• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN KURIKULUM BERBASIS PESANTREN MODERN DI SMAIT AL-KAHFI BOGOR TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN KURIKULUM BERBASIS PESANTREN MODERN DI SMAIT AL-KAHFI BOGOR TESIS"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KURIKULUM BERBASIS PESANTREN MODERN DI SMAIT AL-KAHFI BOGOR

TESIS

Disusun untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)

Oleh: Muflikhun 21180181000031

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020 M/1441 H

(2)
(3)
(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam tesis ini berpedoman pada buku “Pedoman Penullisan Kaya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh Tim CeQDA (Center For Quality Development dan Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

A. Konsonan

ARAB NAMA LATIN KETERANGAN

ا

Alif - Tidak dilambangkan

ب

Ba‟ B Be

ت

Ta‟ T Te

ث

Tsa‟ Ts Te dan es

ج

Jim J Je

ح

Ḥa‟ Ḥ Ha dengan titik di bawah

خ

Kha‟ Kh Ka dan Ha

د

Dal D De

ذ

Dzal Dz De dan zet

ر

Ra‟ R Er

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy Es dan ye

ص

Ṣad Ṣ Es dengan titik di bawah

ض

Ḍad Ḍ De dengan titik di bawah

ط

Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah

ظ

Ẓa Ẓ Zet dengan titik di bawah

ع

„Ain „ Koma terbalik

غ

Ghain Gh Ge dan ha

ف

Fa F Fa

ق

Qaf Q Qi

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Em

ن

Nun N En

و

Wau W We

(7)

vii

ء

Hamzah „ Apstrof

ي

Ya‟ Y Ye

B. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal, vocal rangkap, dan vocal panjang. Ketiganya adalah sebagai berikut:

1. Vokal Tunggal

Tanda Vokal Nama Latin Keterangan

َ ا Fatḥaḥ A A

َ ا Kasraḥ I I

َ ا Ḍammaḥ U U

Contoh:

َرصن : Naṣaara dan َبتك : Kataba

2. Vokal rangkap

Tanda Vokal Nama Latin Keterangan

ي ى Fatḥaḥ dan Ya’sakun Ai A dan I

و ى Fatḥaḥ dan Wau sakun Au A dan U

Contoh:

َسيل : Laisa لوح : ḥaula

3. Vokal panjang

Tanda Vokal Nama Latin Keterangan

ا ب Fatḥaḥ dan Ba Ā A dengan garis di atas ي ب Kasrih dan Ba Ī I dengan garis di atas و ب Ḍammah dan Ba Ȗ U dengan garis di atas

(8)

viii ABSTRAK

Judul : Manajemen Kurikulum Berbasis Pesantren Modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor

Penulis : Muflikhun NIM : 21180181000031

Tesis ini membahas manajemen kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor. Kajiannya dilatar belakangi oleh keberadaan pesantren yang hingga sampai saat ini masih dianggap sebagai sebuah lembaga pendidikan kelas dua. Hal tersebut disebabkan tidak sedikit dari mereka yang lulus pesantren kemampuan IPTEKnya kurang begitu memadai, sehingga dapat dikatakan output pesantren serba nanggung. Oleh karenanya kurikulum berbasis pesantren modern dianggap sebagai salah satu solusi yang tepat untuk menjawab keraguan tersebut, dimana pesantren disatu sisi merupakan pusat pembelajaran ilmu agama Islam, disisi lain pesantren juga mampu mencetak lulusan yang berkualitas dari segi ilmu pengetahuan umum.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di SMAIT Al-Kahfi Bogor. Sekolah tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan potret dari manajemen pendidikan kurikulum yang berbasis pesantren modern. Data yang penulis peroleh adalah dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian dari setiap data tersebut dianalisis dengan menggukan siklus interaktif dengan komponen reduksi data (data reduction), sajian data (data display), serta penggambaran kesimpulan (conclution drawing).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor disamping mengikuti arahan pemerintah, juga pengembangannya dilakukan dengan pola pesantren yang kekinian. Sedangkan manajemen kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor antara lain: (1) Perencanaan yang meliputi beberapa kegiatan diantaranya: penentuan tujuan, penentuan visi dan misi sekolah, dan penentuan jadwal kegiatan (2) Pengorganisasian yang meliputi: pengelompokan mata pelajaran berdasarkan masing-masing jurusan (IPA dan IPS), pengelompokan program-program ekstrakulikuler wajib dan pilihan. (3) Pelaksanaan kurikulumnya dengan menentukan jadwal pelajaran, menggunakan RPP, menerapkan sistem kelas, masjid dan asrama homogen. Selain itu juga didukung oleh kecakapan para guru dalam mengajar, kebanyakan dari mereka adalah yang telah mengerti kultur pesantren, oleh karenanya pembelajaran ala pesantren yang mereka bawakan cukup efektif. Pelaksanaan kurikulum berbasis pesantren modern juga tampak pada sistem pengajaran pada mata pelajaran kepesantrenan yang disejajarkan dengan mata pelajaran umum, baik dari segi waktu, tempat dan metode pembelajarannya. (4) Pengawasan kurikum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor juga sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, hal tersebut dapat dilihat dari teknik-teknik supervise yang terapkan, diantaranya adalah: kunjungan dan observasi kelas, pembicaraan individual, diskusi atau pertemuan kelompok, demonstrasi mengajar, serta perpustakaan profesional. (5) Evaluasi kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan model CIPP (context, input, process dan product).

(9)

ix

Title : Curriculum Management Based on Modern Islamic boarding school at SMAIT Al-Kahfi Bogor

Author : Muflikhun NIM : 21180181000031

This thesis discusses about the curriculum management based on modern Islamic boarding school at SMAIT Al-Kahfi Bogor. The background of this study is that the Islamic boarding school is still considered as a second-class educational institution. This is due to the large number of Islamic boarding school graduates whose knowledge skills are generally inadequate so that the output of the Islamic boarding school is considered imperfect. Based on this case, the modern Islamic boarding school curriculum is considered as one of the right solutions to answer these doubts, where the Islamic boarding school is as a center for learning Islamic religious sciences, on the other hand the Islamic boarding school is also capable of producing quality graduates in terms of general science.

This study uses a descriptive research method with a qualitative approach. These problems were discussed through a field study conducted at SMAIT Al-Kahfi Bogor. The school is used as a source of data to obtain a portrait of curriculum management based on modern Islamic boarding school. The data is obtained by means of interviews, observation, and documentation. All data were analyzed using an interactive cycle whose components include data reduction, data display, and conclusion drawing.

The result of this study indicates that the curriculum based on modern Islamic boarding schools at SMAIT Al-Kahfi Bogor is not only following government decisions but also developed with the modern Islamic boarding school patterns. Meanwhile, curriculum management based on modern Islamic boarding school at SMAIT Al-Kahfi Bogor includes: (1) Planning which includes several activities including: setting goals, determining the vision and mission of the school, and determining the schedule of activities (2) Organizing which includes: grouping subjects based on each major (IPA and IPS), grouping compulsory and elective extracurricular programs. (3) Implementation of the curriculum by determining lesson schedules, using lesson plans, implementing a homogeneous class system, mosques and dormitories. In addition, it is strongly supported by the ability of teachers who teach, most of whom have understood the culture of the Islamic boarding school, so that the learning of the Islamic boarding school model is quite effective. The implementation of the Islamic boarding school-based curriculum can also be seen in the teaching system of Islamic boarding school subjects which are aligned with general subjects, both in terms of time, place and learning methods. (4) Supervision of curriculum based on modern Islamic boarding schools at SMAIT Al-Kahfi Bogor in accordance with applicable regulations. This can be seen from the supervision techniques used, including: class visits and observations, individual talks, group discussions or group meetings, teaching demonstrations and professional libraries. (5) Curriculum evaluation based on modern Islamic boarding school at SMAIT Al-Kahfi Bogor is implemented using the CIPP model (context, input, process, and product).

