• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN INTERDIALITIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HEMODIALISIS DI RSUD WATES KULON PROGO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN INTERDIALITIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HEMODIALISIS DI RSUD WATES KULON PROGO SKRIPSI"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN INTERDIALITIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HEMODIALISIS DI RSUD

WATES KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun Oleh:

INDAH SUPPLYANTI GARAGA PAGALLA

2213009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan Penambahan Berat Badan Interdialitik Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hemodialisis di RSUD Wates Kulon Progo”.

Skripsi ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan dan bantuan berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr.,M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep.,Sp.Kep.MB, selaku Ketua Program

Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

3. Miftafu Darussalam, M.Kep.,Sp.Kep.MB, selaku pembimbing yang telah memberikan semangat, bimbingan, arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep.,Sp.Kep.MB, selaku penguji yang sudah

memberikan bimbingan, saran dan pendapat dalam hasil skripsi ini.

5. Direktur RSUD Wates Kulon Progo yang telah memberikan ijin dan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini berguna bagi semua

Yogyakarta, Juni 2017

(5)

v DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii

LEMBAR PERNYATAAN ………... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTARGAMBAR ... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix INTISARI ……… x ABSTRACT ……….... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 1. Tujuan Umum ... 5 2. Tujuan Khusus ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 6 1. Manfaat Teoritis ... 6 2. Manfaat Praktisi ... 6 E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gagal Ginjal Kronik ... 9

1. Definisi ... 9

2. Klasifikasi ... 9

3. Etiologi ... 10

(6)

vi 5. Penatalaksanaan ... 12 6. Stadium ... 13 B. Hemodialisis ... 14 1. Definisi ... 14 2. Jenis Dialisis ... 14 3. Prinsip-prinsip Hemodialisis ... 15 4. Manfaat Hemodialisis ... 15 5. Komplikasi Hemodialisis ... 15 6. Indikasi Hemodialisis ……….17

C. Interdialytic Weight Gain (IDWG) ... 18

1. Definisi ... 18

2. Mekanisme Terjadinya IDWG ... 18

3. Pengukuran IDWG ... 19

4. Klasifikasi IDWG ... 20

5. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi IDWG ... 20

6. Komplikasi IDWG ... 22

D. Tekanan Darah ... 22

1. Definisi ... 22

2. Determinan Tekanan Darah ... 24

3. Jenis Ukuran Tekanan Darah ... 25

4. Klasifikasi Tekanan Darah ………. 25

5. Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah……….. 25

6. Tekanan Darah Post Hemodialisis ..………27

7. Tekanan Darah Pasien Hemodialisis ……….. 27

E. Kerangka Teori ……….29

F. Kerangka Konsep ... 30

G. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 31

(7)

vii

C. Populasi dan Sampel ... 31

D. Variabel Penelitian ... 33

E. Definisi Operasional... 34

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 35

G. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data ... 36

H. Etika Penelitian ... 39

I. Pelaksanaan Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 43

B. Pembahasan ……….. 47

C. Keterbatasan Penelitian ……… 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 54

B. Saran ……… 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik ... 10

Tabel 2.2 Klasifikasi Kenaikan Berat Badan ... 20

Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah ... 25

Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 34

Tabel 3.3 Nilai Kriteria Hubungan Korelasi ... 39

Tabel 3.4 Karakteristik Responden Penelitian Pasien Hemodialisis di RSUD Wates Kulon Progo ……….. 44

Tabel 3.5 Analisis Deskriptif Statistik Penambahan Berat Badan Interdialitik Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hemodialisis di RSUD Wates Kulon Progo ………... 45

Tabel 3.6 Hubungan Penambahan Berat Badan Interdialitik dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hemodialisis di RSUD Wates Kulon Progo ……. 46

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 29 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 30

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Lembar Data Karakteristik Responden

Lampiran 3 Lembar Pengambilan Data Penambahan Berat Badan Interdialitik Lampiran 4 Lembar Pengambilan Data Tekanan Darah

Lampiran 5 Hasil Penelitian (komputerisasi) Lampiran 6 Lembar Bimbingan Konsultasi Lampiran 7 Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian

(11)

xi

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN INTERDIALITIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HEMODIALISIS DI RSUD

WATES KULON PROGO

Indah Supplyanti Garaga Pagalla¹ Miftafu Darussalam²

INTISARI

Latar Belakang: Salah satu masalah yang paling sering dihadapi pasien hemodialisis adalah peningkatan volume cairan diantara dua waktu dialysis yang ditandai dengan penambahan berat badan interdialitik. Gangguan hemodinamik saat hemodialisa juga bisa berupa peningkatan tekanan darah, dan sekitar 5-15% dari pasien yang menjalani hemodialisa reguler tekanan darahnya justru meningkat. Tujuan: Mengetahui hubungan penambahan berat badan interdialitik( Interdialytic Weight Gain) dengan tekanan darah pada pasien hemodialisis di Unit Dialisis Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo.

Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, menggunakan rancangan cross serctional. Populasi dalam penelitian ini adalah yang menjalani

hemodialisa berjumlah 80 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling

dan jumlah sampel yang dapat didapatkan 47 responden. Analisa data statistik

menggunakan uji Spearman Rank dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05).

Hasil: Karakteristik responden diketahui bahwa sebagian besar responden dengan umur 45-55 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan berpendidikan SMP. Lama menjalani hemodialisa sebagian besar >1 tahun. Analisa data didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah pada pasien hemodialisis di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo dengan nilai p value (>0,05).

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah pada pasien hemodialisis di RSUD Wates Kulon Progo.

Kata Kunci: Penambahan berat badan interdialitik, Tekanan Darah, Hemodialisa ¹Mahasiswa Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogykarta

(12)

xii

THE CORRELATION BETWEEN INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN AND THE BLOOD PRESSURE OF HEMODIALYSIS PATIENTS IN

RSUD WATES KULON PROGO

Indah Supplyanti Garaga Pagalla¹, Miftafu Darussalam²

ABSTRACT

Background: One of common had by hemodialysis patient is the increasing of liquid volume between the two dialysis times. The symptom is the interdialytic weight gain. The hemodynamic when hemodialysis can be in a form of blood pressure, and around 5-15% of the patients who having regular hemodialysis, their blood pressure increase.

