• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN. Karina M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN. Karina M."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1391 _____________

ISSN 0853-0203

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU AGRESIF PADA MAHASISWA

DI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

Karina M. Brahmana ABSTRACT

The purpose of this study is to demonstrate empirically the relationship between emotional intelligence and the tendency to behave aggressively in college students of University of HKBP Nommensen Medan. Instruments that used in this study are emotional intelligence scale and tendency to behave aggressively scale. The results show that there is negative correlation between emotional intelligence (r) is -0,484. It means that the increasing in emotional intelligence will be followed by decressing in the tendency to behave aggressively. It also means that emotional intelligence contributes as much as 23,4% (r2) for the tendency to behave aggressively.

---

Key Words : Emotional intelligence, aggressive behavior I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa muda merupakan masa yang sangat penting dalam kehidupan seorang individu. Hal ini terjadi karena masa muda merupakan masa penentuan keberhasilan seseorang di masa yang akan datang, baik dalam pendidikan maupun pekerjaan. Sebagai individu yang beranjak dewasa, mahasiswa memiliki banyak tuntutan maupun tugas-tugas yang harus ia lakukan untuk meraih cita-citanya di masa yang akan datang. Sebagai pelajar, mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikan perkuliahannya tepat waktu serta memperoleh nilai yang memuaskan. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak mudah dilakukan. Hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan yang sangat mempengaruhi kehidupan mahasiswa dalam kesehariannya, dan salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah teman. Sebagai mahasiswa, khususnya yang merantau, sebagian besar waktu yang mereka habiskan adalah bersama dengan teman, baik dalam bergaul, pengerjaan tugas dan lain sebagainya.

Sebagai faktor yang berperan besar dalam kehidupan manusia, teman dapat membawa seorang mahasiswa ke arah yang positif maupun negatif. Hal-hal negatif yang mungkin dapat terjadi pada mahasiswa akibat pergaulan yang tidak sehat dengan teman sebayanya adalah mengkonsumsi minuman keras maupun narkotika, hubungan seks di luar nikah dan berperilaku agresif.

(2)

1392 _____________

ISSN 0853-0203

Perilaku agresif merupakan salah satu bentuk perilaku manusia. Kata agresif berasal dari bahasa latin yakni agressus, yang berarti menghakimi, mendatangi, dan menyerang (dalam http://en.wiktionary.org). Dengan demikian perilaku agresif dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan baik secara fisik maupun verbal yang bertujuan untuk membahayakan atau melukai secara fisik maupun psikologis, orang maupun benda. Beberapa tahun terakhir ini, media massa kerap kali memperlihatkan aksi-aksi perilaku agresfi yang dilakukan oleh mahasiswa, seperti: tawuran antar fakultas serta demonstrasi yang berujung pada pengerusakan bangunan maupun peralatan yang ada di lingkungan universitas. Hal ini memperlihatkan bahwa mahasiswa yang dari segi usia sudah mulai beranjak dewasa namun beberapa diantara mereka masih belum dapat mengendalikan dorongan agresi atau emosi dari dalam dirinya.

Menurut Banowati (dalam Etty, 2004) seorang individu yang mudah mengalami gangguan emosi umumnya juga disebabkan oleh kecerdasan emosionalnya yang buruk. Seorang individu dianggap memiliki emosi yang matang apabila individu tersebut menilai situasi kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional, ia tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya (Hurlock, 1997). Emosi yang matang akan tercapai apabila individu yang bersangkutan mengasah kecerdasan emosional yang ada dalam dirinya. Munurut Dulewicz dan Higgs (dalam Suryantoro, 2006) kecerdasan emosional bukan diturunkan secara genetis kepada anak, namun dapat dipelajari dan dikembangkan baik melalui pendidikan formal maupun melalui pengalaman hidup sehari-hari.

