• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Tarik dan Lentur komposit berpenguat serat bambu orientasi acak yang dicetak dengan teknik hand lay-up.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kekuatan Tarik dan Lentur komposit berpenguat serat bambu orientasi acak yang dicetak dengan teknik hand lay-up."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

ii

Daftar Isi

iii

Makalah KNEP IV - 2013

iii

Grup Engineering Perhotelan

, 5 & # 6& 2 .$ &!#

"

/

3

/ 75& 5 869:

&; 8#: 2 #

0

Grup konversi energi

! 2 "(#1'

"$#-+&

/2

" # / 3-"'!

"# $ 1 #"(#-&

4/

1 <+= >#?%

4 2 5 65 #" #1

47

3

$ ! ; 2 "8

22

@

, $ / 9; ,; A &5

89,A: 2 ''#1'!"

27

*

1 55 2

92

-

5 2 &&" (#"! &#"1!#1 "&!8

9:

)

,

& 81& 15 B: 3 !&!#"

1

0:

C

/ & 2 .&

;7

(3)

B

#$-

# > ( , ( F /5 & 5

# >&2% 2 "#=#-!&&

042

#$)

9 ( 5 (+ 2 '''"#'$

04:

#$C

2 ' #=#' !$

020

#$

! 5 ! ( # .

!8#

"''$

092

#$

, & 5 2 "#' #

$ !

09:

Grup Bidang Umum

(%

/ , # $ ( & !

& 2 '!"5

000

(%

# 5 % / (; #

2 , !'%$"!&'$

0;/

(%

! 5B 5 8#>:

! 2 '$

'#'''"

0;0

(%3

!

; ! ?'

'

07/

(%@

! $ , > $ 2

'' "$

077

Jadwal Lengkap KNEP IV - 2013

@

(4)

Prosiding Konferensi Nasional Engineering Hotel IV, Universitas Udayana, Bali, 27-28 Juni 2013 523

Kekuatan tarik dan lentur komposit berpenguat serat bambu orientasi acak

yang dicetak dengan teknik

hand lay-up

I Wayan Surata, I Putu Lokantara, Adhika Rakhmatullah

Jurusan Teknik Mesin, Universitas Udayana, Bali-Indonesia iwasura@gmail.com

Abstract

Bambu adalah jenis tanaman yang penggunaan dan manfaatnya sangat luas. Batangnya diolah untuk dijadikan tali, bahan bangunan, dan produk rumah tangga berupa anyam-anyaman. Bambu saat ini banyak diteliti dan dikembangkan sebagai salah satu serat alam untuk membuat bahan komposit menggantikan serat sintetis. Bambu dapat dibudidayakan dengan mudah dan murah sehingga ketersediaan serat bambu bisa berkelanjutan, serta ramah tehadap lingkungan. Kekuatan dan ketangguhan batang bambu lebih tinggi dibandingkan kayu, hal ini mengindikasikan serat bambu cocok digunakan sebagai penguat dalam komposit. Kekuatan mekanis komposit yang diperkuat dengan serat alam dapat ditingkatkan dengan mengatur perbandingan fraksi berat serat di dalam komposit tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh fraksi berat serat terhadap kekuatan tarik dan lentur komposit berpenguat serat bambu dengan matriks poliester.Serat bambu berdiameter 0,04 – 0,1 mm dipotong dengan ukuran panjang 30 mm, kemudian direndam dalam larutan alkali 5% NaOH selama 2 jam. Matriks yang diganakan adalah poliester jenis Yukalac 157 BQTN-EX, dengan hardener MEKPO 1% (v/v). Komposit dibuat dengan teknik press hand lay-up, dengan variasi fraksi berat serat bambu 1,6 %, 3,3 %, 5,0 %, dan 6,6 % yang disusun secara acak. Komposit hasil cetakan mengalami post curing pada suhu 65 oC selama 4 jam. Spesimen uji tarik dibuat berdasarkan standar ASTM D3039, dan uji lentur mengacu pada standar ASTM D790M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan modulus elastisitas tarik komposit meningkat seiring dengan meningkatnya fraksi berat serat, dan nilai maksimum terjadi pada fraksi berat serat 6,6 %, yaitu 42,50 MPa untuk kekuatan tarik, dan 5,62 GPa untuk modulus elastisitas tarik. Kekuatan lentur optimum dicapai pada komposit dengan fraksi berat serat 3,3% sebesar 62,47 MPa, dan modulus lentur sebesar 5,32 GPa.dicapai pada komposit dengan fraksi berat serat 5,0 %.