Objective: To know the correlation between interdialytic weight gain and blood pressure of hemodialysis patients in Dialysis Unit in RSUD Wates Kulon Progo. Methods: The type of the research is an analytic observational research, using cross-sectional design. The population are 80 patients with hemodialysis, gathered by using purposive sampling technique. The number of the sample are 47 respondents. The statistic analytic data uses Spearman Rank test with confidence level is 95% (α=0,05).

Results: Most of the respondent is male people around 45-55 years old with educational background from Junior High School graduate. Most of them have had the hemodialysis for >1 year. From the data analysis, it can be found that there is no correlation between the interdialytic weight gain and the blood pressure of hemodialysis patients in RSUD Wates Kulon Progo with p value (>0,05)

Conclusion: There is no correlation between interdialytic weigh gain and the blood pressure of hemodialysis patients in RSUD Wates Kulon Progo.

Keywords: Interdialytic Weight Gain, Blood Pressure, Hemodialysis.

¹Student of Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta

²Lecture of Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta.

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi yang dimiliki oleh bangsa untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Secara umum upaya kesehatan terdiri dari dua unsur utama yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Salah satu upaya kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular dengan cara mengembangkan dan memperkuat program pencegahan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular. Berbagai jenis penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit ginjal kronik, penyakit-penyakit tersebut sudah menggantikan penyakit menular (commicable disease) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama (Maris dan Maryanti, 2013 ).

Pada tahun 2008 penyakit tidak menular di dunia sebesar 63%. Tahun 2010 penyakit tidak menular sejumlah 73% dari jumlah kematian dan 60% dari jumlah beban penyakit global. Kematian akibat penyakit tidak menular diperkirakan akan terus meningkat diseluruh dunia dengan peningkatan terbesar akan terjadi di negara miskin pada tahun 2030 (Irianto, 2014).

Salah satu penyakit tidak menular antara lain penyakit ginjal kronik. Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif. Pada umumnya penyakit ginjal kronis berakhir dengan gagal ginjal, yaitu suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

(14)

2

World Health Organization (WHO) menyebutkan pertumbuhan

jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian dan prevalensi gagal ginjal meningkat 50% ditahun 2014. Data menunjukkan bahwa setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani hemodialysis karena gangguan ginjal kronis artinya 1.140 dalam satu juta orang Amerika adalah pasien dialysis ( Wisyastuti, 2014).

Di Indonesia angka kejadian gagal ginjal kronik pada tahun 2010 sebanyak 8.034, pada tahun 2011 terdapat 15.353 pasien yang baru menjalani HD dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan pasien yang menjalani HD sebanyak 4.268 orang sehingga secara keseluruhan terdapat 19.621 pasien yang baru menjalani HD (Dinkes, 2013).

Data dari Riset Kesehatan Dasar pada Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013 menunjukkan angka prevalensi penyakit gagal ginjal kronik terbagi atas beberapa kabupaten diantaranya: Kabupaten Sleman sebesar 0,1%, Kabupetan Bantul 0,2%, Kabupaten Gunung Kidul 0,5%, Kulon Progo 0,3% dan Kota Yogyakarta 0,5% (Riskesdas, 2013).

Pada umunya penyakit ginjal kronik berakhir dengan gagal ginjal, dimana ditandai dengan penurunan fungsi ginjal dan memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal yang permanen berupa dialysis ( Hemodialisa dan Peritoneal Dialisis) atau transplantasi ginjal (Utami, 2011). Salah satu terapi pengganti gagal ginjal kronik adalah hemodialisis. Hemodialisis (HD) adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dialiser dengan tujuan menggantikan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup. Meskipun dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, hemodialisa (HD) tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien tetap akan mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi (Smeltzer & Bare, 2008).

(15)

3

Salah satu masalah yang paling sering dihadapi pasien adalah peningkatan volume cairan diantara dua waktu dialisis yang dimanifestasi dengan penambahan berat badan interdialtik. Penambahan berat badan interdialtik (Interdialytic Weigh Gain) adalah selisih berat badan predialisis

dengan berat badan pascadialisis sesi sebelumnya (Liani, 2016).

Interdialytic Weight Gain (IDWG) berhubungan erat dengan masukan cairan pada pasien, pembatasan cairan merupakan salah satu terapi yang diberikan bagi pasien penyakit ginjal kronis untuk pencegahan dan terapi terhadap kormobid yang dapat memperburuk keadaan pasien (Lolyta, 2011).

Tujuan dilakukan hemodialisis salah satunya adalah untuk membantu memperbaiki komposisi cairan tubuh sehingga mencapai keseimbangan cairan yang diharapkan. Walaupun demikian dalam menjalani hemodialisis pasien harus tetap melakukan pembatasan atau pengelolaan cairan dan diet, namun masalah kelebihan cairan yang dialami pasien tidak hanya diperoleh dari masukan cairan yang berlebihan akan tetapi juga dapat berasal dari makanan yang mengandung kadar air tinggi (Perkins, et all, 2006 dalam Suryarinilsih, 2010).

Penambahan berat badan di antara dua waktu dialisis dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: lingkungan, gizi, perilaku, fisiologis, dan psikologis (Hwang, Wang, dan Chien, 2007). Terjadinya penambahan berat badan yang berlebihan antara dua waktu dialisis akan dapat menimbulkan berbagai masalah baru bagi pasien diantaranya adalah hipertensi, hipotensi, ganguan fungsi fisik, sesak nafas, edema pulmonal yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kegawatandarurat hemodialisis, meningkatkan risiko dilatasi dan hipertropi ventrikuler dan gagal jantung (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Suryarinilsih, 2010).

Menurut penelitian Lolyta, Ismonah, Solechan (2011), untuk riwayat keluarga, diet dan penambahan berat badan interdialitik (IDWG) memiliki pengaruh yang signifikan dengan tekanan darah klien yang menjalani hemodialysis (p<0,05).Komplikasi yang sering terjadi pada

(16)

4

penderita yang menjalani hemodialisa adalah gangguan hemodinamik (Landry dan Oliver, 2006).