Berdasarkan pengalaman beberapa tahun belakangan ini banyak kejadian yang berkaitan dengan perilaku agresif dilakukan oleh mahasiswa. Seperti perkelahian antar fakultas akibat bermain bola maupun permasalahan pribadi, hingga pada pengerusakan fasilitas kampus dan umum yang diakibatkan oleh dorongan agresi yang tidak terarah, terjadi di Universitas HKBP Nommensen. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, karena perilaku tersebut tidak saja mengganggu kegiatan belajar mengajar di kampu namun juga membawa citra yang kurang baik terhadap univeritas.

Mengingat mahasiswa merupakan individu yang telah memasuki masa perkembangan dewasa muda, dimana umumnya cara berpikir yang mereka miliki tidak lagi sama dengan anak-anak dan remaja, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian guna memperoleh jawaban apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecenderungan berperilaku agresif pada mahasiwa di Universitas HKBP Nommensen Medan. Karena pada masa dewasa muda ini, mahasiswa umumnya sudah lebih mampu berpikir kritis dalam menyikapi suatu permasalahan (Papalia, 2000), termasuk dalam menyikapi pengaruh negatif dari teman sebaya.

(3)

1393 _____________

ISSN 0853-0203 1.2. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang permasalahan, maka dalam penelitian ini rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut:

“Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecenderungan berperilaku agresif pada mahasiwa di Universitas HKBP Nommensen Medan?” 1,3. Tinjauan Pustaka

Penelitian ni bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kecenderungan berperilaku agresif pada mahasiwa di Universitas HKBP Nommensen Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Sosial.

2. Manfaat Praktis

Memberikan pengetahuan mengenai sejauhmana kecerdasan emosional mahasiswa di Univeritas HKBP Nommensen Medan dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya perilaku agresif. Dengan tambahan pengetahuan ini, maka Organisasi dalam hal ini adalah Univeritas HKBP Nommensen Medan dapat mencari alternative pemecahan untuk menangani permasalahan yang berkaitan dengan perilaku agresif mahasiswa.

II. METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 2.1.1. Populasi

Populasi adalah seluruh individu yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa di Universitas HKBP Nommensen Medan yang berjumlah 8219 orang mahasiswa.

2.1.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang harus memiliki sifak yang sama. Menurut Mustafa (2000), jika ukuran populasinya di atas 1000 subyek, sampel yang diambil sekitar 10% dari jumlah populasi sudah cukup, tetapi jika populasinya sekitar 100 subyek, sampel yang diambil paling sedikit 30% dari jumlah populasi, dan jika ukuran populasinya hanya 30 subyek, maka sampelnya harus 100% dari jumlah populasi. Dengan jumlah populasi sebanyak 8129 orang, maka ukuran sampel dalam penelitian ini dengan rumus Yamane, yaitu :

(4)

1394 _____________

ISSN 0853-0203 𝑛 = 𝑁𝑑𝑁2 + 1

dimana d = batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan dalam hal ini 5%) adalah sebesar 381 orang.

2.1.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah suatu teknik atau cara dalam pengambilan sampel yang representatif dari populasi (Hadi, 2004). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive random sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri dan siap dijadikan subyek penelitian (Hadi, 2004). Adapun ciri-ciri dan sifat sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Mahasiswa tercatat aktif

2. Mahasiswa angkatan 2008 ke bawah 2.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab dan atau daftar isian yanhg harus diisi oleh setiap individu yang menjadi subyek penelitian. Berdasar atas jawaban dan atau isian itu peneliti mengambil kesimpulan mengenai subyek yang diteliti (Suryabrata, 1993,h.15-16). Jenis skala yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket langsung, yaitu angket yang diisi dan dijawab sendiri oleh sampel yang diteliti. Angket ini menggunakan tipe pilihan, yaitu subyek diminta untuk memilih salah satu dari beberapa alternative jawaban yang disediakan. Jenis pernyataan dalam setiap skala terdiri dari pernyataan yang mendukung konsep skala atau pernyataan favourable dan pernyataan yang tidak mendukung konsep skala atau pernyataan unfavourable. Adapun skala yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Skala Kecenderungan Berperilaku Agresif

