SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
HAMDAN FIRMANSYAH 0801449
PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Oleh
HamdanFirmansyah
Sebuahskripsi yang
diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelarSarjanapadaFakultasPen didikanOlahragadanKesehatan
© HamdanFirmnasyah 2014 UniversitasPendidikan Indonesia
Oktober 2014
HakCiptadilindungiundang-undang.
PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN ANTARA ATLET KARATE DAN SEPAKBOLA PADA PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 1
BANJARAN KABUPATEN BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Nuryadi, M.Pd.
NIP. 197101171998021001
Pembimbing II
DidinBudiman, M.Pd.
NIP. 197409072001121001
Mengetahui,
KetuaProgram StudiPendidikanJasmaniKesehatandanRekreasi
Drs. Mudjihartono, M.Pd.
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Indentifkasi Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Batasan Penelitian ... 9
G. Penjelasan Istilah ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, ANGGAPAN DASAR DAN HIPOTESIS ... 12
A. Kajian Pustaka ... 12
1. Hakikat Pembelajaran ... 12
a. Pengertian Pembelajaran ... 13
b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 14
1) Prinsip Perhatian dan Motivasi ... 14
2) Prinsip Keaktifan ... 14
3) Prinsip Keterlibatan Langsung/Berpengalaman ... 15
4) Prinsip Pengulangan.……….. 16
5) Prinsip Tantangan………... 16
6) Prinsip Balikan dan Penguatan………... 16
7) Prinsip Perbedaan Individual……….. 17
c. Tujuan Pembelajaran ... 18
2. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 19
a. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 19
b. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 20
c. Pendidikan Jasmani di Sekolah... 21
3. Disiplin …. ... 22
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
JKF dan WKF ... 34
1) Shotokan ... 34
2) Goju – Ryu ... 35
3) Shinto – Ryu ... 35
4) Wado – Ryu ... 35
d. Aliran Beladiri Karate yang Tidak Andil Dalam Pembentukan JKF dan WKF ... 36
f. Tingkatan dan Makna Warna Sabuk Pada Beladiri Karate ... 40
5. Hakikat Permainan Sepakbola ... 44
a. Definisi sepakbola ... 44
b. Karakteristik Permainan Sepakbola ... 45
c. Teknik Dasar Permainan Sepakbola ... 45
1) Teknik Mengoper (Passing) ... 45
C. Hipotesis Penelitian ... .58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59
A. Metode Penelitian ... 59
B. Populasi dan Sampel ... 60
C. Desain Penelitian ... 63
D. Langkah-Langkah Penelitian ... 63
E. Instrumen Penelitian ... 65
F. Uji Coba Instrumen serta Penghitungan Validitas dan Reliabilitas ... 70
1. Uji Validitas ... 70
2. Uji Reliabilitas ... 74
G. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 77
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tingkat Disiplin Atlet Sepakbola... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembimbing II Didin Budiman, M.Pd.
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Supervisor II Didin Budiman, M. Pd.
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan untuk membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif. Pendidikan mencakup pengajaran dan
pelaksanaan nilai-nilai, isi, tindakan-tindakan yang membawa peserta didik
mengalami dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan, menghargai dan menyukai,
sehingga peserta didik membangun nilai-nilai kemanusiaan itu ke dalam keadaan
kepribadiannya. Dilihat dari segi yang lain, pendidikan adalah usaha membantu
anak dalam menajamkan kata hatinya, bahwa pendidikan itu adalah suatu
peristiwa yang normatif. Pada hakekatnya pendidikan itu bukan membentuk,
bukan menciptakan seperti yang diinginkan, tetapi membantu dan memotivasi
anak tentang potensi yang ada pada dirinya dengan mengembangkan potensi itu
melalui pengalaman, mengolah materi pelajaran dan kesempatan. Berkenaan
dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas), pada setiap pembelajaran
harus direncanakan terlebih dahulu sebagaimana diisyaratkan dalam
Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 bahwa;
Perencanaan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar.
Berdasarkan pendapat di atas usaha untuk mencapai tujuan pendidikan
jasmani harus membuat suatu perangkat pembelajaran atau perencanaan
pembelajaran karena perencanaan pembelajaran memiliki peranan penting untuk
mencapai tujuan pendidikan jasmani. Pada umumnya perencanaan pembelajaran
yang biasanya di buat di sekolah meliputi pembuatan program tahunan, program
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang
dijadikan sebagai alat atau media untuk mencapai perkembangan individu secara
menyeluruh. Dengan pendidikan jasmani peserta didik disosialisasikan ke dalam
aktifitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga yang bertujuan untuk
mengembangkan aspek psikomotor, kognitif, dan afektif. Selaras dengan itu
menurut Cholik dan Lutan (1997) adalah:
Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh kebutuhan jasmani, kesehatan, dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.(http;//materipenjasorkes.blogspot.com)
Keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani akan
tercapai jika seorang guru dapat mengetahui karakteristik siswa, mengembangkan
watak serta kepribadian siswa untuk membentuk manusia yang berkualitas. Dalam
penelitian ini menggunakan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang
rata-rata berumur antara 13-15 tahun. Pelajar Sekolah Menengah Pertama umumnya
berusia 13-15 tahun (http://id.wikipedia.org). Dilihat dari umur siswa SMPN 1
Banjaran yang rata-rata berumur 13-15 tahun, mereka tergolong pada masa
perkembangan psikologi remaja. Berbicara tentang psikologi remaja tentu tidak
terlepas dari perkembangan psikologi remaja. Pada fase perkembangan psikologi
remaja, individu harus bisa meninggalkan sifat kekanak-kanakan dan harus
mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang baru. Menurut Zakiah Darajat
(1990, hal. 23) bahwa :
Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dilihat dari pernyataan di atas tentunya siswa SMP yang mulai beranjak
remaja harus beradaptasi dengan statusnya yang baru dan sangat mudah
terpengaruh dengan sesuatu yang bersifat positf ataupun yang bersifat negatif
yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang bisa mempengaruhinya adalah
faktor keturunan dan faktor lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Masa remaja adalah masa seorang individu mulai beradaptasi dengan
hal yang baru, mulai mencari jati diri, mencoba hal yang belum pernah dilakukan
sebelumnya pada kanak-kanak, melakukan sesuatu tanpa memikirkan apa
resikonya. Pada masa remaja, siswa mulai terbentuk suatu sikap setelah belajar
dari pengalamanya. Tentunya hal ini harus diperhatikan secara serius supaya
perkembangan psikologi siswa berjalan dengan baik, khususnya dari segi
pembentukan sikap dan perilaku.