Tekanan darah umumnya menurun dengan dilakukannya ultrafiltrasi (UF) atau penarikan cairan saat hemodialisa (HD). Gangguan hemodinamik saat hemodialisa juga bisa berupa peningkatan tekanan darah dan dilaporkan sekitar 5-15% dari pasien yang menjalani hemodialisa regular tekanan darahnya justru meningkat saat hemodialisa. Kondisi ini disebut hipertensi intradialitik (HID) atau interdialytic hypertension (Agarwal and Light, 2010).

Pada pasien dengan gagal ginjal biasanya dengan tekanan darah yang rendah, saat hemodialisa juga terjadi peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah pada pasien ini tidak mencapai level hipertensi seperti pada pasien yang tidak gagal jantung. Peningkatan tekanan darah ini juga meningkatkan risiko kematian dengan peningkatan 10 mmHg walaupun tekanan darah sistolik pra HD <120 mmHg (Ingrid et all, 2009).

Jumlah cairan yang ditentukan untuk setiap harinya berbeda bagi setiap pasien tergantung fungsi ginjal, adanya edema dan haluaran urine pasien (Istanti, 2014). Pendidikan asupan cairan pada kelompok kecil pasien yang menjalani hemodialisa dapat menurunkan berat badan interdialytic dan tekanan darah sistole (Oshavandi dkk, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di RSUD Wates Kulon Progo pada tanggal 10 Desember 2016, diperoleh data sebagai berikut: RSUD Wates Kulon Progo memiliki Unit Hemodialisa dengan fasilitas 8 mesin dialyzer dan 15 tenaga medis perawat. Pasien yang menjalani hemodialisa sepanjang tahun 2016 sebanyak 80 pasien. Kunjungan pasien per hari untuk menjalani hemodialisa sebanyak 24 pasien. Selain itu peneliti melakukan wawancara kepada 3 pasien yang menjalani hemodialisa. Ketiga pasien tersebut mengatakan mengalami peningkatan berat badan interdialitik. Ny.D mengalami peningkatan berat badan interdialitik 0,5 kg, Ny.M 1 kg, Tn.P 4kg dan tekanan darah pada

(17)

5

saat intradialisis mengalami peningkatan tekanan darah dan ada yang mengalami penurunan tekanan darah.

Selain wawancara yang dilakukan pada pasien, peneliti juga melakukan wawancara kepada perawat diruang Unit Dialisis. Perawat mengatakan bahwa rata-rata pasien yang menjalani hemodialisa mengalami peningkatan berat badan interdialitik. Beberapa dari pasien yang mengalami peningkatan berat badan yang cukup besar sehingga mengalami hipotensi dan ada yang mengalami peningkatan berat badan cukup besar mengalami hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara penambahan berat badan interdialisis (interdialytic weight gain) dengan tekanan darah pada pasien hemodialysis di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukan oleh penulis, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan penambahan berat badan interdialitik (interdialytic weight gain) dengan tekanan darah pada pasien hemodialisa di Unit Dialisis Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo.

2. Tujuan Khusus

a) Diketahui karakteristik responden dengan pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialysis di Unit Dialisis Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo.

b) Diketahui angka penambahan berat badan interdialitik pada pasien yang menjalani hemodialysis rutin di Unit Dialisis Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo.

(18)

6

c) Diketahui angka tekanan darah pada pasien yang menjalani

hemodialysis rutin di Unit Dialisis Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis

Peneliti ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai tambahan data untuk pengembangan ilmu keperawatan medical bedah khususnya mengenai penambahan berat badan interdialitik di unit hemodialysis.

2. Manfaat secara praktis

a) Bagi Institusi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan Rumah Sakit dapat mengetahui penambahan berat badan interdialitik dan tekanan darah pada pasien hemodialysis sehingga rumah sakit dapat mengontrol terjadi penambahan berat badan interdialitik yang berlebih kepada pasien untuk mencegah terjadinya hipertensi intradialitik.

b) Bagi Pasien Hemodialisa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pasien hemodialysis mengenai efek hemodialisa terhadap perubahan berat badan terkait tekanan darah selama menjalani hemodialysis.

E. Keasliaan Penelitian

Beberapa penelitian dibidang kesehatan yang terkait dengan penelitian ini adalah:

1. Yuni Permatasari Istanti (2014), dengan judul “Hubungan Antara Masukan Cairan dengan Interdialytic Weight Gains (IDWG) Pada

Pasien Chronic Kidney Disease di Unit Dialisis RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan cairan dan IDWG pada penyakit Gagal Ginjal Kronik pasien yang menjalani hemodialisis.

(19)

7

Jenis Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah menggunakan total sampling. Hasil analisis antara masukan cairan dengan IDWG pada pasien CKD diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara masukan cairan dengan IDWG (r=0,541, p value=0,000). Arah hubungan adalah positif dimana semakin banyak masukan cairan responden maka IDWG juga akan meningkat. Persamaan dari penelitian sebelumnya adalah variabel terikat yaitu penambahan berat badan interdialytic (IDWG) sedangkan perbedaan dari ini adalah terletak di variabel bebas. Peneliti sebelumnya variabel bebas masukan cairan.

2. Widiyanto, Hadi, Wibowo (2013), dengan judul “Korelasi Positif Perubahan Berat Badan Interdialisis dengan Perubahan Tekanan Darah Pasien Post Hemodialisa”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan berat badan interdialisis dengan perubahan tekanan darah pasien post hemodialisa. Penelitian ini menggunakan

metode survey (observasional) dengan desain penelitian

menggunakan rancangan survei cohort. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Analisis data menggunakan Paired T-Test, Spearman Rank Test dan Chi Square. Hasil uji statistik menunjukkan p value 0,050 terdapat hubungan yang signifikan dengan arah+ positif dan hipotesis penelitian ini diterima. Kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara perubahan berat badan interdialisis dengan perubahan tekanan darah. . Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan variabel bebas yaitu Perubahan berat badan interdialitik dan perbedaan dari penelitian ini adalah uji statistik, desain penelitian dan variabel terikat Peneliti menggunakan Uji Korelasi Product Moment, desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional dan variabel terikat yaitu tekanan darah intradialitik.

