• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT KAHFI HERIYANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT KAHFI HERIYANTO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA

DI JAWA BARAT

KAHFI HERIYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul : “Strategi Pembangunan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Barat” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Februari 2009 Kahfi Heriyanto NRP H251064015

(3)

ii

ABSTRACT

KAHFI HERIYANTO. The Strategy of Regency/Municipality Economic Development of West Java Province. Guided by NUNUNG NURYARTONO and DEDI BUDIMAN HAKIM.

The study is carried out to identify income disparities among regencies/municipalities of West Java Province and the influencing factors to formulate economic development strategy and program. Calculated Theil index disparity based on Bakorwil group and rich-poor area incomes, which is further decomposed into disparity indexes between and within groups, it is known that the disparities of incomes between regency/municipality groups are larger than those within groups. The percentage of Theil index shows the disparity among Bakorwil groups during 1995-2006 is 97.1% on average, the aggregate of disparity within the Bakorwil groups: Purwakarta, Bogor, Priangan, and Cirebon is 2.9%. The theil index of rich-poor area groups is 98.8% on average, and the aggregate of disparity within rich-poor groups is 1.21%. The high level of disparity among Bakorwil groups is influenced by industrialization and agglomeration stimulating the centralization of economic activities in certain regency/municipality. Thus, disparity among rich-poor area groups shows that economic development opportunity and the availability of infrastructures and facilities have been the magnet for more economic activities. The estimation results of panel data regression model using fixed-effect method, demonstrates that the factors of inflation, local development expenditures, and investment give positive impacts to the income disparities among regencies/municipalities. Inflation plays its role as economic stimulator. The significant impact of local expenditures for development are improving private investment and fulfillment of community basic needs. Inadequate and uneven investments among regencies/municipalities have given impact to the income disparities among regencies/municipalities. Centralization of economic activities has stimulated rapid growth and development of regency/municipality. It is expected that regencies/municipalities with low rate income and left behind in development would be in convergence process heading for deterioration of disparity, when the even distribution of regency/municipality income takes place. Selected strategies to be formulated are inflation control, increase of local development expenditures, and investment development through spatial dimension approach and cooperation among regencies/municipalities.

Keywords: income disparity, theil index, inflation, local development expenditures,

(4)

iii

RINGKASAN

KAHFI HERIYANTO. Strategi Pembangunan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO dan DEDI BUDIMAN HAKIM.

Potensi daerah dan kekayaan alam Jawa Barat dilihat sebagai keunggulan komparatif bagi daerah, namun di sisi lain berbagai kendala seperti kualitas sumber daya manusia dan sumber modal dalam rangka memanfaatkan potensi tersebut masih dihadapi penentu kebijakan baik di tingkat provinsi maupun di tingkat daerah kabupaten/kota. Akibatnya kondisi ekonomi antar kabupaten/kota secara umum belum mencapai tingkat pemerataan pendapatan yang sama dan cenderung terdapat kesenjangan. Bertolak dari hal tersebut kajian ini akan membahas permasalahan-permasalahan yang terkait dengan kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota di Jawa Barat serta strategi yang dapat dirumuskan dalam rangka peningkatan kinerja pembangunan kabupaten/kota. Kajian bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesenjangan kondisi kesenjangan pendapatan, identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya dan usulan strategi pembangunan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Barat. Sehingga, akan dapat membantu pemerintah daerah dalam rangka pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan daerahnya.

Untuk mengukur besarnya kesenjangan pendapatan, digunakan Indeks Theil sebagai alat analisis mengukur entropi dari ketidakmerataan. Theil’s Coefficient of Concentration telah menjadi indeks yang sangat popular untuk menganalisa distribusi spasial. Indeks ketimpangan entropi theil mengukur ketimpangan secara rinci dalam sub unit geografis yang lebih kecil, yang berguna untuk mengetahui kecenderungan konsentrasi geografis. Untuk mengukur kondisi kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat maka dihitung kesenjangan antar kelompok/group dan dalam kelompok/group yang dalam kajian ini mendekomposisi Jawa Barat menjadi 2 kelompok besar yaitu kelompok Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) dan kelompok daerah kaya-miskin. Hubungan kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dibentuk dalam suatu model regresi data panel.

