commit to user
i
KUALITAS AUDIT: FAKTOR PENENTU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA SAHAM
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
WAODE ROSLIANI
NIM: S4310030
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
commit to user
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ SESUNGGUHNYA SESUDAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN “
(QS. Alam Nasrah: 3)
“ SELALU IKHLAS DAN SABAR ADALAH KUNCI YANG AMPUH DALAM MENJALANI KEHIDUPAN ...“
“ BERDOA DAN BERPIKIR POSITIF ADALAH SEMANGAT YANG AMPUH DALAM MENJALANI KEHIDUPAN...”
Persembahkan kepada:
1. Bapak H. Laode Muh. Ali Rahim dan Ibundaku Hj. Siti Rabia.
2. Suami Udy Mallysa dan Anak-anakku tercinta (Muh. Aditya PM, Aisya
Astafani AM, Alif Firdaus PM)
3. Teman-teman Maksi khususnya Esty Apridasari
4. Sahabat-sahabatku semua
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohim.
Assalaamu’alaikum wr.wb
Syukur alhamdulillah, segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tesis ini sebagai tugas akhir untuk melengkapi
syarat-syarat guna mencapai gelar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis tidak terlepas dari hambatan dan
tantangan. Namun demikian, berkat bimbingan, bantuan, dorongan, dan dukungan
dari berbagai pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis secara
khusus mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada Bapak Dr. Bandi,
M.Si, Ak. dan Bapak Arif Lukman Santoso, SE. MM. Master, Ak. Selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya dalam
penyusunan tesis ini. Tanpa kesabaran dan arahan beliau berdua selama proses
pembimbingan, niscaya penulis tidak akan mampu menyusun dan menyelesaikan
tesis ini dengan baik.
Selain itu, penulis juga menyampaikan penghargaan dan terimakasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
commit to user
vii
2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Dr. Payamta, M.Si., Ak. CPA, selaku Ketua Program Studi Magister
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak H. Laode Muh. Ali Rahim dan Ibu Hj.
Siti Rabia yang tiada henti-hentinya selalu mendoakan dan memberi nasehat
yang tulus kepada penulis agar semangat dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Suami dan anak-anakku tercinta yang tiada henti-hentinya mendoakan dan
memberi kekuatan serta motivasi agar tesis ini dapat terselesaikan dengan
cepat dan tepat.
7. Sahabat-sahabatku baik sahabatku yang di MAKSI maupun sahabatku yang di
Samarinda, terimakasih atas segala dorongan dan semangat untuk
menyelesaikan tesis ini tanpa ada kata putus asa dan menyerah.
8. Seluruh Dosen beserta staf administrasi di Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak
memberikan bimbingan keilmuan, khususnya dalam disiplin Ilmu Akuntansi
dan membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan
commit to user
viii
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan.
Surakarta, 2012
Penulis
commit to user
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN v
KATA PENGANTAR vi
1.1Latar Belakang Penelitian 1
1.2 Perumusan Masalah 6
1.3Tujuan Penelitian 7
1.4 Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS… 9
2.1Teori Keagenan (Agenci Theory)...
2.2Kualitas audit...
2.3Ukuran KAP dan Kualitas Audit...
2.4Masa Penugasan Audit dan Kualitas Audit... 9
10
14
commit to user
x
Halaman
2.5Komite Audit dan Kualitas Audit... ...
2.6Auditor Industry Specialization dan Kualitas Audit...
2.7Teori Sinyal (Signaling Theory)...
3.2Tehnik Pengumpulan Data 29
3.3Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 31
3.3.1 Variabel independen (variabel bebas) 31
3.3.2 Variabel dependen (variabel terikat) 32
3.4 Metode Analisis Data 36
3.4.1 Uji asumsi klasik 36
3.4.2 Uji Hipotesis 38
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 41
4.1Populasi dan Sampel 41
4.2Statistik Deskriptif 41
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 42
4.4 Analisis Regresi... 48
4.3.1 Analisis Regresi Persamaan Pertama 48
4.3.2 Analisis Regresi Persamaan Kedua...
commit to user
xi
Halaman
5.1 Kesimpulan 57
5.2 Keterbatasan 58
5.3 Implikasi 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif 41
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Persamaan Pertama... 43
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Pertama... 43
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Pertama... 44
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Persamaan Kedua... 46
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Kedua... 47
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Persamaan Pertama ... 48
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian 28
Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Pertama... 45
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perusahaan Sampel
Lampiran 2. Data Penelitian
Lampiran 3. Hasil Uji Asumsi Klasik Regresi Pertama
Lampiran 4. Hasil Uji Asumsi Klasik Regresi Kedua
Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Pertama
commit to user
xv ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris dari beberapa faktor yang diduga kuat berpengaruh terhadap kualitas audit, dan kemudian menguji pengaruh kualitas audit terhadap return saham. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel penelitian terdiri dari 25 perusahaan selama periode 5 (lima) tahun. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Ukuran KAP, Komite audit dan Audit
Tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas audit di level 5% dan 1%, sedangkan auditor industry specialization tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Discretionary accruals berpengaruh negatif terhadap return saham dengan tingkat signifikansi 1%.
Kata kunci: Ukuran KAP, audit tenure, komite audit, audit spesialisasi industri, kualitas audit, kinerja saham.
commit to user
xvi
ABSTRACT
This study aims to obtain empirical evidence of the factors that influence on audit quality, and examine the influence of audit quality on stock returns. The population of this research is manufacturing companies listed on Indonesian Stock Exchange. The sample selection in this study uses purposive sampling method include 25 companies as sample for 5 years. The hypothesis testing uses multiple linear regression analysis and simple linear regression analysis.
The results show that: Size of Public Accountant Firm, audit committee, and the Audit Tenure have significantly and positively influence on audit quality. Howewer auditor industry specialization has no influence on audit quality. Discretionary accruals has a negative influence on stock returns.
Keywords: the size of the KAP, tenure auditing, committee audits, audits of
commit to user
KUALITAS AUDIT: FAKTOR PENENTU DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KINERJA SAHAM
TESIS
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
WAODE ROSLIANI
NIM: S4310030
MAGISTER AKUNTANSI REGULER
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kualitas audit merupakan topik yang hangat antara akuntan berpraktik dan
pengambilan kebijakan di Amerika Serikat dan berbagai tempat lainnya (Olivero,
2007). Hal itu juga dibuktikan dengan masih banyaknya jurnal yang
mempublikasikan penelitian tentang kualitas audit seperti: penelitian yang
dilakukan oleh Jordan, Clark dan Hames (2010), Ethridge dan Marsh (2010), dan
Choi, Kim dan Zang (2010). Kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik juga
tengah mendapat sorotan dari masyarakat terkait dengan banyaknya kasus seperti
kasus yang menimpa Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing,
Adelphia dan Walt Disney, serta Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta yang
diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great
River Internasional, Tbk. Dengan merebaknya skandal keuangan baik domestik
maupun manca negara tersebut, memicu pertanyaan tentang bagaimana kualitas
audit yang dihasilkan oleh akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan
klien.