(10)

x

صلخخظم

ةزادئ :ناىىعلا

تُلخادلا ضزادلما ضاطأ ىلع يمُلعخلا جهىلما

نىحلفم :ثحابلا

:بلاطلا مكز

32211212111142

( تُلخادلا ضزادلما ضاطأ ىلع يمُلعخلا جهىلما ةزادئ يف ثحبج تلاطسلا هره

Pesantren

تطزدم يف تثًدحلا )

SMAIT Al

Kahfi

ججاه سمالأ اره .تٍىهاث تطزدم تُلخادلا ضزادلما ربخعح يتلا عمخجلما سظه تهحو ىلع تُيبم تطازدلا هره .زىغىب يف

ط ةسهاظ ًم

يجٍسخ نأ لالً ههئ ىتح ،اُحىلىىكخلاو تماعلا مىلعلا لاجم يف تُلخادلا ضزادلما يجٍسخ ثازدك فع

جهىلما ربخعٌ اًاظللا هره ًم اكلاطها .تماعلا مىلعلا لاجم يف اركو يعسشلا ملعلا لاجم يف جضىً لا تُلخادلا ضزادلما

ف لمأ صُصب ىه تثًدحلا تُلخادلا ضزادلما ضاطأ ىلع يمُلعخلا

مُلعح صكسم يه تُلخادلا ضزادلماف .اًاظللا هره لح ي

.تماعلا مىلعلا لاجم يف ءافكأ زداىك جٍسخخل يمُلعح صكسم ذكىلا عفه يف اهنأ امك تُملاطالإ مىلعلا

تُهادُم تُعكاو تطازد ىلع ءاىب ضسعح تلاطسلا هره اًاظك .يعىه بىلطأب اُفصو اجهىم جهىج تلاطسلا هره يف تطزادلا

طزدم يف

ت

SMAIT Al Kahfi

ضزادلما ضاطأ ىلع يمُلعخلا جهىلما مُبطخل احذىمه رخخج تطزدلما كلج نأ ثُحب زىغىب

يف .لُجسدلاو تظحلالماو نيلوإظلما تلبالم تُلمع للاخ ًم اهتاهاُبو تلاطسلا ثامىلعم ىلع ثحابلا لصحً .تُلخادلا

اهاُبلاو ثامىلعلما كلج تطازدب ثحابلا مىلً تُهاثلا تطخلا

ثاهاُبلا تُفصج ًم نىكخج تُلعافج تٍزود ثاىطخ ىلع ث

.تجُدىلا ضسعو ثاهاُبلا ضسعو

تطزدم يف تُلخادلا ضزادلما ضاطأ ىلع يمُلعخلا جهىلما نأ اىل نيبج تلاطسلا هره يف تطازدلا تجُده

SMAIT Al Kahfi

اعلما بُلاطأ ةاعاسم عم تمىكحلا لبك ًم ضوسفلما مُلعخلا جهىلما مبطج زىغىب

يمُلعخلا جهىلما امأ .اهتافالثو تُملاطالإ ده

( :يهف تطزدلما اهلبطً يتلا تُلخادلا ضزادلما ضاطأ ىلع

2

دًدحج :اهنم ثاىطخ ةدع ىلع لمخشٌ يرلا تطخلا عطو )

( تطشوالأ دُعاىم دًدحجو اهتلاطزو تطزدلما تٍؤز دًدحجو فدهلا

3

بظح ىلع داىلما مُظلج ىلع لمخشٌ يرلا مُظىخلا )

ماظكأ

( .تٍزاُخو تبحاو تطشوأ ىلئ تُفصلالا تطشوالأ مُظلج ،)تُعامخحالا مىلعلا مظكو مىلعلا مظك( تطزدلما

4

)

دجسلماو لىصفلا يف عواجخلما ماظىلا مُبطجو عَزدخلا تطخ تباخكو لودجلا عطو للاخ ًم يمُلعخلا جهىلما مُبطج

خلا تُلمع يف نيطزدخلا ةءافك ةىك جهىلما مُبطج فُظً .ًكظلاو

يف مُلعخلا صئاصخ اىفسع مهرثكأ نلأ كلذو ،مُلع

يواظدج ثُحب تُيًدلا داىلماو تماعلا داىلما عَشىج يف تُلخادلا ضزادلما ضاطأ ىلع يمُلعخلا جهىلما مُبطج سهظً .دهعلما

( .عَزدخلا تلٍسطو ناكلماو تصحلا زادلم يف داىلما

5

ثاىطخلا مفو نىكج جهىلما مُبطج ىلع تبكاسلما تُلمع )

،ةزسللما

قسط مُلعحو عامخحالاوأ يزىشلاو داسفالأ تشكاىمو اهتبكاسمو لصفلا ةزاٍش :اهنم فاسشالإ بُلاطأ للاخ ًم كلذ سهظٍو

( .تُفارتحالا تبخكلماو عَزدخلا

6

تلٍسطب مخً جهىلما تعحاسم )

CCIP

(

Context, Input, Process dan Product

ينعح يهو )

ىلاو تُلمعلاو دزاىلماو تكاُظلا

.جاخهالإ وأ تجُد

ةسردم ،ةيلخادلا سرادلما ساسأ ىلع يميلعتلا جهنلما ،ةرادإ :ةلادلا تاملكلا

SMAIT

(11)

xi

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah subhanallahu wata‟ala Tuhan Semesta Alam, syukur kami haturkan kepada Tuhan pencipta alam dengan segala isi dan hikmah. Yang telah memberikan rahmat, kesehatan, bimbingan dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan tesis dengan dengan judul “Manajemen Kurikulum Berbasis Pesantren Modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor” yang diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam (M.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Limpahan shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi tercinta Muhammad sallallahu alaihi wasallam guru terbaik sepanjang masa, beserta keluarga, sahabat seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.

Selanjutnya penulis menghaturkan beribu terimakasih kepada setiap pihak yang telah membimbing dan membantu di dalam penyusunan tesis ini. Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam telah mengatakan dalam hadisnya:

َوَّللا ِرُكْشَي َْلَ َساَّنلا ِرُكْشَي َْلَ ْنَم -ملسو ويلع للها ىلص - ِوَّللا ُلوُسَر َلاَق :َلاَق ٍديِعَس ِبَِأ ْنَع

Dari Abu Sa‟id (Al-Khudri) radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa belum berterima kasih kepada manusia, maka ia belum berterima kasih/bersyukur kepada Allah.” (HR. Ahmad no.11298).

Berdasarkan hadits di atas maka penulis bermaksud menyampaikan ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ketua Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Jejen Musfah, M.A terimakasih atas motivasi dan bimbingannya yang sangat luar biasa.

4. Dosen Pembimbing Tesis, Dr. Didi Suprijadi, M.M, beribu terimakasih atas setiap bimbingan, kritik, saran serta koreksi dalam penyusunan dan penulisan tesis.

5. Seluruh dosen yang telah mengajari penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua dosen penguji, Dr. Fauzan, M.A. dan Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd, terimakasih atas saran dan bimbingan yang luar biasa dan sangat berharga.

7. Seluruh Staff Tata Usaha, Sekretaris Prodi Magister Manajemen Pendidikan Islam dan Staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah, beribu terimakasih atas setiap bentuk bantuan dan pelayanan yang begitu hangat dan penuh profesionalisme.

8. Kedua orang tua penulis yang senantiasa mendoakan penulis disetiap sujudnya, ibunda Soimah dan ayahanda Abadi.

9. Istriku tercinta Maryam, terimakasih atas doa, saran dan support. Semoga kelak membawa keberkahan untuk keluarga kecil kita.

