Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP
KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA
NEGERI 2 BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Prodi Pendidikan Sosiologi
Oleh
RINRIN NURHIDAYANTI 1103627
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP
KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA
NEGERI 2 BANDUNG
Oleh
Rinrin Nurhidayanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
©Rinrin Nurhidayanti 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengaruh Penjulukan Jurusan IPA dan IPS Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Pada Siswa Di SMA Negeri 2 Bandung
Pembimbing I : Dr. Elly Malihah S, M.Si Pembimbing II : Syaifullah Syam, S.Pd, M.Si
Rinrin Nurhidayanti NIM. 1103627
ABSTRAK
Penjulukan merupakan salah satu bentuk respon terhadap stimulus yang diberikan oleh individu atau kelompok, yang mana penjulukan cenderung mengarah pada penyimpangan. Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya penjulukan berbeda yang berbentuk positif dan negatif terhadap siswa khususnya siswa jurusan IPA dan IPS, yang memberikan pengaruh bagi penerima julukan. Penjulukan positif berpengaruh pada hal yang positif juga, sedangkan penjulukan negatif berpengaruh pada hal negatif dan positif. Penjulukan berbentuk positif dapat membuat siswa termotivasi untuk terus berprestasi, sedangkan penjulukan negatif dapat membuat siswa kehilangan motivasi untuk berprestasi dan bahkan cenderung melakukan perilaku menyimpang di sekolah. Salah satu pengaruh dari penjulukan yaitu menimbulkan kecenderungan perilaku menyimpang siswa.
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari penjulukan jurusan IPA dan IPS terhadap kecenderungan perilaku menyimpang pada siswa. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bandung dengan populasi sebanyak 1194 siswa dan sampel sebanyak 179 responden. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixed methods) dengan strategi eksplanatoris sekuensial, yaitu gabungan penelitian kuantitatif dan kualitatif, yang mana dalam pengumpulan data tahap awal menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup, wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh penjulukan jurusan IPA dan IPS terhadap kecenderungan perilaku menyimpang pada siswa di sekolah. Berdasarkan penelitian kuantitatif pengaruh atau tingkat hubungannya sangat rendah dengan nilai koefisien determinasi 0,5%, sedangkan penelitian kualitatif menunjukan pengaruhnya sangat besar, karena ketika siswa IPA diberi penjulukan positif yaitu “pintar” berpengaruh pada tindakan yang positif juga, sedangkan siswa jurusan IPS yang memiliki julukan negatif yaitu “nakal” berpengaruh pada kecenderungan berperilaku menyimpang. Rekomendasi bagi penelitian ini diantaranya bagi pihak sekolah dan guru hendaknya mampu menjelaskan apa fungsi dari penjurusan di SMA, bagi masyarakat dapat secara bijak memandang siswa dari jurusan manapun dan bagi siswa, sedari awal hendaknya memahami minat bakat dan potensi yang dimilikinya supaya siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal.
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
The impact of labeling in science and social major on deviation among the students in SMA Negeri 2 Bandung.
Rinrin Nurhidayanti NIM. 1103627
ABSTRACT
Labeling is one of the response to stimulus which is given by the individual or the group where labeling tends to be deviation. This study is based on the impact of labeling whether it is positive or negative on students who are science or social major which influences those the receiver of labeling. This labeling can be positive or negative impact to the students’s life of their living way in science or social major. The effect of positive labeling can motivate students to be success, instead it tends students to be deviant. The impact of this labeling is deviation among the students.
The purpose of this study is to find out how much the impact of labeling in science or social major on deviation among the students. This study takes place in SMA Negeri 2 Bandung involving population about 1194 students and sample about 179 respondents. This study is mixed method approach with sequence explainationary, which means combination of qualitative and quantitative approach where data is firstly collected with quantitative approach and secondly using qualitative approach. Data is collected through closed questionnair, interview, observation and documentation.
The result of this study shows that there is impact of labeling in science or social major on deviation among the students in school. Based on quantitative research there influences or the level of relation is low with coefficient value of determinant about 0,5%, meanwhile qualitative research shows that the impact of labeling is high, because when the students of science major are given positive labeling (clever) influencing them to do the right thing, but when the students of social major are given negative labeling (moron or bad) influencing them to do the bad thing or to be deviant. This study recommends school and teacher to explain the students about the funcion of majoring in high school, recommendation for society is being wise to view student not from their major and recommendation for students is to comprehend their skill and ability so that they can find themselves and develop their skill and ability in the future.