Sampai sekarang masalah kualitas audit masih sering membingungkan.
Penelitian kualitas audit yang menggunakan proksi auditor kategori big five dan
non big five telah gagal menjelaskan masalah ini. Kasus Enron yang mengalami
kesulitan keuangan secara tiba-tiba ternyata melibatkan auditor kategori big five.
Dengan demikian auditor karegori big five tidak dapat menjamin adanya standar
commit to user
proksi kualitas audit ukuran kantor Akuntan Publik. Hal itulah yang menjadi
alasan mengapa kualitas audit perlu diteliti lebih lanjut.
Walaupun disadari bahwa kualitas audit sangat penting bagi kelancaran
sistem perekonomian suatu negara, terutama bagi aktivitas investasi di pasar
modal, namun terdapat satu permasalahan utama dalam menentukan tinggi
rendahnya kualitas audit, yaitu menemukan metode yang handal untuk mengukur
kualitas audit secara akurat (Wibowo dan Rossieta, 2009). Berbagai penelitian dan
metode dalam mengukur kualitas audit telah dilakukan. Behn, Uhol dan Rang
(2008); dan Jordan et al. (2010) menggunakan proksi dikotomi KAP (Kantor
Akuntan Publik) yang besar dan KAP yang kecil untuk mengukur kualitas audit,
sedangkan Krishnan (2003); dan Mayangsari (2004) menggunakan proksi
dikotomi spesialis industri dan non spesialis industri. Ada pula peneliti yang
menggunakan proksi kualitas teknis dan kualitas layanan serta kombinasi ukuran
auditor (big dan non big) dengan spesialis industri seperti Chen, Lin, dan Zhou
(2005).
Hasil Pertemuan G-20 (The London Summit 2008) dalam menindaklanjuti
krisis global yang terjadi pada tahun 2008 yang lalu merumuskan beberapa
prioritas kunci yang menjadi perhatian bersama, salah satunya adalah mengenai
reformasi sektor keuangan. Salah satu kebijakan penting yang dihasilkan terkait
reformasi sektor keuangan adalah meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pelaporan keuangan dalam pasar modal, termasuk meningkatkan kualitas audit
dari akuntan publik untuk menjamin keterbukaan dan akurasi informasi keuangan
commit to user
kepentingan pihak principal (yaitu pemegang saham, terutama publik sebagai
salah satu partisipan aktif dalam pasar modal)dengan pihak agent, yaitu manajer
sebagai pengelola keuangan perusahaan (Wibowo dan Rossieta, 2009). Oleh
karena itu, auditor harus mampu menghasilkan audit yang berkualitas yang akan
berguna dalam pengambilan keputusan bagi para penggunanya.
DeAngelo (1981) menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha
untuk menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP yang
kecil. Teoh dan Wong (1993) juga memberikan bukti bahwa ERC (Earnings
Response Coefficient) perusahaan yang menjadi klien pada KAP yang besar,
secara statistik signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan yang menjadi
klien pada KAP yang kecil. Sejalan dengan penelitian DeAngelo (1981)
sebelumnya, Hogan (1997); Teoh dan Wong (1993) mengidentifikasikan bahwa
kantor auditor yang besar menunjukkan kredibilitas auditor yang semakin baik,
yang berarti kualitas audit yang dilakukan semakin baik pula. Akan tetapi, hasil
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maradona
(2009). Maradona (2009) menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya di
Indonesia kualitas audit KAP Big Four lebih rendah daripada KAP Non Big Four.
Jadi masih terdapat kelompok yang menyatakkan bahwa tidak terdapat perbedaan
dalam kualitas audit.
Selain itu berbeda dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan kualitas audit dimana KAP yang besar menyajikan kualitas
audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP yang kecil, realita di lapangan
commit to user
saat itu terlibat skandal Enron, sehingga banyak pihak telah menyangka bahwa
kualitas audit telah mengalami penurunan walaupun pernyataan ini perlu dikaji
lebih lanjut lagi.
DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai segala
kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan
melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan klien yang diaudit.
Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada
kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah
saji tergantung pada independensi auditor. Sementara itu AAA Financial
Accounting Commite (2000) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua
hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung
terhadap kualitas audit.
DeAngelo (1981) berpendapat bahwa kualitas audit berupa kompetensi
dan independensi itu hanya dimiliki oleh kantor akuntan yang berukuran besar
(Big pada zaman itu). KAP yang besar biasanya mempunyai sumber daya yang
lebih banyak dan lebih baik untuk melatih auditor mereka, membiayai auditor ke
berbagai pendidikan profesi berkelanjutan, dan melakukan pengujian audit
daripada KAP kecil sehingga dianggap lebih kompeten. Selain itu KAP yang
besar dianggap lebih independen karena sudah mempunyai jaringan klien yang
luas dan banyak sehingga mereka tidak tergantung atau tidak takut kehilangan
klien.
Kemudian DeAngelo (1981) juga berpendapat bahwa kualitas jasa audit
commit to user
karena auditor dapat terus menggunakan teknologi dan pengetahuan audit yang
telah diperoleh selama menjalankan audit pada periode sebelumnya dan
memberikan jasa secara konsisten. Walaupun DeAngelo (1981) tidak secara
eksplisit menyatakan bahwa kualitas audit berkorelasi dengan jangka waktu
tertentu sebagai masa optimal penugasan audit, namun dia berargumen bahwa
berbagai manfaat akan hilang jika masa penugasan audit hanya dilakukan dalam
waktu yang relatif singkat.
Selanjutnya Antle dan Nalebuff (1991) menyatakan bahwa laporan audit
harus dipandang sebagai laporan bersama antara auditor dengan manajemen
perusahaan. Oleh karena itu kualitas audit juga tidak hanya dipengaruhi oleh
auditor, melainkan oleh auditee juga. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
maka dalam penelitian ini penulis juga memasukkan keberadaan komite audit
yang merupakan variabel yang berasal dari internal perusahaan (auditee) sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Hal ini juga didukung oleh
Moizer, Petters, dan Turley (1989) yang menyatakan bahwa beberapa risiko
berhubungan dengan kinerja suatu audit, sedangkan risiko audit terdiri dari risiko
bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Dari ketiga risiko audit tersebut,
dua risiko yakni risiko bawaan dan risiko pengendalian bersumber dari internal
perusahaan (auditee).
Kualitas kantor akuntan publik (KAP) juga dapat memberikan signal
kepercayaan pihak perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan atas legalitas dan integritas opini bebas yang dikeluarkan
commit to user
kepada pihak luar serta dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan auditan
dan kepercayaan investor meningkat. Dengan kata lain, kualitas audit memberikan
sinyal positif terhadap harga saham.
1.2 Perumusan Masalah
Adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya di antaranya penelitian yang dilakukan oleh: DeAngelo (1981) KAP
yang besar akan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dari pada KAP yang
kecil namun Maradona (2009) justru menyatakan berdasarkan penelitiannya di
Indonesia kualitas audit KAP big four lebih rendah dari KAP non big four.
