• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN ANTARA ATLET KARATE DAN ATLET SEPAKBOLA PADA PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 1 BANJARAN KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN ANTARA ATLET KARATE DAN ATLET SEPAKBOLA PADA PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 1 BANJARAN KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

HAMDAN FIRMANSYAH 0801449

PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

Oleh

HamdanFirmansyah

Sebuahskripsi yang

diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelarSarjanapadaFakultasPen didikanOlahragadanKesehatan

© HamdanFirmnasyah 2014 UniversitasPendidikan Indonesia

Oktober 2014

HakCiptadilindungiundang-undang.

(3)

PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN ANTARA ATLET KARATE DAN SEPAKBOLA PADA PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 1

BANJARAN KABUPATEN BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Nuryadi, M.Pd.

NIP. 197101171998021001

Pembimbing II

DidinBudiman, M.Pd.

NIP. 197409072001121001

Mengetahui,

KetuaProgram StudiPendidikanJasmaniKesehatandanRekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd.

(4)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Indentifkasi Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Batasan Penelitian ... 9

G. Penjelasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Hakikat Pembelajaran ... 12

a. Pengertian Pembelajaran ... 13

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 14

1) Prinsip Perhatian dan Motivasi ... 14

2) Prinsip Keaktifan ... 14

3) Prinsip Keterlibatan Langsung/Berpengalaman ... 15

4) Prinsip Pengulangan.……….. 16

5) Prinsip Tantangan………... 16

6) Prinsip Balikan dan Penguatan………... 16

7) Prinsip Perbedaan Individual……….. 17

c. Tujuan Pembelajaran ... 18

2. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 19

a. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 19

b. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 20

c. Pendidikan Jasmani di Sekolah... 21

3. Disiplin …. ... 22

(5)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

JKF dan WKF ... 34

1) Shotokan ... 34

2) Goju – Ryu ... 35

3) Shinto – Ryu ... 35

4) Wado – Ryu ... 35

d. Aliran Beladiri Karate yang Tidak Andil Dalam Pembentukan JKF dan WKF ... 36

f. Tingkatan dan Makna Warna Sabuk Pada Beladiri Karate ... 40

5. Hakikat Permainan Sepakbola ... 44

a. Definisi sepakbola ... 44

b. Karakteristik Permainan Sepakbola ... 45

c. Teknik Dasar Permainan Sepakbola ... 45

1) Teknik Mengoper (Passing) ... 45

C. Hipotesis Penelitian ... .58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59

A. Metode Penelitian ... 59

B. Populasi dan Sampel ... 60

C. Desain Penelitian ... 63

D. Langkah-Langkah Penelitian ... 63

E. Instrumen Penelitian ... 65

F. Uji Coba Instrumen serta Penghitungan Validitas dan Reliabilitas ... 70

1. Uji Validitas ... 70

2. Uji Reliabilitas ... 74

G. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 77

(6)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tingkat Disiplin Atlet Sepakbola... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(7)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembimbing II Didin Budiman, M.Pd.

(8)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Supervisor II Didin Budiman, M. Pd.

(9)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

Pendidikan sangat berperan untuk membentuk baik atau buruknya pribadi

manusia menurut ukuran normatif. Pendidikan mencakup pengajaran dan

pelaksanaan nilai-nilai, isi, tindakan-tindakan yang membawa peserta didik

mengalami dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, menghargai dan menyukai,

sehingga peserta didik membangun nilai-nilai kemanusiaan itu ke dalam keadaan

kepribadiannya. Dilihat dari segi yang lain, pendidikan adalah usaha membantu

anak dalam menajamkan kata hatinya, bahwa pendidikan itu adalah suatu

peristiwa yang normatif. Pada hakekatnya pendidikan itu bukan membentuk,

bukan menciptakan seperti yang diinginkan, tetapi membantu dan memotivasi

anak tentang potensi yang ada pada dirinya dengan mengembangkan potensi itu

melalui pengalaman, mengolah materi pelajaran dan kesempatan. Berkenaan

dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas), pada setiap pembelajaran

harus direncanakan terlebih dahulu sebagaimana diisyaratkan dalam

Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 bahwa;

Perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar.

Berdasarkan pendapat di atas usaha untuk mencapai tujuan pendidikan

jasmani harus membuat suatu perangkat pembelajaran atau perencanaan

pembelajaran karena perencanaan pembelajaran memiliki peranan penting untuk

mencapai tujuan pendidikan jasmani. Pada umumnya perencanaan pembelajaran

yang biasanya di buat di sekolah meliputi pembuatan program tahunan, program

(10)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang

dijadikan sebagai alat atau media untuk mencapai perkembangan individu secara

menyeluruh. Dengan pendidikan jasmani peserta didik disosialisasikan ke dalam

aktifitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga yang bertujuan untuk

mengembangkan aspek psikomotor, kognitif, dan afektif. Selaras dengan itu

menurut Cholik dan Lutan (1997) adalah:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh kebutuhan jasmani, kesehatan, dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.(http;//materipenjasorkes.blogspot.com)

Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani akan

tercapai jika seorang guru dapat mengetahui karakteristik siswa, mengembangkan

watak serta kepribadian siswa untuk membentuk manusia yang berkualitas. Dalam

penelitian ini menggunakan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang

rata-rata berumur antara 13-15 tahun. Pelajar Sekolah Menengah Pertama umumnya

berusia 13-15 tahun (http://id.wikipedia.org). Dilihat dari umur siswa SMPN 1

Banjaran yang rata-rata berumur 13-15 tahun, mereka tergolong pada masa

perkembangan psikologi remaja. Berbicara tentang psikologi remaja tentu tidak

terlepas dari perkembangan psikologi remaja. Pada fase perkembangan psikologi

remaja, individu harus bisa meninggalkan sifat kekanak-kanakan dan harus

mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang baru. Menurut Zakiah Darajat

(1990, hal. 23) bahwa :

Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang

(11)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dilihat dari pernyataan di atas tentunya siswa SMP yang mulai beranjak

remaja harus beradaptasi dengan statusnya yang baru dan sangat mudah

terpengaruh dengan sesuatu yang bersifat positf ataupun yang bersifat negatif

yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang bisa mempengaruhinya adalah

faktor keturunan dan faktor lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat. Masa remaja adalah masa seorang individu mulai beradaptasi dengan

hal yang baru, mulai mencari jati diri, mencoba hal yang belum pernah dilakukan

sebelumnya pada kanak-kanak, melakukan sesuatu tanpa memikirkan apa

resikonya. Pada masa remaja, siswa mulai terbentuk suatu sikap setelah belajar

dari pengalamanya. Tentunya hal ini harus diperhatikan secara serius supaya

perkembangan psikologi siswa berjalan dengan baik, khususnya dari segi

pembentukan sikap dan perilaku.

