• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT

HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV

Wage Ratna Rohaeni dan Dini Yuliani

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya IX Sukamandi Subang 41256 Email: wagebbpadi@gmail.com/WA: 087778766115

Abstract

Rice varieties with high yield potential and resistance to major rice diseases are the expected varieties for rice and users especially farmers in Indonesia. Local rice is a source of diversity for the assembly of new improved varieties having a good adaptation to the environment and has been cultivated by farmers for many years. The objective of this research was to obtain local rice with high yield potential and resistance to bacterial leaf blight disease (BLB). The research was carried out at the Indonesian Center for Rice Research, Sukamandi in the dry season of 2016. The research used a randomized block design with treatment of 14 local rice accessions and 1 check i.e. new improved varieties (Inpari 42) with 3 repetition. Each plot was inoculated by isolate of patotype IV in the primordia phase. Observation of BLB disease severity was performed at 2 weeks after inoculation. The results show that from 14 local accessions were obtained 4 accessions that reacted resistant to BLB pathotype III and moderately resistant to pathotype IV namely Bumbuy Inih, Ceredek, Bangkal Merah, dan Karia. From 14 local rice accessions identified four accessions which had high yield potential i.e. Karia (8,15 ton/ha), Ceredek (8,08 ton/ha), Bangkal Merah (7,84 ton/ha), and Bumbuy Inih (7,76 ton/ha). Local rice that had a high yield potential, short maturity, and BLB disease severity was quite low i.e. Ceredek, Bumbuy Inih, and Bangkal Merah. That local rice accessions has the potential to be a resistance parental in the assembly of rice varieties that resistant to BLB.

(2)

PADI LOKAL POTENSI HASIL TINGGI TAHAN PENYAKIT

HAWAR DAUN BAKTERI PATOTIPE III DAN IV

Wage Ratna Rohaeni dan Dini Yuliani

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya IX Sukamandi Subang 41256 Email: wagebbpadi@gmail.com/WA: 087778766115

RINGKASAN

Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit yang sangat penting di negara-negara penghasil padi di Asia, termasuk di Indonesia (Suparyono et al. 2004; Jeung et al. 2006; Nayak et

al. 2008). Di Indonesia, penyakit HDB tersebar di dataran rendah, sedang, dan tinggi. P en yaki t i ni dapat di t em ukan pada agroekosistem sawah irigasi, tadah hujan, lahan kering, dan rawa (Suparyono et al. 2003). Penyakit HDB disebabkan oleh bakteri Xanthomonas

oryzae pv. oryzae (Xoo). Kehilangan hasil karena penyakit HDB bervariasi antara 15 hingga 80%

tergantung pada stadia tanaman saat penyakit timbul (Reddy and Shang-zhi, 1989; Lalitha et al. 2010). Suparyono dan Sudir (1992), melaporkan bahwa ambang kerusakan penyakit HDB sekitar 20% pada dua minggu sebelum panen. Di atas ambang tersebut, tiap kenaikan keparahan 10% menyebabkan kehilangan hasil meningkat sebesar 5 hingga 7%.

Pengendalian penyakit HDB yang selama ini dianggap paling efektif adalah pengunaan varietas tahan. Varietas tahan merupakan komponen utama dalam pengendalian HDB secara terpadu karena sangat ekonomis, efektif, dan tidak merusak lingkungan. Berbagai varietas dan galur padi dengan berbagai tingkat ketahanan terhadap HDB telah dikembangkan (Degrasi et al. 2010). Keefektifan varietas tahan dipengaruhi oleh interaksi antara gen pembawa sifat tahan yang dimilikinya dengan gen virulensi pada populasi Xoo yang terdapat di suatu wilayah (Nayak et al. 2008, Hoang et al. 2008). Xoo memiliki banyak patotipe (strain) dan patotipe IV merupakan patotipe paling virulen diantara patotipe lainnya (Utami et al. 2007).