Sementara itu Carcello dan Nagy (2004) menemukan bahwa kualitas audit
dipengaruhi oleh lamanya penugasan audit namun Wibowo dan Rossieta (2009)
menyatakan tidak ada pengaruh antara masa penugasan audit terhadap kualitas
audit, Bradbury, Mar dan Tan (2004) menemukan komite audit meningkatkan
kualitas audit karena komite audit memonitor proses pelaporan keuangan, namun
Kalbers (1996) membuktikan bahwa pelaksanaan komite audit tidak efektif
sehingga tidak mampu meningkatkan kualitas audit, dan Krishnan (2003)
menemukan audit spesialisasi industri akan lebih efektif dalam melakukan audit
sehingga kualitas audit tercapai, namun hal ini berbeda dengan hasil penelitian
Januarsi (2010) dimana auditor spesialisasi belum mampu mengurangi manipulasi
melalui aktivitas real.
Berbedanya hasil penelitian tentang kualitas audit dengan menggunakan
berbagai faktor pengukuran dari kualitas audit itu sendiri telah memicu pertanyaan
commit to user
kualitas audit dari akuntan publik diharapkan dapat menjamin keterbukaan dan
akurasi informasi keuangan perusahaan. Akuntan publik adalah pihak yang
dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal dengan pihak agent
sebagai pengelola keuangan perusahaan (Wibowo dan Rossieta, 2009).
Dalam konteks kualitas audit, sinyal opini bebas yang diberikan oleh
kantor akuntan publik merupakan sinyal yang mencerminkan keandalan informasi
laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah diaudit. Kualitas audit
yang tinggi diharapkan memberikan sinyal positif kepada pihak luar serta dapat
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan auditan sehingga kepercayaan
investor meningkat, dan pada akhirnya mampu mamberikan sinyal positif
terhadap harga saham.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian berikut ini:
1. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi penentu kualitas audit?
2. Bagaimana pengaruh kualitas audit terhadapkinerja saham?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji secara empiris beberapa faktor yang diduga kuat berpengaruh
terhadap kualitas audit. Faktor faktor tersebut diantaranya pengaruh ukuran
KAP, masa lamanya audit bekerja memberikan jasa audit pada klien (a udit
commit to user
2. Untuk menguji secara empiris pengaruh kualitas audit terhadap kinerja
saham.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara
lain adalah berikut ini:
a. Bagi Akademisi
Secara Akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan teori di Indonesia, khususnya mengenai
masalah kualitas audit. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab masalah
yang berkaitan dengan faktor penentu kualitas audit, dan pengaruhnya
terhadap kinerja saham.
b. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi auditor, investor dan
kreditur tentang masalah kualitas audit dan pengaruhnya terhadap kinerja
saham perusahaan, sehingga lebih dapat memahami kredibilitas laporan
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency theory menjelaskan mengenai hubungan yang muncul ketika satu
orang individu atau lebih yang disebut principal memberikan mandat kepada
individu lain atau organisasi yang disebut agent untuk melaksanakan pekerjaan
dan kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agent
tersebut. Menurut Jensen dan Meckling (1976) ada dua macam bentuk hubungan
keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan antara
manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Selanjutnya Jensen dan Meckling
(1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara
manajer (agent) dengan investor (principal).
Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara
shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal di
antara mereka. Manajer (agent) sebagai pengelola perusahaan lebih banyak
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang
dibandingkan pemilik (principals). Ketimpangan informasi ini biasa disebut
sebagai asymetri information. Baik pemilik maupun manajer diasumsikan
mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan
kepentingannya sendiri (Jensen dan Meckling, 1976). Manajer mungkin akan
takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga
commit to user
Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen,
dalam hal ini adalah akuntan publik (auditor).
2.2 Kualitas Audit
Becker, DeFond, Jiambalvo, dan Subramanyan (1998) menyatakan bahwa
tingkat efektivitas pelaksanaan audit bervariasi bergantung pada kualitas auditor.
Bila dibandingkan dengan auditor yang berkualitas rendah, auditor yang
berkualitas tinggi lebih mampu mendeteksi penyimpangan dalam penerapan
praktik akuntansi dan saat sudah terdeteksi, auditor ini mampu untuk menolak
praktik tersebut dan merubah laporan auditnya. Hal ini bermakna auditor
mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan. Oleh karena itu
kualitas audit merupakan masalah utama yang harus mendapat perhatian khusus
dalam proses pengauditan. Definisi audit di atas lebih menekankan kepada
penilaian praktik sistem akuntansi klien dan keselarasan informasi akuntansi.
Sistem akuntansi dan keselarasan informasi yang bermanfaat merupakan tujuan
dari pada laporan keuangan.
Audit yang berkualitas adalah audit yang membuat perusahaan tidak
melaporkan akrual diskresioner yang abnormal. Becker et al. (1998) menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara kualitas audit dan manajemen laba. Becker et al.
(1998) berhasil membuktikan bahwa KAP Big Six memiliki kualitas audit yang
lebih tinggi daripada KAP Non Big Six, berdasarkan pada bukti bahwa perusahaan
yang diaudit oleh KAP NonBig Six melaporkan discretionary accrual yang lebih
commit to user
oleh KAP Big Six. Auditor diharapkan dapat membatasi dan mengurangi praktek
manajemen laba serta membantu untuk meningkatkan kepercayaan pemegang
saham dan pengguna laporan keuangan. Namun Pengaruh dan kemampuan
auditor untuk dapat mengetahui praktek manajemen laba bergantung kepada
kualitas auditor tersebut.
Kualitas audit juga telah didefinisikan dengan berbagai cara. Watkins,
Hillison, dan Morecroft (2004) mengidentifikasi beberapa definisi kualitas audit.
Di dalam literatur praktis, kualitas audit adalah tingkat kesesuaian proses
pengauditan dengan standar pengauditan. Di sisi lain, peneliti akuntansi
mengidentifikasi berbagai dimensi kualitas audit. Dimensi-dimensi yang
berbeda-beda ini membuat definisi kualitas audit juga berberbeda-beda-berbeda-beda. Ada empat kelompok
definisi kualitas audit yang diidentifikasi oleh Watkins, Hillison, dan Morecroft
(2004). Pertama adalah definisi yang diberikan oleh DeAngelo (1981). DeAngelo
mendefinisikan kualitas audit sebagai segala kemungkinan (joint probability)
dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan salah saji material
dalam laporan keuangan klien yang diaudit. Kedua adalah definisi yang
disampaikan oleh Lee, Liu, dan Wang (1999). Kualitas audit menurut mereka
adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan
opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung salah
saji material. Ketiga adalah definisi yang diberikan oleh Davidson dan Neu (1993)
yaitu Kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor.
commit to user
serta bias dan meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi (Wallace,
1980).