Siswa yang kurang mampu melaksanakan tugas perkembangannya dengan
baik, biasanya akan terjerumus pada kenakalan remaja. Kenakalan remaja
biasanya disebabkan oleh gagalnya individu menjalani proses perkembangan jiwa
baik pada masa kanak-kanak yang terbawa kepada masa remaja. Tugas
perkembangan siswa yang harus dijalani diantarnya adalah perkembangan fisik,
kognitif, emosi, moral, sosial, kepribadian dan kesadaran akan beragama. Menurut
Hartono karakteristik tugas perkembangan psikologi siswa yaitu :
a. Perkembangan fisik psikologi b. Perkembangan kognitif psikologi c. Perkembangan emosi psikologi d. Perkembangan moral psikologi e. Perkembangan sosial psikologi f. Perkembangan kepribadian psikologi g. Perkembangan kesadaran beragama
(http://belajarpsikologi.com)
Siswa yang tidak mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik,
akan menimbulkan gejala sosial yang kurang sehingga mengakibatkan
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kenakalan remaja. Kenakalan remaja bisa terjadi dan terlihat diberbagai
lingkungan sosial di mana mereka bersosialisasi, bergaul dengan individu atau
kelompoknya baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Kenakalan siswa merupakan produk nyata dari konflik ataupun
masalah yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun
masa remaja. Seringkali terdapat trauma pada masa lalunya seperti perlakuan
kasar dan tidak menyenangkan yang diakibatkan dari lingkungan maupun trauma
terhadap kondisi lingkungan. Kenakalan remaja yang dialami siswa dapat
dikategorikan pada perilaku menyimpang, dalam perilaku menyimpang masalah
sosial terjadi karena terdapatnya pernyimpangan perilaku dari berbagai aturan,
nilai, norma sosial yang berlaku di lingkunganya.
Secara singkat penyebab terjadinya kenakalan remaja siswa disebabkan oleh
berbagai faktor dari dalam diri sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar
(eksternal). Faktor internal biasanya disebabkan karena kontrol diri yang lemah.
Remaja yang tidak bisa membedakan dan mempelajari tingkah laku yang dapat
diterima dengan tingkah laku yang tidak diterima akan terseret pada perilaku
nakal. Faktor dari luar biasanya dipengaruhi faktor keluarga yang kurang
harmonis yang disebabkan karena adanya perceraian di antara ayah dan ibunya,
tidak ada komunikasi antara anggota keluarga, pendidikan yang salah dari
keluarga seperti telalu memanjakan, tidak memberikan ajaran agama, pergaulan
teman sebaya, lingkungan tempat tinggal, sekolah dan masyarakat. Sebaliknya
apabila siswa mampu menjalankan tugas perkembangan psikologi dengan baik
akan membentuk perilaku yang baik, sopan dan santun. Siswa yang mampu
mengendalikan kontrol dirinya sendiri kemudian bisa membedakan dan
mempelajari tingkah laku yang dapat diterima ataupun yang tidak dapat diterima
kemudian akan membentuk siswa pada perilaku yang baik. Faktor yang
mempengaruhinya biasanya dari lingkungan dan keadaan keluarga yang harmonis,
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang selalu diterapkan, pergaulan teman sebaya dan pengaruh lingkungan sekolah
yang baik akan membentuk kepribadian siswa kepada perilaku yang positif.
Siswa yang beranjak remaja yang bersekolah di SMPN 1 Banjaran tentunya
memiliki kepuasan ataupun kebanggan tersendiri, dikarenakan sekolah SMPN 1
Banjaran adalah sekolah yang mempunyai nilai historis yang tinggi karena
sekolah ini merupakan sekolah SMP Negeri pertama yang dibangun di daerah
kota Banjaran Kabupaten Bandung dan letak yang strategis berada di wilayah
sekitaran alun-alun kota Banjaran serta berada pada pusat kota. Dilihat dari sekilas
profil SMPN 1 Banjaran tentunya lembaga sekolah ini sudah berpengalaman
dalam menjalankan proses pendidikan, apalagi ditunjang dengan kebebasan
sekolah dalam memodifikasi variasi-variasi pada pelaksanaan pembelajaran sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dijelaskan:
a. Kurikulum dan silabus SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain yang sederajat menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi (Pasal 6 Ayat 6)
b. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertangung jawab terhadap pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, serta Departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK ( Pasal 17 Ayat 2)
c. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20)
Berdasarkan penjelasan di atas tentunya sekolah mempunyai ruang gerak
seluas-luasnya untuk memodifikasi dan mengembangkan variasi-variasi dalam
melaksanakan proses pendidikan sesuai dengan keadaan, potensi dan kebutuhan
sekolah serta kondisi siswa. Maka dari itu pelaksanaan pendidikan di SMPN 1
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang ada di dalam diri siswa. Siswa sebagai peserta didik mempunyai perasaan,
pikiran serta keinginan. Siswa memerlukan kebutuhan yang perlu dipenuhi,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan
kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya (menjadi diri sendiri sesuai dengan
potensinya).
Perkembangan potensi siswa tidak hanya pada pembelajaran akademis yang
dilaksanakan dalam intrakurikuler, akan tetapi pada perkembangan bakat dan
minat siswa yang dilaksanakan dalam ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler sebagai
sarana untuk mewadahi bakat dan minat siswa untuk mengembangkan potensi
yang ada pada dirinya. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa
sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan
ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas.
