• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI YOSEPHA NIM I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI YOSEPHA NIM I"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

WANITA USIA SUBUR (WUS) PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL

DI UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK KOTA

YOSEPHA NIM I31112095

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2016

(2)

NASKAH PUBLIKASI

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Wanita Usia Subur (WUS) Pengguna Kontrasepsi Hormonal

Di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota

Tanggung Jawab Yuridis Material Pada YOSEPHA

NIM. I31112095 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Rita Hafizah, S.Si.T, M.Kes Winarianti, S.Kep., Ners

NIP. 197003031991022001 NIDN. 10102012

Penguji I Penguji II

Ns. Adriana, S.Kep., M.Kes Yuyun Tafwidah, SKM, M.Kep NIP. 197910251998032002 NIP. 198212142005012011

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

dr. Arif Wicaksono, M.Biomed NIP. 198310302008121002

(3)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS WANITA USIA SUBUR (WUS)

PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL

DI UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK KOTA Yosepha*, Rita Hafizah**, Winarianti***

*Mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura,**Manajemen Keperawatan Rumah Sakit Sultan Syarif Mohammad Alkadrie,***Dosen Program

Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura

ABSTRAK

Latar Belakang: Wanita yang sudah berusia 35 tahun tidak direkomendasikan lagi untuk menggunakan kontrasepsi hormonal karena meningkatkan resiko kanker serviks. Tingginya angka kematian akibat kanker serviks menunjukkan masih rendahnya kesadaran akan pentingnya deteksi dini. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota menyediakan layanan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks (yaitu pap smear dan IVA), namun baru 5,65% saja WUS yang melakukan pemeriksaan. Domain utama yang memengaruhi perilaku adalah pengetahuan. Pengetahuan memberikan informasi dan fakta yang benar mengenai bagaimana kita harus bertindak.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sebanyak 52 sampel diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Analisis data menggunakan uji Fisher.

Hasil: Analisis bivariat dengan Uji Fisher didapatkan nilai p = 0,009 (p<0,05).

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.

Kata kunci : Pengetahuan, Perilaku, Deteksi Dini Kanker Serviks, Pengguna Kontrasepsi Hormonal

Referensi : 43 (2004-2016)

(4)

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE LEVEL WITH CERVICAL CANCER EARLY DETECTION BEHAVIOUR AMOUNG WOMEN OF CHILDBEARING AGE WHO ARE USING HORMONAL CONTRACEPTION

AT KOTA PONTIANAK DISTRICT HEALTH CENTER Yosepha*, Rita Hafizah**, Winarianti***

*Nursing Student of Tanjungpura University,**Nursing Management of Sultan Mohammad Alkadrie Hospital Pontianak,***Nursing Lecture of Tanjungpura

University

ABSTRACT

Background: Women who are 35 years old is not recommended to use hormonal contraception because it increases the risk of cervical cancer. High mortality rates due to cervical cancer showed low awareness on the importance of early detection. Kota Pontianak District Health Center providing screening services for early detection of cervical cancer (such as pap smear and IVA), but only 5,65%

women who perform the examination. The main domain that affects behaviour is knowledge. Knowledge provides correct information and facts about how we should act.

Objective: To determine the relationship between knowledge level with cervical cancer early detection behaviour amoung women of childbearing age who are using hormonal contraception at Kota Pontianak District Health Center.

Methods: This study used quantitative design with cross sectional approach. 52 respondents were chosen by consecutive sampling technique. Data was analyzed by Fisher's exact test.

Results: Bivariate analysis using Fischer’s exact test produces p value = 0.009 (p<0.05).

Conclusion: There is a relationship between knowledge level with cervical cancer early detection behaviour amoung women of childbearing age who are using hormonal contraception at Kota Pontianak District Health Center.

Keywords : Knowledge, Behaviour, Cervical Cancer Early Detection, Hormonal Contraception Users

References : 43 (2004-2016)

(5)

1 PENDAHULUAN

World Health Organization (WHO) tahun 2013 menjelaskan insidens kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2 juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular.

Diperkirakan pada 2030 insidens kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta di antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan berkembang kejadiannya akan lebih cepat.1

Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi.

