghari

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 80,67

dan ketuntasan belajar mencapai 86,67 % atau ada 26 siswa dari 30 siswa sudah

tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan

belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari

siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar Siswa ini karena setelah guru

menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes

sehingga pada pertemuan berikutnya Siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Selain itu Siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan

dinginkan guru dengan menerapkan Metode Pembelajaran Inquiry.

D. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa Metode Pembelajaran

Inquiry memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar Siswa. Hal ini

dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari pra siklus, siklus I, dan II

yaitu masing-masing 46,67 %, 73,33 %, dan 86,67%. Pada siklus II ketuntasan

belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Metode Pembelajaran Inquiry dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap hasil belajar Siswa yaitu dapat

ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata Siswa pada setiap siklus yang

terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas Siswa dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia dengan Metode Pembelajaran Inquiry yang

paling dominan adalah menyajikan hasil pembelajaran, diskusi antar siswa/antara

siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat

dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan

langah-langkah Metode Pembelajaran Inquiry dengan baik. Hal ini terlihat dari

aktivitas guru yang muncul di antaranya menjelaskan materi yang sulit,

menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi, meminta Siswa menyajikan dan

mendiskusikan hasil kegiatan, memberikan umpan balik, dimana prosentase untuk

aktivitas di atas cukup besar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan

berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa Metode Pembelajaran Inquiry memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil

belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap

siklus, yaitu pra siklus (46,67%), siklus I (73,33 %), siklus II (86,67%).

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar

pembelajaran bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal

bagi Siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan Metode Pembelajaran Inquiry memerlukan persiapan yang

matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang

(22)

benar-Jurnal Education of Batanghari

benar bisa diterapkan dengan Metode Pembelajaran Inquiry dalam proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih

siswa dengan berbagai model pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, di mana

siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan

keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah

yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan

di SMP Negeri 2 Batanghari Semester II tahun pelajaran 2018-2019.

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka

Cipta.

Arikunto, S. 2005. Manajeman Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi. Jakarta : Depsiknas.

Hariyanto, Suryono. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Slameto.2010. Belajar dan Faktor – faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana,Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : remaja

Rosdakarya.

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Purwanti, Dwi 2013. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi gaya. Universitas Pendidikan

Indonesia.

Rahmawati, Ika. 2013. Penerapan Metode Pembelajara Inkuiri dalam Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Mata Pelajran IPA Tentang Konsep Perubahn Sifat Benda. PTK.

Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Suryosubroto .2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Syah, Muhibbin. 2003.Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Gambar

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian Tindakan Kelas  D.  Hipotesis Tindakan
Tabel 3.1 Kegiatan Pelaksanaan
Gambar 2. Model Kemmis dan MC Taggart  perencanaan tindakan sebagai berikut:
Tabel 4.1. Nilai Tes Formatif Pada Pra Siklus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 4 Tebing Tinggi

Penelitian berjudul “Penerapan Metode PReP Technique menggunakan Media Gambar untuk Keterampilan Membaca Bahasa Jerman Tema Alltagsleben Kelas XI MIA 2 SMAN

Untuk menjawab permasalahan diatas dilaksanakan suatu penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, yaitu melakukan tindakan dengan memberikan

Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII.1 SMP Negeri 5 Batanghari Melalui Media Gambar: Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas

Dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, peneliti yang sudah peneliti lakukan pada tiga nara sumber siswa kelas 1 SDSLB Dewi Sartika Sidoarjo, maka peneliti dapat

Dari paparan data yang telah peneliti lakukan ditemukan yang mencakup hal, yaitu (1) penemuan penggunaan gaya bahasa puisi melalui analisis semiotik siswa kelas VIIIA SMP

Pada kenyataannya, di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Maospati. Berdasarkan pengamatan di kelas khususnya kelas VIII dan wawancara dengan guru fisika diungkapkan

Besarnya pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS terhadap hasil belajar passing dan stopping sepakbola pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ngasem Kediri