Kegiatan ekstrakurikuler ditunjukan agar siswa dapat mengembangkan
kepribadian, bakat, dan kemampuannya diberbagai bidang di luar bidang
akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah siswa-siswi
itu sendiri untuk merintis kegiatan diluar jam pelajaran sekolah. Kegiatan dari
ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk pada kegiatan seni, olahraga,
pengembangan kepribadian, dan kegiatan yang lain yang bertujuan positif untuk
kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri.(id.wikipedia.org/wiki/Ekstrakurukuler)
Jenis ekstrakurikuler di sekolah berbeda-beda seperti, olahraga permainan,
olahraga beladiri, keagamaan, kesenian, keilmuan, bahasa, baris-berbaris, medis.
Banyaknya jenis ekstrakurikuler ini tentunya akan membuat siswa leluasa
memilih jenis ekstrakurikuler apa yang akan dipelajari dan dikembangkan sesuai
dengan minat, bakat dan potensi yang akan dikembangkan oleh siswa. Begitu
halnya ekstrakurikuler di SMPN 1 Banjaran yang banyak memiliki jenis pilihan
yang bisa diikuti siswa. Diantara jenis ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini ada
yang mempunyai prestasi baik, diantaranya ekstrakurikuler olahraga permainan
cabang sepakbola dan beladiri karate. Prestasi ekstrakurikuler sepakbola tidak
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kab. Bandung. Begitu pula olahraga karate memiliki prestasi yang baik dengan
melahirkan atlet-atlet yang berbakat dan berprestasi yang banyak mengikuti
kejuaraan-kejuaraaan. Prestasi kedua ekstrakurikuler ini tentunya tidak terlepas
dari penerapan disiplin yang kuat. Selaras dengan tujuan Undang Undang RI, no
03/2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam Bab 2 di pasal 4
menyatakan ;
Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.
Berdasarkan penjelasan di atas umumnya ekstrakurikuler yang tergolong
pada jenis olahraga harus berpedoman kepada sistem keolahragaan nasional.
Ekstrakurikuler karate dan ekstrakurikuler sepakbola di SMPN 1 Banjaran harus
menerapkan atau memiliki nilai disiplin yang tinggi sesuai dengan sistem
keolahragaan nasional.
Tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola memiliki disiplin yang
tinggi dalam mengikuti latihan ekstrakurikuler yang ditekuninya, akan tetapi
masalahnya apakah disiplinnya itu bisa diterapkan pada saat proses belajar
mengajar (PBM), khususnya pada pembelajaran pendidikan jasmani. Perbedaan
karakter olahraga yang ditekuni siswa tentunya akan mempunyai tingkat disiplin
yang berbeda pada saat PBM penjas dilaksanakan. Karakteristik permainan
sepakbola yang condong kepada permainan olahraga beregu yang mementingkan
kerjasama untuk mencapai tujuan dan beladiri karate yang condong kepada seni
beladiri yang timbul sebagai cara seorang untuk mempertahankan diri dengan cara
berkelahi.
Perbedaan lingkungan dan sosialisasi pada saat pelaksanaan penjas yang
bersifat heterogen, karena siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan
karate akan bercampur dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler yang lainnya
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berbeda pada saat siswa mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan ekstrakurikuler
karate, mereka berada pada lingkungan yang relatif homogen karena berada pada
lingkungan yang sama dan tempat sosialisasi yang sama. Hasil dari observasi
sekilas penulis menemukan masalah yang terjadi pada saat pembelajaran penjas
dilaksanakan di SMPN 1 Banjaran. Masalah yang muncul adalah terdapat siswa
yang tidak disiplin pada pelaksanaan pembelajaran penjas yang diantaranya
memakai asesoris, tidak memakai sepatu olahraga, datang terlambat datang ke
lapangan, mencorat coret seragam olahraga, mengobrol pada saat guru
menyampaikan materi dan lain-lain.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penulis ingin mengetahui
bagaimana perbandingan tingkat disiplin antara atlet karate dan atlet sepakbola
pada pelajaran penjas di sekolah.
B.Indentifkasi Masalah
Dalam penelitian adanya identifikasi masalah sangatlah penting untuk
memperjelas permasalahan yang timbul dalam penelitian. Masalah dalam
penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa alasan, diantaranya yaitu kurangnya
siswa memperhatikan aturan-aturan pada pelaksanaan penjas di SMPN 1 Banjaran
sehingga menimbulkan siswa kurang disiplin. Maka dalam penelitian ini penulis
mendeskripsikan identifikasi masalah yang muncul dalam penelitian yaitu :
1. Kenakalan para siswa pada saat pembelajaran penjas.
2. Kurangnya pelaksanaan aturan para siswa pada saat pembelajaran penjas.
3. Keadaan psikologi para siswa yang masih pada masa transisi.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kurangnya tingkat disiplin
pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran. Hal ini menjadi permasalahan
yang muncul dan akan dibahas secara jelas dalam penelitian ini.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Atlet Karate dan Atlet Sepakbola pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran
Kabupaten Bandung ” adalah :
1. Seberapa besar tingkat disiplin atlet karate pada pembelajaran penjas di
sekolah?
2. Seberapa besar tingkat disiplin atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di
sekolah?
3. Apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin antara atlet karate dengan atlet
sepakbola ?
D.Tujuan Penelitian
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba
menjabarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Tujuan penelitian tersebut
yaitu ;
1. Untuk mengetahui tingkat disiplin atlet karate pada pembelajaran penjas di
Sekolah?
2. Untuk mengetahui tingkat disiplin atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di
Sekolah?
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat disiplin antara atlet
karate dengan atlet sepakbola ?
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya
sebagai berikut :
1. Memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang psikologi
olahraga mengenai perbedaan latar belakang siswa yang heterogen yang
berpengaruh pada tingkat disiplin belajar siswa pada pembelajaran penjas.
2. Sebagai bahan masukan para penanggung jawab pendidikan di sekolah dalam
rangka peningkatan budaya disiplin siswa dalam kegiatan pembelajaran penjas
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Sebagai masukan untuk para guru-guru penjas dalam menangani masalah
perilaku yang dilakukan oleh siswa.
4. Memberikan pemahaman tentang pengetahuan karakteristik siswa untuk
persiapan dalam memberikan pembelajaran, karena pembelajaran berawal dari
pemahaman guru terhadap karakteristik siswa itu sendiri dan karakteristik
siswa berbeda-beda.
