• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 31 No. 1, April 2014 ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 31 No. 1, April 2014 ISSN :"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 31 No. 1, April 2014

ISSN : 1907 - 0284

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ISSN 1907 0284

-Volume 31 No . 1, Apri l 2014 , Hal. 1 - 59

(2)

PRAKATA

Redaksi menyampaikan selamat bertemu kembali dengan Jurnal Jalan-Jembatan Volume 31 No.1 edisi April 2014. Pada edisi ini disajikan lima tulisan, dimana yang berkaitan dengan teknologi perkerasan jalan, sebanyak empat tulisan dan satu tulisan lainnya berkaitan dengan manajemen lalu lintas di jalan tol.

Tulisan pertama, menyampaikan pengaruh pengkondisian campuran beraspal panas di laboratorium dan di Asphalt Mixing Plant, terhadap sifat volumetrik campuran beraspal panas untuk lapisan aus. Tulisan kedua mengemukakan teknologi ekstrasi Asbuton menjadi Asbuton murni dengan bahan terpentin sebagai pelarut melalui teknologi destilasi menggunakan media air. Tulisan ketiga membahas tentang pengaruh Asbuton pelet terhadap sifat aspal dan campuran beraspal panas, baik terhadap sifat reologi aspal maupun terhadap sifat kekuatan campuran seperti stabilitas, ketahanan terhadap alur, serta modulusnya. Tulisan ke empat, menyajikan daya rekat tack coat dari jenis aspal cair MC – 250 akibat pengaruh temperatur dan penundaan penghamparan lapisan diatasnya. Kajian ini didasarkan atas percobaan laboratorium, melalui pengujian kuat geser antara lapisan beraspal lama dengan lapisan aspal baru. Tulisan kelima sebagai sebagai tulisan terakhir menyampaikan pengaruh pengaturan lalu lintas dengan cara contraflow terhadap derajat kejenuhan dan keselamatan di jalan tol. Kajian ini berdasarkan pengamatan di lapangan serta studi literatur tentang peraturan keselamatan jalan.

Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Aziz Jayaputra, M.Sc; Prof. Dr. Ir. Soegijanto. M.Si; Prof. Dr. Ir. Bambang Suryoatmono, M.Sc; atas bantuannya sebagai anggota mitra bestari Jurnal Jalan - Jembatan, dan khususnya untuk penerbitan kali ini kami ucapkan terima kasih banyak kepada Prof. Dr. Ir. Bambang Sugeng DEA dan Prof. Ir. Wimpy Santosa, M.Sc. PhD yang telah memberikan masukannya.

Mudah-mudahan semua tulisan yang disajikan memberikan manfaat bagi para pengambil keputusan dan kebijakan di bidang jalan, pelaksana, konsultan dan para mahasiswa serta pembaca semua.

Selamat membaca.

Ketua Dewan Redaksi

Volume 31 No. 1, April 2014 ISSN : 1907 - 0284

Jurnal

JALAN - JEMBATAN

Jurnal Jalan-Jembatan adalah wadah informasi bidang Jalan dan Jembatan berupa hasil penelitian, studi kepustakaan maupun tulisan ilmiah terkait yang meliputi Bidang Bahan dan Perkerasan Jalan, Geoteknik Jalan, Transportasi Dan Teknik Lalu-Lintas serta Lingkungan Jalan, Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan. Terbit pertama kali tahun 1984 dengan frekuensi terbit tiga kali setahun pada bulan April, Agustus dan Desember. Sesuai Surat Keputusan LIPI No.484/AU3/P2MI-LIPI/08/2012 Jurnal Jalan-Jembatan telah mendapat Akreditasi. Pelindung

Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Pembina

Ka. Balai Bahan dan Perkerasan Jalan Ka. Balai Geoteknik Jalan

Ka. Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Ka. Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan Ka. Bagian Tata Usaha

Ka. Bidang Sumber Daya Kelitbangan Ka. Bidang Program dan Kerjasama Penangung Jawab

Ka. Bidang Standar dan Diseminasi Redaktur

Prof. DR. Ir. Furqon Affandi, M.Sc Penyunting Editor

Rakhman Taufik, ST., M.Sc Dulmanan, SAB Ir. Nono, M.Eng.Sc Ir. Benyamin Saptadi., M.Si Dra. Yeyeh Kursiah, Dipl. TEFL Dewi Siti Bayduri, ST Roro Willis, S.Pd

Desain Grafis/ Fotografer Gelar Ermaya Nugraha Internal Editor

Prof. DR. Ir. Furqon Affandi, M.Sc (Peneliti Utama Bidang Bahan dan Perkerasan Jalan) DR. Djoko Widajat, M.Sc (Peneliti Madya Bidang Bahan dan Perkerasan Jalan) Dr. Ir. M. Eddie Sunaryo, M.Sc (Peneliti Utama Bidang Geoteknik Jalan) Drs. Gugun Gunawan, M.Si (Peneliti Madya Bidang Teknik Lingkungan Jalan) DR. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc (Peneliti Madya Bidang Lalu Lintas Jalan) Mitra Bestari

Prof. Ir. Wimpy Santosa, M.Sc. PhD (Bidang Transportasi dan Teknik Lalu Lintas Jalan; Universitas Katolik Parahyangan) Prof. Ir. Bambang Sugeng S, DEA (Bidang Teknik Perkerasan Jalan; Institut Teknologi Bandung)

Prof. DR. Ir. Aziz Jayaputra, M.Sc (Bidang Geoteknik; Institut Teknologi Bandung)

Prof. DR. Ir. Soegijanto, M.Si (Bidang Fisika Teknik/Lingkungan; Institut Teknologi Bandung) Prof. DR. Ir. Bambang Suryoatmono, M.Sc (Bidang Teknik Struktur; Universitas Katolik Parahyangan) Prof. Ir. Lanneke Tristanto (Ahli Peneliti Utama Bidang Jembatan & Bangunan Pelengkap Jalan) Ir. GJW Fernandez (Peneliti Utama Bidang Geoteknik Jalan)

Sekretariat

Bernandus Respati Wibowo, SE Decky Arief Sandy

Jurnal Jalan-Jembatan diterbitkan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan Badan Litbang, Kementerian Pekerjaan

(3)

PRAKATA

Redaksi menyampaikan selamat bertemu kembali dengan Jurnal Jalan-Jembatan Volume 31 No.1 edisi April 2014. Pada edisi ini disajikan lima tulisan, dimana yang berkaitan dengan teknologi perkerasan jalan, sebanyak empat tulisan dan satu tulisan lainnya berkaitan dengan manajemen lalu lintas di jalan tol.

Tulisan pertama, menyampaikan pengaruh pengkondisian campuran beraspal panas di laboratorium dan di Asphalt Mixing Plant, terhadap sifat volumetrik campuran beraspal panas untuk lapisan aus. Tulisan kedua mengemukakan teknologi ekstrasi Asbuton menjadi Asbuton murni dengan bahan terpentin sebagai pelarut melalui teknologi destilasi menggunakan media air. Tulisan ketiga membahas tentang pengaruh Asbuton pelet terhadap sifat aspal dan campuran beraspal panas, baik terhadap sifat reologi aspal maupun terhadap sifat kekuatan campuran seperti stabilitas, ketahanan terhadap alur, serta modulusnya. Tulisan ke empat, menyajikan daya rekat tack coat dari jenis aspal cair MC – 250 akibat pengaruh temperatur dan penundaan penghamparan lapisan diatasnya. Kajian ini didasarkan atas percobaan laboratorium, melalui pengujian kuat geser antara lapisan beraspal lama dengan lapisan aspal baru. Tulisan kelima sebagai sebagai tulisan terakhir menyampaikan pengaruh pengaturan lalu lintas dengan cara contraflow terhadap derajat kejenuhan dan keselamatan di jalan tol. Kajian ini berdasarkan pengamatan di lapangan serta studi literatur tentang peraturan keselamatan jalan.

Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Aziz Jayaputra, M.Sc; Prof. Dr. Ir. Soegijanto. M.Si; Prof. Dr. Ir. Bambang Suryoatmono, M.Sc; atas bantuannya sebagai anggota mitra bestari Jurnal Jalan - Jembatan, dan khususnya untuk penerbitan kali ini kami ucapkan terima kasih banyak kepada Prof. Dr. Ir. Bambang Sugeng DEA dan Prof. Ir. Wimpy Santosa, M.Sc. PhD yang telah memberikan masukannya.

Mudah-mudahan semua tulisan yang disajikan memberikan manfaat bagi para pengambil keputusan dan kebijakan di bidang jalan, pelaksana, konsultan dan para mahasiswa serta pembaca semua.

Selamat membaca.