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Tinjauan Teori ... 10
1. Teori Interaksionisme Simbolik ... 10
2. Teori Labeling ... 13
3. Penjurusan Siswa SMA ... 18
a. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Penjurusan ... 20
b. Kelebihan dan Kelemahan Penjurusan ... 21
4. Penyimpangan Sosial ... 22
a. Pengertian Perilaku Menyimpang ... 22
b. Relativitas Perilaku Menyimpang ... 26
c. Bentuk Perilaku Menyimpang ... 28
d. Ciri-ciri Perilaku Menyimpang ... 30
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Penelitian Terdahulu ... 34
C. Kerangka Pikir ... 36
D. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Desain Penelitian ... 39
B. Definisi Operasional ... 42
C. Variabel Penelitian ... 42
D. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 43
1. Lokasi Penelitian ... 43
2. Partisipan ... 44
E. Populasi dan Sampel ... 44
1. Populasi ... 44
2. Sampel ... 46
F. Instrumen Penelitian ... 47
G. Proses Pengembangan Instrumen ... 54
1. Uji Validitas ... 54
2. Reliabilitas ... 61
H. Prosedur Penelitian ... 63
1. Tahap Pra-penelitian ... 63
2. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 64
3. Tahap Pengelolaan Data ... 64
I. Teknik Pengumpulan Data ... 65
1. Angket atau Kuesioner ... 65
2. Wawancara ... 65
3. Observasi ... 66
4. Studi Dokumentasi ... 66
J. Analisis Data ... 67
1. Analisis Data Kuantitatif ... 68
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Analisis Statistik Kuantitatif ... 68
2. Analisis Data Kualitatif ... 71
a. Data Reduction ... 72
b. Data Display ... 72
c. Conclusion Drawing/Verification ... 73
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 74
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 74
1. Sejarah Perkembangan Sekolah ... 74
2. Keadaan Fasilitas Civitas Akademika Sekolah ... 76
3. Pembinaan Kesiswaan ... 79
B. Temuan Penelitian ... 81
1. Hasil Penelitian Kuantitatif ... 81
a. Analisis Statistik Deskriptif ... 81
b. Hubungan Antara Penjulukan dengan Kecenderungan Perilaku Menyimpang Siswa ... 111
2. Hasil Penelitian Kualitatif ... 113
a. Penjulukan yang Terjadi di SMA Negeri 2 Bandung ... 114
b. Kecenderungan Perilaku Menyimpang pada Siswa di SMA Negeri 2 Bandung ... 121
c. Pengaruh Penjulukan Jurusan IPA dan IPS terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Siswa di SMA Negeri 2 Bandung ... 126
C. Pembahasan Hasil Penelitian Kuantitatif danKualitatif ... 130
1. Penjulukan yang Terjadi di SMA Negeri 2 Bandung ... 130
2. Kecenderungan Perilaku Menyimpang pada Siswa di SMA Negeri 2 Bandung ... 139
3. Pengaruh Penjulukan Jurusan IPA dan IPS Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Siswa di SMA Negeri 2 Bandung ... 146
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 149
A. Simpulan ... 149
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
1
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki berbagai masalah
di dalamnya. Seperti dalam bidang politik, ekonomi, agama, sosial, budaya,
kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Masalah yang ada tentu sebuah hal
wajar terjadi, karena kondisi masyarakat dari waktu ke waktu selalu mengalami
perubahan dan bersifat dinamis, sehingga masalah yang timbul pada masyarakat
pun semakin beragam. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah terjadinya
pelanggaran terhadap aturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak
tertulis. Masalah-masalah tersebut termasuk pelanggaran terhadap aturan dan
kondisi itu harus dihadapi dan diatasi oleh pemerintah serta masyarakat Indonesia,
guna menyongsong Indonesia yang lebih baik lagi ke depannya.
Perilaku pelanggaran terhadap aturan yang berlaku sering disebut dengan
perilaku menyimpang, yang mana memiliki artian perilaku yang dilakukan
individu atau kelompok di luar batas toleransi masyarakat. Perilaku menyimpang
tersebut terjadi tidak mengenal usia dan dilakukan oleh individu dengan berbagai
faktor penyebab, baik internal maupun eksternal. Salah satu bentuk yang dianggap
sebagai perilaku menyimpang oleh masyarakat yaitu penyalahgunaan narkotika
dan obat-obatan terlarang, efek penggunaan obat-obatan, perkelahian antar pelajar
dan mahasiswa, perilaku hubungan seks di luar nikah, homoseks, alkoholisme,
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), bullying, perampokan, pencurian,
pembunuhan serta penyimpangan lainnya. Semua penyimpangan yang terjadi
merusak keteraturan dan keselarasan di dalam masyarakat, sehingga harus
mendapatkan penanganan yang serius.
Tapi tidak selamanya perilaku menyimpang itu terwujud pada hal-hal
yang besar, karena ketika individu melakukan suatu tindakan yang tidak sesuai
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
suatu penyimpangan. Seperti pengertian dari perilaku menyimpang yang
dikemukakan oleh Horton (dalam Setiadi dan Kolip, 2011, hlm. 188) „bahwa
perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat‟. Oleh karena itu, suatu
tindakan yang dianggap sepele oleh individu, dapat menjadi sebuah perilaku
menyimpang apabila tindakan tersebut bagi masyarakatnya menyimpang dari
aturan dan kebiasaan. Hal tersebut seperti meludah sembarangan, makan dengan
tangan kiri, berkelahi dengan teman, dan lain sebagainya yang sering individu
anggap kecil, tapi sebenarnya tetap saja perilaku tersebut merupakan perilaku
menyimpang.
Penyimpangan juga saat ini terjadi dikalangan remaja khususnya siswa
pada tingkat SMA yang merupakan salah satu jenjang pendidikan pada lembaga
pendidikan formal. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa ini perlu
mendapatkan perhatian yang serius dan penanganan secara cepat, karena siswa
masih ada dalam masa atau proses perkembangan, sehingga ditakutkan nantinya
dapat menghambat masa perkembangan dalam menentukan jati diri siswa
tersebut. Seperti menurut Erickson (dalam Hartinah, 2010, hlm. 66)
mengemukakan bahwa „masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati
diri yang disebut dengan identitas ego (ego identity)‟. Hal tersebut menurut
Hartinah (2010, hlm. 66) “karena masa remaja merupakan peralihan antara masa
kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi
fisiknya, mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang
dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum
dapat menunjukan sikap dewasa”. Oleh karena itu, perlu diarahkan supaya tidak terjadi penyimpangan yang nantinya akan menghambat perkembangan siswa dan
merugikan dirinya sendiri serta orang lain.
Keadaan siswa yang masih ada dalam masa peralihan yang selalu
mengalami gejolak dan badai yang disertai perubahan, membuat siswa masih
3
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58) „remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal
fungsi fisik maupun psikisnya‟. Selain itu, kehidupan remaja bukan hanya
mengenai perubahan fisik dan psikologisnya, tetapi remaja juga selalu dihadapkan
pada kehidupan emosi yang tidak stabil. Kehidupan emosi yang tidak stabil inilah
yang dapat menyebabkan perilaku menyimpang pada siswa, apalagi siswa pada
masa ini memiliki keinginan siswa untuk mencoba-coba berbagai hal.
Penyimpangan yang dilakukan oleh siswa di SMA beraneka ragam, seperti
membolos pada jam sekolah, membolos dari kegiatan yang diwajibkan oleh
sekolah, mencontek pada saat ujian, merokok di lingkungan sekolah, berkelahi
dengan siswa lain, menggunakan atribut yang tidak diperbolehkan, dan
pelanggaran aturan lainnya yang ditetapkan oleh sekolah. Akan tetapi
penyimpangan tersebut tidak terjadi secara serta merta, melainkan ada beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang tersebut, dan salah
satunya yaitu karena adanya penjulukan yang diberikan kepada siswa di
lingkungan sekolah.