Siswa yang kurang mampu melaksanakan tugas perkembangannya dengan

baik, biasanya akan terjerumus pada kenakalan remaja. Kenakalan remaja

biasanya disebabkan oleh gagalnya individu menjalani proses perkembangan jiwa

baik pada masa kanak-kanak yang terbawa kepada masa remaja. Tugas

perkembangan siswa yang harus dijalani diantarnya adalah perkembangan fisik,

kognitif, emosi, moral, sosial, kepribadian dan kesadaran akan beragama. Menurut

Hartono karakteristik tugas perkembangan psikologi siswa yaitu :

a. Perkembangan fisik psikologi b. Perkembangan kognitif psikologi c. Perkembangan emosi psikologi d. Perkembangan moral psikologi e. Perkembangan sosial psikologi f. Perkembangan kepribadian psikologi g. Perkembangan kesadaran beragama

(http://belajarpsikologi.com)

Siswa yang tidak mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik,

akan menimbulkan gejala sosial yang kurang sehingga mengakibatkan

(12)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kenakalan remaja. Kenakalan remaja bisa terjadi dan terlihat diberbagai

lingkungan sosial di mana mereka bersosialisasi, bergaul dengan individu atau

kelompoknya baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat. Kenakalan siswa merupakan produk nyata dari konflik ataupun

masalah yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun

masa remaja. Seringkali terdapat trauma pada masa lalunya seperti perlakuan

kasar dan tidak menyenangkan yang diakibatkan dari lingkungan maupun trauma

terhadap kondisi lingkungan. Kenakalan remaja yang dialami siswa dapat

dikategorikan pada perilaku menyimpang, dalam perilaku menyimpang masalah

sosial terjadi karena terdapatnya pernyimpangan perilaku dari berbagai aturan,

nilai, norma sosial yang berlaku di lingkunganya.

Secara singkat penyebab terjadinya kenakalan remaja siswa disebabkan oleh

berbagai faktor dari dalam diri sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar

(eksternal). Faktor internal biasanya disebabkan karena kontrol diri yang lemah.

Remaja yang tidak bisa membedakan dan mempelajari tingkah laku yang dapat

diterima dengan tingkah laku yang tidak diterima akan terseret pada perilaku

nakal. Faktor dari luar biasanya dipengaruhi faktor keluarga yang kurang

harmonis yang disebabkan karena adanya perceraian di antara ayah dan ibunya,

tidak ada komunikasi antara anggota keluarga, pendidikan yang salah dari

keluarga seperti telalu memanjakan, tidak memberikan ajaran agama, pergaulan

teman sebaya, lingkungan tempat tinggal, sekolah dan masyarakat. Sebaliknya

apabila siswa mampu menjalankan tugas perkembangan psikologi dengan baik

akan membentuk perilaku yang baik, sopan dan santun. Siswa yang mampu

mengendalikan kontrol dirinya sendiri kemudian bisa membedakan dan

mempelajari tingkah laku yang dapat diterima ataupun yang tidak dapat diterima

kemudian akan membentuk siswa pada perilaku yang baik. Faktor yang

mempengaruhinya biasanya dari lingkungan dan keadaan keluarga yang harmonis,

(13)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang selalu diterapkan, pergaulan teman sebaya dan pengaruh lingkungan sekolah

yang baik akan membentuk kepribadian siswa kepada perilaku yang positif.

Siswa yang beranjak remaja yang bersekolah di SMPN 1 Banjaran tentunya

memiliki kepuasan ataupun kebanggan tersendiri, dikarenakan sekolah SMPN 1

Banjaran adalah sekolah yang mempunyai nilai historis yang tinggi karena

sekolah ini merupakan sekolah SMP Negeri pertama yang dibangun di daerah

kota Banjaran Kabupaten Bandung dan letak yang strategis berada di wilayah

sekitaran alun-alun kota Banjaran serta berada pada pusat kota. Dilihat dari sekilas

profil SMPN 1 Banjaran tentunya lembaga sekolah ini sudah berpengalaman

dalam menjalankan proses pendidikan, apalagi ditunjang dengan kebebasan

sekolah dalam memodifikasi variasi-variasi pada pelaksanaan pembelajaran sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan dijelaskan:

a. Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi (Pasal 6 Ayat 6)

b. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2)

c. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20)

Berdasarkan penjelasan di atas tentunya sekolah mempunyai ruang gerak

seluas-luasnya untuk memodifikasi dan mengembangkan variasi-variasi dalam

melaksanakan proses pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi dan kebutuhan

sekolah serta kondisi siswa. Maka dari itu pelaksanaan pendidikan di SMPN 1

(14)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang ada di dalam diri siswa. Siswa sebagai peserta didik mempunyai perasaan,

pikiran serta keinginan. Siswa memerlukan kebutuhan yang perlu dipenuhi,

kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan

kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya (menjadi diri sendiri sesuai dengan

potensinya).

Perkembangan potensi siswa tidak hanya pada pembelajaran akademis yang

dilaksanakan dalam intrakurikuler, akan tetapi pada perkembangan bakat dan

minat siswa yang dilaksanakan dalam ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler sebagai

sarana untuk mewadahi bakat dan minat siswa untuk mengembangkan potensi

yang ada pada dirinya. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa

sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan

ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas.

Kegiatan ekstrakurikuler ditunjukan agar siswa dapat mengembangkan

kepribadian, bakat, dan kemampuannya diberbagai bidang di luar bidang

akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah siswa-siswi

itu sendiri untuk merintis kegiatan diluar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari

ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk pada kegiatan seni, olahraga,

pengembangan kepribadian, dan kegiatan yang lain yang bertujuan positif untuk

kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri.(id.wikipedia.org/wiki/Ekstrakurukuler)

Jenis ekstrakurikuler di sekolah berbeda-beda seperti, olahraga permainan,

olahraga beladiri, keagamaan, kesenian, keilmuan, bahasa, baris-berbaris, medis.

