• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENGARUH PSAK 24 (2013) TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS KOMPAS 100

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PENGARUH PSAK 24 (2013) TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS KOMPAS 100"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGARUH PSAK 24 (2013)

TERHADAP LAPORAN KEUANGAN

PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM

INDEKS KOMPAS 100

Felisia Taslim, Stefanus Ariyanto

Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara, Jln.K.H.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat 11480, vel_rainbow@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak implementasi PSAK 24 revisi tahun 2013 sehubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Kompas 100. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2012 yang terdaftar dalam Indeks Kompas 100. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melibatkan data dalam satu kurun waktu tertentu (cross sectional). Sampel dari penelitian ini yaitu 14 perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan yang terdaftar dalam Indeks Kompas 100 yang telah mencantumkan imbalan pascakerja jangka panjang yang dilakukan dengan analisis studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini bahwa dampak implementasi PSAK 24 revisi 2013 memberikan dampak yang signifikan pada penghasilan komprehensif lain sebagai akibat dari penghapusan metode koridor dan pembebanan pada laporan laba rugi sehingga perusahaan melakukan pembebanan secara langsung pada penghasilan komprehensif lain dan untuk biaya jasa lalu harus diakui secara langsung pada laporan laba rugi yang akan mempengaruhi laba sebelum pajak perusahaan. Diharapkan perusahaan di Indonesia dapat menerapkan Standar Akuntansi Keuangan pada laporan keuangan perusahaannya sehingga laporan keuangan yang dihasilkan dapat digunakan secara tepat bagi pihak yang berkepentingan.(FT)

Kata kunci : PSAK 24, IAS 19R, imbalan kerja, imbalan pascakerja jangka panjang.

PENDAHULUAN

PSAK 24 pertama kali diterbitkan pada tahun 1994 yang mengatur tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun yang diadopsi dari IAS 19 Retirement Benefit Costs (1993). Pada masa penerbitan PSAK 24 (1994) terjadi penolakan oleh industri dikarenakan dengan adanya penerbitan PSAK 24 akan menimbulkan biaya manfaat pensiun bagi perusahaan untuk memasukkan biaya manfaat pensiun ke dalam laporan laba rugi sehingga menyebabkan dampak yang cukup besar bagi laporan laba rugi perusahaan.

Pada tahun 2004, terdapat revisi terhadap PSAK 24. Pada PSAK 24 (2004) mengatur tentang imbalan pascakerja yang pada periode sebelumnya hanya mengatur mengenai pensiun saja dan pengakuan atas imbalan pascakerja lainya sebagaimana mestinya ditentukan dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang diberikan sepenuhnya pada kebijakan manajemen perusahaan. Penentuan besarnya liabilitas berdasarkan pada PSAK 57 mengenai pengakuan dan pengukuran kewajiban diestimasi, kewajiban kontinjensi dan aktiva kontijensi(Reyfal;Martani,2012).

Dampak penerapan PSAK 24 revisi 2004 adalah munculnya liabilitas imbalan pascakerja yang sebelumnya tidak ada menjadi ada dan mengakibatkan peningkatan jumlah liabilitas imbalan pascakerja.

(2)

Dan hal ini, mempengaruhi kinerja dan posisi keuangan perusahaan saat dilakukan penerapan (Harahap, 2007; Setiawan,2008).

Pada tahun 2008, proses konvergensi IFRS di Indonesia sudah dilaksanakan yang meliputi tahap adopsi yaitu melakukan aktivitas dimana IFRS diadopsi ke PSAK, menyiapkan infrastruktur yang diperlukan serta melakukan evaluasi terhadap PSAK yang diterapkan. Kemudian dilanjutkan pada tahap persiapan akhir pada tahun 2011 yang meliputi penyelesaian persiapan infrastruktur yang diperlukan serta dilakukan beberapa penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap. Dan pada tahap implementasi pada tahun 2012, dengan aktivitas penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap serta mengevaluasi dampak penerapan.

Menurut Harper, Leatherbury, Machuca, Philips (2012:464): “Convergence of standards does not

produce comparable financial statements. Although Accounting is the universal language of business, consistency in application and interpretation is likely to become a concern. Harmonization of common disclosures, common high quality auditing standards and practices and education and training of professionals is the goal of the convergence. Significant changes in the financial reporting environment are taking place and further research will need to be completed if a single widely accepted set of high quality accounting standards are to be adopted and a common platform on which corporations can report and investors can compare financial information.”

PSAK 24 mengalami revisi pada tahun 2010. PSAK 24 revisi 2010 yang mengatur tentang imbalan kerja. Yang pada periode sebelumnya, hanya mengatur tentang imbalan pascakerja dan pada psak revisi 2010 mengatur semua imbalan kerja. Pada PSAK 24 revisi 2010 perhitungan imbalan pasca kerja tidak hanya berdasarkan pada kewajiban estimasi PSAK 57 melainkan juga mengharuskan perusahaan untuk menentukan imbalan pascakerja terkait dengan kewajiban hukum dan kewajiban konstruktif. Dengan adanya penerapan PSAK 24 revisi 2010, perusahaan melakukan perhitungan liabilitas imbalan pascakerja berdasarkan pada ketentuan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang juga digabungkan dengan peraturan internal yang dimiliki perusahaan.