(20)

8

3. Lolyta, Ismonah, Solechan (2011), dengan judul “ Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah Hemodialisis Pada Klien Gagal Ginjal Kronik di RS Telogorejo Semarang”. Tujuan penenelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tekanan darah hemodialysis pada klien dengan gagal ginjal kronik di RS Telogorejo Semarang. Desain penelitian ini adalah explanatory, jumlah sampel 48 responden dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara usia, jenis kelamin, penggunaan obat antihipertensi, dan UFR dengan tekanan darah klien yang menjalani hemodialysis (p>0,05). Sedangkan untuk riwayat keluarga, diet dan IDWG memiliki pengaruh yang signifikan dengan tekanan darah klien yang menjalani hemodialysis (p<0,05). Persamaan dari penelitian ini adalah terletak di variabel terikat yaitu tekanan darah pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani hemodialysis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak di variabel bebas yaitu penambahan berat badan interdialitik pada pasien hemodialysis. Dan desain penelitian yang digunakan adalah metode cross-sectional.

(21)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo merupakan Rumah Sakit Tipe B yang berdiri sejak tahun 1983 yang saat ini berstatus Negeri berlokasi di jalan Tentara Pelajar Km.1, No.05, Dusun Beji, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo.

Unit Hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo memilik kapasitas yang memadai yang terdiri dari 8 tempat tidur dengan 8 mesin dialyzer dan memiliki jadwal rutin 3x/sehari untuk hemodialisis. Dimulai pada pukul 06.30 WIB untuk sesi pertama, untuk sesi kedua dimulai pada pukul 11.30 WIB dan untuk sesi ketiga pukul 15.30 WIB. Pelayanan hemodialisa dilakukan selama 13,5 jam setiap hari dengan 3 shift kecuali hari minggu, dan mampu melayani rata-rata 24 pasien perhari dengan 15 perawat. Sebelum dilakukan proses hemodialisis pasien terlebih dahulu diukur berat badan dan tanda-tanda vital sebelum di mulai hemodialisis. Setelah itu perawat memprogram mesin hemodialisis sesuai yang telah ditentukan sebelumnya. Selama proses hemodialisis berlangsung, kegiatan pasien di ruang hemodialisis RSUD Wates Kulon Progo bermacam-macam, ada yang berbicara kepada sesama yang menjalani hemodialisis, ada yang makan makanan ringan sambil menonton televisi, dan kebanyakan pasien tidur saat menjalani

hemodialisis. Setelah proses hemodialisis selesai, perawat

(22)

44

2. Analisis Hasil Penelitian a. Analisis Univariat

Hasil analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dari subjek penelitian sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Gambaran karakteristik penelitian disajikan didalam tabel sebagai berikut:

1) Karakteristik responden

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Unit RSUD Wates

Karakteristik Pasien Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia 17-25 tahun 1 2,1 % 26-35 tahun 7 14,9 % 36-45 tahun 9 19,1 % 45-55 tahun 15 31,9 % 56-65 tahun 12 25,5 % >65 tahun 3 6,4 % Jenis Kelamin Laki-laki 24 51,1 % Perempuan 23 48,9 % Pendidikan SD 10 21,3 % SMP 25 53,2 % SMA 24 25,5 %

Lama Menjalani Hemodialisa

>1 tahun 43 91,5 % <1 tahun 4 8,5 % Total 47 100%

(23)

45

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa menurut usia paling banyak adalah 45-55 tahun sebanyak 15 pasien (31,9%) . Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 24 pasien (51,1%). Pendidikan terakhir terbanyak adalah SMP yaitu 25 pasien (53,2 %). Lama menjalani hemodialisis paling banyak adalah >1 tahun yaitu 43 pasien (91,5%). 2) Analisis Deskriptif Statistik

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Statistik Penambahan Berat Badan dengan Tekanan Darah di Unit Hemodialisis RSUD Wates Kulon

Progo (n=47)

No Variabel Mean Median Min- SD 95% CI Maks

1 IDWG 2.713 2.500 0,5-7,0 1.187 2.364 2 TD sistolik 144.57 145.00 97-182 121.78 138.18 3 TD diastolic 90.32 93.00 64-115 12.441 86.67

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan rata-rata IDWG responden adalah 2,7 kg, median 2,5 kg dan standar deviasi 1,18 kg. Berat badan terendah 0,5 kg dan berat badan tertinggi 7 kg. Dari hasil estimasi interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata berat badan interdialitik responden adalah 2,36 kg. Untuk rata-rata tekanan darah sistolik responden adalah 144.57 mmHg, median 145,00 mmHg, dan standar deviasi 121,78 mmHg. Tekanan darah sistolik terendah 97 mmHg dan tekanan darah tertinggi 182 mmHg. Dari hasil estimasi interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata tekanan darah sistolik adalah 138,18 mmHg. Sedangkan untuk rata-rata tekanan darah diastolik responden adalah 90,32 mmHg, median 93,00 mmHg, dan standar deviasi 12,441 mmHg. Tekanan darah diastolic terendah 64 mmHg dan tekanan darah tertinggi 115 mmHg. Dari hasil estimasi interval sebesar 95% diyakini bahwa rata-rata tekanan darah diastolik adalah 86,67 mmHg.

(24)

46

b. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu penambahan berat badan interdialitik dengan variabel terikat tekanan darah. Penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah merupakan data rasio dan dilakukan uji sebaran data menggunakan Shapiro Wilk (n<50) untuk menentukan uji paramerik atau nonparametric. Hasil uji Shapiro Wilk penambahan berat badan interdialitik diperoleh p value <0,05 yang berarti data tidak berdistribusi normal. Alternatif uji statistic yang digunakan adalah Spearman Rank karena data yang digunakan tidak normal.

1) Hubungan penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan sistolik dan diastolik.

Tabel 4.3 Hubungan penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah sistolik

Tekanan Darah Spearman’s rho Correlation Sign N Coefficient (2-failed)

Sistolik Penambahan berat 0,042 0,779 47 badan interdialitik

Diastolik Penambahan berat 0,087 0,561 47 badan interdialitik

Hasil analisis statistic menggunakan uji Spearman Rank diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah sistolik (p=0,779) dan tekanan darah diastolic (p=0,561).