Watkins et al. (2004) memisahkan antara presepsi tentang kualitas audit
dengan kualitas audit itu sendiri. Persepsi tentang kualitas audit itu sendiri adalah
mengikuti DeAnggelo, reputasi auditor. Sedangkan kualitas audit adalah
kemampuan auditor untuk memastikan bahwa kecurangan tidak terjadi
(setidaknya secara material) dan berani melaporkan adanya kecurangan tersebut.
DeAngelo (1981) setuju dengan pendapat bahwa kualitas audit harus
dilihat dari dua sisi: permintaan atau input atau berhubungan dengan pihak klien
dan pasokan atau output atau berhubungan dengan pihak auditor. Karena auditor
bertugas untuk memverifikasi data keuangan yang disusun oleh manajemen, maka
kualitas audit definisikan: “the market-assessed joint probability that a given
auditor will both (a) discover a breach in the client’s accounting system, and (b)
report the breach”.
Poin-poin penting dari pengertian di atas adalah bahwa audit yang
berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan orang
yang independen. Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki
kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar,
memahami dan menggunakan metode penyampelan yang benar. Sebaliknya,
auditor yang independen adalah auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan
secara independen melaporkan pelanggaran tersebut. Probabilitas auditor akan
melaporkan adanya pelanggaran tergantung pada tingkat kompetensi mereka
commit to user
Salah satu cara untuk mengukur kualitas hasil pekerjaan auditor adalah
melalui kualitas keputusan-keputusan yang diambil. Menurut Bedard dan
Michelene (1993) ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi
sebuah keputusan secara umum, yaitu outcome oriented dan process oriented.
Untuk pendekatan yang berorientasi proses, O’Keefe (1994) berpendapat
bahwa dalam konteks Amerika Serikat, kualitas keputusan diukur dengan: (i)
tingkat kepatuhan auditor terhadap General Acceptance on Auditing Standards
(GAAS); (ii) tingkat spesialisasi auditor dalam industri tertentu. Bagi pendekatan
yang berorientasi hasil, Francis (2004) mengukur kualitas audit melalui hasil
audit. Ada dua hasil audit yang dapat diobservasi yaitu: (i) laporan audit; dan (ii)
laporan keuangan. Ukuran yang dapat diobservasi dalam laporan audit adalah
kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini going concern ketika
perusahaan bangkrut (Carey dan Simnett, 2006), Sedangkan ukuran yang dapat
diobservasi dalam laporan keuangan adalah kualitas laba (Wibowo dan Rossieta,
2009).
Wibowo dan Rossieta (2009) menyatakan bahwa nilai laba yang
dilaporkan dapat dikelola sesuai dengan tujuan manajemen yaitu tujuan
“opportunistic” atau “efficient”. Efficient motives dari earnings management
adalah memberikan fleksibilitas kepada manajemen untuk memilih kebijakan
akuntansi yang dapat mencerminkan potensi ekonomis perusahaan dimasa depan
bagi kepentingan pemegang saham. Sedangkan opportunistic motives dari
earnings management bertujuan memberikan fleksibilitas kepada manajemen
commit to user
Nagy (2005), misalnya, mengukur perbedaan kualitas laporan keuangan
eks klien Andersen yang diaudit oleh kantor akuntan yang baru pengganti
Andersen yang telah bubar. Kualitas laporan keuangan—yang ia pertukarkan
dengan kualitas audit—diukur dengan akrual diskresioner. Akrual diskresioner
eks klien Andersen diekspektasi akan lebih rendah ketika mereka diaudit oleh
auditor baru karena sikap auditor baru yang lebih konservatif terhadap eks klien
Andersen. Nagy (2005) tidak secara eksplisit menunjukkan bahwa ia
membedakan antara kualitas auditor yang menjalankan pekerjaan itu dengan
kualitas kantor akuntan yang mengaudit eks klien Andersen. Memang tidak
mudah untuk membedakan apakah keberadaan akrual diskresioner yang
menurunkan laba pada eks klien Andersen adalah hasil dari pekerjaan auditor
yang bertugas ataukah hasil dari penggunaan prosedur audit yang telah ditetapkan
oleh kantor akuntan tempat auditor tersebut berada.
Terkait dengan opportunistic motives dari manajer, kualitas audit
seringkali dikaitkan dengan kualitas laba yang dilaporkan. Jika kualitas audit yang
dihasilkan rendah, maka laba yang disajikan dalam laporan keuangan yang diaudit
akan cenderung mengandung akun-akun yang tidak terlalu tepat menggambarkan
hasil operasi serta kondisi keuangan perusahaan (Chen et al., 2005).
2.3 Ukuran KAP dan Kualitas Audit
Kualitas audit sering dikaitkan dengan skala auditor. Hal ini dipandang
mempunyai kelebihan dalam empat hal, yaitu: (i) besarnya jumlah dan ragam
commit to user
luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi international; dan (iv)
banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP (Firth dan Tan, 1998). Ukuran
KAP dalam penelitian ini tidak dibedakan dengan kategori big four dan non big
four, tetapi diproksi dengan banyaknya partner yang berafiliasi pada KAP tersebut
yang ditinjau dari banyaknya partner akuntan public yang terdaftar pada KAP
yang ada di Indonesia (Direktori KAP).
AAA Financial Accounting Commite (2000) menyatakan bahwa kualitas
audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. DeAngelo (1981)
berpendapat bahwa kedua kualitas itu hanya dimiliki oleh kantor akuntan yang
berukuran besar (Big 8 pada zaman itu). KAP yang besar biasanya mempunyai
sumber daya yang lebih banyak dan lebih baik untuk melatih auditor mereka,
membiayai auditor ke berbagai pendidikan profesi berkelanjutan, dan melakukan
pengujian audit daripada KAP kecil sehingga dianggap lebih kompeten. Selain itu
KAP yang besar dianggap lebih independen karena sudah mempunyai jaringan
klien yang luas dan banyak sehingga mereka tidak tergantung atau tidak takut
kehilangan klien.
DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh
akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP. KAP yang berukuran besar
dianggap lebih berkualitas dalam melakukan audit karena KAP besar memiliki
sumber daya dan klien yang lebih banyak daripada KAP yang berukuran kecil.
Selain itu karena reputasinya yang telah dianggap baik oleh masyarakat
menyebabkan KAP yang berukuran besar akan melakukan audit dengan lebih
commit to user
dan Yu (2009), Guna dan Herawaty (2010), serta Choi et al. (2010) menunjukkan
bahwa ukuran KAP berhubungan positif dengan kualitas audit. Oleh karena itu,
dirumuskan hipotesis alternatif berikut ini.
Ha1: Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
2.4 Masa Penugasan Audit dan Kualitas Audit
Audit Tenure atau masa penugasan audit merupakan lamanya seorang
auditor bekerja dan berhubungan dengan klien dalam kontrak kerja. Di Indonesia
masalah tenure dan rotasi KAP bersifat mandatory dengan ditetapkannya
Keputusan Menteri Keuangan nomor: 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan
publik dan direvisi dengan keputusan menteri keuangan nomor
359/KMK.06/2003 tanggal 21 Agustus 2003 yang mewajibkan perusahaan untuk
membatasi masa penugasan KAP selama lima tahun dan akuntan publik selama
tiga tahun.
Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan
oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Lamanya masa penugasan audit dapat meningkatkan kualitas audit
dengan berbagai alasan. Pertama, biaya audit yang tinggi (termasuk diantaranya
kegagalan audit) diasosiasikan dengan periode awal masa penugasan audit. Geiger
commit to user
periode awal auditor melaksanakan penugasan audit. Carcello dan Nagy (2004)
juga menemukan bahwa kecurangan dalam laporan keuangan seringkali terjadi
pada tahun-tahun awal auditor melaksanakan audit. Konsisten dengan ini salah
satu interpretasi dari kondisi ini adalah bahwa walaupun tingkat independensi
auditor relatif lebih tinggi diawal masa penugasan, namun tingkat familiaritasnya
lebih rendah, terlihat dari tingginya tingkat kegagalan audit pada masa awal
tersebut .
DeAngelo (1981) juga berpendapat bahwa kualitas jasa audit dapat
terpenuhi dengan semakin panjangnya masa penugasan audit (audit tenure),
karena auditor dapat terus menggunakan teknologi dan pengetahuan audit yang
telah diperoleh selama menjalankan audit pada periode sebelumnya dan
memberikan jasa secara konsisten. Walaupun DeAngelo (1981) tidak secara
eksplisit menyatakan bahwa kualitas audit berkorelasi dengan jangka waktu
tertentu sebagai masa optimal penugasan audit, namun dia berargumen bahwa
berbagai manfaat akan hilang jika masa penugasan audit hanya dilakukan dalam
waktu yang relatif singkat.
Francis et al. (2009) menunjukkan bahwa tingkat akrual diskresioner
menurun (yang diartikan bahwa kualitas audit meningkat) sesuai dengan lamanya
masa penugasan. Carcello et al. (2004) menemukan bahwa tenure yang pendek
berhubungan dengan kecurangan audit yang lebih tinggi dan kemungkinan
kecurangan tersebut menurun ketika audit tenure bertambah lama. Hal ini berarti
lamanya keterikatan auditor dengan klien berhubungan dengan makin tingginya
commit to user
tentang persepsi investor yang menyatakan bahwa lamanya keterikatan KAP
dengan klien identik dengan semakin meningkatnya kualitas audit. Berdasarkan
uraian ini dapat dikembangkan hipotesis alternatif berikut ini.
Ha2: Audit tenure berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
2.5 Komite Audit dan Kualitas Audit
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang
bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan
audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggungjawab komite
audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan
agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa
ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan
tersebut serta apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh
anggota komite audit, juga menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang
diajukan auditor eksternal (KNGCG, 2002).
Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk
mengaudit operasi dan keandalan. Badan ini bertugas memilih dan menilai kinerja
perusahaan kantor akuntan publik. Tujuan pembentukan komite audit adalah:
(a) memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai
dengan praktik akuntansi yang berlaku umum; (b) memastikan bahwa internal
kontrolnya memadai; (c) menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan
commit to user
ketentuan dan peraturan mengenai komite audit telah dibuat diantaranya berikut
ini:
a. Pedoman Good Corporate Governance (Maret 2001) yang menganjurkan
semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit;
b. Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 yang merekomendasikan
perusahaan-perusahaan publik memiliki Komite Audit;
c. KEP-339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang listed di
Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit;
d. KEP-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai
komite audit; dan
e. KEP-103/MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai komite
audit;
Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor
proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan (Bradbury et al., 2004). Tugas komite audit meliputi menelaah
kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian
internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan.
Di dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara
dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal (Bradbury et al., 2004).
Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor
eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan
baik. Dengan demikian hal ini akan dapat mengurangi risiko audit dan
commit to user
Berdasarkan tinjauan di atas maka keberadaan komite audit dan auditor
independen yang berkualitas dapat mengurangi tindakan opportunistic
manajemen. Tindakan manajemen melalui metode akuntansi yang ditentukan
sendiri (accruals) memberikan peluang perusahaan mengatur laba yang
dilaporkan untuk tujuan tertentu. Untuk mengurangi tindakan manajemen laba
dibutuhkan pihak independen yaitu komite audit dan audit ekternal yang
berkualitas yang mampu memonitor tindakan manajemen (Damayanthi, 2004).
Di dalam pelaksanaan tugasnya komite audit menyediakan komunikasi
formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal
(Bradbury et al., 2004). Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor
internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal
dilakukan dengan baik. Keberadaan komite audit dapat mencegah manajer
perusahaan untuk melakukan manipulasi pendapatan (Xie et al., 2003). Dengan
demikian keberadaan komite audit dapat mengurangi risiko audit dan akan
meningkatkan kualitas audit.
Laba sebagai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan
mengakibatkan pasar bereaksi. Reaksi pasar terhadap laba akan berbeda untuk
perusahaan yang membentuk komite audit dan tidak membentuk komite audit.
Komite audit sebagai pihak independen yang betugas untuk memonitor proses
pelaporan keuangan akan mengurangi gangguan dalam informasi laba sehingga
pasar diduga akan bereaksi lebih kuat atas informasi laba yang dilaporkan oleh
perusahaan yang membentuk komite audit daripada laba yang dilaporkan oleh
commit to user
dilaporkan oleh perusahaan yang membentuk komite audit memiliki kualitas yang
lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang tidak membentuk
komite audit (Suaryana, 2005).
Dalam hal anggota komite dirangkap oleh anggota dewan direksi, masalah
independensi jelas merupakan isu karena dengan adanya anggota direksi dalam
komite tersebut akan mengurangi kemandirian komite dalam menyatakan sikap
dan pendapat. Karena itu, dalam berbagai anjuran yang pernah disampaikan oleh
the securities exchange commission (SEC), American Institute of CPAs (AICPA),
pengelola bursa efek, serta para pemerhati perkembangan komite audit, senantiasa
dikembangkan agar keanggotaan komite audit tidak boleh dirangkap oleh anggota
direksi perusahaan.
Komite audit yang berasal dari latar belakang yang relevan, dengan
pengalaman cukup, dan tidak terikat dengan kepentingan maupun kepemilikan
saham perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat meningkatkan
kualitas audit. Berdasarkan uraian ini, maka dikembangkan hipotesis alternatif
berikut ini.
Ha3: Keberadaan komite audit independen berpengaruh positif terhadap kualitas
audit.