Banyaknya jenis ekstrakurikuler ini tentunya akan membuat siswa leluasa

memilih jenis ekstrakurikuler apa yang akan dipelajari dan dikembangkan sesuai

dengan minat, bakat dan potensi yang akan dikembangkan oleh siswa. Begitu

halnya ekstrakurikuler di SMPN 1 Banjaran yang banyak memiliki jenis pilihan

yang bisa diikuti siswa. Diantara jenis ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini ada

yang mempunyai prestasi baik, diantaranya ekstrakurikuler olahraga permainan

cabang sepakbola dan beladiri karate. Prestasi ekstrakurikuler sepakbola tidak

(15)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kab. Bandung. Begitu pula olahraga karate memiliki prestasi yang baik dengan

melahirkan atlet-atlet yang berbakat dan berprestasi yang banyak mengikuti

kejuaraan-kejuaraaan. Prestasi kedua ekstrakurikuler ini tentunya tidak terlepas

dari penerapan disiplin yang kuat. Selaras dengan tujuan Undang Undang RI, no

03/2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam Bab 2 di pasal 4

menyatakan ;

Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.

Berdasarkan penjelasan di atas umumnya ekstrakurikuler yang tergolong

pada jenis olahraga harus berpedoman kepada sistem keolahragaan nasional.

Ekstrakurikuler karate dan ekstrakurikuler sepakbola di SMPN 1 Banjaran harus

menerapkan atau memiliki nilai disiplin yang tinggi sesuai dengan sistem

keolahragaan nasional.

Tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola memiliki disiplin yang

tinggi dalam mengikuti latihan ekstrakurikuler yang ditekuninya, akan tetapi

masalahnya apakah disiplinnya itu bisa diterapkan pada saat proses belajar

mengajar (PBM), khususnya pada pembelajaran pendidikan jasmani. Perbedaan

karakter olahraga yang ditekuni siswa tentunya akan mempunyai tingkat disiplin

yang berbeda pada saat PBM penjas dilaksanakan. Karakteristik permainan

sepakbola yang condong kepada permainan olahraga beregu yang mementingkan

kerjasama untuk mencapai tujuan dan beladiri karate yang condong kepada seni

beladiri yang timbul sebagai cara seorang untuk mempertahankan diri dengan cara

berkelahi.

Perbedaan lingkungan dan sosialisasi pada saat pelaksanaan penjas yang

bersifat heterogen, karena siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan

karate akan bercampur dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler yang lainnya

(16)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berbeda pada saat siswa mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan ekstrakurikuler

karate, mereka berada pada lingkungan yang relatif homogen karena berada pada

lingkungan yang sama dan tempat sosialisasi yang sama. Hasil dari observasi

sekilas penulis menemukan masalah yang terjadi pada saat pembelajaran penjas

dilaksanakan di SMPN 1 Banjaran. Masalah yang muncul adalah terdapat siswa

yang tidak disiplin pada pelaksanaan pembelajaran penjas yang diantaranya

memakai asesoris, tidak memakai sepatu olahraga, datang terlambat datang ke

lapangan, mencorat coret seragam olahraga, mengobrol pada saat guru

menyampaikan materi dan lain-lain.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis ingin mengetahui

bagaimana perbandingan tingkat disiplin antara atlet karate dan atlet sepakbola

pada pelajaran penjas di sekolah.

B.Indentifkasi Masalah

Dalam penelitian adanya identifikasi masalah sangatlah penting untuk

memperjelas permasalahan yang timbul dalam penelitian. Masalah dalam

penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa alasan, diantaranya yaitu kurangnya

siswa memperhatikan aturan-aturan pada pelaksanaan penjas di SMPN 1 Banjaran

sehingga menimbulkan siswa kurang disiplin. Maka dalam penelitian ini penulis

mendeskripsikan identifikasi masalah yang muncul dalam penelitian yaitu :

1. Kenakalan para siswa pada saat pembelajaran penjas.

2. Kurangnya pelaksanaan aturan para siswa pada saat pembelajaran penjas.

3. Keadaan psikologi para siswa yang masih pada masa transisi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kurangnya tingkat disiplin

pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran. Hal ini menjadi permasalahan

yang muncul dan akan dibahas secara jelas dalam penelitian ini.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

(17)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Atlet Karate dan Atlet Sepakbola pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran

Kabupaten Bandung ” adalah :

1. Seberapa besar tingkat disiplin atlet karate pada pembelajaran penjas di

sekolah?

2. Seberapa besar tingkat disiplin atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di

sekolah?

3. Apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin antara atlet karate dengan atlet

sepakbola ?

D.Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba

menjabarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Tujuan penelitian tersebut

yaitu ;

1. Untuk mengetahui tingkat disiplin atlet karate pada pembelajaran penjas di

Sekolah?

2. Untuk mengetahui tingkat disiplin atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di

Sekolah?

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin antara atlet

karate dengan atlet sepakbola ?

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya

sebagai berikut :

1. Memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang psikologi

olahraga mengenai perbedaan latar belakang siswa yang heterogen yang

berpengaruh pada tingkat disiplin belajar siswa pada pembelajaran penjas.

2. Sebagai bahan masukan para penanggung jawab pendidikan di sekolah dalam

rangka peningkatan budaya disiplin siswa dalam kegiatan pembelajaran penjas

(18)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Sebagai masukan untuk para guru-guru penjas dalam menangani masalah

perilaku yang dilakukan oleh siswa.

4. Memberikan pemahaman tentang pengetahuan karakteristik siswa untuk

persiapan dalam memberikan pembelajaran, karena pembelajaran berawal dari

pemahaman guru terhadap karakteristik siswa itu sendiri dan karakteristik

siswa berbeda-beda.

5. Para guru diharapkan bisa memperhatikan perbedaan tingkat disiplin belajar

siswanya, karena keberhasilan belajar dan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh

disiplin belajar.

6. Bagi pihak sekolah terutama lebih mendekatkan diri kepada siswa secara

emosional sebagai wadah untuk menampung permasalahan dan menjadi tempat

curhat yang baik bagi siswa untuk terciptanya budaya disiplin sekolah.