Dalam pelaksanaan pendidikan di SMA siswa sudah diarahkan untuk
menentukan pemilihan jurusan yang merupakan awal pemilihan karir kedepannya,
dengan memilih fokus satu cabang ilmu yang sesuai dengan minat dan bakatnya,
sehingga kemampuan siswa dapat dioptimalkan. Adanya penjurusan ini
diharapkan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya,
sehingga mereka dapat tumbuh, bersaing dan mempertahankan hidupnya
menghadapi kehidupan yang selalu mengalami perubahan dengan baik. Di
sekolah secara umum dikenal ada tiga jurusan yaitu IPA, IPS dan Bahasa dengan
tujuan untuk fokus pada karir sedari awal. Tetapi pada nyatanya dalam proses
pelaksanaan pembelajaran mengenai penjurusan ini mendapatkan asumsi yang
berbeda di masyarakat, yaitu telah terjadi penjulukan khususnya terhadap jurusan
IPA dan IPS, yang mana penjulukan merupakan pemberian nama sindiran, gelar,
atau kehormatan. Mereka menganggap siswa dari jurusan IPA rajin, pintar, dan
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut terus bergulir di masyarakat, hingga pada akhirnya penjulukan tersebut
melekat pada jurusan masing-masing.
Penjulukan secara otomatis akan didapatkan oleh siswa dari
masing-masing jurusan yang mereka dapatkan dari masyarakat selama proses sosialisasi
dan interaksi. Tanpa disadari informasi yang didapatkan mengenai julukan pada
kedua jurusan tersebut yang siswa dapatkan ikut mempengaruhi pembentukan
kepribadian siswa, termasuk siswa SMA yang sedang mengalami masa-masa
pencarian jati diri, sehingga siswa akan menunjukan dirinya dengan apa yang
mereka ketahui mengenai jurusan yang mereka pilih atau dapatkan, seperti apa
siswa IPA dan seperti apa IPS beserta julukan yang menyertainya. Maka dari
gambaran dan julukan yang didapat pada masyarakat, lingkungan sekolah
khususnya kelas dan jurusan masing-masing akan mempengaruhi setiap tindakan
dan perilaku siswa di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Perilaku dan
tindakan yang dihasilkan ada yang positif dan ada juga yang negatif. Hal yang
positif sudah pasti akan direspon dengan baik dan terus ditingkatkan, tapi apabila
bentuk perilaku yang dihasilkan negatif, maka perlu diperhatikan dan ditangani
dengan serius. Perilaku yang mengarah pada hal-hal negatif inilah yang paling
ditakutkan untuk terjadi pada siswa, dan kenyataannya hal tersebut tidak dapat
dihindari bahkan semakin menjamur dikalangan siswa yaitu banyak terjadi
perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa secara terus-menerus.
Pemberian label atau julukan pada seseorang akan berpengaruh terhadap
konsep diri seseorang. Berdasarkan hasil penelitian Skripsi Hanafi (2013-2014)
menunjukan adanya label yang diberikan pada siswa IPS bahwa siswa IPS tidak
lebih baik dari siswa IPA, dan hal tersebut ditunjukan dengan adanya perlakuan
guru yang berbeda pada siswa dari kedua jurusan, yang mana jurusan IPS selalu
dinomor duakan dalam pelayanan mengajar. Hal tersebut terbukti dengan
kedatangan guru yang tepat waktu di kelas IPA dan selalu memberikan tugas,
sedangkan ke jurusan IPS selalu datang terlambat dan jarang memberikan tugas.
5
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mempengaruhi tindakan dari kelompok tersebut. Hal tersebut juga sejalan dengan
yang dikemukakan Cohen (1992, hlm. 235) bahwa
Pemberian cap inidividu sebagai penyimpang bisa mengakibatkan seseorang menjelma sebagai seorang penyimpang. Pemberian cap semacam itu bisa mengakibatkan seseorang benar-benar bisa menjadi penyimpang karena sekali masyarakat menyebut individu tersebut bertindak dalam sikap yang menyimpang, maka individu itu segera akan mendefinisir dirinya sebagai penyimpang, dan akan bertindak sesuai dengan sebutannya.
Berdasarkan pemaparan di atas apabila seseorang telah diberikan cap
hingga melekat pada dirinya, sekalipun awalnya dia tidak seperti itu, nantinya ia
akan melakukan hal yang dicap pada dirinya karena percuma baginya untuk
berusaha agar tidak mendapat cap tersebut. Ia akan lebih memilih untuk masuk
pada dunia yang diberikan masyarakat tentang dirinya. Begitu juga julukan
terhadap jurusan IPA dan IPS yang diberikan masyarakat pada siswa-siswa yang
ada didalamnya, maka siswa juga akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan
cap/julukan yang diberikan padanya, sekalipun hal tersebut menyimpang dari
aturan yang berlaku.
Hal tersebut sejalan dengan keadaan di lapangan, bahwa berdasarkan
penelitian pendahuluan di SMA Negeri 2 Bandung, terjadi penjulukan yang
diberikan oleh warga sekolah, yang mengatakan bahwa siswa-siswa dari jurusan
IPA itu pintar, rajin, dan aktif dalam berbagai kegiatan. Sedangkan siswa dari
jurusan IPS cendrung nakal, susah diatur, dan jarang berpartisipasi secara aktif
dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Asumsi tersebut terjadi
dikarenakan melihat kondisi siswa baik IPA dan IPS yang seperti itu. Hal tersebut
nampaknya memang terjadi, berdasarkan temuan dari BK dalam menanggapi
informasi contohnya seperti informasi tentang pendaftaran ke universitas dan
informasi harus mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh sekolah, siswa jurusan
IPA meresponnya dengan cepat dan antusias, sedangkan siswa IPS cenderung
acuh dan berleha-leha. Selain itu berdasarkan pengamatan dalam kegiatan
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selesai bagi siswi yang beragama Islam, tingkat kehadiran dari siswi jurusan IPA
selalu tinggi, kemungkinan dari satu kelas keputrian yang tidak hadir hanya satu
dua orang saja. Tapi siswi pada jurusan IPS, yang tidak hadir bisa mencapai lebih
dari 10 orang, dengan alasan yang kurang meyakinkan.