2.6 Auditor Industry Specialization dan Kualitas Audit
Pada umumnya, praktek yang dilakukan oleh kelompok KAP besar lebih
dapat menentukan kualifikasi auditornya, karena kualifikasi dari staf auditornya,
commit to user
sektor industri tertentu akan lebih mudah menjalankan penugasan pada tipe
penugasan audit pada kelompok industri yang sejenis. Misalnya seorang auditor
sudah berpengalaman memeriksa laporan keuangan perusahaan tambang, maka
auditor tersebut akan semakin mudah melakukan audit pada jenis perusahaan
tambang berikutnya. Jelas bahwa auditor yang terspesialisasi industrinya dapat
menjalankan fungsi audit dengan lebih baik (O’Really & Reisch, 2002).
Hogan dan Jeter (1999) menyatakan bahwa spesialisasi industri membuat
auditor mampu menawarkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan yang
tidak spesialis. Pada penelitian ini mereka melihat dimulainya trend spesialisasi
industri serta faktor-faktor yang memepengaruhi adanya spesialisasi pada kantor
akuntan seperti adanya peningkatan pangsa pasar pada kantor akuntan yang
memiliki spesialisasi sebagai faktor lain adanya peningkatan kompetisi diantara
kantor akuntan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa tingkat konsentrasi
auditor meningkat selama periode amatan tersebut.
Auditor yang memiliki spesialisasi pada industri tertentu pasti akan
memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi
lingkungan industri tersebut. Spesialisasi dalam industri tertentu menjadi sebuah
tren, dan para peneliti menemukan bahwa auditor dengan spesialisasi
menghasilkan penghematan finansial dan keuntungan dalam kualitas (Hogan dan
Jeter, 1999).
O’Keefe (1994) juga berpendapat bahwa auditor industry specialization
berhubungan positif dengan kualitas audit diukur dengan penilaian kepatuhan
commit to user
sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang risiko audit khusus
yang mewakili industri tersebut. O’reilly et al. (2002) memberikan dua ukuran
untuk menentukan suatu KAP dapat dikatakan sebagai auditor spesialis pada
industri tertentu, yaitu jika KAP tertentu memiliki pangsa pasar (market share)
terbesar dalam tiap industri, atau jika KAP tertentu memiliki jumlah klien yang
terbanyak pada industri tertentu.
Januarsi (2010) berpendapat bahwa secara umum auditor spesialis di
Indonesia memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengurangi manajemen
laba akrual dari pada auditor non spesialis, tetapi auditor spesialis belum mampu
mengurangi manipulasi melalui aktivitas real. Krishnan (2003) menyatakan
bahwa auditor yang memiliki pemahaman yang lebih komprehensif tentang suatu
tren dan karakteristik industri tertentu akan lebih efektif dalam melakukan audit
daripada auditor yang tidak memiliki pengetahuan tentang industri tertentu
tersebut.
Karakteristik industri mungkin berpengaruh pada suatu perusahaan lebih
besar dibandingkan perusahaan lain. Adanya perbedaan ini membutuhkan
keahlian auditor tertentu untuk bisa mendeteksi dengan lebih baik seberapa besar
pengaruh tersebut. Dengan demikian kondisi ini menunjukan adanya kebutuhan
spesialisasi auditor (Mayangsari, 2004). Dengan kata lain, bahwa jika auditor
yang terspesialisasi industrinya, dapat meningkatkan kualitas audit pada
umumnya, sehingga dapat dikembangkan hipotesis alternatif berikut ini.
Ha4: Auditor yang terspesialisasi industrinya berpengaruh positif terhadap
commit to user 2.7 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Secara umum, sinyal diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh
perusahaan (manajer) kepada pihak luar (investor). Sinyal tersebut dapat berwujud
berbagai bentuk, baik yang secara langsung dapat diamati maupun yang harus
dilakukan penelaahan lebih mendalam untuk dapat mengetahuinya (Gumanti,
2009).
Singnaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena
terdapat asimetri informasi (Asymmetri Information) antara perusahaan dan pihak
luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek
yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Salah satu cara untuk
mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar,
salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan
mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang
Wolk, Tearney, dan James (2000). Perusahaan yang berisiko lebih tinggi bisa saja
memilih untuk menggunakan auditor dengan kualitas yang lebih baik. Reputasi
auditor yang lebih baik pada masa lalu bisa saja digunakan oleh klien yang
memiliki proyek yang berisiko tinggi dan tidak terlalu menguntungkan sebagai
sinyal bahwa proyek perusahaan tidak terlihat berisiko. Perusahaan berekspektasi
bahwa publik akan menganggap perusahaan yang bersedia diaudit oleh KAP yang
commit to user
perusahaan yang menguntungkan. Hal sebaliknya terjadi pada perusahaan yang
memilih diaudit oleh KAP yang lebih kecil (Watkins et al., 2004).
Lebih lanjut Gumanti (2009) menyatakan bahwa apapun bentuk atau jenis
dari sinyal yang dikeluarkan, semuanya dimaksudkan untuk menyiratkan sesuatu
dengan harapan pasar atau pihak eksternal akan melakukan perubahan penilaian
atas perusahaan. Artinya, sinyal yang dipilih harus mengandung kekuatan
informasi (information content) untuk dapat merubah penilaian pihak eksternal
perusahaan.
Gumanti (2009) menyajikan suatu ilustrasi sederhana tentang pentingnya
sinyal untuk membedakan kualitas antara satu perusahaan dengan perusahaan lain.
Perusahaan yang secara kualitas memang lebih bagus dituntut untuk lebih kreatif
dan berani dalam menggunakan sinyal-sinyal tertentu yang menyiratkan bahwa
mereka memang bagus dan tidak dapat disamakan dengan perusahaan lain yang
tidak bagus. Salah satu metode yang dapat dilakukan oleh manajer adalah dengan
menerapkan sebuah sinyal yang mungkin cukup mahal tetapi masih dapat
dilakukan (affordable) oleh perusahaan mereka sehingga akan sangat sulit untuk
dilakukan atau ditiru oleh perusahaan yang berkualitas rendah karena terlalu
mahal bagi perusahaan tersebut.
Sinyal yang di isyaratkan oleh perusahaan dapat berbentuk sinyal mahal
(costly signaling) atau sinyal murah (costless signaling). Menurut literatur, sinyal
mahal (Spence, 1973), jika biaya sinyal lebih tinggi bagi perusahaan yang berciri
commit to user
tidak akan menirunya. Untuk itu, sinyal yang ditujukan harus sangat berarti
(credible) dan tidak mudah ditiru.
Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik
(principal) dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan
menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk
memastikan pihak-pihak yang berkepentingan menyakini keandalan informasi
keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (a gent), perlu mendapatkan opini
dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan.
Dalam konteks kualitas audit, sinyal opini bebas yang diberikan oleh
kantor akuntan publik (KAP) merupakan sinyal yang mencerminkan keandalan
informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah di audit. Kualitas
kantor akuntan publik (KAP) juga dapat memberikan sinyal kepercayaan pihak
perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan atas legalitas dan integritas opini bebas yang dikeluarkan akuntan
(Jam’an, 2008). Hal ini sejalan dengan pernyataan Epstein dan Geiger (1994)
yang menyatakan bahwa investor dan pemakai laporan keuangan mengakui
manfaat audit dalam pelaporan keuangan.
Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai
perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan
kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat
keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis lainya. Sehubungan dengan hal
commit to user
opini terhadap laporan keuangan perusahaan sehingga investor maupun kreditor
dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi. Hal ini jelas bahwa
opini auditor merupakan sinyal dari suatu perusahaan.
Ardiati (2005) menyatakan pengaruh manajemen laba dan return saham
lebih besar untuk perusahaan yang diaudit KAP besar daripada perusahaan yang
diaudit KAP kecil. Selain itu penggunaan auditor independen tertentu dapat
menghasilkan kualitas audit yang tinggi sehingga memberikan sinyal positif
kepada pihak luar. Kualitas audit yang semakin baik dapat meningkatkan
kredibilitas laporan keuangan auditan dan kepercayaan investor meningkat.
Dengan kata lain, kualitas audit memberikan sinyal positif terhadap harga saham,
sehingga dapat dikembangkan hipotesis berikut ini.
Ha5: Discretionary accruals berpengaruh negatif terhadap return saham.
2.8 Kerangka Pemikiran
Akuntan publik dari kantor akuntan publik (KAP) dibutuhkan sebagai
pihak ketiga yang independen untuk mengurangi asymetri information antara
pihak investor (principal) dan pihak manajer (agent). DeAngelo (1981)
menyatakan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik dapat
dilihat dari ukuran KAP. KAP yang berukuran besar dianggap lebih berkualitas
dalam melakukan audit karena KAP besar memiliki sumber daya dan klien yang
lebih banyak dari pada KAP yang berukuran kecil.
DeAngelo (1981) juga berpendapat bahwa kualitas jasa audit dapat
terpenuhi dengan semakin panjangnya masa penugasan audit (audit tenure),
commit to user
telah diperoleh selama menjalankan audit pada periode sebelumnya dan
memberikan jasa secara konsisten. Faktor ukuran KAP dan audit tenure diatas
dapat lebih meningkatkan kualitas audit jika perusahaan memiliki komite audit.
Hal ini dikarenakan fungsi komite audit yang merupakan badan yang dibentuk
oleh dewan direksi untuk mengaudit operasi dan keandalan. Di dalam pelaksanaan
tugasnya komite audit menyediakan komunikasi formal antara dewan,
manajemen, auditor eksternal dan auditor internal (Bradbury et al., 2004). Jika
komunikasi formal tersebut di atas dilakukan dengan baik maka hal ini akan dapat
mengurangi risiko audit dan meningkatnya kualitas audit. Demikian juga dengan
auditor yang memiliki spesialisasi pada industri tertentu pasti akan memiliki
pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi industri tertentu.
Auditor dengan pengalaman mengaudit dalam bidang industri tertentu akan lebih
mudah menjalankan penugasan pada tipe penugasan audit pada kelompok industri
yang sejenis. Jadi hal ini tentunya akan turut meningkatkan kualitas audit.
Dalam konteks Kualitas audit, sinyal opini bebas yang diberikan oleh
kantor akuntan publik (KAP) merupakan sinyal yang mencerinkan keandalan
informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah diaudit (Jam’an,
2008). Epstein dan Geiger (1994) menyatakan bahwa investor dan pemakai
laporan keuangan mengakui manfaat audit dalam pelaporan keuangan. Jadi
penggunaan auditor independen tertentu dapat menghasilkan kualitas audit yang
tinggi sehingga memberikan sinyal positif kepada pihak luar. Kualitas audit yang
commit to user
kepercayaan investor akan meningkat. Dengan demikian diharapkan kualitas audit
memberikan sinyal positif terhadap return saham.
Berdasarkan pemikiran yang diuraikan di atas maka kerangka pemikiran
teoritis penelitian ini dapat digabarkan dalam gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1. Skema Kerangka Konseptual
Ha5 Ukuran KAP
AUDIT TENURE
KOMITE AUDIT INDEPENDEN
AUDITOR INDUSTRY SPECIALIZATION
KUALITAS AUDIT
Ha1
Ha2
Ha3
Ha4
KUALITAS AUDIT
commit to user BAB III
Metode Penelitian
3.1 Populasi dan Pemilihan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manufaktur yang listing di
BEI pada tahun 2005-2009. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang manufaktur
pada tahun 2005-2009 yang dipilih dengan metode purposive sa mpling. Dalam
purposive sampling, pemilihan sampel didasarkan pada ciri atau sifat yang
dipandang memiliki sangkut paut yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya. Sampel dipilih dengan kriteria sebagai berikut :
a. auditee sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum 1 Januari
2005,
b. auditee tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Indonesia selama periode
penelitian (tahun 2005-2009), dan
c. menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen
selama tahun 2005-2009.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2009 yang telah dipublikasikan dan tersedia di
commit to user
(ICMD) tahun 2005-2009. Sedangkan data untuk jumlah rekan Akuntan Publik
(AP) pada suatu KAP diambil dari Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan
database Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP), Sekretariat
Jenderal, Departemen Keuangan serta Laporan Auditor Independen Perusahaan
pada Pusat Riset Pasar Modal (PRPM).
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode Content analysis, yaitu
suatu metode pengumpulan data penelitian dengan menggunakan teknik observasi
dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen. Tujuan Content analysis
adalah melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang
terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang obyektif dan
sistematik (Indriyantoro dan Supomo, 2002). Content analysis dilaksanakan
dengan cara melakukan observasi atas laporan keuangan auditee sektor
manufaktur yang menjadi sampel penelitian. Observasi dilakukan dengan objek
penelitian laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen tahun
2005-2009. Dengan metode Content analysis, Laporan keuangan yang telah
diidentifikasi sesuai dengan kriteria yang dijadikan data dalam penelitian ini.
Selain menggunakan metode Content analysis, dalam pengumpulan data
juga digunakan metode dokumentasi. Dengan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dengan metode
dokumentasi ini data dalam neraca dan laporan laba/rugi dikumpulkan guna
melihat auditor yang mengaudit laporan keuangan auditee dan keberadaan komite
commit to user
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.3.1 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi: ukuran KAP,
masa penugasan audit, keberadaan komite audit independen dan auditor
spesialisasi industri.
1. Ukuran KAP
Dalam penelitian ini proksi untuk Ukuran KAP menggunakan
jumlah rekan Akuntan Publik (AP) pada suatu KAP (Size KAP),
dengan alasan: Keputusan Menteri Keuangan No. 43/KMK.017/1997
tentang Jasa Akuntan Publik jo. 470/KMK.017/1999 menyatakan
bahwa KAP dapat berbentuk perseorangan atau kerja sama antar
Akuntan Publik (dalam KMK No. 423/KMK.06/2002 disebut sebagai
persekutuan perdata atau firma);
a) semakin banyak rekan AP maka akan semakin besar
kemungkinan adanya saling peer-review antar rekan AP;
b) semakin banyak rekan AP maka akan memperbesar modal/aset
KAP; dan
c) semakin banyak rekan AP maka akan memungkinkan KAP
memperoleh penghasilan yang lebih besar (Wibowo dan
commit to user
Penggunaan pengukuran ini mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh (Wibowo dan Rossieta, 2009).
