• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hosta Ardhyananta 1,*), Ainun Zulfikar 2, Agung Purniawan 1, Amaliya Rasyida 1 dan Widyastuti 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hosta Ardhyananta 1,*), Ainun Zulfikar 2, Agung Purniawan 1, Amaliya Rasyida 1 dan Widyastuti 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Komposisi Nikel (Ni) terhadap Kekerasan dan

Struktur Mikro Paduan Baja Tahan Karat Kekuatan Tinggi

Fe-C-Mn-Cr-Ni melalui Metode Proses Pengecoran

Menggunakan Tungku Pembakaran Gas

Hosta Ardhyananta1,*), Ainun Zulfikar2, Agung Purniawan1, Amaliya Rasyida1 dan Widyastuti1

1Departemen Teknik Material, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111, Indonesia 2Departemen Teknik Material dan Metalurgi, Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan, Indonesia

*)Corresponding Author. Email: hostaa@mat-eng.its.ac.id

ABSTRAK. Baja tahan karat merupakan material yang memiliki kekerasan dan ketahanan karat (korosi) yang tinggi. Baja tahan karat memiliki komposisi kimia utama paduan elemen kimia atom besi (Fe), karbon (C), krom (Cr) dan Nikel (Ni). Elemen kimia Mangan (Mn) dapat ditambahkan untuk meningkatkan kekerasan material. Paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni merupakan material paduan yang dapat berupa baja tahan karat berkekuatan tinggi, paduan super, dan besi tuang putih. Komposisi nikel (Ni) dapat meningkatkan kekerasan material paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni. Penelitian ini melakukan studi pada pengaruh komposisi elemen kimia atom nikel (Ni) untuk pembuatan material baja tahan karat Fe-C-Mn-Cr-Ni. Penelitian ini mempelajari pengaruh komposisi nikel terhadap sifat kekerasan dan struktur mikro material Fe-C-Mn-Cr-Ni. Komposisi kimia nikel memiliki variasi desain 6, 8, 10 dan 12 %berat. Komposisi kimia krom (Cr) memiliki 18 %wt (persen berat) sebagai komposisi baja tahan karat. Proses pemaduan Fe-C-Cr-Ni-Mn menggunakan metode pengecoran melalui peleburan di tungku pembakaran gas (gas burner furnace) dan krusibel grafit. Tungku pembakaran gas menggunakan bahan bakar LPG (liquified Petroleum Gas (gas minyak bumi cair)), udara bertekanan (compressed air) dan batubara. Material bahan baku pada penelitian ini menggunakan material bajakarbon (Fe-C), ferokrom (Fe-Cr), feromangan (Fe-Mn) dan nikel (Ni). Peleburan/pencairan dilakukan pada temperature diatas 1400 0C dan waktu penahanan sekitar 40 menit. Pendinginan dilakukan didalam tungku hingga temperature kamar. Pengujian menggunakan pengujian kekerasan metode Brinell, optical emission spectrometry (OES), difraksi sinar X (XRD), dan Metalografi. Komposisi kimia hasil pengujian OES menunjukkan komposisi kimia coran Fe-C-Mn-Cr-Ni tercapai dengan variasi komposisi nikel. komposisi karbon cukup tinggi akibat krusibel grafit. Fasa material Hasil pengujian XRD menunjukkan terbentuknya paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni, fasa austenit/gamma (γ), fasa karbida logam dan fasa karbida besi. Komposisi nikel meningkatkan kekerasan material paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni. Struktur mikro hasil pengujian metalografi menunjukkan terbentuknya fasa strukturmikro austenit, eutektik perlit, ferit dan karbida. Fasa strukturmikro austenit mampu stabil hingga temperatur kamar.

Kata Kunci: Baja tahan karat; paduan Fe-C-Cr-Ni-Mn; Nikel; kekerasan; strukturmikro; austenit 1. PENDAHULUAN