Melihat kondisi tersebut, maka peneliti ingin meneliti mengenai gambaran
jurusan di SMA yang telah mendapatkan julukan yang melekat padanya dari
masyarakat, yang tidak disadari akan berpengaruh pada kecenderungan perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Oleh karena itu peneliti ingin
mengkaji mengenai permasalahan tersebut, dengan mengangkat penelitian
berjudul “Pengaruh Penjulukan Jurusan IPA dan IPS Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang pada Siswa di SMA Negeri 2 Bandung”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan
rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu : “Bagaimana Pengaruh Penjulukan
Jurusan IPA dan IPS Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Siswa?”
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan,
maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penjulukan yang terjadi pada siswa di SMA Negeri 2 Bandung?
2. Seberapa besar kecenderungan perilaku menyimpang terjadi pada siswa di
SMA Negeri 2 Bandung?
3. Seberapa besar pengaruh penjulukan jurusan IPA dan IPS terhadap
7
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
mendapatkan gambaran mengenai pengaruh penjulukan jurusan IPA dan IPS
terhadap kecenderungan perilaku menyimpang pada siswa di SMA Negeri 2
Bandung.
2. Tujuan Khusus
Tujuan umum tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa tujuan
khusus sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan tentang penjulukan siswa di SMA Negeri 2 Bandung.
b. Mengetahui seberapa besar kecenderungan perilaku menyimpang pada
siswa di SMA Negeri 2 Bandung.
c. Mengetahui pengaruh penjulukan pada jurusan IPA dan IPS terhadap
perilaku menyimpang siswa SMA Negeri 2 Bandung.
D.Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini adalah dapat memperluas
wawasan serta bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam
bidang sosiologi pada umumnya dan khususnya pemahaman mendalam tentang
Teori Penyimpangan Sosial yang terjadi di masyarakat dan Teori Labeling
serta pengaruhnya terhadap tindakan sosial yang dilakukan.
2. Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam melaksanakan kehidupan
sehari-hari di masyarakat. Manfaat praktis tersebut diantaranya sebagai berikut.
a. Untuk mahasiswa, memberikan informasi sebagai calon pendidik untuk
melaksanakan proses pendidikan dengan baik dan menambah wawasan
mengenai dampak dari adanya penjulukan yang diberikan pada sesuatu
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Untuk masyarakat, memberikan informasi mengenai pengaruh
penjulukan yang diberikan oleh masayarakat pada suatu jurusan di
sekolah beserta dampak yang menyertainya, sehingga masyarakat dapat
secara bijak mengambil sikap dalam menghadapi masalah tersebut.
c. Untuk sekolah, memberikan masukan dalam melaksanakan proses
pembelajaran bagaimana dampak penjulukan yang diberikan terhadap
tindakan yang akan dihasilkan oleh siswa, sehingga pihak sekolah secara
profesional dapat mengatur proses penjurusan siswa dengan baik.
d. Untuk siswa, memberikan wawasan mengenai penjurusan di SMA bahwa
semua jurusan memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing,
tergantung bagimana siswa tersebut dapat belajar sungguh-sungguh dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan optimal sesuai
kesempatan yang ada.
E.Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi merupakan sistematika penulisan skripsi yang
terdiri dari lima bab. Berikut ini merupakan rincian mengenai urutan setiap bab,
yaitu:
Bab I Pendahuluan
Bab I merupakan pendahuluan yang menjadi bagian awal penulisan skripsi
yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian. Latar belakang
penelitian berisikan alasan penulis mengambil masalah yang membuat peneliti
tertarik meneliti masalah tersebut. Rumusan masalah terdiri dari beberapa
pertanyaan yang dapat menggambarkan hasil penelitian yang diharapkan. Tujuan
penelitian merupakan tujuan penulisan untuk hasil yang ingin dicapai. Manfaat
9
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
struktur organisasi sebagai rincian dari urutan penulisan skripsi secara
keseluruhan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab II merupakan kajian pustaka yang terdiri dari kajian pustaka,
kerangka pemikiran, hipotesis penelitian dan penelitian terdahulu. Kajian pustaka
berisikan teori-teori yang berkaitan dengan masalah penelitian dan mendukung
fokus penelitian. Kerangka pemikiran sebagai landasan teoritis penelitian,
hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara dari masalah yang dirumuskan,
dan penelitian terdahulu sebagai gambaran penelitian yang sudah ada serta
berkaitan dengan masalah yang peneliti ambil.
Bab III Metode Penelitian
Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari desain penelitian,
yaitu kategori penelitian yang akan diambil. Definisi operasional yaitu penjelasan
dari judul yang diambil. Variabel penelitian yang berisi indikator penelitian yang
diteliti. Lalu Partisipan dan tempat penelitian yang terlibat dalam penelitian.
Populasi dan sampel, yaitu populasi yang dipilih untuk penelitian dan sampel
yang diambil dari keseluruhan populasi. Instrumen penelitian merupakan alat
untuk mengumpulkan data dalam penelitian, dan prosedur penelitian merupakan
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian, serta analisis data dari semua
data yang sudah terkumpul.
Bab IV Temuan dan Pembahasan
Bab IV terdiri dari temuan penelitian yang telah dilakukan dan
pembahasan dari hasil penelitian. Dalam temuan penelitian ini berupa informasi
data-data, pengelolaan dan analisis data untuk menghasilkan data yang berkaitan
dengan masalah dan pembahasan yang menjawab rumusan masalah dalam
penelitian.