PSAK 24 terus mengalami revisi dan ini ditandai dengan penerbitan Exposure Draft PSAK 24 (2013). Exposure Draft PSAK 24 (2013) pada saat penerbitan belum mendapatkan tanggapan positif dari dunia industri. Dengan kondisi seperti ini, DSAK IAI ( Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia) mengalami kekhawatiran akan adanya keberatan dari industri saat PSAK tersebut diberlakukan dan sudah berlaku secara efektif. Menurut Rosita Uli Sinaga (2013), “ Kekhawatiran tersebut karena sejak diterbitkan ke 8 ED PSAK pada Juli 2013 belum menerima masukan yang cukup berpengaruh. Tidak adanya komentar tersebut, apakah menunjukkan penerimaan. Dengan tidak adanya masukan, justru DSAK IAI khawatir penolakan muncul saat ED PSAK diberlakukan.”.

Pada tanggal 19 Desember 2013, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) telah mengesahkan 4 PSAK yang merupakan revisi tahun 2013 dan 4 PSAK baru yang salah satunya adalah PSAK 24 : Imbalan Kerja. PSAK 24 (2013) yang akan efektif diterapkan untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2015. Ruang lingkup dalam PSAK 24 (2013) mencakup penangguhan pengakuan keuntungan dan kerugian aktuaria tidak diizinkan. Keuntungan dan kerugian aktuarial langsung diakui dalam penghasilan komprehensif lain. Reklasifikasi jumlah yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain ke laporan laba rugi tidak diizinkan. Sementara, pada PSAK 24 (revisi 2010) keuntungan dan kerugian aktuarial dapat langsung diakui dalam laba rugi atau penghasilan komprehensif lain atau ditangguhkan melalui pendekatan koridor. Reklasifikasi jumlah yang diakui di penghasilan komprehensif lain ke laporan laba rugi tidak diizinkan. Pada PSAK 24 revisi tahun 2013 mengatur komponen biaya imbalan pasti mencakup biaya jasa, bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto dan pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto. Sementara pada PSAK 24 (revisi tahun 2010) belum diatur secara spesifik.

Dengan akan adanya penerapan PSAK 24 yang akan dimulai pada atau setelah 1 Januari 2015, maka akan memberikan dampak langsung bagi perusahaan karena akan meningkatnya beban imbalan kerja bagi perusahaan yang akan mempengaruhi laporan laba rugi secara signifikan.

Berkaitan dengan hal-hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai dampak penerapan yang terjadi bagi perusahaan dalam usahanya menerapkan perlakuan akuntansi bagi kewajiban imbalan kerja yang dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan dalam melakukan penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan dalam sebuah laporan tugas akhir penulis dengan judul “ANALISA PENGARUH PSAK 24 (2013) TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM KOMPAS 100”

(3)

METODE PENELITIAN

Terkait dengan banyaknya unsur dalam laporan keuangan yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan, antara lain sebagai berikut:

1. Laporan keuangan perusahaan yang mencantumkan item kewajiban imbalan pascakerja jangka panjang yang belum diakui dalam laporan posisi keuangan.

2. Periode pengamatan terhadap laporan keuangan perusahaan yaitu tahun 2012 periode audit. 3. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Kompas 100, sektor pertambangan

4. Paragraf PSAK yang terkait dengan PSAK 24 baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kaitannya dengan penyajian imbalan pascakerja.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang bersifat kualitatif.

2. Pengumpulan data dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan mengambil data arsip laporan keuangan dari situs resmi Bursa Efek Indonesia.

3. Unit analisis adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Kompas 100 yang mencantumkan kewajiban imbalan pascakerja jangka panjang yang belum diakui dalam laporan posisi keuangan.

4. Penelitian ini menggunakan data dalam kurun waktu tertentu (cross sectional) yaitu pada tahun 2012. 5. Berdasarkan data historis, peneliti membaca dan mempelajari laporan keuangan perusahaan pada

periode akuntansi yang sudah lewat.

6. Metode deskriptif analisis, dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menyajikan data yang digunakan dalam penelitian dengan cara analisis dan studi literatur.

HASIL DAN BAHASAN

1. Dampak implementasi PSAK 24 (2013) sehubungan dengan aspek pengakuan pada laporan

keuangan perusahaan

Dampak implementasi PSAK 24(2013) juga memberikan dampak yang signifikan pada pengakuan keuntungan dan kerugian aktuarial. Pada PSAK 24 (2010) entitas diperbolehkan membebankan keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari perubahan asumsi pokok untuk menggunakan perhitungan kewajiban manfaat pasti pada laba rugi, penghasilan komprehensif lain atau laba rugi menggunakan pendekatan koridor. Pilihan-pilihan yang diberikan mengurangi satu pilihan seperti pembebanan secara langsung pada pendapatan komprehensif lain. Akibat secara langsung dari pengaturan tergantung pada kebijakan yang digunakan sebelumnya.