Ketua Dewan Redaksi

Volume 31 No. 1, April 2014 ISSN : 1907 - 0284

Jurnal

JALAN - JEMBATAN

Jurnal Jalan-Jembatan adalah wadah informasi bidang Jalan dan Jembatan berupa hasil penelitian, studi kepustakaan maupun tulisan ilmiah terkait yang meliputi Bidang Bahan dan Perkerasan Jalan, Geoteknik Jalan, Transportasi Dan Teknik Lalu-Lintas serta Lingkungan Jalan, Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan. Terbit pertama kali tahun 1984 dengan frekuensi terbit tiga kali setahun pada bulan April, Agustus dan Desember. Sesuai Surat Keputusan LIPI No.484/AU3/P2MI-LIPI/08/2012 Jurnal Jalan-Jembatan telah mendapat Akreditasi. Pelindung

Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Pembina

Ka. Balai Bahan dan Perkerasan Jalan Ka. Balai Geoteknik Jalan

Ka. Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Ka. Balai Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan Ka. Bagian Tata Usaha

Ka. Bidang Sumber Daya Kelitbangan Ka. Bidang Program dan Kerjasama Penangung Jawab

Ka. Bidang Standar dan Diseminasi Redaktur

Prof. DR. Ir. Furqon Affandi, M.Sc Penyunting Editor

Rakhman Taufik, ST., M.Sc Dulmanan, SAB Ir. Nono, M.Eng.Sc Ir. Benyamin Saptadi., M.Si Dra. Yeyeh Kursiah, Dipl. TEFL Dewi Siti Bayduri, ST Roro Willis, S.Pd

Desain Grafis/ Fotografer Gelar Ermaya Nugraha Internal Editor

Prof. DR. Ir. Furqon Affandi, M.Sc (Peneliti Utama Bidang Bahan dan Perkerasan Jalan) DR. Djoko Widajat, M.Sc (Peneliti Madya Bidang Bahan dan Perkerasan Jalan) Dr. Ir. M. Eddie Sunaryo, M.Sc (Peneliti Utama Bidang Geoteknik Jalan) Drs. Gugun Gunawan, M.Si (Peneliti Madya Bidang Teknik Lingkungan Jalan) DR. Ir. Hikmat Iskandar, M.Sc (Peneliti Madya Bidang Lalu Lintas Jalan) Mitra Bestari

Prof. Ir. Wimpy Santosa, M.Sc. PhD (Bidang Transportasi dan Teknik Lalu Lintas Jalan; Universitas Katolik Parahyangan) Prof. Ir. Bambang Sugeng S, DEA (Bidang Teknik Perkerasan Jalan; Institut Teknologi Bandung)

Prof. DR. Ir. Aziz Jayaputra, M.Sc (Bidang Geoteknik; Institut Teknologi Bandung)

Prof. DR. Ir. Soegijanto, M.Si (Bidang Fisika Teknik/Lingkungan; Institut Teknologi Bandung) Prof. DR. Ir. Bambang Suryoatmono, M.Sc (Bidang Teknik Struktur; Universitas Katolik Parahyangan) Prof. Ir. Lanneke Tristanto (Ahli Peneliti Utama Bidang Jembatan & Bangunan Pelengkap Jalan) Ir. GJW Fernandez (Peneliti Utama Bidang Geoteknik Jalan)

Sekretariat

Bernandus Respati Wibowo, SE Decky Arief Sandy

Jurnal Jalan-Jembatan diterbitkan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan Badan Litbang, Kementerian Pekerjaan

(4)

Volume 31 No. 1, April 2014

ISSN : 1907 - 0284

JURNAL

JALAN-JEMBATAN

DAFTAR ISI

Prakata i Daftar Isi ii

Pengaruh Pengkondisian Benda Uji Terhadap Sifat Volumetrik Campuran Beraspal Panas Lapis Aus

(The Conditioning Effect of Specimens on Volumetric Properties of Wearing Course of

Hot Mix Asphalt) Dani Hamdani, Nono

1 – 11

Ekstraksi Asbuton Dengan Pelarut Berbasis Bahan Organik dan Media Air

(Asbuton Extraction Using Organic Based Solvent And Water Media) Kurniadji

12 – 23

Asbuton Pelet Sebagai Bahan Tambah untuk Memperbaiki Sifat Aspal dan Campuran Beraspal

(Asbuton Pellets as Additive for Improving Asphalt Properties and Asphalt Mixtures) Madi Hermadi, Kurniadji

24 – 37

Pengaruh Temperatur terhadap Daya Rekat Tack Coat (The Effect of Temperature on The Adhesion of Tack Coat)

Atmy Verani Rouly Sihombing

38 – 49

Dampak Manajemen Lalu lintas Contraflow Terhadap Derajat Kejenuhan dan Keselamatan di Jalan Tol

(Impact of Contraflow Traffic Management Towards Degree of Saturation and Road Safety in Toll Road)

R. Sri Bintang Pamungkas, Edwin Hidayat, Disi M. Hanafiah

(5)

PENGARUH PENGKONDISIAN BENDA UJI TERHADAP

SIFAT VOLUMETRIK CAMPURAN BERASPAL PANAS LAPIS AUS

(THE CONDITIONING EFFECT OF SPECIMENS ON VOLUMETRIC

PROPERTIES OF WEARING COURSE OF HOT MIX ASPHALT)

Dani Hamdani1), Nono2)

1),2)Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

1),2) Jalan A.H. Nasution no.264, Bandung 40294

1) e-mail: [email protected] 2) e-mail: [email protected]

Diterima: 05 Februari 2014; direvisi: 20 Maret 2014; disetujui: 04 April 2014

ABSTRAK

Benda uji campuran beraspal panas yang disiapkan di laboratorium memiliki sifat campuran yang berbeda dengan yang diproduksi di Unit Pencampur Aspal (UPA). Sesuai AASHTO R30-02 (2010) salah satu perbedaannya adalah lamanya waktu pengkondisian yang berakibat pada penuaan aspal atau proses oksidasi dari campuran beraspal panas yang disiapkan di laboratorium dan yang diproduksi di AMP. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pengkondisian benda uji terhadap sifat volumetrik campuran beraspal panas lapis aus. Campuran beraspal panas lapis aus dibuat dua tipe, yaitu yang dikondisikan di dalam oven pemanas selama

2 jam ± 5 menit pada temperatur yang setara temperatur pemadatan ± 3oC dan yang tidak dikondisikan/standar.

Berdasarkan hasil kajian di laboratorium dapat diambil kesimpulan, yaitu campuran beraspal panas yang

dikondisikan akan mengalami perubahan volumetrik dan penurunan nilai penetrasi aspal hasil recovery dari pelarutnya setelah ekstraksi dari campuran beraspal panas dibandingkan dengan yang tidak dikondisikan,

campuran beraspal panas Laston Lapis Aus dengan gradasi halus dan gradasi kasar yang dikondisikan memiliki

kekuatan sangat baik, yaitu ditunjukkan dengan nilai stabilitas yang lebih besar dari campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan, untuk mengatasi penuaan dan penyerapan aspal yang lebih tinggi, campuran beraspal panas Laston Lapis Aus dengan gradasi halus dan gradasi kasar yang dikondisikan memerlukan kadar aspal optimum dan tebal film aspal yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dikondisikan.

Kata kunci: Sifat volumetrik, campuran beraspal panas, benda uji, Laston Lapis Aus, penuaan. ABSTRACT

Specimens of hot mix asphalt prepared in the laboratory has a different mix properties than hot mix asphalt which produced in the Asphalt Mixing Plant (AMP). Based on AASHTO R 30-02 (2010) one difference is in the length of conditioning time that will result in aging or oxidation of hot mix asphalt were prepared in the laboratory and AMP. The purpose of this study was to assess the conditioning effect of specimens on volumetric properties of wearing course of hot mix asphalt. The mixture of hot mix asphalt made two types, which have been conditioned in the heating oven for 2 hours ± 5 minutes at a temperature equal to the compaction temperature ± 3°C and unconditioned/standards. Based on the results of the study in the laboratory, it can be concluded, that the hot mix asphalt conditioned will undergo volumetric changes and decrease in asphalt penetration from recovery of asphalt from solution after extraction compared with the hot mix asphalt is not conditioned, Asphalt Concrete Wearing Coarse hot mix asphalt layer with smooth gradation and coarse gradation which have been conditioned has a very well strength, that is indicated by greater stability values than hot mix asphalt is not conditioned, to overcome the problems of higher aging and asphalt absorption, Asphalt Concrete Wearing Coarse hot asphalt mixture layer with smooth gradation and coarse gradation conditioned require higer optimum bitumen content and thick asphalt films compared to the hot mix asphalt which is not conditioned.

Keywords: Volumetric properties, hot mix asphalt, specimens, asphalt concrete wearing coarse, aging.

