• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Departemen Pendidikan Sejarah

disusun oleh

Fitri Apriliyanti 1000908

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Oleh

FITRI APRILIYANTI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Fitri Apriliyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dlindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul "Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942). Latar belakang permasalahan ini karena peneliti melihat sisi menarik dalam salah satu pucuk kepemimpinan Muhammadiyah yang berkharisma dan cakap dalam pemikiran-pemikirannya dan juga sebagai salah satu pimpinan yang membawa Muhammadiyah pertama kali terjun dalam dunia politik. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Apa peranan K.H Mas Mansur dalam Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)”. Kemudian dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimana pergerakan Muhammadiyah pada awal abad ke-20? (2) Apa yang melatarbelakangi K.H Mas Mansur masuk dalam organisasi Muhammadiyah? (3) Bagaimana usaha yang dilakukan K.H Mas Mansur dalam mengembangkan Muhammadiyah (1937-1942)? (4) Bagaimana dampak aktivitas politik Mas Mansur terhadap perkembangan Muhammadiyah? Metode yang digunakan adalah metode historis dengan empat langkah penelitian yaitu, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan interdisipliner dengan memakai disiplin ilmu sosial dan agama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan: Pertama, Muhammadiyah adalah salah satu organisasi keagamaan pertama yang ada di Indonesia, dalam perkembangannya organisasi ini tidak terlepas dari pengaruh gerakan pembaharu yang ada dibelahan dunia Islam. Awal berdirinya organisasi mendapat tantangan dari masyarakat tradisional namun lambat laun organisasi ini dapat diterima oleh masyarakat luas dengan baik dan dapat mendirikan cabang Muhammadiyah di daerah-daerah lain. Kedua, K.H Mas Mansur masuk ke dalam organisasi Muhammadiyah merupakan salah satu keinginannya untuk menjadikan umat Islam bangkit dalam mendorong pembaharuan agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ketiga, Peranan K.H Mas Mansur di Muhammadiyah yang menonjol adalah sebagai berikut: terlibat dalam Ordonansi Perkawinan Tercatat, Ordonansi Guru, dan Penyelenggaraan Perangko Amal Muhammadiyah. Keempat, berdasarkan yang ditemukan dengan K.H Mas Mansur masuk dalam politik MIAI, Poetra, PII, membawa Muhammadiyah dan kader-kadernya ikut berperan dalam politik. Sebagai rekomendasi, penelitian mengenai tokoh keagamaan dan pergerakan nasional masih belum banyak di bahas dan diketahui oleh sebagian masyarakat lain, sehingga dapat dijadikan penelitian selanjutnya.

(6)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The study is entitled "The role of K.H Mas Mansur in Muhammadiyah growth (1937-1942)”. The study is based on an interesting side of Mas Masnur’s good leadership and brilliant thoughts that make Muhammadiyah involved in political world. The main issue discussed in the study is the role of “K.H Mas Mansur in Muhammadiyah’s growth (1937-1942). It is then formulated into four research questions, there are (1) How was the Muhammadiyah’s movement in the early twentieth century? (2) What is the motivation of K.H Mas Mansur masuk dalam to join Muhammadiyah? (3) What are the efforts put by K.H Mas Mansur to develop Muhammadiyah (1937-1942)? (4) What are the political impacts of Mas Mansur toward Muhammadiyah’s growth? The method used in this study is the historical method which is realized into four research steps, they are heuristic, critic, interpretation and historiography. Meanwhile, the approach used in this study is the interdisciplinary approach through the knowledge of social science and religion. Based on the result of the study, it can be concluded that: first, Muhammadiyah is the first religious organization in Indonesia, which its movement is influenced by the revolutionary movement in Islamic world. At the beginning of its establishment, the organization faced the challenge from the traditional society, however, eventually this organization can be widely well-accepted and able to establish other branches in other regions. Second, the joining of K.H Mas Mansur due to the willingness of K.H Mas Mansur to raise and encourage the Islamic followers based on Al-Qur’an dan As-Sunnah. Third, the role of K.H Mas Mansur in Muhammadiyah as a figure involved in noted Ordinance of Marriage, Ordinance of Teacher and the collection of Muhammadiyah charity. Fourth, based on the discovery, the joining of K.H Mas Mansur in political organization such as, MIAI, Poetra, PII, brings Muhammadiyah and its cadres actively involved in political world. As a recommendation, the studies concerning religious figures and national movement are not discussed and known by most of the society, therefore it can be used as the topic for further research.

(7)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS A. Organisasi Pergerakan Nasional ... 11

B. Gerakan Pembaharuan Islam... 14

C. Gerakan Muhammadiyah ... 17

D. Teori Kepemimpinan Kharismatik ... 19

E. Penelitian Terdahulu ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian ... 30

B. Persiapan Penelitian ... 32

1. Penentuan Pengajuan Judul Penelitian ... 32

(8)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Proses Bimbingan ... 34

C. Pelaksanaan Penelitian ... 34

1. Heuristik ... 34

2. Verifikasi ... 37

3. Interpretasi ... 40

D. Laporan Hasil Penelitian ... 40

BAB IV PERANAN K.H MAS MANSUR DALAM PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH (1937-1942) A. Pergerakan Muhammadiyah Pada Awal Abad ke-20 1. Keadaan umat Islam Indonesia ... 43

2. Sejarah Berdirinya dan Perkembangan Muhammadiyah ... 48

3. Para Tokoh pencetus cita-cita Muhammadiyah ... 56

B. Latar Belakang K.H Mas Mansur Masuk dalam Organisasi Muhammadiyah 1. Biografi K.H Mas Mansur... 60

2. Pengangkatan K.H Mas Mansur sebagai Pimpinan Pusat Muhammadiyah... 63

C. Usaha-Usaha yang Dilakukan K.H Mas Mansur dalam Mengembangkan Muhammadiyah (1937-1942) 1. Ordonansi Perkawinan Tercatat ... 66

2. Ordonansi Guru ... 70

3. Perangko Amal Muhammadiyah... 74

D. Dampak Dari Keterlibatan K.H Mas Mansur Terhadap Perkembangan Muhammadiyah ... 77

(9)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN - LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

(10)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

(11)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Muhammadiyah yang berdiri pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta adalah organisasi yang berdiri sebagai alternatif berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam Indonesia sekitar akhir abad 19 dan awal abad

ke-20. Pergerakan Muhammadiyah ini ditandai dengan berdirinya Budi Utomo sebagai organisasi pertama dalam pergerakan nasional yang muncul akibat adanya politik kolonial Belanda (Pringgodigdo, 2000, hlm.21).

Keadaan Islam yang lemah dan bersikap bertahan terus menerus berlangsung hingga abad ke-19. Namun Pada abad ke-19 ini merupakan awal kesadaran dan kebangkitan Islam tersebut, yaitu agama dan politik. Faktor yang bersifat keagamaan lahir dari keprihatinan terhadap merosotnya rasa keimanan rakyat, yaitu agama Islam sudah tidak sesuai dengan Ajaran Islam yang sebenarnya. Penyebab kemunduran ini dikarenakan sifat jumud (keadaan yang tak ada perubahan) dari kalangan umat Islam sendiri, yaitu umat Islam yang telah berpegang teguh pada tradisi sehingga Islam yang Sebenarnya jauh dari yang sebenarnya (Nasution, 1991, hlm.62).