5. Para guru diharapkan bisa memperhatikan perbedaan tingkat disiplin belajar
siswanya, karena keberhasilan belajar dan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh
disiplin belajar.
6. Bagi pihak sekolah terutama lebih mendekatkan diri kepada siswa secara
emosional sebagai wadah untuk menampung permasalahan dan menjadi tempat
curhat yang baik bagi siswa untuk terciptanya budaya disiplin sekolah.
F. Batasan Penelitian
Untuk menghindari terjadinya variabel penelitian yang lebih luas, maka
penulis membatasi masalah perbandingan tingkat disiplin atlet karate dan atlet
sepakbola pada pembelajaran penjas sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya difokuskan pada perbandingan tingkat disiplin atlet karate
dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di sekolah.
2. Penelitian ini menitik beratkan pada tingkat disiplin belajar siswa yang menjadi
atlet karate dan atlet sepakbola yang memiliki karakter yang berbeda.
3. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriftif komparatif.
Variabel bebas dalam penulisan ini adalah atlet karate dan atlet sepakbola,
sedangkan variabel terikat dalam penulisan ini adalah tingkat disiplin pada
pembelajaran penjas.
4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet sepakbola dan atlet karate
dan sampelnya yaitu atlet karate dan atlet sepakbola SMPN 1 Banjaran
Kabupaten Bandung yang memiliki tingkat disiplin yang baik pada saat latihan.
5. Instrumen yang di gunakan yaitu dengan menggunakan angket dengan
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G.Penjelasan Istilah
Arikunto (2007, hal. 12) menjelaskan mengenai batasan istilah sebagai
berikut:
Batasan istilah adalah bagian dari proposal maupun laporan penelitian tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berkenaan dengan kegiatan penelitiannya. Pentingnya peneliti memberikan penjelasan tentang pengertian ini agar pihak lain yang berkepentingan dengan peneliti tersebut mempunyai persepsi yang sama dengan peneliti. Sehingga agar tidak terdapat kesalah pahaman dan salah penafsiran terhadap ruang lingkup penelitian ini maka penulis menjelaskan istilah-istilah yang dianggap penting dalam penelitian ini.
Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian “ Perbandingan
Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran
Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung” dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendidikan jasmani menurut Cholik dan Lutan (1997) adalah:
Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh kebutuhan jasmani, kesehatan, dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.(http;//materipenjasorkes.blogspot.com)
2. Disiplin menurut Syamsu Yusuf (1989, hal. 24) mengemukakan pengertian
disiplin yaitu:
a. Disiplin diartikan sebagai peraturan, order, patokan-patokan tentang perilaku, norma dan hukum.
b. Disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan norma, atau patokan-patokan (standars)
c. Disiplin diartikan sebagai cara mendidik (melatih) individu agar berperilaku sesuai dengan norma atau peraturan yang berlaku dalam lingkungan atau yang diterima dimasyarakat.
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Atlet menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah olahragawan, terutama
yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan dan
kecepatan).(http://kbbi.web.id/atlet)
4. Karate secara hafiah dapat diartikan sebagai berikut : Kara = kosong,
cakrawala, Te = tangan atau seluruh bagian tubuh yang mempunyai
kemampuan. Dengan demikain Karate dapat diartikan sebagai suatu taktik
yang memungkinkan seseorang membela diri dengan tangan kosong atau tanpa
senjata .(http://inkai-samarinda.com)
5. Sepakbola menurut Sucipto, dkk (2000, hal. 7) adalah permainan beregu yang
setiap regunya terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya adalah penjaga
gawang, masing-masing regu berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya
ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri untuk tidak
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penggunaan metode penelitian dalam penelitian harus tepat sasaran dan
mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah agar metode penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan meskipun
banyak metode yang dapat digunakan dalam penelitian. Permasalahannya bukan
terletak pada baik buruknya metode melainkan pada ketepatan dalam penggunaan
metode.
Dalam proses penelitian penulis menggunakan metode deskriptif
komparatif. Penentuan metode dalam peneletian ini karena penelitian ini memiliki
tujuan untuk meneliti suatu fenomena kelompok tertentu yang memiliki perbedaan
antara yang satu dengan yang lainnya yaitu, meneliti tentang tingkat disiplin
dengan dua sampel yang berbeda yaitu siswa yang menjadi atlet karate dan siswa
yang menjadi atlet sepakbola yang mengikuti pembelajaran penjas di SMPN 1
Banjaran. Menurut Sukmadinata mengenai prosedur penelitian yang diteliti
menyatakan bahwa :
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan fenomena yang satu dengan yang lainnya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mendeskripsikan dan menginterprestasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang terjadi.( http://ardhana12.wordpress.com)
Sedangkan Komparatif yang dijelaskan Sugiyono (2008, hal. 57) yang
menyatakan bahwa : ”Komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian yang
bersifat deskriptif yaitu menganalisa data dari kelompok sampel tertentu dan
kemudian menarik kesimpulan dari sampel yang diteliti saja tanpa memberikan
suatu perlakukan apapun. Menurut Furchan bahwa:
1) Penelitian deskriptif cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah secara teratur, ketat, mengutamakan obyektivitas dan dilakukan secara cermat
2) Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan 3) Tidak adanya uji hipotesis.”
(http://ardhana12.wordpress.com)
Berdasarkan pendapat di atas, maka penelitian deskriptif komparatif yang
dimaksud dalam penelitian ini ialah meneliti perbandingan satu variabel disiplin
belajar dengan dua sampel yang berbeda yaitu sampel kelompok siswa yang
menjadi atlet sepakbola dan siswa yang menjadi atlet karate. Dalam penelitian ini
yang akan diteliti adalah perbandingan tingkat disiplin antara kedua sampel
tersebut. Dalam hal ini kemudian penulis merumuskan judul penelitiannya adalah
”Perbandingan Tingkat Disiplin antara Atlet Karate dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung”.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008, hal. 117) mengemukakan pendapatnya tentang
definisi populasi sebagai berikut: ”Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakterisrik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.” Untuk mengetahui besar kecilnya sampel penelitian, menurut Sugiyono
(2008, hal. 18) menjelaskan bahwa :
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh atlet karate yang berjumlah 60
orang dan atlet sepakbola yang berjumlah 65 orang di SMP Negeri 1 Banjaran
Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013. Dengan alasan penulis menganggap
karakteristik yang relatif homogen, artinya tingkat disiplin peserta didik terhadap
mata pelajaran penjas relatif rendah dan status peserta didik yang masih dalam
fase remaja yang memiliki tugas perkembangannya yang sama.