Volume 31 No. 1, April 2014

ISSN : 1907 - 0284

JURNAL

JALAN-JEMBATAN

DAFTAR ISI

Prakata i

Daftar Isi ii

Pengaruh Pengkondisian Benda Uji Terhadap Sifat Volumetrik Campuran Beraspal Panas Lapis Aus

(The Conditioning Effect of Specimens on Volumetric Properties of Wearing Course of

Hot Mix Asphalt) Dani Hamdani, Nono

1 – 11

Ekstraksi Asbuton Dengan Pelarut Berbasis Bahan Organik dan Media Air

(Asbuton Extraction Using Organic Based Solvent And Water Media) Kurniadji

12 – 23

Asbuton Pelet Sebagai Bahan Tambah untuk Memperbaiki Sifat Aspal dan Campuran Beraspal

(Asbuton Pellets as Additive for Improving Asphalt Properties and Asphalt Mixtures) Madi Hermadi, Kurniadji

24 – 37

Pengaruh Temperatur terhadap Daya Rekat Tack Coat (The Effect of Temperature on The Adhesion of Tack Coat)

Atmy Verani Rouly Sihombing

38 – 49

Dampak Manajemen Lalu lintas Contraflow Terhadap Derajat Kejenuhan dan Keselamatan di Jalan Tol

(Impact of Contraflow Traffic Management Towards Degree of Saturation and Road Safety in Toll Road)

R. Sri Bintang Pamungkas, Edwin Hidayat, Disi M. Hanafiah

(6)

PENDAHULUAN

Sifat volumetrik campuran dari campuran beraspal panas yang disiapkan di laboratorium memiliki sifat volumetrik campuran yang berbeda dari yang diproduksi di Unit Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP). Salah satu alasannya adalah penuaan (aging) dari campuran beraspal panas selama proses pencampuran di AMP, selama penyimpanan dan transportasi menuju lokasi pekerjaan. Selama proses tersebut, temperatur campuran beraspal panas akan lebih dingin karena adanya penurunan temperatur akibat adanya selang waktu dari proses pencampuran hingga tiba di lokasi pekerjaan. Aspal yang menyelimuti agregat akan bereaksi dengan oksigen di udara sehingga aspal akan menjadi lebih keras dan lebih rapuh. Beberapa fraksi volatil dari aspal juga akan didorong keluar pada temperatur tinggi selama pelaksanaan konstruksi. Penyerapan aspal ke agregat juga dapat terjadi selama bahan pengikat masih cukup cair untuk berpindah ke dalam pori-pori agregat. Proses penuaan atau proses reaksi oksidasi akan berlangsung pada tingkatan yang lebih tinggi di daerah yang beriklim panas atau selama bulan-bulan musim kemarau ketika temperatur lebih tinggi(AASHTO 2010).

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pengkondisian benda uji terhadap sifat volumetrik campuran beraspal panas lapis aus. Yang dimaksud dengan pengkondisian disini adalah pengkondisian untuk bahan campuran beraspal panas yang tidak dipadatkan untuk perancangan sifat volumetrik campuran sebagai simulasi penuaan aspal yang terjadi selama proses perancangan campuran.

KAJIAN PUSTAKA

Tipe campuran beraspal panas Laston sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga

Jenis campuran beraspal panas Laston yang selanjutnya disebut AC yang ada pada Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010) terdiri atas tiga jenis campuran, AC Lapis Fondasi (AC-Base), AC Lapis Antara (AC

Binder Course, AC-BC) dan AC Lapis Aus (AC Wearing Course, AC-WC).

Jenis campuran beraspal panas yang diteliti adalah campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) dengan gradasi halus dan Laston Lapis Aus (AC-WC) dengan gradasi kasar. Laston bergradasi kasar dapat digunakan pada daerah yang mengalami deformasi yang lebih tinggi dari biasanya, seperti pada daerah pegunungan, gerbang tol atau pada dekat persimpangan lampu lalu lintas. Gradasi agregat campuran dan ketentuan sifat campuran Laston Lapis Aus disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Gradasi agregat campuran Laston Lapis Aus (AC-WC)

Ukuran saringan Laston (AC-WC) Spesifikasi*

ASTM (mm) Halus Kasar

3/4” 19,0 100 100 1/2” 12,5 90 – 100 90 – 100 3/8” 9,50 72 – 90 72 – 90 No.4 4,75 54 – 69 43 – 63 No.8 2,36 39,1 – 53 28 – 39,1 No.16 1,18 31,6 – 40 19 – 25,6 No.30 0,600 23,1 – 30 13 – 19,1 No.50 0,300 15,5 – 22 9 – 15,5 No.100 0,150 9 – 15 6 – 13 No.200 0,075 4 – 10 1 – 10 *) Sumber: Indonesia (2010)

Tabel 2. Ketentuan sifat campuran Laston Lapis Aus (AC-WC)

Sifat Campuran Laston (AC-WC) Spesifikasi* Halus Kasar

Kadar aspal efektif (%) Min. 5,1 4,3 Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2 Jumlah tumbukan per bidang 75 Rongga dalam

campuran (%) Maks. Min. 3,0 5,0 Rongga dalam agregat,

VMA (%) Min. 15 14

Rongga terisis aspal (%) Min. 65 63 Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 Pelelehan (mm) Min. 3 Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250 Stabilitas Marshall Sisa (%) Min. 90 Rongga dlm campuran (%)

pada kepadatan membal Min. 2 *) Sumber: Indonesia (2010)

(7)

PENDAHULUAN

Sifat volumetrik campuran dari campuran beraspal panas yang disiapkan di laboratorium memiliki sifat volumetrik campuran yang berbeda dari yang diproduksi di Unit Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP). Salah satu alasannya adalah penuaan (aging) dari campuran beraspal panas selama proses pencampuran di AMP, selama penyimpanan dan transportasi menuju lokasi pekerjaan. Selama proses tersebut, temperatur campuran beraspal panas akan lebih dingin karena adanya penurunan temperatur akibat adanya selang waktu dari proses pencampuran hingga tiba di lokasi pekerjaan. Aspal yang menyelimuti agregat akan bereaksi dengan oksigen di udara sehingga aspal akan menjadi lebih keras dan lebih rapuh. Beberapa fraksi volatil dari aspal juga akan didorong keluar pada temperatur tinggi selama pelaksanaan konstruksi. Penyerapan aspal ke agregat juga dapat terjadi selama bahan pengikat masih cukup cair untuk berpindah ke dalam pori-pori agregat. Proses penuaan atau proses reaksi oksidasi akan berlangsung pada tingkatan yang lebih tinggi di daerah yang beriklim panas atau selama bulan-bulan musim kemarau ketika temperatur lebih tinggi(AASHTO 2010).

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pengkondisian benda uji terhadap sifat volumetrik campuran beraspal panas lapis aus. Yang dimaksud dengan pengkondisian disini adalah pengkondisian untuk bahan campuran beraspal panas yang tidak dipadatkan untuk perancangan sifat volumetrik campuran sebagai simulasi penuaan aspal yang terjadi selama proses perancangan campuran.

KAJIAN PUSTAKA

Tipe campuran beraspal panas Laston sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga

Jenis campuran beraspal panas Laston yang selanjutnya disebut AC yang ada pada Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010) terdiri atas tiga jenis campuran, AC Lapis Fondasi (AC-Base), AC Lapis Antara (AC

Binder Course, AC-BC) dan AC Lapis Aus (AC Wearing Course, AC-WC).

Jenis campuran beraspal panas yang diteliti adalah campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) dengan gradasi halus dan Laston Lapis Aus (AC-WC) dengan gradasi kasar. Laston bergradasi kasar dapat digunakan pada daerah yang mengalami deformasi yang lebih tinggi dari biasanya, seperti pada daerah pegunungan, gerbang tol atau pada dekat persimpangan lampu lalu lintas. Gradasi agregat campuran dan ketentuan sifat campuran Laston Lapis Aus disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Gradasi agregat campuran Laston Lapis Aus (AC-WC)

Ukuran saringan Laston (AC-WC) Spesifikasi*

ASTM (mm) Halus Kasar

3/4” 19,0 100 100 1/2” 12,5 90 – 100 90 – 100 3/8” 9,50 72 – 90 72 – 90 No.4 4,75 54 – 69 43 – 63 No.8 2,36 39,1 – 53 28 – 39,1 No.16 1,18 31,6 – 40 19 – 25,6 No.30 0,600 23,1 – 30 13 – 19,1 No.50 0,300 15,5 – 22 9 – 15,5 No.100 0,150 9 – 15 6 – 13 No.200 0,075 4 – 10 1 – 10 *) Sumber: Indonesia (2010)

Tabel 2. Ketentuan sifat campuran Laston Lapis Aus (AC-WC)

Sifat Campuran Laston (AC-WC) Spesifikasi* Halus Kasar

Kadar aspal efektif (%) Min. 5,1 4,3 Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2 Jumlah tumbukan per bidang 75 Rongga dalam

campuran (%) Maks. Min. 3,0 5,0 Rongga dalam agregat,

VMA (%) Min. 15 14

Rongga terisis aspal (%) Min. 65 63 Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 Pelelehan (mm) Min. 3 Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250 Stabilitas Marshall Sisa (%) Min. 90 Rongga dlm campuran (%)

pada kepadatan membal Min. 2 *) Sumber: Indonesia (2010)

Pengkondisian campuran beraspal panas sesuai dengan AASHTO R 30-02 (AASHTO 2012)

Prosedur pengkondisian campuran beraspal panas dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: 1. Pengkondisian untuk bahan campuran

beraspal panas yang tidak dipadatkan untuk perancangan volumetrik campuran (mixture

conditioning for volumetric design) (simulasi

penuaan yang terjadi selama perancangan campuran).

2. Pengkondisian jangka pendek (short term

conditioning) untuk bahan campuran

beraspal panas yang tidak dipadatkan untuk pengujian sifat mekanis campuran (simulasi penuaan yang terjadi sebelum tahap pemadatan pada saat konstruksi, yaitu selama proses pencampuran di AMP, penyimpanan dan transportasi menuju lokasi pekerjaan). 3. Pengkondisian jangka panjang (long term

conditioning) untuk bahan campuran

beraspal panas yang tidak dipadatkan dan dipadatkan untuk pengujian sifat mekanis campuran (simulasi penuaan yang terjadi selama tujuh tahun sampai dengan sepuluh tahun umur layanan perkerasan jalan).

Prosedur persiapan pengkondisian bahan campuran beraspal panas untuk penelitian ini hanya dijelaskan untuk satu tipe saja, yaitu prosedur pengkondisian untuk bahan campuran beraspal panas yang tidak dipadatkan untuk perancangan volumetrik campuran, tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Letakkan bahan campuran beraspal panas gembur dalam wadah/pan dan sebarkan sehingga tebal bahan campuran beraspal panas gembur antara 25 mm - 50 mm.