Dalam kebangkitan Islam di Indonesia ibadah haji ke tanah suci merupakan faktor yang sangat penting dalam kebangkitan Islam abad ke-19 . Dalam bukunya Aqsha (2005, hlm.5) yang berjudul K.H Mas Mansur (1896-1946) Sartono Kartodirdjo berpendapat bahwa :

Pelaksanaan ibadah Haji sendiri menciptakan suatu sistem komunikasi yang luas dalam dunia Islam. Selama masih ada orang yang pergi berhaji, tulisnya, selama itu pula berlangsung terus menerus hubungan religio-politik yang esensial antara Mekkah dan masyarakat-masyarakat Islam yang paling jauh sekalipun.

(12)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Snouck Hurgronje membagi masalah Islam dalam tiga hal. Pertama, Islam sebagai agama murni atau ibadah. Kedua, Islam sebagai suatu bentuk sosial. Ketiga, Islam memandangnya politik (Suminto, 1984, hlm.15). Hurgronje memandang bahwa ibadah haji termasuk segi ibadah murni dan politik karena mereka itulah sepulang dari Mekkah ke tanah air akan memberikan dampak bagi orang-orang sekitar dalam mempengaruhi kehidupan beragamanya dalam pembentukan pan-Islamisme.

Pemerintah Belanda sangat khawatir dengan semakin meningkatnya jumlah

jamaah haji tersebut. Serangkaian kekhawatiran Belanda yaitu dengan ditandainya pemberontakan dibeberapa daerah Sumatera dan Jawa yang banyak digerakkan oleh para ulama yang bergelar haji. Oleh karena itu untuk untuk membatasi perkembangan agama Islam berbagai aturan dikeluarkan. Hambatan tersebut diantaranya ordonansi guru pada tahun 1905 yang mengharuskan guru agama melapor atau memberitahukan pejabat di daerah yang bersangkutan apabila ingin mengajar dan ordonansi perkawinannya di lembaga catatan sipil (Suminto, 1984, hlm.15). Isi dari ordonansi tersebut antara lain: “seorang guru agama Islam baru dibenarkan mengajar bila sudah memperoleh izin dari bupati”. Hal –hal lainnya yang juga dianggap mengkhawatirkan pemerintah Hindia Belanda adalah perkumpulan tarekat, pegawai pemerintah yang berlatar belakang agama Islam kuat dan ide pan-Islamisme (Aqsha, 2005, hlm.6).

Disamping menghadapi politik Hindia Belanda, Muhammadiyah menghadapi persoalan masyarakat yang muncul kebiasaan-kebiasaan menyimpang dari ajaran Islam yang murni, seperti: membakar kemenyan pada saat memulai selamatan, megadakan selamatan sebagai persembahan bagi arwah yang sudah meninggal, memakai jimat dan sebagainya. Menurut Alfian pada saat itu dikalangan masyarakat, dianggapnya telah terjadi

(13)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegelisahan inilah yang melatarbelakangi Muhammadiyah menginginkan umat Islam di Indonesia agar maju dan bebas dari penjajahan Belanda. Untuk itu Muhammadiyah melakukan pembaharuan dengan merekontruksi pemikiran-pemikiran keagamaan yang sedang berkembang dan mengakar saat itu. Mereka harus menyadari dalam hal pengetahuan, infrastruktur masyarakat dan lain sebagainya. Muhammadiyah sering disebut gerakan pembaharuan keagamaan. Hal ini cukup beralasan karena Muhammadiyah telah banyak berperan penting dalam perubahan sosial keagamaan di Indonesia sejak awal berdirinya Muhammadiyah

(Sutarmo, 2005, hlm.33).

Gerakan pembaharuan Muhammadiyah tidak terlepas dari inspirasi gagasan pemikiran pembaharuan Abduh di Mesir, sehingga menarik perhatian para santri yang sedang menuntut ilmu di sana, yang menekankan ijtihad dan penolakan terhadap taqlid serta menjadikan al-quran dan hadits sebagai pedoman dalam kehidupan (Noer, 1982, hlm.317). Mereka para santri yang sepulangnya ke tanah air terkenal sebagai tokoh-tokoh pembaharu, dan menerapkan ilmu dan pemikirannya sepulangnya ke tanah air. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2002, hlm.193) bahwa :

“Ijtihad berasal dari kata ijtahada artinya berusaha bersungguh-sungguh atau mengerahkan segala kemampuan. Ijtihad secara istilah di definisikan para ahli ushul fiqih, sebagai usaha mujtahid (orang yang berijtihad) dengan segenap kesungguhan dan kesanggupan untuk mendapat ketentuan hukum ssesuatu masalah dengan menggunakan metodologi yang benar dari kedua sumber hukum Al-Quran dan As-sunnah”.

(14)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesadaran baru muncul ketika itu adalah keyakinan bahwa cita-cita yang besar dan berat itu hanya dapat direalisasikan dengan organisasi yang efisien dan efektif (Pasha dan Darban, 2002, hlm.10). Gagasan itu muncul hanya akan tersebar luas jika digunakan media seperti majalah dan muncul seiringnya para ulama pulang dari tempat menuntut ilmunya yaitu Mekkah. Kegigihan Kyai Ahmad Dahlan dalam syiar dakwahnya hingga ke berbagai pelosok Pulau Jawa, memompa gerakan Muhammadiyah untuk semakin cepat dikenal luas. Meskipun ruang gerak Muhammadiyah masih dibatasi secara hukum, gerakan

Muhammadiyah tetap merambah dan sulit dibendung. Kyai Dahlan sendiri menyarankan agar berbagai kalangan yang ingin bergabung dengan gerakan berlambang matahari pencerahan ini menggunakan nama yang berbeda di daerahnya masing-masing.

Dalam bukunya Hadikusuma (2010, hlm. 2) yang berjudul Matahari-Matahari Muhammadiyah disebutkan dalam dunia Muhammadiyah telah timbul dan tenggelam Lima Matahari. Yaitu Lima Pemimpin ialah : K.H Ahmad Dahlan, K.H Ibrahim, K.H Fakhrodin, K.H Hisyam, dan K.H Mas Mansur. Matahari adalah pemimpin dia mengikat, membimbing, dan memberi daya serta cahaya. Dan dia mengarahkan dengan segala daya dan wibawa yang ada padanya. Dari beberapa pucuk pimpinan Muhammadiyah, salah satu yang menonjol adalah K.H Mas Mansur. Beliau adalah salah satu murid dari K.H Ahmad Dahlan. Ia terpilih sebagai pimpinan besar Muhammadiyah pada Kongres Muhammadiyah ke-26 di Yogyakarta pada bulan Oktober tahun 1937.

K.H Mas Mansur menjabat sebagai ketua umum pengurus besar organisasi Muhammadiyah dari tahun 1937-1942. K.H Mas Mansur pernah menulis buku yang berjudul Tafsir Langkah Muhammadiyah. Buku ini menjadikan salah satu dasar ideologis pertama dalam Muhammadiyah. Pimpinan Muhammadiyah

(15)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berorganisasi dan syarat mutlak untuk mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan bulat (Mansur, 2010, hlm.1).