Pada PSAK 24 (2010) pengakuan keuntungan dan kerugian aktuarial diperbolehkan menggunakan pendekatan koridor berarti pada saat implementasi PSAK 24 (2013) liabilitas neto (aset) akan mengalami kenaikan signifikan karena kerugian aktuarial atau akibat penurunan pada keuntungan aktuarial setelah adopsi dan peningkatan ketidakstabilan pada penghasilan komprehensif lain. Kondisi ini terjadi akibat dari pelepasan dari laporan posisi keuangan untuk keuntungan atau kerugian yang belum diakui sebelumnya.

Pada PSAK 24 (2010) pengakuan keuntungan dan kerugian aktuarial diperbolehkan juga untuk menggunakan pembebanan pada laba rugi perusahaan. Kondisi ini tidak mengakibatkan perubahan pada saat implementasi PSAK 24 (2013) pada liabilitas neto (aset) tetapi penghasilan komprehensif lain mengalami voltalitas karena keuntungan dan kerugian yang sebelumnya dibebankan pada laba rugi akan dipindahkan ke penghasilan komprehensif lain.

Pada PSAK 24 (2010) pengakuan keuntungan dan kerugian selain menggunakan pendekatan koridor dapat juga menggunakan pembebanan pada penghasilan komprehensif lain. Kondisi ini tidak mengakibatkan perubahan pada saat implementasi PSAK 24 (2013) pada liabilitas neto (aset), laba rugi maupun penghasilan komprehensif lain pada penerapan.

Berikut analisa dampak implementansi PSAK 24 (2013) pada 13 perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar dalam Indeks Kompas 100:

(4)

Tabel 4.3

Dampak Implementasi PSAK 24 (2013) Terhadap Penghasilan Komprehensif Lain

(Disajikan dalam Ribuan Rupiah) No. Nama Perusahaan Penghasilan Komprehensif lain (2012) Keuntungan dan Kerugian Aktuarial Keuntungan dan Kerugian yang belum diakui Peningkatan/ Penurunan (%) 1. Adaro Energy Tbk. (9.524.950) (14.804.770) (58.725.910) 771,98 % 2. Aneka Tambang (Persero) Tbk. (4.091.142) - (467.044) 11,42 % 3. Benakat Petroleum Energy Tbk. (152.931.000) (9.000) (155.000) 0,11 % 4. Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk. (197.925.560) (440.768) (9.052.232) 4,80 % 5. Bumi Resources Tbk. (91.204.384) (10.648.043) (323.616.442) 366,50 % 6. Elnusa Tbk. - (1.767.000) (46.316.000) 100 % 7. Energi Mega Persada Tbk. - (18.924) (76.394.083) 100 % 8. Harum Energy Tbk. (52.287.141) (460.157) (10.968.227) 21,86% 9. Indo Tambangraya Megah Tbk. (52.827.210) (2.108.060) (156.934.430) 301,06 % 10. Medco Energi International Tbk. (123.442.762) (131.330.688) (202.635) 106,55 % 11. Petrosea Tbk. (67.690) (2.301.460) (43.118.530) 67.100 % 12. Timah (Persero) Tbk. 4.110.000 (4.626.000) (226.815.000) 5.631,17 % Total 74.515,45 % Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan yang Terdaftar Dalam Indeks Kompas 100.

Pada tabel yang disajikan diatas, kita dapat mengetahui peningkatan atau penurunan pada penghasilan komprehensif lain yaitu 12 perusahaan mengalami peningkatan kerugian pada penghasilan komprehensif lain.

Peningkatan atau penurunan merupakan pengaruh implementasi PSAK 24 (2013) diantaranya adalah pembebanan keuntungan dan kerugian aktuarial secara langsung ke penghasilan komprehensif lain yang sebelumnya perusahaan menggunakan pendekatan metode koridor atau pembebanan pada laporan laba rugi.

Dengan adanya peningkatan dan penurunan pada penghasilan komprehensif lain memberikan dampak pada ekuitas perusahaan. Bila terjadi peningkatan kerugian penghasilan komprehensif lain memberikan kerugian bagi pemilik saham dan kepentingan non pengendali karena dengan adanya peningkatan maka laba komprehensif yang dapat diatribusikan ke pemilik saham dan kepentingan non pengendali menurun dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena penghasilan komprehensif lain mempengaruhi laba komprehensif tahun berjalan dimana semakin tinggi kerugian penghasilan komprehensif lain maka laba yang diatribusikan semakin menurun.

(5)

2. Dampak implementasi PSAK 24 (2013) sehubungan dengan aspek pengukuran pada laporan keuangan perusahaan

Dampak implementasi PSAK 24 (2013) memberikan dampak pada aspek pengukuran yaitu perubahan komponen kewajiban imbalan pasti dan aset program antara lain biaya jasa, komponen perhitungan bunga (penghapusan konsep hasil yang diharapkan dari aset program).