Kata kunci: serat bambu, poliester, fraksi berat, kekuatan tarik, kekuatan lentur, modulus elastisitas

1. Pendahuluan

Penggunaan komposit saat ini cenderung bergeser dari komposit berpenguat serat sintetis menjadi komposit berpenguat serat alam. Hal ini karena komposit dengan serat sintetis seperti serat gelas tidak ramah lingkungan, menyebabkan munculnya masalah limbah serat gelas, yang tidak dapat diurai secara alami [1].

Komposit dengan serat alam memiliki keuntungan yaitu ramah terhadap lingkungan dan harganya murah karena tersedia baik berupa tanaman maupun berupa limbah. Serat alam dapat dibudidayakan sehingga ketersediaannya dapat berkelanjutan. Keuntungan lainnya dibandingkan dengan serat sentitis adalah beratnya lebih ringan, dapat diolah secara alami, dan tidak menyebabkan iritasi kulit [2]. Kelemahan serat alam antara lain: dimensinya tidak teratur, kaku, rentan terhadap panas, mudah menyerap air dan cepat lapuk [1].

Komposit adalah suatu material yang terdiri atas dua atau lebih bahan yanng sifatnya sangat berbeda, dimana satu material berfungsi sebagai pengikat dan yang lainnya sebagai penguat. Dengan penggabungan tersebut didapat material yang sifatnya lebih baik dari bahan tunggal penyusunnya. Sifat-sifat yang dimiliki komposit adalah kuat, ringan, tahan korosi, tahan keausan dan penampilan yang menarik. Bahan komposit ideal digunakan dalam struktur dimana ratio kekuatan terhadap berat dan ratio kekakuan terhadap berat menjadi pertimbangan [3]. Penggunaan komposit kini terus meningkat dan mencakup bidang yang sangat luas mulai dari perabot rumah tangga, alat olahraga, alat pengemas, panel otomotif, badan kapal laut, pesawat terbang, dan lain sebagainya.

Pemanfaatan serat alam sebagai pengganti serat gelas kebanyakan untuk penggunaan non-struktur, misalnya untuk interior dan eksterior otomotif, karena kekuatannya masih sangat rendah dibandingkan serat gelas. Penggunaan serat alam pada otomotif memiliki dua keuntungan yaitu kendaraan menjadi lebih ringan, yang berarti meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar, dan meningkatkan keberlanjutan produksi [4, 5]. Dalam bidang kesehatan, Irawan et al. [6] memanfaatkan komposit serat rami sebagai bahan alternatif untuk

pembuatan socket prosthesis menggantikan komposit serat gelas, karena serat gelas tidak baik untuk kesehatan.

Bambu adalah jenis tanaman yang penggunaan dan pemanfaatannya sangat luas. Batangnya diolah untuk dijadikan tali, bahan bangunan, dan produk rumah tangga berupa anyam-anyaman. Bambu saat ini banyak diteliti dan dikembangkan sebagai salah satu serat alam untuk membuat bahan komposit menggantikan serat sintetis. Kekuatan dan ketangguhan batang bambu lebih tinggi dibandingkan kayu, karena batang bambu diperkuat oleh serat-serat yang terdistribusi secara acak baik pada permukaan luar maupun permukaaan dalam [7]. Bambu

yang banyak dimanfaatkan adalah jenis bambu tali (Gigantochloa) yang memiliki sifat mekanis meliputi densitas

0,80 g/cm3, kekuatan tarik 200 MPa, dan kekuatan lentur 230 MPa [8]. Bambu dapat dibudidayakan dengan

mudah dan murah sehingga ketersediaan serat bambu bisa berkelanjutan, serta ramah tehadap lingkungan. Pembuatan komposit dengan serat alam sangat dipengaruhi oleh kualitas ikatan yang terjadi antara matriks dan serat. Peran matriks dalam komposit adalah meneruskan beban ke serat melalui tegangan geser pada

interface. Proses penyatuan memerlukan pengikat yang baik antara matriks dan serat. Pengikatan yang buruk

(5)

Prosiding KNEP IV 2013 • ISSN 2338

- 414X 524

diperbaiki atau ditingkatkan dengan berbagai macam perlakuan kimia pada serat alam antara lain menggunakan NaOH, silane, permanganat, dan peroksida [9]. Jamasri et al. [1] melaporkan dengan perlakuan alkali NaOH dapat meningkatkan sifat tarik komposit serat limbah buah kelapa sawit. Perlakuan alkali serat kenaf dan hemp dengan matriks poliester dapat memperbaiki sifat mekanis dan termal komposit [10].

