Jurnal Education of Batanghari
Jurnal Education of Batanghari 4 (03): 001-011 (2021)
P/ISSN 2655-6685 E/ISSN 2655-7223
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PROBLEM POSSING SECARA BERKELOMPOK PADA MATERI TEOREMA
PHYTAGORAS DI KELAS VIII.4 SMP NEGERI 2 BATANG HARI Oleh:
RUSMIYATI, S. Pd. SMP NEGERI 2 BATANG HARI E-mail : [email protected]
Abstrak :
Proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Batang Hari belum berlangsung seoptimal mungkin, hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Sebagian siswa sibuk dengan kegiatannyan sendiri yang pada akhirnya siswa kurang memahami konsep materi yang dipelajari. Siswa merasa pembelajaran itu kurang menarik dan monoton yang membuat hasil belajar siswa menjadi kurang. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Batang Hari.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kemampuan siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Batang Hari pada materi teorema phytagoras melalui pemberian tugas problem possing secara berkelompok. Untuk menjawab permasalahan diatas dilaksanakan suatu penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, yaitu melakukan tindakan dengan memberikan tugas pembuatan soal dan menyelesaikannya secara berkelompok yang hasilnya dilihat melalui observasi keaktifan siswa pada setiap siklus dan hasil tes kemampuan siswa pada akhir setiap siklus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pemberian tugas problem possing secara berkelompok telah terjadi peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa yaitu keaktifan siswa pada saat pemberian tindakan meningkat dari 65,38% pada siklus I menjadi 88,46% pada siklus II, sedangkan rata-rata nilai meningkat dari 69,47 pada siklus I menjadi 87,69 pada siklus II dan ketuntasan belajar meningkat dari 57,69% menjadi 84,61%.
Kata kunci : Hasil Belajar, Problem Possing, Teorema Phytagoras.
Abstract :
The process of learning mathematics at SMP Negeri 2 Batang Hari has not been as optimal as possible, this can be seen from the activities of students during the learning process. Some students are busy with their own activities which in the end students do not understand the concept of the material being studied. Students feel that learning is less interesting and monotonous which makes student learning outcomes less. This research is a classroom action research, which is motivated by the low learning outcomes of class VIII.4 students of SMP Negeri 2 Batang Hari.
The purpose of this study was to reveal the ability of grade VIII.4 students of SMP Negeri 2 Batang Hari on the Pythagorean theorem material by giving problem possing tasks in groups.
To answer the above problems, a class action research was carried out which consisted of
Jurnal Education of Batanghari
two cycles, namely taking action by giving the task of making questions and solving them in groups whose results were seen through observation of student activity in each cycle and the results of students' ability tests at the end of each cycle.
The results of this study indicate that by using problem possing assignments in groups there has been an increase in student activity and student learning outcomes, namely student activity at the time of giving the action increased from 65.38% in the first cycle to 88.46% in the second cycle, while the average the average score increased from 69.47 in the first cycle to 87.69 in the second cycle and learning completeness increased from 57.69% to 84.61%.
Keywords : Learning Outcomes, Problem Possing, Phytagoras Theorem
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung pada Sumber Daya Manusia (SDM) sedangkan keberhasilan SDM sangat ditentukan oleh pendidikannya. Hal yang menjadi sorotan pada dunia pendidikan dewasa ini adalah rendahnya mutu lulusan pada setiap jenjang pendidikan lebih spesifik pada pelajaran matematika.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran dan merupakan ilmu dasar (basic science) yang penting baik sebagai alat bantu, sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap, maka dari itu matematika diharapkan dapat dikuasai oleh siswa di Sekolah. Namun pelajaran matematika selalu dianggap sulit dan ditakuti oleh siswa sehingga sangat berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa (nilai) baik dalam ulangan harian, ujian semester maupun Ujian Nasional (UN) walaupun dalam pelaksanaan proses proses belajar mengajar di kelas guru selalu memberikan tugas secara kontinyu berupa latihan soal. Tetapi dalam pelaksanaannya latihan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan komsep matematika.
Salah satu penyebab siswa tidak mampu menerapkan konsep matematika adalah mereka belum mampu mengerjakan soal yang sedikit berbeda dengan contoh soal. Padahal soal-soal yang dibuat guru pada saat ulangan harian maupun ulangan semester bentuknya mirip (sedikit berbeda) dengan contoh soal yang dibuat guru pada saat pembelajaran. Oleh karena itu perlu memiliki pengalaman yang bervariasi dalam membuat soal dan mengerjakannya.