Material Baja tahan karat merupakan material yang memiliki kelebihan dibandingkan material baja lainnya. Material baja tahan karat memiliki kekuatan, kekerasan dan ketahanan karat (korosi) yang tinggi. Baja tahan karat memiliki komposisi kimia utama paduan (campuran) elemen kimia atom besi (Fe), karbon (C), krom (Cr) dan Nikel (Ni). Material baja tahan karat digunakan pada berbagai aplikasi seperti bidang transportasi, konstruksi, medis, nuklir, dan kimia. Kekuatan dan kekerasan material baja tahan karat dapat ditingkatkan dengan pencampuran/penambahan/pemaduan elemen kimia atom logam lain. Material baja tahan karat memiliki tiga tipe/jenis strukturmikro yaitu feritik, austenitik dan martensitik. Kategori baja tahan terdiri dari feritik, austenitikmartensitik, dupleks, pengerasan presipitat dan substitusi Mn-N. Austenitik memiliki sifat takmagnetik. Feritik dan martensitik memiliki sifat magnetik. Baja tahan karat juga memiliki presipitat karbida yang bergantung kepada kandungan karbon. [1-6]

Peningkatan kekuatan dan kekerasan material baja tahan karat dapat dilakukan melalui proses pemaduan (pencampuran) dengan elemen kimia atom tertentu. Elemen kimia atom krom (Cr) dapat ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan, keuletan, ketahanan korosi (karat) dan kekuatan pada temperatur tinggi material. Ketahanan korosi (karat) diperoleh dari pembentukan lapisan pasif protektif oksida kromium (Cr2O3). Elemen

kimia atom Molibdenum (Mo) dapat ditambahkan untuk meningkatkan ketahanan korosi sumuran. Elemen kimia atom Mangan (Mn) dapat ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan, kekerasan dan damping (penahan /penurun getaran dan penahan/penurun suara) material. Damping diperoleh dari fasa austenit. Mangan memiliki nilai ekonomis dan densitas yang rendah. Mangan merupakan penstabil fasa austenit dan kekuatan pada temperatur tinggi. Elemen kimia atom nikel (Ni) dapat ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan, kekerasan dan ketahanan korosi material. Elemen kimia atom aluminum (Al) dapat ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan, keuletan, mengurangi berat dan ketahanan karat. Ketahanan korosi (karat) diperoleh dari

(2)

pembentukan lapisan pasif protektif oksida aluminum (Al2O3). Aluminum lebih murah (ekonomis)

dibandingkan kromium dan nikel. Atom Fe, Ni dan Co memiliki kemampuan untuk saling substitusi. Fe dan Cr memiliki afinitas terhadap C untuk membentuk fasa karbida. Karbida memiliki kekerasan yang tinggi. Material paduan Fe-C-Cr-Ni-Mn merupakan material paduan yang dapat berupa baja tahan karat berkekuatan tinggi, paduan super dan besi tuang putih [7-11].

Studi ini mempelajari proses produksi/manufaktur Baja tahan karat Paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni. Baja tahan karat Paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni memiliki kekerasan yang tinggi dengan strukturmikro fasa austenit. Proses produksi menggunakan metode proses pengecoran. Proses peleburan/pencairan pengecoran dilakukan pada tungku pembakaran gas (gas burner furnace). tungku pembakaran gas (gas burner furnace) menggunakan bahan bakar LPG (liquified Petroleum Gas (gas minyak bumi cair)) yang dicampur dengan udara bertekanan (compressed air). Campuran gas ditiupkan kepada batubara dan dibakar secara bersamaan. Studi ini mempelajari pengaruh komposisi nikel terhadap kekerasan dan struktur mikro material paduan Baja tahan karat Fe-C-Mn-Cr-Ni.

Pemaduan (pencampuran) dengan penambahan nikel dapat meningkatkan kekerasan dan kekuatan baja tahan karat sehingga dapat meningkatkan aplikasi material tersebut. Material paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni merupakan material baja tahan karat berkekuatan tinggi yang memiliki potensi aplikasi masa depan yang luas.

2. METODE Material

Material yang digunakan sebagai bahan baku merupakan baja karbon AISI 1006, ferromangan karbon menengah Grade B ASTM A99, ferrokrom karbon rendah Grade D ASTM A101 dan Nikel ASTM 162 yang diperoleh dari PT Makmur Meta Graha Dinamika. Ferromangan memiliki kandungan mangan sebesar 76,25 %berat. Ferrokrom memiliki kandungan kromium sebesar 69 %berat. Nikel memiliki kandungan nikel sebesar 99 %berat. Tabel 1 menunjukkan komposisi kimia material bahan baku.