(3)

menjadi sumber ketahanan yang potensial. Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi ketahanan varietas padi lokal terhadap penyakit HDB terutama patotipe IV.

Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi pada musim kemarau 2016. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan 14 aksesi padi lokal dan 1 varietas unggul baru Inpari 42 GSR (cek) dengan 3 ulangan. Sepuluh rumpun padi per petak yang terletak pada lima titik diagonal dengan 2 rumpun/titik diinokulasi dengan

Xoo patotipe IV. Inokulasi dilakukan pada saat tanaman menjelang stadia primordia dengan

metode gunting. Ujung daun digunting sepanjang ±10 cm dari ujung daun dengan gunting

inokulasi yang berisi suspensi bakteri Xoo umur 48 jam dengan kepekatan 108 cfu. Inokulasi

dilakukan menjelang sore hari sekitar pukul 16.00 – 17.30 WIB.

Pada penelitian ini teridentifikasi padi lokal yang dalam satu nomor aksesi memiliki keragaman umur yaitu aksesi Bumbuy Inih. Postur tanaman aksesi Bumbuy Inih terlihat seragam dengan rata-rata tinggi yaitu 133,4 cm, namun kematangan gabah antar rumpun beragam atau tidak serempak. Berdasarkan hasil seleksi umur tanaman diperoleh rumpun-rumpun yang berumur genjah (setara dengan varietas unggul baru). Dari hasil seleksi teridentifikasi umur dari aksesi Bumbuy Inih adalah 106 HSS (Tabel 1). Aksesi Bumbuy Inih memberikan peluang diperolehnya padi lokal berumur genjah. Aksesi tersebut berpotensi untuk diputihkan untuk menjadi varietas yang siap dilepas.

Karakter gabah isi per malai merupakan penciri pertama untuk menduga potensi hasil. Pada penelitian ini diperoleh aksesi padi lokal yang memiliki karakter malai lebat. Aksesi padi lokal dengan karakter malai lebat diantaranya Karia (237 bulir per malai) dan Nemol (223 bulir per malai) dengan panjang malai masing-masing 36,4 dan 30,2 cm (Tabel 3). Dua aksesi tersebut memiliki malai yang lebih lebat dibandingkan aksesi padi lokal lainnya dan Inpari 42 GSR. Namun dua aksesi tersebut memiliki jumlah anakan produktif yang sangat rendah yaitu rata-rata 10 anakan. Nemol dan Karia berpotensi menjadi tetua persilangan untuk disilangkan dengan tetua yang memiliki potensi anakan produktif yang banyak sehingga akan diperoleh keturunan bermalai lebat dengan jumlah anakan produktif yang banyak.

(4)

Tabel 1. Keragaan agronomi aksesi padi lokal

No No

Aksesi Nama Aksesi

TT (cm) JAP PM (cm) UP (HSS) JGI JGH B1000 (gram) Potensi hasil (ton/ha) 1 4210 Careon 131,6 15,8 20,2 111 57 13 26,0 2,91 2 5818 Cere Campak 149,6 12,6 29,1 111 104 34 22,0 5,89 3 5915 Cere Bandung 165,6 11,8 27,3 132 145 10 23,3 6,36 4 5929 Bumbuy Inih (Seleksi Genjah) 133,4 16,2 26,3 106 146 26 20,5 7,76 5 6301 Ceredek 126,6 17,8 25,8 106 103 20 24,5 8,08 6 6741 Bangkal Merah 136,6 12,4 34,1 107 100 42 28,5 7,84 7 8770 Beras Hitam Melik 112,2 12,8 25,1 133 111 20 26,6 6,02 8 8791 Ketan Lomah Hitam 183,2 11,2 34,6 142 158 16 22,2 6,27 9 8792 Ketan Lomak 178,4 9,4 33,9 120 102 18 25,0 3,85 10 8804 Ketan Bayong(046) 149,8 12 35,9 133 79 22 34,6 5,26 11 8806 Waren (012) 162,2 10,8 26,8 106 130 26 31,5 4,96 12 8807 Ketan Hideung (047) 169,8 10,8 33,3 139 121 81 23,1 4,83 13 8815 Karia 162,2 10,8 36,4 142 237 49 19,9 8,15 14 8822 Nemol (056) 171,6 10,4 30,2 119 223 84 18,4 6,82 15 Inpari 42 GSR 101 18,0 25 106 138 18 22,0 10,13 Rata-rata 148,9 12,8 29,6 120,9 122,4 31,1 24,7 6.34 Keterangan: TT = tinggi tanaman, JAP = jumlah anakan produktif, PM = panjang malai, UP = umur panen, JGI = jumlah gabah