Berdasarkan data tahun 2013, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker serviks.2 Kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor 7 di Indonesia. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer

(IARC) tahun 2012, insidens kanker serviks 17 per 100.000 perempuan atau sekitar 98.692 orang.1

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI dan data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementrian RI, prevalensi penyakit kanker serviks di Kalimantan Barat yang telah didiagnosis oleh dokter sebesar 0,8%, yaitu sebanyak 882 orang.3 Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat (2015) menunjukkan bahwa Kota Pontianak memiliki jumlah kasus tertinggi untuk kanker pada wanita dibandingkan Kabupaten dan Kota lain di Kalimantan Barat. Data tahun 2015 menunjukkan jumlah kasus kanker pada wanita di Kota Pontianak sebanyak 134 kasus.

Wanita usia subur (WUS) beresiko mengalami berbagai masalah kesehatan reproduksi termasuk kanker serviks. Resiko meningkat seiring bertambahnya usia, banyaknya persalinan, konsumsi rokok, penggunaan kontrasepsi hormonal, dan menikah diusia kurang dari 17 tahun.4 WUS

(6)

2 yang berusia 35 tahun sudah tidak direkomendasikan lagi untuk menggunakan kontrasepsi hormonal.

Resiko terjadinya kanker meningkat 2 kali lipat setelah usia 35 hingga 60

tahun. Ada bukti bahwa

menggunakan kontrasepsi hormonal untuk waktu yang lama meningkatkan risiko kanker serviks.5

Deteksi dini merupakan kunci upaya penyembuhan semua jenis kanker. Pentingnya deteksi dini dilakukan untuk mengurangi prevalensi jumlah penderita dan untuk mencegah terjadinya kondisi kanker pada stadium lanjut. Cara deteksi dini kanker serviks yang paling sering digunakan ialah metode usapan lendir leher rahim menurut Papanicolaou atau sering dikenal dengan pap smear dan metode yang lebih murah dan mudah, yaitu IVA (Inspeksi Visual Asetat).

Kanker serviks pernah menjadi salah satu penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita Amerika. Tetapi selama 30 tahun terakhir, angka kematian akibat kanker serviks telah menurun lebih dari 50%. Alasan utama untuk penurunan ini adalah peningkatan

pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Prosedur ini dapat mendeteksi perubahan pada serviks sebelum kanker berkembang dan juga dapat mendeteksi kanker serviks secara dini ditahap yang dapat disembuhkan.4,5

Tingginya angka kanker serviks di Indonesia karena tidak cepat terdeteksi. Ketua Yayasan Kanker Indonesia (2014) menyayangkan masih rendahnya angka kesadaran perempuan Indonesia untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim atau serviks. Padahal, bila dideteksi dan ditemukan dini, tingkat kesembuhan jenis kanker semacam ini lebih tinggi.6

Saat ini diperkirakan baru sekitar 5% wanita Indonesia yang mau melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks, mengakibatkan banyak kasus ini ditemukan sudah pada stadium lanjut yang sering kali mengakibatkan kematian. Padahal di Indonesia sudah banyak pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas deteksi dini dan tenaga kesehatan yang telah terlatih, tetapi angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks ini masih

(7)

3 tinggi.7Data rekapitulasi deteksi dini kanker serviks di Kota Pontianak tahun 2015 dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, dengan hasil pemeriksaan leher rahim sebagai berikut: IVA positif sebanyak 55 orang; Curiga kanker sebanyak 16 orang; Kelainan ginekologi lain sebanyak 21 orang;

dan kanker serviks sebanyak 3 orang.

Jumlah klien yang dirujuk untuk krioterapi sebanyak 53 orang. Data menunjukkan dari 14.496 target pemeriksaan IVA (usia 30-50 tahun) hanya 2.074 orang atau 14,3% saja yang melakukan pemeriksaan IVA.

Satu diantara faktor penentu yang dapat memengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, pendidikan, ekonomi, dan budaya.8 Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Sebagian besar penderita kanker datang sudah dalam stadium lanjut sehingga prosesnya sulit atau tak mungkin lagi disembuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang kanker serviks masih tergolong rendah, sehingga

kesadaran masyarakat untuk skrining kanker serviks juga rendah.

Kendala sosial masyarakat berkaitan dengan konsep tabu.

Seperti kita ketahui kanker serviks merupakan kanker yang menyerang bagian sensitif dan tertutup perempuan. Bukan hal yang mudah untuk mendorong perempuan membuka diri dan mengizinkan pemeriksaan dilakukan oleh dokter atau paramedis laki-laki. Bagi masyarakat dengan pengetahuan yang cukup, maka tidak akan menjadi masalah, tapi akan berbeda halnya bagi masyarakat yang tingkat pengetahuannya kurang.