F. Batasan Penelitian

Untuk menghindari terjadinya variabel penelitian yang lebih luas, maka

penulis membatasi masalah perbandingan tingkat disiplin atlet karate dan atlet

sepakbola pada pembelajaran penjas sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya difokuskan pada perbandingan tingkat disiplin atlet karate

dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di sekolah.

2. Penelitian ini menitik beratkan pada tingkat disiplin belajar siswa yang menjadi

atlet karate dan atlet sepakbola yang memiliki karakter yang berbeda.

3. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriftif komparatif.

Variabel bebas dalam penulisan ini adalah atlet karate dan atlet sepakbola,

sedangkan variabel terikat dalam penulisan ini adalah tingkat disiplin pada

pembelajaran penjas.

4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet sepakbola dan atlet karate

dan sampelnya yaitu atlet karate dan atlet sepakbola SMPN 1 Banjaran

Kabupaten Bandung yang memiliki tingkat disiplin yang baik pada saat latihan.

5. Instrumen yang di gunakan yaitu dengan menggunakan angket dengan

(19)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G.Penjelasan Istilah

Arikunto (2007, hal. 12) menjelaskan mengenai batasan istilah sebagai

berikut:

Batasan istilah adalah bagian dari proposal maupun laporan penelitian tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berkenaan dengan kegiatan penelitiannya. Pentingnya peneliti memberikan penjelasan tentang pengertian ini agar pihak lain yang berkepentingan dengan peneliti tersebut mempunyai persepsi yang sama dengan peneliti. Sehingga agar tidak terdapat kesalah pahaman dan salah penafsiran terhadap ruang lingkup penelitian ini maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang dianggap penting dalam penelitian ini.

Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian “ Perbandingan

Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran

Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung” dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendidikan jasmani menurut Cholik dan Lutan (1997) adalah:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh kebutuhan jasmani, kesehatan, dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.(http;//materipenjasorkes.blogspot.com)

2. Disiplin menurut Syamsu Yusuf (1989, hal. 24) mengemukakan pengertian

disiplin yaitu:

a. Disiplin diartikan sebagai peraturan, order, patokan-patokan tentang perilaku, norma dan hukum.

b. Disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan norma, atau patokan-patokan (standars)

c. Disiplin diartikan sebagai cara mendidik (melatih) individu agar berperilaku sesuai dengan norma atau peraturan yang berlaku dalam lingkungan atau yang diterima dimasyarakat.

(20)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Atlet menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah olahragawan, terutama

yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan dan

kecepatan).(http://kbbi.web.id/atlet)

4. Karate secara hafiah dapat diartikan sebagai berikut : Kara = kosong,

cakrawala, Te = tangan atau seluruh bagian tubuh yang mempunyai

kemampuan. Dengan demikain Karate dapat diartikan sebagai suatu taktik

yang memungkinkan seseorang membela diri dengan tangan kosong atau tanpa

senjata .(http://inkai-samarinda.com)

5. Sepakbola menurut Sucipto, dkk (2000, hal. 7) adalah permainan beregu yang

setiap regunya terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya adalah penjaga

gawang, masing-masing regu berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya

ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri untuk tidak

(21)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggunaan metode penelitian dalam penelitian harus tepat sasaran dan

mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggung jawabkan secara

ilmiah agar metode penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan meskipun

banyak metode yang dapat digunakan dalam penelitian. Permasalahannya bukan

terletak pada baik buruknya metode melainkan pada ketepatan dalam penggunaan

metode.

Dalam proses penelitian penulis menggunakan metode deskriptif

komparatif. Penentuan metode dalam peneletian ini karena penelitian ini memiliki

tujuan untuk meneliti suatu fenomena kelompok tertentu yang memiliki perbedaan

antara yang satu dengan yang lainnya yaitu, meneliti tentang tingkat disiplin

dengan dua sampel yang berbeda yaitu siswa yang menjadi atlet karate dan siswa

yang menjadi atlet sepakbola yang mengikuti pembelajaran penjas di SMPN 1

Banjaran. Menurut Sukmadinata mengenai prosedur penelitian yang diteliti

menyatakan bahwa :

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan fenomena yang satu dengan yang lainnya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mendeskripsikan dan menginterprestasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang terjadi.( http://ardhana12.wordpress.com)

Sedangkan Komparatif yang dijelaskan Sugiyono (2008, hal. 57) yang

menyatakan bahwa : ”Komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau

(22)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian yang

bersifat deskriptif yaitu menganalisa data dari kelompok sampel tertentu dan

kemudian menarik kesimpulan dari sampel yang diteliti saja tanpa memberikan

suatu perlakukan apapun. Menurut Furchan bahwa:

1) Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur, ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat

2) Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan 3) Tidak adanya uji hipotesis.”

(http://ardhana12.wordpress.com)

Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian deskriptif komparatif yang

dimaksud dalam penelitian ini ialah meneliti perbandingan satu variabel disiplin

belajar dengan dua sampel yang berbeda yaitu sampel kelompok siswa yang

menjadi atlet sepakbola dan siswa yang menjadi atlet karate. Dalam penelitian ini

yang akan diteliti adalah perbandingan tingkat disiplin antara kedua sampel

tersebut. Dalam hal ini kemudian penulis merumuskan judul penelitiannya adalah

”Perbandingan Tingkat Disiplin antara Atlet Karate dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung”.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008, hal. 117) mengemukakan pendapatnya tentang

definisi populasi sebagai berikut: ”Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakterisrik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.” Untuk mengetahui besar kecilnya sampel penelitian, menurut Sugiyono

(2008, hal. 18) menjelaskan bahwa :

(23)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh atlet karate yang berjumlah 60

orang dan atlet sepakbola yang berjumlah 65 orang di SMP Negeri 1 Banjaran

Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013. Dengan alasan penulis menganggap

karakteristik yang relatif homogen, artinya tingkat disiplin peserta didik terhadap

mata pelajaran penjas relatif rendah dan status peserta didik yang masih dalam

fase remaja yang memiliki tugas perkembangannya yang sama.