2. Masukkan bahan campuran beraspal panas dan wadahnya ke dalam oven selama 2 jam ± 5 menit pada temperatur yang setara dengan temperatur pemadatan ± 30C.

3. Aduk bahan campuran beraspal panas setelah 60 menit ± 5 menit untuk menjaga keseragaman bahan.

4. Setelah 2 jam ± 5 menit, keluarkan bahan campuran beraspal panas dari oven. Bahan campuran beraspal panas yang telah dikondisikan sekarang siap untuk diuji atau dipadatkan.

Kinerja Marshall campuran beraspal panas Konsep dasar dari metode Marshall dalam campuran beraspal panas dikembangkan oleh Bruce Marshall bersama-sama dengan The

Mississippi State Highway Department.

Kemudian The U.S. Army Corp of Engineers, melanjutkan penelitian dengan intensif dan mempelajari hal-hal yang ada kaitannya dengan kinerja Marshall. Selanjutnya meningkatkan dan menambah kelengkapan pada prosedur pengujian Marshall, dan pada akhirnya mengembangkan kriteria rancangan campuran pengujiannya, kemudian distandarisasikan didalam American Society for Testing and

Material (ASTM), ASTM D6987-06 (ASTM

2010)

Dua parameter penting yang ditentukan dalam pengujian tersebut, seperti beban maksimum yang dapat dipikul benda uji sebelum hancur atau stabilitas Marshall dan deformasi permanen dari benda uji sebelum hancur, yang disebut pelelehan, serta turunan dari keduanya yang merupakan perbandingan antara stabilitas Marshall dengan pelelehan yang disebut dengan

Marshall Quotient, yang merupakan nilai

kekakuan berkembang (speudo stiffness), yang menunjukkan ketahanan campuran beraspal panas terhadap deformasi permanen (Shell Bitumen 1990).

Kepadatan mutlak (refusal density)

Kepadatan mutlak adalah kepadatan tertinggi (maksimum) yang dicapai sehingga campuran tersebut praktis tidak dapat menjadi lebih padat lagi. Berdasarkan pedoman perencanaan campuran beraspal dengan pendekatan kepadatan mutlak (Indonesia 1999) disebutkan bahwa rongga dalam campuran setelah dilalui lalu lintas dalam beberapa tahun mencapai kurang dari 1% sehingga terjadi perubahan bentuk plastis.

Untuk kondisi seperti tersebut di atas, maka metode Marshall dengan 2 x 75 tumbukan sudah tidak sesuai lagi. Untuk menambah kesempurnaan dalam prosedur perencanaan campuran maka ditentukan pengujian tambahan yaitu pemadatan ultimit pada benda uji sampat mencapai kepadatan mutlak (refusal density).

(8)

Metode Marshall masih dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan secara volumetrik. Untuk mengendalikan kepadatan, maka diperkenalkan kriteria kadar rongga minimum dan maksimum dalam persyaratan campuran, terutama untuk campuran beraspal panas sebagai lapis permukaan.

Kepadatan mutlak ini berguna untuk menjamin bahwa dengan pendekatan adanya pemadatan oleh lalu lintas setelah beberapa tahun umur rencana, lapis permukaan tidak akan mengalami perubahan bentuk plastis (plastic

deformation). Bila pengujian ini diterapkan

maka kinerja perkerasan jalan beraspal yang dicampur secara panas akan meningkat.

Dachlan dan Sjahdanulirwan (2012) melakukan penelitian berdasarkan data laboratorium yang diambil dari sejumlah lokasi menunjukkan penerapan uji kepadatan membal yang direpresentasikan dengan rongga dalam campuran minimum 2,5% dapat menambah keandalan kinerja perkerasan jalan yang lebih mendekati perencanaan untuk kegiatan pekerjaan pembangunan dan pemeliharaan, terutama untuk lalu lintas berat dan temperatur tinggi di Indonesia.

Tebal film aspal (asphalt film thickness)

Campuran beraspal panas yang memiliki tebal film aspal lebih tebal (kadar aspal yang lebih tinggi) secara efektif dapat mencegah campuran beraspal panas dari penuaan dan pengerasan. Campuran beraspal panas yang memiliki tebal film aspal lebih tebal akan membuat ketahanan (durability) untuk mempertahankan kualitas campuran beraspal lebih tinggi (Kandhal dan Chakraborty 1996).

Campen, dkk (1959) meneliti pengaruh rongga, luas permukaan dan ketebalan film aspal terhadap ketahanan (durability) campuran beraspal panas dengan gradasi rapat (dense

graded). Hal itu menunjukkan bahwa campuran

beraspal panas yang memiliki tebal film aspal lebih tebal menghasilkan campuran yang fleksibel dan tahan lama, sedangkan campuran beraspal panas yang memiliki tebal film aspal lebih tipis akan membuat campuran beraspal panas lebih rapuh, kecenderungan retak

berlebihan, kinerja perkerasan menurun dan mengurangi umur pelayanan jalan.

Kandhal dan Chakraborty (1996) juga melakukan beberapa penelitian untuk mengukur hubungan antara tebal film aspal dan karakteristik penuaan campuran aspal. Untuk campuran aspal dengan kadar rongga 8%, ketebalan film aspal dari 9 µm - 10 µm direkomendasikan oleh penulis, tebal film aspal di bawah nilai 9 µm penuaan dari campuran beraspal panas akan lebih cepat secara signifikan.

Kandhal, dkk (1998) meninjau

persyaratan rongga dalam campuran beraspal panas di Superpave dan menyarankan bahwa rata-rata ketebalan film aspal minimum 8 µm untuk digunakan sebagai pengganti persyaratan rongga dalam campuran minimum.

HIPOTESIS

Campuran beraspal panas yang mengalami pengkondisian di laboratorium akan mengalami penuaan dan penyerapan aspal yang lebih tinggi. Jadi agar sifat volumetrik benda uji yang dikondisikan tetap memenuhi persyaratan sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010), maka diperlukan kadar aspal optimum yang lebih besar dibandingkan dengan benda uji yang tidak dikondisikan.

METODOLOGI

Untuk mencapai tujuan penelitian, pada tahap awal dilakukan kajian pustaka untuk berbagai tipe pengkondisian bahan campuran beraspal panas yang digunakan di beberapa negara. Selanjutnya mengkaji spesifikasi campuran beraspal panas jenis Laston Lapis Aus, yang menggunakan gradasi halus dan gradasi kasar.

Kegiatan yang dilakukan di laboratorium meliputi persiapan bahan dan peralatan pengujian, pengujian bahan dan pengujian campuran dengan bahan campuran beraspal panas yang dibuat dua tipe, yaitu telah dikondisikan selama 2 jam ± 5 menit pada

(9)

Metode Marshall masih dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan secara volumetrik. Untuk mengendalikan kepadatan, maka diperkenalkan kriteria kadar rongga minimum dan maksimum dalam persyaratan campuran, terutama untuk campuran beraspal panas sebagai lapis permukaan.

Kepadatan mutlak ini berguna untuk menjamin bahwa dengan pendekatan adanya pemadatan oleh lalu lintas setelah beberapa tahun umur rencana, lapis permukaan tidak akan mengalami perubahan bentuk plastis (plastic

deformation). Bila pengujian ini diterapkan

maka kinerja perkerasan jalan beraspal yang dicampur secara panas akan meningkat.

Dachlan dan Sjahdanulirwan (2012) melakukan penelitian berdasarkan data laboratorium yang diambil dari sejumlah lokasi menunjukkan penerapan uji kepadatan membal yang direpresentasikan dengan rongga dalam campuran minimum 2,5% dapat menambah keandalan kinerja perkerasan jalan yang lebih mendekati perencanaan untuk kegiatan pekerjaan pembangunan dan pemeliharaan, terutama untuk lalu lintas berat dan temperatur tinggi di Indonesia.

Tebal film aspal (asphalt film thickness)

Campuran beraspal panas yang memiliki tebal film aspal lebih tebal (kadar aspal yang lebih tinggi) secara efektif dapat mencegah campuran beraspal panas dari penuaan dan pengerasan. Campuran beraspal panas yang memiliki tebal film aspal lebih tebal akan membuat ketahanan (durability) untuk mempertahankan kualitas campuran beraspal lebih tinggi (Kandhal dan Chakraborty 1996).

Campen, dkk (1959) meneliti pengaruh rongga, luas permukaan dan ketebalan film aspal terhadap ketahanan (durability) campuran beraspal panas dengan gradasi rapat (dense

graded). Hal itu menunjukkan bahwa campuran

beraspal panas yang memiliki tebal film aspal lebih tebal menghasilkan campuran yang fleksibel dan tahan lama, sedangkan campuran beraspal panas yang memiliki tebal film aspal lebih tipis akan membuat campuran beraspal panas lebih rapuh, kecenderungan retak

berlebihan, kinerja perkerasan menurun dan mengurangi umur pelayanan jalan.

Kandhal dan Chakraborty (1996) juga melakukan beberapa penelitian untuk mengukur hubungan antara tebal film aspal dan karakteristik penuaan campuran aspal. Untuk campuran aspal dengan kadar rongga 8%, ketebalan film aspal dari 9 µm - 10 µm direkomendasikan oleh penulis, tebal film aspal di bawah nilai 9 µm penuaan dari campuran beraspal panas akan lebih cepat secara signifikan.