Pengetahuan dapat memberikan informasi atau fakta yang benar mengenai perilaku seseorang.

Semakin luasnya pengetahuan dan wawasan berpikir seseorang wanita mengenai kanker serviks, maka diharapkan dapat berpikir lebih baik dan lebih banyak kemungkinan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.

Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Praktik Mandiri

(8)

4 Dokter/ Bidan/ Perawat. Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berfokus pada upaya promosi dan pencegahan penyakit dan merupakan tempat pertama yang akan dikunjungi masyarakat ketika mengalami masalah kesehatan. Satu-satunya Puskesmas di Kota Pontianak yang menyediakan layanan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, yaitu pap smear dan IVA adalah UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota dari 5.042 WUS yang sudah menikah hanya 285 orang atau sekitar 5,65%

saja yang melakukan deteksi dini kanker serviks pada tahun 2015.

Hasil pemeriksaan leher rahim sebagai berikut: IVA positif sebanyak 5 orang; Curiga kanker sebanyak 6 orang; Kelainan ginekologi lain sebanyak 3 orang;

dan yang dirujuk ke spesialis onkologi sebanyak 3 orang. Jumlah pemeriksa pap smear sebanyak 101 orang. Jumlah pemeriksa yang

dirujuk untuk krioterapi sebanyak 9 orang.

Wawancara telah dilakukan pada 10 orang WUS pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota yang berusia 35-49 tahun. Hasil wawancara menunjukkan 7 orang tidak mengetahui mengenai deteksi dini kanker serviks dan belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear maupun IVA, 2 orang mengetahui mengenai deteksi dini kanker serviks, namun belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear maupun IVA, dan 1 orang mengetahui mengenai deteksi dini kanker serviks dan sudah satu kali melakukan pemeriksaan IVA.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa wanita Indonesia yang melakukan deteksi dini kanker serviks hanya beberapa saja dari sekian banyak penduduk. Hal ini umumnya disebabkan masih rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kanker serviks, maka perlu untuk mengadakan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker

(9)

5 serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di

UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.

METODE

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan cross-sectional.

Populasi pada penelitian ini adalah WUS yang berusia 35 tahun sampai 49 tahun dan menggunakan kontrasepsi hormonal pada bulan Februari 2016 di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.

Sebanyak 52 sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Kriteria inklusi adalah WUS yang berusia 35 tahun sampai

49 tahun, menggunakan kontrasepsi hormonal dan datang ke UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota saat penelitian serta bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah WUS yang sudah terdiagnosa kanker serviks dan yang telah menjalani operasi pemotongan atau pengangkatan serviks. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016 dengan menggunakan kuesioner.

Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Fisher.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Serviks dan Deteksi Dini Kanker Serviks

No Tingkat Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Rendah 19 36,5

2 Tinggi 33 63,5

Total 52 100

Sumber : Data Primer, 2016

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden (36,5%) memiliki pengetahuan yang rendah mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks dan sebanyak 33 responden (63,5%) memiliki pengetahuan yang tinggi

mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks.

(10)

6

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku terhadap Deteksi Dini Kanker Serviks

No Perilaku Jumlah (n) Persentase (%)

1 Tidak Melakukan 42 80,8

2 Melakukan 10 19,2

Total 52 100

Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dari 52 responden sebanyak 42 orang (80,8%) belum pernah melakukan pemeriksaan

deteksi dini kanker serviks dan hanya 10 orang (19,2%) saja yang sudah pernah melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.

Tabel 3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Wanita Usia Subur (WUS) Pengguna Kontrasepsi Hormonal Di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.

Pengetahuan

Perilaku Deteksi Dini

Kanker Serviks Total p Value

Tidak

Melakukan Melakukan

n % n % n %

Rendah 19 100 0 0 19 100

0,009

Tinggi 23 69,7 10 30,3 33 100

Total 42 80,8 10 19,2 52 100

Sumber: Data Primer, 2016

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 19 responden dengan tingkat pengetahuan rendah tidak ada yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks sedangkan dari 33 responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 23 orang (67,9%) tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, dan sebanyak 10 orang

(30,3%) yang melakukan deteksi dini kanker serviks.

Berdasarkan hasil dari uji Fisher didapatkan p value = 0,009 (p <

0,05). Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan deteksi dini kanker serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.