Tabel 1. Komposisi kimia material bahan baku Material bahan baku Fe C Si Mn P S Cr Ni %berat AISI 1006 99,50 0,03 0,02 0,21 0,01 0,01 0,03 0,03 ferromangan Grade B ASTM A99 30,00 0,07 0,90 0 0,03 0,01 69,00 0 ferrokrom Grade D ASTM A101 21,3 1,92 0,35 76,25 0,20 0 0 0 Nikel 0 0 0 0 0 0 0 99,00

Proses Pengecoran Material Sistem Paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni Studi ini mempelajari pengaruh komposisi nikel terhadap kekerasan dan struktur mikro material paduan Baja tahan karat Fe-C-Mn-Cr-Ni. material paduan Baja tahan karat Fe-C-Mn-Cr-Ni diperoleh melalui pencampuran/pemaduan bahan baku AISI 1006, ferromangan, ferrokrom dan nikel (Ni). Nikel memiliki variabel 6, 8,10 dan 12 %berat. Bahan baku AISI 1006, ferromangan, ferrokrom dan nikel (Ni) dipotong menjadi bentuk kotak berukuran kecil untuk mempermudah proses pencairan dan pemaduan. Bahan baku AISI 1006, ferromangan, ferrokrom dan nikel (Ni) dihitung komposisi kimia untuk memperoleh komposisi disain menggunanakan Persamaan 1. Sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni memiliki komposisi disain Mn 2 %berat, Cr 18 %berat dan Ni yang bervariasi sedangkan Fe-C bersifat setimbang dan konstan. Tabel 2 menunjukkan formulasi kesetimbangan massa material bhan baku. Sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni memiliki disain komposisi

kesetimbangan massa material tertentu dengan ukuran massa coran 200 gr. Tabel 3 menunjukkan komposisi kimia disain material coran sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni. Bahan baku AISI 1006, ferromangan, ferrokrom dan nikel (Ni) diletakkan didalam krusibel grafit berukuran 1 Kg pada tungku pembakaran gas (gas burner furnace). Tungku pembakaran gas (gas burner furnace) menggunakan bahan bakar LPG (liquified Petroleum Gas (gas minyak bumi cair)) yang dicampur dengan udara bertekanan (compressed air) dan batubara. Gambar 1 menunjukkan skematik tungku pembakaran gas. Udara bertekanan diperoleh dari blower dengan kecepatan 9000 rpm. Tungku pembakaran gas (gas burner furnace) memperoleh temperatur tinggi dari pembakaran LPG, udara dan batubara. Proses pembakaran dimulai dari peniupan dan pembakaran LPG. Proses pembakaran dilanjutkan dengan penambahan tiupan udara bertekanan dan pembakaran batubara. Pembakaran ditahan dengan waktu sekitar 40 menit dan temperature diatas 1400 0C

(3)

(pembacaan maksimal termokopel sehingga diperoleh cairan Sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni. Cairan Sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni didinginkan didalam tungku hingga temperature kamar dan diperoleh coran ingot paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni. coran massa x baku bahan komposisi disain komposisi baku bahan massa = (1)

Tabel 2. Formulasi kesetimbangan massa material bahan baku Material coran AISI 1006 ferromangan Grade B

ASTM A99 ferrokrom Grade D ASTM A101 Nikel %berat

Fe-C-2Mn-18Cr-6Ni 65,40 26,09 2,46 6,06

Fe-C-2Mn-18Cr-8Ni 63,21 26,09 2,62 8,08

Fe-C-2Mn-18Cr-10Ni 61,36 26,09 2,46 10,10

Fe-C-2Mn-18Cr-12Ni 59,34 26,09 2,46 12,12

Tabel 3. Komposisi kimia disain material coran sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni Material coran Fe C Si Mn P S Cr Ni %berat Fe-C-2Mn-18Cr-6Ni 73,52 0,08 0,26 2,01 0,02 0,01 18,02 6,02 Fe-C-2Mn-18Cr-8Ni 71,28 0,09 0,26 2,13 0,02 0,01 18,02 8,02 Fe-C-2Mn-18Cr-10Ni 69,40 0,08 0,26 2,00 0,02 0,01 18,02 10,02 Fe-C-2Mn-18Cr-12Ni 67,39 0,08 0,26 2,00 0,02 0,01 18,02 12,02

Gambar 1. Skematik tungku pembakaran gas (gas burner furnace) Pengujian Metalografi

Pengujian metalografi menggunakan Olympus BX51M untuk memperoleh strukturmikro coran. Coran dihaluskan permukaannya melalui grinding dan polising. Proses etsa menggunakan standar ASTM E 407. Etsa menggunakan gliseregia, nital dan asam pikrik.