(12)

xii

10. Kepala Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu Al-Kahfi bapak Endang Rancasa, MS.i dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum ibu Khusnul Khotimah S.Pd. Terimakasih atas kesempatan dan waktu luang dan informasi yang telah diberikan. 11. Keluarga besar Pondok Pesantren Terpadu Al-Kahfi Bogor, terimakasih atas izin yang

diberikan dan kesempatan untuk melakukan penelitian sebagai sumber penulisan tesis, semoga SMAIT dan Pesantren Al-Kahfi terus maju dan berkembang.

12. Saudara-saudaraku dan keluarga besar bapak Abadi dan Suhandi. Terimakasih atas dorongan dan doa-doanya.

13. Keluarga besar Magister Manajemen Pendidikan Islam B angkatan 2018. Terimakasih atas kebersamaan, support dan doa-doanya, semoga ikatan persahabatan kita senantiasa tetap terjaga sepanjang masa.

14. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat ditulis satu persatu oleh penulis.

15. Almamaterku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercinta, terimakasih atas kesempatan studinya, semoga selalu jaya untuk menopang peradaban bangsa yang mendunia.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan tesis ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat kepada penulis dan dapat diterima oleh dosen penguji.

Pada akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini dapat diterima dan dapat memberikan manfaat bagi setiap yang membacanya, serta menjadikan nilai ibadah bagi penulis dan keluarga. Semoga apa yang telah diusahakan penulis merupakan sebuah bentuk perjuangan pendidikan untuk dapat menjadi hal yang bermanfaat bagi kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju masyarakat berkarakter, berilmu serta diridhoi Allah subhanallahu wataala. Atas semua bentuk perhatian, partisipasi dan dukungan penulis mengucapkan jazakumullah khairan katsiran.

Jakarta, 1 November 2020 Penulis,

(13)

xiii

COVER

SURAT PERNYATAAN ...

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS...

iii

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR HASIL ...

iv

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR PROMOSI TESIS ...

v

PEDOMAN TRANSLITERASI ...

vi

ABSTRAK ...

viii

KATA PENGANTAR ...

xi

DAFTAR ISI ...

xiii

DAFTAR TABEL ...

xv

DAFTAR GAMBAR ...

xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...

1

B. Identifikasi Masalah ...

5

C. Pembatasan Masalah ...

6

D. Rumusan Masalah ...

6

E. Tujuan Penelitian ...

6

F. Maanfaat Penelitian ...

6

BAB II KAJIAN TEORI A. Manajemen Kurikulum Berbasis Pesantren Modern ... 8

1. Pengertian Manajemen ... 8 2. Fungsi Manajemen ... 9 3. Pengertian Kurikulum ... 13 4. Fungsi Kurikulum ... 16 5. Jenis-Jenis Kurikulum ... 17 6. Manajemen Kurikulum ... 18

7. Fungsi Manajemen Kurikulum ... 21

8. Prinsip Manajemen Kurikulum ... 28

9. Pengertian Pesantren ... 29

10. Kurikulum Pesantren ... 30

B. Penelitian yang Relevan ... 40

C. Kerangka Konseptual ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

B. Metode Penelitian ... 48

C. Prosedur Pengumpulan Data ... 48

D. Teknik Analisis dan Pengolahan Data ... 49

E. Pengecekan Keabsahaan Data ... 50

(14)

xiv BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum tentang Pesantren Terpadu dan SMAIT ... 57 B. Penerapan Manajemen Kurikulum Berbasis Pesantren Modern

SMAIT Al-Kahfi Bogor ... 65 C. Pembahasan ... 93 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 96 B. Saran ... 96 C. DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN ... 104

(15)

xv

Tabel 2.1 Model pesantren berdasarkan bangunan fisik ... 36

Tabel 2.2 Perbedaan dan persamaan dengan penelitian terdahalu... 45

Tabel 3.1 Waktu penelitian ... 47

Tabel 3.2 Pedoman wawancara dengan Kepala Sekolah ... 52

Tabel 3.3 Pedoman wawancara dengan Waka Kurikulum ... 54

Tabel 3.4 Pedoman wawancara dengan Kepala Pengasuhan dan Masjid ... 54

Tabel 3.5 Pedoman observasi ... 55

Tabel 3.6. Jadwal observasi ... 56

Tabel 4.1 Jumlah siswa/i SMAIT Al-Kahfi Bogor tahun ajaran 2020-2021 .... 63

Tabel 4.2 Jadwal kegiatan rutin SMAIT Al-Kahfi Bogor ... 72

Tabel 4.3 Mapel SMAIT Al-Kahfi Bogor jurusan IPA ... 73

Tabel 4.3 Mapel SMAIT Al-Kahfi Bogor jurusan IPS... 74

Tabel 4.4 Program ektrakulikuler pilihan SMAIT Al-Kahfi Bogor ... 76

Tabel 4.5 Mata pelajaran dan kode guru ... 79

Tabel 4.6 Jadwal pelajaran SMAIT Al-Kahfi Bogor 2020-2021 ... 81

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 45

Gambar 4.1 Gedung dan Lokasi Pesantren Terpadu Al-Kahfi ... 57

Gambar 4.2 Prestasi Siswa ... 59

(17)

xvii

Lampiran 1. Foto Sarana dan Prasarana SMAIT Al-Kahfi Bogor ... 102

Lampiran 2. Foto Kegiatan Siswa SMAIT Al-Kahfi Bogor ... 106

Lampiran 3. Surat Izin Pengumpulan Data Penelitian ... 110

Lampiran 4. Surat Perjanjian Penelitian ... 111

Lampiran 5. Silabus Mata Pelajaran Nahwu SMAIT Al-Kahfi Bogor ... 112

(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu kunci untuk membuka wawasan manusia. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu negara. Pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi yang baik pula. Sehingga diperlukan landasan, kurikulum dan asas-asas yang baik di dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Suatu bangsa akan maju dan diakui eksistensinya dibidang pendidikan jika negara tersebut berhasil menerapkan kurikulum yang bisa memacu peserta didik untuk mau belajar dan terus berkembang.

Tujuan pendidikan nasional Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan dan cara hidup manusia lndonesia, yakni Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia, dicerminkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional seperti terdapat dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 2, yaitu: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pasal 2 ayat 2 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Undang-Undang nomor 55 tahun 2007 pasal 26 ayat 2 menyebutkan bahwa pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya pada jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, menengah, dan/atau pendidikan tinggi.

Melalui pendidikan diharapkan bisa menghasilkan para generasi penerus yang mempunyai karakter yang kokoh untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Akan tetapi, tidak sedikit pihak yang menilai bahwa karakter yang demikian ini justru mulai sulit ditemukan pada siswa-siswa sekolah pada umumnya. Banyak di antara mereka yang terlibat tawuran, narkoba dan sebagainya. Pada tanggal 10 Februari 2020 warga kelurahan Tegalega, Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor dikejutkan dengan tewasnya dua orang pelajar Sekolah Menengah Atas akibat luka bacok yang mereka derita akibat tawuran antar pelajar (http://www.radar.bogor, diakses pada tanggal 29 Agustus 2020 pukul 22.00 wib). Keadaan demikian menyentak kesadaran para pendidik untuk mengembangkan pendidikan berbasis karakter. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang merupakan subkultur masyarakat Indonesia yang fokus dibidang tersebut adalah pesantren. Pesantren adalah salah satu institusi yang unik dengan ciri-ciri khas yang sangat kuat dan lekat.

Pondok pesantren pada dasarnya memiliki fungsi meningkatkan kecerdasan bangsa, baik ilmu pengetahuan, keterampilan maupun moral. Fungsi kontrol moral dan pengetahuan agamalah yang selama ini melekat dengan sistem pendidikan pondok pesantren. Fungsi ini juga telah mengantarkan pondok pesantren menjadi institusi penting yang dilirik oleh beberapa kalangan masyarakat dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan derasnya arus informasi di era globalisasi. Apalagi kemajuan pengetahuan pada masyarakat modern berdampak besar terhadap pergeseran nilai-nilai agama, budaya dan moral (Jamaludin, 2012:2). Oleh karena berbagai tuntutan

(19)

kebutuhan dan masyarakat, maka pesantren terus berbenah dan mengembangkan berbagai aspek, sarana dan prasana, termasuk juga kurikulum.