(25)

47

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden Penelitian

Berdasarkan hasil analisis penelitian dilihat dari tabel 4.1 menunjukkan jumlah responden berdasarkan karakteristik usia, diperoleh data jumlah pasien yang berusai 17 tahun sampai dengan > 65 tahun. Sebagian besar karakteristik responden adalah 45-55 tahun yaitu 31,9 % dan 56-65 yaitu 25,5 % serta yang paling sedikit adalah usia 17-25 tahun yaitu 2,1 %. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa fungsi renal akan berubah bersama dengan pertambahan usia. Sesudah usia 40 tahun akan terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus secara progresif hingga mencapai usia 70 tahun kurang lebih 50% dari normalnya. Salah satu fungsi tubulus yaitu kemampuan reabsorpsi dan pemekatan akan berkurang bersamaan dengan peningkatan usia (Brunner & Suddarth, 2008).

Tabel 4.1 diperoleh hasil bahwa mayoritas pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah laki-laki yaitu 51,1%, sedangkan responden perempuan sebanyak 48,9%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nurcahyati (2011) bahwa mayoritas jenis kelamin pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah laki-laki dengan presentase 52,6% dan perempuan sebesar 47,4%. Berbeda dengan penelitian oleh Kusumawardani (2010) yang menyatakan bahwa pasien yang paling banyak menderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 67,3%. Pasien laki-laki yang lebih banyak bila dibandingkan perempuan kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah faktor pekerjaan. Pekerjaan laki-laki lebih berat daripada perempuan, yang terkadang membuat laki-laki mengkonsumsi minuman suplemen yang berlebihan (Istanti, 2014).

(26)

48

Pembentukan batu ginjal lebih banyak diderita oleh laki-laki karena saluran kemih pada laki-laki lebih panjang sehingga pengendapan zat pembentuk batu lebih banyak daripada perempuan. Pembesaran prostat pada laki-laki dapat menyebabkan terjadinya obstruksi dan infeksi yang dapat berkembang menjadi gagal ginjal. Laki-laki juga lebih banyak mempunyai kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok, minum kopi, alkohol, dan minuman suplemen yang dapat memicu terjadinya penyakit sistemik yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal (Brunner & Suddarth, 2008). Pada dasarnya setiap penyakit dapat menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan tetapi pada beberapa penyakit terdapat perbedaan frekuensi antara laki-laki dan perempuan. Namun, berbagai literature tidak ada yang menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan patokan untuk menyebabkan seseorang mengalami gagal ginjal kronis (Nurcahyati, 2011).

Sebagian besar responden yang menjalani hemodialisis berpendidikan SMP sebanyak 25 orang (53,2%), pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendidikan seseorang maka kemampuan serta pemahaman tentang gagal ginjal akan semakin tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Taluta, Mulyadi, dan Hamel (2014) yang mendapatkan hasil responden terbanyak dengan pendidikan SMP sebesar 50%. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gultom (2012) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan dasar utama untuk keberhasilan pengobatan. Pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai gagal ginjal kronik dan efek samping yang terjadi apabila melakukan terapi hemodialisis, seseorang yang tidak memiliki cukup pengetahuan kemungkinan akan merasakan tekanan pada saat menjalani hemodialisa. Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan

(27)

49

informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang diperoleh semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Sebagian besar pasien yang lama menjalani hemodialisis adalah >1 tahun sebanyak 43 pasien (91,5%). Hal ini sesuai dengan penelitian Nurchayati (2011) yang mengungkapkan bahwa hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal. Seseorang yang divonis menderita gagal ginjal harus menjalani terapi penganti ginjal seumur hidup, dan salah satu pilihannya adalah hemodialisa.

2. Penambahan Berat Badan Interdialitik

Tabel 4.2 menunjukkan rata-rata penambahan berat badan interdialitik pasien hemodialisis di Unit Dialisis RSUD Wates adalah 2,7 kg dengan nilai minimum 0,5 kg, maksimum 7 kg. Artinya bahwa rata-rata penambahan berat badan interdialitik pasien hemodialisis di RSUD Wates adalah lebih dari batas normal. Nilai normal IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh adalah 1,0 kg-1,5kg atau kurang dari 3% berat badan kering (Istanti, 2014). Dari 47 responden yang mengalami peningkatn berat badan interdialitik yang melebihi batas normal ada 36 responden dan 11 orang respoden memiliki IDWG dalam batas normal. Salah satu masalah yang paling sering dihadapi pasien hemodialisis adalah peningkatan volume cairan diantara dua waktu dialysis yang dimanifestasikan dengan penambahan berat badan (Suryarinilsih, 2010).

Tujuan dilakukan hemodialisis salah satunya adalah untuk membantu memperbaiki komposisi cairan dalam tubuh. Walaupun demikian dalam menjalani hemodialisis pasien harus tetap melakukan pembatasan cairan . Manajemen pembatasan asupan cairan dan makanan akan berdampak terhadap penambahan berat badan interdialitik diantara dua waktu dialysis. Dampak yang timbul apabila IDWG yang berlebihan pada pasien dapat

(28)

50

menimbulkan masalah, diantaranya adalah hipotensi dan hipertensi yang semakin berat, sesak nafas, gangguan fungsi fisik (Istanti, 2014). Juan (2005), mengatakan bahwa semakin besar Interdialytic Weight Gains (IDWG), semakin buruk prognosis jangka panjang serta mengakibatkan tekanan darah yang tinggi waktu predialisis.

Riyanto (2011) mengatakan bahwa komplikasi yang sering terjadi pada pasien hemodialisis adalah penambahan berat badan diantara dua waktu hemodialisis (IDWG) yang disebabkan oleh ketidakmampuan fungsi ekskresi ginjal, sehingga berapapun jumlah cairan yang diasup pasien, penambahan berat badan akan selalu ada. Dan peningkatan berat badan yang ideal diantara dua waktu hemodialisis adalah 1,5 kg dengan nilai normal IDWG kurang dari 3% berat badan kering (Price &Wilson 2005, Istanti 2014).