Pengujian Spektroskopi

Pengujian spekstroskopi menggunakan Optical Emission Spectroscopy (OES) Foundry Master untuk memperoleh komposisi kimia coran. Pengujian dilakukan terhadap coran sebanyak tiga kali. Coran dipotong dan diratakan permukaannya untuk dilakukan pengujian

(4)

komposisi kimia. Pengujian komposisi kimia dilakukan dengan menggunakan database baja tahan karat.

Pengujian Difraksi Sinar-X

Pengujian difraksi sinar-X (X-ray Diffraction (XRD)) menggunakan PAN Analytical untuk memperoleh struktur kristal fasa coran. Coran dipotong dan diratakan permukaannya untuk dilakukan pengujian XRD. Pengujian dilakukan sebanyak satu kali. Analisis struktur kristal fasa menggunakan pencocokan search match dengan Software X’pert Graphic & Identity dan pencocokan manual dengan kartu PDF dari software PCPDFWIN. Analisis dilakukan dengan mencocokkan puncak kurva difraksi.

Pengujian Kekerasan

Pengujian kekerasan menggunakan Wilson untuk memperoleh kekerasan coran. Coran dipotong dan

diratakan permukaannya untuk dilakukan pengujian kekerasan. Pengujian dilakukan sebanyak empat kali. Pengujian menggunakan pengujian kekerasan Brinell dengan standar ASTM E 10. Pengujian menggunakan indentor dengan diameter 2,5 mm dan pembebanan 187,5 kgf. Pengujian dilakukan dengan memberikan 4 indentasi pada setiap komposisi spesimen coran.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Strukturmikro

Penampang potongan material sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni hasil pengecoran ditunjukkan pada Gambar 2. Hasil coran menunjukkan warna putih terang. Hasil coran menunjukkan warna yang homogen dan menunjukkan bahwa material sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni hasil pengecoran berhasil diperoleh. Elemen kimia atom Fe-C-Mn-Cr-Ni telah mengalami penacmpuran/pemaduan yang baik.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. Tampilan hasil coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni dengan komposisi nikel (a) 6, (b) 8, (c) 10 dan (d) 12 %berat Strukturmikro material sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni

hasil pengecoran ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4. Strukturmikro paduan coran menunjukkan fasa austenit () , karbida besi dan karbida logam. Area (daerah) abu-abu gelap menunjukkan fasa austenit (). Austenit menunjukkan sebagai komponen matriks. Area (daerah) abu-abu terang menunjukkan fasa karbida logam. Area (daerah) gelap menunjukkan fasa karbida besi [2,4-7,9]. Hasil coran memiliki fasa utama austenit. Hal ini menunjukkan bahwa coran merupakan baja tahan karat austenitik. Fasa austenit dapat terbentuk akibat nikel.

Nikel memiliki fungsi pembentuk dan penstabil austenit. Hasil coran menunjukkan fasa karbida akibat tingginya komposisi karbon. Hal ini menunjukkan interaksi krusibel grafit terhadap logam cair. Karbon dari krusibel mengalami perpindahan difusi ke logam cair. Karbida yang terbentuk berupa karbida logam (MxCy) dan karbida besi (FexCy). Hal ini perlu dicegah. Difusi karbon dari krusibel ke logam cair dapat dicegah melalui pelapisan krusibel dan penggantian krusibel (krusibel berbasis nonkarbon).

(5)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3. Strukturmikro hasil coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni pada perbesaran kecil dengan komposisi nikel (a) 6, (b) 8, (c) 10 dan (d) 12 %berat

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4. Strukturmikro hasil coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni pada perbesaran besar dengan komposisi nikel (a) 6, (b) 8, (c) 10 dan (d) 12 %berat.

50 m

50 m

50 m

50 m

10 m

austenit

Karbida

besiperlit

Karbida

logam

10 m

austenit

Karbida besi

Karbida

logam

10 m

austenit

Karbida

besi

Karbida

logam

10 m

austenit

Karbida besi

Karbida

logam

(6)

Komposisi Kimia Coran

Komposisi kimia material sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni hasil pengecoran ditunjukkan pada Tabel 4. Hasil coran menunjukkan komposisi kimia sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni. Komposisi kimia coran merupakan komposisi kimia baja tahan karat [2, 6, 7]. Komposisi kimia kabon meningkat akibat interaksi logam cair

dengan krusibel grafit. Komposisi mangan lebih rendah daripada komposisi disain akibat variasi komposisi mangan pada bahan baku. Komposisi krom sesuai dengan komposisi disain. Krom menunjukkan stabilitas kimia yang tinggi. Komposisi nikel meningkat. Peningkatan komposisi nikel bahan baku meningkatkan komposisi nikel paduan coran.