Kurikulum merupakan sebuah alat pendidikan untuk mencapai mencapai perkembangan atau kemajuan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum sebagai alat penyedia berbagai bentuk kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk dapat merasakan proses kegiatan belajar mengajar atau pendidikan untuk mencapai tujuan nasional. Setiap materi pelajaran memilki tujuan tersendiri dan tidak sama dengan mata pelajaran yang lainnya. Kurikulum yang merupakan sarana kegiatan belajar memberikan dampak yang positif dalam kegiatan atau proses belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan seperti sekolah, sebagaimana halnya dengan tingkah laku peserta didik. Kurikulum merupakan program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematis dan logis, diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum merupakan sebuah program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang diformulasikan kegiatan yang tersusun secara sistematis dan pengetahuan, yang kemudian disajikan kepada peserta didik atas dasar tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial para siswa. Oleh sebabnya itu sangat diperlukan sebuah kurikulum yang bisa diterima dan dipahami oleh para siswa dan menyajikan nuansa yang seimbang dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah (Yamin, 2009:13).

Kurikulum Islam atau kurikulum pesantren merupakan salah satu diantara kurikulum yang menerapkan kegiatan belajar pada mata pelajaran agama Islam dan mata pelajaran umum dengan tujuan memberikan pengalaman belajar yang bermanfaat bagi siswa. Dengan kurikulum tersebut tentunya memberikan harapan baru dalam proses kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik dalam pembentukan karakter, etika dan ilmu yang baik ketika berada di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kurikulum tersebut memberikan efektif memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki agar kedepannya mampu dalam mengatasi masalah yang dihadapi, baik yang bersifat moral maupun keilmuan.

Tujuan pendidikan pesantren menurut Zamakhsyari dalam Zuhriy (2011:2) bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi semata, tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata-mata kewajiban dan pengabdian kepada Tuhan dan bangsa. Oleh karena itu, sebagai salah satu lembaga pendidikan pada umumnya, pesantren juga mempunyai tanggung jawab yang tidak kecil dalam pembentukan karakter para santri. Dalam struktur pendidikan nasional, pesantren merupakan mata rantai yang sangat penting. Hal ini tidak hanya karena sejarah kemunculannya yang sangat lama, tetapi karena pesantren telah secara signifikan ikut andil dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Penataan ulang kurikulum pendidikan pesantren didasari oleh beberapa pertimbangan seperti: (1) pendidikan pesantren memiliki kelemahan terutama faktor kepemimpinan, manajemen dan adanya disorientasi pengembangan sumber daya manusia dan ekonomi, sehingga orang tua yang memasukkan anaknya ke pesantren identik dengan golongan ekonomi kelas bawah, (2) pendidikan pesantren, oleh sebagian masyarakat dianggap kurang bermutu sehingga minat untuk memasukkan anaknya ke pesantren menurun, (3) manajemen kurikulum yang belum terealisasi dengan baik di lingkungan pesantren (Muhtifah, 2016:205).

Menurut Mastuhu dalam Hakim (2011: 171) sistem pendidikan atau kurikulum Islam memiliki beberapa kelemahan yang sama disandang oleh sistem pendidikan di Indonesia, seperti: 1. Mementingkan materi di atas metodologi, 2. Mementingkan

(20)

memori di atas analisis dan dialog, 3. Mementingkan pikiran vertical di atas literal, 4. Mementingkan penguatan otak kiri di atas otak kanan, 5. Materi pelajaran agama masih bersifat tradisional, belum menyentuh aspek rasional, 6. Penekanan yang berlebihan pada ilmu sebagai produk, bukan proses metodologinya, dan 7. Mementingkan orientasi “memiliki” di atas “menjadi”.

Sedangkan Abdurahman Mas‟ud dalam Sayyid (2017:23) mengemukakan bahwa kelemahan kurikulum pendidikan Islam secara umum: (1) Dunia pendidikan Islam kini terjangkit penyakit sindrom dikotomik, dan masalah hilangnya spirit of inquiry. (2) kurang berkembangnya konsep humanisme religius dalam dunia pendidikan Islam dan lebih berorientasi pada konsep “Abdullah” dari pada “khaliftullah” dan “Hablum min Allah” daripada “ Hablum min an-Nas”. (3) adanya orientasi pendidikan yang timpang, sehingga melahirkan masalahmasalah besar dalam dunia pendidikan Islam, dari persoalan filosofis sampai persoalan metodologis, bahkan sampai ke tradition of learning. Azyumardi Azra dalam Syahminan (2014: 248) mengatakan bahwa sistem pendidikan Islam masih tetap cenderung berorientasi kemasa silam ketimbang masa depan, atau dapat dikatakan kurang bersfiat future oriented. Di samping pendidikan Islam belum begitu dikelola dengan cara yang profesional. Dengan fenomena tersebut, sudah semestinya sistem pendidikan Islam mulai berbenah diri untuk berubah ke jalur yang lebih maju sesuai dengan tuntutan zaman. Maka hanya dengan respon yang tepatlah pendidikan Islam dapat lebih menonjol dari segi tata kelola, fungsi dan tujuan dengan harapan mampu membawa perubahan yang lebih positif untuk perkembangan Indonesia yang lebih modern dan kompleks.

Selanjutnya, selain kebutuhan kurikulum yang baik, ada juga faktor yang sangat penting dalam kesuksesan penerapannya. Pendekatan manajemen kurikulum yang terukur di bidang pandidikan merupakan upaya strategis yang memungkinkan pendidikan dapat terselenggara dengan baik dan mencapai tujuan yang dicita-citakan. Manajemen pendidikan memfokuskan perhatian pada langkah-langkah tertentu yang diambil oleh penyelenggara pendidikan untuk menjamin bahwa pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan waktu dan ukuran keberhasilan yang sudah ditentukan. Sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan, manajemen sangatlah penting, apalagi bidang yang direncanakan adalah bidang yang sangat subtansial yaitu pendidikan, yang merupakan langkah awal dalam pembentukan karakter sumber daya manusia.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang pada umumnya menyelenggarakan berbagai satuan pendidikan, baik dalam bentuk sekolah maupun madrasah, juga seyogianya menjadikan prinsip pengembangan kurikulum ke dalam kegiatan perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulumnya. Namun dalam praktiknya, butir ini tidak mudah dilakukan oleh semua pesantren, terlebih lagi pesantren klasik atau yang sering kita kenal dengan pesantren tradisional. Bagi kebanyakan pesantren, apalagi pesantren tradisional, kegiatan seperti perencanaan, implementasi, dan evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang belum populer dikalangan pengelola pesantren.

Ja‟far (2018:351-352) di dalam jurnal evaluasi mengatakan bahwa pesantren yang menjadi harapan masyarakat dan tempat menuntut ilmu bagi masyarakat dengan harapan mampu mengatasi problematika yang terjadi, ternyata pesantren itu sendiri juga mengahadapi problem di dalamnya seperti: manajemen dan perencanaannya yang tidak berjalan dengan baik, dengan kata lain yang penting jalan. Sehingga pesantren tersebut tidak mengalami kemajuan dan perkembangan. Keuangan, pengelolaan keuangan

(21)

pesantren pada umumnya dihasilkan oleh iuran santri, sementara banyak dari mereka berasal dari kalangan ekonomi kelas rendah. Akibatnya biaya operasional pesantren tidak stabil. Kesiswaan, dikarenakan para santrinya berasal dari pelosok desa dan bermata pencaharian pertanian, maka ketika musim panen tiba tidak sedikit dari wali santri meminta izin untuk meliburkan anakanya agar dapat membantu mereka, akan tetapi seiraing berkembangnya zaman hal tersebut mulai berkurang. Problem kurikulum, karena kebanyakan pesantren terutama yang salaf kurikulumnya masih tradisional sehingga lulusannya maksimal jadi guru ngaji atau penceramah, sebagian ada yang menjadi petani bahkan sebagian menjadi pengannguran (Ahmad, 1976: 76).