Mengenai sampel, Sugiyono (2011, hal. 81) menjelaskan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Lebih lanjut Arikunto (2002, hal. 104) menjelaskan bahwa “Sampel adalah sebagian atau mewakili sebagian populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2011, hal. 85) menjelaskan tentang pengertian purposive

sampling adalah sebagai berikut: “Purposive sampling adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang dimaksudkan

untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah dilihat dari jumlah

kehadiran atlet minimal 80% dari jumlah pertemuan maksimal pada saat latihan,

memiliki keterampilan yang baik, memiliki tingkat disiplin yang baik pada saat

latihan, memiliki prestasi yang bagus dan pertimbangan lainnya tidak semua

siswa menjadi atlet sepakbola dan atlet karate. Maka dari itu Tingkat Disiplin

sebagai variabel terikat, atlet karate dan atlet sepakbola sebagai variabel bebas.

Oleh karena karakteristik populasi tersebut dapat dikatakan penulis relatif

homogen dari segi tugas perkembangan psikologi karena generalisasi keadaan,

situasi dan faktor internal peserta didik hampir sama secara keseluruhan, penulis

dapat memilih sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karakteristik

psikologi peserta didik SMP yang berada dalam rentan usia 13-15 tahun (early

adolescence) yaitu; 1). Perkembangan fisik psikologi. 2). Perkembangan kognitif

psikologi. 3). Perkembangan emosi psikologi. 4). Perkembangan moral psikologi.

5). Perkembangan sosial psikologi. 6). Perkembangan kepribadian psikologi.

(24)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate di SMPN 1 Banjaran tahun

pelajaran 2012/2013 berjumlah 60 orang siswa dan siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler sepakbola di SMPN 1 Banjaran tahun pelajaran 2012/2013

berjumlah 65 orang siswa, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1 Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Karate dan Ekstrakurikuler Sepakbola

ATLET SMPN 1 BANJARAN KAB.BANDUNG

JENIS

EKSTRAKURIKULER KELAS VII KELAS VIII KELAS IX JUMLAH

Ekstrakurikuler karate 20 30 10 60

Ekstrakurikuler

sepakbola 23 27 15 65

JUMLAH 125

.

Untuk menentukan besarnya sampel, peneliti mengacu pada tabel yang

dibuat oleh Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, 1%, 5% dan 10%. Rumus

untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah

sebagai berikut :

(untuk jumlah sampel berdasarkan rumus diatas, dapat dilihat pada tabel 5.1 beserta keterangannya dalam buku Sugiyono (2011, hal. 87))

Populasi atlet karate berjumlah 60 orang dan atlet sepakbola berjumlah 65,

total populasi keseluruhan berjumlah 125 orang. Pada tabel tidak ada angka

populasi 125, kemudian penulis pilih angka yang dibulatkan menjadi 120 . Jumlah

sampel yang diambil dari populasi sebanyak 120 siswa dengan tingkat kesalahan

S =

λ2

. N . P . Q --- d2 (N-1) + λ2 . N . P . Q

λ2

(25)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5% adalah 89 atlet atau jika dibulatkan menjadi 90 orang atlet. Jadi jumlah siswa

yang akan dijadikan sampel penelitian adalah 45 orang siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler sepakbola dan 45 orang siswa yang mengikuti ekstrakurikuler

karate. Pemilihan sampel berdasarkan kepada tingkat kehadiran siswa atau atlet

pada saat latihan ekstrakurikuler dan pada saat pembelajaran Penjas minimal 80%

dari jumlah kehadiran maksimal pada saat latihan, memiliki keterampilan yang

baik, memiliki prestasi yang bagus.

C.Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu tingkat disiplin belajar

siswa pada pembelajaran penjas dan dua sampel yaitu atlet sepakbola dan atlet

karate. Sebagaimana dapat kita lihat dalam bagan 3.1 tentang desain penelitian di

bawah ini.

Bagan 3.1. Desain Penelitian

D.Langkah-langkah Penelitian

Untuk memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang dilakukan

maka diperlukan langkah penelitian sebagai rencana kerja. Dengan adanya

gambaran langkah penelitian maka akan mempermudah kita untuk memulai

langkah dari sebuah penelitian. Adapun mengenai langkah-langkah penelitian

penulis dijelaskan sebagai berikut : Atlet karate

Atlet sepakbola

Angket tingkat disiplin

(26)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Langkah pertama menentukan populasi yaitu diambil dari siswa SMPN 1

Banjaran yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan ekstrakurikuler karate

yang akan dijadikan populasi penelitian.

2. Menghitung jumlah populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu

atlet sepakbola yang berjumlah 65 orang dan atlet karate yang berjumlah 60

orang. Keseluruhan jumlah populasi adalah 125 orang siswa.

3. Kemudian menentukan total sampel sebanyak 125 orang yang dibulatkan

menjadi 120 orang. Total sampel yang berjumlah 120 orang dengan tarap

kesalahan 5% adalah 89, kemudian dibulatkan menjadi 90 orang, 45 orang atlet

sepakbola dan 45 orang atlet karate.

4. Kemudian melakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket terhadap

dua kelompok tersebut.

5. Setelah didapat hasil pengukuran dengan menggunakan angket dari kedua

kelompok, selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan menganalisis data.

6. Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan dengan bantuan komputer

program microsoft office excel 2007.

7. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasarkan dari hasil

(27)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berikut adalah bagan langkah-langkah penelitian :

Populasi

Sampel

Kelompok A Kelompok B

Atlet Karate SMPN 1 Banjaran

Atlet Sepakbola SMPN 1 Banjaran

Tes Dengan Menggunakan

Angket

Hasil Tes Kelompok A Hasil Tes Kelompok B

Atlet Karate SMPN 1 Banjaran

Atlet Sepakbola SMPN 1 Banjaran

Pengolahan Data

Analisis Data

(28)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.2

Langkah-langkah penelitian

E.Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan data-data penelitian yang akan menjadi

penunjang terhadap masalah yang akan diteliti untuk memperoleh data sesuai

dengan apa yang diharapkan maka diperlukan suatu alat ukur untuk memperoleh

data penelitian. Sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2008, hal. 148),

”Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya disebut instrumen

penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua

fenomena ini disebut variabel penelitian.”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner

adalah teknik pengumpulan data yang berupa instrumen berisi sejumlah

pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh responden, sebagaimana penjelasan

Sugiyono (2008, hal. 199) yang menyatakan: ”Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Isi pertanyaan

dalam kuesioner merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan

variabel penelitian yang nantinya akan diperoleh sebuah data penelitian.