Dalam mewujudkan paham pembaharuan dan pengamalan agama Islam K.H Mas Mansur mengajak umat Islam kembali berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah, dengan menekankan pada pemurnian tauhid dan Syariat Islam. Gagasan sebagai suatu majelis yang baru di dalam Muhammadiyah adalah Mas Mansur. Menurut Hamka Dalam Bukunya Hadikusuma ( 2010, hlm.68) Menulis:

“Beliaulah, K.H Mas Mansur yang Menjelaskan garis-garis besar pembaharuan Faham Islam bawaan K.H Ahmad Dahlan itu. Beliau lah dalam menimbang hukum-hukum agama tidak lagi bertaklid kepada suatu mazhab dan lebih jelas bahwa Muhammadiyah tidak bermazhab Syafi’i tetapi menimbang dengan merdeka”.

Selain itu, Mas Mansur juga banyak membuat gebrakan dalam hukum Islam dan politik umat Islam saat itu. Perlu dicatat pula dalam hukum Islam. Mas Mansur pula yang melahirkan ide berdirinya Majelis Tarjih sebagai institusi resmi Muhammadiyah yang membahas hukum Islam di Muhammadiyah. Demikian juga ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Mas Mansur termasuk dalam empat orang tokoh nasional yang sangat diperhitungkan, yang terkenal dengan empat serangkai, yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara dan Mas Mansur ( Aqsha, 2005, hlm.73).

(16)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Masalah Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada Peranan K.H Mas Mansur dalam Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942). Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari permasalahan peran K.H Mas Mansur, maka perlu dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pergerakan Muhammadiyah pada awal abad ke-20 ?

2. Apa yang melatarbelakangi K.H Mas Mansur masuk dalam organisasi Muhammadiyah ?

3. Bagaimana usaha yang dilakukan K.H Mas Mansur dalam mengembangkan Muhammadiyah (1937-1942) ?

4. Bagaimana dampak aktivitas politik K.H Mas Mansur terhadap perkembangan Muhammadiyah ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan penelitian di atas, maka akan diadakan suatu penelitian yang tujuannya untuk :

1. Mendeskripsikan pergerakan Muhammadiyah pada awal abad ke-20. 2. Mendeskripsikan latar belakang K.H Mas Mansur ketika awal masuk

dalam organisasi Muhammadiyah.

3. Mendeskripsikan usaha yang dilakukan K.H Mas Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942).

4. Menganalisis dampak dari aktivitas politik K.H Mas Mansur terhadap perkembangan Muhammadiyah.

D. Manfaat Penelitian

(17)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Menghasilkan karya tulis yang mendeskripsikan serta menganalisis peranan K.H Mas mansur dalam pergerakan pembaharuan agama Islam.

2. Mengetahui proses awal perjuangan Muhammadiyah dalam perkembangan perubahan dinamika Islam.

3. Memperkaya penulisan mengenai biografi seorang pahlawan nasional sebagai suatu wahana dunia pendidikan.

4. sebagai salah satu sumber bacaan dalam pembelajaran sejarah indonesia di sekolah jenjang SMA/SMK/MA dan sederajat.

Kompetensi inti : 3. Memahami, menerapkan,dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi dasar : 3.4 Menganalisis persamaan dan perbedaan pendekatan

dan strategi pergerakan nasional di Indonesia pada masa awal kebangkitan).

E. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian tersebut, peneliti menggunakan Metode Historis yang terdiri dari :

1. Heuristik

(18)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perpustakaan Disjarah TNI-AD Jln.Taman Lalu Lintas, di Perpustakaan Umum Cimahi, di Perpustakaan Buku dan rumah buku Batu Api. Kemudian heuristik selanjutnya yang akan dilakukan adalah mencari sumber ke perpustakaan umum UNPAD Dipati Ukur, perpustakaan Universitas lainnya dan berkunjung ke Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Bandung. Bahkan buku-buku yang tidak ada diperpustakaan pun penulis membeli buku dalam menunjang penulisan karya ilmiah ini.

Heuristik akan banyak menyita waktu biaya, tenaga, pikiran dan juga

perasaan. Dimana ketika menemukan apa yang dicari itu seperti menemukan tambang emas, tetapi apabila tidak menemukan apa-apa setelah berusaha maka itu bisa membuat frustasi. Oleh karena itu diperluakan adanya kemampuan berpikir strategi dimana dan bagaimana dapat menemukan bahan tersebut (Sjamsuddin, 2007, hlm.88).

2. Kritik

Setelah mendapatkan sumber dari hasil heuristik tersebut, maka sumber tersebut selanjutnya dikritisi, untuk mengetahui apakah sumber tersebut asli dan dapat dipercaya kebenarannya. Kritik dibagi menjadi dua jenis, yaitu kritik eksternal yang mengkritisi keaslian sumber dari luarnya seperti jenis kertas jika sumber berupa dokumen. Kemudian selanjutnya dilakukan kritik internal yaitu menganalisis keasliaan isi dari sumber tersebut, apakah sumber tersebut sumber primer atau sekunder dan apakah sumber tersebut otentik.

Seperti yang dimukakan oleh Sjamsuddin (2007, hlm.130-135) ada tiga tahapan dalam melakukan kritik yaitu :

a. Kritik Ekternal, peneliti harus mampu menengakkan kembali teks yang benar, menetapkan kapan, dimana dan oleh siapa dokumen itu ditulis.

(19)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Mengecek kembali keakuratan dari dokumen-dokumen dan membandingkannya dengan dokumen lainnya.

3. Interpretasi

Setelah melakukan tahap heuristik dan kritik maka tahap selanjutnya adalah melakukan interpretasi data yang telah dikritisi tersebut. Interpretasi yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama lainnya. Pada tahapan ini penulis mencoba menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian Interpretasi

atau penafsiran sejarah di sebut juga analisis data. Interpretasi di harapkan mampu mendapatkan makna yang saling berhubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya. Fakta-fakta sejarah harus diinterpretasikan atau di tafsirkan agar suatu peristiwa dapat di rekonstruksikan dengan baik, yakni dengan jalan menyeleksi, menyusun, mengurangi tekanan dan menempatkan fakta dalam urutan kausal. Oleh karena itu, untuk memahami kompleksitas sesuatu peristiwa, maka mau tidak mau sejarah menggunakan pendekatan multi dimensi. Dengan demikian berbagai ilmu bantu dapat digunakan dengan tujuan mempertajam analisis sehingga di harapkan dapat di peroleh generalisasi ke tingkat yang lebih sempurna ( Ismaun, 2005, hlm.48).

4. Historiografi

Tahap terakhir yaitu historiografi, dimana historiografi tersebut terdiri dari beberapa langkah-langkah dari eksplanasi sejarah sampai kepada presentasi atau pemaparan sejarah sebenarnya bukan merupakan tiga kegiatan yang terpisah melainkan bersamaan (Sjamsuddin, 2007, hlm.156). Historiografi merupakan puncak dari rangkaian kerja sejarawan dan dari tahap inilah dapat diketahui baik buruknya hasil kerja keseluruhan.

F. Struktur Organisasi Skripsi

(20)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab I pendahuluan, pada bab ini secara garis besar penulis memaparkan masalah yang dikaji. Adapun sub bab yang ada di dalamnya terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/signifikasi penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian, memaparkan landasan teori yang diambil dari literatur, sebagai fondasi dalam pelaksanaan penelitian.