Menyadari kompleksitas dari masalah yang dihadapi mengharuskan pondok pesantren untuk berbenah diri dengan mencari cara atau alternatif solusi dengan mengadakan inovasi atau pembaharuan serta melakukan pengembangan disetiap aspek pendidikan, agar pesantren tidak terisolasi dari dunia pendidikan. Menurut Tolkhah dan Barizi dalam Hakim (2011:171) bahwa kurikulum pendidikan Islam, selain adanya kelemahan yang telah disebutkan sebelumnya, masih terdapat beberapa kekurangan atau titik lemah jika dihadapkan oleh perkembangan modernisasi, diantara kelemahan tersebut adalah: 1). Pendidikan Islam dianggap sudah tidak relevan dizaman yang penuh modernitas dan dipenuhi oleh pengetahuan teknologi dan reformasi diberbagai sektor, disebabkan hanya lebih fokus terhadap urusan agama saja, (2). Pendidikan Islam sampai saat ini dinilai masih belum mampu melahirkan manusia-manusia yang kompettitif yang penuh dengan teknologi dan informasi, sehingga yang menjadi tantangan adalah bagaimana pendidikan Islam mampu mengintegrasikan antara pendidikan agama dan teknologi, (3). sistem pendidikan Islam yang sampai saat ini hanya mengarahkan peserta didiknya hanya untuk menghafal (memorizing) sudah tidak relevan lagi dengan situasi dan kondisi saat ini.

Salah satu tantangan di dalam mengintegrasikan antara kurikulum diknas dan pesantren menurut ibu Husnul Khotimah sebagai waka kurikulum adalah banyaknya mata pelajaran-mata pelajaran syariah yang harus diajarkan seperti tafsir tematik, fiqih, tahfizh. Selain itu juga tentang pembelajaran bahasa Sunda yang merupakan tuntutan dari kulum muatan lokal, yang sampai saat ini belum bisa diajarkan di kelas. Begitu juga dengan pelajaran olahraga yang tidak kami masukkan jam pelajaran dipagi hari, hal tersebut dikarenakan padatnya jadwal pelajaran di kelas, akan tetapi agar nilai-nilai dari pelajaran tersebut tetap ada maka sekolah berinisiatif untuk memberikan waktu olahraga maupun bahasa Sunda dikegiatan-kegiatan sore hari. Selain itu, permasalahan yang juga dihadapi oleh SMAIT Al-Kahfi Bogor adalah akses informasi yang sangat terbatas bagi siswa, hal tersebut dikarenakan siswa memang tidak diperkenankan membawa hand phone. Disisi lain tidak bisa dipungkiri bahwa informasi-informasi perkembangan teknologi dan sebagainya sangat dibutuhkan oleh para siswa. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan Amrullah dan Zenib dalam Abjadia International Journal of Education (2016:126):

أ ،ٗ١ف هش لا بِّ ،خ٠ٛثشزٌا حسادلإا ٟف ب١عٌٕٛٛىزٌا َاذخزعا

دبٍِٛؼٌّا خ١ٕمر ْ

ِٓ شجزؼر دلابظرلااٚ

أ

بِ سذح

أ

ذح ذٕػ سٛطزٌا از٘ فلٛز٠ لاٚ ،خ٠ششجٌا يٛمؼٌا ٗزٕمر

،ٓ١ؼِ

أ

٢ا ْٚد حب١حٌا دلابغِ ِٓ يبغِ ٚ

خ١ٕمزٌا ٖزٌٙ ْبو ذمف .شخ

أ

خّ٘بغِ ٚ ش١جو شص

فٍزخِ ٍٝػ خٍػبف

أ

لإا ؽبشٌٕا ٗعٚ

ِٓ .ٟٔبغٔ

أ

ٟزٌا دلابظرلااٚ دبٍِٛؼٌّا دب١ٕمر ُ٘

و بِٙاذخزعا ٓىّ٠

أ

لإا داٚاد

ةٛعبحٌا :خ٠ٛثشزٌا حساد

ِٓ ْٛىز٠ ًِبو َبظٔ ٛ٘ٚ ،

لأا َبظٌٕا فئبظٚ ٞدإر ٟزٌا خطثاشزٌّا دبٔٛىٌّا ِٓ خػّٛغِ

:ٍٝػ ًّزشرٚ خ١عبع

أ

حضٙع

(22)

ئ

ؼٌّا حذحٚٚ ،دبٔب١جٌا يبخد

ٚ ،خ٠ضوشٌّا خغٌب

أ

ةٛعبحٌٍٚ .ٓ٠ضخزٌاٚ ،دبعشخٌّا حضٙع

لإا دبٍِٛؼٌّا ٓ٠ٚذرٚ ،ٍّٟؼٌا شحجٌا ٟف حدذؼزِ دبِاذخزعا

،دبفٌٍّا عفحو ،خ٠ساد

.دلاغغٌاٚ

خ١ٍّػ ٟ٘ ذؼث ٓػ يبظرلاا ًئبعٚ

ئ

ٍٝػ دبٍِٛؼٌّا يبعس

أ

،دٛظٌبو ًىش ٞ

أ

،حسٛظٌا ٚ

أ

ْبىِ ِٓ دبٍِٛؼٌّا ٚ

ئ

ٌٝ

آ

ًئبعٚ َاذخزعبث شخ

خ١ٔٚشزىٌا

أ

ٛػ ٚ

١ئ

ًضِ خ

دبٍِٛؼٌّا خحٌٛ ُظٔٚ ،ظوبفٌاٚ ،ٟرٛظٌا ذ٠شجٌاٚ ،ٟٔٚشزىٌلاا ذ٠شجٌا

Kurnia (2019:230) dalam jurnal tawazun menyatakan bahwa seiring perkembangan zaman, problem yang dihadapi oleh pesantren semakin kompleks. Pesantren dituntut untuk bersaing dengan lembaga pendidikan umum yang lebih modern. Jumlah pesantren di Indonesia terus mengalami peningkatan yang sangat pesat. Sayangnya, peningkatan jumlah tersebut tidak diiringi dengan peningkatan kualitas dan mutu pesantren. Bahkan pendidikan di pesantren mengalami kemerosotan yang tajam. Hal ini disebabkan banyak pesantren khususnya pesantren modern lebih mengutamakan pendidikan formalnya daripada pendidikan diniyahnya. Jadi, jangan heran jika ada santri yang mondok tiga sampai enam tahun tetapi tidak bisa membaca kitab. Meskipun demikian, tidak semua pesantren mengedepankan pendidikan formalnya daripada pendidikan diniyahnya. Saat ini sangat sulit menemukan pesantren yang benar-benar produktif dalam mencetak santrinya. Faktor lainnya yaitu kiyai sibuk kampanye partai dan calegnya, sampai-sampai menganak tirikan para santrinya. Sehingga kiai tidak lagi memberkahi santrinya. Berbeda dengan kiyai dulu yang lebih banyak meluangkan waktunya untuk mengurus pesantren dan para santrinya.