Skala ini disusun berdasarkan bentuk-bentuk dari perilaku agresif yang meliputi bentuk:

a) Perilaku agresif fisik, aktif, langsung, yaitu tindakan agresif fisik yang dilakukan individu/kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik langsung.

b) Perilaku agresif fisik, aktif, tidak langsung, yaitu tindakan agresif fisik yang dilakukan individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan

(5)

1395 _____________

ISSN 0853-0203

secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya.

c) Perilaku agresif fisik, pasif, langsung, yaitu tindakan agresif fisik yang dilakukan dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok yang menjadi targetnya namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung.

d) Perilaku agresif fisik, pasif, tidak langsung, yaitu tindakan agresif fisik yang dilakukan dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung.

e) Perilaku agresif verbal, aktif, langsung, yaitu tindakan aksi verbal yang dilakukan oleh individu dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu lain yang menjadi targetnya.

f) Perilaku agresif verbal, aktif, tidak langsung, yaitu tindakan aksi verbal yang dilakukan oleh individu dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu lain yang menjadi targetnya.

g) Perilaku agresif verbal, pasif, langsung, yaitu tindakan aksi verbal yang dilakukan oleh individu dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung.

h) Perilaku agresif verbal, pasif, tidak langsung, yaitu tindakan aksi verbal yang dilakukan oleh individu dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu lain dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung.

2. Skala Kecerdasan Emosi

Skala kecerdasan emosi disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosi, yang terdiri dari:

a) Pengelolaan diri, yang mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan yang dialaminya.

b) Kemampuan untuk memotivasi diri, yaitu kemampuan yang berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang, mengatasi kesulitan yang dialami bahkan untuk melegakan kegagalan yang terjadi.

c) Empati, dibangun dari kesadaran diri dan dengan memposisikan diri senada, serasa dengan emosi orang lain akan membantu anda membaca dan memahami perasaan orang lain tersebut.

d) Ketrampilan sosial, merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari seseorang sejak kecil mengenai pola-pola berhubungan dengan orang lain.

(6)

1396 _____________

ISSN 0853-0203

2.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala 2.3.1. Validitas

Validitas adalah proses untuk mengetahui sejauhmana alat ukur mengukur apa yang hendak diukur. Dapat juga dikatakan bahwa validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya (Azwar, 2005, h.99).

Analisis butir dilakukan dengan menggunakan internal consistency, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total (Azwar, 2005, h.162). Koefisien korelasi di antara skor-skor skala ini dapat dihitung dengan formula korelasi product moment, yaitu:

rxy =

𝑋𝑌− 𝑋 𝑌 /𝑛 𝑋2− 𝑋 /𝑛 2

𝑌 − ( 𝑌)2 / 𝑛

keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara x dan y

∑X = Skor responden pada pernyataan tertentu

∑Y = Skor responden secara keseluruhan pada suatu skala n = Banyaknya subjek

koefisien validitas (rxy) yang berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50 dianggap

telah memuaskan (Azwar, 2005, h.103). koefisien validitas yang kurang dari 0,30 dianggap tidak memuaskan.

2.3.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompok subyek yang sama, atau dengan kata lain sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipervaya (Azwar, 2006, h.83). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik pengukuran reliabilitas dengan satu kali pengukuran yaitu dengan teknik koefisien Alpha yang dikembangkan oleh Cronbach (Azwar, 2006), dengan rumus sebagai berikut:

𝛼 = 2(𝑆

2 𝑋 − (𝑆2𝑌1 + 𝑆2𝑌2

𝑆2𝑋

keterangan : α = Koefisien reliabilitas alpha

S2X= Variansi skor subyek pada keseluruhan test X SYj = Variansi skor subyek pada belahan Yj; j = 1,2 2.4. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh masih merupakan nilai mentah yang belum dapat diartikan. Agar dapat dipahami dan dimanfaatkan, data-data tersebut harus diolah dan dianalisa sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