Bab III metodologi penelitian, memaparkan mengenai tahapan-tahapan

penelitian yang akan dilaksanakan, mulai dari heuristik, kritik dan historiografi. Bab IV merupakan isi atau bagian utama dari tulisan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Dalam bab ini penulis membahas mengenai peranan K.H Mas Mansur dalam Perkembangan Muhammadiyah pada tahun 1937-1942.

(21)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdurrahman, Asjmuni. (2002). Manhaj Tarjih Muhammadiyah:Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aqsha, Darul. (2005) . K.H Mas Mansur (1986-1946) Perjuangan dan Pemikiran. Jakarta : Erlangga.

(22)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mansur, K.H.M. (2010) . Tafsir Langkah Muhammadiyah. Disunting Oleh Abdul Munir Mulkhan. Yogyakarta: PP Muhammadiyah Majelis Tabligh Dan PT. Persatuan.

Nasution, Harun. (1991). Pembaharuan dalam Islam, terj. Bahruddin Fanani.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Noer, Deliar. (1982) . Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.

Pasha, M.K dan Darban Adaby. (2002). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Dalam Persprektif Historis dan Ideologis. Yogyakarta: lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam.

Pringgodigdo, A.K. (1994). Sejarah Pergerakan Rakyat indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak..

Sudiyo. (2002). (Pergerakan nasional )mencapai dan mempertahankan kemerdekaan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sutarmo. (2005). Muhammadiyah Gerakan Sosial Keagamaan Modernis. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.

(23)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Aqsha, Darul. (3005). K.H Mas Mansur (1896-1946) Perjuangan dan Pemikiran. Jakarta: Erlangga.

Hadikusuma, DJarnawi. (2010). Matahari-Matahari Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Mansur, K.H.M. (2010) . Tafsir Langkah Muhammadiyah. Disunting Oleh Abdul Munir Mulkhan. Yogyakarta: PP Muhammadiyah Majelis Tabligh Dan PT. Persatuan.

Maarif, A. Syafii. (1992). “Kyai Haji Mas Mansur: Manusia Dengan Dimensi Ganda” Dalam Amir Hamzah Wiryosukarto [Ed.]. Kiyai Haji Mas Mansur: Kumpulan Karangan Tersebar. Yogyakarta: Persatuan, Cetakan III.

(24)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Noer, Deliar. (1982) . Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.

Pringgodigdo, A.K. (1994). Sejarah Pergerakan Rakyat indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Siagian, Sondang. (2006) .Filsafat Administrasi. Bandung:Bumi Aksara. Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Saifudin , Anshari. (1969). pokok-pokok pikiran tentang Islam .Bandung: Pustaka Pelajar.

Subagiyo. (1982) . K.H Mas Mansur Pembaharu Islam Di Indonesia

.Jakarta: Gunung Agung.

Sudiyo. (2002). (Pergerakan nasional )mencapai dan mempertahankan kemerdekaan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sutarmo. (2005). Muhammadiyah Gerakan Sosial Keagamaan Modernis. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.

Suminto, Aqib. (1984). Politik Islam Hindia-Belanda. Jakarta: LP3ES.

Sucipto, Hery & Nadjamuddin Ramli. (2005). Tajdid Muhammadiyah Dari Ahmad Dahlan Hingga A. Syafii Maarif. Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu.

Sudarmanto, Y.B. (1996). Jejak-Jejak Pahlawan Dari Sultan Agung Hingga Syekh Yusuf. Jakarta: Grasindo, Cetakan Kedua.

JURNAL

(25)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(26)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul “Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942). Peneliti mencoba untuk memaparkan langkah-langkah yang digunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber-sumber, analisis dan cara penelitiannya. Pada bagian

pertama akan dijelaskan metode dan teknik penelitian secara teoretis sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian. Pada bagian kedua akan dijelaskan mengenai tahap-tahap dalam penyusunan skripsi. Dimulai dengan penjelasan pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan terakhir laporan akhir penelitian.

A.Metode dan Teknik Penelitian

Menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya metodologi sejarah dijelaskan bahwa metode merupakan suatu prosedur , proses, teknik yang sistematika dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek atau bahan yang akan diteliti, dengan kata lain metode adalah how to know (bagaimana mengetahui). Selain metode sebagai suatu cara atau prosedur, Helius Sjamsuddin menuliskan bahwa metodologi atau ilmu tentang metode dengan konsepnya know how to know ( tahu bagaimana mengetahui) (Sjamsuddin, 2007, hlm.14).

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942) adalah metode historis. Alasan menggunakan metode historis karena permasalahan yang diangkat adalah permasalahan sejarah atau permasalahan masa lampau. Sesuai dengan yang dijelaskan Gottschalk (1986, hlm.32) bahwa yang dimaksud dengan metode historis adalah proses menguji serta menganalisa secara

(27)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sjamsuddin (2007, hlm.14), mendefinisikan metode sejarah sebagai suatu cara bagaimana mengetahui sejarah.

Menurut Kuntowijoyo (2003, hlm.89) dalam bukunya menjelaskan bahwa langkah-langkah metode penelitian sejarah terdiri atas lima tahapan yakni :

1. Pemilihan topik 2. Pengumpulan sumber

3. Verifikasi 4. Interpretasi

5. Penelitian

Dengan penjelasan langkah-langkah metode penelitian sejarah sama halnya dengan peneliti yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005, hlm.48-50), yakni:

1. Heuristik yaitu tahap pengumpulan sumber-sumber sejarah yang dianggap relevan dengan topik yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber, buku-buku dan artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Sumber penelitian sejarah terbagi menjadi tiga yaitu sumber benda, sumber tertulis dan sumber lisan.

2. Kritik yaitu memilah dan menyaring keotentikan sumber-sumber yang telah ditemukan. Tahap ini peneliti melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk mendapatkan kebenaran sumber.

3. Interpretasi yaitu memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan cara menghubungkan satu sama lainnya. Pada tahapan ini peneliti mencoba menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian. 4. Historiografi yaitu tahap akhir dalam penelitian sejarah. Pada tahap ini peneliti

(28)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana menggunakan tata bahasa penelitian yang baik dan benar.

B. Persiapan Penelitian

Tahap ini adalah langkah awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan kegiatan penelitian. Kegiatan ini dimulai dengan penentuan metode

dan teknik pengumpulan data yang akan digunakan selama penelitian. Metode yang digunakan adalah metode historis, sedangkan teknik penelitiannya menggunakan studi literatur. Dalam tahapan persiapan, peneliti mencari sumber sejarah berupa buku-buku, jurnal, surat kabar maupun sumber yang lain yang memuat informasi-informasi yang sesuai dengan pokok kajian skripsi.

1. Penentuan Pengajuan Judul Penelitian

Tahap awal yang dilakukan oleh peneliti adalah memilih dan menentukan tema penelitian. Tahapan ini merupakan kegiatan pertama dalam memulai proses penelitian. Untuk mencari tema dan menentukan judul skripsi yang akan peneliti kaji, peneliti melakukan pra-penelitian dengan membaca referensi seperti buku, jurnal, artikel, dan skripsi yang ditulis oleh mahasiswa jurusan pendidikan sejarah, Universtias Pendidikan Indonesia, yang membahas tentang kajian Muhammadiyah dan referensi yang berkaitan dengan tema judul yang peneliti rencanakan sebelum penelitian dilakukan. Pra-penelitian ini sangat berguna dalam melakukan tahap penentuan judul karena akan mempermudah kemudian hari dalam penyusunan dan referensi sumber yang terkumpul.