Berdasarkan uraian singkat yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kurikulum Berbasis Pesantren Modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dapat diidentifikasikan ke dalam beberapa masalah sebagai berikut:

1. Tujuan pendidikan nasional yang belum tercapai secara maksimal 2. Terjadinya tawuran antar pelajar

3. Anggapan sebagian masyarakat bahwa pendidikan pesantren kurang bermutu, sehingga timbul keraguan untuk memasukkan anaknya ke pesantren

4. Diantara kelemahan yang terdapat pada sistem pendidikan di Indonesia adalah : lebih mementingkan atau mengutamakan memori di atas analisis dan diskusi, lebih mementingkan penguatan otak kiri di atas otak kanan, penyampaian materi agama masih cenderung bersifat tradisional, belum beranjak keaspek rasional.

5. Pesantren dihadapkan dengan beberapa problem serius seperti: a. Penerapan manajemen dan perencanaan yang dilaksanakan seadanya atau dengan istilah lain dikatakan yang penting jalan, oleh karenanya pesantren belum mampu berkembang dengan baik dan maju. b. Keuangan, keuangan pesantren biasanya dihasilkan atau diperoleh darai iuran santri, sementara itu tidak sedikit santrinya adalah merfeka yang datang dari golongan ekonomi yang rendah, dan hasilnya biaya operasional pesantren cenderfung tidak setabil. c.Kesiswaan, dikarenakan tidak jarang para santri datang dari pelosok desa yang orang tuanya bermata pencaharian bertani, maka pada saat musim panen tiba wali santri meminta izin untuk anaknya bisa ikut membantu mereka. d. Kurikulum, karena kebanyakan pesantren terlebih yang masih belum modern (salaf) kurikulumnya masih menggunakan kurikulum tradisional

(23)

sehingga lulusannya maksimal hanya menjadi guru ngaji atau penceramah, bahkan sebagian dari mereka hanya menjadi petani bahkan dari mereka pengangguran. 6. Kurikulum berbasis pesantren modern yang belum terencana, terorganisasi,

terlaksana dan terevaluasi dengan baik.

7. Keterbatasan siswa/santri pesantren dalam mengakses informasi dengan menggunakan alat digital.

8. Sulitnya pesantren di dalam mengintegrasikan kurikulum diknas, pesantren dan muatan lokal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada beberapa point berikut:

1. Proses perencanaan kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor.

2. Pengorganisasian kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor. 3. Pelaksanaan kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor. 4. Pengawasan kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor. 5. Evaluasi kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor. D. Rumusan Masalah

Atas dasar uraian di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengevaluasian kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor? E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan meganalisis bagaimanakah proses perencanaan kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor.

2. Untuk mengetahui dan menganalisi proses pengorganisasian kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor

3. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk pelaksanaan kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk pengawasan kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al-Kahfi Bogor.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis bentuk dan proses evaluasi kurikulum berbasis pesantren modern di SMAIT Al- Kahfi Bogor.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Peneliti berharap hasil penelitian ini bisa memberikan sedikit sumbangsih untuk menambah tsaqofah keilmuan dibidang pendidikan, terutama dalam hal manajemen kurikulum berbasis pesantren modern, bermanfaat bagi para pemegang kebijakan sebagai bahan dasar evaluasi. Sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas manajemen kurikulum disebuah lembaga pendidikan yang bernama pesantren.

(24)

2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan yang membangun bagi peningkatan kualitas manejemen kurikulum berbasis berbasis pesantren modern.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan manajemen kurikulum berbasis pesantren modern.

b. Bagi peneliti

Meningkatkan pemahaman dan penguasaan salah satu cabang disiplin ilmu manajemen pendidikan, serta dapat menambah pengetahuan secara nyata dari apa yang diperoleh selama kuliah.

(25)

8

KAJIAN TEORI

A. Manajemen Kurikulum Berbasis Pesantren Modern 1. Pengertian Manajemen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen diartikan sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, pada aplikasi KBBI in word).Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere (melakukan).Kata-kata itu digabung menjadi managere yang artinya menangani.Managere diterjemahkan ke Bahasa Inggris to manage (kata kerja), management (kata benda), dan manager untuk orang yang melakukannya.Management diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi manajemen “pengelolaan”(Usman,2013:5-6) Manajemen diartikan sebagai koordinasi semua sumber tenaga melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pemberi bimbingan dan pengendalian untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sebagaimana dikutip oleh Mulyono, Sondang P. Siagian mendefinisikan manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh hasil dalam dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain (Mulyono, 2008: 208)

Manajemen kurikulum pada dasarnya terbentuk dari dua suku kata, yaitu manajemen dan kurikulum, oleh karenanya ketika ingin membahas tentang definisi manajemen kurikulum maka harus diketahui terlebih dahulu arti dari masing-masing suku kata tersebut. Manajemen berasal dari bahasa Latin yaitu dari asal kata “manus” yang memilki arti tangan dan “agere" yang berarti melakukan. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja “to manage” dengan kata “management” yang artinya pengelolaan (Usman, 2006:3). Manajemen dalam bahasa Inggris (to manage) berarti mengelola atau mengatur. Oleh karenanya secara khusus memilki makna memimpin dan kepemimpinan, yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengelola suatu organisasi atau lembaga tertentu. Sehingga mereka yang memimpin organisasi disebut manajer (Hikmat, 2011:11).

Williams(2000:5) mendefinisikan manajemen sebagai berikut: Management is getting work done trough others. Pat carrigan‟s description of managerial responsibilities indicates that managers also have to be concerned with efficiency and effectiveness in the work process. Efficiency is getting work done with minimum of effort, expense, or waste. Effectiveness which is accomplishing tasks that help fulfill organizational objectives". Manajemen adalah kegiatan menyelesaikan suatu kegiatan kerja yang dilakukan oleh orang lain. Pat Carrigan mendeskripsikan tentang tanggung jawab manajerial yang menunjukkan bahwa manajer juga harus memilki kepedulian secra efesien dan efektif dalam pelaksanaan proses kerja. Efesiensi mendapatkan pekerjaan yang dilakukan dengan minimum usaha, biaya, atau limbah. Efektifitas adalah menyelesaikan tugas-tugas yang membantu memenuhi tujuan organisasi. Sedangkan Yasin (2009:12) menyatakan bahwa manajemen adalah:

(26)

ُِٙ ،خٕ١ؼِ بفاذ٘أ كمح٠ صبخ ُ١ظٕر ٚ ت١رشر بٙٔئ حسادلإا ٗث ذفشػ بِ غؼث ّٓف

ٖز٘ ذٔبو

فاذ٘لأا

"Dari pengertian manajemen antara lain adalah mekanisme dan aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Dimana tujuan tersebut merupakan hal yang dianggap penting".

Sementara dari sudut istilah, manajemen berasal dari kate kerja (manage). Ada juga yang menyatakan bahwa manajemen berasal dari kata (to manage) yang memilki sinonim dengan (hand, tocontrol, dan to guide) yang memiliki arti (mengurus, memeriksa dan memimpin). Oleh karenanya manajemen dapat diartikan sebagai pengurusan, pengendalian, memimpin atau membimbing (Mulyono, 2008:16). Manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan dan kerja sama orang-orang Iain. Howard M. Carlisle dalam Daryanto mengatakan: "Management is the process by with the element of a group are integrated, and efficiently achieve objective". (Manajemen adalah proses pengintegrasian, pengoordinasian dan atau pemanfaatan elemen-elemen suatu kelompok untuk mencapai tujuan secara efisien). The Liang Gie mengatakan manajemen sebagai seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengontrolan terhadap sumber daya manusia dan alam untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Manajemen merupakan sebuah proses pengelolaan atau penggunaan sumber daya secara efektif, guna mencapai sasaranKementerian Pendidikan Nasional memberikan definisi manajemen sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997: 623). Sementara itu Nanang Fatah dalam bukunya landasan manajemen (2004: 1) menyampaikan batasan tentang istilah manajemen, yakni “manajemen merupakan sebuah proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala macam aspeknya agar tujuan organisasi tersebut tercapai maksimal dan dengan cara yang efektif dan efesien. Manajemen dapat diartikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan melalui usaha-usaha dari orang lain. Seorang pimpinan sekolah dapat diartikan melakukan aktivitas manajemen manakala berupaya mengatur para guru dan staff lainnya, mendayagunakan dan melakukan pembinaan terhadap mereka, sehingga mampu berpartisipasi seutuhnya untuki mencapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut (Tim Pakar Manajemen Pendidikan UNY, 2002: 5).