Serat alam sangat bervariasi tergantung dari kondisi pertumbuhan dan kondisi panen, sehingga sangat sulit mendapatkan sifat mekanis yang sama [4]. Beberapa serat alam seperti sisal, jute, hemp, flax, coir, daun nanas, pisang, rami, goni, bambu, dan sawit telah dikembangkan sebagai penguat untuk membuat komposit [9,11]. Bachtiar et al. [12] melaporkan hasil penelitian terhadap sifat-sifat mekanis dari beberapa serat alam seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Sifat mekanis beberapa serat alam

Name of the fiber

Tensile strength

(MPa)

Tensile modulus

(GPa)

Strain (%)

Density

(g/cm3)

Sugar palm 190 3.69 19.6 1.29

Caraua 665 20-30 2-3 1.33

Nettle 1594 87 2.11 1.53

Hemp 270 19 0.8 1.48

Jute 393 26.5 1.8 1.18

Coir 138 6 10.5 1.25

Kenaf 215 13-17 1.18 1.40

Bamboo 200 - 10.2 0.80

E-glass 1800 72-83 3 2.55

Sifat mekanis serat dapat diperbaiki dengan perlakuan alkali seperti dengan larutan NaOH, KMnO4, silane dan sebagainya. Mwaikambo and Ansell [13] melaporkan perlakuan alkali NaOH dengan konsentrasi antara 4-6% menghasilkan kekakuan dan tegangan maksimum pada serat hemp. Waktu perendaman selama 2 jam pada perlakuan serat kelapa sawit dengan NaOH 5% menghasilkan kekuatan tarik tertinggi [1]. Panjang dan diameter serat juga mempengaruhi kekuatan mekanis komposit. Kekuatan tarik tertinggi pada komposit serat pisang/phenol diperoleh pada panjang serat pisang 30 mm [14]. Pada serat hemp, ditemukan hubungan semakin kecil diameter serat semakin kuat serat tersebut [13].

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh fraksi berat serat terhadap sifat tarik dan lentur

komposit berpenguat serat bambu dengan matriks poliester yang dicetak secara press hand lay-up.

2. Metode Penelitian

Matriks yang digunakan dalam penelitian ini adalah poliester jenis Yukalac 157 BQTN, dengan densitas 1,2

(g/cm3), kekuatan tarik 12,07 MPa, dan modulus elastisitas 1,18 (GPa). Hardener yang digunakan adalah jenis

metil etil keton peroxide (MEKPO) 1% (v/v). Serat bambu dengan diameter antara 0,04 – 0,1 mm, dipotong dengan ukuran panjang 30 mm (Gambar 1). Serat direndam dalam larutan alkali 5% NaOH selama 2 jam. Selanjutnya dicuci dengan air bersih dan dikeringkan tanpa sinar matahari.

(a) (b)

Gambar 1 Serat bambu, (a) serat panjang, (b) serat dipotong 30 mm

Komposit dibuat dengan teknik press hand lay-up, dengan variasi fraksi berat serat 1,6 %, 3,3 %, 5,0 %

dan 6,6 %. Serat bambu diatur dan disusun secara acak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1b. Komposit

hasil cetakan mengalami post curing pada suhu 65 oC selama 4 jam. Spesimen uji tarik dibuat berdasarkan

standar ASTM D3039, dan uji lentur mengacu pada standar ASTM D790M. Pengujian tarik dilakukan dengan

mesin uji tarik computer type universal testing machine, dan pengujian lentur dengan metode tiga titik

(6)

Prosiding Konferensi Nasional Engineering Hotel IV, Universitas Udayana, Bali, 27-28 Juni 2013 525