Mengenai sampel, Sugiyono (2011, hal. 81) menjelaskan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Lebih lanjut Arikunto (2002, hal. 104) menjelaskan bahwa “Sampel adalah sebagian atau mewakili sebagian populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2011, hal. 85) menjelaskan tentang pengertian purposive
sampling adalah sebagai berikut: “Purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang dimaksudkan
untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah dilihat dari jumlah
kehadiran atlet minimal 80% dari jumlah pertemuan maksimal pada saat latihan,
memiliki keterampilan yang baik, memiliki tingkat disiplin yang baik pada saat
latihan, memiliki prestasi yang bagus dan pertimbangan lainnya tidak semua
siswa menjadi atlet sepakbola dan atlet karate. Maka dari itu Tingkat Disiplin
sebagai variabel terikat, atlet karate dan atlet sepakbola sebagai variabel bebas.
Oleh karena karakteristik populasi tersebut dapat dikatakan penulis relatif
homogen dari segi tugas perkembangan psikologi karena generalisasi keadaan,
situasi dan faktor internal peserta didik hampir sama secara keseluruhan, penulis
dapat memilih sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karakteristik
psikologi peserta didik SMP yang berada dalam rentan usia 13-15 tahun (early
adolescence) yaitu; 1). Perkembangan fisik psikologi. 2). Perkembangan kognitif
psikologi. 3). Perkembangan emosi psikologi. 4). Perkembangan moral psikologi.
5). Perkembangan sosial psikologi. 6). Perkembangan kepribadian psikologi.
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karate di SMPN 1 Banjaran tahun
pelajaran 2012/2013 berjumlah 60 orang siswa dan siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler sepakbola di SMPN 1 Banjaran tahun pelajaran 2012/2013
berjumlah 65 orang siswa, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.1 Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Karate dan Ekstrakurikuler Sepakbola
ATLET SMPN 1 BANJARAN KAB.BANDUNG
JENIS
EKSTRAKURIKULER KELAS VII KELAS VIII KELAS IX JUMLAH
Ekstrakurikuler karate 20 30 10 60
Ekstrakurikuler
sepakbola 23 27 15 65
JUMLAH 125
.
Untuk menentukan besarnya sampel, peneliti mengacu pada tabel yang
dibuat oleh Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, 1%, 5% dan 10%. Rumus
untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah
sebagai berikut :
(untuk jumlah sampel berdasarkan rumus diatas, dapat dilihat pada tabel 5.1 beserta keterangannya dalam buku Sugiyono (2011, hal. 87))
Populasi atlet karate berjumlah 60 orang dan atlet sepakbola berjumlah 65,
total populasi keseluruhan berjumlah 125 orang. Pada tabel tidak ada angka
populasi 125, kemudian penulis pilih angka yang dibulatkan menjadi 120 . Jumlah
sampel yang diambil dari populasi sebanyak 120 siswa dengan tingkat kesalahan
S =
λ2
. N . P . Q --- d2 (N-1) + λ2 . N . P . Q
λ2
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5% adalah 89 atlet atau jika dibulatkan menjadi 90 orang atlet. Jadi jumlah siswa
yang akan dijadikan sampel penelitian adalah 45 orang siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler sepakbola dan 45 orang siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
karate. Pemilihan sampel berdasarkan kepada tingkat kehadiran siswa atau atlet
pada saat latihan ekstrakurikuler dan pada saat pembelajaran Penjas minimal 80%
dari jumlah kehadiran maksimal pada saat latihan, memiliki keterampilan yang
baik, memiliki prestasi yang bagus.
C.Desain Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel yaitu tingkat disiplin belajar
siswa pada pembelajaran penjas dan dua sampel yaitu atlet sepakbola dan atlet
karate. Sebagaimana dapat kita lihat dalam bagan 3.1 tentang desain penelitian di
bawah ini.
Bagan 3.1. Desain Penelitian
D.Langkah-langkah Penelitian
Untuk memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang dilakukan
maka diperlukan langkah penelitian sebagai rencana kerja. Dengan adanya
gambaran langkah penelitian maka akan mempermudah kita untuk memulai
langkah dari sebuah penelitian. Adapun mengenai langkah-langkah penelitian
penulis dijelaskan sebagai berikut : Atlet karate
Atlet sepakbola
Angket tingkat disiplin
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Langkah pertama menentukan populasi yaitu diambil dari siswa SMPN 1
Banjaran yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola dan ekstrakurikuler karate
yang akan dijadikan populasi penelitian.
2. Menghitung jumlah populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu
atlet sepakbola yang berjumlah 65 orang dan atlet karate yang berjumlah 60
orang. Keseluruhan jumlah populasi adalah 125 orang siswa.
3. Kemudian menentukan total sampel sebanyak 125 orang yang dibulatkan
menjadi 120 orang. Total sampel yang berjumlah 120 orang dengan tarap
kesalahan 5% adalah 89, kemudian dibulatkan menjadi 90 orang, 45 orang atlet
sepakbola dan 45 orang atlet karate.
4. Kemudian melakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket terhadap
dua kelompok tersebut.
5. Setelah didapat hasil pengukuran dengan menggunakan angket dari kedua
kelompok, selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan menganalisis data.
6. Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan dengan bantuan komputer
program microsoft office excel 2007.
7. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasarkan dari hasil
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berikut adalah bagan langkah-langkah penelitian :
Populasi
Sampel
Kelompok A Kelompok B
Atlet Karate SMPN 1 Banjaran
Atlet Sepakbola SMPN 1 Banjaran
Tes Dengan Menggunakan
Angket
Hasil Tes Kelompok A Hasil Tes Kelompok B
Atlet Karate SMPN 1 Banjaran
Atlet Sepakbola SMPN 1 Banjaran
Pengolahan Data
Analisis Data
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.2
Langkah-langkah penelitian
E.Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan data-data penelitian yang akan menjadi
penunjang terhadap masalah yang akan diteliti untuk memperoleh data sesuai
dengan apa yang diharapkan maka diperlukan suatu alat ukur untuk memperoleh
data penelitian. Sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2008, hal. 148),
”Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya disebut instrumen
penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua
fenomena ini disebut variabel penelitian.”