Selain itu guru belum mampu menciptakan suasana pemberian tugas yang menarik dan menyenangkan, siswa kurang termotivasi dan merasa terbebani dalam belajar matematika. Oleh karena itu perlu diciptakan formula baru sedini mungkin dalam pemberian tugas agar siswa lebih tertarik dan termotivasi belajar matematika sehingga kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika dapat meningkat.
Salah satu upaya guru untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan penelitian tindakan kelas, khususnya pada Sekolah Menengah Pertama. Dalam hal ini penelitian diarahkan pemberian tugas melalui problem possing secara berkelompok pada materi teorema phytagoras.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Apakah pemberian tugas problem possing secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Batang Hari?
1.3 Cara Mengatasi Masalah
Untuk mengatasi masalah yang terjadi pada kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Batang Hari adalah dengan pemberian tugas problem possing secara berkelompok sedini mungkin.
1.4 Tujuan Penenlitian
Jurnal Education of Batanghari
Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui pemberian tugas problem possing secara berkelompok pada materi teorema phytagoras di kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Batang Hari.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah 1.5.1 Bagi siswa
Meningkatkan minat siswa pada pelajaran matematika
Meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan konsep matematika 1.5.2 Bagi guru
Meningkatkan kinerka dan profesionalisme dalam pmbelajaran 1.5.3 Bagi sekolah
Meningkatkan efektifitas pembelajaran 1.6 Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini hipotesis tindakannya adalah:
“Pemberian tugas problem possing secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi teorema phytagoras di kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Batang Hari”.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar
Meningkatkan prestasi siswa sangat tergantung bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh siswa yang sedang belajar itu sendiri. Pentingnya proses belajar ini maka banyak ahli psikologi pendidikan yang telah mencurahkan perhatian terhadap masalah belajar. Ini terlihat dengan banyaknya definisi belajar yang berbeda-beda.
Kimble dalam Simanjuntak (1993: 222) menjelaskan belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan atau kerusakan pada susunan syaraf atau dengan kata lain bahwa mengetahui dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang yang belajar.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis penyelenggaraan dan jenjang pendidikan (Syah, 2004: 89).
Belajar bukan semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Menurut pendapat Kimble dan Garmezi dalam (Nana Sudjana, 1989: 5) menya-takan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang yang bersifat permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut Writig dalam (Syah, 2004: 64) dalam pemahaman yang lebih mantap pada diri seseorang.
Adapun dalam Sudjana (1991: 5) belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek dan latihan. Hal ini seperti dikemukakan dalam Djamarah (2002: 11) bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.2. Proses Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tetapi memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku.
Jurnal Education of Batanghari
Seperti yang dikemukakan oleh Sudjana dalam Djamarah (2002: 45) bahwa mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar mengajar.
Nasution dalam Syah (2002: 182) mengemukakan bahwa mengajar pada hakekatnya adalah suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasikan lingkungannya sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Menurut Darhim (1993: 2), proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara siswa dan guru, sebagai komunikan pada proses belajar mengajar adalah siswa, sedangkan sebagai komunikator menurut prinsip-prinsip pendidikan modern adalah guru dan siswa. Dalam proses komunikasi, guru dapat menyampaikan apa yang dimiliki seorang guru dapat dimiliki oleh siswanya. Hal ini tidak memungkinkan seorang siswa atau sekelompok sisw menyampaikan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya agar teman-temannya memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang ia miliki.
Matematika sendiri berasal dari bahasa latin ‘manhenern’ atau ‘mathema’ yang berarti belajar atau hal yang harus dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut
‘wiskunde’ atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Jadi matematika itu memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, terstruktur yang berkaitan antara konsep yang kuat (Diknas, 2005: 215).
Dari berbagai pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar matematika merupakan suatu proses belajar yang dilakukan dengan sadar dan terarah dimana individu belajar matematika dengan tujuan untuk melatih cara berfikir dan bernalar serta melatih kemampuan memecahkan masalah
2.3. Hasil Belajar Matematika
Menurut pendapat Sudjana (2004: 22) yang menyatakan bahwa, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Sedangkan menurut Arikunto (Widiyanto, 2008: 11), ”Hasil belajar adalah suatu akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati”. Dengan demikian hasil belajar dapat digunakan untuk mengukur, menilai, dan mengevaluasi tingkat keberhasilan proses belajar siswa dalam kurun waktu tertentu. Untuk melihat hasil belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes hasil belajar.