3. Hasil dan Pembahasan

Kekuatan tarik komposit serat bambu dengan variasi fraksi berat serat ditunjukkan pada Gambar 2. Nilai numeriknya dalam kondisi maksimum disajikan dalam Tabel 2. Kekuatan tarik matriks poliester pada penelitian ini mencapai 33,60 MPa, jauh melampaui data spesifikasi teknisnya yaitu 12,07 MPa. Perbedaan ini disebabkan

oleh karena pada penelitian ini matriks telah dicampur dengan hardener MEKPO 1 % v/v, dan mengalami post

curing 65 oC selama 4 jam. Hasil yang berbeda juga dilaporkan oleh Jamasri et al. [1] dengan kekuatan tarik 50,70 MPa. Grafik pada Gambar 2 memperlihatkan kecendrungan peningkatan kekuatan tarik dengan bertambahnya berat serat. Pada penelitian ini kekuatan tarik tertinggi terjadi pada fraksi berat serat 6,6 % yaitu 42,50 MPa, sementara kekuatan terendah terjadi pada fraksi berat 1,6 % yaitu 37,0 MPa. Tegangan maksimum komposit bergantung pada beberapa faktor, salah satu faktor tersebut adalah fraksi berat serat [9]. Sifat mekanis serat seperti tegangan tarik maksimum tidak hanya berkaitan dengan komposisi kimia serat tapi juga dengan struktur internal.

Gambar 2 Tegangan-regangan tarik

Sebaliknya regangan tarik menurun dengan bertambahnya fraksi berat serat. Regangan tarik tertinggi terjadi pada fraksi berat serat 1,6 % yaitu 1,4 %, dan terendah pada fraksi berat serat 6,6 % yaitu 0,75 %. Disini berlaku hubungan semakin meningkat kekuatan bahan maka semakin kaku bahan tersebut. Modulus elastisitas tarik dihitung berdasarkan hubungan E=σ/ε di daerah elastis, dan hasil perhitungannya disajikan dalam Tabel 2. Modulus elastisitas tarik menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya fraksi berat serat. Hal ini terjadi karena tegangan tarik meningkat, sementara regangan menurun dengan bertambahnya fraksi berat serat. Modulus elastisitas tertinggi terjadi pada fraksi berat serat 6,6% yaitu 5,62 GPa, dan terendah 2,64 GPa pada fraksi berat serat 1,6 %.

Tabel 2 Sifat tarik komposit serat bambu

Fraksi berat Kekuatan tarik, σ (MPa) Regangan tarik,

ε (%)

Modulus Elastisitas,

E (GPa)

0 % (Matriks) 33,6 3,30 1,01

1,6 % 37,0 1,40 2,64

3,3 % 38,9 0,90 4,32

5,0 % 42,1 0,85 4,95

6,6 % 42,5 0,75 5,62

Grafik Hubungan Tegangan Tarik terhadap Regangan Tarik Komposit

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Regangan (%)

T

e

g

a

n

g

a

n

(M

Pa

)

A = Fraksi Berat 1,6% B = Fraksi Berat 3,3% C = Fraksi Berat 5% D = Fraksi Berat 6,6% E = Matrik

E A

(7)

Prosiding KNEP IV 2013 • ISSN 2338

- 414X 526

Jamasri et at. [1] melaporkan semakin besar fraksi berat serat maka kekuatan tarik dan modulus elastisitas tarik juga semakin besar pada komposit limbah serat sawit dengan matriks poliester yang mendapat perlakuan alkali 5% NaOH. Kecendrungan yang sama ditemukan pada komposit berpenguat serat rami, dimana kekuatan tarik dan modulus elastisitas tarik komposit meningkat seiring dengan meningkatnya fraksi volume serat [15].

Kekuatan lentur komposit serat bambu dengan variasi fraksi berat serat ditunjukkan pada Gambar 3. Nilai numeriknya dalam kondisi maksimum disajikan dalam Tabel 3. Grafik pada Gambar 3 memperlihatkan kecendrungan peningkatan kekuatan lentur dengan bertambahnya fraksi berat serat. Pada penelitian ini kekuatan lentur tertinggi terjadi pada fraksi berat serat 3,3 % yaitu 62,47 MPa, sementara kekuatan terendah terjadi pada fraksi berat 1,6 % yaitu 59,48 MPa. Sebaliknya regangan lentur menurun dengan bertambahnya fraksi berat serat. Regangan lentur tertinggi terjadi pada fraksi berat serat 3,3 % yaitu 1,38 %, dan terendah pada fraksi berat serat 5 % yaitu 1,15 %. Modulus elastisitas lentur cenderung meningkat dengan meningkatnya fraksi berat serat. Modulus elastisitas lentur tertinggi terjadi pada fraksi berat serat 5 % yaitu 5,32 GPa, dan terendah 4,40 GPa pada fraksi berat serat 1,6 %.