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner
adalah teknik pengumpulan data yang berupa instrumen berisi sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh responden, sebagaimana penjelasan
Sugiyono (2008, hal. 199) yang menyatakan: ”Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Isi pertanyaan
dalam kuesioner merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
variabel penelitian yang nantinya akan diperoleh sebuah data penelitian.
Kuesioner memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai alat pengumpul data
dalam suatu penelitian. Keuntungan kuesioner adalah tidak memerlukan hadirnya
peneliti, dapat dibagikan secara serentak kepada responden, dapat dijawab oleh
responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang
mereka, sehingga responden bebas jujur dalam memberikan jawaban. Sedangkan
kelemahan kuesioner adalah responden sering tidak teliti dalam menjawab
sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab.
Dalam menyusun butir-butir pertanyaan penulis berpatokan kepada prinsip
penyusunan butir-butir pertanyaan angket. Dalam merumuskan
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Isi pertanyaan yang berbentuk pengukuran harus diteliti, skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang harus diteliti.
2. Bahasa yang digunakan mudah.
3. Pertanyaan dapat terbuka atau tertutup.
4. Pertanyaan tidak mempunyai arti yang mendua. 5. Tidak menanyakan yang sudah lupa.
6. Pertanyaan tidak menggiring ke jawaban yang baik atau yang jelek saja. 7. Pertanyaan tidak terlalu panjang.
8. Urutan pertanyaan : dari yang umum ke spesifik, dari mudah ke sulit. 9. Memenuhi prinsip pengukuran (valid dan reliabel).
10.Penampilan fisik angket bagus.”
(http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:_OzTg1HJPGcJ:pksm.m ercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul)
Jenis pertanyaan dalam angket yang digunakan oleh penulis adalah
pertanyaan tertutup, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyono (2008, hal. 201):
”Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap
pertanyaan yang telah tersedia.”
Langkah-langkah di dalam penyusunan instrumen penelitian didukung
dengan teori-teori atau pendapat para ahli, dalam hal ini penyusunan kisi-kisi
kuesioner mengacu kepada pendapat para ahli, diantaranya dijelaskan Syamsu
Yusuf (1989:24) mengemukakan pengertian disiplin yaitu sebagai berikut :”
a. Disiplin diartikan sebagai peraturan, order, patokan-patokan tentang perilaku, norma dan hukum.
b. Disiplin merupakan ketaatan terhadap peraturan norma, atau patokan-patokan (standars).
c. Disiplin diartikan sebagai cara mendidik (melatih) individu agar berperilaku sesuai dengan norma atau peraturan yang berlaku dalam lingkungan atau yang diterima di masyarakat.”(http://slideshare.net/cvrhmat/bab-ii-didiplin) Menurut pendapat di atas, disiplin sebagai aturan-aturan yang harus
dilakukan dan dilaksanakan. Disiplin akan terasa manfaatnya jika manusia
mempunyai impian dan cita-cita yang diinginkan bisa tercapai. Disiplin secara
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ingin dicapai tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di suatu tempat atau
suatu lingkungan.
Pengertian tentang Disiplin sebagai berikut:
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Pendisiplinan adalah usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk mentaati sebuah peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri ataupun pada orang lain.”(http://id.wikipedia.org/wiki/Disiplin)
Dari pengertian di atas, seseorang yang memiliki disiplin akan selalu taat
dan patuh terhadap suatu hal yang ia percayai yang kemudian akan membuatnya
bertanggung jawab terhadap apa yang dia lakukan. Disiplin seseorang tidak
berpengaruh terhadap orang lain, jika seseorang melanggar suatu aturan maka
hanya dia yang mendapatkan hukuman atau sanksi. Disiplin bisa menjadi sebuah
indikasi bahwa sesorang memiliki minat, karena orang yang berminat akan
menjadi taat dan memiliki tanggung jawab terhadap suatu hal yang ia minati.
Menurut pemaparan di atas indikator disiplin yang akan diuraikan pada
penyusunan angket meliputi aspek: Ketepatan waktu, ketaatan dan tanggung
jawab siswa dalam belajar
Langkah-langkah penyusunan angket dalam penelitian ini ialah sebagai
berikut:
1. Melakukan spesifikasi data
Melakukan spesifikasi data bermaksud untuk menjabarkan ruang lingkup
masalah yang akan diukur secara terperinci, kemudian untuk dapat menyusun
butir-butir pertanyaan atau pernyataan dalam angket, maka peneliti menyusun
kisi-kisi. Kisi-kisi ini merupakan konsep-konsep pokok yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti, dari kisi-kisi kuisioner ini selanjutnya akan dibuat
pertanyaan-pertanyaan yang akan menjadi isi dari kuisioner penelitian. Kisi-kisi
angket bisa dilihat dalam tabel 3.4.
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kisi-kisi Angket Tingkat Disiplin sebelum uji coba
Variabel Sub Variabel Indikator
No. Soal
2. Penyusunan butir-butir pertanyaan dan pernyataan angket
Setelah kisi-kisi tersusun, selanjutnya butir instrumen dibuat dalam bentuk
pertanyaan atau pernyataan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh angket yang
sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Penyusunan dalam bentuk angket
ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pokok permasalahan dalam penelitian
ini. Berkaitan dengan alternatif jawaban angket, penulis menggunakan skala
Likert. Dalam skala Likert subyek tidak disuruh untuk memilih
pernyataan-pernyataan yang disetujuinya saja.