Kandhal, dkk (1998) meninjau

persyaratan rongga dalam campuran beraspal panas di Superpave dan menyarankan bahwa rata-rata ketebalan film aspal minimum 8 µm untuk digunakan sebagai pengganti persyaratan rongga dalam campuran minimum.

HIPOTESIS

Campuran beraspal panas yang mengalami pengkondisian di laboratorium akan mengalami penuaan dan penyerapan aspal yang lebih tinggi. Jadi agar sifat volumetrik benda uji yang dikondisikan tetap memenuhi persyaratan sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010), maka diperlukan kadar aspal optimum yang lebih besar dibandingkan dengan benda uji yang tidak dikondisikan.

METODOLOGI

Untuk mencapai tujuan penelitian, pada tahap awal dilakukan kajian pustaka untuk berbagai tipe pengkondisian bahan campuran beraspal panas yang digunakan di beberapa negara. Selanjutnya mengkaji spesifikasi campuran beraspal panas jenis Laston Lapis Aus, yang menggunakan gradasi halus dan gradasi kasar.

Kegiatan yang dilakukan di laboratorium meliputi persiapan bahan dan peralatan pengujian, pengujian bahan dan pengujian campuran dengan bahan campuran beraspal panas yang dibuat dua tipe, yaitu telah dikondisikan selama 2 jam ± 5 menit pada

temperatur yang setara dengan temperatur pemadatan ± 30C di dalam oven pemanas dan yang tidak dikondisikan/standar. Persiapan bahan mencakup penyediaan aspal dan agregat. Selanjutnya dilaksanakan pengujian karakteristik bahan aspal dan agregat, karakteristik volumetrik, dan karakteristik Marshall campuran beraspal panas, dimana prosedur perancangan campuran beraspal panas dilakukan pengujian tambahan yaitu pemadatan ultimit pada benda uji sampat mencapai kepadatan mutlak (refusal density).

HASIL DAN ANALISIS Hasil pengujian bahan

Bahan campuran beraspal panas Laston Lapis Aus dengan gradasi halus dan gradasi kasar yang akan dilakukan pengujian dibuat dua tipe, yaitu yang dikondisikan dan yang standar. Adapun sifat agregat yang digunakan memiliki sifat seperti disajikan pada Tabel 3 dan memenuhi persyaratan sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010). Jenis aspal yang digunakan adalah aspal pen 60. Sifat aspal tersebut memenuhi persyaratan sesuai

Spesifikasi Umum yang berlaku (Indonesia

2010), yaitu seperti disajikan pada Tabel 4.

Hasil pengujian campuran

Dalam pembuatan campuran beraspal panas Laston Lapis Aus yang dikondisikan dan yang tidak dikondisikan (standar) dibuat dua gradasi, yaitu gradasi halus atas dan gradasi kasar. Data kedua tipe gradasi tersebut disajikan pada Gambar 1.

Pembuatan benda uji campuran beraspal panas dilakukan dengan penumbuk Marshall

sebanyak 2x75 tumbukan. Pembuatan benda uji campuran beraspal panas dilakukan juga untuk pengujian kepadatan membal (refusal density). Adapun sifat campuran beraspal panas Laston Lapis Aus dengan dua tipe gradasi disajikan pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5, campuran beraspal panas yang mengalami pengkondisian akan mengalami perubahan volumetrik campuran beraspal panas apabila dibandingkan dengan campuran beraspal panas

yang tidak dikondisikan/standar, untuk

campuran beraspal panas Laston Lapis Aus yang tidak dikondisikan/standar menghasilkan nilai stabilitas yang lebih kecil dari pada nilai stabilitas campuran beraspal panas yang dikondisikan. Pada perancangan campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan/standar memerlukan kadar aspal optimum yang lebih kecil dibandingkan kadar aspal optimum pada campuran beraspal panas yang dikondisikan untuk gradasi halus dan gradasi kasar. Hal ini berlaku pula pada tebal film aspal campuran yang tidak dikondisikan/standar lebih kecil dari pada tebal film aspal pada campuran beraspal panas yang dikondisikan untuk gradasi halus dan gradasi kasar.

Pada Tabel 6 terlihat nilai penetrasi aspal berasarkan sifat aspal setelah ekstraksi sesuai dengan ASTM D2172-11 (ASTM 2011) dengan cara pemulihan aspal (recovery) dari pelarutnya sesuai dengan ASTM D5404-12 (ASTM 2012) pada campuran AC-WC gradasi halus dan gradasi kasar yang dikondisikan lebih kecil dibandingkan nilai penetrasi aspal pada campuran AC-WC gradasi halus dan gradasi kasar yang tidak dikondisikan.

(10)

Tabel 3. Sifat agregat

No Jenis Pengujian Metode Pengujian Agregat Hasil Pengujian Spesifikasi*

kasar Agregat sedang Agregat halus

1. Abrasi, % SNI 2417:2008 17,5 - - Maks 40 2. Setara pasir, % SNI 03-4428-1997 - - 61,0 Min 60 3. Berat jenis

Bulk SNI 03-1969-2008 2,647 2,676 2,658 -

SSD & 2,688 2,710 2,691 -

Apparent SNI 03-1970-2008 2,760 2,771 2,748 - 4. Penyerapan, % SNI 1969:2008 1,543 1,269 1,235 Maks 3 5. Angularitas agregat halus, % SNI 03-6877-2002 - - 48,50 Min 45 6. Angularitas agregat kasar, % ASTM D 5821-01 99,9/99,6 - - Min 95/90 7. Kelekatan terhadap aspal, % SNI 2439:2011 - +95 - Min 95 9. Partikel pipih dan lonjong, % ASTM D4791 1,0 - - Maks 10 10. Pelapukan, % SNI 03-3407-1994 0,3 0,4 1,8 Maks 12 11. Analisa saringan, % lolos SNI 03-1968-1990

3/4" (19,1 mm) 100,0 100,0 - 1/2" (12,5 mm) 57,2 99,6 - 3/8" (9,5 mm) 16,9 81,5 100,0 - # 4 (4,76 mm) 6,4 2,4 99,3 - # 8 (2,36 mm) 3,6 1,1 79,1 - # 16 (1,18 mm) 1,9 0,8 54,0 - # 30 (0,60 mm) 1,3 0,7 36,5 - # 50 (0,30 mm) 1,0 0,7 23,7 - # 100 (0,149 mm) 0,7 0,6 14,1 - # 200 (0,075 mm) 0,5 0,5 9,9 - *) Sumber: Indonesia (2010)

Tabel 4. Sifat aspal Pen-60

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Hasil Pengujian Aspal Pen 60 Spesifikasi*

1. Penetrasi pada 25oC (0,1 mm) SNI 2456:2011 66 60-70

2. Titik lembek (oC) SNI 2434:2011 49,9 ≥48

3. Indeks penetrasi -0,4949 ≥

4. Daktilitas pada 25oC, 100 g, 5 cm/menit SNI 2432:2011 >140 ≥100

5. Titik nyala (oC) SNI 2433:2011 328 ≥232

6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen (%) ASTM D2042 ≥99 ≥99 7. Berat jenis aspal SNI 2441:2011 1,036 ≥1,0

Pengujian Residu hasil TFOT:

7. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2440-1991 0,0103 ≤0,8 8. Penetrasi pada 25oC (%) SNI 2456:2011 83,3 ≥54

9. Indeks penetrasi -0,5058

10. Titik lembek (oC) SNI 2434:2011 51,7

11 Daktilitas pada 25oC (cm) SNI 2432:2011 >140 ≥50

(11)

Tabel 3. Sifat agregat

No Jenis Pengujian Metode Pengujian Agregat Hasil Pengujian Spesifikasi*

kasar Agregat sedang Agregat halus

1. Abrasi, % SNI 2417:2008 17,5 - - Maks 40 2. Setara pasir, % SNI 03-4428-1997 - - 61,0 Min 60 3. Berat jenis

Bulk SNI 03-1969-2008 2,647 2,676 2,658 -

SSD & 2,688 2,710 2,691 -

Apparent SNI 03-1970-2008 2,760 2,771 2,748 - 4. Penyerapan, % SNI 1969:2008 1,543 1,269 1,235 Maks 3 5. Angularitas agregat halus, % SNI 03-6877-2002 - - 48,50 Min 45 6. Angularitas agregat kasar, % ASTM D 5821-01 99,9/99,6 - - Min 95/90 7. Kelekatan terhadap aspal, % SNI 2439:2011 - +95 - Min 95 9. Partikel pipih dan lonjong, % ASTM D4791 1,0 - - Maks 10 10. Pelapukan, % SNI 03-3407-1994 0,3 0,4 1,8 Maks 12 11. Analisa saringan, % lolos SNI 03-1968-1990

3/4" (19,1 mm) 100,0 100,0 - 1/2" (12,5 mm) 57,2 99,6 - 3/8" (9,5 mm) 16,9 81,5 100,0 - # 4 (4,76 mm) 6,4 2,4 99,3 - # 8 (2,36 mm) 3,6 1,1 79,1 - # 16 (1,18 mm) 1,9 0,8 54,0 - # 30 (0,60 mm) 1,3 0,7 36,5 - # 50 (0,30 mm) 1,0 0,7 23,7 - # 100 (0,149 mm) 0,7 0,6 14,1 - # 200 (0,075 mm) 0,5 0,5 9,9 - *) Sumber: Indonesia (2010)