Gambar 3 Tegangan-regangan lentur

Diharjo et al. [16] melaporkan terjadi peningkatan kekuatan lentur dan modulus lentur seiring dengan peningkatan kerapatan serat kenaf dalam komposit poliester, dengan nilai optimum pada kerapatan antara 300 –

400 g/m2. Kecendrungan yang sama ditemukan pada komposit berpenguat serat rami, dimana kekuatan lentur

dan modulus elastisitas lentur meningkat secara linier seiring dengan meningkatnya fraksi volume serat dalam komposit [15].

Tabel 3 Sifat lentur komposit serat bambu

Fraksi berat Kekuatan lentur,

σ (MPa)

Regangan lentur,

ε (%)

Modulus Elastisitas,

E (GPa)

0 % (Matriks) 47,85 1,18 4,05

1,6 % 59,48 1,35 4,40

3,3 % 62,47 1.38 4,52

5,0% 61,18 1.15 5,32

6,6 % 62,20 1.20 5,18

Grafik Hubungan Tegangan Lentur tergadap Regangan Lentur Komposit

0 10 20 30 40 50 60 70

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Regangan (%)

T

e

g

a

n

g

a

n

L

e

n

tu

r

(M

P

a

)

A = Fraksi Berat 1,6%

B = Fraksi Berat 3,3%

C = Fraksi Berat 5%

D = Fraksi Berat 6,6%

E = Matrik E

B

(8)

Prosiding Konferensi Nasional Engineering Hotel IV, Universitas Udayana, Bali, 27-28 Juni 2013 527

Gambar 4 menunjukkan bahwa baik tegangan tarik maupun tegangan lentur meningkat seiring dengan bertambahnya fraksi berat serat bambu dalam komposit. Joseph et al. [14] mengemukakan, tegangan tarik meningkat secara teratur dengan meningkatnya fraksi berat serat pada komposit serat pisang. Jamasri et al. [1] dan Wijang et al. [17] melaporkan hasil penelitian dimana peningkatan fraksi berat serat akan diikuti dengan meningkatnya sifat tarik komposit. Peningkatan fraksi berat serat juga menghasilkan peningkatan kekuatan tarik komposit [9]. Kekuatan lentur dan impak pada komposit poliester serat goni, meningkat dengan mengkombinasikan susunan serat acak dan woven berselang-seling [16]. Meningkatnya kekuatan tarik dan lentur ini terjadi karena semakin banyak serat berfungsi sebagai penguat.

Gambar 4 Korelasi fraksi berat serat dengan kekuatan tarik dan lentur

4. Kesimpulan

Sifat mekanis tarik dan lentur komposit berpenguat serat bambu dengan matriks poliester yang divariasi berdasarkan fraksi berat serat dalam komposit telah dapat diobservasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan modulus elastisitas tarik komposit meningkat seiring dengan meningkatnya fraksi berat serat, dan nilai maksimum terjadi pada fraksi berat serat 6,6 %, yaitu 42,5 MPa untuk kekuatan tarik, dan 5,62 GPa untuk modulus elastisitas. Kekuatan lentur dan modulus lentur komposit juga meningkat seiring dengan meningkatnya fraksi berat serat dalam komposit, dan nilai optimum dicapai pada komposit dengan fraksi berat serat 3,3 %, yaitu 62,47 MPa untuk kekuatan lentur, dan 5,32 GPa untuk modulus elastisitas lentur pada fraksi berat serat 5 %.

Ucapan Terimakasih

Pengujian penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Ilmu Bahan dan laboratorium proses produksi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Udayana. Untuk itu penulis mengucapkan trimakasih atas segala dukungan dan bantuannya.

Referensi

[1] Jamasri, Diharjo, K., Handiko, G.W., Studi perlakuan alkali terhadap sifat tarik komposit limbah serat

sawit polyester, Prosiding SNTTM-IV, G3: 23-28, 2005.

[2] Oksman, K., Skrifvars, M., Selin J.F., Natural fiber as reinforcement in Polylactic Acid (PLA)

composites, J. Composite Sci. and Tech., 63: 1317-1324, 2003.

[3] Gibson, R.F., Principles of Composite Materials Mechanics. Mc Graw-Hill Series, 1994.

[4] Westman, M.P., Fifield, L.S., Simmons, K.L., Laddha, S.G., Kafentzis, T.A. Natural Fiber Composites: A

Review. U.S. Department of Energy, Pacific Northwest National Laboratory, 2010.

[5] Holbery, J., Houston, D., Natural-fiber-reinforced polymer composites in automotive applications, JOM,

58 (11): 80-86, 2006.