Komponen biaya jasa yang terdapat pada PSAK 24 (2013) yaitu biaya jasa kini, penyelesaian keuntungan dan kerugian dan biaya jasa lalu.Penyelesaian keuntungan dan kerugian dimana terdapat perbedaan antara nilai sekarang kewajiban manfaat pasti pada saat penyelesaian, saat penenentuan tanggal penyelesaian dan harga penyelesaian termasuk setiap aset program yang dipindahkan dan setiap pembayaran yang dilakukan secara langsung oleh entitas terkait dengan penyelesaian. Setiap hal yang terkait dengan keuntungan atau kerugian aktuarial dan biaya jasa lalu harus diakui secara langsung.

Untuk biaya jasa lalu merupakan gabungan antara yang sudah diakui dan belum diakui yang timbul dari penyelesaian atau kurtailmen yang akan dibebankan ketika program tersebut mengalami perubahan atau kurtailmen, terlepas dari sudah menjadi hak atau belum. Pada PSAK 24 (2013) terdapat perbedaan antara biaya jasa lalu dan kuratilmen yang tidak diperlukan karena keduanya sudah secara langsung diakui.

Selain biaya jasa, komponen perhitungan bunga juga mengalami perubahan yaitu penghapusan konsep hasil yang diharapkan dari aset program. Pada PSAK 24 (2013), tingkat diskonto digunakan untuk menentukan perhitungan bunga dari kewajiban manfaat pasti (aset) sama dengan yang digunakan untuk menentukan hasil aktual dari aset program dimana ditentukan dari referensi hasil pasar pada kualitas yang tinggi obligasi perusahaan. Perhitungan bunga pada kewajiban manfaat pasti (aset) dapat dilihat dari pendapatan bunga dari aset program, biaya bunga dari kewajiban manfaat pasti dan perubahan bunga akibat dari aset.

Berikut analisa dampak implementasi PSAK 24 (2013) pada 14 perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar dalam Indeks Kompas 100:

Tabel 4.4

Dampak Implementasi PSAK 24 (2013) Terhadap Laba Sebelum Pajak (Disajikan dalam Ribuan Rupiah) No. Nama Perusahaan Laba

Sebelum Pajak Perubahan Bunga Biaya jasa lalu yang belum diakui Perpindahan Keuntungan/ Kerugian Aktuarial Peningkatan / Penurunan (%) 1. Adaro Energy Tbk. 6.901.711. 000 (446.174) (19.340) 14.804.770 0,21 % 2. Aneka Tambang (Persero) Tbk. 3.895.495. 061 - (115.385) - (0,003) % 3. Benakat Petroleum Energy Tbk. 8.916.000 - - 9.000 0,10 % 4. Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (520.247.0 62) - - 440.768 (0,08) % 5. Bumi Resources Tbk. (5.769.550. 778) (2.657.477 ) (29.515.52 8) 10.648.043 0,37% 6. Elnusa Tbk. 211.071.00 0 (4.599.702 ) (2.795.000 ) 1.767.000 (2,67) % 7. Energi Mega Persada Tbk. 981.522.21 3 (173.824) (13.729.03 1) 18.924 (1,41) % 8. Harum Energy Tbk. 2.040.463. 925 - (16.014) 460.157 0,02 % 9. Vale Indonesia Tbk. 1.033.800. 360 (3.537.407 ) (1.286.110 ) - (0,46) %

(6)

No. Nama Perusahaan Laba Sebelum Pajak Perubahan Bunga Biaya jasa lalu yang belum diakui Perpindahan Keuntungan/ Kerugian Aktuarial Peningkatan / Penurunan (%) 10. Indo Tambangraya Megah Tbk. 5.716.024. 030 - (1.092.710 ) 2.108.060 0,02 % 11. Medco Energi International Tbk. 1.745.682. 030 973.872 - 131.330.688 7,58 % 12. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. 3.911.587. 000 (9.767.000 ) - - (0,25) % 13. Petrosea Tbk. 614.673.55 0 - (976.670) 2.301.460 0,22 % 14. Timah (Persero) Tbk. 646.639.00 0 (10.216.89 9) (11.587.00 0) 4.626.000 (2,67) % Total 16,063 % Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan yang Terdaftar Dalam Indeks Kompas 100.

Pada tabel yang disajikan diatas, kita dapat mengetahui peningkatan atau penurunan pada laba sebelum pajak yaitu terdapat 6 perusahaan mengalami penurunan laba perusahaan,1 perusahaan mengalami peningkatan rugi perusahaan ,1 perusahaan mengalami penurunan rugi perusahaan dan 6 perusahaan mengalami peningkatan pada laba perusahaan.