Penilaian hasil belajar dapat dilihat dari berbagai aspek atau ranah seperti yang dinyatakan oleh Benyamin Bloom. Bloom (Budiningsih, 2005: 4-7) membagi hasil balajar menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan evaluasi. 2) Ranah afektif mencakup penerimaan, partisipasi, penilaian, atau penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. 3) Ranah psikomotorik terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuian pola gerakan dan kreatifitas.
Berdasarkan uraian dapat dikatakan bahwa hasil belajar matematika adalah proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang relatif lama dan menetap yang disertai melalui latihan dan pengalaman dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati yaitu berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami proses belajar.
2.4. Problem Possing
Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata “problem”
artinya masalah, soal/persoalan dan kata “pose” yang artinya mengajukan (Echols dan Shadily, 1995: 439 dan 448). Jadi problem posing bisa diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Pengertian ini sendiri seperti yang dikatakan oleh As’ari dalam Yansen (2005: 9) menggunakan istilah pembentukan soal sebagai padanan kata untuk
Jurnal Education of Batanghari
istilah problem posing.
Problem posing merupakan suatu pembentukan soal atau pengajuan soal yang dilakukan oleh siswa dengan cara membuat soal tidak jauh beda dengan soal yang diberikan oleh guru ataupun dari situasi dan pengalaman siswa itu sendiri. Problem posing dapat juga diartikan membangun atau membentuk masalah (Tim PTM, 2002: 2). Problem posing mempunyai beberapa pengertian. Suryanto dalam Yansen (2005: 9) menjelaskan 1. Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan soal ulang yang ada
dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana sehingga soal tersebut dapat diselesaikan.
2. Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan.
Setiawan (2004: 17) mengatakan pembentukan soal atau pembentukan masalah mencakup dua kegiatan yaitu :
1. Pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau dari pengalaman siswa.
2. Pembentukan soal dari soal yang sudah ada.
2.5. Problem Possing dan Relevansinya terhadap Matematika
Problem posing atau pembentukan soal adalah salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan keterampilan siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika. Tim Penelitian Tindakan Matematika (PTM) (2002 : 2) mengatakan bahwa :
1. Adanya korelasi positif antara kemampuan membentuk soal dan kemampuan membentuk masalah.
2. Latihan membentuk soal merupakan cara efektif untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam memecahkan suatu masalah.
Adapun masalah dalam matematika diklasifikasikan dalam dua jenis antara lain:
1. Soal mencari (problem to find) yaitu mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang ditanyakan atau dicari (unknown), syarat-syarat yang memenuhi soal (condition) dan data atau informasi yang diberikan merupakan bagian penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipenuhi serta dikenali dengan baik pada saat memecahkan masalah.
2. Soal membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju kesimpulan (Depdiknas, 2005: 219).
Silver dkk dalam Surtini (2004: 48) mengemukakan bahwa sebenarnya sudah sejak lama para tokoh pendidikan matematika menunjukkan pembentukan soal merupakan bagian penting dalam pengalaman matematis siswa dan menyarankan agar dalam pembelajaran matematika ditekankan kegiatan pembentukan soal. Begitupun yang ditekankan English bahwa pembentukan soal merupakan inti kegiatan matematis dan merupakan komponen penting dalam kurikulum matematika.
Hasil penelitian Silver dan Cai dalam Surtini (2004: 49) menunjukkan bahwa kemampuan pembentukan soal berkorelasi positif dengan kemampuan memecahkan masalah. Dengan demikian kemampuan pembentukan soal sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di sekolah sebagai usaha meningkatkan hasil pembelajaran matematika dan dapat meningkatkan kemampuan siswa. Dari sini kita peroleh bahwa pembentukan soal penting dalam pelajaran matematika guna meningkatkan prestasi belajar matematika siswa dengan membuat siswa aktif dan kreatif.
Jurnal Education of Batanghari
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Batang Hari yang terletak di Jl.
Batang Hari Bajubang Kecamatan Bajubang. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 7 Januari 2019 sampai dengan tanggal 11 Februari 2019. Kelas yang diteliti adalah kelas VIII.2 dengan jumlah 26 orang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 14 orang perempuan.