Tabel 4. Sifat aspal Pen-60

No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Hasil Pengujian Aspal Pen 60 Spesifikasi*

1. Penetrasi pada 25oC (0,1 mm) SNI 2456:2011 66 60-70

2. Titik lembek (oC) SNI 2434:2011 49,9 ≥48

3. Indeks penetrasi -0,4949 ≥

4. Daktilitas pada 25oC, 100 g, 5 cm/menit SNI 2432:2011 >140 ≥100

5. Titik nyala (oC) SNI 2433:2011 328 ≥232

6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen (%) ASTM D2042 ≥99 ≥99 7. Berat jenis aspal SNI 2441:2011 1,036 ≥1,0

Pengujian Residu hasil TFOT:

7. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2440-1991 0,0103 ≤0,8 8. Penetrasi pada 25oC (%) SNI 2456:2011 83,3 ≥54

9. Indeks penetrasi -0,5058

10. Titik lembek (oC) SNI 2434:2011 51,7

11 Daktilitas pada 25oC (cm) SNI 2432:2011 >140 ≥50

*) Sumber: Indonesia (2010)

Gambar 1. Gradasi rencana agregat campuran beraspal panas jenis Laston Lapis Aus gradasi halus dan Laston Lapis Aus gradasi kasar

Tabel 5. Sifat campuran beraspal panas Laston Lapis Aus gradasi halus dan gradasi kasar

Uraian

Hasil Pengujian

Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC) Spesifikasi Laston Lapis Aus (Bina Marga, 2010

Revisi 2)*

Gradasi Halus Gradasi Kasar

Standar Dikondisikan Standar Dikondisikan

Kadar aspal optimum, % 5,93 6,08 5,97 6,19 -

Kepadatan, ton/m3 2,350 2,352 2,345 2,330 -

Rongga dlm agregat VMA, % 17,25 17,27 16,80 17,57 Min. 15

Rongga terisi aspal VFB, % 75,54 77,29 76,03 74,90 Min. 65

Rongga dalam campuran, % 4,27 3,86 4,04 4,40 3,0 – 5,0

Stabilitas, kg 975,5 1377,8 1089,8 1110,9 Min. 800

Pelelehan, mm 3,57 3,92 3,56 4,20 Min. 3,0

Marshall Quotient (kg/mm) 270,6 357,2 313,7 256,6 Min. 250

Rongga dalam campuran (%)

pada kepadatan membal 2,64 3,18 2,69 2,72 Min. 2

Tebal film aspal*, µm 8,39 8,62 9,91 10,32 -

*) Sumber: Hasil analisis perhitungan tidak termasuk dalam Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010)

Tabel 6. Sifat aspal setelah ekstraksi dengan cara pemulihan aspal (recovery) dari pelarutnya

Uraian

Hasil Pengujian Ekstraksi Campuran Laston Lapis Aus (AC-WC)

Gradasi Halus Gradasi Kasar

Standar Dikondisikan Standar Dikondisikan

Penetrasi pada 25oC (0,1 mm) 57 37 55 36

Titik lembek (oC) 49,9 54,0 51,5 56,2

Daktilitas pada 25oC, 100 g, 5 cm/menit (cm) >140 >140 >140 >140

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0,01 0,10 1,00 10,00 100,00 Pr os en lolos (% ) Ukuran saringan (mm)

Grad.halus batas atas Grad.halus batas bawah Gradasi halus gabungan Grad.kasar batas atas Grad.kasar batas bawah Gadasi kasar gabungan

(12)

PEMBAHASAN

Campuran beraspal panas Laston Lapis Aus dibuat dengan dua tipe pengkondisian, yaitu yang dikondisikan dan yang tidak dikondisikan/standar serta dengan dua tipe gradasi, yaitu gradasi halus dan gradasi kasar yang menggunakan bahan pengikat aspal pen 60. Selanjutnya campuran beraspal dilakukan pengujian di laboratorium dan hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 5 memenuhi persyaratan sesuai yang ditetapkan berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010).

Apabila membandingkan antara sifat campuran beraspal panas Laston Lapis Aus gradasi halus dan gradasi kasar dengan dua tipe pengkondisian dengan persyaratan Spesifikasi Lapis Aus Laston Bina Marga (Indonesia 2010), maka seperti ditunjukkan pada Tabel 5 dan Tabel 6 campuran beraspal panas yang mengalami pengkondisian akan mengalami penuaan dan penyerapan aspal yang lebih tinggi dibandingkan dengan campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan. Jadi agar sifat volumetrik benda uji yang dikondisikan tetap memenuhi persyaratan sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010), maka diperlukan kadar aspal optimum yang lebih besar untuk campuran beraspal panas yang dikondisikan sebesar 6,08% untuk gradasi halus dan 6,19% pada gradasi kasar dibandingkan dengan benda uji yang tidak dikondisikan memerlukan kadar aspal optimum sebesar 5,93% untuk gradasi halus dan 5,97% pada gradasi kasar seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Nilai kadar aspal optimum yang lebih besar untuk campuran beraspal panas yang dikondisikan menunjukkan bahwa penyerapan aspal untuk campuran beraspal panas yang dikondisikan lebih tinggi dibandingkan dengan campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan.

Hal ini berlaku pula pada tebal film aspal campuran yang dikondisikan sebesar 8,62 µm untuk gradasi halus dan 10,32 µm pada gradasi kasar. Tebal film aspal campuran ini lebih besar dari pada tebal film aspal pada campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan sebesar

8,39 µm untuk gradasi halus dan 9,91 µm pada gradasi kasar seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 2. Kadar aspal optimum (%)

Gambar 3. Tebal film aspal (µm)

Campuran beraspal panas Laston Lapis Aus dengan gradasi halus dan gradasi kasar yang dikondisikan memiliki kekuatan sangat baik, yaitu ditunjukkan dengan nilai stabilitas sebesar 1377,8 kg untuk gradasi halus dan 1110,9 kg pada gradasi kasar yang lebih besar dari campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan/standar sebesar 975,5 kg untuk gradasi halus dan 1089,8 kg pada gradasi kasar seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Stabilitas (kg) 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8 6,0 6,2 6,4 Standar Dikondisikan

AC-WC Gradasi halus Standar DikondisikanAC-WC Gradasi kasar

K ada r A spa l O pt im um ( % ) 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 10,0 10,5 11,0 Standar Dikondisikan

AC-WC Gradasi halus Standar DikondisikanAC-WC Gradasi kasar

Teb al fi lm asp al m ) 900 950 1.000 1.050 1.100 1.150 1.200 Standar Dikondisikan

AC-WC Gradasi halus Standar DikondisikanAC-WC Gradasi kasar

St ab ilit as (K g)

(13)

PEMBAHASAN

Campuran beraspal panas Laston Lapis Aus dibuat dengan dua tipe pengkondisian, yaitu yang dikondisikan dan yang tidak dikondisikan/standar serta dengan dua tipe gradasi, yaitu gradasi halus dan gradasi kasar yang menggunakan bahan pengikat aspal pen 60. Selanjutnya campuran beraspal dilakukan pengujian di laboratorium dan hasil pengujian yang ditunjukkan pada Tabel 5 memenuhi persyaratan sesuai yang ditetapkan berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010).

Apabila membandingkan antara sifat campuran beraspal panas Laston Lapis Aus gradasi halus dan gradasi kasar dengan dua tipe pengkondisian dengan persyaratan Spesifikasi Lapis Aus Laston Bina Marga (Indonesia 2010), maka seperti ditunjukkan pada Tabel 5 dan Tabel 6 campuran beraspal panas yang mengalami pengkondisian akan mengalami penuaan dan penyerapan aspal yang lebih tinggi dibandingkan dengan campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan. Jadi agar sifat volumetrik benda uji yang dikondisikan tetap memenuhi persyaratan sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010), maka diperlukan kadar aspal optimum yang lebih besar untuk campuran beraspal panas yang dikondisikan sebesar 6,08% untuk gradasi halus dan 6,19% pada gradasi kasar dibandingkan dengan benda uji yang tidak dikondisikan memerlukan kadar aspal optimum sebesar 5,93% untuk gradasi halus dan 5,97% pada gradasi kasar seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Nilai kadar aspal optimum yang lebih besar untuk campuran beraspal panas yang dikondisikan menunjukkan bahwa penyerapan aspal untuk campuran beraspal panas yang dikondisikan lebih tinggi dibandingkan dengan campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan.