2. Masa Penugasan Audit (Tenure Audit), diukur dengan
menghitung tahun dimana KAP yang sama telah melakukan
perikatan terhadap auditee. Penggunaan pengukuran ini mengacu
pada penelitian (Januarti, 2011).
3. Keberadaan Komite Audit Independen.
Keberadaan komite audit Independen dapat mencegah manajer
perusahaan untuk melakukan manipulasi pendapatan (Xie et al.,
2003). Dengan demikian keberadaan komite audit dapat
mengurangi risiko audit dan akan meningkatkan kualitas audit.
Keberadaan komite audit diproksikan dengan menggunakan jumlah
anggota komite audit independen. Pengukuran ini mengacu pada
penelitian (Putra, 2011).
4. Auditor Industry Specialization, diproksikan dengan angka 1 bila
auditor spesialis di salah satu industri, 0 jika tidak terspesialisasi.
O’Reilly dan Reisch (2002) memberikan dua ukuran untuk
menentukan KAP dapat dikatakan sebagai auditor spesialis pada
industri tertentu, yaitu Jika KAP tertentu memiliki pangsa pasar
(market share) terbesar dalam tiap industri, atau jika KAP tertentu
memiliki jumlah klien yang terbanyak pada industri tertentu.
commit to user
mengacu pada O’Reilly dan Reisch (2002) yaitu jika KAP tertentu
memiliki jumlah klien yang terbanyak pada industri tertentu.
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat dan dipengaruhi
oleh variabel lainnya (Ghozali, 2011). Variabel dependen dalam
penelitian ini meliputi kualitas audit dan return saham.
Pengukuran kualitas audit dengan discretionary a ccruals merujuk
pada pengukuran yang dilakukan oleh Nagy (2005). Nagy (2005)
mengukur perbedaan kualitas laporan keuangan eks klien Andersen yang
diaudit oleh kantor akuntan yang baru pengganti Andersen yang telah
bubar. Kualitas laporan keuangan—yang ia pertukarkan dengan kualitas
audit—diukur dengan akrual diskresioner. Terkait dengan opportunistic
motives dari manajer, kualitas audit seringkali dikaitkan dengan kualitas
laba yang dilaporkan. Jika kualitas audit yang dihasilkan rendah, maka
laba yang disajikan dalam laporan keuangan yang diaudit akan cenderung
mengandung akun-akun yang tidak terlalu tepat menggambarkan hasil
operasi serta kondisi keuangan perusahaan (Chen et al., 2005). Oleh
karena itu kualitas audit diproksikan dengan discretionary accruals
dimana pengkurannya menggunakan model Jones (1991) yang
dimodifikasi. Penggunakan nilai absolut discretionary accruals (|DA|)
dikarenakan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah besaran
commit to user
(positif atau negatif) (Veronica dan Utama, 2005). Perhitungan ini
dilakukan dengan model berikut ini:
Menghitung Total accruals (TAC):
TACit = NIit - CFOit ...(1)
Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan persamaan regresi
OLS sebagai berikut:
TACit /Ait-1 = β1 (1 /Ait-1) + β2 (ΔREVt /Ait-1) + β3 (PPEt /Ait-1) +
e ...(2)
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non
discretionary accrual (NDA) dapat dihitung dengan rumus:
NDAit = α1(1/Ait-1) + α2(ΔREVt/Ait-1 – ΔREC/Ait-1) + α3(PPEt
/Ait-1) + eit...(3)
Selanjutnya discretionary accrual (DAC) dapat dihitung sebagai
berikut:
DACit = TACit - NDAit...(4)
Keterangan:
DACit = Discretionary accruals perusahaan i pada tahun t,
NDAit = Non discretionary accruals perusahaan i para periode t,
TACit = Total akrual perusahaan i pada periode t,
commit to user
CFOit = Cash flow (aliran kas) dari aktivitas operasi perusahaan i
pada periode t,
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode t-1,
ΔREVt = pendapatan perusahaan i pada periode t dikurangi
pendapatan tahun t – 1,
ΔRECt = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t,
PPEt = Aktiva tetap perusahaan periode t, dan
eit = sampel eror.
Variabel dependen berikutnya dalam penelitian ini adalah return
saham. Return saham adalah tingkat keuntungan yang akan diperoleh
oleh investor yang menanamkan dananya di pasar modal yang berupa
return realisasi dan return ekspektasi.
Return saham biasanya didefinisikan sebagai perubahan nilai antara
periode t +1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang
terjadi selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi saham terdiri dari capital gain (loss) dan Yield. Capital
gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif
dengan harga periode yang lalu. Konsep return saham dapat digunakan
sebagai konsep antara lain return realisasi (actual return) yang
merupakan capital gain atau capital loss yaitu selisih antara harga saham
periode saat ini (Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1).
Capital gain merupakan selisih dari investasi sekarang relatif dengan
commit to user
Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi
atau sering disebut dengan actual return. Return realisasi merupakan
return yang terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan (Hartono,
2008). Besarnya a ctualreturn dapat dihitung dengan rumus:
Rit =
Pit = Harga penutupan saham i pada periode t (periode akhir), dan
Pit-1 = Harga penutupan saham i pada periode sebelumnya (awal).
3.4 Metode Analisis Data
Hipotesis penelitian akan diuji dengan analisis regresi. Analisis regresi
Hipotesis Ha1, Ha2, Ha3, dan Ha4 diuji dengan regresi berganda. Hipotesis kelima
(Ha5) diuji dengan regresi sederhana. Pengujian dengan regresi mensyaratkan uji
asumsi klasik, sehingga terlebih dahulu data penelitian diuji asumsi klasik.
Uji asumsi klasik meliputi: (a) uji normalitas data, (b) uji Multikolinieritas,
(c) Autokorelasi, dan (d) uji Heteroskedastisitas.
3.4.1 Uji Asumsi Klasik
3.4.1.1 Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi
dalam model regresi pada variabel pengganggu atau variabel
residual (Ghozali, 2011). Pengujian normalitas data dalam
commit to user
membandingkan nilai p value dengan tingkat signifikansi 5%.
Jika p value> 5%, maka data berdistribusi normal.
3.4.1.2 Multikolinieritas
Dilakukan dengan tujuan menguji apakah model regresi
terdapat korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2011).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di
antara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel
independen maka dikatakan terjadi problem multikolinieritas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model
regresi, peneliti akan melihat nilai Tolerance dan Variance
Inflation Faktor (VIF) dengan alat bantu program SPSS 18. Nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=
1 / tolerance). Jika tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai tolerance kurang dari 0.10 dan tidak ada variabel independen
yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, maka tidak terjadi problem
multikolinieritas.
3.4.1.3 Autokorelasi
Pengujian apakah dalam sebuah model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011).
Untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi, peneliti akan