Kuesioner memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai alat pengumpul data

dalam suatu penelitian. Keuntungan kuesioner adalah tidak memerlukan hadirnya

peneliti, dapat dibagikan secara serentak kepada responden, dapat dijawab oleh

responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang

mereka, sehingga responden bebas jujur dalam memberikan jawaban. Sedangkan

kelemahan kuesioner adalah responden sering tidak teliti dalam menjawab

sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab.

Dalam menyusun butir-butir pertanyaan penulis berpatokan kepada prinsip

penyusunan butir-butir pertanyaan angket. Dalam merumuskan

(29)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Isi pertanyaan yang berbentuk pengukuran harus diteliti, skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang harus diteliti.

2. Bahasa yang digunakan mudah.

3. Pertanyaan dapat terbuka atau tertutup.

4. Pertanyaan tidak mempunyai arti yang mendua. 5. Tidak menanyakan yang sudah lupa.

6. Pertanyaan tidak menggiring ke jawaban yang baik atau yang jelek saja. 7. Pertanyaan tidak terlalu panjang.

8. Urutan pertanyaan : dari yang umum ke spesifik, dari mudah ke sulit. 9. Memenuhi prinsip pengukuran (valid dan reliabel).

10.Penampilan fisik angket bagus.”

(http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:_OzTg1HJPGcJ:pksm.m ercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul)

Jenis pertanyaan dalam angket yang digunakan oleh penulis adalah

pertanyaan tertutup, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyono (2008, hal. 201):

”Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap

pertanyaan yang telah tersedia.”

Langkah-langkah di dalam penyusunan instrumen penelitian didukung

dengan teori-teori atau pendapat para ahli, dalam hal ini penyusunan kisi-kisi

kuesioner mengacu kepada pendapat para ahli, diantaranya dijelaskan Syamsu

Yusuf (1989:24) mengemukakan pengertian disiplin yaitu sebagai berikut :”

a. Disiplin diartikan sebagai peraturan, order, patokan-patokan tentang perilaku, norma dan hukum.

b. Disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan norma, atau patokan-patokan (standars).

c. Disiplin diartikan sebagai cara mendidik (melatih) individu agar berperilaku sesuai dengan norma atau peraturan yang berlaku dalam lingkungan atau yang diterima di masyarakat.”(http://slideshare.net/cvrhmat/bab-ii-didiplin) Menurut pendapat di atas, disiplin sebagai aturan-aturan yang harus

dilakukan dan dilaksanakan. Disiplin akan terasa manfaatnya jika manusia

mempunyai impian dan cita-cita yang diinginkan bisa tercapai. Disiplin secara

(30)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ingin dicapai tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di suatu tempat atau

suatu lingkungan.

Pengertian tentang Disiplin sebagai berikut:

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Pendisiplinan adalah usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk mentaati sebuah peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri ataupun pada orang lain.”(http://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin)

Dari pengertian di atas, seseorang yang memiliki disiplin akan selalu taat

dan patuh terhadap suatu hal yang ia percayai yang kemudian akan membuatnya

bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. Disiplin seseorang tidak

berpengaruh terhadap orang lain, jika seseorang melanggar suatu aturan maka

hanya dia yang mendapatkan hukuman atau sanksi. Disiplin bisa menjadi sebuah

indikasi bahwa sesorang memiliki minat, karena orang yang berminat akan

menjadi taat dan memiliki tanggung jawab terhadap suatu hal yang ia minati.

Menurut pemaparan di atas indikator disiplin yang akan diuraikan pada

penyusunan angket meliputi aspek: Ketepatan waktu, ketaatan dan tanggung

jawab siswa dalam belajar

Langkah-langkah penyusunan angket dalam penelitian ini ialah sebagai

berikut:

1. Melakukan spesifikasi data

Melakukan spesifikasi data bermaksud untuk menjabarkan ruang lingkup

masalah yang akan diukur secara terperinci, kemudian untuk dapat menyusun

butir-butir pertanyaan atau pernyataan dalam angket, maka peneliti menyusun

kisi-kisi. Kisi-kisi ini merupakan konsep-konsep pokok yang berhubungan dengan

masalah yang akan diteliti, dari kisi-kisi kuisioner ini selanjutnya akan dibuat

pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi isi dari kuisioner penelitian. Kisi-kisi

angket bisa dilihat dalam tabel 3.4.

(31)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kisi-kisi Angket Tingkat Disiplin sebelum uji coba

Variabel Sub Variabel Indikator

No. Soal

2. Penyusunan butir-butir pertanyaan dan pernyataan angket

Setelah kisi-kisi tersusun, selanjutnya butir instrumen dibuat dalam bentuk

pertanyaan atau pernyataan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh angket yang

sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Penyusunan dalam bentuk angket

ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pokok permasalahan dalam penelitian

ini. Berkaitan dengan alternatif jawaban angket, penulis menggunakan skala

Likert. Dalam skala Likert subyek tidak disuruh untuk memilih

pernyataan-pernyataan yang disetujuinya saja.

Berdasarkan hal tersebut penulis menggunakan skala Likert untuk item

alternatif jawaban. Setiap alternatif jawaban mempunyai nilai tersendiri sesuai

dengan peringkat jawaban yang bersangkutan. Tentang kriteria pembuatan skor,

selanjutnya setiap butir instrumen dibuat dalam bentuk pertanyaan, setiap

pertanyaan yang dijawab oleh responden mendapat nilai sesuai dengan alternatif

jawaban yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian tentang alternatif jawaban dalam angket, penulis

menetapkan kategori penyekoran sebagai berikut: kategori untuk setiap butir

(32)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

= 1. Sedangkan kategori untuk setiap butir pernyataan negatif yaitu Selalu = 1,

Sering = 2, Kadang-kadang = 3, Tidak pernah = 4. Mengenai kategori pemberian

bobot nilai atau penyekoran terhadap setiap alternatif jawaban yang bernilai

positif maupun yang bernilai negatif dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.3

Bobot Nilai Untuk Tiap Pertanyaan

Alternatif jawaban Bobot nilai soal (Positif) Bobot nilai soal (negatif)

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-kadang 2 3

Tidak pernah 1 4

F. Uji Coba Instrumen serta Penghitungan Validitas dan Reliabilitas

Sebelum angket disebarluaskan kepada anggota sampel yang sebenarnya

terlebih dahulu penulis melakukan uji coba angket. Uji coba angket ini

dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan pemahaman responden

terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket, karena setiap alat ukur

yang baik memiliki ciri-ciri tertentu, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono

(2008, hal. 193) sebagai berikut:

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrument dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrument tersebut tidak digunakan secara tepat.