Hal ini berlaku pula pada tebal film aspal campuran yang dikondisikan sebesar 8,62 µm untuk gradasi halus dan 10,32 µm pada gradasi kasar. Tebal film aspal campuran ini lebih besar dari pada tebal film aspal pada campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan sebesar

8,39 µm untuk gradasi halus dan 9,91 µm pada gradasi kasar seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 2. Kadar aspal optimum (%)

Gambar 3. Tebal film aspal (µm)

Campuran beraspal panas Laston Lapis Aus dengan gradasi halus dan gradasi kasar yang dikondisikan memiliki kekuatan sangat baik, yaitu ditunjukkan dengan nilai stabilitas sebesar 1377,8 kg untuk gradasi halus dan 1110,9 kg pada gradasi kasar yang lebih besar dari campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan/standar sebesar 975,5 kg untuk gradasi halus dan 1089,8 kg pada gradasi kasar seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Stabilitas (kg) 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8 6,0 6,2 6,4 Standar Dikondisikan

AC-WC Gradasi halus Standar DikondisikanAC-WC Gradasi kasar

K ada r A spa l O pt im um ( % ) 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 10,0 10,5 11,0 Standar Dikondisikan

AC-WC Gradasi halus Standar DikondisikanAC-WC Gradasi kasar

Teb al fi lm asp al m ) 900 950 1.000 1.050 1.100 1.150 1.200 Standar Dikondisikan

AC-WC Gradasi halus Standar DikondisikanAC-WC Gradasi kasar

St ab ilit as (K g)

Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah digunakan sebagai bahan pengikat dalam campuran dan setelah dihampar di lapangan. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat aspal akan berubah secara signifikan akibat oksidasi/penuaan yang terjadi baik pada saat pencampuran, pengangkutan dan penghamparan campuran beraspal panas di lapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi keras dan getas atau dengan kata lain aspal telah mengalami penuaan. Penuaan aspal yang menyebabkan aspal menjadi keras dan getas disebabkan oleh menguapnya fraksi ringan dalam aspal dan berubahnya fraksi cair (maltens) menjadi fraksi padat (asphaltenes) hal ini terlihat pada Tabel 6 sifat aspal setelah ekstraksi sesuai dengan ASTM D2172-11 dengan cara pemulihan aspal (recovery) dari pelarutnya sesuai dengan ASTM D5404-12 (ASTM 2012).

Pada Tabel 6 terlihat nilai penetrasi aspal pada campuran AC-WC gradasi halus yang dikondisikan dengan nilai 37 dmm lebih kecil dibandingkan nilai penetrasi aspal pada campuran AC-WC gradasi halus yang tidak dikondisikan dengan nilai 57 dmm. Begitu juga pada nilai penetrasi aspal campuran AC-WC gradasi kasar yang dikondisikan dengan nilai 36 dmm lebih kecil dibandingkan nilai penetrasi aspal pada campuran AC-WC gradasi kasar yang tidak dikondisikan dengan nilai 55 dmm seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Penetrasi pada 25oC (0,1 mm)

(Recovery hasil ekstraksi)

Nilai penetrasi di atas menunjukkan bahwa penuaan aspal setelah digunakan sebagai bahan pengikat dalam campuran beraspal panas, dan setelah dipadatkan untuk campuran AC-WC

gradasi halus dan kasar yang dikondisikan, mengalami penuaan/pengerasan aspal yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dikondisikan dimana hal ini akan mengakibatkan

workability campuran beraspal semakin rendah.

Apabila persyaratan prosentase penetrasi pada 25oC ≥ 54% sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010) dijadikan persyaratan, maka prosentase penetrasi pada 25oC untuk aspal pada campuran beraspal panas AC-WC gradasi halus yang dikondisikan adalah 56% dan prosentase penetrasi pada 25oC untuk aspal pada campuran beraspal panas AC-WC gradasi kasar yang dikondisikan adalah 55% masih memenuhi persyaratan Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010) seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Tingginya tingkat penuaan aspal pada proses perancangan campuran beraspal, dan berdasarkan nilai prosentase penetrasi pada 25oC untuk aspal pada campuran beraspal panas AC-WC gradasi halus dan kasar yang dikondisikan sudah mendekati batas minimum persyaratan prosentase penetrasi pada 25oC ≥ 54%, maka dapat diindikasikan durabilitas aspal setelah terhampar/tergelar di lapangan akan rendah.

Gambar 6. Prosentase penetrasi pada 25oC

Pada penelitian ini ditunjukkan alasan digunakannya cara pengkondisian adalah dengan ditunda semakin lama (dikondisikan) campuran beraspal panas dalam kondisi gembur (loose mixture) sebelum dipadatkan meskipun temperatur masih memenuhi temperatur pemadatan akan tetapi berdasarkan nilai penetrasi pada Tabel 6 maka nilai penetrasi aspal

30 35 40 45 50 55 60 Standar Dikondisikan

AC-WC Gradasi halus Standar DikondisikanAC-WC Gradasi kasar

Pen et ra si p ad a 25 oC ( 0, 1 mm) (R eco ver y hasi l ekst ra ksi ) 50 52 54 56 58 60

AC-WC Gradasi halus

dikondisikan AC-WC Gradasi kasar dikondisikan

P ro sen tase pe ne tr asi p ad a 25 oC

(14)

pada campuran beraspal panas yang dikondisikan akan semakin turun/mengecil dan semakin keras dimana hal ini akan mengakibatkan workability campuran beraspal semakin rendah. Berdasarkan Tabel 5 dengan ditunda semakin lama (dikondisikan) campuran beraspal panas dalam kondisi gembur (loose

mixture) maka sifat volumetrik dan campuran

beraspal panas setelah dipadatkan akan mengalami perubahan.

Berdasarkan data diatas untuk tipe campuran beraspal panas yang dikondisikan akan mengalami proses penuaan (aging) yang lebih tinggi daripada tipe campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan (standar), untuk mengantisipasi penuaan yang lebih tinggi pada campuran beraspal panas yang dikondisikan memerlukan kadar aspal optimum dan tebal film aspal yang lebih tinggi daripada campuran beraspal panas standar.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian di laboratorium maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Campuran beraspal panas yang dikondisikan akan mengalami perubahan volumetrik campuran salah satunya adalah kadar aspal optimum yang lebih besar dibandingkan dengan campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan, dan sifat volumetrik benda uji campuran beraspal panas yang dikondisikan dan benda uji yang tidak dikondisikan tetap memenuhi persyaratan sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010). 2. Campuran beraspal panas Laston Lapis Aus

dengan gradasi halus dan gradasi kasar yang dikondisikan memiliki kekuatan sangat baik, yaitu ditunjukkan dengan nilai stabilitas yang lebih besar dari campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan (standar), dan tetap memenuhi persyaratan Spesifikasi Lapis Aus Laston dalam Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010).

3. Untuk campuran beraspal panas Laston Lapis Aus dengan gradasi halus dan gradasi kasar

yang dikondisikan mengalami penuaan yang lebih tinggi, hal ini terlihat pada nilai penetrasi aspal pada campuran AC-WC gradasi halus dan gradasi kasar yang dikondisikan lebih kecil dibandingkan nilai penetrasi aspal pada campuran AC-WC gradasi halus dan gradasi kasar yang tidak dikondisikan dimana hal ini akan

mengakibatkan workability campuran

beraspal semakin rendah. Untuk mengatasi permasalahan penuaan yang lebih tinggi, campuran beraspal panas memerlukan kadar aspal optimum dan tebal film aspal yang lebih tinggi dibandingkan dengan campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan.

Saran

Sesuai AASHTO R30-02 (2010)

(AASHTO 2012) untuk perancangan campuran

beraspal panas, yaitu dalam menentukan volumetrik campuran beraspal panas disarankan dengan pengkondisian. Namun demikian untuk pelaksanaan di lapangan sebaiknya rentang waktu antara proses pencampuran dan awal pelaksanaan pemadatan dilakukan sesegera mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

American Association of State Highway Transportation Officials Standard. 2012.

Mixture Conditioning of Hot Mix Asphalt (HMA). AASHTO R 30-02 (2010).

Washington, DC: AASHTO.

American Society for Testing and Material. 2010. Standard Test Method For Resistance Of Plastic Flow Of Bituminous Mixtures Using Marshall Apparatus. ASTM D6927-06.

2010 Annual Book of ASTM Standards,

section 04, volume 04.03. West Conshohocken : ASTM International. American Society for Testing and Material. 2011.

Standard Test Methods for Quantitative Extraction of Bitumen From Bituminous Paving Mixture. ASTM D2172-2011. 2011

Annual Book of ASTM Standards, section

04, volume 04.03. West Conshohocken, : ASTM International.

(15)

pada campuran beraspal panas yang dikondisikan akan semakin turun/mengecil dan semakin keras dimana hal ini akan mengakibatkan workability campuran beraspal semakin rendah. Berdasarkan Tabel 5 dengan ditunda semakin lama (dikondisikan) campuran beraspal panas dalam kondisi gembur (loose

mixture) maka sifat volumetrik dan campuran

beraspal panas setelah dipadatkan akan mengalami perubahan.

Berdasarkan data diatas untuk tipe campuran beraspal panas yang dikondisikan akan mengalami proses penuaan (aging) yang lebih tinggi daripada tipe campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan (standar), untuk mengantisipasi penuaan yang lebih tinggi pada campuran beraspal panas yang dikondisikan memerlukan kadar aspal optimum dan tebal film aspal yang lebih tinggi daripada campuran beraspal panas standar.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian di laboratorium maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

1. Campuran beraspal panas yang dikondisikan akan mengalami perubahan volumetrik campuran salah satunya adalah kadar aspal optimum yang lebih besar dibandingkan dengan campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan, dan sifat volumetrik benda uji campuran beraspal panas yang dikondisikan dan benda uji yang tidak dikondisikan tetap memenuhi persyaratan sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010). 2. Campuran beraspal panas Laston Lapis Aus

dengan gradasi halus dan gradasi kasar yang dikondisikan memiliki kekuatan sangat baik, yaitu ditunjukkan dengan nilai stabilitas yang lebih besar dari campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan (standar), dan tetap memenuhi persyaratan Spesifikasi Lapis Aus Laston dalam Spesifikasi Umum Bina Marga (Indonesia 2010).