Pada penelitian ini, hipotesa pertama yang melihat apakah ada hubungan persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologis dengan burnout, akan

(7)

1397 _____________

ISSN 0853-0203

diuji dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari pearson (Ancok, 1987, h.16) yang rumusnya adalah sebagai berikut :

𝑟𝑥𝑦 =

𝑁 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌 𝑁 𝑋 .2 𝑁 𝑌2 − ( 𝑌)2

Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara persepsi dan burnout

X = persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis Y = burnout

∑N = jumlah subyek yang diteliti

Asumsi yang harus dipenuhi dalam korelasi Product Moment adalah :

a. Distribusi variable tergantung dan variable bebas mengikuti kurva normal b. Hubungan antara variable tergantung dengan variable bebas bersifat linear

atau membentuk garis lurus.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Penelitian

Sebelum melakukan analisis data perlu dilakukan uji asumsi terhdap data yang ada supaya data tersebut memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas, dan akhirnya adalah uji hipotesis.

a. Uji Normalitas

Hasil yang diperoleh dari uji normalitas untuk variable kecenderungan berperilaku agresif K-S Z-nya sebesar 1,730 dengan p = 0.05; selanjutnya variable kecerdasan emosi K-S Z-nya sebesar 0,979 dengan p = 0,293. Dengan demikian dari masing-masing sebaran variable tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variable berdistribusi normal, karena p > 0.05 b. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas variable kecenderungan berperilaku agresif dengan kecerdasan emosi menghasilkan nilai F linear = 120,69 dengan p = 0,00; hal ini berarti signifikan atau dengan kata lain antara kedua variable tersebut berkorelasi linear karena p<0,001.

c. Uji Hipotesis

Data yang telah memenuhi persyaratan kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Adapun hipotesis yang dikemukakan adalah adalah ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan berperilaku agresif pada mahasiswa di Universitas HKBP Nommensen Medan.

Berdasarkan analisa data dengan menggunakan teknik korelasi product moment diperoleh r = -0,484 dengan p<0,01. Hasil analisis itu menunjukkan hipotesis penelitian ini diterima yaitu ada hubungan yang

(8)

1398 _____________

ISSN 0853-0203

negatif antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan berperilaku agresif. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa semakin mahasiswa tersebut memiliki kecerdasan emosi yang baik maka kecenderungan berperilaku agresifnya akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin mahasiswa tidak memiliki kecerdasan emosi yang baik, maka kecenderungan untuk berperilaku agresif pun akan semakin tinggi.

3.2. Pembahasan

Berdasarkan analisa data di atas, diperoleh hasil bahwa hipotesis yang diajukan diterima, yaitu ada hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan berperilaku agresif dengan kecenderungan berperilaku agresif dengan r = -0,484 dengan p<0,01. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin mahasiswa memiliki kecerdasan emosi yang baik maka kecenderungan berperilaku agresifnya akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin mahasiswa tidak memiliki kecerdasan emosi, maka kecenderungan berperilaku agresif pun akan semakin tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa kecerdasan emosi merupakan salah satu faktor dari beberapa faktor-faktor yang lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan berperilaku agresif dalam diri seorang remaja, yang dalam penelitian ini diwakili oleh golongan mahasiswa.