Secara lebih rinci pengertian manajemen dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Sebagai suatu sistem, manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri dari

berbagai komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan dan terorganisasi dalam rangka mencapai tujuan.

b. Sebagai proses, manajemen adalah serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya semaksimal mungkin.

c. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, manajemen adalah suatu ilmu interdispiliner dengan menggunakan bantuan ilmu sosial, filsafat, psikologi, antropologi, dan Iain-lain.

(27)

d. Sebagai suatu profesi, manajemen merupakan bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang dapat disejajarkan dengan bidang kedokteran, hukum, dan sebagainya.

e. Sebagai suatu fungsi, manajemen adaIah proses fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan (Daryanto, 2013:39-42).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen adalah sebuah proses yang khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan serta evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber lainnya.

2. Fungsi Manajemen

Pada saat proses pelaksanaannya, maka sebuah manajemen memiliki tugas-tugas tertentu yang mesti diterapkan, yang dengan kata lain hal tersebut disebut fungsi-fungsi manajemen, diantaranya adalah sebagai berikut menurut George R. Terry:

a. Fungsi Planning

Planning atau perencanaan merupakan sebuah langkah awal di dalm sebuah kegiatan ataupun pekerjaaan yang berbentuk pemikiran yang terkait dengan kegiatan tersebut agar dapat mendapatkan suatu hasil yang maksimal ( Hafidhuddin dan Hendri, 2003:77). Perencanaan adalah sebuah aktivitas merumuskan sesuatu yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang, perencanaan tersebut biasanya dirancang setelah sebuah tujuan ditentukan (Harahap, 1992: 131).

Dengan kata lain perencanaan merupakan sebuah proses pemikiran, baik itu bersifat umum maupun khusus atau detail dari sebuah kegiatan yang akan dilaksanakan untuk memperoleh capaian yang pasti secara maksimal dan efesian. Perencanaan dapat juga dikatakan sebagai sebuah gambaran yang dikerjaakan pada masa yang akan datang dalam kurun waktu tertentu beserta peraturan atau cara yang akan diterapkan. Oleh karena itu, perencanaan adalah sikap mental yang diproses dalam sebuah pemikiran sebelum direalisasikan.

Mahmudin (2004:240 menyatakan bahwa untuk mendapatkan perencanaan yang efektif, maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Self-audit (menentukan keadaan organisasi) b. Survey terhadap keadangan lingkungan c. Menentukan tujuan (objektives)

d. Forecasting (ramalan keadaan yang akan datang) e. Melakukan langkah-langkah dan sumber pengarahan f. Evaluate (pertimbangan-pertimbangan yang diusulkan)

g. Ubah dan sesuaikan “revise and adjust” rencana-rencana sehubungan dengan hasil-hasil pengawasan dan keadaan-keadaan yang tidak tetap

h. Communicate, senantiasa selalu berhubungan pada saat proses perencanaan Rincian kegiatan perencanaan tersebut menggambarakan adanya

sebuah persiapan dan antisipasi kedepan yang mana hal tersebut berkaitan dengan kegiatan perencanaan merupakan proses pemikiran dan pengambilan sebuah keputusan yang matang dan sistematis mengenai tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan dikemudian hari (Shaleh, 1977:64). Dengan

(28)

demikian maka proses perencanaan memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Forecasting

Forecasting merupakan tindakan memperkirakan dan memperhitungkan segala kemungkinan yang mungkin terjadi dan mungkin muncul di masa yang akan datang berdasarkan analisa data dan keterangan. Perencanaan di masa yang akan datang memerlukan perkiraan-perkiraan dan perhitungan yang cermat, sebab masa yang akan datang merupakan prakondisi yang belum diketahui secara pasti dan bisa saja kondisinya berubah-ubah. Oleh karenanya di dalam merumuskan masa yang datang haruslah disertai penulisan-penulisan secara detail dan jeli terhadap kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi, baik itu dari segi lingkungan, keadaan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan yang memiliki pengaruh secara langsung pada setiap pelaksanaan suatu kegiatan.

2. Objectives

Objectives dapat diartikan sebagai tujuan, sementara tujuan adalah nilai-nilai yang akan dicapai atau diinginkan seseorang atau suatu badan usaha. Untuk mencapai nilai-nilai tersebut maka diperlukan sebuah sebuah pengorbanan atau usaha yang terorganisir agara nilai-nilai tersebut dan dpat dijangkau (Davis,1974:90). Penyelenggaraan suatu kegiatan usaha dalam rangka mencapai suatu tujuan dirangkai ke dalam beberapa kegiatan berupa langkah-langkah dalam suatu periode tertentu. Penerapan ini merupakan langkah kedua setelah forecasting. Hal tersebut menjadi penting , sebab gerak dan langkah suatu kegiatan akan mengarah sesuai tujuan. Oleh karenanya hal tersebut tidak dapat dipisahkan dan menjadi sebuah acuan pada setiap kegiatan. Tujuan tersebut harus diarahkan pada suatu sasaran suatu usaha yang telah dirumuskan secara pasti dan menjadi arah bagi setiap tindakan yang dilakukan seseorang pemimpin. Tujuan tersebut diwujudkan dlam bentuk target dan sasaran konkrit yang diharapkan dapat dicapai (Zaini, 1997:189-190).

3. Mencari berbagai tindakan

Terry dan Leslie dalam Tamami (2017:30) mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan harus relevan dengan apa yang menjadi tujuan dan sasaran, mencari dan melakukan penyelidikan atas berbagai kemungkinan dari sebuah rangkaian dari tindakan yang dapat diambil sebagai bentuk tindakan yang bijaksana. Tindakan tersebut harus sesuai dengan kepentingan yang ada dimasyarakat, sehingga sasaran atau tujuan yang yang tealh ditetapkan akan mampu dicapai, karena ketidaksingkronan dalam menentukan suatau tindakan dapat menimbulkan dampak yang tidak positif.

Oleh sebab itu jika suatu tindakan sudah ditentukan, maka perencanaan selanjutnya adalah menentukan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada saat melaksanakan suatu tindakan. Selanjutnya harus diperhitungkan untung dan ruginya dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

(29)

4. Prosedur kegiatan

Prosedur adalah kumpulan dari langkah-langkah dari tugas yang saling berkaitan, yang menentukan dengan cara-cara selangkah demi selangkah dari metode-metode yang tepat dan sesuai dalam mengambil kebijakan. Prosedur kegiatan ini merupakan suatu peta atau gambaran mengenai sifat-sifat dan metode-metode dalam melaksanakan suatu kegiatan, atau dengan kata lain prosedur adalah langkah-langkah tentang bagaimana cara melaksanakan suatu kegiatan.

5. Pendjadwalan

Siagian (1984:11) menyatakan bahwa penjadwalan merupakan pembagian suatu program menurut deretan waktu tertentu, yang menunjukkan suatu kegiatan yang harus dilaksanakan dan harus diselesaikan. Penentuan waktu tersebut memiliki arti yang sangat urgent atas proses kegiatan. Oleh karenanya waktu dapat memicu sebuah motivasi atau dorongan yang kuat. 6. Lokasi

Pemilihan dan penentuan lokasi yang tepat sangat mempengaruhi kualitas atau tindakan yang akan dilakukan. Oleh karenanya semua harus diperhitungkan mulai dari segi fungsinya, dari segi keuntungan dan kerugiannya, sebab lokasi sangat erat kaitannya dengan biaya, waktu, energy, fasilitas atau perlengkapan yang dibutuhkan. Oleh karena itulah lokasi menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dalam sebuah perencanaan suatu usaha..