Merujuk pada penjelasan di atas, bahwa uji coba angket dilakukan

dilakukan kepada atlet sepakbola dan atlet karate SMP Negeri 2 Banjaran. Angket

(33)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

validitas serta reliabilitasnya. Menurut Sugiyono (2011, hal 267) menjelaskan

bahwa: “Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur”. Sedangkan mengenai reliabilitas Sugiyono (2008, hal.

268) menjelaskan bahwa : “Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan

stabilitas data atau temuan”.

1. Uji Validitas

Uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah

instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa

yang akan diukur (Arikunto, 2002 : 145). Pengujian validitas instrumen yang

dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang

mengungkap tingkat disiplin atlet. Langkah uji validitas instrumen tingkat disiplin

atlet adalah dengan menghitung koefisien korelasi skor setiap butir item dengan

rumus Product Moment Correlation, yaitu :

  

r = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y

n = Jumlah responden

XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden

X = Jumlah skor X

Setelah menghitung nilai koefisien korelasi setiap item, selanjutnya

dilakukan pada langkah membandingan besar nilai hitung rhitung terhadap nilai rtabel

(34)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jika rhitung = rtabel berarti valid

Jika rhitung > rtabel berarti valid, dan

Jika rhitung < rtabel berarti tidak valid

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan program

Microsoft Excel 2007 terhadap butir pernyataan angket tentang tingkat disiplin

sebanyak 50 item pernyataan dengan jumlah sampel sebanyak 45 atlet karate dan

45 atlet sepakbola. Setelah uji validitas terhadap angket tentang tingkat disiplin

belajar dari 50 item pernyataan diperoleh item pernyataan yang valid sebanyak 40

item dengan tarap kepercayaan 95%, dan n = 45, nilai r =0,294 dan sebanyak 10

item pernyataan yang tidak valid.

Hasil uji validitas setiap item dalam instrumen tingkat disiplin atlet

sepakbola dan atlet karate pada pembelajaran penjas di SMPN 2 Banjaran secara

rinci tertera di bawah ini:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Atlet Sepakbola

(35)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

26 0,581 0,294 Valid

Hasil Uji Validitas Atlet Karate

(36)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

25 0,299 0,294 Valid

tidak valid No item valid

Tingkat

Kisi-kisi Angket Tingkat Disiplin Setelah Uji Coba

Variabel Sub Variabel Indikator No. Soal

(37)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Disiplin

Kisi-kisi kuesioner dalam tabel 3.7 digunakan dalam penyusunan kuesioner

untuk memperoleh data penelitian mengenai perbandingan tingkat disiplin atlet

karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan pada uji coba angket yang sudah divalidasi.

Reliabilitas instrumen merupakan derajat keajegan (konsistensi) skor yang

diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang

berbeda, Menurut Arikunto (2002, hal. 154). Uji reliabilitas instrumen ini

menggunakan rumus dari Cronbach’s Alpha. Adapun langkah-langkah

perhitungan sebagai berikut:

1). Menghitung varian skor tiap-tiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

2). Kemudian menjumlahkan varian semua item pernyataan dalam instrumen,

dengan cara : ∑Si = S1+S2+S3...S11

Keterangan :

S1, S2, S3...S11 = varians item ke 1, 2, dan seterusnya.

(38)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Selanjutnya menghitung varian total dengan rumus :

St = ∑Xt - ( N ∑Xt) N

Keterangan :

St = varian total

∑Xt = jumlah kuadrat X total n = jumlah responden

3). Selanjutnya menghitung reliabilitas dengan rumus Cronbach’s Alpha

r11 = ( K ) ( 1 - ∑Si² )

k-1 St²

Keterangan :

r11 = nilai reliabilitas

∑Si² = jumlah varian skor tiap-tiap item St² = varian total

k = jumlah item

Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi

sebagai berikut.

Tabel 3.8

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Kriteria Kategori

0.91-1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0.71-0.90 Derajat keterandalan tinggi 0.41-0.71 Derajat keterandalan sedang 0.21-0.41 Derajat keterandalan rendah

< 0.20 Derajat keterandalan sangat rendah

Rakhmat dan Solehuddin (2006, hal. 74)

Perhitungan uji reliabilitas pada variabel tingkat disiplin siswa dengan

(39)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Diketahui :

Hasil uji reliabilitas terhadap instrumen tingkat disiplin atlet menunjukan

tingkat derajat keterandalan sangat tinggi dengan hasil perhitungan 0.9995 dan

0.9942 sesuai dengan kriteria di atas yang menunjukan nilai 0.91-1.00 berada

pada kategori sangat tinggi. Instrumen tingkat disiplin atlet sepakbola dan atlet

karate di SMP Negeri 2 Banjaran mampu menghasilkan skor-skor secara

konsisten.

G. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Data penelitian berupa jawaban dari angket yang diberikan pada responden,

jumlah angket yang diberikan kepada responden sejumlah 40 soal tentang tingkat

disiplin atlet sepakbola dan karate di sekolah. Instrumen yang telah dinyatakan

valid dan reliabel dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, dalam penelitian

ini alat pengumpul data diperbanyak untuk disebarkan kepada sample penelitian

yang merupakan sumber data dalam penelitian ini.

Penelitian perbandingan Tingkat Disiplin Atlet SMP Negeri 1 Banjaran

dilaksanakan tempat yang berbeda sesuai dengan sampelnya. Untuk sampel atlet

karate dan atlet sepakbola dilaksanakan di kampus SMP Negeri 1 Banjaran

(40)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a) Penyampaian tujuan penelitian angket

b) Penyebaran angket

c) Penjelasan petunjuk pengisian angket

d) Pengumpulan angket

e) Penutup.