Persentase Koefisien Theil antar kelompok Bakorwil terhadap total disparitas di Jawa Barat dari Tahun 1995 hingga 2006 adalah tinggi yaitu berkisar antara 96,2% hingga 97,6% dengan rata-rata 97,1%. Sedangkan sisanya sebesar 2,9% merupakan agregat disparitas dalam 4 kelompok Bakorwil (Bakorwil Purwakarta, Bogor, Priangan, dan Cirebon). Hal ini menunjukan bahwa disparitas yang besar justru terjadi antar kelompok Bakorwil, bukan di dalam kelompok Bakorwil. Maknanya adalah bahwa terjadi peningkatan PDRB per kapita tiap tahunnya di masing-masing kabupaten/kota yang bila dikelompokan berdasarkan kelompok Bakorwil perbedaan pencapaian PDRB per kapita tersebut relatif besar antar Bakorwil. Kondisi tersebut adalah karena adanya proses industrialisasi yang mendorong pemusatan kegiatan ekonomi yang dipengaruhi oleh ketersediaan modal dan tenaga kerja yang tidak merata dan adanya aglomerasi di dalam satu kelompok wilayah yang tidak sama dengan kelompok wilayah lainnya. Hasil perhitungan indeks Theil terhadap kelompok daerah kaya-miskin menunjukan bahwa persentase koefisien antara kelompok daerah kaya-miskin terhadap total disparitas Jawa Barat dari tahun 1995-2006 adalah relatif tinggi, yaitu berkisar antara 97,84%-99,24%

(5)

iv dengan rata-rata 98,80%. Sedangkan sisanya sebesar 1,21% merupakan agregat dalam kelompok daerah kaya dan miskin. Hal ini menunjukan bahwa peluang ekonomi dan fasilitas infrastruktur dan regulasi yang terdapat di suatu kabupaten/kota kaya telah menarik lebih banyak aktivitas ekonomi. Sehingga, menjadikan kabupaten/kota tersebut lebih berkembang dan mempunyai pendapatan yang tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota yang tergolong memiliki fasilitas infrastruktur dan regulasi yang kurang mendukung

Analisis statistik terhadap hubungan disparitas pendapatan antar kabupaten/kota dengan faktor-faktor : inflasi, pengeluaran pembangunan pemerintah daerah, dan investasi menunjukan bahwa inflasi dan investasi swasta tidak secara nyata mempengaruhi kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota, dan variabel pengeluaran pembangunan pemerintah secara nyata mempengaruhi kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota, hal ini memperkuat uji serempak terhadap model bahwa variabel inflasi, pengeluaran pembangunan pemerintah daerah, dan investasi secara bersama-sama mempengaruhi variabel Kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota. Hasil estimasi parameter model regresi data panel memperlihatkan bahwa sekitar 64,5% variasi disparitas pendapatan dapat dijelaskan oleh variasi inflasi, pengeluaran pembangunan Pemda, dan investasi swasta. Sedangkan, 35,5% variasi disparitas pendapatan dapat dijelaskan oleh faktor lain. Peningkatan dari tiap variabel penjelas mempengaruhi pergerakan disparitas pendapatan. Hubungan positif dari masing-masing koefisien tersebut, yaitu : setiap kenaikan 1% inflasi akan menaikan disparitas pendapatan antar kabupaten/kota sebesar 0,0008 dengan asumsi variabel lain ceteris paribus, bila terjadi kenaikan 1% pengeluaran pembangunan pemerintah daerah maka akan menaikan disparitas sebesar 0,0244 diasumsikan variabel lain ceteris paribus, dan kenaikan 1% investasi swasta akan menaikan disparitas pendapatan sebesar 0,0012 dengan asumsi variabel lain ceteris paribus.