Bab V Simpulan dan Rekomendasi
Bab V terdiri dari simpulan dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan
rekomendasi yang diberikan kepada pihak-pihak yang terkait. Terakhir yaitu
daftar pustaka yang berisi sumber-sumber yang penulis gunakan seperti buku,
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Desain penelitian menurut Silalahi (2012, hlm. 180) adalah “rencana dan struktur penyidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat
memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitian”. Bagi O‟Sullivan
dan Rassel (dalam Silalahi, 2012, hlm. 180) „makna umum dari research design menunjuk pada presentasi rencana untuk studi metodologi‟. Jadi dalam desain ini peneliti harus menentukan pendekatan dan metode penelitian apa yang akan
digunakan dalam meneliti masalah penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian metode
campuran (mixed methods). Peneliti memilih menggunakan penelitian ini karena
masalah yang akan diteliti membutuhkan penelitian yang mendalam, tidak hanya
menyebar angket lalu dihitung secara statistika kemudian membuktikan H0, dan
penelitian selesai. Tapi penelitian ini membutuhkan penelitian yang lebih dalam
dari itu, selain menggunakan angket sebagai alat pengumpul data, tapi peneliti
juga melakukan observasi ke lapangan dan melakukan wawancara terhadap
narasumber yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, sehingga hasil dari
penelitian ini tidak bersifat dangkal, tapi secara mendalam dan sesuai dengan
kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, diharapkan dengan menggunakan metode
ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan tersebut.
Penelitian metode campuran menurut Creswell (2012, hlm. 5) adalah: Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Penelitian ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Pendekatan ini lebih kompleks dari sekedar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data; ia juga melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Sedangkan penelitian metode campuran menurut Denscombe (dalam Putra
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
strategy that crosses the boundaries of conventional paradigms of research by deliberately combining methods drawn from different tradition with different underlying assumption. At its simplest, a mixed methods srategy is one that uses both qualitative and quantitative methods...
Pendekatan metode campuran merupakan sebuah penelitian yang berusaha
untuk membuktikan suatu penelitian dengan menggunakan kombinasi antara
pendekatan kualitatif dan kuantitatif guna menghindari kedangkalan suatu
penelitian yang hanya menggunakan penelitian tunggal. Oleh karena itu,
digunakanlah penelitian metode campuran guna mendapatkan hasil penelitian
yang akurat dan mendalam, tidak hanya sekedar mengumpulkan dan menganalisis
suatu data, tapi lebih kompleks dari itu dengan strategi dari gabungan metode
kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti bagaimana
kecenderungan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa SMA dengan
dipengaruhi oleh penjulukan terhadap jurusan IPA dan IPS yang diberikan oleh
masyarakat.
Pendekatan metode campuran memiliki berbagai strategi yang digunakan
untuk pengumpulan data. Strategi tersebut diantaranya yaitu strategi eksplanatoris
sekuensial, strategi eksplonatoris sekuensial, strategi transformatif sekuensial,
strategi triangulasi konkuren, strategi embedded konkuren, dan strategi
transformatif konkuren. Dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan masalah
yang diteliti, tujuan penelitian, informasi setiap gambaran tahap setiap strategi,
waktu yang dimiliki, lalu informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, maka
peneliti memilih menggunakan strategi eksplanatoris sekuensial.
Creswell (2012, hlm. 316) mengemukakan bahwa strategi eksplanatoris
sekuensial adalah
41
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jenis data ini terpisah, tetapi bisa juga tidak, dalam membentuk keseluruhan prosedur.
Sedangkan menurut Putra dan Hendarman (2013, hlm. 64) menjelaskan
strategi eksplanatoris sekuensial sebagai berikut:
Strategi eksplanatoris sekuensial tujuannya adalah eksplanasi atau penjelasan, maka strategi ini mendahulukan pengumpulan dan analisis data kuantitatif yang kemudian diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kualitatif. Penelitian kuantitatif memang bertujuan menjelaskan berbagai variabel baik secara deskriptif seperti hasil survei, hubungan antarvariabel, maupun pengaruh antarvariabel.
Menurut Morse (dalam Creswell, 2012, hlm. 216) „rancangan
eksplanatoris sekuensial biasanya digunakan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan hasil-hasil kuantitatif berdasarkan hasil pengumpulan dan
analisis data kualitatif. Rancangan ini secara khusus berguna ketika muncul hasil-hasil yang tidak diharapkan dari penelitian kuantitatif‟. Artinya, pengumpulan data kualitatif yang dilakukan sesudahnya dapat diterapkan untuk menguji
hasil-hasil penelitian ini dengan lebih detail. Strategi ini bisa saja memiliki atau tidak
memiliki perspektif teoritis tertentu. Sifat keterusterangan dari rancangan ini
merupakan salah satu kekuatan utamanya, rancangan ini juga mudah
dideskripsikan dan dilaporkan.
Peneliti memilih penelitian campuran (mixed methods) dengan strategi
eksplanatoris sekuensial, yaitu dalam penelitiannya peneliti menggunakan
gabungan dari penelitian kuantitataif dan kualitatif, yang mana dalam
pengumpulan data tahap awal menggunakan metode kuantitatif dan pada tahap
kedua menggunakan metode kualitatif. Dalam proses penelitian peneliti
menggunakan angket yang berisikan serangkaian pertanyaan yang terstruktur
yang diberikan kepada sampel yang telah dipilih. Setelah itu dilakukan observasi
dan wawancara terhadap responden yang bisa memberikan informasi terhadap
permasalahan yang sedang diteliti.
Untuk mendapatkan data guna menjawab permasalahan seperti yang
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengemukakan bahwa
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada.
Sedangkan menurut Silalahi (2012, hlm. 27) mendeskripsikan “penelitian deskriptif menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus,
setting sosial atau hubungan”. Oleh karena itu, menggunakan metode ini peneliti berharap dapat menjelaskan secara terperinci mengenai fenomena yang dikaji
dalam penelitian ini.
B.Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Penjulukan Jurusan IPA dan IPS terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang pada Siswa di SMA Negeri 2 Bandung”, untuk mempermudah dan menghindari salah tafsir dalam penelitian ini, maka penulis akan membatasi definisi operasional sebagai berikut:
1. Penjulukan
Penjulukan adalah Pemberian julukan (nama sindiran, gelar, kehormatan).
2. Perilaku Menyimpang
Menurut Cohen (1992, hlm. 218) perilaku menyimpang atau penyimpangan
didefinisikan sebagai
Setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Penyimpangan juga dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang mengabaikan norma, dan penyimpangan ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak mematuhi patokan baku di dalam masyarakat.
C.Variabel Penelitian
Variabel merupakan salah satu bagian paling penting dalam sebuah
penelitian, oleh karena itu peneliti memilih variabel penelitian dari awal untuk
43
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diteliti, agar peneliti dapat fokus pada penelitian tersebut. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 60) “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.