(11)

7 PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan terhadap 52 responden menunjukkan hasil bahwa sebanyak 19 responden (36,5%) memiliki pengetahuan yang rendah mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks dan sebanyak 33 responden (63,5%) memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (63,5%) memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kanker serviks. Pengetahuan merupakan satu diantara faktor penting yang memengaruhi perilaku.

Pengetahuan seseorang tentang kesehatan penting sebelum terjadinya perilaku kesehatan, namun tindakan kesehatan yang diinginkan tidak terjadi kecuali seseorang memiliki motivasi untuk bertindak atas pengetahuan yang dimilikinya.9

Ada tujuh faktor yang memengaruhi pengetahuan, yaitu pendidikan, pekerjaan, usia, minat, pengalaman, kebudayaan, dan sumber informasi. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula mereka menerima informasi

maka akan semakin luas pula pengetahuannya. Individu yang bekerja dalam bidang kesehatan akan cenderung memiliki pengetahuan lebih tentang bagaimana menjaga kesehatan. Pada aspek psikologis dan mental, semakin tua usia seseorang maka taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

Semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin baik dan luas pula pengetahuannya. Minat menjadikan seseorang berkeinginan lebih mencari tahu tentang pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

Kebudayaan akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat secara langsung. Kemudahan informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan.10

Penelitian yang dilakukan terhadap 52 responden menunjukkan hasil bahwa sebanyak 42 responden (80,8%) tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan hanya 10 responden (19,2%) saja yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker

(12)

8 serviks. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar WUS tidak melakukan deteksi dini kanker serviks. Deteksi dini kanker serviks yang menggunakan metode tes IVA di UPTD Puskesmas Kampung Bali bagi WUS yang memiliki KTP Pontianak tidak dikenakan biaya.

Namun hal ini ternyata tidak mampu meningkatkan perilaku deteksi dini pada masyarakat.

Semakin tinggi pengetahuan dan semakin baik sikap seorang wanita tentang kanker serviks, maka diharapkan dapat berpikir lebih baik dan lebih banyak kemungkinan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Dukungan suami menjadi faktor penentu karena dukungan pasangan akan memberikan penguatan terhadap motivasi untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.11Semakin tinggi dukungan lingkungan terhadap pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, maka motivasi WUS untuk melakukan pemeriksaan juga semakin tinggi.

Motivasi dipandang sebagai

dorongan mental yang

menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia.12 Motivasi sebagai inner state semacam perasaan atau kehendak yang amat mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku dan bertindak untuk menentukan gerakan atau tingkah laku individu kepada tujuan (goals).13 Alasan responden tidak melakukan deteksi dini kanker serviks adalah karena takut kalau-kalau hasil pemeriksaan menunjukkan hasil positif kanker serviks.

Hasil tabulasi silang hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan rendah yang berjumlah 19 orang tidak ada yang melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, sedangkan pada responden dengan pengetahuan tinggi sebanyak 23 orang (67,9%) tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, dan hanya sebanyak 10 orang (30,3%) saja yang melakukan deteksi dini kanker serviks. Hal ini menunjukan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan tinggi cenderung

(13)

9 melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.

Hasil analisis Fisher didapatkan nilai signifikansi (p value) sebesar 0,009. Hasil uji menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,009 < 0,05) maka disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan pengetahuan terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks WUS pengguna kontrasepsi hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota adalah lemah. Hal tersebut terlihat berdasarkan hasil distribusi perilaku deteksi dini kanker serviks ditinjau dari pengetahuan terdapat 23 responden (67,9,%) dengan pengetahuan tinggi namun tidak melakukan deteksi dini kanker serviks. Responden yang memiliki pengetahuan yang baik terhadap deteksi dini kanker serviks, namun tidak melakukan pemeriksaan

disebabkan karena ada rasa takut, takut diketahui penyakitnya itu kanker, takut ke dokter, takut operasi, takut penyakitnya lebih cepat menyebar, takut sakit, dan tidak mempunyai biaya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tahun 2013 yang mana menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks pada pasangan usia subur di Wilayah kerja Puskesmas Sangkrah Surakarta.14 Penelitian lain yang juga menunjukkan hasil yang sama adalah penelitian tahun 2015 dengan hasil terdapat hubungan tingkat pengetahuan kanker serviks dengan minat ibu dalam melakukan pap smear di Mangkudranan Margorejo Tempel Sleman Yogyakarta.15