H.Prosedur Pengolahan Data

Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk

mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah

penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai

berikut:

1. Menyeleksi data setelah angket terkumpul dari para sampel sebagai sumber

data, maka harus diseksi untuk memeriksa keabsahan pengisian angket.

2. Memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan dalam angket dengan

ketentuan sebagai berikut:

Kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Selalu = 4, Sering = 3,

Kadang-kadang = 2, Tidak pernah = 1. Sedangkan kategori untuk setiap butir

pernyataan negatif yaitu Selalu = 1, Sering = 2, Kadang-kadang = 3, Tidak

pernah = 4.

3. Mengelompokkan setiap butir pernyataan.

4. Menjumlahkan nilai seluruh pernyataan untuk tiap butir pernyataan.

5. Menganalisa data, yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang dapat dipercaya.

Selanjutnya untuk memperoleh hasil pengolahan data sehingga dapat

menggambarkan masalah yang diungkap yaitu mengenai Perbandingan Tingkat

Disiplin Antara Atlet Karate dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas di

SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung. Maka penulis menggunakan teknik

perhitungan sebagai berikut untuk menjawab rumusan masalah. Rumusan

masalahnya yaitu seberapa besar tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola

(41)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menghitung persentase gambaran alternatif jawaban dari setiap sampel

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

Setelah data didapat kemudian menafsirkan dan disimpulkan guna

mempermudah dalam penafsiran dari setiap indikator angket dan kesimpulan dari

seluruh angket Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate dan Atlet

Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung.

Dalam hal ini memilih parameter yang dikemukakan oleh Arikunto (1993, hal.

46), dengan menafsirkan kriteria penilaian persentase sebagai berikut:

Tabel 3.9

Selanjutnya penulis menggunakan rumus independent sample t-test dengan

menggunakan rumus separated varians untuk menjawab apakah ada perbedaan

tingkat disiplin antara atlet karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di

SMPN 1 Banjaran. Adapun rumus separated varians yang telah dijelaskan oleh

Nurhasan (1999:51), yaitu sebagai berikut:

(42)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Arti dari unsur-unsur tersebut di atas adalah:

1

X = Nilai rata-rata variabel 1. (atlet karate).

2

X = Nilai rata-rata variabel 2 (atlet sepakbola).

n1 = Jumlah Sampel variabel 1 (atlet karate).

n2 = Jumlah sampel variabel 2 (atlet sepakbola).

S1 = Simpangan baku kelompok atlet karate.

S2 = Simpangan baku kelompok atlet sepakbola.

Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk penghitungannya adalah

sebagai berikut:

a. Rumuskan hipotesisnya.

b. Hitung nilai t dengan rumus tersebut.

c. Tentukan dk-nya = (n1 + n2 -2).

d. Tentukan tingkat kepercayaan yang akan diambil (0,01 atau 0,05) yang

dalam penelitian ini diambil tarap kepercayaan  0,05.

e. Bandingkan hasil t, antara thitung dengan ttabel pada tingkat kepercayaan

yang diajukan dengan peluang t1-1/2.

f. Tentukan hipotesis diterima atau ditolak.

g. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan Microsoft Ecxel 2007

(43)

Hamdan Firmansyah, 2014

Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada bab IV, maka penulis

dapat mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Hal tersebut

berdasarkan fakta dan ada yang penulis peroleh di lapangan. Adapun

kesimpulannya bahwa:

1. Bahwa tingkat disiplin atlet karate pada pembelajaran penjas di SMPN 1

Banjaran terdapat 4 orang masuk pada kriteria sangat baik dengan jumlah

persentase sebesar 8.889%, terdapat 35 orang masuk pada kriteria baik dengan

jumlah persentase sebesar 77.778%, sedangkan terdapat 6 orang masuk pada

kriteria cukup baik dengan jumlah persentase sebesar 13.333%.

2. Bahwa tingkat disiplin atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1

Banjaran terdapat 0 orang masuk pada kriteria sangat baik dengan jumlah

persentase sebesar 0%, terdapat 26 orang masuk pada kriteria baik dengan

jumlah persentase sebesar 57.778%, sedangkan terdapat 19 orang masuk pada

kriteria cukup baik dengan jumlah persentase sebesar 42.222%.

3. Bahwa tingkat disiplin atlet karate lebih tinggi dibandingkan dengan atlet

sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung.

Secara umum rata-rata tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola pada

pembelajaran penjas memiliki tingkat disiplin yang masuk pada kriteria baik.

Akan tetapi secara personal pada atlet karate terdapat 4 orang yang masuk pada

kriteria tingkat disiplin sangat baik, 35 orang masuk pada kriteria baik dan 6 orang

masuk pada kriteria cukup baik. Sedangkan pada tingkat disiplin atlet sepakbola

tidak ada sama sekali orang yang masuk pada kriteria sangat baik, 26 orang masuk

pada kriteria baik dan 19 orang masuk pada criteria cukup baik. Artinya tingkat

disiplin atlet karate lebih tinggi dibandingkan dengan atlet sepakbola pada

Gambar

Tabel 3.1 Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Karate dan Ekstrakurikuler Sepakbola
Tabel 3.3
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Atlet Karate
Table 3.6 Hasil Uji Validitas Item
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat dan kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Karakterisasi Simplisia

Bagaimana sikap anda jika salah satu keluarga anda adalah seorang gay.. Apakah kaum gay adalah sebuah

Bagi yang meninggalkan jam kerja harap mengajukan izin resmi kepada atasan langsung sesuai aturan yang berlaku. Demlkian dispensasi ini dibuat untuk dapat dilaksanakan sebagaimana

1) Mengkaji pengaruh penggunaan bahasa Inggris di dalam pembelajaran matematika, terhadap kemampuan pemahaman matematis dan komunikasi matematis pada siswa. 2) Mengkaji

BAB III : UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH JAKSA PENUNTUT UMUM UNTUK MEMBUKTIKAN TINDAK PIDANA MENYURUH MEMASUKKAN KETERANGAN PALSU DALAM AKTE OTENTIK DALAM PROSES PERADILAN

lxxiii Lampiran Tambahan. Report

Berdasarkan analisis tingkat kepuasan masyarakat dinas tataruang dan tata bangunan dalam pengurusan izin membangun bangunan (IMB) di Kota Medan adalah masyarakat menilai baik

Photography Membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi gambar sebagai interpretasi