Dampak implementasi PSAK 24 (2013) mempengaruhi laporan laba rugi perusahaan yaitu laba sebelum pajak. PSAK 24 (2013) mengalami perubahan perhitungan bunga dimana pada PSAK 24 (2010) untuk perhitungan biaya bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program dipisah dengan menggunakan tingkat bunga yang berbeda sedangkan pada PSAK 24 (2013) menggunakan satu tingkat bunga untuk mengitung biaya bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program.

Selain perubahan pada perhitungan bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program terdapat pengakuan keuntungan dan kerugian yang belum diakui yang sebelumnya dapat diamortisasi dimana pada PSAK 24 (2013) keuntungan dan kerugian yang belum diakui harus langsung diakui pada laporan laba rugi yang mempengaruhi laba sebelum pajak yang mengakibatkan peningkatan atau penurunan laba sebelum pajak.

Dengan adanya peningkatan atau penurunan laba sebelum pajak dapat mempengaruhi profitabilitas dan solvabilitas perusahaan yang dapat dihitung menggunakan analisa rasio laporan keuangan. Laba sebelum pajak akan mempengaruhi laba tahun berjalan dimana dengan adanya perubahan laba tahun berjalan akan mempengaruhi rasio-rasio profitabiltas yaitu profit margin,

return on assets, return on ordinary shareholders equity, earnings per share, price-earnings ratio, payout ratio serta rasio solvabilitas yaitu time interest earned.

Jika rasio - rasio profitabilitas meningkat maka perusahaan telah efektif dalam memperoleh laba dalam suatu periode tertentu melalui penjualan dan investasi. Dengan terjadinya peningkatan maka berpengaruh pada saham yang diatribusikan pada pemegang saham dan kepentingan non pengendali semakin meningkat dan menimbulkan rasa kepercayaan dan keyakinan pemegang saham terhadap kinerja manajemen perusahaan dan sebaliknya.

Jika rasio solvabilitas meningkat maka perusahaan mampu bertahan dalam periode jangka panjang. Dengan memiliki rasio solvabilitas yang baik berarti perputaran aset, kewajiban dan modal perusahaan berjalan dengan baik sehingga perusahaan dapat bertahan di industri dan dengan ini memberikan dampak bagi pemegang saham dan calon investor untuk bergabung dengan perusahaan karena pengelolaan perusahaan yang baik dan sebaliknya.

Berikut analisa dampak implementasi PSAK 24 (2013) pada 13 perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar dalam Indeks Kompas 100:

(7)

Tabel 4.5

Dampak Implementasi PSAK 24 (2013) Terhadap Beban Operasional (Disajikan dalam Ribuan Rupiah) No. Nama Perusahaan Beban

Operasion al Perubahan Bunga Perpindahan OCI Peningkatan/ Penurunan (%) 1. Adaro Energy Tbk. 1.673.557. 890 446.174 (14.804.770) (0,86) % 2. Benakat Petroleum Energy Tbk. 96.036.00 0 - (9.000) (0,01) % 3. Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk.

946.748.8 83 - (440.768 ) (0,05) % 4. Bumi Resources Tbk. 4.234.790. 942 2.657.477 (10.648.043) (0,19) % 5. Elnusa Tbk. 299.029.0 00 4.599.702 (1.767.000) 0,95 % 6. Energi Mega Persada

Tbk. 123.785.1 67 (173.824) (18.924) 0,13 % 7. Harum Energy Tbk. 1.039.444. 111 - (460.157) (0,04 )% 8. Vale Indonesia Tbk. 12.967.71 0 3.537.407 - 27,28 % 9. Indo Tambangraya Megah Tbk. 1.766.989. 430 - (2.108.060) (0,12) % 10. Medco Energi International Tbk. 1.383.224. 021 (973.872) (131.330.688) (9,56) % 11. Tambang Batubara

Bukit Asam (Persero) Tbk. 1.688.980. 000 9.766.525 - 0,58 % 12. Petrosea Tbk. 315.503.0 90 - (2.301.460) (0,73) % 13. Timah (Persero) Tbk. 641.031.0 00 10.216.899 (4.626.000) 0,87 % Total 41,37 % Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan yang Terdaftar Dalam Indeks Kompas 100. Pada tabel yang disajikan diatas, kita dapat mengetahui peningkatan atau penurunan pada beban operasional yaitu 5 perusahaan mengalami peningkatan dalam beban operasional dan 8 perusahaan mengalami penurunan dalam beban operasional.

Dampak implementasi PSAK 24 (2013) mempengaruhi laporan laba rugi perusahaan yaitu pada beban perusahaan yang mencakup beban imbalan karyawan dimana terdapat perubahan perhitungan bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program.

Dimana kenaikan dan penurunan pada beban operasional memberikan dampak bagi laba sebelum pajak. Laba sebelum pajak akan mempengaruhi rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas perusahaan. Rasio profitabilitas yang terpengaruh yaitu profit margin, return on assets, return on

ordinary shareholders equity, earnings per share, price-earnings ratio, payout ratio dan rasio

solvabilitas yaitu time interest earned.

Jika rasio rasio profitabilitas meningkat maka perusahaan telah efektif dalam memperoleh laba dalam suatu periode tertentu melalui penjualan dan investasi. Dengan terjadinya peningkatan maka berpengaruh pada saham yang diatribusikan pada pemegang saham dan kepentingan non pengendali semakin meningkat dan menimbulkan rasa kepercayaan dan keyakinan pemegang saham terhadap kinerja manajemen perusahaan dan sebaliknya.

(8)

Jika rasio solvabilitas meningkat maka perusahaan mampu bertahan dalam periode jangka panjang. Dengan memiliki rasio solvabilitas yang baik berarti perputaran aset, kewajiban dan modal perusahaan berjalan dengan baik sehingga perusahaan dapat bertahan di industri dan dengan ini memberikan dampak bagi pemegang saham dan calon investor untuk bergabung dengan perusahaan karena pengelolaan perusahaan yang baik dan sebaliknya.

3. Dampak implementasi PSAK 24 (2013) sehubungan dengan aspek penyajian pada laporan

keuangan perusahaan

Sehubungan dengan penyajian terkait dampak implementasi PSAK 24 (2013) pada laporan keuangan perusahaan mengenai imbalan pascakerja adalah pada liabilitas imbalan pasti

mencerminkan jumlah defisit/surplus dari program imbalan pascakerja jangka panjang yang pada PSAK (2010) liabilitas imbalan pasti neto tidak selalu mencerminkan jumlah defisit/surplus program imbalan pascakerja jangka panjang (menggunakan pendekatan koridor).

Entitas juga melakukan saling hapus antara aset terkait dengan satu program dengan liabilitas terkait dengan program lain jika, dan hanya jika, entitas memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk menggunakan surplus pada satu program untuk menyelesaikan kewajiban program lain dan entitas memiliki intensi untuk menyelesaikan kewajiban program lain secara simultan. Kriteria saling hapus ini serupa dengan yang ditetapkan untuk instrumen keuangan dalam PSAK 50: Instrumen Keuangan : Penyajian.

Sejumlah entitas membedakan aset lancar dari aset tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dari liabilitas jangka panjang. Hal ini tidak menentukan apakah entitas membedakan aset lancar dan tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang yang timbul dari imbalan pascakerja.

Entitas juga disyaratkan untuk mengakui biaya jasa lalu dan bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto dalam laba rugi. Hal ini tidak menentukan bagaimana entitas menyajikan biaya jasa lalu dan bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto. Entitas menyajikan komponen tersebut sesuai dengan PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan.

4. Dampak implementasi PSAK 24 (2013) sehubungan dengan aspek pengungkapan pada

laporan keuangan perusahaan

Terkait dengan implementasi PSAK 24 (2013) memberikan beberapa penambahan dalam pengungkapan imbalan pascakerja pada laporan keuangan perusahaan antara lain: menjelaskan karakteristik dari program imbalan pasti dan resiko terkait, mengidentifikasi dan menjelaskan jumlah yang timbul dari program imbalan pasti dalam laporan keuangan dan menjelaskan bagaimana program imbalan pasti berdampak terhadap jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas entitas di masa depan.

Dalam hal terkait dengan karakteristik dari program imbalan pasti dan resiko terkait, entitas mengungkapkan informasi mengenai karakteristik program imbalan pasti termasuk sifat dari imbalan yang diberikan oleh program, deskripsi kerangka peraturan dimana program beroperasi dan deskripsi tanggung jawab lain dari entitas atas tata kelola program. Entitas juga mengungkapkan informasi mengenai deskripsi resiko dimana program memberikan eksposur terhadap entitas, terfokus pada setiap resiko yang tidak biasa dan deskripsi dari setiap amandemen, kurtailmen, atau penyelesaian program.

Terkait dengan penjelasan angka dalam laporan keuangan, entitas menyediakan rekonsiliasi dari saldo awal ke saldo akhir dari setiap pos berikut, jika dapat diterapkan pada liabilitas (aset) imbalan pasti neto, yang menunjukkan rekonsiliasi terpisah untuk aset program, nilai kini kewajiban imbalan pasti dan dampak batas atas aset serta setiap hak penggantian yang menjelaskan hubungan antara hak penggantian dan kewajiban terkait. Jika dapat diterapkan, setiap rekonsiliasi yang tercantum menunjukkan biaya jasa kini, penghasilan atau beban bunga, pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto ( imbal hasil atas aset program, keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari perubahan asumsi demografik, keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari perubahan asumsi keuangan dan perubahan dampak pembatasan aset imbalan pasti neto menjadi batas atas aset), biaya jasa lalu dan keuntungan dan kerugian yang timbul dari penyelesaian, dampak perubahan kurs valuta asing, iuran kepada program yang menunjukkan secara terpisah iuran pemberi kerja dan peserta program, pembayaran dari program yang menunjukkan secara terpisah jumlah yang dibayarkan sehubungan dengan setiap penyelesaian dan dampak kombinasi dan pelepasan bisnis.

(9)

Entitas melakukan pemisahan nilai wajar aset program ke dalam kelas yang dibedakan berdasarkan sifat dan resiko dari aset tersebut, membagi setiap kelas aset program menjadi kelompok aset yang memiliki harga pasar kuotasian di pasar aktif (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar) dan kelompok aset yang tidak memiliki harga pasar kuotasian dalam pasar aktif.

Entitas mengungkapkan nilai wajar instrumen keuangan yang dimiliki entitas yang dapat dialihkan sebagai aset program dan nilai wajar aset program yang berupa properti yang ditempati atau aset lain yang digunakan oleh entitas.

Entitas juga mengungkapkan asumsi aktuarial yang signifikan yang digunakan untuk menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti. Pengungkapan ini dalam satuan absolut yaitu presentase absolut, dan tidak hanya sebagai marjin antara perbedaan presentase dan variabel lain. Ketika entitas memberikan pengungkapan total atas pengelompokkan program, entitas memberikan pengungkapan tersebut dalam bentuk rata-rata tertimbang atau dalam rentang yang relatif sempit.

Dan untuk terkait jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas entitas di masa depan, entitas mengungkapkan analisa sensivitas untuk setiap asumsi aktuarial yang signifikan pada akhir periode pelaporan, yang menunjukkan bagaimana kewajiban imbalan pasti akan terpengaruh oleh perubahan asumsi aktuarial yang relevan yang kemungkinan besar terjadi pada tanggal tersebut, metode dan asumsi yang digunakan dalam menyiapkan analisa sensitivitas dan keterbatasan metode tersebut dan perubahan dari periode sebelumnya terhadap metode dan asumsi yang digunakan dalam menyiapkan analisa sensitivitas, dan alasan perubahan tersebut.

Entitas juga mengungkapkan deskripsi setiap strategi yang digunakan program atau entitas untuk memadankan aset dan liabilitas, termasuk penggunaan anuitas dan teknik lain, seperti swap jangka panjang, untuk mengelola resiko.

Untuk memberikan indikasi dampak program imbalan pasti terhadap arus kas masa depan entitas, entitas mengungkapkan deskripsi dari setiap pengaturan pendanaan dan kebijakan pendanaan yang mempengaruhi iuran masa depan, iuran yang diharapkan masuk ke program pada periode pelaporan tahun berikutnya, dan informasi mengenai profil jatuh tempo kewajiban imbalan pasti yang mencakup durasi rata-rata tertimbang dari kewajiban imbalan pasti dan mencakup informasi lain mengenai distribusi waktu pembayaran imbalan, seperti analisa jatuh tempo pembayaran imbalan.

SIMPULAN DAN SARAN

Dampak implementasi PSAK 24 (2013) sehubungan dengan aspek pengakuan pada laporan keuangan perusahaan yaitu pembebanan keuntungan dan kerugian aktuarial secara langsung pada pendapatan komprehensif lainnya yang pada PSAK 24 (2010) entitas diperbolehkan membebankan keuntungan dan kerugian aktuarial pada laba/rugi, pendapatan komprehensif lainnya atau laba/ rugi menggunakan pendekatan koridor.Dengan adanya perubahan komponen tersebut maka menimbulkan dampak yang signifikan pada pendapatan komprehensif dengan total presentase 74.515,45 % untuk 12 perusahaan dari 14 perusahaan yang menjadi objek penelitian.

Dampak implementasi PSAK 24 (2013) memberikan dampak pada aspek pengukuran yaitu perubahan komponen kewajiban imbalan pasti dan aset program antara lain biaya jasa, komponen perhitungan bunga (penghapusan konsep hasil yang diharapkan dari aset program). Perubahan tersebut memberikan dampak pada komponen laba sebelum pajak dipengaruhi oleh komponen perhitungan bunga yang sebelumnya presentase biaya bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program memiliki presentase masing-masing dengan adanya penerapan PSAK (2013) untuk perhitungan bunga menggunakan satu tingkat bunga, pembebanan biaya jasa lalu secara langsung, dan keuntungan dan kerugian aktuarial yang sebelumnya menggunakan pendekatan koridor harus disesuaikan dengan PSAK 24 (2013). Dengan adanya perubahan komponen tersebut maka menimbulkan dampak yang tidak terlalu signifikan dengan total presentase 16,063 % untuk 14 perusahaan dari 14 perusahaan yang menjadi objek penelitian.

Selain laba sebelum pajak, komponen beban operasional juga mengalami perubahan karena beban operasional dipengaruhi oleh komponen perhitungan bunga dan keuntungan dan kerugian aktuarial seperti pada laba sebelum pajak. Dengan adanya perubahan komponen tersebut maka menimbulkan dampak yang tidak terlalu signifikan dengan total presentase 41,37 % untuk 13 perusahaan dari 14 perusahaan yang menjadi objek penelitian.

(10)

Untuk penyajian terkait dampak implementasi PSAK 24 (2013) pada laporan keuangan perusahaan mengenai imbalan pascakerja adalah pada liabilitas imbalan pasti mencerminkan jumlah defisit/surplus dari program imbalan pascakerja jangka panjang yang pada PSAK (2010) liabilitas imbalan pasti neto tidak selalu mencerminkan jumlah defisit/surplus program imbalan pascakerja jangka panjang (menggunakan pendekatan koridor), saling hapus antara aset terkait dengan satu program dengan liabilitas terkait dengan program lain, pembedaan aset lancar dari aset tidak lancar serta liabilitas jangka pendek dari liabilitas jangka panjang, pengakuan biaya jasa lalu dan bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto dalam laba rugi.

Untuk pengungkapan terkait dampak implementasi PSAK 24 (2013) pada laporan keuangan perusahaan mengenai imbalan pascakerja adalah pada karakteristik dari program imbalan pasti dan resiko terkait, jumlah yang timbul dari program imbalan pasti dalam laporan keuangan sebagai dampak dari rekonsiliasi dari saldo awal ke saldo akhir dari setiap pos, pemisahan nilai wajar aset program ke dalam kelas yang dibedakan berdasarkan sifat dan resiko dari aset tersebut, pengungkapan nilai wajar instrumen keuangan yang dimiliki entitas yang dapat dialihkan sebagai aset program dan nilai wajar aset program, pengungkapan asumsi aktuarial yang signifikan yang digunakan untuk menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti, jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas entitas di masa depan sebagai dampak dari pengungkapan analisa sensivitas untuk setiap asumsi aktuarial yang signifikan pada akhir periode pelaporan, pengungkapan deskripsi setiap strategi yang digunakan program atau entitas untuk memadankan aset dan liabilitas dan deskripsi dari setiap pengaturan pendanaan dan kebijakan pendanaan yang mempengaruhi iuran masa depan, iuran yang diharapkan masuk ke program pada periode pelaporan tahun berikutnya, dan informasi mengenai profil jatuh tempo kewajiban imbalan pasti.

Implementasi PSAK 24 (2013) merupakan adopsi secara penuh IAS 19R (2013) sehingga laporan keuangan perusahaan dapat diperbandingkan dengan perusahaan yang terdaftar di luar negeri. Perusahaan harus siap dengan perubahan-perubahan yang terus terjadi dalam standar akuntansi untuk berkonfergensi dengan IFRS yang akan membawa kesamaan dalam pengakuan dan pengukuran serta penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Dalam menghadapi pembaharuan terkait PSAK 24, perusahaan dapat melakukan upaya seperti menambahkan pengungkapan bahwa penurunan penghasilan komprehensif lain tersebut merupakan akibat dari perubahan standar akuntansi bukan dari penurunan kinerja manajemen dan melakukan perbaikan pemodelan asumsi aktuaria seperti kenaikan gaji tahunan.

REFERENSI

Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juni 2012.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). Expsoure Draft PSAK 24: Imbalan Kerja. Diperoleh dari http://iaiglobal.or.id/v02/referensi/public_hearing/ED_PSAK_24_(2013)-2013-JULI-23.pdf Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK 24:Imbalan Kerja. Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Diperoleh 11 Desember 2013 dari

http://portal.jogjaprov.go.id/attachments/article/106/UU13-2003%20perlindungan%20naker.pdf Refyal, I & Martani, D. (2012). Pengaruh Adopsi PSAK No.24 Terhadap Earnings Response Coefficient.

Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 8 (No.2).151-152.

RIWAYAT PENULIS

Felisia Taslim lahir di Palembang pada 8 April 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Ekonomi pada tahun 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah semua perhitungan selesai penilaian terhadap kemampuan siswa kelas VA SDN NO.55/1 Sridadi dalam kemampuan menulis karangan deskriptif tahun pelajaran 2015/2016 telah

Sedangkan pada bobot brangkasan kering perlakuan pupuk anorganik 100% tanpa pupuk organik cair (kontrol) juga tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk anorganik

1) Pada praktiknya proses pengimplementasian SOP menunjukan bahwa SOP yang disusun memang sangat penting bagi pustakawan dan pemustaka karena mereka mengaku sangat

REFERENSI Dua pengarang Lebih dari 3 pengarang Karya berbeda dari penulis yang sama Karya berbeda dari satu penulis pada tahun yang sama E-Book Tesis/Disertasi Proceeding

Melalui Editorial-editorial Mingguan Chiao Hsing 1958 yang berkaitan dengan masalah peranakan Tionghoa, kita bisa mengenal dengan baik upaya Siauw Giok Tjhan dalam

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada Pemerintah Kabupaten Tanggamus mengenai potensi populasi masing-masing bangsa kambing di Desa Dadapan Kecamatan

Penggilingan padi skala kecil, yang hanya menggunakan satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit mesin sosoh umumnya menghasil- kan bekatul dengan mutu kurang baik dan

Pada tahun 2008 di Kabupaten Bintan tercatat jumlah bayi umur 6-24 bulan dari keluarga miskin sebanyak 1.028 orang dan 70 orang (6.8%) diantaranya mendapatkan