Beberapa tahun terakhir ini tindak kekerasan semakin nyata terutama di kalangan remaja, baik yang masih duduk di bangku sekolah maupun yang sudah menjadi mahasiswa. Hal ini terjadi karena masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana dalam prosesnya tersebut banyak terjadi konflik dan keresahan juga kontradiksi dalam diri remaja. Remaja dalam perkembangannya cenderung memiliki emosi yang sangat kuat, tidak terkendali dan irasional, mudah marah dan emosinya cenderung mudah meledak apabila merasa terganggu, sehingga memungkinkan munculnya perilaku agresif yang mereka anggap sebagai jalan keluar yang tepat dalam memecahkan masalahnya. Tindak kekerasan yang dilakukan pun beraneka ragam, dari tindak kekerasan yang sifatnya tidak membahayakan sampai yang sangat membahayakan diri sendiri dan orang-orang disekitarnya. Seperti hasil penelitian di atas yang dapat menjadi bukti bahwa perkembangan emosi remaja sangat mempengaruhi remaja tersebut memiliki perilaku agresif atau tidak. Gottman (2003) mengatakan bahwa individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat bila mereka sedang marah, terampil dalam memusatkan perhatian dan lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain.

Penelitian juga menunjukkan bahwa besarnya kontribusi variable kecerdasan emosi terhadap kecenderungan berperilaku agresif dapat dilihat dari koefisien determinasi (r2) sebesar 0,234, hal ini mengandung arti bahwa 23,4% kecerdasan emosi mempengaruhi kecenderungan berperilaku agresif, dan 76,6%

(9)

1399 _____________

ISSN 0853-0203

lagi kecenderungan berperilaku agresif dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak tampak dalam penelitian ini. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan berperilaku agresif itu muncul, antara lain dikemukakan oleh Baron, Byrne & Branscomb (2006), yaitu : faktor sosial, cultural, personal, faktor situasional dan dikemukakan oleh Mutadin (2002), seperti: faktor biologis, kesenjangan generasi, lingkungan, peran belajar model kekerasan (imitasi), frustrasi dan proses pendisiplinan yang keliru.

Pada penelitian ini tergambar bahwa selain kecerdasan emosi, faktor sosial dan proses pendisiplinan yang keliru juga menjadi penyebab yang sering mempengaruhi kecenderungan mahasiswa untuk berperilaku agresif. Sebagai contoh, misalnya ada seorang mahasiswa dari fakultas X diganggu oleh seorang mahasiswa dari fakultas yang berbeda, maka secara otomatis kakak senior dan teman-teman mahasiswa Fakultas X itu akan membalas perlakuan mahasiswa dari fakultas yang lain itu, sehingga masalah tersebut bukan lagi menjadi masalah individual saja tetapi menjadi masalah seluruh mahasiswa di dua fakultas tersebut. Untuk mengetahui kualitas emosional dan kecenderungan berperilaku agresif pada mahasiswa di Universitas HKBP Nommensen, dari hasil penelitian diperoleh data untuk kecerdasan emosi diperoleh mean empirik 170, mean hipotetis sebesar 150 dengan SD = 15, maka kecerdasan emosi pada mahasiswa Universitas HKBP Nommensen berada pada taraf sedang. Sedangkan untuk kecenderungan berperilaku agresif diperoleh mean empirik 84, mean hipotetis sebesar 100 dengan SD = 15, maka kecenderungan berperilaku agresif pada mahasiswa Universitas HKBP Nommensen berada pada taraf rendah. Hasil penelitian ini sedikit banyak memberikan informasi yang cukup berarti untuk universitas dalam melihat gambaran dari kualitas mahasiswa yang merupakan asset yang dimiliki oleh universitas tersebut, dimana para mahasiswa perlu untuk meningkatkan kualitas kecerdasan emosi, mengingat saat ini kemampuan otak dan otot tidaklah memegang peran yang utama dalam berjuang mempertahankan kehidupan setiap individu, melainkan kecerdasan emosi pun menjadi salah satu faktor penting untuk dimiliki sebagai modal mahasiswa untuk sukses. Goleman (2006) menyatakan bahwa dengan adanya kecerdasan emosi dalam diri seseorang, hal tersebut dapat memampukan mereka untuk menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hatinya. Jika individu sudah mampu menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, maka setiap masalah yang dtemuinya pasti tidak akan sampai mengandalkan otot, atau dengan kata lain sampai melakukan tindakan-tindakan agresif yang dapat merugikan diri sendiri dan orang-orang disekitarnya, melainkan dapat menyederhanakan masalah dengan pikiran dan emosi yang cerdas.