3. Untuk campuran beraspal panas Laston Lapis Aus dengan gradasi halus dan gradasi kasar

yang dikondisikan mengalami penuaan yang lebih tinggi, hal ini terlihat pada nilai penetrasi aspal pada campuran AC-WC gradasi halus dan gradasi kasar yang dikondisikan lebih kecil dibandingkan nilai penetrasi aspal pada campuran AC-WC gradasi halus dan gradasi kasar yang tidak dikondisikan dimana hal ini akan

mengakibatkan workability campuran

beraspal semakin rendah. Untuk mengatasi permasalahan penuaan yang lebih tinggi, campuran beraspal panas memerlukan kadar aspal optimum dan tebal film aspal yang lebih tinggi dibandingkan dengan campuran beraspal panas yang tidak dikondisikan.

Saran

Sesuai AASHTO R30-02 (2010)

(AASHTO 2012) untuk perancangan campuran

beraspal panas, yaitu dalam menentukan volumetrik campuran beraspal panas disarankan dengan pengkondisian. Namun demikian untuk pelaksanaan di lapangan sebaiknya rentang waktu antara proses pencampuran dan awal pelaksanaan pemadatan dilakukan sesegera mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

American Association of State Highway Transportation Officials Standard. 2012.

Mixture Conditioning of Hot Mix Asphalt (HMA). AASHTO R 30-02 (2010).

Washington, DC: AASHTO.

American Society for Testing and Material. 2010. Standard Test Method For Resistance Of Plastic Flow Of Bituminous Mixtures Using Marshall Apparatus. ASTM D6927-06.

2010 Annual Book of ASTM Standards,

section 04, volume 04.03. West Conshohocken : ASTM International. American Society for Testing and Material. 2011.

Standard Test Methods for Quantitative Extraction of Bitumen From Bituminous Paving Mixture. ASTM D2172-2011. 2011

Annual Book of ASTM Standards, section

04, volume 04.03. West Conshohocken, : ASTM International.

---. 2012. Standard Practice for Recovery of Asphalt from Solution Using the Rotary Evaporator. ASTM D5404-2012. 2012

Annual Book of ASTM Standards, section

04, volume 04.03. West Conshohocken: ASTM International.

Campen, W.H., Smith, J.R., Erichson, L.G. and Mertz, L.R. 1959. The relationships between voids, surface area, film thickness and stability in bituminous paving mixtures.

Proceedings of the Association of Asphalt

Paving Technologists 28. Minneapolis:

Association of Asphalt Paving Technologist, pp. 149-178.

Dachlan A.T, Sjahdanulirwan M. 2012. “Kajian Pengaruh Modulus Resilien Dan Kepadatan Membal, Terhadap Kekuatan Dan Keawetan Perkerasan Beraspal Panas”. Jurnal

Jalan-Jembatan, Vol 29 No.1, hal 34-46.

Indonesia. Kementerian Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1999. Pedoman

Perencanaan Campuran Beraspal dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak.

No.025/T/BM/1999. Jakarta: Ditjen Bina Marga.

--- . 2010. Spesifikasi Umum Bina Marga

Edisi 2010 – Revisi 2. Jakarta: Direktorat

Jenderal Bina.

Kandhal, P.S. & Chakraborty, S. 1996. Effect of

asphalt film thickness on short - and long - term aging of asphalt paving mixtures.

Washington, D.C: Transportation Research Board

---. Foo, K.Y. & Mallick, R.B. 1998. A

critical review of VMA requirements in

superpave, Transportation Research

Record. 1609. Washington, D.C:

Transportation Research Board.

Shell Bitumen. 1990. Shell Bitumen Handbook. London: Shell Bitumen.

(16)

EKSTRAKSI ASBUTON DENGAN PELARUT BERBASIS BAHAN

ORGANIK DAN MEDIA AIR

(ASBUTON EXTRACTION USING ORGANIC BASED SOLVENT AND

WATER MEDIA)

Kurniadji

Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

Jl.A.H.Nasution 264, Bandung 40294 e-mail: [email protected]

Diterima: 10 Februari 2014; direvisi: 20 Maret 2014; disetujui: 04 April 2014

ABSTRAK

Potensi aspal batu buton (Asbuton) yang melimpah, merupakan aspal alam yang terdapat di Pulau Buton Provinsi Sulawesi Tenggara, belum maksimal dimanfaatkan. Meskipun telah diproduksi Asbuton yang bisa langsung digunakan seperti Asbuton butir, Asbuton pra campur dan Asbuton murni hasil ekstraksi, namun untuk memperoleh Asbuton murni belum ada teknologi yang optimal, oleh karena itu dilakukan kajian teknologi ekstraksi Asbuton yang paling baik. Untuk kajian dipilih teknologi ekstraksi melarutkan bitumen Asbuton dengan pelarut Trichlor Ethylene (TCE), Tetra Hidro Furan (THF), etil asetat, aseton, furfural, toluen, limonene, bromopropan dan terpentin. Untuk kajian selanjutnya dipilih terpentin sebagai pelarut potensial yang ditambah surfaktan dengan teknologi destilasi menggunakan media air. Dengan tujuan untuk mensubstitusi aspal minyak secara total, Asbuton murni yang diperoleh adalah setara dengan aspal minyak pen 60 dengan penetrasi 64

dmm, titik lembek 49,6oC dan daktilitas >140 cm, selanjutnya pada campuran beraspal panas dengan Asbuton

murni menghasilkan stabilitas 1388 kg dan kelelehan 3,98 mm; stabilitas sisa: 95,4% dibandingkan menggunakan aspal minyak pen 60 dengan stabilitas 1238 kg; kelelehan 4,33 mm; stabilitas sisa 91,8%. Dari uji modulus memperlihatkan campuran beraspal dengan Asbuton murni mempunyai kecederungan lebih tahan panas, pada

temperatur 45oC diperoleh modulus 612 MPa, sedangkan campuran beraspal panas dengan aspal minyak pen 60

adalah 324 MPa. Dari uji ketahanan terhadap deformasi menunjukkan campuran beraspal panas dengan Asbuton murni lebih tahan terhadap deformasi dengan nilai stabilitas dinamis 1703 lintasan/mm dan campuran beraspal dengan aspal minyak pen 60 adalah 1016 lintasan/mm, untuk uji fatik menunjukkan nilai ketahanan fatik yang relatif sama dengan aspal minyak. Data ini menunjukkan, meskipun klasifikasi Asbuton murni sama dengan klasifikasi aspal minyak pen 60, namun setelah dicampur dengan agregat pada campuran beraspal panas, Asbuton murni mempunyai kecenderungan lebih baik dari pada aspal minyak.

Kata kunci: Asbuton, ekstraksi, bahan pelarut, Asbuton murni, aspal minyak

ABSTRACT

Natural asphalt from Buton Island called asbuton has not been fully utilized. Although it has been manufactured that can be directly used such as granular, preblended and full extracted Asbuton, but to obtain pure Asbuton, ther is no appropriate technology, therefore the best technology of asbuton extraction is reviewed. To study

selected extraction technology dissolves the solvent Trichlor Ethylene (TCE), Tetra Hidro Furan (THF), etil

asetat, aseton, furfural, limonene, toluene, bromopropan and turpentine. Selected for further study potential turpentine as a solvent, with additional surfactants used with distilled technology water media. With the aim to substitute conventional asphalt in total, show pure Asbuton obtained is equivalent to conventional asphalt cement pen grade 60, penetration: 64 dmm, softening point 49.6°C and ductility > 140 cm, then in a mixture of hot asphalt, pure Asbuton to produce the value of stability in 1388 kg and flow 3.98 mm; stability of the residual value of 95.4% compared with petroleum asphalt stability: 1238 kg; flow: 4.33 mm; stability of the residual

Gambar

Tabel 4. Sifat aspal Pen-60
Gambar 1.    Gradasi rencana agregat campuran beraspal panas jenis Laston Lapis Aus gradasi halus dan Laston   Lapis Aus gradasi kasar
Tabel 3. Hasil uji gradasi mineral Asbuton
Tabel 6. Jenis-jenis bahan pelarut bitumen yang digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

terdapat hubungan antara pengetahuan ibu menyusui terhadap pemberian ASI dengan nilai p value = 0,0002 dan ia menyimpulkan bahwa sebagian responden yang

Disarankan bagi rumah sakit X hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan dalam merumuskan kebijakan dan strategi peningkatan mutu pelayanan farmasi terutama

Hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat 28 jenis pakan badak fase semai yang ditemukan dengan jenis yang paling banyak dan merata berdasarkan indeks nilai penting,

Penambahan pupuk akan meningkatkan pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan oleh bobot basah (daun, umbi, total tanaman), bobot kering (batang, umbi, total tanaman)

Pada sisi bahan bakar, penelitian juga tidak mempertimbangkan RON maupun komposisi bahan bakar dan hanya membandingkan tingkat konsumsi ketiga jenis bensin produksi PT

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan, Ada pengaruh ultrafiltration rate (UFR) terhadap kadar gula darah dan Tekanan Darah pada pasien Diabetes Melitus dengan

Beberapa tumbuhan diketahui memiliki efek sitotoksik yang cukup selektif, yaitu dengan cara menginduksi apoptosis pada sel-sel kanker, tetapi tidak pada sel-sel

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisis perbedaan pendapatan usahatani pekarangan rumah tangga antara peserta KRPL dan non peserta