isi, JGH = jumlah gabah hampa, B1000 = bobot 1000 butir (gram).

Tabel 3. Tingkat ketahanan padi lokal terhadap penyakit HDB patotipe III dan IV

No No Aksesi Nama Aksesi Ketahanan HDB patotipe III Ketahanan thd HDB IV

Skor Tipe ketahanan % keparahan Tipe ketahanan

1 4210 Careon 1 T 7,45 AT

2 5818 Cere Campak 1 T 10,00 AT

3 5915 Cere Bandung 1 T 5,97 AT

4 5929 Bumbuy Inih (Seleksi

Genjah) 1 T 7,07 AT

5 6301 Ceredek 1 T 6,04 AT

6 6741 Bangkal Merah 1 T 6,62 AT

(5)

15 Inpari 42 GSR 1 T 6,01 AT

Hasil penelitian memperoleh empat aksesi padi lokal yang memiliki potensi hasil tinggi yaitu Karia (8,15 ton/ha), Ceredek (8,08 ton/ha), Bangkal Merah (7,84 ton/ha), dan Bumbuy Inih (hasil seleksi umur) sebesar 7,76 ton/ha. Keempat padi lokal tersebut memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB yang cukup baik yaitu bereaksi tahan terhadap patotipe III dan agak tahan terhadap patotipe IV (Tabel 2). Aksesi Ceredek, Bangkal Merah, dan Bumbuy Inih memiliki umur tanaman yang genjah, sedangkan Karia memiliki umur tanaman yang dalam. Aksesi Ceredek, Bangkal Merah, dan Bumbuy Inih memiliki karakter yaitu umur tanaman genjah, potensi hasil tinggi, dan tahan terhadap penyakit HDB. Tiga aksesi sangat baik untuk dijadikan tetua tahan dalam perakitan varietas padi tahan terhadap penyakit HDB.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pariwisata cagar budaya yang difokuskan adalah pengalaman yang dirasakan oleh wisatawan terkait sejarah serta suasana saat cagar budaya tersebut masih aktif

Secara tektonik mineralisasi kromit di daerah Dosay terjadi dan terbentuk dari mineralisasi batuan induk ultrabasa dari kelompok Ofiolit Pegunungan Cycloop, yang

Setelah mengalami proses internalisasi dan objektifikasi, barulah subjek berada pada taham eksternalisasi yakni tahap di mana subjek keluar dari pemahaman awal

2 Dewi C dkk., (2012) “Efektivitas Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) Di Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar” Analisis Deskriptif, Analisis

Berdasarkan hasil pemeriksaan diatas, asuhan kebidanan yang diberikan adalah: melakukan informed consent, melakukan pemeriksaan dan beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tanaman apa saja yang bisa digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Haruyan Dayak, bagaimana cara pengolahan dan

Konsinyasi yang dilakukan pada Pasal 42 ayat (1) UU Pengadaan Tanah tidak memberikan jalan keluar yang tepat, sehingga tidak memberikan perlindungan hukum

memperbaiki dan meningkatkan kemampuan Sosial Emosional anak. Untuk itu peneliti telah menyiapkan tindakan berupa tiga siklus dimana satu siklus terdiri dari satu