Adapun dasar penelitian diadakan kelas VIII.2 adalah : 1. Kemauan belajar cukup tinggi
2. Buku paket cukup memadai
3. Perhatian orang tua cukup mendukung 4. Ekonomi orang tua cukup memadai 3.2 Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan langkah-langkah sebagai berikut : 3.2.1 Persiapan Penelitian
Sebelum tindakan terlebih dahulu dipersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian antara lain : membuat RPP, membuat Lembar Kerja Siswa (LKS), membuat perangkat tes untuk setiap siklus , menganalisis hasil evaluasi belajar.
3.2.2 Penerapan Tindakan
Dari masing-masing siklus dapat ditetapkan tindakan yakni pengajaran matematika dengan pemberian tugas problem possing secara berkelompok, dengan langkah-langkah sebagai beikut :
1. Membagi kelompok, setiap kelompok 4 orang siswa.
2. Dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) menemukan konsep teorema phytagoras. Dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) masing-masing kelompok dapat menyelesaikan soal yang berhubungan dengan teorema phytagoras tersebut.
3. Memberikan latihan tugas problem possing sesuai dengan materi.
4. Memberikan bimbingan pada saat siswa mengerjakan latihan problem possing.
3.2.3 Monitoring
Monitoring diadakan pada saat pembelajaran berlangsung dan hasil tes setiap siklus. Hal ini dilakukan untuk melihat keaktifan dan kemampuan siswa dalam belajar. Hal-hal yang dipantau adalah :
1. Keaktifan siswa dalam pengembangan materi.
Menjawab pertanyaan
Bertanya mengenai materi yang belum dimengerti
Maju ke depan kelas mempresentasikan hasil jawaban dan menerangkan jawaban.
2. Keaktifan siswa dalam penerapan.
Membuat soal.
Menjawab soal.
3. Hasil tes setiap akhir siklus.
3.2.4 Refleksi dan Revisi
Hasil pemantauan dilihat pada setiap akhir pertemuan. Jika ada temuan- temuan tentang kekurangan tindakan yang harus disempurnakan, untuk diterapkan pada kegiatan pembelajaran siklus berikutnya.
3.3 Alat Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan melakukan monitoring setiap siklus yaitu melalui kegiatan observasi keaktifan siswa, membuat catatan lapangan dan tes akhir siklus. Untuk
Jurnal Education of Batanghari
melaksanakan kegiatan ini guru mempersiapkan instrument atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu : lembar observasi keaktifan siswa, block note untuk catatan lapangan dan lembar soal tes akhir siklus.
3.4 Kriteria Keberhasilan
Pada penelitian tindakan kelas ini keberhasilan dari penerapan tindakan dapat dilihat dari instrument-instrumen dengan menggunakan penilaian secara kuantitatif yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir pembelajaran setiap akhir siklus dengan menggunakan standar ketuntasan hasil belajar. Berdasarkan Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang standar penilaian. Untuk penilaian nilai pengetahuan dan keterampilan dituangkan dalam bentuk angka, yakni 0-100. Data dalam penelitian dianalisa dengan menggunakan rumus :
Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 73.
Ketuntasan belajar secara klasikal dikatakan tuntas jika telah mencapai minimal 75%.
Ketuntasan belajar secara klasikal dapat dihitung menggunakan rumus :
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Siklus I
Peneliti mulai melaksanakan tindakan penelitian dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Sebelum pembelajaran dimulai, peneliti mempersiapkan RPP dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan rencana tindakan pembelajaran, diberikan untuk satu kali pertemuan dan soal tes untuk satu kali pertemuan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Januari 2019 jam pelajaran kelima dan keenam dan pada hari Jumat tanggal 11 Januari 2019 jam pelajaran kesatu sampai dengan ketiga. Pada tahap ini terjadi proses pembelajaran dengan perencanaan sebagai berikut :
1) Siswa duduk berkelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang.
Anggota kelompok bebas dipilih.
2) Masing-masing kelompok diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Anggota kelompok mengisi LKS tersebut untuk menemukan konsep teorema phytagoras dan menyelesaikan contoh soal yang berkaitan dengan teorema phytagoras tersebut.
3) Beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya tersebut.
4) Guru membagi 2 kertas kosong, 1 lembar untuk menulis soal dan 1 lembar yang lain untuk menulis jawaban soal.
5) Siswa membuat soal yang mirip (sedikit berbeda) dengan contoh soal.
6) Siswa mengerjakan soal buatan kelompok lain.
Apa yang telah direncanakan ternyata tidak sepenuhnya terlaksana misalnya pada pengelompokan siswa pada pertemuan pertama terasa kurang baik karena kelas ribut mengatur meja dan kursi, mereka memilih sendiri anggota kelompoknya sehingga pembagian kelompok tidak merata sehingga mengahabiskan waktu 15 menit.