(29)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942). Judul tersebut peneliti pilih sebagai bahan kajian dalam skripsi peneliti, sebab dari referensi sebelumnya belum ada yang mengkaji secara khusus mengenai objek kajian tersebut. Sebagai tindak lanjutnya, peneliti kemudian mengajukan rancangan judul penelitian kepada tim pertimbangan penelitian skripsi (TPPS) jurusan pendidikan sejarah secara khusus menangani masalah penelitian skripsi.

2. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan atau usulan penelitian adalah salah satu syarat yang harus disusun oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Rancangan dibuat dalam bentuk proposal skripsi dan kemudian diajukan kepada TPPS untuk dikoreksi sebelum diseminarkan oleh anggota TPPS. Proposal skripsi itu kemudian dikoreksi terutama pada bagian judul, rumusan masalah, dan pembatasan masalah. Setelah proposal ini dikoreksi dan diperbaiki, maka peneliti diperbolehkan untuk mengikuti seminar proposal skripsi yang dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2014 bertempat dilaboratorium jurusan pendidikan sejarah, Lt.4 gedung FPIPS UPI. Pengesahan mengikuti seminar dikeluarkan melalui surat keputusan dari ketua TPPS jurusan pendidikan sejarah No. 07/TPPS/JPS/PEM/2014, dengan calon pembimbing I adalah Dr. Agus Mulyana, M.Hum dan calon pembimbing II adalah Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum.

Dalam seminar tersebut peneliti mempresentasikan rancangan penelitian dihadapan TPPS dan calon pembimbing skripsi untuk dikaji dan didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak. Seminar tersebut dihadiri oleh Drs Ayi Budi Santosa, M.Si, Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum, Dr. Agus Mulyana, M.Hum dan masih banyak lagi dosen yang lainnya yang menyusul dalam menghadiri seminar yang sedang berlangsung. Dalam seminar tersebut peneliti mendapatkan masukan terutama dari calon pembimbing dan dari dosen

(30)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa pada dasarnya judul yang peneliti ajukan telah disetujui, namun harus ada koreksi dan saran untuk memperbaiki rancangan penelitian.

Adapun proposal penelitian yang disusun oleh peneliti memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Judul

b. Latar belakang masalah c. Perumusan masalah

d. Tujuan penelitian e. Manfaat penelitian f. Metode penelitian g. Kajian pustaka

h. Struktur organisasi skripsi

3. Proses Bimbingan

Proses bimbingan adalah hal yang snagat diperlukan dalam penelitian skripsi. Sesuai dengan surat keputusan dari ketua TPPS jurusan pendidikan sejarah No. 07/TPPS/JPS/PEM/2014 mengenai penunjukan dosen pembimbing penelitian skripsi, maka peneliti didampingi oleh dua dosen yaitu Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum sebagai pembimbing I dan Bapak Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum sebagai pembimbing II

Proses bimbingan yang dilakukan memberi banyak masukan berupa saran terhadap peneliti untuk perbaikan ke depannya. Peneliti melakukan bimbingan berkala dengan kedua dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh TPPS sesuai dengan prosedur yang berlaku. Adapun tanggal dan perkembangan bimbingan yang dilakukan oleh peneliti dengan kedua dosen pembimbing dapat dilihat pada lemabaran frekuensi bimbingan yang dilampirkan.

(31)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan penelitian adalah tahapan penting dari proses penelitian skripsi ini. Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik atau pengumpulan sumber, kritik atau analisis sumber sejarah, dan interpretasi atau penafsiran sejarah. Adapun dalam ketiga tahap ini peneliti uraikan lagi sebagai berikut :

1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Tosh (Sjamsuddin, 2007, hlm.95) mengatakan bahwa sumber-sumber

sejarah merupakan bahan-bahan mentah (raw materials ) sejarah yang mencakup segala macam evidensi yang telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukan segala aktivitas mereka di masa lalu yang berupa kata-kata yang diucapkan ( lisan). Selain itu, Good and Scate (Sevilla dkk, 1993, hlm.45) berpendapat bahwa dalam penelitian kontemporer di dalam sejarah salah satunya adalah dengan memilih pendekatan dari berbagai sumber atau disebut juga dengan sumber eklektik. Dari pernyataan ini maka peneliti membagi sumber yang dikumpulkan ke dalam dua kelompok yang dilihat dari bentuknya, yakni sumber tulisan dan sumber lisan.

Proses pencarian awal yang dilakukan oleh peneliti adalah mengunjungi perpustakaan Pusat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Kunjungan ke perpustakaan yang berada dalam kampus pun dilakukan sejak bulan Januari 2014 hingga peneliti masih melakukan proses penyusunan skripsi pun tetap dikunjungi. Selama proses pencarian referensi dan sumber yang berkaitan mengenai judul yang diteliti ada beberapa buku yang ditemukan diantaranya tentang pergerakan Muhammadiyah, Politik Islam pada masa Hindia-Belanda dan Gerakan Modern Islam. Namun pada referensi tersebut pada umumnya membahas secara umum belum ditemukan permasalahan yang peneliti kaji dalam menjawab permasalahan

penelitian yang ada dalam skripsi.

(32)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dari perpustakaan ini peneliti mendapatkan beberapa buku yang bisa dijadikan sebagai literatur yang akan digunakan dalam penelitian skripsi ini. Buku-buku yang di dapatkan di perpustakan Universitas Pendidikan Indonesia ini sangat berkaitan dengan peneliti tulis sehingga literatur yang di dapatkan di perpustkaan ini cukup memenuhi referensi peneliti sebagai sumber literatur yang cukup baik dan berhubungan dengan apa yang akan peneliti kaji.

b. Perpustakaan umum Daerah kota cimahi, peneliti mengunjungi perpustakaan

ini bahkan dalam proses penelitian pun sering menggunakan fasilitas dari Kota Cimahi sebagai tempat untuk mencari inspirasi. di perpustakaan ini peneliti mendapatkan buku yang berkaitan dengan Muhammadiyah dan K.H Mas Mansur. Walaupun buku itu belum lengkap tetapi sangat membantu peneliti dalam penelitian karya ilmiah ini. Buku yang di dapat yaitu berjudul K.H Mas Mansur (1896-1946) perjuangan dan pemikiran, pahlawan nasional (kyai Haji Mas Mansur dan masih banyak lainnya. Ada beberapa buku yang lain juga yang dapat dijadikan sebagai bahan literatur.

c. Perpustakaan Universitas Padjajaran, buku-buku yang ditemukan disini hampir sama dengan yang ditemukan di perpustakaan UPI Bandung, hanya saja disini bisa melihat tesis dan skripsi mengenai Muhammadiyah nya. Tetapi itu pun tidak mudah karena harus menlewati prosedur yang ada.

d. Perpustakaan Bapusipda, perpustakaan daerah kota Bandung, diperpustakaan ini peneliti mendapatkan sumber refensi buku mengenai Muhammadiyah dan Pergerakan Islam pada masa abad ke-19. Buku –buku yang ditemukan disini hampir sama dengan perpustakaan UPI dan bahkan perpustakaan UPI ini lebih lengkap dibanding bapusipda mengenai sumber yang peneliti temukan.