Berdasarkan hal tersebut penulis menggunakan skala Likert untuk item
alternatif jawaban. Setiap alternatif jawaban mempunyai nilai tersendiri sesuai
dengan peringkat jawaban yang bersangkutan. Tentang kriteria pembuatan skor,
selanjutnya setiap butir instrumen dibuat dalam bentuk pertanyaan, setiap
pertanyaan yang dijawab oleh responden mendapat nilai sesuai dengan alternatif
jawaban yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian tentang alternatif jawaban dalam angket, penulis
menetapkan kategori penyekoran sebagai berikut: kategori untuk setiap butir
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
= 1. Sedangkan kategori untuk setiap butir pernyataan negatif yaitu Selalu = 1,
Sering = 2, Kadang-kadang = 3, Tidak pernah = 4. Mengenai kategori pemberian
bobot nilai atau penyekoran terhadap setiap alternatif jawaban yang bernilai
positif maupun yang bernilai negatif dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.3
Bobot Nilai Untuk Tiap Pertanyaan
Alternatif jawaban Bobot nilai soal (Positif) Bobot nilai soal (negatif)
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang-kadang 2 3
Tidak pernah 1 4
F. Uji Coba Instrumen serta Penghitungan Validitas dan Reliabilitas
Sebelum angket disebarluaskan kepada anggota sampel yang sebenarnya
terlebih dahulu penulis melakukan uji coba angket. Uji coba angket ini
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan pemahaman responden
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket, karena setiap alat ukur
yang baik memiliki ciri-ciri tertentu, sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono
(2008, hal. 193) sebagai berikut:
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu, kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrument penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrument dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrument tersebut tidak digunakan secara tepat.
Merujuk pada penjelasan di atas, bahwa uji coba angket dilakukan
dilakukan kepada atlet sepakbola dan atlet karate SMP Negeri 2 Banjaran. Angket
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
validitas serta reliabilitasnya. Menurut Sugiyono (2011, hal 267) menjelaskan
bahwa: “Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur”. Sedangkan mengenai reliabilitas Sugiyono (2008, hal.
268) menjelaskan bahwa : “Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan
stabilitas data atau temuan”.
1. Uji Validitas
Uji validitas alat pengumpul data dilakukan untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa
yang akan diukur (Arikunto, 2002 : 145). Pengujian validitas instrumen yang
dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang
mengungkap tingkat disiplin atlet. Langkah uji validitas instrumen tingkat disiplin
atlet adalah dengan menghitung koefisien korelasi skor setiap butir item dengan
rumus Product Moment Correlation, yaitu :
r = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = Jumlah responden
XY = Jumlah hasil kali skor X dan Y setiap responden
X = Jumlah skor XSetelah menghitung nilai koefisien korelasi setiap item, selanjutnya
dilakukan pada langkah membandingan besar nilai hitung rhitung terhadap nilai rtabel
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jika rhitung = rtabel berarti valid
Jika rhitung > rtabel berarti valid, dan
Jika rhitung < rtabel berarti tidak valid
Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan program
Microsoft Excel 2007 terhadap butir pernyataan angket tentang tingkat disiplin
sebanyak 50 item pernyataan dengan jumlah sampel sebanyak 45 atlet karate dan
45 atlet sepakbola. Setelah uji validitas terhadap angket tentang tingkat disiplin
belajar dari 50 item pernyataan diperoleh item pernyataan yang valid sebanyak 40
item dengan tarap kepercayaan 95%, dan n = 45, nilai r =0,294 dan sebanyak 10
item pernyataan yang tidak valid.
Hasil uji validitas setiap item dalam instrumen tingkat disiplin atlet
sepakbola dan atlet karate pada pembelajaran penjas di SMPN 2 Banjaran secara
rinci tertera di bawah ini:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Atlet Sepakbola
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
26 0,581 0,294 Valid
Hasil Uji Validitas Atlet Karate
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
25 0,299 0,294 Valid
tidak valid No item valid
Tingkat
Kisi-kisi Angket Tingkat Disiplin Setelah Uji Coba
Variabel Sub Variabel Indikator No. Soal
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Disiplin
Kisi-kisi kuesioner dalam tabel 3.7 digunakan dalam penyusunan kuesioner
untuk memperoleh data penelitian mengenai perbandingan tingkat disiplin atlet
karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan pada uji coba angket yang sudah divalidasi.
Reliabilitas instrumen merupakan derajat keajegan (konsistensi) skor yang
diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang
berbeda, Menurut Arikunto (2002, hal. 154). Uji reliabilitas instrumen ini
menggunakan rumus dari Cronbach’s Alpha. Adapun langkah-langkah
perhitungan sebagai berikut:
1). Menghitung varian skor tiap-tiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
2). Kemudian menjumlahkan varian semua item pernyataan dalam instrumen,
dengan cara : ∑Si = S1+S2+S3...S11
Keterangan :
S1, S2, S3...S11 = varians item ke 1, 2, dan seterusnya.
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Selanjutnya menghitung varian total dengan rumus :
St = ∑Xt - ( N ∑Xt) N
Keterangan :
St = varian total
∑Xt = jumlah kuadrat X total n = jumlah responden
3). Selanjutnya menghitung reliabilitas dengan rumus Cronbach’s Alpha
r11 = ( K ) ( 1 - ∑Si² )
k-1 St²
Keterangan :
r11 = nilai reliabilitas
∑Si² = jumlah varian skor tiap-tiap item St² = varian total
k = jumlah item
Sebagai kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi
sebagai berikut.
Tabel 3.8
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen
Kriteria Kategori
0.91-1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0.71-0.90 Derajat keterandalan tinggi 0.41-0.71 Derajat keterandalan sedang 0.21-0.41 Derajat keterandalan rendah
< 0.20 Derajat keterandalan sangat rendah
Rakhmat dan Solehuddin (2006, hal. 74)
Perhitungan uji reliabilitas pada variabel tingkat disiplin siswa dengan
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Diketahui :
Hasil uji reliabilitas terhadap instrumen tingkat disiplin atlet menunjukan
tingkat derajat keterandalan sangat tinggi dengan hasil perhitungan 0.9995 dan
0.9942 sesuai dengan kriteria di atas yang menunjukan nilai 0.91-1.00 berada
pada kategori sangat tinggi. Instrumen tingkat disiplin atlet sepakbola dan atlet
karate di SMP Negeri 2 Banjaran mampu menghasilkan skor-skor secara
konsisten.
G. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Data penelitian berupa jawaban dari angket yang diberikan pada responden,
jumlah angket yang diberikan kepada responden sejumlah 40 soal tentang tingkat
disiplin atlet sepakbola dan karate di sekolah. Instrumen yang telah dinyatakan
valid dan reliabel dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, dalam penelitian
ini alat pengumpul data diperbanyak untuk disebarkan kepada sample penelitian
yang merupakan sumber data dalam penelitian ini.
Penelitian perbandingan Tingkat Disiplin Atlet SMP Negeri 1 Banjaran
dilaksanakan tempat yang berbeda sesuai dengan sampelnya. Untuk sampel atlet
karate dan atlet sepakbola dilaksanakan di kampus SMP Negeri 1 Banjaran
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a) Penyampaian tujuan penelitian angket
b) Penyebaran angket
c) Penjelasan petunjuk pengisian angket
d) Pengumpulan angket
e) Penutup.
H.Prosedur Pengolahan Data
Penghitungan dan analisis data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka memecahkan masalah
penelitian. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah sebagai
berikut:
1. Menyeleksi data setelah angket terkumpul dari para sampel sebagai sumber
data, maka harus diseksi untuk memeriksa keabsahan pengisian angket.
2. Memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan dalam angket dengan
ketentuan sebagai berikut:
Kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Selalu = 4, Sering = 3,
Kadang-kadang = 2, Tidak pernah = 1. Sedangkan kategori untuk setiap butir
pernyataan negatif yaitu Selalu = 1, Sering = 2, Kadang-kadang = 3, Tidak
pernah = 4.
3. Mengelompokkan setiap butir pernyataan.
4. Menjumlahkan nilai seluruh pernyataan untuk tiap butir pernyataan.
5. Menganalisa data, yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang dapat dipercaya.
Selanjutnya untuk memperoleh hasil pengolahan data sehingga dapat
menggambarkan masalah yang diungkap yaitu mengenai Perbandingan Tingkat
Disiplin Antara Atlet Karate dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas di
SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung. Maka penulis menggunakan teknik
perhitungan sebagai berikut untuk menjawab rumusan masalah. Rumusan
masalahnya yaitu seberapa besar tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menghitung persentase gambaran alternatif jawaban dari setiap sampel
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P =
Setelah data didapat kemudian menafsirkan dan disimpulkan guna
mempermudah dalam penafsiran dari setiap indikator angket dan kesimpulan dari
seluruh angket Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate dan Atlet
Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung.
Dalam hal ini memilih parameter yang dikemukakan oleh Arikunto (1993, hal.
46), dengan menafsirkan kriteria penilaian persentase sebagai berikut:
Tabel 3.9
Selanjutnya penulis menggunakan rumus independent sample t-test dengan
menggunakan rumus separated varians untuk menjawab apakah ada perbedaan
tingkat disiplin antara atlet karate dan atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di
SMPN 1 Banjaran. Adapun rumus separated varians yang telah dijelaskan oleh
Nurhasan (1999:51), yaitu sebagai berikut:
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Arti dari unsur-unsur tersebut di atas adalah:
1
X = Nilai rata-rata variabel 1. (atlet karate).
2
X = Nilai rata-rata variabel 2 (atlet sepakbola).
n1 = Jumlah Sampel variabel 1 (atlet karate).
n2 = Jumlah sampel variabel 2 (atlet sepakbola).
S1 = Simpangan baku kelompok atlet karate.
S2 = Simpangan baku kelompok atlet sepakbola.
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk penghitungannya adalah
sebagai berikut:
a. Rumuskan hipotesisnya.
b. Hitung nilai t dengan rumus tersebut.
c. Tentukan dk-nya = (n1 + n2 -2).
d. Tentukan tingkat kepercayaan yang akan diambil (0,01 atau 0,05) yang
dalam penelitian ini diambil tarap kepercayaan 0,05.
e. Bandingkan hasil t, antara thitung dengan ttabel pada tingkat kepercayaan
yang diajukan dengan peluang t1-1/2.
f. Tentukan hipotesis diterima atau ditolak.
g. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan Microsoft Ecxel 2007
Hamdan Firmansyah, 2014
Perbandingan Tingkat Disiplin Antara Atlet Karate Dan Atlet Sepakbola Pada Pembelajaran Penjas Di Smp Negeri 1 Banjaran Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada bab IV, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Hal tersebut
berdasarkan fakta dan ada yang penulis peroleh di lapangan. Adapun
kesimpulannya bahwa:
1. Bahwa tingkat disiplin atlet karate pada pembelajaran penjas di SMPN 1
Banjaran terdapat 4 orang masuk pada kriteria sangat baik dengan jumlah
persentase sebesar 8.889%, terdapat 35 orang masuk pada kriteria baik dengan
jumlah persentase sebesar 77.778%, sedangkan terdapat 6 orang masuk pada
kriteria cukup baik dengan jumlah persentase sebesar 13.333%.
2. Bahwa tingkat disiplin atlet sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1
Banjaran terdapat 0 orang masuk pada kriteria sangat baik dengan jumlah
persentase sebesar 0%, terdapat 26 orang masuk pada kriteria baik dengan
jumlah persentase sebesar 57.778%, sedangkan terdapat 19 orang masuk pada
kriteria cukup baik dengan jumlah persentase sebesar 42.222%.
3. Bahwa tingkat disiplin atlet karate lebih tinggi dibandingkan dengan atlet
sepakbola pada pembelajaran penjas di SMPN 1 Banjaran Kabupaten Bandung.
Secara umum rata-rata tingkat disiplin atlet karate dan atlet sepakbola pada
pembelajaran penjas memiliki tingkat disiplin yang masuk pada kriteria baik.
Akan tetapi secara personal pada atlet karate terdapat 4 orang yang masuk pada
kriteria tingkat disiplin sangat baik, 35 orang masuk pada kriteria baik dan 6 orang
masuk pada kriteria cukup baik. Sedangkan pada tingkat disiplin atlet sepakbola
tidak ada sama sekali orang yang masuk pada kriteria sangat baik, 26 orang masuk
pada kriteria baik dan 19 orang masuk pada criteria cukup baik. Artinya tingkat
disiplin atlet karate lebih tinggi dibandingkan dengan atlet sepakbola pada