Sedangkan menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2006, hlm. 38) „variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain‟.
Pada penelitian terdapat beberapa macam variabel, menurut Arikunto
(2010, hlm. 162) yaitu adanya variabel yang mempengaruhi yang disebut variabel
penyebab, variabel bebas atau idependent variable (X), dan variabel akibat yang
disebut sebagai variabel tidak bebas, variabel terikat atau dependent variable (Y).
Dalam penelitian ini, variabel bebas atau variabel (X) adalah penjulukan dan
variabel terikat atau variabel (Y) adalah perilaku menyimpang, dan yang menjadi
variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (Variabel X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penjulukan siswa jurusan IPA
dan IPS. Adapun indikator mengenai penjulukan sebagai berikut :
a. Kondisi penjulukan
b. Dampak penjulukan
2. Variabel Terikat (Variabel Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku menyimpang. Adapun
indikator mengenai perilaku menyimpang sebagai berikut:
a. Macam-macam perilaku Menyimpang
D.Partisipan dan Tempat Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh penjulukan terhadap
kecenderungan perilaku menyimpang siswa di sekolah. Dalam penelitian ini
peneliti memilih lokasi penelitian di SMA Negeri 2 Bandung yang berlokasi di
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan siswanya berprestasi. Melihat profil sekolah yang baik, peneliti tertarik
untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa di sekolah dan apakah terjadi
penjulukan terhadap siswa baik jurusan IPA atau IPS, bagaimana penjulukan
tersebut terjadi dan bagaimana pengaruhnya terhadap kecenderungan perilaku
menyimpang siswa di sekolah.
2. Partisipan
Partisipan merupakan bagian terpenting dalam penelitian, karena
partisipan merupakan sumber informasi utama berkenaan dengan masalah yang
akan diteliti. Partisipan atau sumber data penelitian merupakan pihak-pihak
yang menjadi sasaran penelitian dan dapat memberikan informasi. Partisipan
dalam penelitian ini adalah siswa-siswi beserta guru di SMA Negeri 2 Bandung
tahun 2015. Dalam penelitian ini peneliti memilih sampel sesuai perhitungan
untuk penelitian kuantitatif, dan sampel untuk penelitian kualitatif ketika
observasi dan terjun ke lapangan, peneliti memilih dan mempertimbangkan
orang yang dapat memberikan data yang dibutuhkan dengan memberikan data
yang jelas dan akurat.
E.Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel merupakan sumber data, apabila hasil penelitian ingin
digeneralisasikan dengan mengambil sampel dari suatu populasi, maka sampel
yang diambil untuk data harus representatif sesuai dengan fakta di lapangan. Jadi
sampel yang diambil harus dapat menjelaskan dan menggambarkan dari
keseluruhan populasi tersebut.
1. Populasi
Populasi merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian, karena
menjadi salah satu komponen utama yang harus ada. Populasi merupakan
fokus penelitian yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian yang nantinya
akan menentukan bagaimana penelitian itu dilakukan serta hasilnya. Seperti
45
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya aturan atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia.
Selain itu Nawawi (dalam Margono, 2004, hlm. 118) menjelaskan „populasi adalah merupakan keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam penelitian‟. Sedangkan menurut Riduwan dan Kuncoro (2012, hlm. 37) bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa populasi merupakan unsur penting dalam penelitian yang menjadi
patokan bagi peneliti untuk melakukan penelitian, dan dipilih populasi
penelitian siswa-siswi SMA Negeri 2 Bandung yang berlokasi di jalan
Cihampelas No.173 Bandung, Jawa Barat Tahun Ajaran 2014/2015, yang
masih terdaftar dan aktif dalam proses pembelajaran di sekolah. Penelitian ini
berfokus kepada peserta didik, maka populasi dalam penelitian ini adalah
peserta didik dari kelas Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau Ilmu-ilmu Sosial
(IIS) dan kelas Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Ilmu-ilmu Alam. Populasi
siswa diuraikan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah
1 X 393
2 XI 349
3 XII 452
Jumlah 1194
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 91) bahwa sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sedangkan menurut Arikunto (dalam Riduwan dan Kuncoro, 2012, hlm. 39) „sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi‟. Oleh karena itu dalam pemilihan sampel harus teliti, apakah teknik sampling yang akan dipilih, sehingga sampel yang diambil
dapat mewakili keseluruhan populasi.
Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu
maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu proportionate stratified random
sampling atau sampel berstrata. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 120) “proportionate stratified random sampling ialah pengambilan sampel bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional”. Sampel ini dipilih karena disesuaikan dengan kondisi siswa SMA yang memiliki tingkatan X, XI dan XII serta kondisi siswanya yang
heterogen.
Dalam penelitian ini peneliti menentukan banyaknya sampel mengacu pada penjelasan Arikunto (1992, hlm. 107) bahwa “untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya bila subyeknya besar
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%”. Oleh karena itu berdasarkan
pertimbangan yang ada, peneliti memilih 15% dari keseluruhan populasi siswa
SMA Negeri 2 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 1194 orang
untuk dijadikan sampel. Jadi jumlah sampel yang diambil 15% dari populasi
yaitu sebanyak 179 orang siswa, karena menurut peneliti sampel tersebut
47
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2
Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Arikunto (dalam Riduwan, 2012, hlm. 32) adalah „nafas dari penelitian‟. Oleh karena itu, instrumen penelitian merupakan sesuatu yang penting dan strategis kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan penelitian‟. Instrumen penelitian merupakan alat bantu peneliti dalam pengumpulan data. Mutu instrumen akan menentukan juga mutu dari pada data
yang dikumpulkan, sehingga tepatlah dikatakan bahwa hubungan instrumen
dengan data adalah sebagai jantungnya penelitian yang saling terkait antara: latar
belakang masalah; tujuan; manfaat; kerangka pemikiran; asumsi dan hipotesis
penelitian. Oleh karena itu, menyusun instrumen untuk kegiatan penelitian
merupakan langkah penting yang harus peneliti pahami secara benar. Hal tersebut
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Nasution (1987, hlm. 78) bahwa
Penyusunan instrumen merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam penelitian. Dengan instrumen itulah kita mengumpulkan data yang esensial diperlukan guna memecahkan masalah kita. Instrumen yang tidak baik dan tidak serasi akan menghasilkan data yang tidak sesuai dan tidak dapat dipercaya dan dengan sendirinya seluruh penelitian itu tidak ada nilainya. Instrumen apa yang akan digunakan bergantung pada sifat data yang harus dikumpulkan serta kemungkinan menggunakan instrumen tertentu. Ada kalanya kita menggunakan lebih dari satu instrumen.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket atau kuesioner dan
pedoman wawancara yang dibuat berdasarkan indikator dari rumusan masalah
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berstruktur dan berisi pernyataan dengan skala pengukuran ordinal. Angket ini
memudahkan bagi responden karena pernyataan disediakan beserta alternatif
jawabannya, sehingga responden hanya tinggal memilih jawaban yang ada.