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng atau bertahan lama daripada yang tidak didasari pengetahuan.9 Peningkatan pengetahuan tidak akan selalu menyebabkan perubahan

(14)

10

perilaku, namun akan

memperlihatkan hubungan yang positif antara keduanya sehingga jika pengetahuan tinggi maka perilakunya cenderung baik.8 Seseorang yang mengetahui manfaat dari suatu tindakan pencegahan akan lebih cenderung mengikuti tindakan pencegahan berupa deteksi dini jika dibandingkan dengan mereka yang tidak mengetahui.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini sebanyak 63,5% memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks.

b. Perilaku responden dalam penelitian ini sebanyak 80,8%

tidak melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks.

c. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker serviks wanita usia subur (WUS) pengguna kontrasepsi

hormonal di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.

SARAN

a. Agar lebih mengembangkan variabel penelitian mengenai pemeriksaan kanker serviks dan perlu dipertimbangkan untuk melakukan studi kualitatif maupun gabungan antara studi kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari responden.

b. Agar dapat dipergunakan untuk merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan, seperti strategi advokasi, sosialisasi maupun edukasi berupa menampilkan video promosi tentang kanker serviks dan deteksi dini kanker serviks.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Hilangkan Mitos tentang Kanker. Jakarta : Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI; 8 Mei 2014.

2. Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI; 2013.

3. Indonesia. Stop Kanker. Situasi Penyakit Kanker. Jakarta : Pusdatin Kemenkes RI; 2015.

4. American Cancer Society.

Cervical Cancer. Atlanta:

American Cancer Society; 26 Februari 2015.

(15)

11 5. American Cancer Society.

Cervical Cancer Prevention and Early Detection. Atlanta:

American Cancer Society; 11 Desember 2014.

6. Yayasan Kanker Indonesia.

Kesadaran untuk Deteksi Dini Kanker Serviks Masih Rendah.

Jakarta : Yayasan Kanker Indonesia; 4 Juli 2014.

7. Wilopo SA. Kesehatan Perempuan Prioritas Agenda Pembangunan Kesehatan di Abad ke 21. Yogyakarta : Pusat Kesehatan Reproduksi; 2010.

8. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.

Rineka Cipta; 2007.

9. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2012.

10. Mubarak W. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan.

Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007.

11. Wahyuni S. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Maternitas. Mei 2013. Volume 1: Hal 55-60.

12. Dimiyati, & Mudjionoi. 2009.

Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta: Rineka Cipta.

13. Badrudin. 2013. Dasar-Dasar Managemen. Bandung: Alfabeta.

14. Utami MN. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Pasangan Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkrah, Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Surakarta: Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2013 15. Saputri MA. Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang Test Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Dengan Keikutsertaan Wanita Dalam Melakukan Pemeriksaannya Di Desa Godegan Mojolaban Sukoharjo.

Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2016.

Gambar

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Kanker Serviks dan Deteksi Dini Kanker Serviks

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik pada satuan tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi perlu menyesuaikan diri dengan situasi baru dalam proses belajar era merdeka belajar masa

Perlakuan kolkisin juga mempengaruhi fenotip tanaman cabe keriting yang dilihat dari karakter morfologi, seperti tinggi tanaman, diameter batang, ukuran daun dan

Berdasarkan hasil dapatan kajian daripada setiap laluan khas, didapati keputusan ujian korelasi yang diperolehi menunjukkan nilai pekali korelasi di antara kekuatan bahagian atas

Harapannya dengan melalukan eksperimen pembuatan foot scrub yang berasal dari bahan baku alami yaitu kulit buah naga merah dan air rebusan daun pepaya dapat menjadi pedoman

Musik Jonngan juga terdapat makna nilai yang terkandung di dalam musik tersebut sesuai dengan lima teori makna Kluchohn yaitu makna nilai adat, makna nilai sejarah, makna

Dan apabila yang terjadi adalah yang sebaliknya yaitu ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses

Rumahtangga petani di kedua wilayah tersebut dapat dikatakan rentan secara ekologi (bencana kekeringan di Desa Penyabungan dan bencana kebanjiran di Desa Dusun Mudo/Desa

Tempat/Tanggal Lahir : Makassar, 21 Desember 1968 Alamat Tempat Tinggal : Kota Kembang Depok Raya sektor. Anggrek -3 Blok F1/14, Depok, Jabar Jenis Kelamin