3. Tekanan Darah

Rata-rata tekanan darah sistolik pasien hemodialisis adalah 144,57 mmHg dengan rentang 97-182. Rerata tekanan darah diastolic pasien hemodialisis adalah 90,32 mmHg dengan rentang 64-115. Berdasarkan rerata tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolic >90 mmHg menunjukkan tekanan darah pasien hemodialisis di Unit Dialisis RSUD Wates Kulon Progo cenderung mengalami peningkatan tekanan darah.

Tekanan darah pada usia dewasa mempunyai risiko mengalami peningkatan tekanan darah. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah antara lain jenis kelamin dan faktor genetik (Black & Hawks, 2010). Berdasarkan hasil penelitian, jenis kelamin laki-laki sebanyak 51,1 % dan perempuan 48,9 %. Wanita umumnya mengalami penurunan tekanan darah daripada laki-laki diusia yang sama hal ini cenderung akibat variasi hormone. Faktor genetik mempunyai pengaruh terhadap tekanan darah karena seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi, apabila orangtuanya

(29)

51

menderita hipertensi akan mempunyai risiko lebih besar mengalami hipertensi diusia muda (Kozier, 2010).

Hipertensi secara umum dapat didefiniskan sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg (Palmer, 2007). Wiryowidago (2007) mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang yang berada pada tingkatan diatas normal, jadi tekanan darah tinggi tersebut dapat diartikan sebagai peningkatan secara abnormal dan terus menerus pada tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor. Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, perlu adanya deteksi dini terhadap penyakit hipertensi yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (Rosta, 2011).

Black and Hawks (2006), menyatakan bahwa ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kejadian peningkatan tekanan darah. Faktor risiko ini diklasifikasikan menjadi faktor yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, genetic dan etnis. Seseorang dengan riwayat keluarga hipertensi, beberapa gennya akan berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan yang akan meningkatkan tekanan darah. Seseorang yang orang tuanya menderita hipertensi akan mempunyai risiko lebih besar mengalami peningkatan tekanan darah diusia muda. Jenis kelamin dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah seseorang (Black & Hawks, 2006).

4. Hubungan Penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah pasien hemodialisis.

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji analisis statistic Spearman Rank pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 menunjukkan p-value untuk penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah sistolik 0,779 sedangkan p-value

(30)

52

penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah diastolik 0,561 dimana kedua p-value >0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara statistic antara penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik di Unit Dialisis RSUD Wates Kulon Progo.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sulistini (2012), dengan judul “Hubungan Antara Tekanan Darah Pre Hemodialisis dan Lama Menjalani Hemodialisis dengan Penambahan Berat Badan Interdialitik di Ruang Hemodialisis RS. Moh. Hoesin Palembang” yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tekanan darah pre hemodialisis dengan penambahan berat badan interdialitik. Pada penelitian Sulistini (2012) hasil uji analisis korelasi dan regresi menunjukkan bahwa p value untuk tekanan darah sistole sebesar 0,805 dan p value untuk tekanan darah diastole sebesar 0,169 mmHg dimana p value (>0,05).

Hal ini sejalan dengan pernyataan Mustikasari (2017), bahwa Interdialytic Weight Gains (IDWG) yang erat kaitannya dengan cairan berlebih dan merupakan precursor tingginya tekanan darah predialisis. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lolyta (2012) dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Hemodialisis pada Klien Gagal Ginjal Kronis” suatu studi di RS Telogorejo Semarang dengan rancangan Explanatory yang menyatakan bahwa Interdialytic Weight Gains (IDWG) memiliki pengaruhyang signifikan terhadap tekanan darah hemodialisis pada klien dengan gagal ginjal kronik (pvalue <0,05).

Membandingkan penelitian sebelumnya dengan teori yang ada, bahwa tekanan darah bukan hanya akibat dari penambahan berat badan saja, namun banyak faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tekanan darah itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi IDWG dan tekanan darah diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lama hemodialisa.

(31)

53

Gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang dapat dialami oleh semua orang sesuai etiologinya. Rentang usia pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Wates adalah 25 tahun sampai >65 tahun. Berdasarkan karakteristik usia, sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisis adalah 45-55 tahun. Fungsi renal akan berubah dengan pertambahan usia. Sesudah usia 40 tahun terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus secara progresif hingga usia 70 tahun (Smeltzer & Bare, 2008). Selain itu usia juga dapat mempengaruhi tekanan darah karena semakin menua usia seseorang, maka elastisitas arteri mengalami penurunan dan arteri lebih kaku dan kurang mampu merespon tekanan darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah (Kozier, 2010).

Selain usia, jenis kelamin juga merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi penambahan berat badan interdialitik dan tekanan darah. Sebagian besar pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Wates adalah laki-laki. Menurut penelitian Worden (2007), air total tubuh laki-laki membentuk 60% dari berat badannya, sedangkan air total tubuh perempuan membentuk 50% dari berat badannya. Air total tubuh akan memberikan penambahan berat badan yang meningkat lebih cepat sehingga terkait hal tersebut, maka penambahan berat badan interdialitik pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Selain itu jenis kelamin juga tidak hanya mempengaruhi penambahan berat badan interdialitik, tetapi juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Menurut penelitian Prasetyaningrum (2014), bahwa laki-laki atau perempuan sama-sama memiliki kemungkinan beresiko terkena hipertensi. Namun laki-laki lebih beresiko mengalami hipertensi dibandingkan perempuan pada saat usia <45 tahun, tetapi pada saat usai >45 tahun perempuan lebih beresiko mengalami hipertensi dikarenakan faktor hormonal.

Tingkat pendidikan juga merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi pembatasan asupan cairan, karena semakin tinggi

(32)

54

pendidikan seseorang, kesadaran untuk mencari pengobatan dan perawatan akan masalah kesehatan yang dialami juga semakin tinggi. Sebagian besar tingkat pendidikan pasien yang menjalani hemodialisa di RSUD Wates adalah SMP. Tingkat pendidikan yang rendah dan kurang pengetahuan tentang gagal ginjal kronik terutama Interdialytic Weigh Gain (IDWG) karena kurangnya informasi dari petugas kesehatan dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah tidak memungkinkan untuk mendapatkan infromasi dari sumber lain (Istanti, 2014). Tingkat pendidikan juga secara tidak langsung dapat mempengaruhi tekanan darah karena tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup seseorang yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan aktivitas fisik (Anggara & Prayitno, 2015).

Pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Wates adalah sebagian besar menjalani hemodialisis >1 tahun. Penelitian Sapri (2004) menyatakan bahwa lamanya menjalani hemodialisa (>1 tahun) mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, kepatuhan, pembatasan asupan cairan. Setiap pasien memerlukan waktu yang berbeda-beda dalam meningkatkan pengetahuan dan sikapnya. Semakin lama pasien menjalani terapi HD maka akan banyak pengetahuan yang diperoleh dan bersikap positif terhadap kepatuhan diet dan cairan. Penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Suslistini (2013), semakin lama penderita menjalani hemodialisis maka akan sering terpapar oleh efek samping hemodialisis baik akut maupun kronis dan penambahan berat badan interdialitik merupakan salah satu efek tersebut. Pasien yang menjalani HD >1 tahun mengalami kerusakan ginjal yang berat sehingga pengganti ginjal seumur hidup adalah hemodialisa. Pada pasien gagal ginjal kronik, aktivitas renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan aldosterone yang dapat memacu tekanan darah sehingga mengalami peningkatan tekanan darah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan rata-rata tekanan darah

(33)

55

sistolik pada pasien HD di RSUD Wates adalah 144,57 mmHg dan rata-rata tekanan darah sistolik 90,32 mmHg.

Kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol yang menyebabkan kenaikan berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang lebih besar (Ramayulis, 2010). Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan ekstraseluler menyebabkan volume darah yang berdampak pada timbulnya hipertensi atau peningkatan tekanan darah (Sutanto, 2010). Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung kalium mengakibatkan jumlah natrium menumpuk dan meningkatkan risiko hipertensi (Junaedi dkk, 2013).

Sebagian besar kasus hipertensi dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika kedua orangtua memiliki riwayat hipertensi, maka anaknya berisiko terkena hipertensi, terutama hipertensi primer. Hal ini terjadi karena adanya gen yang menuruan pada dirinya (Sutanto, 2010). Jadi dari berbagai teori dan penelitian sebelumnya, peneliti menarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah pada pasien hemodialisis di RSUD Wates.

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian telah berusaha secara maksimal, namun tentunya penelitian ini masih belum sempurna karena dalam penelitian ini peneliti memeiliki keterbatasan penelitian diantaranya adalah 1) Peneliti tidak bisa mengendalikan faktor lain yang mempengaruhi

tekanan darah yaitu merokok, minum alkohol, konsumsi garam 2) Peneliti tidak melihat dari waktu lama menjalani hemodialisa

3) Peneliti tidak bisa melakukan apersepsi dengan semua perawat yang ada diruangan HD karena keterbatasan tenaga dan waktu.

(34)

56 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hubungan penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah pada pasien hemodialisis di RSUD Wates Kulon Progo dapat disimpulkan bahwa:

1) Karakteristik responden pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis menurut usia paling banyak adalah 45-55 tahun sebanyak 15 pasien (31,9%). Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 24 pasien (51,1%). Pendidikan terakhir terbanyak adalah SMP yaitu 25 pasien (53,2%). Lama menjalani HD paling banyak adalah >1 tahun yaitu 43 pasien (91,5%).

2) Angka kejadian penambahan berat badan interdialitik rata-rata adalah 2,7 kg. Berat badan terendah 0,5 kg dan berat badan tertinggi 7,0 kg. 3) Angka kejadian tekanan darah yang menjalani hemodialisis rata-rata

tekanan darah sistolik 144,57 mmHg dan tekanan darah diastolic 90,32 mmHg.

4) Tidak ada hubungan antara penambahan berat badan interdialitik dengan tekanan darah pada pasien hemodialisis di RSUD Wates Kulon Progo.

B. Saran

1) Bagi Institusi Rumah Sakit

Diharapkan Rumah Sakit dapat mengetahui penambahan berat badan interdialitik dan tekanan darah pada pasien hemodialisis sehingga dapat mengontrol terjadi penambahan berat badan interdialitik yang berlebihan

(35)

57

2) Bagi Pasien Hemodialisa

Diharapkan dapat menjadi informasi bagi pasien hemodialisis mengenai efek hemodialisa terhadap perubahan berat badan terkait tekanan darah selama menjadi hemodialisa. Agar Interdialytic

Weight Gain (IDWG) tidak meningkat, diharapkan pasien

hemodialisa membatasi cairan. 3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengendalikan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini dan selanjutnya dapat meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Interdialytic Weight Gain (IDWG).

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Alam dan Hadibroto. (2008), Gagal Ginjal Edisi 1, Gramedia, Jakarta, Hal 24-28.

Anggara & Prayitno. 2013), Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan

Darah di Puskesmas Telaga Murni Cikurang Barat, Jurnal Ilmiah

Kesehatan Vol.5 No.1

Arnold, T. L. (2007), Predicting Fluid Adherence In Hemodialysis Patient, Di unduh tanggal 16 Maret 2013.

Agarwal, R., and Light, R.P. (2010), Intradialytic Hypertension is a Marker of Volume Excess, Nephrol Dial Transplant, 25(10): 3355–61.

Beiber, S. D & Himmelfarb, J. (2013), Hemodialysis, Philadelphia, 2473-505.

Black, J.M, Hawks J.H. (2006), Medical Surgical Nursing, Clinical

Management for Positive Outcomes, (8th Edition), WB. Saunders

Company, Philadelpia.

Brunner & Suddarth. (2008), Keperawatan Medikal Bedah, (edisi 8), EGC, Jakarta.

Darmojo. (2006), Buku Ajar Geriatri, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.

Daugirdas, J. T., Blake, P. G., & Ing, T. S. (2007), Handbook of Dialysis, 4th Ed, Lippincott Williams Wilkins, Philadelphia.

Dharma, Kelana.K. (2011), Etodologi Penelitian Keperawatan, Trans Info Media, Jakarta.

DINKES. (2013), Profil Kesehatan Daerah Istimewa YogyakartaTahun 2013,

Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Yogyakarta.