Untuk mengelola data angket peneliti menggunakan skala likert, yang mana skala likert menurut Riduwan dan Akdon (2010, hlm. 16) “digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial”. Selain itu Sugiyono (2013, hlm.134) berpendapat bahwa
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Angket yang dipilih berisikan butir-butir pernyataan dan jawaban yang
berisikan lima dan empat pilihan jawaban, dan menggunakan tanda silang (x)
atau checklist () untuk memilih jawaban tersebut. Angket dengan lima jawaban
pilihannya terdiri dari sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (STS). Sedangkan angket dengan empat jawaban
pilihannya terdiri dari selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KK), dan tidak
pernah (TP). Oleh karena itu, untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban
itu dapat diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.3
Bobot Nilai Skala Likert
Alternatif Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Ragu-ragu (RR) 3
Tidak Setuju (TS) 2
49
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)
Tabel 3.4
Bobot Nilai Skala Likert
Alternatif Jawaban Skor
Selalu 1
Sering 2
Kadang-kadang 3
Tidak pernah 4
Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)
Kedua pedoman wawancara yang dikembangkan dari rumusan masalah
dan kemudian ditentukan indikatornya, setelah itu pertanyaan dibuat berdasarkan
indikator yang ditentukan dengan berisi serangkaian pertanyaan yang akan
ditunjukan kepada responden untuk menggali informasi secara langsung dan
mendalam guna mendapatkan hasil yang akurat dan sesuai tujuan penelitian.
Dalam pedoman wawancara semua rangkaian pertanyaan harus dapat
menggambarkan rumusan masalah dalam penelitian, dan harus dibuat batasan
agar data yang diungkap sesuai dengan harapan dan tidak menyimpang dari
tujuan.
Instrumen penelitian ditujukan kepada responden yang telah ditentukan
oleh peneliti yaitu siswa SMA Negeri 2 Bandung yang telah dijelaskan dalam
penjelasan pemilihan sampel sebelumnya. Alasan dilakukannya penelitian di
SMA tersebut karena setelah melakukan observasi memang ada perbedaan
kebiasaan antara siswa jurusan IPS dan IPA dalam menjalankan aktivitasnya di
sekolah. Selain itu, terdapat perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa
berupa pelanggaran terhadap peraturan dan tata tertib sekolah. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengkaji apakah perilaku menyimpang itu salah satunya
dipengaruhi oleh adanya penjulukan yang terjadi di sekolah atau tidak. Berikut ini
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket (Sebelum Uji Validitas)
Variabel Indikator Sub Variabel Sumber
51
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perilaku
Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)
Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara
Masalah
terhadap individu atau
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang diberikan pada
siswa jurusan IPA dan
IPS disekolah saat ini?
5. Apa yang menjadi latar
belakang terjadinya
yang ditimbulkan dari
penjulukan tersebut?
yang diberikan kepada
penerima julukan di
anda mengenai adanya
53
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyimpang menyimpang di
sekolah?
yang diakibatkan dari
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dampak
dilakukan oleh pihak
sekolah untuk
mengurangi dampak
negatif dari adanya
penjulukan?
19.Upaya apa yang
dilakukan oleh orang
tua untuk mengurangi
dampak negatif dari
adanya penjulukan?
√ √
√ √
Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)
G.Proses Pengembangan Instrumen
1. Uji Validitas
Sebuah penelitian membutuhkan hasil yang tepat, akurat dan tidak
memberikan keraguan. Oleh karena itu instrumen dari suatu penelitian harus
memenuhi syarat valid dan reliabel. Validitas adalah suatu keadaan yang
menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan dan mampu mengukur
yang hendak diukur.
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 173) “instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
55
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
harus diukur sesuai tujuan penelitian dan dapat dikatakan valid. Maka dengan
adanya uji validitas ini dapat menentukan kualitas dari suatu penelitian apakah
layak dan baik atau tidak.