Tabel 4. Komposisi kimia material coran sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni

Material coran Fe C Mn Cr Ni Lain-lain

%berat Fe-C-2Mn-18Cr-6Ni 70,7 >2 1,48 18,2 5,98 1,60 Fe-C-2Mn-18Cr-8Ni 70,3 1,43 1,29 17,4 8,4 1,14 Fe-C-2Mn-18Cr-10Ni 67,4 >2 1,55 18,2 9,01 1,8 Fe-C-2Mn-18Cr-12Ni 62,2 >2 1,85 19,5 9,85 4,568

Pengujian Difraksi Sinar-X

Pola spektra Difraksi Sinar-X (XRD) sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni hasil pengecoran ditunjukkan pada Gambar 5. Pola XRD menunjukkan puncak kurva sebagai fasa austenit () dan karbida logam (metal carbide, MxCy) [2, 4, 5, 6, 7, 9]. Puncak kurva 2 teta 40, 74 dan 51 menunjukkan fasa austenit/gamma (). Puncak kurva 2 teta 43 menunjukkan fasa karbida logam (MxCy) dengan

kemungkinan sebagai karbida krom (CrxCy). Puncak kurva 2 teta 35 menunjukkan fasa karbida logam (MxCy) dengan kemungkinan sebagai karbida besi (FexCy). sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni memiliki kecenderungan untuk membentuk karbida logam. Pembentukan karbida logam perlu dikendalikan.

Gambar 5. Spektra XRD hasil coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni dengan variasi komposisi nikel. Kekerasan

Kekerasan material sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni hasil pengecoran ditunjukkan pada Tabel 5 dan Gambar 6. Hasil coran menunjukkan kekerasan material yang

tinggi. Coran memiliki kekerasan lebih dari 400 BHN. Hal ini menunjukkan material baja tahan karat kekerasan tinggi. Peningkatan komposisi nikel meningkatkan kekerasan paduan coran. Nikel sebagai elemen peningkat kekerasan coran (hardenability element).

2 teta () In te ns ita s (a u) M xC y  (200 )  (220 )  (1 11) M xC y 6 %berat Ni 8 %berat Ni 10 %berat Ni 12 %berat Ni

(7)

Tabel 5. Kekerasan material coran sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni Material coran Kekerasan (BHN) Fe-C-2Mn-18Cr-6Ni 426 ± 15 Fe-C-2Mn-18Cr-8Ni 432 ± 23 Fe-C-2Mn-18Cr-10Ni 429 ± 35 Fe-C-2Mn-18Cr-12Ni 490 ± 4

Gambar 6. Sifat Kekerasan hasil coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni dengan variasi komposisi nikel. 4. KESIMPULAN

Baja tahan karat sistem paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni telah berhasil diproduksi menggunakan pengecoran dengan Tungku pembakaran gas. Coran paduan memiliki komposisi kimia Mn-Cr-Ni yang tinggi. Coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni memiliki struktur mikro austenit/gamma , karbida besi dan karbida logam. Coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni memiliki fasa autenit , karbida besi dan karbida logam. Penambahan nikel (Ni) mampu membentuk dan menstabilkan fasa austenit. Coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni merupakan baja tahan karat austenitk. Coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni memiliki kekerasan yang tinggi. Peningkatan nikel meningkatkan kekerasan material. Coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni memiliki kekerasan paling tinggi pada komposisi kimia nikel 12 %berat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] K.H. Lo, C.H. Shek, J.K.L. Lai, Recent developments in stainless steels, Materials Science and Engineering R, 65, 39–104, 2009.

[2] R. Rahimi, B.C. De Cooman, H. Biermann, J. Mola, Microstructure and mechanical properties of Al-alloyed Fe– Cr–Ni–Mn–C stainless steels, Materials Science &

Engineering A, 618, 46–55, 2014.

[3] M.C. Tsai, C.S. Chiou, J.S. Du, J.R. Yang, Phase transformation in AISI 410 stainless steel, Materials

Science and Engineering A, 332, 1–10, 2002.