e. Toko buku online, peneliti bisa dapatkan buku-buku mengenai K.H Mas

(33)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berharga karena buku yang di dapat benar-benar buku langka. Sehingga peneliti tidak perlu jauh-jauh ke kantor Pusat Muhammadiyah karena disana menyediakan buku-buku yang bisa kita butuhkan lewat pembelian online atau melalui internet.

f. Perpustakaan Nasional, peneliti terakhir mengunjungi perpustakaan nasional yang ada di Ibukota Indonesia, yaitu Jakarta. Peneliti mengunjungi tempat ini pada tanggal 1 oktober 2014 bersamaan dengan hari Kesaktian Pancasila. Perpustakaan ini sangat lengkap dan ada beberapa literatur buku yang dapat

menunjang penelitian skripsi ini. Di perpustakaan Nasional ini selain buku yang didapat peneliti juga mencari sebuah dokumen berupa surat Kabar yang ada ketika itu K.H Mas Mansur sebagai Pengurus Besar Muhammadiyah. Dokumen yang di dapat sungguh sangat berarti karena surat kabar yang terbit sezaman dengan tokoh yang peneliti tulis. Sehingga dokumen ini sangat bermanfaat bagi penelitian ini.

Sebagai upaya untuk melengkapi referensi yang dibutuhkan peneliti akhirnya mencari penjualan buku secara online disini peneliti menemukan referensi yang selama ini dicari diantaranya buku mengenai perjuangan K.H Mas Mansur dari tahun 1986-1946, buku matahari-matahari Muhammadiyah dan buku K.H Mas Mansur dalam pembaharuan Islam di Indonesia.

Sebagai upaya dalam menambah referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, peneliti juga memperoleh sumber tertulis lainnya berupa jurnal sebagai sumber pelengkap dari bahan buku. Pemahaman terhadap sumber-sumber sekunder akan membantu peneliti dalam mengkaji permasalahan dalam skripsi ini sehingga diperoleh perubahan yang optimal melalui penelitian dan hasilnya dituangkan dalam bentuk tulisan agar diperoleh hasil yang baik.

Selama melakukan tahap heuristik, peneliti kesulitan dalam memperoleh

(34)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan dokumen berupa surat kabar yang sezaman dengan tokoh yang peneliti teliti.

2. Verifikasi (Kritik Sumber Sejarah)

Pada tahap ini peneliti melakukan kritik terhadap sumber –sumber sejarah yang telah diperoleh. Baik sumber primer maupun sumber sekunder. Kritik sumber dilakukan karena sumber-sumber yang diperoleh tidak dapat diterima begitu saja oleh peneliti dan tidak semua sumber memiliki tingkat kebenaran yang

sama. Fungsi kritik bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu untuk mencari kebenaran (truth). Sejarawan selalu dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007, hlm.131).

Peneliti menggunakan sumber tertulis karena sekelompok dokumen dapat dianggap lebih penting dibanding dengan yang lain. Hal ini didasari dari pengamatan dan kesaksian yang kurang lengkap yang diperoleh wawancara, serta dilihat dari tujuan dokumen yang pada dasarnya merupakan alat bantu ingatan seseorang. Penggunaan dokumen di sini lebih mengacu kepada dokumen sekunder. Fox dalam (sevilla dkk, 1993, hlm.49) memaparkan bahwa sumber sekunder adalah informasi yang diberikan oleh orang yang tidak langsung mengamati atau orang yang tidak terlibat langsung dalam suatu kejadian, keadaan tertentu atau tidak langsung mengamati objek tertentu.

Dalam metode historis, kritik sumber dibagi menjadi dua macam yaitu eksternal dan internal. Kriktik eksternal bertujuan untuk menilai otensitas dan integritas sumber, sedangkan kritik internal bertujuan untuk menguji realibilitas dan kredibilitas sumber. Pada kegiatan kritik eksternal, peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan sumber-sumber yang langsung ditulis K.H Mas

(35)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dilakukan oleh suara Muhammadiyah tidak asli karena buku yang sekarang diterbitkan sudah diterjemahkan dalam bentuk bahasa Indonesia sehingga keabsahan identitas. Namun walau begitu diterbitkan oleh Muhammadiyah sendiri sebagai referensi bagi mereka juga dalam berprinsip dan berideologi dalam berjamiyah.

a. Kritik Eksternal

Kritik ekternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu

pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007, hlm.105). Kritik eksternal bertujuan untuk memberi penilaian terhadap asal-usul sumber sejarah, selain itu peneliti juga melakukan penilaian terhadap dokumen yang akan dijadikan sebagai sumber rujukan penelitian. Salah satu sumber sejarah yang peneliti peroleh ialah surat kabar dan majalah yang menuliskan keberhasilan dan aktivitas dari K.H Mas Mansur di Muhammadiyah.

Namun dokumen yang peneliti dapatkan dari lembaga pemerintahan yaitu arsip nasional republik Indonesia yang berada di Ibu Kota yaitu jakarta yang menyimpan dokumen-dokumen masa lampau, sehingga peneliti hanya mendapatkan salinan berupa photocopy. Pada pelaksanaan kritik ekternal terhadap dokumen tersebut, peneliti mengkritik dalam hal siapa penerbit dokumen tersebut dan seperti apa tampilan fisik dokumen pada saat digunakan peneliti. Sehingga apakah ada keterkaitan dengan peneliti dan yang tertulis pada buku tersebut. Sehingga dari sana dokumen-dokumen yang sudah di kritik dapat dijadikan bahan referensi atau tidak. Akan tetapi dalam penemuan dokumen berupa surat kabar

(36)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Kritik Internal

Kritik internal merupakan sebuah uji kredibilitas dari sumber yang ada. Idealnya sumber-sumber tersebut menunjukan kepada unsur-unsur yang sungguh-sungguh terjadi di masa lalu, namun tidak ada salahnya juga ketika pencarian kredibilitas di sini diartikan sebagai pencarian atas unsur-unsur yang paling dekat dengan yang sesungguhnya terjadi, sejauh kita dapat mengetahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber yang ada (Gottschalk, 2008, hlm.112).

setidaknya hal yang telah didapat kebenarannya oleh penulis merupakan sesuatu yang dapat diterima karena telah mendapatkan suatu uji tersendiri.

Kritik internal merupakan cara pengujian dari isi sumber sejarah, peneliti pada tahap ini melakukan kritik terhadap sumber-sumber tertulis untuk memperoleh fakta yang objektif. Membandingkan dan mencari kesamaan satu buku dengan buku lainnya. Misalnya buku yang ditulis oleh Soebagijo.I.N buku yang berjudul dengan K.H Mas Mansur Pembaharuan Islam di Indonesia dengan buku nya Darul Aqsha yaitu K.H Mas Mansur (1986-1946) Perjuangan dan Pemikirannya. Dan melakukan kritik internal lainnya terhadap buku yang menunjang penelitian mengenai peranan K.H Mas Mansur tersebut.

Hasil dari kritik internal ini akan dipaparkan pada bab IV. Kelengkapan pembahasan dari buku satu dengan buku lainnya tersebut dinilai pada seberapa dalam peneliti mengkaji suatu kajian permasalahan tersebut . hal ini tentu senada dengan tujuan dari kritik internal yakni untuk menguji isi dari sumber tersebut.