(10)

1400 _____________

ISSN 0853-0203

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Medan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan berperilaku agresif. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin mahasiswa memiliki kecerdasan emosi yang baik, maka kecenderung berperilaku agresifnya akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin mahasiswa tidak memiliki kecerdasan emosi, maka kecenderungan berperilaku agresif pun akan semakin tinggi.

4.2. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dipaparkan, penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pihak Univeritas dan Fakultas diharapkan semakin memperbanyak kegiatan mahasiswa, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan soft skill mereka. Dengan banyaknya kegiatan positif yang diikuti mahasiswa, baik dalam bentuk seminar maupun pelatihan, maka akan semakin sedikit waktu bagi mahasiswa untuk melakukan hal-hal negatif. 2. Bagi mahasiswa disarankan untuk dapat memperbanyak kegiatan yang

bersifat positif dengan mengikuti seminar atau pelatihan, baik yang diadakan oleh universitas, fakultas, maupun pihak luar. Selain itu mahasiswa juga diharapkan dapat lebih mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dalam dirinya, dengan tidak lagi menggunakan kemampuan fisiknya (otot), namun lebih mengutamakan kemampuan kognitifnya (otak). Hal ini dapat dikembangkan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan positif tersebut di atas.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai kecenderungan perilaku agresif mahasiswa, agar memperbanyak jumlah sampel khususnya pada beberapa mahasiswa dari fakultas yang bermasalah.

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. 1987. Teknik penyusunan skala pengukuran. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.

Azwar, S. 2006. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Chaplin, J.P. 1981. Kamus lengkap psikologi. Terjemahan Kartini Kartono. 2002. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(11)

1401 _____________

ISSN 0853-0203

Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi perkembangan remaja. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Etty, Maria. 2004. Mengelola emosi: tips praktis meraih kebahagiaan. Jakarta: Penerbit Grasindo

Goleman, Daniel. 1995. Emotional intelligence. Terjemahan. T.Hermaya. 2006. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, Sutrisno. 2004. Statistika Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset.

Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi perkembangan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Mutadin, Zainun. 2002. Faktor penyebab perilaku agresif kategori individual

(online). (http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_details.asp.id=380. diakses 12 September 2007

Patton, Patricia. 1997. EQ (emotional intelligence)-the foundation. Terjemahan Hermes. 2000. Mitra Media Publisher

Sears. 1991. Psikologi sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sius Pas, Alfon. 2005. Jurnal: perilaku agresif pada anak yang memiliki hobi bermain video game. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma (online). (http://library.gunadarma.co.id/ diakses 18 Mei 2007

Suryantoro. 2006. Jurnal: profil cerita untuk meningkatkan kecerdasan emosional: aplikasi ancaman psikolinguistik (onlilne) (http://eprints.ums.co.id. Diakses 30 April 2007

Referensi

Dokumen terkait

[r]

yaitu, tari, pantun, dan musik. Pada kesenian Campak, para penari yang terdiri atas penari perempuan disebut “nduk Campak ” dan penari laki-laki disebut “penandak”. Pada

Secara umum proses sertifikasi mencakup : peserta yang telah memastikan diri kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi untuk paket/okupasi Operator Pengujian BBM

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variabel Pertumbuhan aktiva, Resiko bisnis, Struktur aktiva, dan Struktur kepemilikan mempunyai pengaruh terhadap

[r]

Berdasarkan dokumen pemilihan Pengadaan Jasa Konsultansi BAB III Point F Pasal 23, bahwa peserta yang ditetapkan sebagai pemenang dalam seleksi ini, terlebih dahulu akan

SD4-075 Peningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Mata Pelajaran Matematika Materi Bilangan Pecahan Kelas IV SD

Penyebab rendahnya tingkat penyerapan anggaran belanja yaitu, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh satuan kerja sehingga tidak dapat