[4] Je Doo Yoo, Si Woo Hwang, Kyung-Tae Park, Factors influencing the tensile behavior of a Fe–28Mn–9Al–0.8C steel, Materials Science and Engineering A, 508, 234 – 240, 2009.

[5] C.M. Fernandes, V. Popovich, M. Matos, A.M.R. Senos, M.T. Vieira, Carbide phases formed in WC–M (M = Fe/Ni/Cr) systems, Ceramics International, 35, 369–372, 2009.

[6] Y.Y. Song, D.H. Ping, F.X. Yin, X.Y. Li, Y.Y. Li,

Microstructural evolution and low temperature impact toughness of a Fe–13%Cr–4%Ni–Mo martensitic stainless steel, Materials Science and Engineering A, 527, 614–618, 2010.

[7] Jianquan Wan, Qingxuan Ran, Jun Li, Yulai Xu, Xueshan Xiao, Haifeng Yu, Laizhu Jiang, A new resource-saving, low chromium and low nickel duplex stainless steel 15Cr– xAl–2Ni–yMn, Materials and Design, 53, 43–50, 2014. [8] Hongying Sun, Benjamin Giron-Palomares, Wenhong Qu,

Guang Chen, Hui Wang, Effects of Cr addition and cold pre-deformation on the mechanical properties, damping capacity, and corrosion behavior of Fe-17%Mn alloys,

Journal of Alloys and Compounds, 803, 250-259, 2019.

[9] Y.P. Wang, D.Y. Li, L. Parent, H. Tian, Improving the wear resistance of white cast iron using a new concept–High-entropy microstructure, Wear, 271, 1623–1628, 2011. [10] J.H. Ramírez-Ramírez, R. Colas, N.F.

Garza-Montes-de-Oca, High Temperature Oxidation of a Work Roll Grade High-Chromium White Cast Iron, journal of iron and steel

research, international, 20(10), 122-129, 2013.

[11] Xiaoshuai Jia, Qingguo Hao, Xunwei Zuo, Nailu Chen, Yonghua Rong, High hardness and toughness of white cast iron: The proposal of a novel process, Materials Science &

Engineering A, 618, 96–103, 2014. 350 370 390 410 430 450 470 490 510 4 6 8 10 12 14 K e k e ra sa n (B H N )

Komposisi Nikel (%berat) Komposisi Nikel (%berat)

K e k e ra sa n (B H N )

Gambar

Tabel 1. Komposisi kimia material bahan baku  Material bahan  baku  Fe  C  Si  Mn  P  S  Cr  Ni  %berat  AISI 1006  99,50  0,03  0,02  0,21  0,01  0,01  0,03  0,03  ferromangan  Grade B ASTM  A99  30,00  0,07  0,90  0  0,03  0,01  69,00  0  ferrokrom Grade
Tabel 2. Formulasi kesetimbangan massa material bahan baku   Material coran  AISI 1006  ferromangan Grade B
Gambar 2. Tampilan hasil coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni dengan komposisi nikel (a) 6, (b) 8, (c) 10 dan (d) 12 %berat
Gambar 3. Strukturmikro hasil coran paduan Fe-C-Mn-Cr-Ni pada perbesaran kecil dengan komposisi nikel (a) 6, (b) 8, (c) 10 dan  (d) 12 %berat
+3

Referensi

Dokumen terkait

1.Maksimum Economic Yield (MEY) dan Maximum Suistainable (MSY) di pelabuhan Pagimana Kabupaten Banggai dengan hasil perhitungan Estimasi MEY dengan nilai CMSY

Model transshipment adalah model transportasi yang memungkinkan dilakukan pengirim (komoditas) dengan cara tidak langsung, di mana komoditas dari suatu sumber dapat

Studi pengaruh berbagai bahan isolasi minyak terhadap deteksi partial discharge dengan metode UHF dapat dilakukan pada masa mendatang karena setiap bahan isolasi memiliki

rawat inap kelas II terhadap pelayanan keperawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut dari 86 responden secara umum sebagian besar

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Concept Selection adalah suatu metode untuk memutuskan konsep mana yang akan terus dikembangkan hingga akhirnya menjadi produk jadi dari beberapa konsep yang telah

Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Peradilan Agama Di Indonesia", Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah, 2017.. "NILAI BUDAYA PADA LIRIK LAGU BERBAHASA REJANG

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dilaksanakan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan