1
2
Perpustakaan Nasional RI.Katalog Dalam Terbitan (KDT) Potensi Ekonomi Sumber Daya Perikanan Tangkap di Teluk Tomini Provinsi Sulawesi Tengah
Sitti Rahmawati. Palu : Percetakan Untad Press, 2017 143 hal;
Ukuran : UNESCO 14,8 x 21 cm ISBN : 978-602-8824-59-0 All right reserved
@ Hak Cipta 2017,
Judul Buku : Potensi Ekonomi Sumber Daya Perikanan Tangkap di Teluk Tomini Provinsi Sulawesi Tengah
Penulis : Sitti Rahmawati Cover : Suriatno Layout : Mahdalena Cetakan : Pertama 2017
1. Non Fiksi 1 Judul
Dilarang keras mengutip atau memperbanyak
Sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penulis dan penerbit
Penerbit:
UNTAD Press
Jl. Soekarno Hatta Km9 Palu Sulawesi Tengah 94118
Dicetak di : Jogya Copier Yogyakarta. Jl. Srikaloka No, 10 Yogyakarta.
3
Ketentuan Pidana Pasal 72 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak
suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,memamerkan,mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
4
PRA KATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya hasil penelitian menjadi buku Monograf dengan judul “.Analisis Potensi Ekonomi Sumberdaya Perikanan Tangkap si Teluk Tomini Pelabuhan Pagimana Provinsi Sulawesi Tengah”.
Penelitian ini adalah merupakan bagian lanjutan penelitian MP3EI (Master Plan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang dibiayai oleh DP2M DIKTI Jakarta.
tahun 2014. Hasil penelitian MP3EI dapat diselesaikan dengan tepat waktu yang ditetapkan oleh lembaga penelitian Universitas Tadulako Palu. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini tidak mungkin dapat terwujud tanpa bantuan dana dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan yang baik ini penulis sampaikan Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Dp2M) DIKTI Jakarta yang telah membiayai penelitian ini hingga selesai
2. Rektor Universitas Tadulako Palu
3. Lembaga Penelitian Universitas Tadulako Palu 4. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membuat semua ini bisa terwujud.
Wassalamu Alaikum WrWb Palu, 2017
Penulis
Dr. Sitti Rahmawati.SE.M.Si
5
DAFTAR ISI
Halaman
PRA KATA...4
DAFTAR TABEL...9
DAFTAR GAMBAR... 11
DAFTAR GRAFIK...11
BAB I. PENDAHULUAN... 12
1.1.Latar Belakang... .12
1.2.Perumusan Masalah... 20
1.3.Tujuan Penelitian... 22
1.4.Manfaat Penelitian... 23
BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA... 24 2.1.Potensi ekonomi dan Pariwisata ... .
6
di Te1uk Tomini ... ... 24
2.1.1.Surga bawah laut Togean... 24
2.2. Konsep pengelolaan sumberdaya... ... perikanan berkelanjutan... ... 28
2.3.Model pengelolaan sumberdaya perikanan... ... 30
BAB III.METODE PENELITIAN ... 33
3.1.Waktu dan lokasi penelitian ... 33
3.2.Objek Penelitian... 34
3.3.Jenis dan sumber data... 34
3.4. Teknik pengambilan sampel... 35
3.5 Teknik Analisis data... 36
3.6.Analisa SWOT... 36
3.7.Analisis Quality Strategi Plane Management... 38
BAB IV .HASIL PENELITIAN... 40 4.1. Profil pangkalan pendaratan ikan di pelabuhan ...
7
Pagimana Kabupaten Luwuk Banggai... 40 4.2.Data Mutu produksi ikan di pelabuhan pendaratan
Ikan (PPI) Provinsi Sulawesi Tengah... 51 4.3.Estimasi maksimum Social Yield (MSCY) ...
Pelabuhan Pagimana... 57 4.4.Persamaan Maksimum Economic Yield (MEY)...
Di Pelabuhan Pagimana... 58 4.5.Pembangunan subsektor perikanan tangkap tuna...
Dan arahan strategi pengembangan pelabuhan...
Perikanan tangkap pagimana... 65 4.6.Analisis SWOT Internal PPI Pagimana...
Tahun 2007... 66 4.7.Analisis SWOT Internal PPI Pagimana tahun 2008.... 74 4.8.Analisis SWOT Internal PPI Pagimana tahun 2009... 82 4.9.Analisis SWOT Internal pelabuhan Pagimana ...
Tahun 2010... 87 4.10.Analisis SWOT Internal perikanan tangkap ...
Pelabuhan Pagimana tahun 2011... 92
8
4.11.Analisis SWOT Internal pelabuhan Pagimana...
Tahun 2012... .98
4.12.Analisis SWOT Internal pelabuhan PPI... Pagimana tahun 2007-2012... 105
4.13.Potensi ekonomi perikanan Kab Banggai atau... The Beauty of underwater Banggai Cardinal fish... 116
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...119
5.1. Simpulan...119
5.2. Saran...122
DAFTAR PUSTAKA...123
A. Glosarium...127
B. angka Index...134
C. Bio Data Penulis... 136
9 Daftar Tabel
Tabel 1. Produksi ikan tuna di PPI Pagimana tahun 2011... .44
Tabel.2.Nilai mutu produksi ikan hasil tangkapan... 55
Tabel.3.Matrik faktor stratgei internal pengembangan... Ikan tuna di pelabuhan pagimana thn 2007... 69
Tabel.4.Matrik faktor strategi external ikan ... 72
Tabel 5.Model matrik analisis Swot thn 2009... 73
Tebel 6.Matrik faktor strategi internal th 2010... 77
Tabel.7.Matrik faktor strategi internal thn ... 80
Tabel 8.Model Matrik analisis SWOT... 81
Tabel.9.Matrik faktor stratgi ekxternal ... pegembangan perikanan tangkap thn 2009... 85
Tabel.10.Model analisis SWOT External dan Internal... 86
Tabel.11 Matrik faktor strategi external th. 2010... 90
Tabel.12.Matrik faktor stategi external th 2011... 91
Tabel.13.Matrik faktor strategi external pengembangan...
10
Armada kapal penangkapan ikan th 2012... 95 Tabel.14.Matrik faktor strategi external pengembangan...
Armada kapal ikan thn 2007-2011... 101 Tabel.15.Matrik faktor strategi ekxternal pengembangan...
Armada kapal penangkapan ikan pelabuhan...
Pagimana thn 2007-2012... 104 Tabel 16. QSPM (Quality Strategi Plane Management)....
Th 2007-2012... 104
11 Daftar Gambar
Gambar 1.Pelabuhan Pagimana Kab Banggai... 44 Gambar 2. Infrastruktur pelabuhan PPI Pagimana ... 4 7 Gambar 3. Ikan di Filet...
Gambar 4. Armada kapal asing yang tertangkap...
Di perairan selat Mkassar Tomini...
Daftar Grafik
Grafik 1. Produksi ikan tuna PPI pelabuhan pagimana...47 Grafik 2. Produksi Mutu Ikan di PPI Prov Sulawesi ...
Tengah...54
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang
Teluk Tomini yang terletak di perairan Selat Makassar adalah merupakan teluk yang berada di Pulau Sulawesi Indonesia, Indonesia. International Hydrographic Organization mendefinisikan Teluk Tomini sebagai salah satu perairan Kepulauan Hindia Timur. IHO mendefinisikan batas timurnya sebagai batas barat Laut Maluku Timur. IHO mendefinisikan batas timurnya sebagai “batas barat Laut Maluku”, yang didefinisikan sebagai Tanjung Pasir Panjang (0039’LU123025 BT)
dan Tanjung Tombalitatu (123021’ ). (Ensiklopedia Pulau- Pulau Kecil Nusantara Teluk Tomini Sulawesi Tengah, 2014).
Perikanan Tuna merupakan salah satu primadona perikanan Indonesia. Mengingat kontribusi komoditas ini dalam perolehan devisa maupun pertumbuhan nilai ekspornya sangat signifikan. Dari pendapatan devisa hasil perikanan, kelompok Tuna dan cakalang merupakan penghasil devisa
13
kedua setelah udang, perlu diketahui selain udang, Tuna juga merupakan komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan mampu memasuki pasar Internasional.Hal ini terbukti dengan semakin tingginya permintaan pasar dunia, terutama Jepang sebagai Negara pengkonsumsi Ikan Tuna di dunia.(Balai Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan 2009)
Menurut Profil Dinas Perikanan dan kelautan Sulawesi Tengah (2012) bahwa Program Revitalisasi Perikanan Tuna meliputi perbaikan fasilitas penanganan ikan diatas kapal dan didarat, penerapan metode penangkapan dan penanganan ikan yang baik serta peningkatan kelembagaan usaha perikanan tangkap.
Pembangunan revitalisasi perikanan menghadapi beberapa masalah antara lain :
1. Belum memadainya sarana/prasarana dan dukungan modal
14
2. Ketimpangan pemanfaatan stok ikan antar wilayah ataupun antar spesies
3. Keamanan dan kepastian hukum dalam berusaha 4. Hasil perencanaan tata ruang laut, pesisir dan
pulau-pulau kecil belum seluruhnya ditindak lanjuti dengan penetapan perda oleh pemeritah daerah terkait dengan perlunya kepastian tata ruang untuk pengembangan areal budidaya udang dan rumput laut
5. Kelembagaan nelayan dan pembudidaya ikan masih perlu ditingkatkan
6. Belum ikutnya Indonesia dalam keanggotaan organisasi Internasional seperti Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) dan West and Central Pacific Fisheries Commision (WCPFC)
15
7. Semakin ketatnya persyaratan ekspor produk perikanan khususnya ke Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang, sedangkan peralatan laboratorium mutu dan tenaga fungsional penguji mutu di lapangan masih terbatas
8. Masih rendahnya mutu bahan baku dan tingginya losses
9. Masih lemahnya sistem informasi pemasaran 10. Kondisi sarana dan prasarana pemasaran yang
minim dan belum memenuhi standarsanitasi dan higienis.
Upaya yang telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan revitalisasi perikanan terkait dengan pengembangan perikanan tangkap dengan komoditas utama tuna, antaralain :
a. Restrukturisasi armada perikanan tangkap;
16
b. Optimasi perikanan tangkap berbasis wilayah (wilayah pengelolaan perikanan, high seas, dan perairan umum);
c. Implementasi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 17 Tahun 2006 yang diamandemen menjadi Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 05 Tahun 2008 tentang Usaha Perikanan dalam Rangka Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Terpadu;
d. Pemanfaatan alat bantu, penataan sistem penangkapan ikan, dan penetapan fishing ground;
e. Pemberian rekomendasi kapal ikan asing (KIA) pola lisensi beralih status menjadi jointventure sebanyak 12 perusahaan patungan dengan jumlah kapal sebanyak 279 unit;
17
f. Penyiapan lahan industri di Pelabuhan Perikanan (PPN Tual, PPN Ternate, PPN Pelabuhan ratu, PPN Sibolga);
g. Penetapan seluruh UPT Pusat pelabuhan perikanan (PPS, PPN, PPP, PPI) di sejumlah 21 lokasi sebagai pelabuhan pangkalan perikanan;
h. Penetapan 13 lokasi untuk perbantuan proses perizinan usaha perikanan tangkap, dengan jumlah kapal yang telah dilayani sebanyak 208 kapal;
i. Pemantapan revitalisasi perikanan tuna melalui peningkatan fasilitas dan prosedur proses penanganan ikan di atas kapal dan di tempat pelelangan ikan (TPI), seperti palkanisasi, cool box, dan pembinaan teknis penanganan.
Revitalisasi perikanan akan difokuskan pada beberapa langkah kebijakan yaitu; Pertama, pengembangan industri perikanan
18
terpadu meliputi pengembangan industri perikanan tuna terpadu secara vertikal dan horizontal, termasuk inisiasi dan pengembangan awal budi daya tuna untuk menghasilkan tuna segar, pengembangan industri tambak udang terpadu secara vertikal dan horizontal, termasuk pembangunan broodstock, panti perbenihan, pabrik pakan, dan obat-obatan penanggulangan hama dan penyakit; serta pengembangan pabrik industri strategi pengembangan rumput laut terpadu dan masal di daerah produsen di seluruh Indonesia serta pabrik pengolahan bahan kering menjadi semi-refined products di pusat-pusat industri,. sepeti yang dijelaskan oleh Dahuri Rokhmin, (2012) Kedua, pengembangan prasarana pelabuhan sebagai basis pengembangan industri terpadu, khususnya di daerah perbatasan sebagai penangkal dan pencegah IUU fishing,transhipment dari kapal ikan ke kapal angkut secara illegal. Pengembangan pelabuhan diharapkan dilakukan oleh
19
swasta, sedangkan dana publik dimanfaatkan untuk membangun pangkalan pendaratan ikan di daerah-daerah potensial, terpencil, dan kurang memiliki insentif bagi swasta.
Ketiga, pengembangan prasarana budidaya perikanan, khususnya saluran primer bagi irigasi tambak udang, termasuk mendorong swasta untuk mengembangkan industri benih, industri pakan, dan industri penangkal hama dan penyakit udang. Keempat, peningkatan partisipasi Indonesia dalam perikanan regional, utamanya sebagai anggota (contracting party) dari Commission for Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT). Keanggotaan ini akan membuka akses Indonesia sebagai pemanfaat sumberdaya ikan (utamanya tuna) di perairan internasional (highseas), yaitu Samudera Hindia.
Keanggotaan Indonesia juga akan membuat Indonesia memiliki kuota produksi dan pasar internasional serta menghindari Indonesia dari kemungkinan embargo produktuna. Kelima,
20
penyediaan bantuan langsung masyarakat berupa sarana usaha dan prasarana dasar.Keenam, penjaminan distribusi BBM melalui pembangunan Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN).Ketujuh, penyediaan kedai pesisir untuk membantu masyarakat pesisir dalam penyediaan perbekalan.
1.2 Perumusan Masalah
Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di lokasi penelitian di PPI Pagimana Kab Banggai di propinsi Sulawesi Tengah, sebagai pelabuhan penangkapan ikan di di Teluk Tomini Propinsi Sulawesi Tengah, dan memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi. Peningkatan ekonomi dari hasil tangkapan ikan tuna memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah. Kenyataan menunjukkan terdapat ketimpangan ketimpangan dan kelemahan-kelemahan penangkapan tuna, seperti modal pemilik kapal terbatas, sumber daya manusia nelayan rendah, tingkat pendidikan
21
rendah, manajemen pengelolaan kelompok usaha belum terbentuk (KUB), sarana dan prasarana belum memadai, alat penangkapan ikan terbatas, Hal terlihat masih banyak jumlah penduduk miskin di pesisir pantai. Telah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya Departemen Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Tengah, akan tetapi belum mendapatkan hasil yang maksimum,. Berdasarkan uraian diatas maka ditetapkanlah, permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu :
1.Bagaimana analisis Swot pengembangan sumber daya perikanan tangkap di Pelabuhan Pagimana.
2.Bagaimana strategi yang diterapkan di dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir pantai.
22
3.Bagaimana implikasi stackholder di dalam penanganan percepatan pembangunan ekonomi di sektor kelautan di Propinsi Sulawesi Tengah .
1.3.Tujuan Penelitian
1. Mengetahui analisis Swot pengembangan sumber daya perikanan tangkap di pelabuhan Pagimana
2. Mengetahui strategi yang diterapkan di dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir pantai
3. Mengetahui implikasi stackholder di dalam penanganan percepatan pembangunan ekonomi di sektor kelautan di Propinsi Sulawesi Tengah
1.4 Manfaat Penelitian
23
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat :
1. Menjadi sumbangan yang sangat berharga bagi pengembangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Kelautan terutama dalam bidang ilmu pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap.
2. Digunakan sebagai data dasar bagi penyusunan kebijakan pembangunan perikanan pelagis berkelanjutan di provinsi Sulawesi Tengah serta strategi pengembangannya secara terpadu untuk pembangunan yang berkelanjutan.
BAB II STUDI PUSTAKA
2.1. Potensi Ekonomi dan Pariwisata Teluk Tomini 2.1.1 Surga Bawah Laut Togean
24
Kepulauan Togean adalah sepotong surga yang diletakkan Tuhan di bumi Nusantara. Perairan Togean telah menjadi salah satu destinasi para diver dunia meskipun dari sisi prasarana belum selengkap Manado. Kepulauan Togean dikenal sebagai bagian dari coral triangle alias segitiga koral yang terhubung anatara Indonesia, Malaysia, Papua Niugini, Filipina Kepulauan Solomon, dan Timur Leste. Di dalam segitiga yang terletak di lautan tropis ini berdasar penelitian terdapat setidaknya 500 spesies koral di tiap wilayah eco-region.
Kepulauan Togean relatif jauh dari kota berpenduduk padat, Itulah salah satu faktor yang menyebabkan perairan di sana terjaga, tetap bersih, dan pertumbuhan koral serta karngnya sangat baik dan menjadi habitat bagi biota laut.
Rute Perjalanan Togean bisa dicapai melalui Luwuk dengan memanfaatkan jalur udara dari Makassar, Surabaya, Jakarta, Semarang, Palu, Padang, Manado, dan Denpasar, dan
25
dapat menjangkau Luwuk menggunakan kapal Pelni dalam perjalanan dari Makassar dan Manado, dan Denpasar.
Perjalanan ke luwuk menggunakan kapal Pelni dalam perjalanan dari Makassar dan Manado. Pilihan menggunakan jalan darat dapat mengambil Rute Batui-Luwuk-Pagimana- Bunta-Ampana dapat ditempuh selama delapan jam dan perjalanan laut Ampana ke Togean selama tiga jam. Jika mendarat di Palu, perjalanan darat dari Palu ke Ampana melalui Poso berjarak sekitar 375 km atau selama sekitar 10 jam perjalanan darat. Di dalam perjalanan terlihat dengan keindahan kebun kopi dan pemandangan gunung serta pantai di garis khatulistiwa. Apabila datang dari Gorontalo, maka dapat melakukan ke Marisa, lalu naik perahu ke Dolong atau Wakai.
Dari Gorontalo, perahu hanya berlayar setiap hari Rabu, sedangkan dari Ampana, perahu berlayar setiap hari Senin, Selasa,Kamis dan Minggu. Setibanya di Ampana, dapat
26
langsung datang ke kantaor Balai Taman Nasional Kepulauan Togean di Jalan Poros Uemalingku Atas, Kecamatan Ampana kota. Di sini ada informasi Taman Nasional Kepulauan Togean.
a.Pariwisata di Ke pulauan Togean
Situs Indonesia-travel mencatat, di Taman Nasional Kepulauan Togean ada beragam penginapan, wisma, dan cottage dengan tarif sewa yang beragam berkisar antara Rp. 150.000 hingga 400 ribu per hari. Akan tetapi bisa jadilebih murah tergantung dimana pilihan Anda. Jika Anda adalah seorang backpaker, maka tidak masalah untuk mencoba tinggal dirumah penduduk.
Jika Anda datang bersama keluarga dan anak-anak, tentu menginap di cottage, wisma dan hotel adalah pilihan yang memberikan privasi yang lebih baik dan minim kerepotan.
Beberapa lokasi menginap yang bisa juga Anda pilih adalah penginapan di sekitar Pulau Tongkabu atau juga di Ampana.
27
Kota kecamatan ini terbilang lengkap fasilitas. (Ensiklopedia Pulau-Pulau di Sulawesi, 2014), Buku penerbit PT Kompas.
b.Aktivitas Wisata
Anda bisa menyelam dan gemar snorkeling karena kepulauan Togean memiliki perairan yang jernih hingga tembus ke dasar koral. Anda dapat berenang menggunakan snorkel dan menikmati keindahan bawah laut dengan aneka biotanya. Pulau wisata yang paling terkenal di Togean untuk kegiatan menyelam adalah pulau Kadidiri. Di sini, arus terbilang tennag, pantainya indah dengan pasir putih. Deretan batu karang
2.2.Konsep Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan
Sumberdaya perikanan disamping sifatnya yang dapat pulih (renewable) juga mempunyai sifat pemanfaatannya yang dianggap open access dan comman property. Artinya pemanfaatannya bersifat terbuka oleh siapa saja dan
28
kepemilikannya bersifat umum. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang baik agar sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, (Dahuri, Rais ,Ginting dan Sitepu (2001) . Menurut (Koswara, B, 2009). dan Charles (2001), bahwa Konsep pembangunan perikanan berkelanjutan mengandung empat aspek keberlanjutan yaitu :
1. Keberlanjutan ekologi : memelihara keberlanjutan stok/biomassa perikanan sehingga tidak melewati daya dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistem.
2. Keberlanjutan sosio-ekonomi : memperhatikan keberlanjutan kesejahteraan pelaku perikanan pada tingkat individu. Mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi merupakan perhatian keberlanjutan.
29
3. Keberlanjutan komunitas : keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan berkelanjutan.
4. Keberlanjutan kelembagaan: menyangkut pemeliharaan aspek finansial dan administrasi yang sehat dalam sistem pengelolaan sebagai prasyarat dari ketiga pembangunan perikanan berkelanjutan.
Pengelolaan sumberdaya perikanan bermakna sebagai pemanfaatan sumberdaya tersebut dengan memperhatikan prinsip-prinsip konservasi. Menurut Nikijuluw (2005) pemanfaatan dan konservasi adalah bagian dari pengelolaan.
Selanjutnya Hannesson (2008) mengatakan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya perikanan memerlukan institusi untuk menjamin keberlanjutanya. Bentuk pengelolaan sumberdaya perikanan secara institusional dapat berupa bentuk kepemilikan
30
dengan model pengembangan perikanan Purse Seine yang berkelanjutan di Kabupaten Parigi Moutog ( Masyahoro, 2004).
2.3. Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Tujuan dari pengelolaan sumberdaya perikanan adalah memanfaatkan sumberdaya perikanan secara optimal dengan tetap menjamin kelestarian sumberdaya tersebut. Namun yang menjadi pertanyaan adalah berapa besar potensi sumberdaya ikan tersebut ? dan berapa banyak yang dapat dimanfaatkan ? Untuk itulah para ahli manajemen perikanan menciptakan model-model dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.
Menurut Sparre et al., (1989), secara umum ada dua kelompok utama model-model ekonomi yang digunakan dalam pengkajian stok yaitu model-model holistik dan model-model analitik. Termasuk model-model holistik ialah model produksi
31
surplus (surplus production model) dan model luas sapuan (swept area method), sedangkan yang termasuk model analitik ialah model yield per recruit.( Fauzi, 2004)
Model produksi surplus (Panayotou (1982) adalah model holistik yang dapat digunakan dalam menduga stok ikan dengan menggunakan data hasil tangkapan (catch) dan upaya penangkapann (effort). Model ini cukup sederhana dan dapat menjelaskan tingkat upaya optimum yang diperlukan untuk menghasilkan tangkapan maksimal lestari (Maximum Sustainable Yield). (Schaefer, 1954),G.M. Tinungki, (2005).
Syarat yang harus dipenuhi dalam menganalisis model produksi surplus menurut Gulland (1983) adalah :
1. Ketersediaan ikan pada tiap-tiap periode tidak mempengaruhi daya tangkap relatif.
2. Distribusi ikan menyebar merata.
32
3. Masing-masing alat tangkap menurut jenisnya mempunyai kemampuan tangkap yang seragam.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 12 bulan dan lokasi penelitian berada di perairan Selat Makassar Propinsi Sulawesi Tengah yang meliputi wilayah yaitu ; Kec. Pagimana Kab. Luwuk Banggai.
3.2. Objek Penelitian
33 Objek pada penelitian ini adalah :
1.Data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Tengah yaitu Kec. Pagimana Kab. Banggai. Dalam hal ini data tersebut berupa data time series produksi ikan pelagis di perairan Sulawesi Tengah Selat Makassar dan upaya penangkapannya selama 5 tahun terakhir.
2.Pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan pelagis di perairan Teluk Tomini terdiri dari : nelayan (pemilik dan ABK), pengolah hasil perikanan, pedagang, investor, pemerintah, LSM, peneliti dan dosen.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara, pengisian kuesioner dan observasi
34
langsung di lapangan sesuai dengan tujuan penelitian, meliputi :
1. Data alat dan hasil tangkapan ikan pelagis di perairan Selat Makassar
2. Data biaya operasional penangkapan ikan pelagis terdiri dari : biaya bahan bakar minyak. Oli, es, garam dan biaya konsumsi (makan dan rokok).
3. Data biaya retribusi seperti : biaya retribusi tambat, retribusi lelang, biaya perizinan (SIUP, SIPI/SPI) dan lain-lain.
4. Data biaya pemeliharaan alat tangkap dan kapal penangkapan.
5. Data biaya biaya sosial (perayaan tradisi, perayaan keagamaan dll)
6. Data harga ikan dan penghasilan per trip.
3.4. Teknik Pengambilan Sampel
35
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu :
1. Untuk analisis SWOT, QSPM digunakan teknik purposive random sampling secara proporsional (Cochran, 1993). Jumlah responden yaitu setiap Kabupaten 62 responden
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis strategi pengembangan pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis digunakan analisis SWOT, QSPM
3.6. Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi unsur-unsur dari faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
36
faktor eksternal (peluang dan ancaman). Setelah melakukan identifikasi unsur-unsur dari dari faktor internal dan eksternal maka dilakukan penyusunan tabel IFA (Internal Factor Analysis) dan tabel EFA (External Factor Analysis). Kemudian dilakukan pembobotan yang menunjukkan berat atau tidaknya permasalahan yang dihadapi oleh stakeholder. Semakin besar nilai bobot, semakin berat permasalahan yang harus diselesaikan. Kisaran nilai bobot antara 0 sampai 1. Kemudian ditentukan besarnya nilai rating yang menunjukkan penting tidaknya permasalahan yang dihadapi apabila dilihat dari sisi waktu. Semakin penting suatu permasalahan untuk segera diselesaikan maka nilai ratingnya semakin besar. Nilai rating : 1, 2, 3 dan 4. Kemudian dihitung nilai skor dengan cara mengalikan nilai bobot dengan nilai rating. Besarnya nilai bobot dan rating diperoleh melalui brainstorming dari responden/informan.
37
3.7. Analisis Quality Strategi Plane Management (QSPM)
Analisis matrik perencanaan strategi kuantitatif (QSPM, quantitative strategic planning matrix) adalah teknik analisis yang secara obyektif mengindikasikan alternatif strategi mana yag terbaik. Teknik ini menggunakan input dari analisis faktor eksternal dan internal hasil pencocokan dari analisis SWOT untuk menentukan strategi obyektif diantara alternatif strategi.
Adapun tahap-tahap analisis QSPM adalah sebagi berikut : (Rangkuti, 2005), dan Saaty.(1983).
1) Membuat daftar eksternal dan internal
2) Memberikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal.
3) Evaluasi matriks SWOT dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk diimplementasikan.
4) Catat strategi-strategi dan kelompokan dalam set yang independen..
5) Tentukan nilai daya tarik (Attractivenesses Scores- AS)
6) Hitung total nilai daya tarik
38
7) Hitung penjumlahan total nilai daya tarik
39 BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1.Profil Pangkalan Pendaratan Ikan Pelabuhan Pagimana Kabupaten Luwuk Banggai
Pangkalan Pendaratan Ikan Pelabuhan Pagimana (PPI) Pagimana, terletak di sebelah Timur Teluk Tomini di Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai. Awalnya pada lokasi Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Pagimana adalah lokasi pasar tradisional yang sebagian besar komoditas yang diperdagangkan adalah Kapal penagkapan ikan. Merapat ke dermaga dan oleh karena itu pemerintah membangun sebuah PPI yang suatu saat dapat digunakan oleh para nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya sekaligus melaksanakan transaksi di pelabuhan PPI Pagimana Kab Banggai.
Pelabuhan Perikanan/ Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pagimana Kab Banggai memiliki luas arel lebih kurang ± 1,25
40
Ha, jarak PPI dengan ibu kota Kabupaten Banggai ± 65 Km dapat ditempuh selama 1,5 jam dengan menggunakan kendaraan umum. Gambar PPI Pagimana di Kabupaten Banggai dapat dilihat dibawah ini. Pelabuhan PPI Pagimana terletak di sebelah Timur Teluk Tomini di Kecamatan Pagimana kabupaten Banggai. Awalnya pada lokasi PPI Pagimana adalah lokasi pasar tradisional yang sebagian besar komoditas yang diperdagangkan adalah ikan. Oleh karena itu pemerintah membangun sebuah PPI yang suatu saat dapat digunakan oleh para nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya sekaligus melaksanakan transaksi pembeli dan penjual ikan di pelabuhan Pagimana. Pelabuhan ini sangat penting untuk mendukung kegiatan operasional perikanan tangkap revitalisasi tuna di Pelabuhan Pagimana Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah adalah belum tersedianya sarana dan prasarana pendukung untuk tempat berlabuh masih
41
sangat terbatas, dan gudang penyimpanan ikan serta pabrik Es tidak mencukupi kebutuhan para nelayan untuk menyimpan ikan agar dapat tahan lama, demikian pula solar BBM untuk kapal penangkapan ikan belum memenuhi estándar penangkapan sehingga produksi ikan tuna hanya relatif kecil karena ikan dihasilkan di Pelabuhan Pagimana adalah jenis ikan demersal (ikan karapuh, ikan kakap, ikan tongkol lainnya dan yang dihasilkan kurang optimal dan masih tertinggal dibandingkan di daerah pelabuhan lainnya di Sulawesi Tengah
.
42
Gambar 1. Pelabuhan Pagimana Kab. Banggai
Pengembangan pembangunan pelabuhan perikanan (PPI) di Pagimana diharapkan dapat mendukung pengembangan industri perikanan yang berwawasan Agribisnis yang akan memberikan nilai tambah bagi produk ikan tuna yang dihasilkan nelayan di Pelabuhan Pagimana Kabupaten Banggai.
Hasil produksi ikan yang dihasilkan pelabuhan PPI Pagimana dapat dilihat tabel data produksi ikan sebagai berikut :(Laporan Sttaistik Perikanan Tangkap 2007s/d 2012 Dinas Kelautan dan perikanan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah.
Tabel 1 Produksi Ikan Tuna PPI Pagimana Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011
43
No Bulan
Jenis Ikan
Cakalang Tongkol Tuna
Nilai Nilai Nilai
(Rp 1000) (Rp 1000) (Rp 1000) 1 April 7,290 1,080 3,200 2 Mei 40,700 1,700 14,300 3 Juni 51,000 5,400 9,750
TW I 98,990 8,180 27,250
4 Juli 54,750 4,500 7,950
5 Agustus 42,050 8,400
6 September 35,050 2,000 3,200
TW II 131,850 14,900 21,750
7 Oktober 7,510 3,600 3,500 8 Nopember 23,240 20,120 28,450 9 Desember 3,600
23,720 31,950 TW III 34,350 47,440 63,900
Jumlah 265,190 70,520 112,900 Sumber: DKP Prov Sulawesi Tengah, Tahun 2011.
Nilai produksi cakalang Rp. 265.190.000, dan ikan tongkol Rp.
70.520.000, dan ikan tuna Rp.112.000.000, Jumlah produksi ikan berfluktuasi tergantung musiman apabila dilihat di grafik bulan april, Mei dan Juni produksi ikan menurun, kemudian
44
pada bulan Juni, agustus dan september sudah mulai meningkat dan pada bulan oktober S/d Nopember produksi ikan semakin banyak. Produksi ikan dipengaruhi oleh sarana dan prasarana sepertinya Bahan Bakar Minyak/ solar. Strategi perlu menyiapkan penjaminan distribusi BBM melalui pembangunan Solar Packed Dealer nelayan (SPDN), dan perlu dipikirkan penyediaan kedai pesisir untuk membantu masyarakat pesisir pantai dalam penyediaan perbekalan untuk penangkapan ikan,
Grafik 1: Produksi Ikan Tuna PPI pelabuhan Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2009
45
Sumber: DKP Prov Sulawesi Tengah Tahun 2011
Sasaran yang dicapai yaitu perlu dikembangkan yaitu peningkatan laju pertumbuhan PDRB berdasarkan harga konstan sebesar 3,5 persen per tahun, dan memanfaatkan Sumberdaya Kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelnjutan, dan untuk saat ini pengelolaan penangkapan ikan belum optimal, dari hasil penelitian lapangan. Strategi yang perlu dikembangkan meningkatkan pengetahuan dan
46
ketrampilan bagi pelaku usaha dan pelestarian lingkungan di bidang Kelautan dan Perikanan, serta meningkatkan kawasan ekosistem pesisir yang terhabilitasi yang meliputi a). kawasan mangrove sebesar 5 persen, dan b). dan kawasan rumah ikan dan terumbu karang sebesar 5% per tahun.
Operasional Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pelabuhan Pagimana Kabupaten Banggai dalam rangka mendukung pengelolaan potensi sumberdaya perikanan tangkap pada wilayah zona 1 (laut Sulawesi dan selat Makassar), Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2008, melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Sulteng telah berupaya membangun pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pagimana sebagai fasilitas pokok pelabuhan, fasilitas fungsional, dan penunjang dalam memfasilitasi pengelolaan potensi sumber daya pengeloaan ikan yang bermutu dan ekonmi kreatif dalam menunjang pembangunan di bidang Perikanan dan kelautan.
47
Posisi lokasi pembangunan Pangkal Pendaratan Ikan (PPI) Pagimana dengan letak Pembangunan PPI adalah dengan dana anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui kegiatan Pengelolaan Pengembangan dan Pembinaan Perikanan Tangkap Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Tengah, serta didukung oleh Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dengan kegiatan awal adalah pembebasan lahan.
Pembangunan sarana PPI Pagimana Kab Banggai pada tahap pertama tahun 2008 adalah pembebasan tanah sebagai akses jalan masuk ke areal PPI yang dibiayai oleh dana APBD propinsi dan selanjutnya melalui APBN tahun 2007 dilakukan reklamasi pantai dan pemasangan talud PPI Donggala dengan maksud sebagai areal lokasi Pangkalan Pendaratan Ikan. Dan tahun 2007 telah dibangun fasilitas fungsional PPI yakni pembangunan pabrik Es melalui kegiatan Pembinaan
48
Penolahan dan Pemasaran hasil perikanan Anggaran Pendapatn Belanja Negara (APBN).
PPI Donggala, telah dibangun dan dikembangkan untuk melayani kapal penangkap maupun kapal penampung ikan yang beroperasi didaerah penangkapan Selat Makassar dan laut Sulawesi. PPI Pagimana Kabupaten Luwuk Banggai terletak di Selat perairan Makassar Provinsi Sulawesi Tengah dan hingga saat ini pembangunannya masih terus dilaksanakan secara bertahap dan diupayakan segala fasilitas untuk operasional PPI akan dilengkapi. PPI Pagimana dijadikan sebagai model bagi pengembangan PPI lainnya di provinsi Sulawesi Tengah.
Gambar PPI Pagimana Kabupaten Luwuk Banggai dapat dilihat dibawah ini.
49
Gambar 2 . Infrastruktur Pelabuhan PPI Pagimana Kabupaten Luwuk Banggai
4.2.Data Mutu Produksi Ikan Di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Provinsi Sulawesi Tengah
50
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi mutu ikan, baik yang didaratkan dari laut maupun yang ditangani di darat adalah penerapan suhu rendah (pendinginan), kecermatan, kebersihan, dan kecepatan bekerja (faktor waktu) Mutu ikan dapat dipertahankan apabila sejak penangkapan sampai pada proses pembekuannya tidak lebih dari empat jam dan tidak terkena sinar matahari langsung. Mutu ikan tuna dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu mutu I, II dan III.
Mutu I (kualitas sangat baik) adalah ikan segar dengan ciri-ciri : ( Balai Riset Perikanan Laut Departemen Kelautan dan Perikanan Jakarta (2005)
1. Warna ikan cerah mengkilat dan utuh 2. Insang berwarna merah segar
3. Mata masih menonjol dan jernih 4. Bau ikan sangat segar khas
51
5. Bila daging disayat berwarna merah segar pink/rose, otot daging sangat padat, elastic dan berlemak.
Mutu II (kualitas baik) adalah ikan segar dengan ciri-ciri : 1. Warna ikan sedikit cerah dan utuh
2. Insang masih berwarna merah 3. Kondisi kulit kurang ketat 4. Sisik ada yang mulai rusak
5. Mata masih menonjol sedikit kurang jernih 6. Bau ikan kurang segar
7. Bila daging disayat berwarna merah/rose, otot daging padat elastis, sedikit mengeluarkan lemak dan jaringan daging tidak pecah
Sedangkan Mutu III (Kualitas Sedang) adalah ikan segar dan beku dengan ciri-ciri dibawah kondisi kualitas Mutu II. Adapun
52
data mutu ikan tuna dari empat PPI di Propinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
.
- 20,000 40,000 60,000 80,000
PPI Paranggi
Kab. Parimo PPI Pagimana
Kab.
Banggai
PPI Labuan Bajo Kab.
Donggala
Tandoleo PPI Kab. Toli-
toli
Grafik 2. Produksi Mutu Ikan di PPI Propinsi Sulawesi Tengah
Produksi ikan hasil tangkpan di PPI Propinsi Sulawesi Tengah pada umumnya didominasi oleh mutu III hal ini terlihat dari
53
grafik tersebut diatas dimana produksi ikan mutu III mencapai 72,04 % dari total produksi ikan tangkapan yaitu 155.362 kg.
Data Nilai Mutu Produksi Ikan Di PPI Propinsi Sulawesi Tengah.
Tabel 2. Nilai Mutu Produksi Ikan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI ) Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011
No. Kabupaten Mutu I(nilai) Mutu II (Nilai 1. PPI Paranggi Parimo 392.888.000 163.100 2. PPI Pagimana Kab
Banggai
- 46.590.000
3. PPI Labuan Bajo
Donggala
40.450.500 74.159.250
4. PPI Tandoleo Kab
Toli-Toli
6.535.200 5.028.880
Jumlah 439.873.700 28..878.050
Sumber : DKP Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2011
Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Provinsi Sulawesi Tengah yang memberikan kontribusi besar bagi pendapatan daerah dari hasil tangkapan tuna adalah PPI Labuan Bajo
54
Kabupaten Donggala dan PPI Tandoleo Kabupaten Toli-toli yaitu sebesar 50 % dan 49 % dari total nilai produksi mutu III sebesar Rp 1.640.582.634,-. Grafik Nilai Produksi Ikan di empat PPI Propinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat di bawah ini.
100,000,000 - 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 700,000,000 800,000,000 900,000,000
PPI Paranggi
Kab. Parimo PPI Pagimana Kab. Banggai
PPI Labuan Bajo Kab.
Donggala
Tandoleo PPI Kab. Toli-toli
Mutu Mutu Mutu
Grafik 3.: Nilai Mutu Produksi Ikan Di PPI Propinsi Sulawesi Tengah
Hasil data grafik tersebut diatas nilai mutu I tertinggi di Pangkalan Pendaratan Ikan(PPI) Paranggi yang memberikan
55
nilai kontribusi sebesar 89 % dari total produksi sebesar Rp 439.873.700,-. PPI yang tidak mempunyai produksi dan nilai mutu I adalah PPI Pagimana Kab.Banggai.
4.3.Estimasi Maksimum Social Yield (MSCY) Di Pelabuhan Pagimana
Fungsi Ln(Ut+1) = a ln(qK) + b ln(Ut) + c (E + Et+1)
Et_Et1 float %9.0g Et + Et+1 lnEt float %9.0g
lnUt float %9.0g
variable name type format label variable l
storage display value
_cons .4675193 3.038929 0.15 0.885 -7.9699
Et_Et1 .0002289 .0029508 0.08 0.942 -.0079638 lnUt .2072605 .4682525 0.44 0.681 -1.092817
F.lnUt Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf
Total .156802962 6 .026133827 Root MSE Adj R-square Residual .148605303 4 .037151326 R-squared Model .008197659 2 .004098829 Prob > F F( 2, 4 Source SS df MS Number of ob
Fungsi Ln(Ut+1) = a ln(qK) + b ln(Ut) + c (E + Et+1)
56
Ln (Ut=1) = -0.067421 (qK) + 0.0046784 (Ut) + 0.0002289 (E + Et+1)
4.4.Persamaan Maximum Economic Yield (MEY) di Di Pelabuhan Pagimana
Fungsi Ln(Ut+1) = a ln(qK) + b ln(Ut) + c (E + Et+1) Ln(Ut+1) = 0.4675(qK)- 0.2072(Ut) - 0.00022(Et+Et+1)
a = 0.4675193
b = 0.2072605
c = 0.0002289
r = pertumbuhan intrinsik
r = 2(1-b)/(1 + b)
r = 1.3132
q = koefisien tangkap
57
q = -c (2+r)
q = -1.549
K = daya dukung lingkungan
K = ea(2+r)(2r) / q
K = -37.7506457499657
Upaya Optimal
E* = r/2q (1 - c/pqK)
E* = 0.0109633009101564
Catatan :
p = Harga Ikan = 25000
c = Biaya Operasional = 57988479 h = tingkat panen atau hasil optimal h* = rK/4(1 + c/pqK) (1-c/pqK) h* = 19488.8110368415
Manfaat ekonomi optimal π = ph* - cE*
58 π = 486584530.776439
b.Pelabuhan Pagimana Kabupaten Banggai Fungsi Ut = a – bEt
_cons -.0840752 .0655932 -1.28 0.247 -.24457
et .0073397 .0018123 4.05 0.007 .00290
ut Coef. Std. Err. t P>|t| [95% C
Total .006937874 7 .000991125 Root MSE Adj R-squ Residual .001858199 6 .0003097 R-squared Model .005079675 1 .005079675 Prob > F F( 1, Source SS df MS Number of
Regresi y = a + bx a = -0.0840752 b = 0.0073397
y = -0.0840752 + 0.0073397
Ut = a - bEt
Ut = -0.084 - 0.00733 Et
59 a = -0.0840752
b = 0.0073397
CMSY = a² / 4b
CMSY = -0.084² / (4 x 0.00733 ) CMSY = 0.240767
CMSY = a / 2b
CMSY = -0.084 / (2 x 0.00733 )
CMSY = -5.72742,artinya hasil yang diperoleh negatif - 5,72742 yaitu Pengelolaan penangkapan tuna di kecamatan pagimana Kabupaten Luwuk pengelolaan yang dilakukan oleh pelabuhan PPI dan nelayan tidak optimal . salah satu disebabkan karena sarana dan prasarna tidak menunjang di dalam pengelolaan ikan tuna , dan pengadaan es batu untuk melaut tidak mencukupi kapasitas penangkapan dan sangat terbatas, dan penyediaan solar untuk bahan bakar minyak armada perikanan sangat terbata, dan alat penangkapan terbatas.
60
Fungsi Ln(Ut+1) = a ln(qK) + b ln(Ut) + c (E + Et+1)
Et_Et1 float %9.0g Et + Et+1 lnEt float %9.0g
lnUt float %9.0g
variable name type format label variable label
storage display value
_cons -6.222103 1.29028 -4.82 0.009 -9.804493 -2.
Et_Et1 .0451154 .012238 3.69 0.021 .0111372 .0 lnUt -.7194327 .3030772 -2.37 0.077 -1.56091 .1 F.lnUt Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Int Total .196992059 6 .03283201 Root MSE = Adj R-squared = Residual .044727369 4 .011181842 R-squared = Model .15226469 2 .076132345 Prob > F = F( 2, 4) = Source SS df MS Number of obs =
Fungsi Ln(Ut+1) = a ln(qK) + b ln(Ut) + c (E + Et+1)
Ln (Ut=1) = -6.222103 (qK) + -0.7194327 (Ut) + 0.0451154 (E + Et+1)
Fungsi Ln(Ut+1) = a ln(qK) + b ln(Ut) + c (E + Et+1) Ln(Ut+1) = -6.222(qK)- -0.719(Ut) - 0.04511(Et+Et+1)
a = -6.222103
b = -0.7194327
61
c = 0.0451154
r = 2(1-b)/(1 + b)
r = 12.256
q = -c (2+r)
q = 88.707
K = ea(2+r)(2r) / q
K = 0
E* = r/2q (1 - c/pqK)
E* = 0.0690856732844185
Catatan :
p = Harga Ikan = 15000
c = Biaya Operasional = 3337371
62
h* = rK/4(1 + c/pqK) (1-c/pqK)
h* = 0
π = ph* - cE*
π = -230564.522534893 mempunyai nilai negatif artinya bahwa Pengelolaan penangkapan tuna di kecamatan pagimana Kabupaten Banggai pengelolaan yang dilakukan oleh pelabuhan PPI dan nelayan tidak optimal . salah satu disebabkan karena sarana dan prasarna tidak menunjang di dalam pengelolaan ikan tuna , dan pengadaan es batu untuk melaut tidak mencukupi kapasitas penangkapan dan sangat terbatas, dan penyediaan solar untuk bahan bakar minyak armada perikanan sangat terbata, dan alat penangkapan terbatas.
63
4.5.Pembangunan Subsektor Perikanan Tangkap Tuna dan Arahan Strategi Pengembangan Pelabuhan Perikanan Tangkap di Kecamatan Pagimana Kab Banggai
Dalam upaya memberikan arahan strategi pengembangan perikanan tangkap di Kecamatan Pagimana, dilakukan analisis kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) atau lazin disebut SWOT dengan melihat faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). Ketersediaan stok/konsistensi pasokan ikan, jaringan distribusi pemasaran, merupakan suatu kekuatan dalam rangka pengembangan perikanan skala kecil.
Untuk menentukan Strategi SWOT pengembangan perikanan tuna kecil dan tuna besar di Kecamatan Pagimana, maka teknik yang digunakan adalah mencari strategi dari keempat faktor tersebut, yaitu:
64
• Strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
• Strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
• Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
• Strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defesif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
4.6.Analisis SWOT Internal PPI Pelabuhan Pagimana Tahun 2007
Analisis ini merupakan kondisi internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pembentukan kelompok usaha bersama yang telah berlalu (history Internal Tuna), sampai dengan tahun 2012. Penjelasan Faktor Internal pada kolom matrix faktor strategis tersebut berikut ini dengan rentang jaw jawaban skor antara 4,3,2,dan 1. Skor dijawab 3 atau 4 menunjukkan faktor strategis tersebut merupakan kekuatan yang makin besar,
65
sedangkan jawaban responden skor 2 atau 1 menunjukkan faktor strategis itu merupakan kelemahan pengembangan armada kapal penangkapan ikan . Hasil SWOT Internal Faktor Strategis terdiri dari 9 (sembilan) pertanyaan) yaitu: 1).
Ketersediaan stok/konsistensi pasokan ikan, 2). Ikan mengandung zat berbahaya, 3). Fasilitas pergudangan, 4).
Peralatan tangkap ikan, 5). Infrastruktur pelabuhan, 6). Jaringan distribusi pemasaran, 7). Modal internal bagi pengembangan usaha, 8). Manajemen pengelola kelompok, 9) Sumber Daya Manusia nelayan. Dan penjelasan faktor Eksternal di dalam faktor Strategis terdapat 9 (sembilan) pertanyaan dan kekuatan/kelemahan di nilai dari tahun 2007-2012. Faktor Strategis meliputi 1). Peluang pengembangan usaha ke depan, 2). Dukungan pemerintah daerah, 3). Iklim, 4). Ancaman bencana alam, 5). Daya dukung lingkungan, 6). Nelayan dari luar daerah/luar negeri, 8).Kondisi perekonomian daerah, 9).Lembaga Keuangan Penyedia Modal. Untuk melihat hasil SWOT Faktor Strategis Internal Pengembangan Armada kapal ikan di perairan Selat Makasar, dapat dilihat pada tabel Matrix dibawah ini.
66
Unsur SWOT pada faktor strategi internal pengembangan armada ikan pelagis tuna di Kecamatan Pagimana, bertolak pada matrik keterkaitan faktor internal, eksternal dan hasil analisis SWOT, maka dapat ditentukan Strategi dan pengembangan perikanan tangkap khususnya ikan pelagis tuna di Kecamatan Pagimana sebagai berikut :
Strategi 1. Kelemahan
Kurangnya fasilitas pergudangan menjadi factor terpenting dimana hasil analisis SWOT mempunyai skor tertinggi yakni AXB = 0.26 , disusul peralatan tangkap ikan dengan skor AXB
= 0.22, Infrastruktur pelabuhan dengan skor AXB = 0.20, manajemen pengelola kelompok yang masih rendah dengan skor AXB = 0.12, rendahnya kualitas SDM nelayan dengan skor AXB = 0.11, ikan mengandung zat berbahaya Berikut ini Masih banyaknya ikan mengandung zat berbahaya dan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat, strategi ini perlu diterapkan karena sebahagian solar, minyak dan bahan-bahan berbahaya dibuang dilaut dengan skor AXB = 0.11, kurangnya penyedia modal internal bagi pengembang usaha masih
67
dengan skor AXB = 0.10, merupakan unsur kelemahan dalam rangka meningkatkan produktivitas usaha penangkapan.
Strategi 1. Kekuatan
Ketersediaan stok / konsistensi pasokan ikan yang menjadi satu kekuatan dengan skor AXB = 0.33, disusul dengan jaringan distribusi pemasaran dengan skor AXB = 0.33. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3 Matrik Faktor Strategi Internal Pengembangan Penangkpan Tuna di Kec Pagimana Kab Banggai
Tahun 2007
Kode Unsur SWOT Bobot Rating Skor
Interrnal A B AXB
Kekuatan K1 K1 Ketersediaan
stok/konsistensi pasokan ikan
Jaringan distribusi pemasaran
0.11 0.11 3
3 0.33 0.33
Kelemahan L1 L2
L3 L4 L5 L6 L7
Ikan mengandung zat berbahaya Fasilitas pergudangan
Peralatan tangkap ikan Infrastruktur pelabuhan
Modal internal bagi pengembang usaha
Manjemen pengelola kelompok
0.11 0.13 0.11 0.10 0.10 0.12 0.11
1 2 2 2 1 1 1
0.11 0.26 0.22 0.20 0.10 0.12 0.11
68 SDM nelayan
Total 1.00 1.78
Sumber: Data primer olahan 2011, pelabuhan PPI Kecamatan Pagimana
Faktor Eksternal
Faktor strategis di dalam item pertanyaan terdiri dari 9 (sembilan) pertanyaan yaitu :1). Peluang pengembangan usaha ke depan, 2). Dukungan pemerintah daerahm 3). Iklim, 4).
Ancaman bencana alam, 5). Daya dukung lingkungan, 6).
Nelayan dari luar daerah/luar negeri, 8). Kondisi perekonomian daerah, 9).Lembaga keuangan penyedia modal. Adapun kekuatan/kelemahan dari tahun 2007- 2012. Penjelasan ini dapat dilihat di dalam matrix pada tabel faktor external pengembangan aramada ikan pelagis tuna di Pelabuhan PPI Pagimana Kab Banggai, dapat dilihat penjelasan pada matrix dibawah ini : Unsur External pada peluang yaitu 1) skor nilai tertinggi pada peluang pengembangan usaha kedepan dengan
69
nilai AXB = skor 39, menduduki rangking 1 pada grafik ini akan memperlihatkan ada peluang untuk usaha kedepan, artinya sarana-sarana perlu diperbaiki , sarana pabrik es, sarana armada ikan, 2). Iklim dengan nilai skor AXB = 0,30 artinya iklim didalam penangkapan ikan pelagis tuna musiman tergantung masa panen dan masa paceklik. Musim panen nelayan dapat diketahui yaitu bulan Juni, Juli, Oktober, Nov dan Desember, dan musim paceklik, Januari, Februari, Maret, April dan Agustus.Iklim sangat tergantung para nelayan melaut, dan iklim sangat berpengaruh pada produksi ikan pelagis, jika iklim baik, maka produksi ikan banyak, dan jika iklim buruk maka hasil produksi ikan yang ditempuh selama 2-3 malam kurang berhasil, karena banyak ancaman dan tantangan.strategi perlu adanya penyuluhan kepada para nelayan agar menjalankan kegiatan pengelolaan sumber daya ikan pelagis dapat berjalan secara optimal, dan menguntungkan para nelayan.
Unsur external pada ancaman yaitu 1) kurangnya dukungan pemerintah daerah terhadap nelayan menjadi ancaman nomor satu dikecamatan pagimana sehingga lambat
70
laun nelayan di daerah tersebut akan berkurang dibuktikan dengan skor AXB = 0.22 , faktor 2) yaitu daya dukung lingkungan dan kondisi perekonomian daerah yang yang masih rendah dengan skor AXB = 0.20, factor ke 3) kurangnya penyedian modal bagi para nelayan dengan skor AXB = 0.18 merupakan faktor ancaman oleh karena itu pemerintah kecamatan pagimana yaitu ancaman bencana alam dengan skor AXB = 0.13 dimana provinsi Sulawesi Tengah merupakan supermarket bencana semua jenis bencana ada, terbatas dalam mengelola hasil tangkapan dengan skor AXB = 0.12, dengan hasil tersebut maka diharapkan kepada pemerintah kecamatan pagimana kabupaten Banggai kiranya bisa bekerja sama dengan pihak pemerintah daerah agar lebih memperhatikan nasib para nelayan.
Tabel 4 Matrik Faktor Strategi Eksternal Pengembangan Ikan Tuna Thn 2008 di Pelabuhan Pagimana Kabupaten Banggai
Kode Unsur SWOT Bobot Rating Skor
Eksternal A B AXB
71
Peluang P1 P2 Peluang pengembangan usaha ke depan
Iklim 0.13
0.10 3
3 0.39 0.30
Ancaman A1 A2
A3 A4 A5 A6 A7
Dukungan pemerintah daerah Ancaman bencana alam Daya dukung lingkungan
Nelayan dari luar daerah/luar negeri Kebijakan import ikan dari luar negeri Kondisi perekonomian daerah Lembaga keuangan penyedia modal
0.11 0.13 0.10 0.12 0.12 0.10 0.09
2 1 2 1 1 2 2
0.22 0.13 0.20 0.12 0.12 0.20 0.18
Total 1.00 2.00
Sumber: Data primer olahan 2012, pelabuhan PPI Kecamatan Pagimana
Tabel 5 Model Matrik Analisis SWOT Pelabuhan Pendaratan Ikan PPI Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2009
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan 1. Ketersediaan
stok/konsiste nsi pasokan ikan 2. Jaringan
distribusi pemasaran
Kelemahan
1. Ikan mengandung zat berbahaya 2. Fasilitas pergudangan
3. Peralatan tangkap ikan 4. Infrastruktur pelabuhan
5. Modal internal bagi pengembang usaha 6. Manjemen pengelola kelompok 7. SDM nelayan
Peluang
Peluang pengembangan usaha ke depan
Iklim
Kebijakan KP Kebijakan LP
Ancaman
1. Dukungan pemerintah daerah
2. IAncaman bencana alam 3. Daya dukung lingkungan
Kebijakan KP Kebijakan LP
72
4. Nelayan dari luar daerah/luar negeri
5. Kebijakan import ikan dari luar negeri
6. Kondisi perekonomian daerah
7. Lembaga keuangan penyedia modal
Sumber: Data primer olahan 2012, pelabuhan PPI Kecamatan Pagimana
4.7.Analisis SWOT Internal Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Pagimana Tahun 2008
Analisis ini merupakan kondisi internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pembentukan kelompok usaha bersama yang telah berlalu (history Internal Tuna), sampai dengan tahun 2012. Penjelasan Faktor Internal pada kolom matrix faktor strategis tersebut berikut ini dengan rentang jawaban skor antara 4,3,2,dan 1. Skor dijawab 3 atau 4 menunjukkan faktor strategis tersebut merupakan kekuatan yang makin besar, sedangkan jawaban responden skor 2 atau 1 menunjukkan faktor strategis itu merupakan kelemahan pengembangan armada kapal penangkapan ikan . Hasil SWOT Internal Faktor Strategis terdiri dari 8 (delapan) pertanyaan
73
yaitu: 1). ketersediaan stok/konsistensi pasokan ikan, 2). ikan mengandung zat berbahaya, 3). fasilitas pergudangan, 4).
Peralatan tangkap ikan, 5). infrastruktur pelabuhan, 6). jaringan distribusi pemasaran, 7). modal internal bagi pengembangan usaha, 8). manajemen pengelola kelompok, dan penjelasan faktor eksternal di dalam faktor strategis terdapat 8 (delapan) pertanyaan dan kekuatan/kelemahan di nilai dari tahun 2007- 2012. Faktor strategis meliputi 1). peluang pengembangan usaha ke depan, 2). dukungan pemerintah daerah, 3). iklim, 4).
ancaman bencana alam, 5). daya dukung lingkungan, 6).
nelayan dari luar daerah/luar negeri, 8).kondisi perekonomian daerah, Untuk melihat hasil SWOT Faktor strategis internal Pengembangan armada kapal ikan di perairan Teluk Tomini dapat dilihat pada tabel matrix dibawah ini.
Faktor Internal
Unsur SWOT pada faktor strategi internal pengembangan armada ikan pelagis tuna di Kecamatan Pagimana, bertolak pada matrik keterkaitan faktor internal, eksternal dan hasil analisis SWOT, maka dapat ditentukan Strategi dan
74
pengembangan perikanan tangkap khususnya ikan pelagis tuna di Kecamatan Pagimana sebagai berikut :
Strategi 1.Kelemahan
Kurangnya fasilitas pergudangan menjadi factor terpenting dimana hasil analisis SWOT mempunyai skor yakni AXB = 0.22 , disusul peralatan tangkap ikan dengan skor AXB = 0.26, Infrastruktur pelabuhan dengan skor AXB = 0.20, manajemen pengelola kelompok yang masih rendah dengan skor AXB = 0.11, rendahnya kualitas SDM nelayan dengan skor AXB = 0.12, ikan mengandung zat berbahaya Berikut ini Masih banyaknya ikan mengandung zat berbahaya dan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat, strategi ini perlu diterapkan karena sebahagian solar, minyak dan bahan-bahan berbahaya dibuang dilaut dengan skor AXB = 0.10, kurangnya penyedia modal internal bagi pengembang usaha dengan skor AXB = 0.10, merupakan unsur kelemahan dalam rangka meningkatkan produktivitas usaha penangkapan.
Strategi 1.Kekuatan
Ketersediaan stok / konsistensi pasokan ikan yang menjadi satu kekuatan dengan skor AXB = 0.39, disusul
75
dengan jaringan distribusi pemasaran dengan skor AXB = 0.27.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 6. Matrik Faktor Strategi Internal Pengembangan Ikan Tuna Pelabuhan PPI Pagimana Tahun 2010
Kode Unsur SWOT Bobot Rating Skor
Internal A B AXB
Kekuatan
K1 K2 Ketersediaan stok/konsistensi pasokan ikan
Jaringan distribusi pemasaran
0.13 0.09 3
3 0.39 0.27
Kelemahan L1 L2
L3 L4 L5 L6 L7
Ikan mengandung zat berbahaya Fasilitas pergudangan
Peralatan tangkap ikan Infrastruktur pelabuhan
Modal internal bagi pengembangan usaha
Manajemen pengelola kelompok SDM nelayan
0.10 0.11 0.13 0.10 0.11 0.11 0.12
2 2 2 2 2 2 2
0.24 0.24 0.20 0.24 0.20 0.26 0.20
Total 1.00 1.78
Sumber: Data primer olahan 2012, pelabuhan PPI Kecamatan Pagimana
Faktor Eksternal