Ferendi. (2008), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Perawatan Hemodialisis, Diakses tanggal 15 Februari 2009.

Hwang, J., Wang, C.T., & Chien, C.C. (2007), Effect of climatic temperature on fluid gain in hemodialysis patients with different degrees of overhydration Blood Purification, 25(5-6), 473-479.

Istanti, Y. P. (2009), Faktor-faktor yang Berkontribusi Terhadap Interdialytic Weight Gains (IDWG) pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) di

Unit Hemodialisis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta., Jurnal

Universitas Indonesia, Di akses tanggal 14 Februari 2013.

. (2014), Hubungan Antara Masukan Cairan dengan Interdialytic Weight Gain Pada Pasien Chronic Kidney Disease di Unit Hemodialisis

(37)

RS PKU Muhammmadiyah Yogyakarta, Jurnal Profesi, Vol.10, Diakses September 2013-Februari 2014

Irianto, K. (2014), Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klinis, ALFABETA, Jakarta.

Kozier, Erb., Berman., Snyder. (2010), Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses & Praktik, Volume: 1, Edisi: 7, EGC, Jakarta.

Kusumo, Arlis W. (2010), Perbedaan Penyebab Gagal Ginjal Antara Usia Tua

dan Muda pada Penderita Ginjal Kronik Stadium V yang Menjalani Hemodialisis di RSUD DR. Moewardi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Kusumawardani, Y. (2010), Hubungan Karakteristik Individu dengan Kualitas Hidup Dimensi Fisik Pasien Gagal Ginjal Kronis, Naskah Publikasi, Universitas Muhamadiyah Semarang, Semarang

Lolyta, R., Ismonah dan Solechan. (2011), Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Hemodialisis pada Klien Gagal Ginjal Kronik, 17 April 2013.

Liani, N.A. (2016), Hubungan Penambahan Berat Badan Interdialisis dengan Hipertensi Intradialisis Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSD DR. Soebandi, Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Jember.

Maris, V.N & Maryanti, S. (2013), Gambaran Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa, Diakses Januari 2015.

Muttaqin, A., dan Sari, Kumala. (2011), Asuhan Keperawatan Gangguan

Sistem Perkemihan, Salemba Medika, Jakarta.

Musyawir, Junaidi dan Suryani. (2012), Pengaruh Tindakan Hemodialisa Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Penyakit Ginjal di bagian Hemodialisis RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Volume 1, No 4.

Mustikasari, I. (2017), Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Kenaikan Interdialytic Weight Gain Pasien Hemodialisa RSUD Panembahan Senopati, Vol.XV, Diakses 1 Februari 2017.

Nursalam, dan Fransisca, K. (2009, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Perkemihan, Salemba Medika, Jakarta.

Notoadmojo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Nursalam. (2008), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

(38)

. (2013), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta

Nurcahyati, S. (2011), Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis di RS Islam Fatimah.Cilacap, FIK UI, Depok.

Palmer & William. (2007), Tekanan Darah Tinggi, Erlangga, Jakarta.

Prasetyaningrum, Y. I. (2014), Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti, FMedia, Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar. (2013), Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sapri, A. (2004), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Cairan Pada

Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD dr.H. Abdul Moeloek Lampung, Diakses 15 Februari 2009.

Sulistini, R., Sari dan Hamid. (2013), Hubungan Antara Tekanan Darah Pre Hemodialisis dan Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Penambahan Berat Badan Interdialitik di Ruang Hemodialisis Rs. Moh. Hoesin, Palembang.

Sugiyono. (2010), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Alfabeta, Bandung.

Sujarweni, V.W. (2014), Metodologi Penelitian Keperawatan, Gava Media, Yogyakarta.

Setiawan & Saryono. (2010), Metodologi Penelitian Kebidanan, Nuhamedika, Jakarta.

Sudoyo, A. W., Setiyobudi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2009), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 5, Salemba Medika, Jakarta

Syamsudin. (2011), Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal, Salemba Medika, Jakarta

Syaifuddin. (2009), Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta. Smeltzer & Bare. (2008), Keperawatan Medical Bedah vol 2, EGC, Jakarta.

.. (2008), Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2. Linppincott William & Wilkins, Philadelphia.

Suwitra, K. (2009), Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo, A. W., Setiyobudi, B., Alwi, I., Simadibarata. (2009), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing, Jakarta.

(39)

Suryarinilsih, Yosi. (2010), Hubungan Penambahan Berat Badan Antara Dua Waktu Dialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa di Rumah sakit Sakit Dr. M. Djamil Padang, Di Akses tanggal 4 mei 2015. Wiryowidago, S. (2007), Tanaman Obat Untuk Jantung, Darah Tinggi &

Kolesterol, PT Argomedia Pusaka, Jakarta

Wallace, M. (2008), Essentials of Gerontological Nursing, Springer Publishing Company, New York.

(40)
(41)
(42)

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pasien Gagal Ginjal  Kronis yang Menjalani Hemodialisis di Unit RSUD Wates  Karakteristik Pasien                 Frekuensi (n)               Persentase (%)  Usia  17-25 tahun                                  1
Tabel 4.3 Hubungan penambahan berat badan interdialitik dengan  tekanan darah sistolik

Referensi

Dokumen terkait

Cerai gugat adalah perceraian yang diajukan oleh pihak sang isteri. kepada Pengadilan Agama dan perceraian itu terjadi dengan

Perubahan kondisi makroekonomi yang dalam hal ini perubahan nilai tukar dan inflasi juga memberikan dampak secara negatif dan pertumbuhan output memberikan

Produksi gas kumulatif hasil fermentasi substrat jerami padi oleh isolat mikroba rumen kerbau yang telah disimpan selama 8 bulan di refrigerator dan freezer

Berdasarkan hasil penelitian diketahui pada saat post test, responden yang diberikan terapi musik klasik menunjukkan adanya peningkatan kualitas tidur dengan presentse

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Jaminan merupakan kemampuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan serta sifat yang dapat dipercaya dalam menangani keluhan pelanggan, memberikan pelayanan

• DKFT: Keluarkan Rp166 juta untuk eksplorasi September

memahami judul proposal skripsi “ Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran (Studi Penelitian pada Dayah Darussa’adah Meureubo Kecamatan Makmur..