Jurnal Education of Batanghari
Kegiatan siswa (kelompok) pada saat mengerjakan Lembar Kerja Siswa untuk menemukan konsep teorema phytagoras pada segitiga siku-siku sebagian kelompok mengalami kesulitan sehingga masih banyak bertanya kepada guru.
Sedangkan pada saat mempresentasikan hasil ke depan kelas siswa sangat antusias untuk maju kedepan.
Kegiatan siswa (kelompok) pada saat membut soal dan mengerjakannya belum dapat terlaksana seperti yang diharapkan. Hal ini dapat diamati dari kegiatan tiap kelompok.
1) Ada 2 kelompok yang semua anggota kelompoknya memiliki kemampuan rendah, sehingga terlambat dalam pembuatan dan menyelesaikan soal. Salah satu dari kelompok ini membuat soal yang salah sehingga kelompok yang menjawab soal buatan mereka hanya membuat tanda tanya pada soal tersebut.
2) Ada 3 kelompok yang anggotanya pandai semua, sehingga mendahului kelompok lain.
3) Ada 4 kelompok yang anggotanya kurang kompak, sehingga kegiatan kelompok ini belum mencapai hasil maksimal.
3. Tahap Monitoring
Ada beberapa hasil pengamatan terhadap tindakan yang diberikan pada siklus pertama yaitu :
1) Hasil observasi keaktifan siswa pada saat pengembangan materi/mengerjakan Lembar Kerja Siswa adalah 61,53% sedangkan pada saat penerapan tindakan sebesar 65,38%.
2) Hasil tes siklus pertama siswa yang tuntas belajar sebanyak 15 orang dengan ketuntasan hasil belajar klasikal sebesar 57,69%. Nilai rata-rata kelas sebesar 69,47.
4. Tahap Refleksi
Hasil pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut :
1) Ada kelompok yang kurang kompak dan kurang aktif karena yang membuat soal hanya siswa yang berkemampuan tinggi saja.
2) Sebagian besar siswa (kelompok) hanya mampu membuat soal yang mirip dengan contoh soal/soal buatan guru.
3) Masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah ketuntasan belajar.
5. Tahap Revisi
Berdasarkan hasil monitoring dan refleksi, maka peneliti merasa perlu melanjutkan penelitian ini pada siklus II, dimana kelemahan atau kendala yang ditemui pada pelaksanaan siklus I akan dijadikan dasar untuk perbaikan pelaksanaan siklus II, yaitu :
1) Menukar keanggotaan semua kelompokyang menimbulkan tidak keserasian dengan keanggotaan kelompok lain (anggota kelompok terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah).
2) Memberikan motivasi siswa agar selalu aktif dalam kegiatan membuat soal dan menyelesaikannya.
4.1.2 Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka pada siklus II peneliti mengatasi permasalahan yang terjadi pada siklus I. Tahap-tahap yang dilaksanakan adalah :
Jurnal Education of Batanghari
1. Tahap Persiapan
1) Menukar keanggotaan semua kelompok yang menimbulkan ketidakserasian dengan keanggotaan kelompok lain. Dalam 1 kelompok ada anggota berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
2) Menjelaskan kepada siswa bahwa dalam membuat soal dan mengerjakannya harus dilakukan secara bergantian agar seluruh siswa mengalami dan pernah merasakan membuat soal.
3) Memotivasi siswa agar selalu aktif dalam kegiatan membuat soal dan menyelesaikannya.
2. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Januari 2019 jam pelajaran kelima dan keenam dan pada hari Jumat tanggal 18 Januari 2019 jam pelajaran kesatu sampai dengan ketiga. Pada pelaksanaan siklus II penanaman konsep semakin tegas dan contoh soal/soal buatan guru dipahami siswa.
Kegiatan siswa (kelompok) dalam mengikuti kegiatan problem possing : 1) Pembagian kelompok sudah memenuhi harapan guru, sehingga sebagian besar
siswa dalam kelompok mulai aktif dalam kegiatan membuat soal dan menyelesaikannya dan tidak ada lagi soal yang salah.
2) Siswa sudah mulai bergantian untuk membuat soal dan menjawab soal.
3. Tahap Monitoring
Ada beberapa hasil pengamatan terhadap tindakan yang diberikan pada siklus kedua yaitu :
1) Hasil observasi keaktifan siswa pada saat pengembangan materi/mengerjakan Lembar Kerja Siswa adalah 80,77% sedangkan pada saat penerapan tindakan sebesar 88,46%.
2) Hasil tes siklus kedua siswa yang tuntas belajar sebanyak 22 orang dengan ketuntasan hasil belajar klasikal sebesar 84,61%. Nilai rata-rata kelas sebesar 87,69
Jika dibandingkan keaktifan siswa pada siklus I, maka terlihat adanya peningkatan aktifitas siswa. Pada Pengembangan materi 61,53% menjadi 80,77%, peningkatan aktifitas siswa pada penerapan (tindakan) dari 65,38% menjadi 88,46%. Peningkatan hasil belajar dari 69,47 menjadi 87,69, sedangkan persentase ketuntasan belajar naik dari 57,69% menjasi 84,61%. Berarti kemampuan siswa dalam menerapkan konsep matematika mencapai nilai 18,22 dengan peningkatan 16,92% dari siklus I.
4. Tahap Refleksi
Hasil pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut :
1) Pada saat pengembangan materi siswa mampu menyelesaikan sendiri Lembar Kerja Siswa tanpa bertanya ke guru.
2) Siswa telah mampu membuat soal dan mampu menyelesaikannya, tidak ada lagi soal yang salah.
3) Siswa mampu menerapkan konsep matematika 4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dari hasil tes akhir siswa dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut :
Jurnal Education of Batanghari
Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil observasi keaktifan dan hasil tes selama penelitian berlangsung
Sumber: Data primer diolah 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa :
1. Membuat soal dan menyelesaikannya banyak mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa bersemangat dan antusias untuk belajar matematika. Suasana pemberian tugas ini lebih menarik dan menyenangkan.
2. Hasil belajar siswa selama kegiatan penelitian ini terus mengalami peningkatan, karena kegiatan ini mencakup pelatihan membuat soal sekaligus mengerjakannya.
3. Nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan sebesar 18,22 dari 69,47 pada siklus I menjadi 87,69 pada siklus II.
Ketuntasan belajar secara klasikal terjadi peningkatan sebesar 16,92% dari 57,69% pada siklus I menjadi 84,61% pada siklus II.
V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa aktif dan meningkat hasil kemampuan belajarnya. Hal tersebut dikarenakan dengan pemberian tugas problem possing pada materi persamaan lingkaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Khususnya siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Batang Hari, yaitu dari nilai rata-rata 69,47 pada siklus I menjadi 87,69 pada siklus II. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 18,22.
5.2.Saran
Dengan berhasilnya penelitian ini, maka penulis menyarankan :
1. Guru sebaiknya memilih metode yang tepat untuk materi yang sesuai.
2. Guru diharapkan melakukan kegiatan pemberian tugas dengan problem possing secara berkelompok berdasarkan kemampuan akademik. Jadi setiap kelompok terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
No. Kegi atan
Aktifitas Siswa Hasi l Tes Pengemb
angan Materi
Penera pan (Tinda
kan) 1. Sikl
us I
61,53% 65,38% 57,6 9%
2. Sikl us II
80,77% 88,46% 84,6 1%
Jurnal Education of Batanghari
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.
Darhim. 1993. Workshop Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.
Djamarah, Saiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.
Diknas. 2005. Standar Kompetensi 2004 untuk SMP. Jakarta. Depag RI.
Simanjuntak, Lisnawaty, dkk. 1993. Metode Mengajar Matematika. Rineka Cipta. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1991. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Surtini, Sri. 2004. Problem Posing dan Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Cacah Siswa SD. Jurnal pendidikan (on line volume 5 no. 1). http://pk.ut.ac. Id/Scan Penelitian/Sri % 2004. pdf. (13 Maret 2006).
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Tim Penelitian Tindakan Matematika (PTM). 2002. Meningkatkan Kemampuan Siswa Menerapkan Konsep Matematika Melalui Pemberian Tugas Problem Posing Secara Berkelompok. Buletin Pelangi PendidikanVolume 2. Jakarta. Direktorat Pendidikan.
Widiyanto, Yohanes. 2008. Upaya Meningkatkan hasil Belajar Aljabar Kelas VII SMPN 36 Jakarta Dengan Metode Problem posing. Jakarta: Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Jakarta.
Yansen, Alfrida. 2005. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Di kelas 1 SMP Negeri 12 Kendari.
Kendari. Skripsi FKIP Unhalu.