7. Biaya

Setiap kegiatan tentunya membutuhkan suatu dana atau biaya, suatu kegiatan yang ditunjang dengan biaya yang cukup dan memadai akan mempengaruhi pelaksanaan suatu usaha.

b. Fungsi Organizing

Pengorganisasian merupakan suatu proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Sebuah pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua sumber-sumber yang dibutuhkan, termasuk manusia. Gumur 1975:23) merumuskan pengorganisasian ke dalam bentuk pengelompokan dan pengaturan orang untuk dapat digerakkan sebagai satu kesatuan sesuai dengan planning yang telah dirumuskan, menuju tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai sebuah rangkaian aktivitas dlam menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan organisasi-organisasi (Mahmuddin, 2004:32). Pelaksanaan suatu kegiatan usaha dapat berjalan secara efektif dan efesien serta tepat sasaran, apabila diawali dengan perencanaan yang diikuti dengan pengorganisasian. Oleh karena itu, pengorganisasian memegang peranan penting bagi proses suatu kegiatan usaha akan lebih mudah pelaksanaannya, mudah pengaturannya bahkan pendistribusian tenaga kerja dapat lebih mudah pengaturannya.

c. Fungsi Actuating

Definisi actuating atau penggerakan adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada anggotanya dengan sedemikian rupa, sehingga mereka

(30)

mampu bekerja dengan ikhlas dan mampu memaksimalkan potensi yang mereka miliki demi tercapainya tujuan oraganisasi dengan efektif dan efesian (Munir dan Wahyu, 2006:139). Setelah sebuah rencana ditetapkan, begitu pula setelah kegiatan-kegiatan dalam rangka pencapaian suatu tujuan itu dibagi-bagikan, maka langkah atau tindakan berikutnya yang harus dilakukan seorang manajer adalah menggerakkan mereka untuk segera melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, sehingga apa yang menjadi tujuan atas usaha dari kegiatan dapat dicapai dengan maksimal. Tindakan manajer tersebut disebut penggerakan atau actuating. Sementara itu inti dari kegiatan tersebut adalah bagaimana cara menyadarkan anggota suatu organisasi untuk dapat bekerjasama antara satu dengan yang lainnya ( Mahmuddin, 2004:36).

d. Fungsi Controlling

Pengertian dari pengendalian adalah proses kegiatan untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kekurangan, kesalahan, kegagalan untuk diperbaiki dengan mencegah terulangnya kembali kesalahan tersebut, begitu pula mencegah akan terjadinya kesalahan atau melencengnya dari tujuan yang telah ditetapkan (Rahman, 1976:99). Pengawasan atau pengendalian merupakan sebuah kegiatan untuk menuntun sebuah program agar senantiasa mengarah kepada tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

3. Pengertian Kurikulum

A curriculum is an important element in education, it contains materials, methods, strategies, and learning evaluation. The curriculum becomes raw materials of learning at school so it becomes one of the determinants of the quality output (alumni quality). Therefore, the curriculum should be designed according to user needs, as well as securing the vision and mission of the school with respect to the applicable regulations. The curriculum must accommodate the wisdom or uniqueness that is the hallmark of the institution. In certain instances, the curriculum can vary from one school and other schools as long as it does not violate the competency standards which are governed by applicable regulations (Ekaningrum, 2018:124)

Menurut Kamus Oxford curriculum is the subjects that are included in a course of study or taught in a school, college. "Kurikulum adalah mata pelajaran yang termasuk dalam program studi atau diajarkan di sekolah, perguruan tinggi". Dayab dalam Setiadi dan Prawoto (2016: 90) mengatakan bahwa:

ب٘ذؼ٠ ٟزٌا حششبجٌّا ش١غٚ حششبجٌّا خ١ّ١ٍؼزٌا داشجخٌا عّٛغِ ٛ٘ ظٌّٕٙا

ٌٝئ فذٙ٠ بِٚ ،خ١ػبّزعلاا خئ١جٌا فٚشظ ءٛػ ٟف ُ٘داذػئٚ داشفأ خ١ثشزٌ غّزغٌّا

آ ِٓ ٗم١محر

خ١ٍجمزغِ داصبغٔئٚ يبِ

.

Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dahulu sampai sekarang. Tafsiran tersebut tentunya memiliki perbedaan dari satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Pada dasarnya istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu “curriculum” yang berarti jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh seorang peserta didik yang

(31)

bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, maka peserta didik dapat memperoleh pengakuan atau ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa peserta didik telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat yang lainnya yang pada akhirnya mencapai finis. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu (Hamalik, 2011:16). Abdurrahman, Mukhtar dan Muhammad (2004:342) menyebutkan bahwa:

ْب١ٕؼِ ٌٗ ظِٕٙ

١

,خعاسذٌاٚ ُ١ٍؼزٌا ظِاشث .

٢

ك٠شطٌا .

.

"Kurikulum dapat diartikan menjadi dua: 1. Setiap kegiatan yang berkaitan dengan pengajaran dan pelajaran. 2. Jalan".

A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is the plant for education of pupils during their enrollment in given school (Beauchamp, 1968: 6), Beauchamp berpendapat bahwa kurikulum itu adalah sesuatu yang tertuang dalam teks (tertulis) dan ada dalam lingkungan sekolah. Kurikulum adalah alat untuk mencapai pendidikan. Kurikulum adalah program pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program yang direncanakan, diprogramkan dan dirancang yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang akan datang (Darkir, 2004: 3).

Menurut Arifin (2012:35-41) menyatakan bahwa secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya berlari dan curee yang berarti tempat berpacu. Dalam bahasa Perancis, kurikulum dikaitkan kurikulum dikaitkan dengan kata courier yang diartikan berlari. Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh guna mencapai sbuah gelar dan ijazah. Dalam Undang- Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana daan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajatr mengajar. Sementara itu menurut Sanjaya (2008:9-10) kurikulum merupakan sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Hilda Taba dalam bukunya “curriculum development, theory and practice” sebagaimana dikutip oleh Nasution (2008:1-2) mendefinisikan kurikulum sebagai “ a plan of learning”, yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak. Sedangkan menurut Hasan sebagaimana dikutip oleh Hernawan dan Cynthia (2012:6) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum memilki empat dimensi yang saling berkaitan antara satu dan lainnya. Keempat dimensi tersebut adalah : pertama, kurikulum sebagai ide atau gagasan; kedua, kurikum sebagai suatu suatu rencan tertulis yang sebenarnya merupakan suatu perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide; ketiga, kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai sebuah realita atau implementasi kurikulum; keempat, kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai kegiatan.

Gambar

Tabel 2.1 Model pesantren berdasarkan bangunan fisik
Tabel 2.2 Perbedaan dan persamaan dengan penelitian terdahalu  C.  Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Waktu penelitian
Tabel 3.2 Pedoman wawancara dengan Kepala Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun, ia juga percaya dengan Alin dan Aryo ,yang dengan yakin menjelaskan bahwa mereka ketika terbangun, tiba-tiba sudah berada di rumah amak!. Karena sudah paham kalau Aryo

Panliten iki nggunakake tintingan Sosiologi Sastra kang mujudake panliten kualitatif deskriptif. Metode deskriptif digunakake kanggo ngrembug uga ngandharake

[r]

Sedangkan 3 orang lainnya (30%) menyatakan bahwa mereka hanya mengetahui visi misi perusahaan karena mereka diberi arahan mengenai visi misi tersebut namun mereka tidak

Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai performa dan peran serta keluarga pra sejahtera guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, permasalahan yang dapat diangkat, yaitu bagaimana merancang sebuah alat pengendali dan pemonitoring suhu

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions!. Start