3. Interpretasi (Penafsiran Sumber)

Tahap berikutnya yang ditempuh dalam penelitian ini adalah tahap interpretasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah mengolah,

(37)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam konteks peristiwa-peristiwa yang lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005, hlm.38).

Setelah diperoleh fakta dari hasil kritik yang telah dilakukan sebelumnya peneliti melakukan penafsiran berdasarkan fakta tersebut. Peneliti mencoba menggunakan penafsitan sintesis dalam penelitian ini. Barnes (Sjamsuddin, 2007, hlm.170) mengatakan bahwa penafsiran ini mecoba menggabungkan semua faktor atau tenaga yang menjadi penggerak sejarah. Artinya, dalam penafsiran sintesis tidka ada penyebab tunggal dalam sejarah, dengan manusia tetap sebagai pemeran

utama.

Penjelasan lebih rinci yang peneliti gunakan adalah mengaitkan antara peran seseorang dalam perubahan sosial-keagamaan pada masyarakat yang sedang dipimpinnya yaitu mengenai organisasi masyarakat yang pada saat itu menjadi pambaharu Islam di Indonesia. Seluruh langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat memudahkan dalam proses penafsiran data-data untuk pengkajian “peranan K.H Mas Mansur di Muhammadiyah”.

D. Laporan hasil penelitian ( Historigrafi )

Tahap yang terakhir peneliti tempuh dalam penyusunan skripsi ini adalah pembuatan laporan hasil penelitian. Pembuatan hasil penelitian ini menempuh tahap penjelasan dan penyajian atau di dalam metode penelitian sejarah tahap ini disebut dengan tahap historiografi. Tahap terakhir dari penelitian skripsi ini adalah melaporkan seluruh hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada sebelumnya. Dalam tahap ini, seluruh daya pikiran dikerahkan, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catata-catatan, tetapi yang terutama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian atau penemuan dalam

(38)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berupaya untuk menyusun skripsi ini dengan melakukan deskriftif analisis secara menyeluruh terhadap berbagai aspek yang berkaitan dengan peranan K.H Mas Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah.

Teknik penelitian skripsi yang digunakan peneliti mengacu pada sistem

harvard. Penggunaan sistem ini digunakan peneliti, karena sesuai dengan aturan yang digunakan akademisi UPI dalam penelitian karya ilmiah. Sistematika penelitian skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu :

Bab I pendahuluan, merupakan pendahuluan dari penelitian. Bab ini akan

menjelaskan tentang latar belakang masalah yang di dalamnya termuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting serta memuat alasan pemilihan masalah tersebut sebagai judul. Bab ini juga berisi perumusan masalah dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan untuk mempermudah peneliti mengkaji dan mengarahkan pembahasan, tujuan penelitian, kajian pustaka, metode dan teknik penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

Bab II kajian pustaka dan landasan teoritis , merupakan hasil dari kajian kepustakaan dan kajian teoritis serta telaah dari berbagai sumber buku, jurnal, artikelmaupun sumber dari penelitian sebelumnya yang masih berkaitan dengan masalah penelitian yang direncanakan. Selain itu juga bab ini membahas mengenai landasan teori penelitian dan penjelasan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian.

Bab III metodologi penelitian, Memilih topik yang sesuai, mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik, membuat catatan tentang itu, apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung, mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah disimpulkan (kritik sumber), menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta)

(39)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab IV merupakan isi atau bagian utama dari tulisan sebagai jawaban dari pembahasan atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Dalam bab ini peneliti membahas mengenai peranan K.H Mas Mansur dalam Perkembangan Muhammadiyah (1937-1942).

Bab V mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban dan analisis peneliti terhadap masalah-masalah secara keseluruhan. Hasil dari temuan akhir ini merupakan pandangan peneliti tentang inti dari pembahasan penelitian. Dan dapat memuat saran yang intinya memberikan rekomendasi terhadap pembelajaran

(40)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Gottschlak. (1986). Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

(41)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada bab ini merupakan kesimpulan hasil pembahasan sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji yaitu mengenai peranan K.H Mas Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah tahun 1937-1942 sebagaimana yang telah dikaji

pada bab IV. Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

(42)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membedakan Kyai Ahmad Dahlan dari pembaharuan Islam lain, yang tidak dilakukan oleh Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Ahmad Khan. Perintisan ini menunjukan sikap dan visi misi Islam yang luas dari Kyai Ahmad Dahlan mengenai posisi dan peran perempuan yang lahir dari pemahamannya yang cerdas dan bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman ini tidak bersentuhan dengan ide atau gerakan “feminisme” seperti berkembang pada saat ini. Artinya betapa maju nya pemikiran K.H Ahmad Dahlan yang kemudian melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam murni yang berkemajuan

Latar belakang K.H Mas Mansur untuk turut serta dalam perjuangan bangsa melawan penjajahan Belanda terutama perjuangan memajukan umat Islam Indonesia. Setibanya di tanah air, K.H Mas Mansur menggabungkan diri dalam Sarikat Islam karena organisasi yang terkemuka adalah Sarekat Islam yang dipimpin oleh Umar Said Cokroaminoto yang dikenal sebagai organisasi radikal berasaskan Islam. Peran Pucuk Pimpinan Muhammadiyah membuat Muhammadiyah berkembang, selain K.H Ahmad Dahlan sebagai pendiri ada K.H Ibrohim, K.H Hisyam, K.H Mas Mansur merupakan pucuk pimpinan Muhammadiyah yang ikut serta menyumbangkan tenaga dan pemikirannya. Awal pengangkatan K.H Mas Mansur sebagai Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 1937-1942 karena terjadi suatu krisis kepemimpinan di kalangan pengurus Besar Muhammadiyah dengan ketidakpuasan kalangan angkatan muda terhadap kebijakan-kebijakan angkatan tua. Dengan demikian hadirnya K.H Mas Mansur tampil dengan kharisma nya sehingga dipilih dan diajukan oleh beberapa tokoh lainnya seperti Kibagus Hadikusumo yang mendorong agar K.H Mas Mansur memimpin Muhammadiyah dan akhirnya benarlah K.H Mas Mansur terpilih walau sempat menolaknya.

Usaha-usaha yang dilakukan K.H Mas Mansur dalam perkembangan

(43)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muhammadiyah. Pada perkawinan tercatat secara tidak langusng merugikan umat Islam karena bertentangan dengan aturan hukun agama Islam seperti hak istri, melarang poligami, pengaturan rujuk, cerai dan sebagainya. Dengan aturan itu maka ancaman dari pihak-pihak umat Islam dan termasuk Muhamamdiyah yang menentang ordonansi tersebut. Dalam ordonansi guru pun sama pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan suatu ordonansi yang mengatur pengajaran agama Islam yang sudah tentu bertujuan ingin menghambat proses pendidikan agama Islam di kalangan Umat Islam. K.H Mas Mansur tentu merasa keberatan dan

menentang ordonansi ini karena merugikan umat Islam dalam mendidik pengajaran agama Islam. Namun berbeda terhadap Perangko Amal Muhamamdiyah, jika dengan ordonansi guru dan ordonansi perkawinan tercatat K.H Mas Mansur menentang pemerintah kolonial Hindia Belanda maka berbeda Perangko Amal Muhammadiyah, karena kebijakan mengeluarkan Perangko amal Muhammadiyah diizinkan oleh pemerintah. Perangko amal Muhammadiyah merupakan perangko amal pertama bagi umat Islam. Pada tahun sebelumnya kesempatan hanya diberikan pada missionaris dan Zending, maka pada K.H Mas Mansur inilah awal organisasi Islam selaku Pimpinan Muhammadiyah mendapat izin mengeluarkan perangko amal Muhammadiyah. Maka dengan usaha-usaha di atas K.H Mas Mansur dapat bertanggung jawab dengan amanah sebagai Pimpinan Besar di Muhammadiyah.