Inflasi mempengaruhi upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Barat. Pengaruh inflasi yang tidak nyata terhadap kesenjangan pendapatan memperlihatkan peranan inflasi di Jawa Barat yang bergerak lambat, sehingga menjadi stimulator dan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pembangunan pemerintah menjadi pendorong pembangunan kabupaten/kota dan mempunyai efek pada peningkatan penanaman modal swasta di kabupaten/kota yang bersangkutan dan terpenuhinya pasokan kebutuhan pokok masyarakat. Dengan adanya penstabil otomatis maka dapat mengurangi konjungtur perekonomian. Demikian halnya dengan kondisi disparitas pendapatan yang terjadi pada perekonomian antar kabupaten/kota di Jawa Barat, di mana dengan pengeluaran pembangunan akan berpengaruh menciptakan kestabilan melalui kegiatan yang diperuntukkan menciptakan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, seperti : pembangunan/pemeliharaan jalan, jembatan, rumah sakit, Puskesmas, dan sekolahan, guna memberikan akses dan dukungan peningkatan perekonomian. Untuk itu perlu diupayakan agar Pemerintah Daerah kabupaten/kota dapat merealokasi anggaran pembangunan dari bidang di luar pendidikan dan kesehatan ke sektor pembangunan infrastruktur yang akan memperbaiki akses bagi masyarakat hingga akhirnya berkontribusi positif meningkatkan pendapatan kabupaten/kota. Realokasi anggaran pembangunan untuk sektor pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur akan menciptakan anggaran yang ‘pro-poor’, salah

(6)

v satunya dapat ditempuh dengan merealokasi belanja aparatur pemerintah dan pengawasan.

Perumusan strategi dan program dalam rangka mengatasi permasalahan kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota di Jawa Barat menggunakan metode kerangka logis, yaitu melalui proses identifikasi-identifikasi yang melibatkan keterwakilan kepentingan-kepentingan dari para pemangku kepentingan di daerah. Berbagai macam kepentingan yang muncul dalam proses identifikasi tersebut diselaraskan hingga tersusun aspek-aspek kegiatan yang terpadu dan melibatkan kerjasama antar kabupaten/kota di Jawa Barat. Strategi yang diusulkan bertujuan untuk meningkatkan pembangunan perekonomian sehingga dapat menekan tingkat kesenjangan pendapatan antar kabupaten/kota di Jawa Barat. Strategi-strtaegi tersebut adalah : strategi pengendalian inflasi, strategi peningkatan alokasi dana pembangunan, dan strategi peningkatan investasi swasta. Implementasi strategi menjadi program diwujudkan melalui jalinan kerjasama dengan melihat aspek spasial kabupaten/kota yang menjadi pusat aktivitas perekonomian. Sehingga penjabaran kegiatan diarahkan pada kerjasama antar kabupaten/kota yang akan menjadikan beban lebih ringan dan tercapainya skala pembangunan yang lebih besar. Sehingga proses konvergensi sebagai upaya daerah yang memiliki perekonomian rendah untuk mengejar ketertinggalannya dari daerah yang sudah maju/tinggi dapat terwujud.

Kata Kunci : disparitas pendapatan, indeks theil, inflasi, pengeluaran pembangunan pemerintah daerah, investasi, model regresi data panel, konvergensi.

(7)

vi © Hak cipta milik IPB milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(8)

vii

STRATEGI PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA

DI JAWA BARAT

KAHFI HERIYANTO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Magister Manajeman Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(9)

viii Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec.

(10)

ix Judul Tesis : Strategi Pembangunan Ekonomi Kabupaten/Kota

di Jawa Barat Nama : Kahfi Heriyanto NRP : H251064015

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.AEc K e t u a A n g g o t a

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Manajemen Pembangunan Daerah

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Referensi

Dokumen terkait

mendepatkan nilai akhir 89 yang bisa dikategorikan sangat baik. Aktivitas guru pada saat kegiatan pendahuluan tergolong sangat baik, karena 5 dari 6 aspek mendapatkan

Di Indonesia, penelitian disclosure dan corpo- rate governance juga dilakukan, antara lain oleh Khomsiyah (2003) yang menunjukkan bahwa indeks corporate governance

korelasi antara T-value dan Standardized Loading Factor(Intervening) yang dihasilkan menujukkan bahwa Kualitas Produk yang baik, serta Promosi yang baik yang

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan bagian produksi PT Bumi Menara Internusa. Hasil analisis regresi linier

optimal bagi kepentingan kegiatan pembelajaran, (b) para guru juga tidak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai di bidang pengembangan bahan- bahan belajar

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Identitas masyarakat Batak Toba yang dibentuk oleh pola komunikasi pada marhata sinamot dapat ditunjukkan dengan penggunaan komunikasi verbal maupun nonverbal (yang merupakan

Indikator antropometri lain misalnya tinggi badan, berat badan, pertambahan berat badan telah digunakan sebagai proksi status kesehatan dan proksi keadaan gizi wanita