[6] Irawan, A.P., Soemardi, T.P., Wijalaksmi, K., Reksoprojo, A.H.S. Tensile and flexural strength of ramie

(9)

Prosiding KNEP IV 2013 • ISSN 2338

- 414X 528

[7] Amada, S., Untao, S., Fracture properties of bamboo, Japan, J. Composite, 32: 451-459, 2001.

[8] Taurista, A. Y., Komposit laminat bambu serat woven sebagai bahan alternatif pengganti fiber glass

pada kulit kapal, PKMI ITS, 2006.

[9] Wambua, P., Ivens, J., Verpoest, I., Natural fibres: can they replace glass in fibre reinforced plastics?.

Composite Science and Technology, 63: 1259 – 1264, 2003.

[10] Azis, S.H., Ansell, M.P. The effect of alkalization and fibre alignment on the mechanical and thermal

properties of kenaf and hemp bast fibre composites: Part 1 – polyester resin matrix. Composites Science and Technology. 64: 1219-1230, 2004.

[11] Mohan Rao, K.M., and Mohana Rao, K. Extraction and tensile properties of natural fibers: Vakka, date

and bamboo, Elsevier, Composite structures, 2005.

[12] Bachtiar, D., Sapuan, S.M., Zainudin, E.S., Khalina , A., Dahlan K.Z.M. The tensile properties of single

sugar palm (Arenga Pinnata) fibre, Materials Science and Engineering. 11: 1-6, 2010.

[13] Mwaikambo, L.Y., Ansell, M.P. Hemp fibre reinforced cashew nut shell liquid composites. Composite

Science and Technology, 63: 1297-1305, 2003.

[14] Joseph, S., Sreekala, M.S., Oommen, Z., Koshy, P., Thomas, S., A comparison of the mechanical

properties of phenol formaldehyde composites reinforced with banana fibres and glass fibres. Composites Science and Technology, 62: 1857-1868, 2002.

[15] Surata, I. W., Dwidiani, N. M., Alfano, P. O., Pengaruh fraksi volume serat terhadap sifat tarik dan lentur

komposit berpenguat serat rami dengan matriks polyester. Proceedings SNTTM XI, MAT-031: 1551-1555, 2012.

[16] Diharjo, K., Jamasri, Soekrisno, Rochadjo, H.SB. The flexural and impact properties of random and

woven kenaf fiber reinforced polyester composite. Prosiding SNTTM-IV, G3,13-16, 2005.

[7] Wijang, W.R., Ariawan, D., Pengaruh Modifikasi Serat terhadap Karakteristik Komposit UPRs-Cantula.

Jurnal Poros Jurusan Teknik Mesin FT-UNTAR, 9 (3): 200-206, 2006.

Gambar

Tabel 1 Sifat mekanis beberapa serat alam
Grafik Hubungan Tegangan Tarik terhadap Regangan Tarik Komposit
Grafik Hubungan Tegangan Lentur tergadap Regangan Lentur Komposit
Gambar 4 Korelasi fraksi berat serat dengan kekuatan tarik dan lentur

Referensi

Dokumen terkait

Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun, (2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama dengan atau

lsi Wawancara Wawancara dengan Key Informan "Mengenai pekerjaan sesuai dengan harapan organisasi sudah menjadi kewajiban dan konsekuensi kerja bagi pegawai, oleh sebab itu jika

Skor total ini menunjukkan level atau tingkat konsep diri yang dimiliki oleh subjek yang berarti semakin tinggi skornya, maka semakin positif konsep diri yang

Kajian ini mencakup tentang teknik budidaya bunga gerbera dan bauran pemasaran yang meliputi empat aspek yaitu produk, harga, tempat dan promosi dalam pemasaran bunga gerbera

Instansi : Dinas Perumahan, Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan Kegiatan : Peningkatan Kualitas Lingkungan Sehat Perumahan.. Pekerjaan : Perencanaan Teknis Peningkatan Kualitas

“BIMTEK ini menunjang penerapan analisis jabatan berbasis Informasi Teknologi (IT), karena dalam BIMTEK ini mas, nantinya akan di berikan pengetahuan menganai pengimputan data

Peningkatan tersebut terlihat dari perbedaan kemampuan sebelum (pre test) dilakukan program IbM dan sesudah (post test) dilakukan program IbM. Kemampuan guru dalam hal media

Penemuan bahan tanaman kakao unggul seperti ICCRI 07 dan Sulawesi 03 yang tahan terhadap hama penggerek buah kakao (PBK) serta klon hibrida ICCRI 06H yang tahan terhadap