Dalam uji validitas peneliti mengkorelasikan skor item instrumen
dengan skor total, kemudian dilakukan perhitungan. Pada proses perhitungan
peneliti dibantu dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and
Service Solutions) versi 22. Sedangkan untuk menguji validitas konstruk setiap item dalam indikatornya menggunakan analisis dengan rumus korelasi pearson
product moment. Rumus yang digunakan korelasi pearson product moment menurut Riduwan dan Akdon (2010, hlm. 191) sebagai berikut :
√
Dimana:
= koefisien korelasi
= jumlah skor item
= jumlah skor total (seluruh item)
n = jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan uji-t, menurut Sugiyono (2012, hlm. 230)
menggunakan rumus sebagai berikut:
√ √ Dimana:
= nilai t
r = nilai Koefisien Korelasi
n = jumlah sampel
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
thitung < ttabel berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai
indeks korelasinya (r), menurut Sugiyono (2012, hlm. 231) diantaranya sebagai
berikut:
Antara 0,00 sampai dengan 0,199 : sangat rendah
Antara 0,20 sampai dengan 0,399 : rendah
Antara 0,40 sampai dengan 0,599 : sedang
Antara 0,60 sampai dengan 0,799 : kuat
Antara 0,80 sampai dengan 1,000 : sangat kuat
Pengujian validitas dilakukan terhadap 33 item angket penjulukan siswa
jurusan IPA dan IPS serta 45 item angket perilaku menyimpang siswa, dengan
jumlah 32 responden. Pada uji validitas instrumen dilihat validitas dan
kesahihannya, karena tinggi rendahnya suatu instrumen akan memperlihatkan
sejauh mana data yang telah dikumpulkan layak atau tidak dan tidak
menyimpang dari gambaran validitas yang telah ditentukan. Oleh karena itu,
peneliti melakukan uji instrumen sebelum melakukan penelitian di lokasi yang
telah dipilih untuk menentukan item instrumen mana saja yang valid yang
dapat digunakan. Pada uji instrumen ini peneliti menyebarkan angket di SMA
Taruna Bakti karena dianggap memiliki karakteristik yang sama dengan
sekolah lokasi penelitian. Berikut hasil uji validitas angket:
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Angket Penjulukan siswa Jurusan IPA dan IPS
No
item
r xy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan
1 0,472 0, 361 Valid
2 0,131 0, 361 Tidak valid
3 0,102 0, 361 Tidak valid
4 0,228 0, 361 Tidak valid
57
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 0,079 0, 361 Tidak valid
7 0,074 0, 361 Tidak valid
8 0,435 0, 361 Valid
9 0,176 0, 361 Tidak valid
10 0,359 0, 361 Tidak valid
11 0,431 0, 361 Valid
12 0,735 0, 361 Valid
13 0,703 0, 361 Valid
14 0,589 0, 361 Valid
15 0,466 0, 361 Valid
16 0,353 0, 361 Tidak valid
17 0,647 0, 361 Valid
18 0,430 0, 361 Valid
19 0,412 0, 361 Valid
20 0,354 0, 361 Tidak valid
21 0,051 0, 361 Tidak valid
22 0,264 0, 361 Tidak valid
23 0,518 0, 361 Valid
24 0,584 0, 361 Valid
25 0,541 0, 361 Valid
26 0,541 0, 361 Valid
27 0,541 0, 361 Valid
28 0,452 0, 361 Valid
29 0,627 0, 361 Valid
30 0,513 0, 361 Valid
31 0,727 0, 361 Valid
32 0,637 0, 361 Valid
33 0,637 0, 361 Valid
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan Hasil Uji Validitas Angket Penjulukan siswa Jurusan IPA dan IPS
Keterangan No Item Jumlah
Valid 1, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29, 30, 31, 32, 33 21
Tidak Valid 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 16, 20, 21, 22 12
Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)
Berdasarkan data di atas bahwa data yang tidak valid yaitu nomor 2, 3,
4, 5, 6, 7, 9, 10, 16, 20, 21 dan 22, data yang tidak valid tidak diikutsertakan
dalam analisis data selanjutnya karena sudah mewakili dengan nomor item soal
yang lainnya.
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Angket Perilaku Menyimpang Siswa
No
item
r xy (r hitung) r tabel (5%) Keterangan
34 0,396 0, 361 Valid
35 0,494 0, 361 Valid
36 0,719 0, 361 Valid
37 0,380 0, 361 Valid
38 0,159 0, 361 Tidak valid
39 0,352 0, 361 Tidak valid
40 0,415 0, 361 Valid
41 0,316 0, 361 Tidak valid
42 0,617 0, 361 Valid
43 0,157 0, 361 Tidak valid
44 0,667 0, 361 Valid
45 0,458 0, 361 Valid
46 0,718 0, 361 Valid
47 0,131 0, 361 Tidak valid
59
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49 0,206 0, 361 Tidak valid
50 0,040 0, 361 Tidak valid
51 0,688 0, 361 Valid
52 0,612 0, 361 Valid
53 0,067 0, 361 Tidak valid
54 0,325 0, 361 Tidak valid
55 0,138 0, 361 Tidak valid
56 0,592 0, 361 Valid
57 0,602 0, 361 Valid
58 0,326 0, 361 Tidak valid
59 0,686 0, 361 Valid
60 0,457 0, 361 Valid
61 0,707 0, 361 Valid
62 0,299 0, 361 Tidak valid
63 0,352 0, 361 Tidak valid
64 0,480 0, 361 Valid
65 0,263 0, 361 Tidak valid
66 0,602 0, 361 Valid
67 0,267 0, 361 Tidak valid
68 0,366 0, 361 Valid
69 0,201 0, 361 Tidak valid
70 0,252 0, 361 Tidak valid
71 0,503 0, 361 Valid
72 0,267 0, 361 Tidak valid
73 0,462 0, 361 Valid
74 0,514 0, 361 Valid
75 0,243 0, 361 Tidak valid
76 0,552 0, 361 Valid
77 0,448 0, 361 Valid
78 0,782 0, 361 Valid
Rinrin Nurhidayanti, 2015
PENGARUH PENJULUKAN JURUSAN IPA DAN IPS TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA DI SMA NEGERI 2 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan Hasil Uji Validitas Angket Perilaku Menyimpang Siswa
Keterangan No Item Jumlah
Valid 34, 35, 36, 37, 40, 42, 44, 45, 46, 48, 51, 52, 56,
57, 59, 60, 61, 64, 66, 68, 71, 73, 74, 76, 77, 78 26
Tidak Valid 38, 39, 41, 43, 47, 49, 50, 53, 54, 55, 58, 62, 63,
65, 67, 69, 70, 72, 75 19
Sumber : Data diolah oleh Peneliti (2015)
Berdasarkan data di atas bahwa data yang tidak valid yaitu nomor 38,
39, 41, 43, 47, 49, 50, 53, 54, 55, 58, 62, 63, 65, 67, 69, 70, 72, dan 75, data
yang tidak valid tidak diikutsertakan dalam analisis data selanjutnya karena
sudah mewakili dengan nomor item soal yang lainnya.
Setelah dilakukan uji validitas maka diperoleh item soal yang telah
valid dan akan diikutsertakan dalam pengolahan data. Berikut kisi-kisi angket
setelah dilakukan uji validitas.
Tabel 3.11
Kisi-kisi Instrumen penelitian angket (Sesudah Uji Validitas)
Variabel Indikator Sub variabel Sumber
informasi
terhadap jurusan IPA
dan IPS