Dampak aktivitas dari usaha-usaha yang dilakukan K.H Mas Mansur ada kegiatan diluar yaitu pada politik. K.H Mas Mansur aktif dalam organisasi seperti MIAI, PII dan PUTERA pada masa perjalanan karirnya. Pendirian partai politik tersebut merupakan usulan dari K.H Mas Mansur sendiri Pengangkatan K.H Mas Mansur dari Muhammadiyah menjadi salah seorang dari Empat Serangkai merupakan perkembangan dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia dan

(44)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muhammadiyah sendiri ikut ke dalam kancah perpolitikan merupakan pengakuan bahwa agama Islam itu berkembang dan dapat diakui dan dilibatkan setiap kali mengambil kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

B.Saran dan Rekomendasi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi pada

pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat sekolah menengah atas karena materi penelitian ini termasuk dalam materi pembelajaran di sekolah. Materi ini sesuai dengan KI dan KD yaitu : Kompetensi inti “3. Memahami, menerapkan,dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah”. Kompetensi dasar “ 3.4 Menganalisis persamaan dan perbedaan pendekatan dan strategi pergerakan nasional di Indonesia pada masa awal kebangkitan)”.

(45)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU

Abdullah, Taufik. (2001). Nasionalisme dan Sejarah. Bandung: Satya Historika. Abdurrahman, Asjmuni. (2002). Manhaj Tarjih Muhammadiyah:Metodologi dan

Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Amin, M. Masyhur. (1995). Dinamika Islam, Sejarah Transformasi dan Kebangkitan. Yogyakarta: LKPSM.

Almaududi, Abu A’la. (1984). Langkah-langkah Pembaharuan Islam. Bandung: Pustaka.

Aqsha, Darul. (2005). K.H Mas Mansur (1986-1946) Perjuangan dan Pemikiran. Jakarta: Erlangga.

Azra, Azyumardi. (1997). Pesantren: Komunitas dan Perubahan dalam Nurkholid Majid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.

Daulay , Putra Haidar. (2007). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pembaharuan Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Gottschlak. (1986). MengertiSejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Hadikusuma, DJarnawi. (2010). Matahari-Matahari Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Hamka. (1982). Ayahku: Riwayat Hidup H. Abdul Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatra. Jakarta: Ummida.

Harry, Benda. (1958). Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia ada Masa Pendudukan jepang. Jakarta: Pustaka Jaya.

Humam, Hj. Ibnu S. (1990). Politik Pendidikan Kolonial Dan Pendidikan Muhammadiyah. Yogyakarta: Edisi muktamar ke 42.

(46)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ivancevich, J M. Et al. (2007). Perilaku Dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Kamal, Musthafa, dkk. (1994). Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: Persatuan.

Kemal, Pasha.dkk. (2000). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam (Dalam Perspektif Historis Dan Ideologis) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Karim, M.Rusli (ed). (1986). Gagasan K.H A.Dahlan: Banyak Yang Belum Dioperasionalkan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara WacanaYogya. Kuntowijoyo. (1991). Paradigma Islam. Bandung: Mizan.

Mansur, K.H. Mas. (2010). Tafsir Langkah Muhammadiyah. Disunting Oleh Abdul Munir Mulkhan. Yogyakarta: PP Muhammadiyah Majelis

Tabligh Dan PT. Persatuan.

Maryadi. (2000). Tranformasi Budaya. Surakarta: Muhammadiyah Universitas Press.

Mulkhan, Abdul Munir. (1990). Pemikiran K.H. A. Dahlan dan Muhammadiyah: Dalam Persepektif Perubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulkhan, Abdul Munir. (2000). Menggugat Muhammadiyah. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Nashir, Haedar. (2010). Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Nashir, Haedar. (2000). Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Nasution, Harun. (1991). Pembaharuan dalam Islam, terj. Bahruddin Fanani.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, Hasution. (1982). Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Pergerakan. Jakarta: Bulan Bintang.

(47)

Fitri Apriliyanti, 2014

Peranan K.H. Mansur dalam perkembangan Muhammadiyah (1937-1942)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nazib, Ahmad. (2010). Muhammadiyah Jawa. Jakarta: Al-Wasat Publishing House.

Noer, Deliar. (1980). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES. Cetakan pertama

Noer, Deliar. (1982). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES. Cetakan kedua

Noer, Deliar. (2000). Partai Islam Di Pentas Nasional. Bandung: Mizan.

Pasha, M.K dan Darban Adaby. (2002). Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Dalam Persprektif Historis dan Ideologis. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam.

Prasodjo, Soedomo. (1982). Profil Pesantren (Laporan Hasil Penelitian Pesantren Al-Falak Dan Delapan Pesantren Lain Di Bogor). Jakarta: LP3ES.

Pringgodigdo, A.K. (1994). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Salam, Solichin. (1968). Muhammadiyah dan Kebangunan Islam di Indonesia.

Jakarta: N.V Mega Jakarta.

Said, Saleh. (t.t). Kyai Mas Mansur: Membuka dan Menutup Sejarahnya,

Surabaya: Budi.

Scharf, Betty R. (1995). Kajian Sosiologi Agama (terjemahan Machnun Husein). Yogyakarta: Tiara Wacana.

Seamus. (2009). Para Pembaharu Pemikiran Dan Gerakan Islam Asia Tenggara. Jakarta: Seamus.

Sevilla, Consuelo G dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian: penerjemah: Alimuddin Tawu. Jakarta: Universitas Indonesia Press (Buku Asli diterbitkan tahun 1984, 1988).

Shobron, Sudarno. (2003). Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama Dalam Pentas Politik Nasional. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian promosi jabatan yang ada di Giant Ekstra nangka Pekanbaru tergolong dalam kategori baik, namun begitu kesempatan promosi jabatan yang

Bagian pertama tentang pendekatan dalam kajian etika komunikasi yaitu pendekatan kultural guna menganalisis perilaku pelaku profesi komunikasi dan pendekatan strukrural

Dari hasil regresi untuk tiap-tiap tahun pengamatan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini bahwa diferensiasi

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang

Tanggapan responden mengenai Konflik mandor dengan pengusaha dapat diketahui bahwa sebanyak 4 responden atau 13,33 % berpendapat tidak setuju, 7 responden atau 23,33 %

Dalam kegiatan penelitian ini dilakukan metode wawancara dengan para teknisi dari PT. Nutech Integrasi yang diberikan tanggung jawab oleh perusahaan dalam menangani sebuah

Berdasarkan hasil analisis datanya menunjukan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan soal berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nama-nama panggilan unik remaja di Desa Losari, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas sebanyak 50 data, dengan perincian: Jenis penamaan